JL AHMAD YANI MENDUNGAN, PABELAN, KARTASURA, SUKOHARJO 57162 Telp.(0271) 710571 (Hunting) Fax. (0271) 710572 E-mail info@rsisyarsis.comWebsite :www.rsisyarsis.com 2022 BAB I PENDAHULUAN
Resistensi mikroba terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba,
antimicrobial resistance, AMR) telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak merugikan dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan. Muncul dan berkembangnya resistensi antimikroba terjadi karena tekanan seleksi (selection pressure) yang sangat berhubungan dengan penggunaan, sedangkan proses penyebaran dapat dihambat dengan cara mengendalikan infeksi secara optimal. Resistensi antimikroba (AMR) telah muncul sebagai salah satu tantangan kesehatan terbesar di berbagai bagian dunia. Persoalan resistensi antimikroba mulai menjadi isu kesehatan masyarakat yang semakin menyita perhatian para pemangku kepentingan kesehatan di seluruh dunia. Resistensi antimikroba terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit mengalami perubahan sehingga obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang ditimbulkan mikroorganisme ini menjadi tidak efektif karena mikroorganisme semakin sukar untuk disembuhkan. Salah satu contoh dari resistensi antimikroba adalah dalam penggunan antibiotika. Hal ini dapat dilihat dari indikator penggunaan antibiotik yang digunakan masyarakat. Salah satu faktor pemicu meningkatnya kejadian resistensi antimikroba dikarenakan penggunaan antimikroba yang tidak bijak di manusia dan hewan. Penggunaan antibiotik pada sektor pertanian, peternakan dan perikanan menyebabkan infeksi pada hewan dan tumbuhan makin sulit untuk diobati. Selain itu penyebaran kuman resisten dari binatang ternak dan kontaminasi makanan oleh bakteri resisten antibiotik bisa menyebabkan manusia terinfeksi bakteri kebal antibiotik. Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik.Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi.Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococus pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli. Melalui penggunaan antibiotik yang rasional dan bijak merupakan salah satu upaya peningkatan mutu pelayanan dalam program pencegahan pengendalian infeksi dan program pengendalian resistensi antimikroba. I.. LATAR BELAKANG Beberapa kuman resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia, yaitu Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin-Resistant Enterococci (VRE), Penicillin-ResistantPneumococci, Klabsiella pneumoniae yang menghasilkan Extended-Spectrum Beta-Laktamase (ESBL), Carbapenem-Resistant Acinetobacterbaumannii dan Multiresistant Mycobacterium tuberculosis (Guzman-Blanco et al.2000; Stevenson et al. 2005). Kuman resisten antibiotik tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar (standard precaution) yang tidak benar di fasilitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) terbukti dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherechia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik atara lain: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan klorampenikol (25%).Hasil penelitihan 781 pasien yang di rawat di di dapatkan 81% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), ciprofloxacin (22%), dan gentamisin (18%). Sesuai dengan Undang-Undang Republik Idonesia No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, pada bagian kedua perihal Jaminan kesehatan maka di butuhkan suatu pedoman pengobatan Antibotik sebagai pedoman pendukung Formularium Nasional yang dapat di gunakan sebagai acuan pada dan fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Pedoman berupa formularium nasional untuk menjamin ketersediaan dan akses terhadap obat serta menjamin kerasionalan penggunaan obat yang aman, bermanfaat dan bermutu bagi masyarakat. Maka dari itu untuk penggunaaan antibiotika secara bijak dan peningkatan mutu seoptimal mungkin perlu adanya program pengendalian resistensi antimikroba di secara continue oleh Komite PPRA dan Komite PPI. II. TUJUAN 1. Tujuan Umum Menurunkan, meminimalkan, mencegah kejadian resistensi terhadap antimikroba dan meningkatkan penggunaan antibiotik yang bijak pada pasien di Rumah Sakit Islam Surakarta 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan data dasar penggunaan antibiotik pada pasien di Rumah Sakit Islam Surakarta b.Menurunkan terjadinya resistensi antimikroba di Rumah Sakit Islam Surakarta c. Mengidentifikasi secara dini kejadian luar biasa (KLB) kuman infeksi di Rumah Sakit Islam Surakarta d.Terwujudnya penggunaan antibiotik secara bijak di Rumah Sakit Islam Surakarta e. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program pengendalian resistensi antimikroba dan program pencegahan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Islam Surakarta f. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan di Rumah Sakit Islam Surakarta III. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN a. Program pengendalian resistensi antimikroba di Rumah Sakit Islam Surakarta, meliputi: 2. Penyusunan program pengendalian resistensi antimikroba tahun 2022 oleh Tim PPRA 3. Melakukan evaluasi program pengendalian resistensi anti mikroba ( PPRA ) 4. Inventarisasi kebutuhan sarana prasarana yang di butuhkan di tahun 2022 untuk Tim PPRA 5. Persiapan SDM dengan mengirim pelatihan / workshop / seminar / inhouse training tentang PPRA 6. Menetapkan pilot project pelaksanaan PPRA dan penanggung jawab tim pelaksana pilot project 7. Menentukan batasan atau kriteria pasien yang akan dilakukan pemeriksaan kultur 8. Pengumpulan data penggunaan antibiotika pada tahun 2022 9. Mengumpulkan hasil kultur pasien pada tahun 2022 dan pemeriksaan swab peralatan di ruangan untuk mengetahui kuman yang ada di ruangan tersebut 10. Sosialisasi program pengendalian resistensi antimikroba Rumah Sakit Islam Surakarta 11. Melakukan evaluasi hasil pengumpulan peta kuman dan penggunaan antibiotika secara berkala 12. Penyusunan pedoman / panduan, SPO dan kebijakan yang berkaitan dengan pengendalian resistensi antimikroba antara lain: a. Panduan praktek klinik penyakit infeksi b. Panduan penggunaan antibiotik profilaksis dan terapi c. Panduan pengelolaan spesimen mikrobiologi d. Panduan pemeriksaan dan pelaporan hasil mikrobiologi e. Panduan/pedoman PPI,KLB dan Surveilan 13. Membuat indikator mutu program pengendalian resistensi antimikroba 14. Sosialisasi dan pemberlakuan pedoman/panduan/SPO penggunaan antibiotik 15. Melakukan monitoring dan Evaluasi secara berkala terhadap: a. Laporan pola mikroba dan kepekaannya b. Pola penggunaan antibiotik secara kuantitas dan kualitas c. Kepatuhan penggunaan antibiotik terhadap kebijakan dan panduan d. Penerapan kewaspadaan standar e. Surveilans kasus infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten 16. Cohorting/isolasi bagi pasien infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten 17. Membuat laporan kepada Direktur Rumah Sakit Islam Surakarta, untuk perbaikan kebijakan, pedoman/panduan, SPO, dan rekomendasi perluasan penerapan PPRA 18. Mengajukan rencana kegiatan dan anggaran tahunan PPRA kepada Direktur. IV. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 1. Melakukan rapat Tim PPRA Rumah Sakit Islam Surakarta 2. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam pelaksanankan program pengendalian resistensi antimikroba 3. Mengirim pelatihan / workshop / seminar PPRA bagi semua anggota komite PPRA 4. Melakukan sosialisasi program pengendalian resistensi antimikroba dan pemberlakuan pedoman/panduan, kebijakan, SPO, penggunaan antibiotika 5. Selama penerapan pilot project jika ditemukan kasus infeksi sulit/kompleks maka dilaksanakan forum kajian kasus terintegrasi 6. Melakukan pemeriksaan swab kultur peralatan untuk mengetahui dan membandingkan hasil kuman diruangan tersebut 7. Melakukan pengumpulan data dasar kasus yang di ikuti selama penerapan dan dicatat dalam form lembar pengumpul data 8. Melakukan monitoring untuk kepatuhan pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba 9. Melakukan pengolahan dan menganalisis data yang meliputi: data pola penggunaan antibiotik, kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik, pola mikroba, dan pola resistensi 10. Menyajikan data hasil pilot project dan dipresentasikan di rapat jajaran direksi 11. Melakukan pembaharuan panduan penggunaan antibiotik berdasarkan hasil penerapan PPRA 12. Melaporkan hasil monitoring dan evaluasi program pengendalian resistensi antimikroba kepada Direktur 13. Mengajukan rencana kegitan dan anggaran tahunan PPRA kepada Direktur. V. SASARAN Sasaran kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba Rumah Sakit Islam Surakarta, meliputi: 1. Seluruh Anggota komite Ppra Rumah Sakit Islam Surakarta 2. Seluruh pihak manajemen yang terkait,Rumah Sakit Islam Surakarta 3. Seluruh pelaksana pelayanan kesehatan yang terkait (klinisi, perawat, farmasi, laboratorium) VI. ANGGARAN Untuk kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba Rumah Sakit Islam Surakarta ini di bebankan kepada anggaran belanja VIII. JADWAL KEGIATAN.
BULAN (TAHUN 2022) PENANGGUNG
NO KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JAWAB Rapat Tim PPRA Rumah Sakit Islam TIM PPRA 1 Surakarta Menyusun program pengendalian TIM PPRA resistensi antimikroba 2 Koordinasi dengan pihak terkait dalam TIM PPRA 3 melaksanankan program pengendalian resistensi antimikroba Inventarisasi dan pemenuhan kebutuhan TIM PPRA sarana prasarana untuk pengendalian 4 antimikroba Melakukan Surveilance penggunaan TIM PPRA antibiotika di ruangan untuk antibiotika 5 profilaksis, ISK, Pneumonia Persiapan SDM terkait program PPRA WS/ TIM PPRA melalui pendidikan dan pelatihan / semi workshop PPRA untuk seluruh anggota nar 6 komite PPRA Menetapkan pilot project TIM PPRA pelaksanaan PPRA dan penanggung 7 jawab tim pelaksana pilot project Menentukan batasan atau kriteria pasien TIM PPRA
8 yang akan dilakukan pemeriksaan kultur
Pengumpulan data penggunaan TIM PPRA antibiotika tahun 2023 9 Penyusunan TIM PPRA pedoman,panduan,kebijakan,SPO terkait pengendalia resistensi 10 antimikroba Melakukan pengolahan dan TIM PPRA menganalisis data yang meliputi: data pola penggunaan antibiotic profilaksis, definitif, empiric secara kuantitas dan 16 kualitas Melaporkan hasil monitoring dan TIM PPRA evaluasi program pengendalian resistensi antimikroba kepada Direktur 17 Mengajukan rencana kegiatan dan TIM PPRA anggaran tahunan PPRA kepada Direktur. 18 .
BULAN (TAHUN 2023) PENANGGUNG
NO KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JAWAB Rapat Tim PPRA Rumah Sakit Islam TIM PPRA 1 Surakarta Menyusun program pengendalian TIM PPRA resistensi antimikroba 2 Koordinasi dengan pihak terkait dalam TIM PPRA 3 melaksanankan program pengendalian resistensi antimikroba Inventarisasi dan pemenuhan kebutuhan TIM PPRA sarana prasarana untuk pengendalian 4 antimikroba Melakukan Surveilance penggunaan TIM PPRA antibiotika di ruangan untuk antibiotika 5 profilaksis, ISK, Pneumonia Persiapan SDM terkait program PPRA WS/ WS/ WS/ TIM PPRA melalui pendidikan dan pelatihan / semi semi semi workshop PPRA untuk seluruh anggota nar nar nar 6 komite PPRA Menetapkan pilotproject TIM PPRA pelaksanaan PPRA dan penanggung 7 jawab tim pelaksana pilot project Menentukan batasan atau kriteria pasien TIM PPRA
8 yang akan dilakukan pemeriksaan kultur
Pengumpulan data penggunaan TIM PPRA antibiotika tahun 2023 9 Penyusunan TIM PPRA pedoman,panduan,kebijakan,SPO terkait pengendalia resistensi 10 antimikroba Melakukan pengolahan dan TIM PPRA menganalisis data yang meliputi: data pola penggunaan antibiotic profilaksis, definitif, empiric secara kuantitas dan 16 kualitas Melaporkan hasil monitoring dan TIM PPRA evaluasi program pengendalian resistensi antimikroba kepada Direktur 17 Mengajukan rencana kegiatan dan TIM PPRA anggaran tahunan PPRA kepada Direktur. 18 IX. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba dilakukan oleh Komite PPRA dan komite PPI Rumah Sakit Islam Surakarta,dan mengkoordinasikan kepada kepala bidang pelayanan medis dan keperawatan kemudian membuat laporan kepada direktur. X. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN 1. Semua hasil kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba dicatat pada catatan harian dan catatan bulanan. 2. Pelaporan dan hasil evaluasi dilakukan tiap bulan,empat bulan,semester dan tahunan kepada Tim PPRA, Tim PPI dan di koordinasikan kepada kepala bidang pelayanan medis dan keperawatan kemudian dilaporkan kepada direktur Rumah Sakit Islam Surakarta.