PROGRAM
PENGENDALIAN
RESISTENSI
ANTIMIKROBA
AMBON - 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Pedoman Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba RSU Bhakti Rahayu Ambon ini dapat selesai disusun.
Buku Pedoman ini merupakan pedoman kerja bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam
menjalankan program pengendalian resistensi antimikroba di RSU Bhakti Rahayu Ambon
Dalam pedoman ini diuraikan tentang tujuan program, petunjuk pelaksanaan proses
sosialisasi, pelatihan, monitoring, evaluasi dan pelaporan program pengendalian resistensi
antimikroba di RSU Bhakti Rahayu Ambon sehingga terdapat alur pelaksanaan yang jelas,
terpadu, dan berkesinambungan.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas bantuan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Pedoman Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba RSU Bhakti Rahayu Ambon.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
iii
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU
JL. A. Yani No. 7 ( Belakang RRI ) Batu Gajah Ambon
TELP. (0911) 342746, 343631. FAX. (0911) 311741
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU AMBON
NOMOR :
TENTANG
1
Antibiotika
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 tahun 2015 tentang Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Satu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU
AMBON TENTANG PEDOMAN PROGRAM PENGENDALIAN
RESISTENSI ANTIMIKROBA DI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI
RAHAYU AMBON
Dua : Kegiatan Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit
Umum Bhakti Rahayu Ambon agar dilakukan sesuai dengan pedoman
program pengendalian resistensi antimikroba sesuai dimaksud Diktum
Kesatu
Tiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila di
kemudian hari terdapat perubahan/kekeliruan akan diadakan penyempurnaan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Ambon
Pada tanggal 20 Mei 2019
Direktur RSU Bhakti Rahayu Ambon,
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Infeksi bakterial merupakan sebuah masalah yang cukup serius di negara-negara
berkembang, seperti Indonesia.1,2 Resistensi terhadap obat antimikroba telah
berkembang dengan cepat sebagai salah satu masalah yang sering ditemukan di setiap
rumah sakit di Indonesia. Resistensi mikroba terhadap antimikroba (disingkat:
resistensi antimikroba, antimicrobial resistance, AMR) telah menjadi masalah
kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak merugikan, yang dapat
menurunkan mutu pelayanan kesehatan.3,4 Beberapa kuman resisten antibiotik sudah
banyak ditemukan, diantaranya Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus
(MRSA), Vancomycin-Resistant Enterococci (VRE), Penicillin-Resistant
Pneumococci, Klebsiella pneumoniae yang menghasilkan Extended-Spectrum Beta
Lactamase (ESBL), Carbapenem-Resistant Acinetobacter baumannii dan
Multiresistant Mycobacterium tuberculosis. Peningkatan resistensi antimikroba
terjadi karena penggunaan antimikroba yang tidak bijak serta penyebaran mikroba
resisten dari pasien ke lingkungan rumah sakit karena tidak dilaksanakannya praktek
pengendalian dan pencegahan infeksi dengan baik.5
Kebijakan kewaspadaan standar dan progam resistensi antimikroba diyakini
sebagai suatu upaya yang penting untuk mengatasi masalah tersebut, namun masih
ditemukan banyak tantangan dalam mengaplikasikannya, seperti perbedaan persepsi
para tenaga kesehatan dan kebijakan asuransi kesehatan.6
Data WHO menyatakan bahwa 50 persen penyakit yang selama ini diberikan
antibiotik ternyata tidak perlu antibiotik.7 Perlu dilakukan analisis data pola
penggunaan antibiotik di rumah sakit, sehingga dapat memberikan gambaran
pergerakan terapi selama ini.
Dalam rangka pengendalian resistensi antimikroba telah dibentuk Komite
Pengendalian Antimikroba yang selanjutnya disingkat KPRA oleh Kementerian
Kesehatan. KPRA bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk melakukan pelatihan
3
mengenai resistensi antibiotik di beberapa rumah sakit.8 Upaya itu dilakukan untuk
menekan laju resistensi antibiotik di Indonesia. Jika resisten antibiotik tidak segera
dikendalikan, diprediksi terjadi peningkatan kematian akibat resistensi antimikroba.
Undang-undang No 8 Tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba di Rumah Sakit menyatakan bahwa setiap rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya wajib melaksanakan program pengendalian resistensi antimikroba.
Tim PPRA juga dibentuk di RSU Bhakti Rahayu Ambon berdasarkan SK Direktur
sebagai upaya pengendalian resistensi Antimikroba secara menyeluruh di lingkungan
RSU Bhakti Rahayu Ambon.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terlaksananya program pengendalian resistensi antimikroba secara efektif
sebagai upaya peningkatan kesadaran pencegahan penyakit dan penggunaan
antimikroba yang baik dan benar.
2. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap pengendalian resistensi
antimikroba melalui komunikasi, pendidikan, dan pelatihan efektif.
2. Sebagai dasar data penggunaan antimikroba demi peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan di RSU Bhakti Rahayu Ambon
3. Mengoptimalkan penggunaan antimikroba secara rasional kepada pasien
C. Ruang Lingkup
Pelaksanaan program Pengendalian Resistensi Antimikroba dilakukan oleh Tim
PPRA RSU Bhakti Rahayu di lingkungan pelayanan kesehatan RSU Bhakti
Rahayu, meliputi pelayanan Rawat Jalan, Rawat Inap, IGD, UBS, Instalasi
Farmasi, dan Unit Laboratorium.
4
BAB II
PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
5
1. Penggunaan Antimikroba Secara Bijak
Penerapan penggunaan antibiotika yang bijak dapat terlaksana jika telah ada
pemahaman dan ketaatan staf medis fungsional dan tenaga kesehatan dalam
penggunaan antibiotik secara bijak. Rumah sakit wajib membuat dan
mensosialisasikan Pedomana Penggunaan Antibiotika Profilaksis dan Terapi yang
berlaku di Lingkungan rumah sakit. Meningkatkan peranan Unit terkait di bidang
penanganan penyakit infeksi dan penggunaan antibiotik dilakukan dengan
pembentukan Tim Pengendalian Resistensi Antimikroba beranggotakan klinisi,
perawat, mikrobiologi klinik, Tim PPI, dan farmasi klinis. Tim Pengendalian
Resistensi Antimikroba melaksanakan surveilans pola penggunaan antibiotik, serta
6
melaporkannya secara berkala kepada direktur Rumah Sakit untuk memberikan
gambaran penggunaan antibiotika di rumah sakit.
C. Penyelenggaraan PPRA
Penyelenggaraan Program Pengendalian resistensi Antimikroba dapat berjalan
dengan optimal jika dilakukan keterlibatan seluruh pihak terkait di lingkungan
fasilitas kesehatan dengan didampingi satuan khusus yang bertugas untuk mengawasi
dan mengevaluasi pelaksanaan program. Untuk itu wajib dibentuk tim pelaksana
program Pengendalian Resistensi Antimikroba yang bertujuan menerapkan Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit melalui perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.
7
Penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik yang berlaku khusus di
Rumah Sakit Bhakti Rahayu juga harus dibuat sebagai pedoman dan panduan bagi tenaga
medis dalam menentukan jenis terapi. Penyusunan kebijakan berdasarkan hasil pola
pemetaan kuman dan sensitivitas terhadap antibiotik yang ada di RSU Bhakti Rahayu.
Pemilihan antibiotik secara empiris, berdasarkan studi kepustakaan dapat dilakukan jika
hasil kultur kuman tidak tersedia. Menentukan jenis antibiotik restriksi dan non-restriksi
harus berdasarkan kajian keilmuan yang tepat, dan telah disosialisasikan kepada seluruh
klinisi yang bertugas di RSU Bhakti Rahayu Ambon.
8
BAB III
TIM PELAKSANA PPRA
A. Struktur Organisasi
Tim PPRA RSU Bhakti Rahayu Ambon dibentuk melalui keputusan Direktur
RSU Bhakti Rahayu dengan tujuan menerapkan pengendalian resistensi
antimikroba di rumah sakit melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan. Dalam melaksanakan tugas,
Tim PPRA bertanggungjawab langsung kepada Direktur RSU Bhakti Rahayu
Ambon.
Struktur organisasi Tim PPRA RSU Bhakti Rahayu Ambon sebagai berikut :
Ketua PPRA
Sekretaris
PPRA
Sebagai tim penggerak, dibentuk sebuah tim dengan keanggotaan sebagai berikut
:
No. Jabatan Kualifikasi Jumlah yang
dibutuhkan
1. Ketua PPRA Dokter 1
2. Sosialisasi dan Dokter/perawat/bidan/ PPI 1
Diklat
3. Surveilens Perawat/bidan/mikrobiologi 1
klinis
4. Audit Farmasi Klinis/apoteker 1
Kuantitatif
5. Audit Kualitatif Dokter/perawat 1
6. Pelaporan dan Dokter/perawat/farmasi 1
analisa klinis/mikrobiologi
11
D. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan program Pengendalian Resistensi Antimikroba ialah
seluruh elemen rumah sakit terutama klinisi, perawat, bidan, dan petugas medis
lainnya yang berada di lingkungan RSU Bhakti Rahayu Ambon, termasuk pasien
dan keluarganya.
E. Anggaran Kegiatan
Seluruh kegiatan tentunya memerlukan dukungan dana untuk terlaksananya
program kerja. PPRA sebagai salah satu program kegiatan juga memiliki anggaran
kegiatan yang didahului dengan pembuatan RAB (Rencana Anggaran Belanja).
Penyusunan RAB dilakukan setiap akhir tahun untuk diimplementasikan di tahun
berikutnya dengan persetujuan direktur RSU Bhakti Rahayu Ambon.
12
G. Indikator Mutu
Indikator mutu Program Pengendalian Resistensi Antimikroba pada PMK no.8
Tahun 2015 meliputi:
a. Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik;
b. Perbaikan kualitas penggunaan antibiotik;
c. Perbaikan pola kepekaan antibiotik dan penurunan pola resistensi
antimikroba;
d. Penurunan angka kejadian infeksi di rumah sakit yang disebabkan oleh
mikroba multiresisten; dan
e. Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin,
melalui forum kajian kasus infeksi terintegrasi.
Indikator mutu yang digunakan di RSU Bhakti Rahayu Ambon ialah a) perbaikan
kuantitas penggunaan antibiotik; dan b) perbaikan kualitas penggunaan antibiotik.
2. Evaluasi
Evaluasi penggunaan antibiotik sesuai standar PPRA adalah dengan
metode audit kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik, mengacu pada buku
pedoman pelaksanaan PPRA Depkes RI Tahun 2005 “Antimicrobial Resistance,
Antibiotik Usage, and Infeciton Control; a Self Assessment Program for
Indonesian Hospital”
Audit kuantitatif bertujuan untuk memperoleh data konsumsi antimikroba
yang baku dan dapat dibandingkan dengan data di tempat lain. Audit dilakukan
13
dengan menggunakan perhitungan Defined Daily Dose (DDD). Pada penggunaan
di rumah sakit menggunakan satuan DDD/100 patient-days. Data kemudian
disajikan dalam bentuk tabel dan gambar grafik.
Audit kualitatif dilakukan untuk menilai kualitas penggunaan antimikroba
yang meliputi kelengkapan data, ketepatan indikasi, pemilihan obat, lama pemberian
dan dosis. Metode penilaian dalam audit kualitatif menggunakan alogritma Gyssen.
Kriteria metode Gryssen, yaitu :
a. Kategori 0 = Penggunaan antibiotik sesuai indikasi, termasuk timing tepat
b. Kategori I = Penggunaan antibiotik tepat/rasional
c. Kategori IIA = Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis pemberian
d. Kategori IIB = Penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian
e. Kategori IIC = Penggunaan antibiotik tidak tepat cara/rute pemberian
f. Kategori IIIA = Penggunaan antibiotik tidak tepat lama pemberian karena
terlalu lama
g. Kategori IIIB = Penggunaan antibiotik tidak tepat lama pemberian karena
terlalu singkat
h. Kategori IVA = Penggunaan antibiotik tidak tepat karena ada antibiotik lain
yang lebih efektif (Pemilihan tidak sesuai PPAB)
i. Kategori IVB = Penggunaan antibiotik tidak tepat karena ada antibiotik
yang lebih aman
j. Kategori IVC = Penggunaan antibiotik tidka tepat karena ada antibiotik lain
yang harganya lebih murah
k. Kategori IVD = Penggunaan antibitoik tidak tepat karena ada antibitoik lain
yang spektrumnya lebih spesifik “narrow pectrum”
l. Kategori V = Penggunaan antibiotik tidak tepat karena tidak ada
indikasi
m. Kategori VI = Catatan medik tidak lengkap untuk dikaji dan dievaluasi
14
3. Pelaporan
Seluruh hasil kerja dan analisa dari Tim PPRA akan didokumentasikan dalam
bentuk laporan tertulis. Terdapat 3 jenis pelaporan yakni pelaporan bulanan,
pelaporan semester (6 bulan), dan pelaporan tahunan. Pelaporan bulanan, semester,
dan tahunan ditujukan kepada Direktur RSU Bhakti Rahayu, sedangkan pelaporan
tahunan juga ditujukan kepada KPRA Nasional melalui soft copy dan hard copy.
Format pelaporan sesuai tata naskah yang berlaku di RSU Bhakti Rahayu
dengan bagian isi melaporkan capaian indikator mutu PPRA dan pelaksanaan PPRA
di RSU Bhakti Rahayu. Pelaksanaan PPRA meliputi Laporan penggunaan
antimikroba secara kuantitatif dan kualitatif, kejadian MDRO, penatalaksanaan
kejadian MDRO, pola mikroba dan kepekaan antibimikroba/tahun, serta hasil uji
kultur dan sensitivitas jika dilakukan.
15
BAB IV
PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
17