Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN RAJA AMPAT

DINAS KESEHATAN
UPT RSUD KABUPATEN RAJA AMPAT
Jalan Jend. Basuki Rahmat, Kelurahan Warmasen, Distrik Waisai Kota, Raja Ampat, Papua Barat Daya
Tlp. (0951) 3173358, kode pos. 98481 Pos-el rsudr04@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR UPT RSUD KABUPATEN RAJA AMPAT


400.7.3.10/006/SK-Man-1/RSUD-RA/X/20232

TENTANG

KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA DI UPT


RSUD KABUPATEN RAJA AMPAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAB RAJA AMPAT

Menimbang : a. Bahwa peningkatan kejadian dan penyebaran mikroba yang resisten


terhadap antimikroba di rumah sakit disebabkan oleh penggunaan
antibiotik yang tidak bijak dan rendahnya ketaatan terhadap
kewasapadaan standar;
b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat, maka diperlukan program
pengendalian resisten antimikroba yang bermutu tinggi;
c. Bahwa agar pengendalian resistensi antimikroba di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Raja Ampat dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit sebagai landasan bagi
penyelenggaraan program pengendalian resistensi antimikroba di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik Kedokteran;


2. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian;
5. Peratutan Menteri Kesehatan Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
6…
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien.
2

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA


DI UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT
KESATU : Kebijakan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di RSUD
Kabupaten Raja Ampat sebagaimana tercantum dalam lampiran
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keputusan ini.
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penerapan pengendaian resistensi
antimikroba dilaksanakan oleh Direksi, Direktur Medik dan Keperawatan.
KETIGA : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya keputusan ini dibebankan
pada RAB UPT RSUD KABUPATEN RAJA AMPAT.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Waisai
Pada tanggal 17 Oktober 2023
Direktur UPT RS Kab. Raja Ampat,

Meidi L. Maspaitella, S.Gz,MM


NIP 198201262006052001
3

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KAB RAJA AMPATTENTANG KEBIJAKAN PROGRAM
PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA DI UPT
RSUD KABUPATEN RAJA AMPAT
NOMOR :
TANGGAL : 17 Oktober 2023

KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAB RAJA AMPAT
I. KETENTUAN UMUM
1. Resistensi Antimikroba adalah kemampuan mikroba untuk bertahan hidup terhadap efek
antimikroba sehingga tidak efektif dalam penggunaan klinis.
2. Pengendalian Resistensi Antimikroba adalah aktivitas yang ditujukan untuk mencegah
dan/atau menurunkan adanya kejadian mikroba resisten.
II. Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba yang selanjutnya disingkat Tim PPRA
adalah tim yang dibentuk oleh Direktur UPT RSUD Kabupaten Raja Ampat dalam rangka
mengendalikan penggunaan antimikroba di UPT RSUD Kabupaten Raja Ampat
III. STRATEGI
1. Strategi Program Pengendalian Resistensi Antimikroba dilakukan dengan cara
a. Mengendalikan berkembangnya mikroba resisten akibat tekanan seleksi oleh
antibiotik melalui penggunaan antibiotik secara bijak.
b. Mencegah penyebaran mikroba resisten melalui peningkatan ketaatan terhadap
prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.
2. Penggunaan antibiotik secara bijak merupakan penggunaan antimikroba secara rasional
dengan mempertimbangkan dampak muncul dan menyebarnya mikroba (bakteri)
resisten.
3. Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak dilakukan melalui tahapan:
a. Meningkatkan pemahaman dan ketaatan staf medis fungsional dan tenaga
kesehatan dalam penggunaan antibiotik secara bijak;
b. Meningkatkan peran pemangku kepentingan di bidang penanganan penyakit infeksi
dan penggunaan antibiotik;
c. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi laboratorium mikrobiologi klinik dan
laboratorium penunjang lainnya yang berkaitan dengan penanganan penyakit
infeksi;
d. Meningkatkan pelayanan farmasi klinik dalam memantau penggunaan antibiotik;
e. Meningkatkan pelayanan farmakologi klinik dalam memandu penggunaan antibiotik;
f. Meningkatkan penanganan kasus infeksi secara multidisiplin dan terpadu;
g. Melaksanakan surveilans pola penggunaan antibiotik, serta melaporkannya secara
berkala; dan
4

h. Melaksanakan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya


terhadap antibiotik, serta melaporkannya secara berkala.
4. Pencegahan penyebaran mikroba resisten melalui peningkatan ketaatan terhadap
prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi dilakukan melalui upaya:
a. Peningkatan kewaspadaan standar
b. Pelaksanaan kewaspadaan transmisi
c. Dekolonisasi pengidap mikroba resisten, dan
d. Penanganan kejadian luar biar mikroba resisten.
IV. PENYELENGGARAAN
1. Pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba dilakukan melalui:
a. Pembentukan tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba;
b. Penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik;
c. Melaksanakan penggunaan antibiotik secara bijak;
d. Melaksanakan prinsip pencegahan pengendalian infeksi.
2. Pembentukan tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba rumah sakit
bertujuan menerapkan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit
melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan monitoring, dan evaluasi.
3. Penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik, melaksanakan penggunaan
antibiotik secara bijak, dan melaksanakan prinsip pencegahan pengendalian infeksi
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba dibentuk melalui
keputusan direktur rumah sakit.
5. Susunan tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba terdiri atas
ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota.
6. Kualifikasi ketua tim PPRA merupakan seorang klinisi yang berminat di bidang infeksi.
7. Dalam melaksanakan tugasnya, tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba bertanggung jawab langsung kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kab Raja Ampat.
8. Keanggotaan tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba rumah sakit
paling sedikit terdiri atas unsur:
a. Klinisi perwakilan SMF/bagian;
b. Keperawatan;
c. Instalasi farmasi;
d. Laboratorium mikrobiologi klnik;
e. Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI);
f. Tim Farmasi dan Terapi (TFT).
9. Tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba mempunyai tugas dan
fungsi:
a. Membantu Direktur UPT RSUD Kabupaten Raja Ampat dalam menetapkan
kebijakan tentang pengendalian resistensi antimikroba;
5

b. Membantu Direktur UPT RSUD Kabupaten Raja Ampat dalam menetapkan


kebijakan umum dan panduan penggunaan antibiotik di Rumah Sakit Umum Daerah
Kab Raja Ampat;
c. Membantu Direktur UPT RSUD Kabupaten Raja Ampat dalam pelaksanaan
program pengendalian resistensi antimikroba;
d. Membantu Direktur UPT RSUD Kabupaten Raja Ampat dalam mengawasi dan
mengevaluasi pelaksanaan program pengendalian dan resistensi antimikroba;
e. Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi terintegrasi;
f. Melakukan surveilans pola penggunaan antibiotik;
g. Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap
antibiotik;
h. Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang prinsip
pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik secara bijak, dan
ketaatan terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui kegiatan pendidikan
dan pelatihan;
i. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba; dan
j. Melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba kepada Direktur
UPT RSUD Kabupaten Raja Ampat.
V. EVALUASI
1. Evaluasi terhadap pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba di UPT
RSUD Kabupaten Raja Ampat dilakukan melalui:
2. Evaluasi penggunaan antibiotik di UPT RSUD Kabupaten Raja Ampat dilakukan
menggunakan metode audit kuantitas penggunaan antibiotik dan audit kualitas
penggunaan antibiotik.
3. Pemantauan atas muncul dan menyebarnya mikroba multiresisten di UPT RSUD
Kabupaten Raja Ampat dilakukan melalui surveilans mikroba multiresisten.
VI. INDIKATOR MUTU
Indikator mutu Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di UPT RSUD Kabupaten
Raja Ampat meliputi:
a. Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik;
b. Perbaikan kualitas penggunaan antibiotik;
c. Perbaikan pola kepekaan antibiotik dan penurunan pola resistensi antimikroba;
d. Penurunan angka kejadian infeksi di UPT RSUD Kabupaten Raja Ampat yang
disebabkan oleh mikroba multiresisten; dan
e. Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin, melalui forum kajian
kasus infeksi terintegrasi.
VII. PELAPORAN
1. Direktur UPT RSUD Kabupaten Raja Ampat wajib melaporkan pelaksanaan Program
Pengendalian Resistensi Antimikrobadi rumah sakit kepada Menteri melalui KPRA
dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Raja Ampat
6

2. Pelaporan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di UPT RSUD Kabupaten


Raja Ampat dilakukan secara berkala setiap akhir tahun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Ditetapkan di Waisai
Pada tanggal 17 Oktober 2023
Direktur UPT RS Kab. Raja Ampat

Meidi L. Maspaitella, S.Gz,MM


NIP 198201262006052001

Anda mungkin juga menyukai