Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
1. Nilai Kritis
Pengelompokan obat dengan menggunakan nilai kritis obat dibuat berdasarkan efek terapi
atau manfaat terapetik obat terhadap kesehatan pasien dengan mempertimbangkan efisiensi
penggunaan dana yang ada. Dengan pertimbangan tersebut, maka dilakukan pengelompokkan
terhadap nilai kritis dari obat. Permisalan dari pengelompokan obat berdasar pada nilai kritis
adalah sebagai berikut:
1. Kelompok X: 86 item (8,54%) dari total item obat
2. Kelompok Y: 461 item (45,78%) dari total item obat
3. Kelompok Z: 460 item (45,68%) dari total item obat
Pengelompokan obat dengan mempertimbangkan nilai kritis obat berdasarkan dampaknya
terhadap kesehatan pasien dengan mempertimbangkan efisiensi penggunaan dana yang ada.
Dalam melakukan pengelompokan dengan melihat pengaruh atau efek obat tersebut terhadap
pasien biasanya bersifat relative, yaitu tergantung pada informan yang dijadikan pertimbangan.
sehingga sangat mungkin untuk item obat yang sama karena informannya berbeda maka
kelompok obatnya pun menjadi berbeda pula. Selain itu banyaknya item obat yang tersedia yang
jumlahnya sangat banyak, dapat menimbulkan kesulitan tersendiri mengingat keterbatasan waktu
yang dipunyai dokter sebagai pengguna obat. Kemudian pula, tidak semua informan hafal
terhadap semua jenis item obat tersebut.
Hasil perhitungan analisis ABC nilai pakai menunjukkan komposisi persentase item obat
kelompok A, B, dan C berbanding terbalik dengan persentase jumlah pemakaiannya. Hal ini
sesuai dengan komposisi persediaan pada umumnya di mana kelompok A terdiri dari 10–20 %
item obat tetapi mencakup 75–80 % dari total penggunaan obat. Kelompok B dengan 10–20%
dari jumlah item obat mencakup 15–20 % total penggunaan obat dan kelompok C dengan 60–
80% dari total jumlah item obat namun hanya mencakup 5–10% penggunaan obat. Dari hasil
penghitungan juga nampak kelompok C dengan penggunaan obat sebanyak 9% persediaan,
namun mencakup 76% dari seluruh item obat. Hal ini menandakan ada banyak item obat
kelompok C yang moving-nya sangat rendah. Adanya penghitungan ini dapat digunakan untuk
menyeleksi item obat mana saja yang benar-benar perlu diadakan dan mana yang tidak perlu
diadakan kembali karena terlalu banyak item obat dengan moving rendah akan menyulitkan
pemantauan dan berisiko kadaluarsa.
Pengelompokan obat berdasarkan ABC nilai investasi.
Melalui analisis pada data penggunaan obat JKN selama bulan Januari–Juni 2015,
didapatkan pengelompokan ABC nilai investasi adalah sebagai berikut:
Hasil perhitungan analisis ABC nilai investasi menunjukkan kelompok A adalah 12%
item obat, menyerap 76% investasi, kelompok B adalah sebesar 13% persen item obat menyerap
investasi sebesar 15%, sementara kelompok C dengan 76% dari jumlah total item obat hanya
menyerap sebesar 9% investasi. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok A menyerap investasi
yang sangat tinggi. Dengan demikian perlu dilakukan pengaturan dalam persediaan, terutama
mengupayakan agar tidak terjadi penumpukan stok karena obat-obat dengan nilai investasi tinggi
menimbulkan biaya penyimpanan yang tinggi pula. Untuk menurunkan biaya penyimpanan
dapat dilakukan pemesanan secara berkala dalam jumlah kecil. Namun perlu diperhatikan pula
agar tidak terjadi stock out karena biaya pembelian di luar perencanaan juga menjadi tinggi
karena tingginya nilai obat.
Pengelompokan obat berdasarkan ABC Nilai Indeks Kritis.
Melalui analisis nilai pakai, analisis nilai investasi, dan analisis indeks kritis pada data
penggunaan obat JKN selama Januari–Juni 2015, didapatkan pengelompokan ABC indeks kritis
adalah sebagai berikut: