TENTANG
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di : Mojokerto
Pada tanggal : 8 Mei 2019
Direktur Rumah Sakit Sido Waras,
Krisnawan, dr .,MARS
DAFTAR ISI
BAB I
DEFINISI........................................................................................................................ 1
BAB II RUANG LINGKUP..............................................................................................2
BAB III TATA LAKSANA.................................................................................................3
A. Prinsip Penggunaan Antimikroba........................................................................3
B. Penggunaan Antimikroba Kombinasi.................................................................11
C. Penggolongan Antimikroba................................................................................12
D. Penilaian Antimikroba di Rumah Sakit.............................................................19
BAB IV DOKUMENTASI..............................................................................................25
1
BAB I
DEFINISI
1
BAB II
RUANG LINGKUP
2
BAB III
TATA LAKSANA
• Ketersediaan antimikroba.
4
4) Lama pemberian: antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72
jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data
• Sensitivitas.
• Biaya.
4) Rute pemberian
6
d. Kategori /Kelas Operasi Pada Peggunaan Antimikroba Profilaksis Bedah
7
Tabel 2. Antimikroba Profilaksis Bedah
Anternatif
Prosedur Organisme Profilaksis Keterangan
Profilaksis
CNS Shunt S.epidermidis Ceftriaxone 1g Cefotaxime 2 g Berikan segera
(VP/VA)placement (CoNS) (IV) x 1 dosis (IV) x 1 dosis / selama prosedur
, craniotomy, open S.aureus Ceftrizoxime 2 pembedahan.
CNS trauma (MSSA) MRSA g (IV) x 1 dosis Vankomisin
Linezolid 600 melindungi luka
mg (IV) x1 MRSA operasi namun
dosis Linezolid 600 tidak mencegah
mg resiko infeksi CNS.
(PO) × dosis Berikan vankomisin
Vancomycin 1 perlahan secara
gm intravena lebih dari
(IV) × 1 dosis 1 jam selama
Minocycline operasi
200 mg berlangsung.
(IV) × 1 dosis
Thoracic (non- S.aureus Cefazoline 1 g Cefotaxime 2 g Berikan segera
cardiac) surgery (MSSA) (IV) X 1 dosis / (IV) x 1 dosis / selama prosedur
Ceftriaxone 1g Ceftrizoxime 2 pembedahan
(IV) x 1 dosis g (IV) x 1 dosis
8
Anternatif
Prosedur Organisme Profilaksis Keterangan
Profilaksis
(PO) , Metronidazole Berikan gentamisin
Ertapenem 1 g 1 g (IV) x 1 perlahan secara
(IV) X 1 dosis dosis + intravena > 1 jam
Ceftriaxone 1g
(IV) x 1 dosis /
Levofloxacine
500 mg (IV) x 1
dosis /
Gentamisin
240 mg (IV) x 1
dosis
Pelvic (OB/GYN) Aerobic Ceftriaxone 1g Cefotetan 2 g Berikan segera
surgery GNBs (IV) x 1 dosis + (IV) x 1 dosis / selama prosedur
,Anaerobic Metronidazole Cefoxitin 2 g pembedahan
streptococcus, 1 g (IV) x 1 (IV) x 1 dosis / berlangsung
B.fragilis dosis Ceftizoxime 2 g
(IV) x 1 dosis
Orthopedic S. epidermidis Cefazolin 2 Ceftriaxone 1 g
Prosthetic (CoNS) g(IV) (IV) × 1 dosis
implant S. aureus × 1 dosis
surgery (total (MSSA) MRSA/MRSE
hip/knee MRSA/MRSE Linezolid 600
replacement) Vancomycin 1g mg (IV) x 1
(IV) × 1 dosis dosis
Arthroscopy S. aureus Cefazolin 1 g Cefotaxime 2 g
(MSSA) (IV) × 1 dosis / (IV) × 1 dosis
Ceftriaxone 1g Ceftizoxime 2 g
(IV) × 1 dosis (IV) × 1 dosis
Orthopedic S. aureus Ceftriaxone 1 g Clindamycin
surgery (open (MSSA) (IV) × 1 minggu 600 mg
fracture) Aerobic GNBs (IV) selama 1
minggu +
Gentamicin
240 mg
(IV) selama 1
minggu
Urological S. aureus Ceftriaxone 1 g Cefotaxime 2 g
implant (MSSA) (IV) × 1 dosis (IV) × 1 dosis /
surgery Aerobic GNBs Ceftizoxime 2 g
Bacilli (IV) × 1 dosis
TURP, P. aeruginosa Ciprofloxacin Levofloxacin
Cystoscopy P. cepacia 400 mg (IV) × 500 mg (IV) ×
P. maltophilia 1 dosis / 1 dosis /
E. faecalis Piperacillin 4 g Gatifloxacin
(VRE) (IV) × 1 dosis 400 mg
Aerobic GNBs (IV) × 1 dosis
9
Tabel 3 Antimikroba Profilaksis Pada Kondisi Khusus
Alternatif
Kondisi Organisme Profilaksis Keterangan
Profilaksis
Demam Streptococcus Penisilin G (IM) Alergi Pinisilin Golongan
Rematik beta-haemoliticus 1.2 juta unit / bulan Sulfadiazin / sulfonamid tidak
Rekuren grup A Sulfiksosazole 0,5 untuk wanita hamil
g/hari (BB< 27 kg )
1 g/hari (BB> 27
kg)
Alergi Pinisilin
dan Sulfonamid
Makrolida
( eritromisin,
klaritomisin /
azitromisin)
Meningitis Streptococcus a. Rifampisin:
pneumoniae, N. dewasa 600 mg/12
meningitidis, H. jam selama 2 hari;
influenzae, L. anak 1-6 tahun: 10
monocytogenes, mg/kgBB/12 jam
S. agalactiae, basil selama 2 hari;
Gram negatif, anak 3-11 bulan 5
Staphylococcus mg/kgBB/12 jam
sp, virus, selama 2 hari.
parasit dan jamur. b. Siprofloksasin:
dewasa 500 mg
dosis tunggal.
c. Seftriakson:
dewasa 250 mg
intramuskuler
dosis tunggal;
anak < 15
tahun 125 mg
intramuskuler
dosis tunggal
Endokarditis Amoxicilline (PO) / Cefalexine /
Sefazoline Cefalosporin oral
(IM/IV) , generasi I dan II) /
Ceftriaxone (IM/IV) Klindamisin
Korban Trikomoniasis, Vaksinasi hepatitis Apabila ada risiko
Pemerkosaa bacterial B post paparan terkena HIV,
n vaginosis, gonore, konsultasikan
dan infeksi a) seftriakson 125 dengan spesialis
Klamidia mg IM dosis terapi
tunggal + HIV.
metronidazol 2 g
(PO)dosis tunggal
+ azitromisin 1 g
dosis tunggal
ATAU
b) doksisiklin 100
mg 2 x/hari per
oral selama 7 hari.
Eksaserbasi S. pneumoniae Moxifloxacin 400
akut pada H.influenzae mg / Levofloxacin
bronkitis M. catarrhalis 500 mg /
kronis gatifloxacin 400
mg /
gemifloxacin 320
10
Alternatif
Kondisi Organisme Profilaksis Keterangan
Profilaksis
mg (PO) 1dd1
selama 5
hari / Amoxicillin-
asam klavulanat
XR 2 tablet (PO)
2dd1 selama 5
hari/
Clarithromycin XL
1 g (PO) 1dd1
selama
5 hari/
Doxycycline 100
mg (PO)
2dd1 selama
5 hari /
Azithromycin 500
mg (PO) selama 3
hari
1. Antimikroba kombinasi adalah pemberian antimikroba lebih dari satu jenis untuk
mengatasi infeksi.
2. Tujuan pemberian antimikroba kombinas, yaitu :
Infeksi bakteri terjadi bila bakteri mampu melewati barrier mukosa atau kulit dan
menembus jaringan tubuh. Pada umumnya, tubuh berhasil mengeliminasi bakteri
tersebut dengan respon imun yang dimiliki, tetapi bila bakteri berkembang biak lebih
cepat daripada aktivitas respon imun tersebut maka akan terjadi penyakit infeksi yang
disertai dengan tanda- tanda inflamasi. Terapi yang tepat harus mampu mencegah
berkembangbiaknya bakteri lebih lanjut tanpa membahayakan host. Antimikroba
adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Antimikroba bisa bersifat
bakterisid (membunuh bakteri) atau immunocompromised (misalnya pada pasien
neutropenia) atau infeksi di lokasi yang terlindung (misalnya pada cairan
cerebrospinal), maka antimikroba bakterisid harus digunakan.
a. Antimikroba beta-lactam
12
Golongan Contoh Aktivitas
Aminopenicillin Ampicillin, amoxicillin Selain mempunyai aktivitas terhadap bakteri
Gram-positif, juga mencakup
mikroorganisme gram-negatif, seperti
Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
dan Proteus mirabili. Obat-obat ini sering
diberikan bersama inhibitor beta-lactamase
(clavulanic acid, sulbactam, tazobactam)
untuk mencegah hidrolisis oleh beta-
lactamase yang semakin banyak ditemukan
pada bakteri gram-negatif ini.
Carboxypenicillin Carbenicillin, ticarcillin Antimikroba untuk Pseudomonas,
Enterobacter, dan Proteus. Aktivitas
antimikroba lebih rendah dibanding
ampicillin terhadap kokus gram-positif, dan
kurang aktif dibanding piperacillin dalam
melawan Pseudomonas. Golongan ini
dirusak oleh beta-lactamase.
Ureidopenicillin Mezlocillin, azlocillin, dan Aktivitas antimikroba terhadap
pipercillin Pseudomonas,
Klebsiella, dan gram-negatif lainnya.
Golongan ini dirusak oleh beta-lactamase.
13
2) Cephalosporin
1) Monobactam(beta-lactam monosiklik)
Contoh: aztreonam.
Aktivitas : resisten terhadap beta-lactamase yang dibawa oleh bakteri gram-
negatif. Aktif terutama terhadap bakteri gram-negatif. Aktivitasnya sangat baik
terhadap Enterobacteriacease, P. Aeruginosa, H. Influenzae dan ganokokus.
3) Inhibitor beta-lactamase
15
Inhibitor beta-lactamse melindungi antimikroba beta-lactam dengan cara
menginaktivasi beta-lactamase. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah
clavulanic acid, sulbactam, dan tazobactam.
Clavulanic acid merupakan suicide inhibitor yang mengikat beta-lactamse dari
bakteri Gram-positif dan Gram-negatif secara irreversible. Obat ini
dikombinasi dengan amoxicillin untuk pemberian oral dan dengan ticarcillin
untuk pemberian parenteral.
b. Bacitracin
Bacitracin adalah kelompok yang terdiri dari antimikroba polipeptida, yang utama
adalah bacitracin A. Berbagai kokus dan basil Gram-positif, Neisseria, H.
Influenzae, dan Treponema pallidum sensitif terhadap obat ini. Bacitracin tersedia
dalam bentuk salep mata dan kulit, serta bedak untuk topikal. Bacitracin jarang
menyebabkan hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan, sering dikombinasi
dengan neomisin dan/atau polimiksin. Bacitracin bersifat nefrotoksik bila
memasuki sirkulasi sistemik.
c. Vancomycin
16
Obat antimikroba yang termasuk golongan ini adalah aminoglycoside, tetracycline,
chloramphenicol, macrolide (erythromycin, azithromycin, klaritromisin), clindamyicin,
mupirocin, dan spectinomycin.
a. Aminoglycoside
b. Tetracycline
c. Chloramphenicol
3) Clarithromycin. Absorpsi per oral 55% dan meningkat jika diberikan bersama
makanan. Obat ini terdistribusi luas sampai ke paru, hati, sel fagosis, dan
jaringan lunak. Metabolit clarithromycin mempunyai aktivitas antibakteri lebih
besar daripada obat induk. Sekitar 30% obat disekresi melalui urin, dan
sisanya melalui feses.
4) Roxithromycin mempunyai waktu paruh yang lebih panjang dan aktivitas yang
lebih tinggi melawan Haemophilus influenzae. Obat ini diberikan dua kali
sehari.
Roxithromycin hanya dimetabolisme sebagian, lebih dari separuh senyawa
diekskresi dalam bentuk utuh. Tiga metabolit telah diidentifikasi di urin dan
feses: metabolit utama adalah deskladinosa Roxithromycin, dengan N-mono
dan N-di-demetil Roxithromycin sebagai metabolit minor. Roxithromycin dan
ketiga metabolitnya terdapat di urin dan feses dalam persentase yang hampir
sama.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah efek saluran cerna: diare,
mual, nyeri abdomen dan muntah. Efek samping yang lebih jarang termasuk
sakit kepala, ruam, nilai fungsi hati yang tidak normal dan gangguan pada
indra penciuman dan pengecap.
e. Clindamyicin
18
Clindamyicin menghambat sebagian besar kokus Gram-positif dan sebagian
besar bakteri anaerob, tetapi tidak bisa menghambat bakteri Gram-negatif aerob
seperti Haemophilus, Mycoplasma dan Chlamydia.
Efek samping: diare dan enterocolytis pseudomembranosa
19
d) Kategori hasil penilaian kualitatif penggunaan antimikroba sebagai berikut :
20
Kategori 0 = Penggunaan antimikroba tepat/bijak
Kategori I = Penggunaan antimikroba tidak tepat waktu
Kategori IIA = Penggunaan antimikroba tidak tepat dosis
Kategori IIB = Penggunaan antimikroba tidak tepat interval
pemberian
Kategori IIC = Penggunaan antimikroba tidak tepat cara/rute
pemberian
Kategori IIIA = Penggunaan antimikroba terlalu lama
Kategori IIIB = Penggunaan antimikroba terlalu singkat
Kategori IVA = Ada antimikroba lain yang lebih efektif
Kategori IVB = Ada antimikroba lain yang kurang toksik/lebih
aman
Kategori IVC = Ada antimikroba lain yang lebih murah
Kategori IVD = Ada antimikroba lain yang spektrumnya lebih
sempit
Kategori V = Tidak ada indikasi penggunaan antimikroba
Kategori VI = Data rekam medik tidak lengkap dan tidak dapat
dievaluasi
21
3. Prinsip Pencegahan Penyebaran Mikroba Resisten
Pencegahan penyebaran mikroba resisten di rumah sakit dilakukan melalui upaya
Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI). Pasien yang terinfeksi atau membawa koloni
mikroba resisten dapat menyebarkan mikroba tersebut ke lingkungan, sehinggaperlu
dilakukan upaya membatasi terjadinya transmisi mikroba tersebut, terdiri dari 4 (empat)
upaya berikutini.
a. Meningkatkan kewaspadaan standar (standard precaution), meliputi:
1. kebersihantangan
2. alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca mata
22
pelindung), face shield (pelindung wajah), dan gaun
3. dekontaminasi peralatan perawatan pasien
4. pengendalian lingkungan
5. penatalaksanaan linen
6. perlindungan petugas kesehatan
7. penempatan pasien
8. hygiene respirasi/etika batuk
9. praktek menyuntik yang aman
10. praktek yang aman untuk lumbalpunksi
d. Tata laksana Kejadian Luar Biasa (KLB) mikroba multiresisten atau Multidrug-
Resistant Organisms (MDRO) seperti Methicillin Resistant Staphylococcus
Aureus (MRSA), bakteri penghasil Extended Spectrum Beta-Lactamase (ESBL),
atau mikroba multiresisten yanglain.
4) Upaya menekan mikroba multiresisten, dilakukan baik ketika tidak ada KLB
maupun ketika terjadi KLB.
a. Jika tidak ada KLB, maka pengendalian mikroba multiresisten dilakukan
dengan dua cara utama,yakni:
meningkatkan penggunaan antimikroba secara bijak, baik melalui
kebijakan manajerial maupun kebijakan profesional
meningkatkan kewaspadaan standar
24
b. Jika ada KLB mikroba multiresisten, maka dilakukan usaha penanganan
KLB mikroba multiresisten sebagai berikut.
Menetapkan sumber penyebaran, baik sumber insidental
(pointsource) maupun sumber menetap (continuoussources).
Menetapkan modus transmisi
Tindakan tersebut di atas sangat dipengaruhi oleh sumber dan pola penyebaran
mikroba multiresisten yang bersangkutan.
25
BAB IV
DOKUMENTASI
Lampiran 1
RM : Jenis Kelamin : L / P
Ruangan :
Diagnosis :
Jenis Operasi :
Tanggal Operasi :
Cara
Nama Antibiotik Waktu Pemberian Dosis
Pemberian (iv
Profilaksis (jam) (mg / g )
drip / bolus)
26
Lampiran 2
BULAN :
KETERANGA
TANGGA
N NAMA TERAPI N
L LAHIR DIAGNOSA
O PASIEN ANTIBIOTIK (Kategori
DAN RM
Geyssens)
27
Lampiran 3
Analisa :
Mojokerto, ...................................
Dibuat Oleh,
(.............................................)
28