Anda di halaman 1dari 57

PANDUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

RUMAH SAKIT UMUM NEGARA


2018
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA

RUMAH SAKIT UMUM NEGARA AH


SA K I T U

Jalan Wijaya Kusuma No. 17 Negara

M
M

UM
RU
Telp.(0365)41006,42821 FAX (62365)41006
Email : rsunegarabali@yahoo.com

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR


Nomor:

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN PENGGUNAAN ANTIMIKROBA


PROFILAKSIS DAN TERAPI

RUMAH SAKIT UMUM NEGARA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM NEGARA

Menimbang :
a. bahwa penggunaan antimikroba dalam pelayanan kesehatan seringkali tidak
tepat sehingga dapat menimbulkan pengobatan kurang efektif, peningkatan
risiko terhadap keselamatan pasien, meluasnya resistensi dan tingginya biaya
pengobatan;
b. bahwa untuk meningkatkan ketepatan penggunaan antimikroba dalam
pelayanan kesehatan perlu suatu panduan yang sesuai dengan pelayanan di
RSU Negara;
c. Bahwa untuk maksud sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, maka
perlu ditetapkannya dengan Keputusan Direktur RSU Negara.

Mengingat :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 20121
tentang Keselamatan Pasien.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
KK.02.02/Menkes/0681/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 tahun2015 tentang
Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotik;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
HK.02.02/MENKES/636/2016 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan
Menteri Kesehatan RI nomor HK 02.02/MENKES/523/2015 tentang
Formularium Nasional.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

Pertama : Pemberlakuan Panduan Penggunaan Antimikroba


Profilaksis dan Terapi di RSU Negara;

Kedua : Isi Panduan Penggunaan Antimikroba Peofilaksis dan


Terapi akan ditinjau dan disempurnakan secara terus
menerus oleh komite Pengendalian Resistensi
Antimikroba RSU Negara yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan penyakit;
Ketiga : Mewajibkan semua tenaga medis menulis resep
antimiroba sesuai tercantum dalam Panduan
Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi tahun
2018;
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan
apabila kemudian hari ternyata didapat kekurangan dan
kekeliruan akan diadakan perubahan dan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di: Negara


Pada tanggal :
Direktur RSU Negara

dr. Made Dwipayana, MPPM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Resistensi mikroba terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba,


antimicrobial resistance, AMR) telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia,
dengan berbagai dampak merugikan dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan.
Muncul dan berkembangnya resistensi antimikroba terjadi karena tekanan seleksi (
selection pressure) yang sangat berhubungan dengan penggunaan antimikroba, dan
penyebaran mikroba resisten (spread). Tekanan seleksi resistensi dapat dihambat
dengan cara menggunakan secara bijak, sedangkan proses penyebaran dapat
dihambat dengan cara mengendalikan infeksi secara optimal. Resistensi antimikroba
yang dimaksud adalah resistensi terhadap antimikroba yang efektif untuk terapi
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan parasit. Bakteri adalah
penyebab infeksi terbanyak maka penggunaan antibakteri yang dimaksud adalah
penggunaan antibiotik.

Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62%
antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang
sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan
antibiotik di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak
didasarkan pada indikasi (Hadi, 2009). Penggunaan antibiotik yang relatif tinggi
menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi
kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada
morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan
sosial yang sangat tinggi. Muncul dan berkembangnya mikroba resisten dapat
dikendalikan melalui dua kegiatan utama, yaitu penerapan penggunaan antimikroba
secara bijak, dan penerapan prinsip pencegahan penyebaran mikroba resisten
melalui kewaspadaan standard Dalam upaya mengatasi resistensi antimikroba, perlu
disusun Panduan Penggunaan Antimikroba di Rumah Sakit sebagai acuan
dalam penerapan penggunaan antimikroba secara bijak.
1.2 Tujuan
1.2.1 Sebagai acuan bagi klinisi dalam memberikan terapi antimikroba baik
profilaksis maupun terapi empiris secara bijak.
1.2.2 Untuk mencegah terjadinya resistensi antimikroba.

1.3 Daftar Singkatan


ACT : Artemisinin Combination Therapy
ADS : Anti Dhipteri Serum
AIDS : Acquired Immunodeficiency Virus
APG : Antegrade Pyelography
Bln : bulan
CD4 : Cluster of Differentiaton 4
CrCl : Creatinin Clearance
E. coli : Escherichia coli
ESBL : Extend Spectrum Beta Lactamase
g : gram
H5N1 : subtype virus influenza
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HSV : Herpes Simplex Virus
IM : Intramuskular
ISK : Infeksi Saluran Kemih
IU : International Unit
IV : Intravena
IVFD : Intravena Fluid Drip
KET : Kehamilan Ectopic Terganggu
kg : kilogram
mg/kg : miligram/kilogram Berat Badan
mgg : minggu
ml : milliliter
MOW : Metode Operasi Wanita (Tubektomi)
MRSA : Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus
PO : per oral
Pre op : pre operasi
SC : Sectio Caesar
SMF : Staf Medik Fungsional
SMX : Sulfamethoxazole
STD : Sexually Transmitted Disease
TB/TBC : Tuberculosis
TMP : Trimethoprim
TOA : Tubo Ovarian Abscess
UTI : Urinary Tract Infection
µg : microgram

1.4 Masa Berlaku


Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi tahun 2018 berlaku 1
(satu) tahun sejak tanggal ditetapkan.

1.5 Kelebihan dan Keterbatasan Panduan.


1.5.1 Kelebihan
Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi tahun 2018 merupakan
daftar antimikroba yang telah disepakati SMF dengan pertimbangan antimikroba
secara ilmiah dibutuhkan untuk pelayanan di RSU Negara. Penerapan penggunaan
panduan ini akan selalu dipantau. Hasil pemantauan akan digunakan untuk
pelaksanaan evaluasi dan revisi agar sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk menunjang keberhasilan penerapan
panduan ini, sekaligus dapat mengidentifikasi permasalahan potensial dan strategis
penanggulangan yang efektif. Hal ini dapat tercapai melalui koordinasi, pemantauan
dan evaluasi penerapan panduan penggunaan antimikroba. Panduan ini juga
ditunjang dengan kebijakan Automatic Stop Order (ASO) yaitu penghentian
penggunaan antimikroba yang diberikan kepada pasien secara otomatis. Farmasi
akan dengan sendirinya menghentikan antimikroba tersebut bila lama terapi yang
ditentukan terlewati. Pemesanan antimikroba juga akan otomatis dihentikan ketika
pasien:
 Dipindahkan ke atau dari ruang intensif (ICU, PICU/NICU, ICCU, HCU)
 Dipindahkan ke atau dari pelayanan medis lain (misalkan dari bagian Bedah ke
Penyakit Dalam)
 Dikirim ke ruang operasi
Apoteker akan mengingatkan dokter dan perawat jika mendapati suatu penggunaan
antimikroba yang hampir mencapai batas pemberian yang aman. Penggunaan akan
dilanjutkan setelah dinyatakan secara tertulis oleh dokter yang bersangkutan
Identifikasi dan komunikasi terkait Automatic Stop Order akan disampaikan 48 jam
sebelum batas waktu pemesanan.
 Apoteker akan mengirim peringatan tentang Automatic Stop Order yang akan
dilakukan.

Peringatan akan ditandai dengan stiker yang akan ditempatkan pada Lembar
Catatan Perkembangan Pasien Terpadu (CPPT) di rekam medis.
Contoh stiker Automatic Stop Order

AUTOMATIC STOP ORDER


Untuk Obat:

------------------------------------------------------

Berakhir pada tanggal:

------------------------------------------------------

1.5.2 Keterbatasan.
Panduan ini perlu dilakukan revisi dan penyempurnaan secara berkala sesuai
dengan usulan materi dari SMF.
BAB II
INDIKASI PENGGUNAAN ANTIMIKROBA

2.1 Alur Rekomendasi Penggunaan Antimikroba Diluar Pedoman Penggunaan


Antimikroba Dan Formularium Nasional.
2.2 SMF Bedah
Keadaan Kuman Dosis Empiris/ Lama
Rekomendasi
No Klinik/Penyak Penye Profilaksi Interval Pemberi Ket.
Antimikroba Dewasa Anak
it/Tindakan bab s an
1 Appendicitis E.Coli, Cefazoline + 2 gram 30mg/kgBB Profilaksis 4 jam 24 jam
akut (non Bactero Metronidazole 500 mg 15mg/kgBB
Perforasi) ides,K. Cefotaxim 2 gram 40mg/kgBB Profilaksis 2 jam 24 jam
Pneum
oniae
2 Appendicitis E.Coli, Cefotaxime 1 gram 80-160mg/KgBB/hr Empiris 8 jam Minimal
akut Bactero Erbapenem 1 gram 15 mg/kgBB 24 jam 3 hr
(Perforasi)+GI ides,K. Moxifloxacin 400 mg 24 jam /Klinis
Tract Perforasi Pneum Cefazoline+Metro 1 gr+500mg 30mg/kgBB 12 jam membaik
oniae Cefotaxim+Metro 1 gram 50mg/kgBB/hr 8 jam
Ceftazidime+Metro 1 gram 30mg/kgBB/hr 8 jam
Ciprofloxacin+Metro 450 mg 10mg/kgBB 12 jam
Levofloxacin+Metro 750 mg 10mg/kgBB 24 jam

3 Biliary tract E.Coli, Cefazoline 2 gram 30mg/kgBB Profilaksis 4 jam 24 jam


Klebsie Cefotaxime 2 gram 40mg/kgBB 2 jam 24 jam
lla, Ceftriaxone 2 gram 50mg/kbBB SD 24 jam
Proteus Ampicillin sulbactam 3 gram 50mg/kgBB 2 jam 24 jam
, Cefoperazone, 1 gram 50mg/kgBB Empiris 12 jam 4-7hari
PSeud Erbapenem 1 gram 15mg/kgBB 24 jam 4-7hari
omona Ciprofloxacin 400 mg 10mg/kgBB 12 jam 4-7hari
s,
Bactero
ides
4 Hernia Cefazoline 2 gram 30mg/kgBB Profilaksis 2 kali

5 Urinary tract E.Coli, Cefazoline 2 gram 30mg/kgBB Profilaksis 4 jam


surgery S.Aure Ciprofloxacin 400 mg 10mg/kgBB 1 kali
us, Clindamycin 900mg 10mg/kgBB 8 jam
Klebsie Gentamicin 5mg/kgBB 2.5mg/kgBB 1 kali
lla,
Pseudo
monas,
Chlamy
dia
6 Urinary tract E.Coli, Cephalexine 500mg p.o Empiris 8 jam 5 hari
infection tanpa S.Aure Tmp-Smx 1 tab p.o 12 jam 3 hari
kateter us, Cefazoline 1 gram 8 jam 3 hari
Klebsie Ceftriaxone 1 gram 12 jam
lla,
Pseudo
monas,
Chlamy
dia
7 Urinary tract E.Coli, Ceftriaxone 1 gram Empiris 12 jam
infection S.Aure Ciprofloxacine 400 mg 12 jam
dengan kateter us, Erbapenem 1 gram 24 jam
Klebsie Piperacillin- 3,375 gram 8 jam
lla, tazobactam
Pseudo
monas,
Chlamy
dia
8 Selulitis, B.Hem Amoxicillin/Clavulani 875 mg Empiris 12 jam 5-7 hari
Abses olytic, c/Clindamycin 300 mg 8 jam 5-7 hari
Strepto
ccoccu
s,
MRSA Ampicillin- 1,5 gram 8 jam 5-7 hari
sulbactam/
cefazoline 1 gram 8 jam 5-7 hari

9 Diabetic Foot B.Hem Amox-Clavulanat 875 mg Empiris 12 jam 7-10 hari


olytic, Clindamycin, 300 mg 8 jam 7-10 hari
Strepto Cefazoline 1 gram 8 jam 7-10 hari
ccoccu Ciprofloxacin 400 mg 12 jam 7-10 hari
s, Piperacillin- 4,5 gram 8 jam 7-10 hari
MRSA Tazobactam
Erbapenem 1 gram 24 jam 7-10 hari
10 Surgical site S.Aure Cefazoline 1 gram Empiris 8 jam
infection us, Ciprofloxacin 400 mg 12 jam
Strepto Piperacillin- 4,5 gram 8 jam
coccus tazobactam
anaero Vancomycin 20- 8-12
b 25mg/kgBB jam
lanjut 15-20
mg/kgBB
2.3 SMF Interna
No. Diagnosis Kuman Penyebab Rekomendasi Antibiotik Dosis Interval Durasi
Pemberian Pemberian
1. Diare Akut  Campylobacter I. Azithromycin oral  1x500 mg  24 jam  5 hari
II. Ciprofloxacin oral  2x500 mg  12 jam  5 hari
 Clostridium difficile I. Vancomycin oral  4x125 mg  6 jam  7-10 hari
 Salmonella typhi or I. Ceftriaxone IV  1x1 g  24 jam  5 hari
paratyphi II. Ciprofloxacin oral  2x500 mg  12 jam  7 hari
III. Ampicillin oral  4x1 g  6 jam  14 hari
TMP- SMX oral  2x80 mg/400 mg  12 jam  7 hari
Azithromycin oral  1x500 mg  24 jam  5 hari

 Shigella I. Azithromycin oral  1x500 mg  24 jam  5 hari


Ciprofloxacin oral  2x500 mg  12 jam  5 hari
Ceftriaxone IV  1x1 g  24 jam  5 hari
II. TMP-SMX oral  2x80 mg/400 mg  12 jam  5 hari
Ampicillin oral  4x1 g  6 jam  7 hari

 Vibrio cholerae I. Doxycycline oral  1x100 mg  24 jam  7 hari


II. Ciprofloxacin oral  2x500 mg  12 jam  5 hari
Azithromycin oral  1x500 mg  24 jam  5 hari
Ceftriaxone IV  1g  24 jam  5 hari

2. Demam Tifoid  Salmonella typhi or I. Ceftriaxone IV 1 g  24 jam  5 hari


paratyphi Ciprofloxacin oral  2x500 mg  12 jam  7 hari
II. Ampicillin oral  4x 1 g  6 jam  14 hari
TMP- SMX oral  2x80 mg/400 mg  12 jam  7 hari
Azithromycin oral  1x500 mg  24 jam  5 hari
3. Leptospirosis  Leptospira ringan I. Doxycycline  2x100 mg  12 jam  5-7 hari
II. Azithromycin oral  1x500 mg  24 jam  5-7 hari
Ampicillin oral  4x500-750 mg  6 jam  5-7 hari
Amoxicillin oral  4x500 mg  6 jam  5-7 hari

 Leptospira berat I. Penicillin IV  4x1,5 juta U  6 jam  5-7 hari


II. Ceftriaxone IV  1x1 g  24 jam  5-7 hari
4. Infeksi Oportunistik  Pneumonia I. TMP-SMX oral  2x160 mg/800 mg  12 jam  21 hari
HIV Pneumocystis II. Clindamycin oral +  3x450 mg +  8 jam +  21 hari
jiroveci (PCP) Primaquine oral 1x15 mg 24 jam

 Toksoplasmosis I. Pirimetamine oral +  1x100 lanjut 1x50 mg  24 jam +  6 minggu


Serebral Clindamycin oral + + 4x600 mg + 6 jam +
Folinate Acid oral 15 mg 48 jam

 Mycobacterium I. Azitromycin oral  1x500 mg  24 jam  6 minggu


Avium Complex II. Clarithromycin oral +  2x500 mg +  12 jam +  6 minggu
(MAC) Etambutol oral + 1x15 mg/kgBB + 24 jam +
Levofloxacin oral 1x500 mg 24 jam

 Gram-Positive I. Vancomycin IV  3x15 mg/kg  8 jam  7-10 hari


Antibiotics With
MRSA Activity II. Linezolid IV  2x600 mg  12 jam  7-10 hari

 Gram-Negative I. Piperacillin-tazobactam IV  4x4.5 g  6 jam  5-14 hari


Antibiotics With II. Cefepime IV  3x2 g  8 jam  5-14 hari
Antipseudomonal Ceftazidime IV 3x2 g 8 jam 5 hari
Activity: ß-Lactam III. Imipenem IV  4x500 mg  6 jam  5 hari
Based Agents Meropenem IV 3x1 g 8 jam 5 hari
IV. Aztreonam IV  3x2 g  8 jam  5 hari
5. Pneumonia RS  Gram-Negative I. Ciprofloxacin IV  3x400 mg  8 jam  5 hari
Antibiotics With Levofloxacin IV 1x750 mg 24 jam 5 hari
Antipseudomonal II. Amikacin IV  1x15-20 mg/kg  24 jam  5 hari
Activity: Non-ß- Gentamicin IV 1x5-7 mg/kg 24 jam 5 hari
Lactam–Based Tobramycin IV 1x5-7 mg/kg 24 jam  5 hari
Agents III. Colistin IV  2x2.5 mg/kg  12 jam  5-14 hari
IV. Polymyxin B IV  2.5-3.0 mg/kg  48 jam  5-14 hari

 Streptococcus I. Penicillin G IV  4x1-2 g  6 jam  5 hari


pneumonia Amoxicillin IV 3x1 g 6 jam 5 hari
Penicillin II. Azithromycin oral  1x500 mg  24 jam  3-5 hari
nonresistant Cefuroxime oral 2x500 mg 12 jam 5 hari
Ceftriaxone IV 1x1-2 g 24 jam 5 hari
Clindamycin oral 4x150-300 mg 6 jam 5 hari
Doxycyline oral 1x100 mg 24 jam 5 hari
Levofloxacin oral 1x500 mg 24 jam 5 hari

 Streptococcus I. Cefotaxime IV  3x1-2 g  8 jam  5-7 hari


pneumonia Ceftriaxone IV 1x1-2 g 24 jam 5-7 hari
Penicillin resistant Levofloxacin oral 1x500 mg 24 jam 5 hari
II. Vancomycin IV  3x15 mg/kg  8 jam  5 hari
Linezolid IV 2x600 mg 12 jam 5 hari

 Haemophilus I. Amoxicillin oral  4x500 mg  6 jam  5 hari


influenzae II. Levofloxacin oral
Non–Beta-lactamase Doxycycline oral  1x500 mg  24 jam  5 hari
producing Azithromycin oral 1x100 mg 24 jam 5 hari
Clarithromycin oral 1x500 mg 24 jam 5 hari
2x500 mg 12 jam 5 hari

 Haemophilus I. Ceftriaxone IV  1x1-2 g  24 jam  5 hari


influenzae Beta- Amoxicillin-clavulanate IV 3x1 g 8 jam 5 hari
lactamase II. Levofloxacin oral  1x500 mg  24 jam  5 hari
producing Doxycycline oral 1x100 mg 24 jam 5 hari
Azithromycin oral 1x500 mg 24 jam 5 hari
Clarithromycin oral 2x500 mg 12 jam 5 hari

 Mycoplasma I. Azithromycin oral  1x500 mg  24 jam  5 hari


pneumoniae/ Doxycycline oral 1x100 mg 24 jam 5 hari
Chlamydophila II. Levofloxacin oral  1x500 mg  24 jam  5 hari
pneumoniae
 Legionella species I. Levofloxacin oral  1x500 mg  24 jam  5 hari
Azithromycin oral 1x500 mg 24 jam 5 hari
II. Doxycyline oral  1x100 mg  24 jam  5 hari
 Enterobacteriaceae I. Ceftriaxone IV  1x1-2 g  24 jam  5 hari
Meropenem IV 3x1 g 8 jam 5 hari
II. Amoxicillin-clavulanate IV  3x1 g  8 jam  5 hari
Levofloxacin IV 1x750 mg 24 jam 5 hari

 Pseudomonas I. Ceftazidime IV +  3x2 g +  8 jam +  5-7 hari


aeruginosa Levofloxacin IV 1x750 mg 24 jam 5-7 hari
II. Amikacin IV +  1x15-20 mg/kg +  24 jam +  5-7 hari
Levofloxacin IV 1x750 mg 24 jam 5-7 hari

 Acinetobacter I. Meropenem IV  3x1 g  8 jam  5-7 hari


species II. Ceftriaxone IV +  1x1-2 g +  24 jam +  5-7 hari
Amikacin IV 1x15-20 mg/kg 24 jam 5-7 hari
Ampicillin-Sulbactam IV 4x1.5 g 6 jam 5-7 hari
6. Pneumonia Colistin IV 2x2.5 mg/kg 12 jam 5-7 hari
Komuniti
 Methicillin- I. Ampicillin-Sulbactam IV  4x1.5 g  6 jam  5-7 hari
susceptible II. Cefazolin IV  3x2 g  8 jam  5-7 hari
Staphylococcus Clindamycin oral 4x300 mg 6 jam 5-7 hari
aureus (MSSA)
 Methicillin-resistant I. Vancomycin IV  3x15 mg/kg  8 jam  5 hari
Staphylococcus II. Linezolid IV  2x600 mg  12 jam  5 hari
aureus (MRSA) III. TMP-SMX oral  2x160/800 mg  12 jam  5-7 hari
7. Luka Diabetes  Methicillin- I. Dicloxacillin oral  4x250 mg  6 jam  7-10 hari
Derajat Ringan susceptible S. II. Clindamycin oral  4x300 mg  6 jam  7-10 hari
aureus (MSSA) Cephalexin oral 2x500 mg 12 jam 7-10 hari
 Streptococcus spp III. Levofloxacin oral  1x500 mg  24 jam  7-10 hari
Amoxicillin-clavulanate oral 3x625 mg 8 jam 7-10 hari

 Methicillin-resistant I. Doxycycline oral  1x100 mg  24 jam  7-10 hari


S. aureus (MRSA) II. TMP-SMX oral  2x160/800 mg  12 jam  7-10 hari

8. Luka Diabetes  Methicillin- I. Levofloxacin IV  1x750 mg  24 jam  7-14 hari


Derajat Berat susceptible S. II. Ceftriaxone IV  1x2 g  24 jam  7-14 hari
aureus (MSSA) Ampicillin-sulbactam IV 4x1.5 g 6 jam 7-14 hari
 Streptococcus spp III. Moxifloxacin IV  1x400 mg  24 jam  7-14 hari
 Enterobacteriace Ertapenem IV 1x1 g 24 jam 7-14 hari
Tigecycline IV 2x50 mg 12 jam 7-14 hari

 Methicillin-resistant I. Linezolid IV  2x600 mg  12 jam  7-14 hari


S. aureus (MRSA) II. Daptomycin IV  1x200 mg  24 jam  7-14 hari
III. Vancomycin IV  3x15 mg/kg  8 jam  7-14 hari
 Pseudomonas I. Piperacillin-tazobactam IV  3x4.5 g  8 jam  5 hari
aeruginosa
9. Infeksi Saluran  E. coli with I. Fosfomycin IV  1x3 g  24 jam  1 hari
Kemih Bawah Extended Spectrum Nitrofurantoin oral 2x100 mg 12 jam 5-7 hari
(Cystitis) Non Beta-Lactamase II. Ciprofloxacin oral  2x250 mg  12 jam  3 hari
Komplikata (ESBL)
Levofloxacin oral 1x250 mg 24 jam 3 hari
Ofloxacin oral 2x250 mg 12 jam 3 hari
III. Cefadroxil oral  2x500 mg  12 jam  5 hari
TMP- SMX oral 2x160/800 mg 12 jam 3 hari

10. Infeksi Saluran  E. coli with I. Ciprofloxacin oral  2x500-750 mg  12 jam  5-7 hari
Kemih Atas Extended Spectrum Levofloxacin oral 1x500 mg 24 jam 5-7 hari
(Pyelonephritis) Beta-Lactamase II. TMP-SMX oral  12 jam  3 hari
Non Komplikata (ESBL) Amoxicillin-clavulanate oral  2x160/800 mg 8 jam 7-10 hari
III. Cefotaxime IV 3x0.5/0.125 g  8 jam  7-10 hari
Ceftriaxone IV 24 jam 7-10 hari
Cefepime IV  3x2 g
1x1-2 g 12 jam 7-10 hari
Meropenem IV 8 jam 7-10 hari
2x1-2 g

3x1 g

11. Infeksi Saluran  E. coli I. Levofloxacin IV  1x750 mg  24 jam  5 hari


Kemih Komplikata  Proteus sp. Ampicillin-sulbactam IV 4x1.5 g 6 jam 5 hari
 Pseudomonas sp. Ceftriaxone IV 1x2 g 24 jam 5 hari
 Klebsiella II. Piperacillin-tazobactam IV  3x4.5 g  8 jam  5 hari
Ceftazidime IV 3x2 g 8 jam 5 hari
Meropenem IV 3x1 g 8 jam 5 hari

 Pneumonia RS I. Piperacillin-tazobactam IV  3x4.5 g  8 jam  7-10 hari


II. Meropenem IV (risiko ESBL)  3x1 g  8 jam  7-10 hari
III. Cefepime IV  3x2 g  8 jam  7-10 hari
IV. Aztreonam IV  3x2 g  8 jam  7-10 hari
 Infeksi Saluran I. Piperacillin-tazobactam IV  3x4.5 g  8 jam  7-10 hari
Kemih RS Meropenem IV (risiko ESBL)  3x1 g  8 jam  7-10 hari
II. Aztreonam IV  3x2 g  8 jam  7-10 hari
12. Sepsis  Infeksi Intra I. Piperacillin-tazobactam IV  3x4.5 g  8 jam  7-10 hari
Abdominal RS II. Meropenem IV (risiko ESBL)  3x1 g  8 jam  7-10 hari
III. Cefepime IV + Metronidazole IV  3x2 g + 3x500 mg  8 jam  7-10 hari
IV. Aztreonam IV + Metronidazole IV  3x2 g + 3x500 mg  8 jam  7-10 hari
 Infesi Kulit RS I. Vancomycin IV  3x15 mg/kg  8 jam  5-7 hari
 Pneumonia I. Ceftriaxone IV + Azithromycin IV  1x2 g + 1x500mg  24 jam + 24 jam  5-7 hari
Komuniti II. Ceftriaxone IV + Doxycycline IV  1x2 g + 2x100mg  24 jam + 12 jam  5-7 hari
III. Levofloxacin IV  1x750 mg  24 jam  5-7 hari
 Infeksi Saluran I. Ertapenem IV  1x1 g  24 jam  5-7 hari
Kemih Komuniti II. Aztreonam IV  3x2 g  8 jam  5-7 hari
 Infeksi Intra I. Piperacillin-tazobactam IV  3x4.5 g  8 jam  5-7 hari
Abdominal II. Ertapenem IV  1x1 g  24 jam  5-7 hari
Komuniti III. Aztreonam IV + Metronidazole IV  3x2 g + 3x500mg  8 jam  5-7 hari
 Infeksi Kulit I. Cefazolin IV  3x2 g  8 jam  5-7 hari
Komuniti

2.4 SMF Ilmu Kesehatan Anak


Dosis Empiris
Keadaan Rekomenda
Sub /
No Klinik/Penyakit/ si Interval Lama Pemberian Ket.
Bagian Profilak
Tindakan Antimikroba
sis
1 Alergi Infeksi HIV Kotrimoksaz 4-6 Profilak Tiap 24 Sampai kadar CD4 Profilaksis
Imunologi ol mg/kgBB/kali, sis jam normal atau PCP
TMP, oral seumur hidup bagi
yang pernah
terinfeksi PCP
2 Gastro- Amebiasis Metronidazol 30-50 Empiris Tiap 8 3-5 hari -
Hepatologi mg/kgBB, jam
dibagi 3 dosis,
oral/intravena
Disentri Cefixime 3-6 mg/kgBB, Empiris Tiap 12 3-5 hari -
dibagi 2 dosis, jam
oral
Ceftriakson 50-100 Empiris Tiap 12 2-5 hari -
mg/kgBB, jam
dibagi 2 dosis,
intravena
Giardiasis Metronidazol 30-50 Empiris Tiap 8 3-5 hari -
mg/kgBB, jam
dibagi 3 dosis,
oral/intravena
Kolera Tetrasiklin 50 Empiris Tiap 6 3 hari -
mg/kgBB/hari, jam
dibagi 4 dosis,
oral
Kotrimoksaz 8 Empiris Tiap 12 3 hari -
ol mg/KgBB/hari, jam
TMP, dibagi 2
dosis
Gromerulonefritis Ampicilin 100 Empiris Tiap 6 10 hari -
akut pasca mg/kgBB/hari, jam
streptokokus dibagi 4 dosis,
intravena
Eritromisin 30-50 Empiris Tiap 6-8 10 hari -
mg/kgBB/hari, jam
dibagi 3 dosis,
oral
3 Nefrologi Infeksi Saluran Amoksisilin 20-40 Empiris Tiap 8 7-14 hari atau -
Kemih mg/kgBB/hari, jam sampai ada hasil
oral kultur urin
Korimoksazo 6-12 Empiris Tiap 12 7-14 hari atau -
l TMP/kgBB/hari jam sampai ada hasil
dan 30-60 mg kultur urin
SMX/kgBB/hari
, oral
Ampisilin Ampisilin 100 Empiris Tiap 6 7-14 hari atau -
dikombinasi mg/kgBB/hari, jam sampai ada hasil
dengan intravena kultur urin
Gentamisin Gentamisin 7,5 Empiris Tiap 24 7-14 hari atau -
mg/kgBB/hari, jam sampai ada hasil
intravena kultur urin
4 Neurologi Ensefalitis Ampisilin 100 Empiris Tiap 6 Sampai ada hasil -
mg/kgBB/hari, jam kultur LCS
intravena
Meningitis Ampisilin 200-400 Empiris Tiap 6 14-21 hari atau 7 Usia 1-3
mg/kgBB/hari, jam hari bebas demam bulan
intravena
Cefotaxim 200 Empiris Tiap 8 14-21 hari atau 7 Usia 1-3
mg/kgBB/hari, jam hari bebas demam bulan
intravena
Ceftriakson 100 Empiris Tiap 12 14-21 hari atau 7 Usia > 3
mg/kgBB/hari, jam hari bebas demam bulan
intravena
Lini I : Ampisilin atau Empiris Tiap 12 10-14 hari Ampisilin
Ampisilin Ampisilin jam sulbaktam
atau Sulbaktam 100 bila klinis
Ampisilin mg/kgBB/hari awal buruk
sulbaktam Gentamisin Empiris Tiap 24 10-14 hari -
dikombinasi bolus 5 jam
Sepsis Neonatal dengan mg/kgBB
awitan Gentamisin dilanjutkan
dini/lambat dosis rumatan
2,5
mg/kgBB/kali
untuk usia
gestasi < 37
minggu atau 4
mg/kgBB/kali
untuk usia
gestasi > 37
minggu
Lini II : Sefotaksim Empiris Tiap 12 10-14 hari -
Sefotaksim 100 jam
dikombinasi mg/kgBB/hari,
dengan intravena
Gentamisin Gentamisin Empiris Tiap 24 10-14 hari -
bolus 5 jam
mg/kgBB
dilanjutkan
dosis rumatan
2,5
mg/kgBB/kali
untuk usia
gestasi < 37
minggu atau 4
mg/kgBB/kali
untuk usia
gestasi > 37
minggu
Lini III : 120 Empiris Tiap 8 10-14 hari -
Meropenem mg/kgBB/hari, jam
intravena
Lini I : Ampisilin atau Empiris Tiap 12 14-21 hari -
Ampisilin Ampisilin jam
atau Sulbaktam 100
Ampisilin mg/kgBB/hari
sulbaktam Gentamisin Empiris Tiap 24 14-21 hari -
dikombinasi bolus 5 jam
dengan mg/kgBB
Gentamisin dilanjutkan
dosis rumatan
2,5
mg/kgBB/kali
untuk usia
gestasi < 37
minggu atau 4
mg/kgBB/kali
untuk usia
gestasi > 37
minggu
Lini II : Sefotaksim Empiris Tiap 12 14-21 hari -
Sefotaksim 100 jam
dikombinasi mg/kgBB/hari,
dengan intravena
Gentamisin Gentamisin Empiris Tiap 24 14-21 hari -
bolus 5 jam
mg/kgBB
dilanjutkan
dosis rumatan
2,5
mg/kgBB/kali
untuk usia
gestasi < 37
minggu atau 4
5 Neonatolo Meningitis mg/kgBB/kali
gi Neonatal untuk usia
gestasi > 37
minggu

Lini III : 120 Empiris Tiap 8 14-21 hari -


Meropenem mg/kgBB/hari, jam
intravena
Enterokolitis Metronidazol Dosis bolus 15 Empiris - Tiap 12 5-7 hari atau hasil Dosis
Nekrotikan mg/kgBB lanjut jam evaluasi BOF tidak rumatan
dosis rumatan untuk ada enterocolitis dimulai 24
7,5 usia < 28 nekrotikan jam
mg/kgBB/kali hari. setelah
- Tiap 8 dosis
jam loading
untuk untuk usia
usia > 28 gestasi <
hari 37 minggu
atau 12
jam
setelah
loding
untuk usia
gestasi >
37 minggu
Bronkiolitis Ampisilin 100-200 Empiris Tiap 6 3-5 hari -
mg/kgBB/hari, jam
intravena
Croup Sefotaksim 100-200 Empiris Tiap 8 3-5 hari -
mg/kgBB/hari, jam
intravena
Pneumonia Amoksisilin 80-100 Empiris Tiap 12 5 hari -
mg/kgBB/hari, jam
oral
Eritromisin 50 Empiris Tiap 6-8 5 hari -
mg/kgBB/hari, jam
oral
Pneumonia Lini I : Ampisilin 200 Empiris Tiap 6 5 hari -
Berat Ampisilin mg/kgBB/hari, jam
dikombinasi intravena
dengan Gentamisin 7,5 Empiris Tiap 24 5 hari -
Gentamisin mg/kgBB/hari jam
Lini II : 100-150 Empiris Tiap 12 5 hari Dapat
Seftriakson mg/kgBB/hari, jam langsung
intravena diberikan
lini II bila
pneumoni
a dengan
ancaman
gagal
napas
Amoksisilin 50 Empiris Tiap 12 6 hari -
mg/kgBB/hari, jam
oral
Eritromisin 40 Empiris Tiap 6-8 10 hari Bila alergi
mg/kgBB/hari, jam penisilin
oral
Azitromisin 10 Empiris Tiap 24 3 hari Bila alergi
mg/kgBB/hari, jam penisilin
oral
Ampisilin 100-200 Empiris Tiap 6 3-5 hari atau 48 -
mg/kgBB/hari, jam jam bebas demam
intravena
Tonsilofaringitis Sefotaksim 100-200 Empiris Tiap 8 3-5 hari atau 48 -
akut mg/kgBB/hari, jam jam bebas demam
intravena

Tuberkulosis Isoniazid (H) 10 Definitif Tiap 24 Fase intensif : -


ekstra paru mg/kgBB/hari, jam HRZE, selama 2
oral bulan.
Rifampisin 15 Definitif Tiap 24 Fase lanjutan :
(R) mg/kgBB/hari, jam HR, selama 9-12
oral bulan
Pirazinamid 35 Definitif Tiap 24
(Z) mg/kgBB/hari, jam
oral
Etambutol 20 Definitif Tiap 24
(E) mg/kgBB/hari, jam
oral
Isoniazid (H) 10 Definitif Tiap 24
mg/kgBB/hari, jam
oral
Rifampisin 15 Definitif Tiap 24
(R) mg/kgBB/hari, jam
oral
6 Respirologi Tuberkulosis Pirazinamid 35 Definitif Tiap 24 Fase intensif : -
kelenjar (Z) mg/kgBB/hari, jam HRZ, selama 2
oral bulan
Fase Lanjutan :
HR, selama 4
bulan

Tuberkulosis Isoniazid (H) 10 Definitif Tiap 24 Fase intensif : -


milier mg/kgBB/hari, jam HRZE, selama 2
oral bulan.
Rifampisin 15 Definitif Tiap 24 Fase lanjutan :
(R) mg/kgBB/hari, jam HR, selama 9-12
oral bulan
Pirazinamid 35 Definitif Tiap 24
(Z) mg/kgBB/hari, jam
oral
Etambutol 20 Definitif Tiap 24
(E) mg/kgBB/hari, jam
oral
Tuberkulosis Isoniazid (H) 10 Definitif Tiap 24 Fase intensif : -
paru mg/kgBB/hari, jam HRZ, selama 2
oral bulan
Rifampisin 15 Definitif Tiap 24 Fase Lanjutan :
(R) mg/kgBB/hari, jam HR, selama 4
oral bulan
Pirazinamid 35 Definitif Tiap 24
(Z) mg/kgBB/hari, jam
oral
7 Infeksi Demam tifoid Seftriakson 80-100 Empiris Tiap 12 5 hari -
tropis mg/kgBB/hari, jam
intravena
Sefiksim 10 Empiris Tiap 12 10 hari -
mg/kgBB/hari, jam
oral
Difteri Prokain 50.000- Definitif Tiap 24 10-14 hari -
penisilin 100.000 jam
U/kgBB/hari,
intrmuskular
Eritromisin 40-50 Definitif Tiap 6 10-14 hari -
mg/kgBB/hari, jam
oral
Sepsis Sefotaksim 200-225 Empiris Tiap 8 10-14 hari Pemilihan
mg/kgBB/hari, jam antibiotik
intravena disesuaika
Seftriakson 100 Empiris Tiap 12 10-14 hari n dengan
mg/kgBB/hari, jam dugaan
intravena penyebab
Sefepim 100-150 Empiris Tiap 8-12 10-14 hari infeksi.
mg/kgBB/hari, jam Setelah
intravena bakteri
Gentamisin 7,5 Empiris Tiap 24 10-14 hari penyebab
mg/kgBB/hari, jam diketahui,
intravena antibiotik
Ampisilin 200 Empiris Tiap 6 10-14 hari definitif
Sulbaktam mg/kgBB/hari, jam diberikan
intravena sesuai
Meropenem 60-120 Empiris Tiap 8 10-14 hari pola
mg/kgBB/hari, jam kepekaan
intravena kuman
Tetanus Metronidazol Dosis bolus 15 Definitif Tiap 6 7-10 hari -
mg/kgBB, jam
lanjut dosis
rumatan 30
mg/kgBB/hari,
intravena/oral
- Prokain 50.000- Definitif Tiap 24 7-10 hari -
penisilin 100.000 jam
U/kgBB/hari,
intramuscular
Eritromisin 40-50 Definitif Tiap 6 7-10 hari Bila alergi
mg/kgBB/hari, jam penisilin
oral
Tetrasiklin 250-500 Definitif Tiap 6 7-10 hari Untuk
mg/kali jam anak usia
> 8 tahun

2.5 SMF Obstetri dan Ginekologi


Keadaan Dosis
Rekomendasi Empiris/ Lama
No Klinik/Penyakit/ Interval Ket.
Antimikroba Dewasa Anak Profilaksis Pemberian
Tindakan
1. Operasi/SC/ Cefotaxime 1 gram - Profilaksis/Empiris 8 jam 2 hari
Laparotomi
Ceftriaxone 1 gram - Profilaksis/Empiris 8 jam 2 hari

Vicillin 3 gram - Profilaksis/Empiris 8 jam 2 hari

Ampicillin 1 gram - Profilaksis/Empiris 8 jam 2 hari

2 Repair Ruptur Metronidazole 500 mg - Empiris 8 jam 5 hari


Perineum
3 PSPT/KPD/ Amoxicillin 500 mg Empiris/Profilaksis 8 jam 5 hari
ISK
Cefixime 100 mg Empiris/Profilaksis 12 jam 5 hari

Cefadroxil 500 mg Empiris/Profilaksis 12 jam 5 hari

2.6 SMF Neurologi


Keadaan Dosis Lama
Rekomendasi Empiris/
No Klinik/Penyakit/T Interval Pemberia Ket.
Antimikroba Dewasa Anak Profilaksis
indakan n
1. Meningitis bakteri Ceftriaxone IV: 2gr Empiris 12 jam 7-14 hari Evaluasi

Cefotaxime IV: 3gr Empiris 6 jam 7-14 hari berdasarkan


perbaikan
Ceftazidime IV: 6gr Empiris 8 jam 7-14 hari
kondisi
klinis umum
dan klinis
neurologis
BAB III
DAFTAR KASUS DAN ALUR PENANGANAN PASIEN

3.1 Daftar Kasus


a. MDRO Non MRSA dan TIDAK ditemukan pasien kontak
b. MDRO MRSA dan TIDAK ditemukan pasien kontak (single case)
c. MDRO MRSA atau Non MRSA dan DITEMUKAN pasien kontak

3.2 Penatalaksanaan Kasus


I. Case Finding :
A. Dokter
1. Lakukan permintaan kultur spesimen klinik berdasarkan indikasi medis sebelum
pemberian antibiotika.
2. Lakukan permintaan kultur skrining karier MRSA (swab hidung, swab tenggorok,
dan swab luka terbuka bila ada) yang dilakukan dalam waktu 48 jam masuk
rumah sakit (MRS) terhadap pasien :
a. Pasien rujukan
b. Pasien pernah MRS dalam 1 tahun terakhir
c. Pasien pernah terdeteksi kolonisasi dan atau infeksi MRSA.
B. Perawat
1. Lakukan pengambilan dan pengiriman spesimen klinik untuk pemeriksaan
kultur mikrobiologis sesuai yang tertulis.
2. Lakukan pengambilan dan pengiriman sampel swab hidung, swab tenggorok,
dan swab luka terbuka (bila ada) untuk pemeriksaan kultur skrining karier
MRSA yang dilakukan dalam waktu 48 jam MRS terhadap :
a. pasien rujukan,
b. pasien pernah MRS dalam 1 tahun terakhir,
c. pasien pernah terdeteksi kolonisasi dan atau infeksi MRSA.
3. Tulis “SKRINING MRSA” di pojok kanan atas dari formulir permintaan
pemeriksaan (sesuai SPO Komite PPI tentang Skrining dan Eradikasi MRSA).
C. Instalasi Mikrobiologi Klinik
1. Lakukan kultur spesimen klinik pasien sesuai dengan permintaan dokter sesuai
dengan Pedoman Praktek Klinik (PPK).
2. Lakukan kultur skrining karier MRSA terhadap sampel swab hidung, swab
tenggorok, dan swab luka terbuka (bila ada) dari:
a. Pasien rujukan,
b. Pasien pernah MRS dalam 1 tahun terakhir,
c. Pasien pernah terdeteksi kolonisasi dan atau infeksi MRSA yang diambil dalam 48
jam MRS sesuai PPK.

II. Pelaporan
A. Instalasi Mikrobiologi Klinik
1. Laporkan hasil kultur spesimen klinik yang menunjukkan MDRO (index case)
kepada dokter dan Komite PPI (laporan ke Komite PPI menggunakan link
WhatsApp) segera setelah hasil ditandatangani oleh DPJP SMF Mikrobiologi
Klinik.
2. Laporkan hasil kultur skrining karier MRSA positif kepada dokter dan Komite PPI
(laporan ke Komite PPI menggunakan link whatsapp) segera setelah hasil
ditandatangani oleh DPJP SMF Mikrobiologi Klinik.

B. Komite PPI
1. Lakukan pencatatan kasus MDRO yang dilaporkan oleh Instalagi Mikrobiologi
Klinik baik dari kultur spesimen klinik maupun kultur skrining karier MRSA.
2. Informasikan kasus MDRO pada poin 1 kepada IPCN dan IPCLN untuk segera
melakukan investigasi.
3. Laporkan kepada Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA)

III. Investigasi
A. Tim PPI (IPCN dan IPCLN)
1. Lakukan telusur terhadap pasien kontak dengan infeksi dan atau kolonisasi
MDRO yang sama dengan index case selama 1 minggu terakhir di ruang
rawat yang sama.
2. Lakukan konsultasi dengan dokter Instalasi Mikrobiologi Klinik untuk
konfirmasi poin 1.
3. Laporkan kepada Komite PPI dalam 24 jam.
IV. Intervensi
A. MDRO Non MRSA dan TIDAK ditemukan pasien kontak
I. Tim PPI (IPCN dan IPCLN)
1. Lakukan koordinasi dengan kepala ruang dan perawat pelaksana.
2. Lakukan cohorting (pemisahan) pasien dengan infeksi dan atau kolonisasi
MDRO dari pasien negatif menggunakan partisi/sketsel atau ruang isolasi.
3. Berlakukan kewaspadaan transmisi kontak.
4. Sosialisasikan kepatuhan hand hygiene.
5. Sosialisasikan prosedur cleaning dan disinfecting ruang rawat sesuai SPO
Komite PPI tentang Cleaning dan Disinfecting Area Pasien dengan Kolonisasi
dan atau infeksi MDRO.

II. Kepala Ruang.


1. Hitung jumlah alat pelindung diri (masker, sarung tangan, dan gaun) sesuai
kebutuhan terkait kewaspadaan transmisi kontak serta proses cleaning dan
disinfecting area pasien.
2. Laporkan kebutuhan alat pelindung diri pada poin 1 kepada Instalasi Laundry
dan Sterilisasi Sentral dan Instalasi Farmasi.
3. Lakukan restriksi kegiatan perawatan oleh mahasiswa (koas & mahasiswa
perawat) terhadap pasien dengan infeksi dan atau kolonisasi MDRO.

III. Instalasi Laundry dan Sterilisasi Sentral.


1. Siapkan kebutuhan gaun terkait kewaspadaan transmisi kontak.
2. Siapkan alat dan bahan cleaning dan disinfecting area pasien.

IV. Instalasi Farmasi.


1. Siapkan kebutuhan masker dan sarung tangan terkait kewaspadaan transmisi
kontak serta untuk cleaning dan disinfecting area pasien.
2. Siapkan disinfektan yang dibutuhkan untuk disinfeksi area pasien.

B. MDRO MRSA dan TIDAK ditemukan pasien kontak (single case)


I. Tim PPI
Lakukan poin IV.A.I
II. Kepala Ruang.
Lakukan poin IV.A.II
III. Instalasi Laundry dan Sterilisasi Sentral.
Lakukan poin IV.A.III
IV. Instalasi Farmasi.
1. Lakukan poin IV.A.IV.
2. Siapkan terapi eradikasi pasien karier MRSA.
V. Dokter
Lakukan permintaan kultur skrining karier MRSA (swab hidung dan swab tenggorok)
dari pasien dengan infeksi dan atau kolonisasi MRSA berdasarkan hasil kultur
spesimen klinik.
VI. Perawat
Lakukan pengambilan dan pengiriman sampel kultur skrining karier MRSA (swab
hidung dan swab tenggorok) dari pasien dengan infeksi dan atau kolonisasi MRSA
berdasarkan hasil kultur spesimen klinik.
VII. Instalasi Mikrobiologi Klinik
1. Lakukan kultur skrining karier MRSA terhadap sampel swab hidung dan
swab tenggorok dari pasien dengan infeksi dan atau kolonisasi MRSA
berdasarkan hasil kultur spesimen klinik.
2. Laporkan hasilnya kepada dokter dan Komite PPI (laporan ke Komite PPI
melalui link whatsapp) segera setelah ditandatangani oleh DPJP SMF
Mikrobiologi Klinik.
VIII. Dokter, Perawat, dan Instalasi Farmasi.
1. Lakukan tindakan eradikasi terhadap pasien dengan hasil skrining karier
MRSA positif (sesuai SPO Komite PPI tentang Skrining dan Eradikasi
MRSA) meliputi:
a. Pasien mandi dan keramas dengan sabun chlorhexidine gluconate
4% dua kali sehari selama 7 hari.
b. Pemberian mupirocin salep hidung 2% dua kali sehari selama 7 hari
(bila hasil kultur swab hidung menunjukkan positif MRSA)
c. Pemberian cotrimoxazole 2x960 mg selama 7 hari (bila kultur swab
tenggorok menunjukkan positif MRSA dan pasien tidak alergi
cotrimoxazole).
d. Bila terdapat luka terbuka dengan hasil kultur luka menunjukkan
positif MRSA maka irigasi luka dengan kombinasi NaCl 0,9% steril
dan chlorhexidine gluconate 1,5% setiap 3 hari sebanyak 7 kali. Bila
terdapat kemajuan hasil terapi maka irigasi dilanjutkan sampai 14 kali.
Catatan: untuk luka di bagian kepala dan atau luka pada pasien
pediatrik perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut.

C. MDRO MRSA atau Non MRSA dan DITEMUKAN pasien kontak


I. Komite PPI (segera setelah mendapat laporan investigasi dari Tim PPI)
1. Laporkan Kejadian Transmisi MDRO di suatu ruang rawat kepada Direktur dan
Bidang Pelayanan Medik beserta rekomendasi langkah–langkah yang harus
ditempuh untuk memutus rantai transmisi meliputi:
a. Tidak menerima pasien baru di ruang rawat tersebut untuk keperluan cleaning
dan disinfecting, serta untuk melindungi pasien baru dari infeksi dan atau
kolonisasi MDRO karena ruang rawat dinyatakan dalam kondisi tidak aman.
b. Pelaksanaan cleaning dan disinfecting ruang rawat secara intensif sesuai
SPO Komite PPI, diikuti dengan kultur swab lingkungan ruang rawat setelah
proses cleaning dan disinfecting selesai dilakukan.
c. Pemberlakuan kewaspadaan transmisi kontak.
d. Untuk MDRO MRSA, dilakukan skrining karier MRSA (kultur swab hidung dan
swab tenggorok) untuk pasien dengan risiko kontak dan petugas kesehatan
termasuk peserta didik dan tenaga outsourcing, serta keluarga terdekat
petugas kesehatan (suami/istri) di ruang rawat tersebut.
2. Lakukan sosialisasi dan monitoring proses cleaning dan disinfecting ruang rawat
sesuai SPO Komite PPI.
3. Lakukan sosialisasi dan monitoring kewaspadaan transmisi kontak di ruang rawat.
4. Bila MDRO adalah MRSA : lakukan tindak lanjut untuk petugas kesehatan dengan
hasil skrining positif karier MRSA sesuai dengan SPO Komite PPI tentang
Skrining dan Eradikasi MRSA:
a. Informasikan kepada petugas kesehatan tersebut dan atasan langsungnya
secara confidential untuk mendapatkan terapi eradikasi dan libur kerja selama
dilakukan terapi eradikasi.
b. Laporkan kepada Direktur dan Bidang Pelayanan Medik apabila status ruang
rawat sudah bebas dari MDRO target berdasarkan hasil kultur mikrobiologis.
5. Laporkan kepada Direktur dan Bidang Pelayanan Medik apabila status rawat
sudah bebas dari MDRO target berdasarkan hasil kultur mikrobiologis

II. Bidang Pelayanan Medik (dalam 24 jam)


1. Lakukan rapat koordinasi dengan satuan kerja terdampak, Komite PPI, KPRA,
KPRS, Bidang Penunjang Medik, dan Bidang Keperawatan setelah mendapatkan
laporan kejadian transmisi MRDO dari Komite PPI.
2. Tentukan langkah–langkah yang ditempuh manajemen RSSA dan kebutuhan
anggaran terkait kejadian transmisi MDRO berdasarkan rekomendasi Komite PPI
dalam rapat koordinasi tersebut.
3. Tentukan alternatif alur pelayanan dan penempatan pasien
4. Kirim surat edaran terkait kejadian transmisi MDRO dan langkah–langkah yang
ditempuh manajemen RSSA kepada pihak–pihak yang berkepentingan yang
ditentukan dalam rapat koordinasi tersebut
5. Lakukan rapat koordinasi dengan satuan kerja terdampak, Komite PPI, KPRA,
KPRS, Bidang Penunjang Medik, dan Bidang Keperawatan untuk mengevaluasi
upaya penanggulangan MDRO yang telah dilakukan dan mengembalikan alur
pelayanan normal
6. Kirim surat edaran apabila ruang rawat dinyatakan aman untuk menerima
pasien baru dan menjalankan pelayanan normal setelah menerima laporan dari
Komite PPI.

III. Bidang Keperawatan


1. Lakukan koordinasi dengan satuan kerja terdampak :
a. Atur pola ketenagaan perawat selama proses pembersihan ruang rawat
b. Atur pola pelayanan dan penempatan pasien berdasarkan rapat koordinasi
dengan Bidang Pelayanan Medik.

IV. Instalasi Laundry dan Sterilisasi Sentral


1. Lakukan poin IV.A.III.
V. Instalasi Farmasi
1. Lakukan poin IV.A.IV.

VI. Instalasi Mikrobiologi Klinik


1. Bila MDRO adalah MRSA : lakukan kultur skrining MRSA (swab hidung dan swab
tenggorok) pada seluruh pasien dan petugas kesehatan serta keluarga dekat
(suami/istri) di ruang rawat.
2. Bila MDRO MRSA atau Non MRSA : lakukan skrining MDRO target pada
lingkungan ruang rawat setelah proses pembersihan selesai dilakukan (kultur swab
lingkungan).
3. Informasikan hasil poin 1 dan poin 2 kepada Komite PPI segera setelah hasil
ditandatangani DPJP SMF Mikrobiologi Klinik untuk tindak lanjut segera.
4. Laporkan rekapitulasi hasil poin 1 dan poin 2 kepada Direktur dan Bidang
Penunjang Medik
BAB IV
DOKUMENTASI

FORM LEMBAR PENGUMPUL DATA PPRA RSU NEGARA

No.Kode : Diagnosis Masuk: Tgl MRS Kondisi Tgl Pindah Ruangan Tgl KRS Kondisi
Nama : (catat jam MRS) MRS (catat jam KRS
Usia : ( L/ KRS)
P)
BB : Diagnosis Keluar:
No. RM :
Biaya :
Alamat :
Hari ke- 1 2 3 4
Tanggal
Diagnosis

Kondisi umum
Tanda vital
(N, RR, temp)

Penemuan fisik yang penting

Tindakan
(apabila dilakukan tindakan pada px, misalnya operasi,
tulis prosedur operasi, pemakaian AB profilaksis/terapi,
dosis AB, waktu pemberian, lama penggunaan, dosis
ulang)

Pemeriksaan penunjang:
- Laboratorium (DL,UL,FL, CRP,
Procalcitonin)
- Foto Thorax
- Lain-lain (BUN, creatinin serum.
Klirens kreatinin, SGOT, SGPT,
albumin, …dll)

Pemeriksaan mikrobiologi (kultur)

Antibiotika & Regimen dosis :


(E=Empiris/D=Definitive/P=Profilaksis)

Heri ke- 5 6 7 8
Tanggal
Diagnosis

Kondisi umum
Tanda vital
(N, RR, temp)

Penemuan fisik yang penting

Tindakan
(apabila dilakukan tindakan pada px, misalnya operasi,
tulis prosedur operasi, pemakaian AB profilaksis/terapi,
dosis AB, waktu pemberian, lama penggunaan, dosis
ulang)

Pemeriksaan penunjang:
- Laboratorium (DL,UL,FL, CRP)
- Foto Thorax
- Lain-lain

Pemeriksaan mikrobiologi (kultur)


Antibiotika & Regimen dosis :
(E=Empiris/D=Definitive/P=Profilaksis)
1…..
2…..

HASIL PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI


No.Kode : Diagnosis Masuk: Tgl MRS Kondisi MRS Tgl Ruangan Tgl KRS Kondis
Nama : (catat jam MRS) Pindah (catat jam i KRS
Usia : ( L/ P ) KRS)
BB :
No. RM : Diagnosis Keluar:
Biaya :
Alamat :

Tgl Tgl Bahan Jenis Hasil Tes Kepekaan Antibiotik


Kirim Jadi Kultur (Catat nama bakteri dan
jumah koloni jika ada) Sensitif Intermediate Resisten
BAB V
CARA PENGGUNAAN ANTIMIKROBA

5.1 Rekonstitusi dan Pelarutan Sediaan Injeksi Antimikroba


BAB VI
CATATAN KHUSUS

6.1 Kategori Keamanan Antimikroba Pada Kehamilan.


1. Kategori A : pada studi terkontrol pada wanita gagal menunjukkan
resiko pada janin pada trimester 1, dan tidak ada bukti resiko pada
trimester selanjutnya. Kemungkinan bahaya pada janin sedikit.
2. Kategori B : dari hasil studi reproduksi pada hewan tidak menunjukkan
resiko pada janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada ibu hamil; atau
studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek samping (penurunan
fertilitas) yang tidak terkonfirmasi pada studi terkontrol pada trimester
pertama wanita (dan tidak ada bukti pada resiko trimester selanjutnya).
3. Kategori C : studi pada hewan menampakkan adanya efek samping
pada janin (embryogenic, teratogenic, atau lainnya), dan tidak ada
studi terkontrol pada wanita, atau studi pada wanita dan hewan tidak
tersedia. Obat hanya diberikan jika potensial manfaat lebih besar
daripada resiko pada janin.
4. Kategori D : terjadi resiko pada janin, tetapi manfaat pemberian pada
ibu hamil mungkin lebih diterima meskipun resikonya (misal, obat
dibutuhkan dalam situasi nenyelamatkan nyawa atau untuk penyakit
yang serius dimana obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau
tidak efektif).
5. Kategori X : Studi pada hewan atau manusia menunjukkan
ketidaknormalan pada janin, ada bukti resiko pada janin berdasarkan
pengalaman, atau keduanya; dan resiko penggunaan obai ini pada
wanita hamil jelas lebih banyak daripada manfaatnya. Obat
dikontraindikasikan pada wanita yang mungkin akan hamil.
6.2 Daftar Keamanan Obat Antimikroba Pada Kehamilan
6.3 Penyesuaian Dosis Pada Gangguan Ginjal
6.4 Saat Pemberian Antibiotika

DAFTAR PUSTAKA
1. Michael S. Whiteley R, Marra CM. 2014. Infection of The Central Nervous
System 4th Edition. Philadelphia : Wolfels Kluwer Health.
2. Rakka SA, Sugianto P, Ritarwan K. 2011. Infeksi Pada Sistem Saraf
Kelompok Studi Neuroinfeksi Persatuan Dokters Spesialis Saraf Indonesia.
Surabaya : Airlangga University Press.
3. Samuel MA, Roper AH Samuel. 2010. Manual of Neurologis Therapeutics.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins Kluwer.
4. Peterson. 1998. Oral and Maxillofacial Surgery 3rd Edition. Mosby.
5. G. Dimitroulis. 1997. A synospis of Minor Oral Surgery. Wright.
6. Goldsmith LA, Katz SI, et al. 2012. Ftzpatricks’s Dermatology in General
Medicine 8th Edition. New York : The McGraw-Hill Companies Inc.
7. Bramono K, Suyoso S, et al. 2013. Dermatomikosis Superfisialis Edisi ke 2.
Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
8. Workowski KA, Bolan GA. 2015. Center for Disease Control and Prevention
MMWR Recommendations and Reports : Sexually Transmitted Disease
Treatment Guidelines. Atlanta : The Center for Surveillance, Epidemiology,
and Laboraty Services, Centers for Disease Control and Prevention (CDC),
U.S Department of Health and Human Services.
9. Mc Graw-Hill. 2007. Lange Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology 10th Edition. A Lange Medical Book.
10. Brigss GG, Freeman RK, Yaffe SJ. 2005. Drugs in Pregnancy and Lactation
7th Edition.Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
11. Creasy RK, Resnik R, Lams JD, Lockwood CJ, Moore TR. 2009. Creasy &
Resnik’s Maternal–Fetal Medicine 6th Edition vol I & 2. Saunders Elsevier.
12. Berek JS. 2007. Berek and Novak’s Gynecology. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
13. Horsager R, Roberts S, Rogers V, Munos PS, Worley K, Hoffman B. 2014.
Williams Obstetric 24th Edition : Study Guide. McGraw-Hill Professional.
14. NauroisJd, Novitzky-Basso I, Gill M. Management of febrile neutropenia:
ESMO Clinical Practice Guidelines. Annal of Oncology 2010; 21:1-5.
15. Lanzkowsky P. 2011. Manual of Pediatric Hematology and Oncology, 5 th
Edition. USA : Elsevier.
16. Smith R, Fary R. 2005. Neonatal pharmacopoe, 2nd revised edition. Royal
women’s hospital. carlton Australia.
17. Gomella. 2013. Neonatology Management, Procedures, On Call Problems,
Diseases, and Drug. 7 th edition. McGraw-Hill.Lange, 2013.
18. Buku Ajar RespirologiAnak, Edisipertama, penyunting, Nastiti N. Rahajoe,
BambangSupriyatno, Darmawan Budi Seyanto. IkatanDokterAnak Indonesia,
BadanPenerbit IDAI, 2008.
19. Buku Ajar NutrisiPediatrikdanPenyakitMetabolik, penyunting,
DamayantiRusliSjarif, EndangDewi Lestari, Maria Mexitalia, Sri
SudaryatiNasar, IkatanDokterAnak Indonesia, BadanPenerbit IDAI, 2011.
20. WHO UNICEF. 2002. Treatment of Diarrhea; Guideline for physician and
other health worker.
21. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi, penyunting Mohammad Juffrie, Sri
SuparYatiSoenarto, HanifahOswari, SjamsulArief, Ina Rosalina, Nenny Sri
Mulyani, IkatanDokterAnak Indonesia, BadanPenerbit IDAI, 2010.
22. Buku ajar NeurologiAnak, penyuntingTaslim S. Soetomenggolo, Sofyan
Ismael, IkatanDokterAnak Indonesia, BadanPenerbit IDAI, 1999.
23. Bradley JS, Nelson JD. 2014. Nelson’s Pediatric Antimicrobial Therapy, 20th
Edition, Editors: American Academy of Pediatrics.
24. Habib G, Lancellotti P, Antunes MJ, Bongiorni MG, Casalta JP, FD Zotti, et al.
2015.2015 ESC Guidelines for The Management of Infective Endocarditis.
Eur Heart J 2015; 36:3075-123.
25. Park MK. 2014. Pediatric Cardiology for Practitioner 6th Edition. Philadelphia:
MosbyElsevier.
26. Djer MM. 2014. Penanganan Penyakit Jantung Bawaan Tanpa Operasi
(Kardiologi Intervensi). Jakarta:Sagung Seto.
27. Putra ST, Ontoseno T, Djer MM, Sukardi R, penyunting. PediatricCardiology
Update 2015. Surabaya.
28. Gilbert Habib, Patrizio Lancelotti, Manuel Antunes, Maria Gracia Bongiorni,
Jean Paul Casalta, Francesco de Zolti, et al. (2015). 2015 ESC Guidelines for
the management of infective endocarditis. European Heart Journal, 2-54.
29. Isman Firdaus, Ulfa Rahayu, Fauzi Yahya, Antonia Anna Lukito, Ario Soeryo,
Oktavia Lilyasari, et al. (2016). Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical
Pathway (CP) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia 2016.
30. Michael Gerber, Robert Baltimore, Charles Eaton, Michael Gewitz, Anne
Rowley, Stanford Shulman, et al. (2009). Prevention of Rheumatic Fever and
Diagnosis and Treatment of Acute Streptococcal Pharyngitis. CirculationAHA
Journal, 119:1541-1551.
31. Sanarto Santoso, Noorhamdani AS, Sumarno, Sri Winarsih, Dewi
Santosaningsih, Dwi Yuni Nur Hidayati, Dewi Erikawati, et al. (2016). Pola
Kuman dan Antibiogram RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2016.
Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Anda mungkin juga menyukai