Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASESMEN PEMBELAJARAN KIMIA

INSTRUMEN RANAH AFEKTIF DAN INSTRUMEN RANAH


PSIKOMOTOR

OLEH
Kelompok V
1. Muh Risal (210105500007)
2. Muafika (210105501003)
3. Muh Arham Ahsan (210105500019)
4. Serli (210105501029)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2023/2024

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya hingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik itu pikiran maupun materinya. Kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta pengalaman untuk para pembaca. Selain itu, kami
juga berhadap agar makalah ini dapat pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kami juga sangat berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
dalam rangka menambah wawasan, ilmu dan pengetahuan terkait Instrumen
Ranah Afektif dan Instrumen Ranah Psikomotor. Semoga makalah ini dapat
memberikan informasi yang dapat dengan mudah dipahami oleh siapapun yang
membacanya terkhususnya bagi para calon guru yang ada diseluruh Indonesia
bahkan dunia.
Dalam penyusunan makalah ini, kami yakin masih banyak kekurangan
yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 27 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian asesmen ranah afektif dan asesmen ranah psikomotor............3
2.2 Tingkatan Asesmen Ranah Afektif dan Asesmen Ranah Psikomotor......5
2.3 Karakteristik Ranah Afektif......................................................................7
2.4 Penilaian Asesmen Ranah Afektif dan Asesmen Ranah Psikomotor......11
BAB III PENUTUP..............................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemampuan berpikir didefinisikan sebagai keterampilan kognitif yang
memungkinkan seseorang untuk memahami informasi, menerapkan pengetahuan,
mengekpresikan konsep yang kompleks, mengkritik, merevisi sesuai hasil
konstruksi, memecah masalah, serta membuat keputusan. Kemampuan afektif
berkaitan dengan perasaan emosi, sikap, derajat, penerimaan, atau penolakan
terjadap sesuatu. Sedangkan kemampuan psikomotor melibatkan anggota badan,
menggunakan otot seperti berlari, melompat, menari, melukis, berbicara,
membongkar, memasang peralatan, dan sebagainya.
Masalah afektif merupakan hal yang penting untuk semua orang, akan
tetapi pengimplementasiannya masih kurang. Hal tersebut disebabkan karena
untuk merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti
pembelajaran kognitif maupun psikomotor. Keberhasilan pendidik melaksanakan
pembelajaran ranah afektif dan psikomotor serta keberhasilan peserta didik
mencapai kompetensi penilaian ranah afektif dan psikomotor perlu dilakukan
penilaian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan rumusan
masalah berikut:
1. Apa yang dimaksud asesmen ranah afektif dan asesmen ranah psikomotor?
2. Apa saja tingkatan ranah afektif dan ranah psikomotor?
3. Bagaimana karakteritik dari ranah afektif
4. Bagaimana penilaian asesmen ranah afektif dan asesmen ranah psikomotor?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini yakni:
1. Mengetahui asesmen ranah afektif dan asesmen ranah psikomotor
2. Mengetahui tingkatan ranah afektif dan ranah psikomotor

1
3. Mengetahui karakteritik dari ranah afektif
4. Mengetahui penilaian asesmen ranah afektif dan asesmen ranah psikomotor

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian asesmen ranah afektif dan asesmen ranah psikomotor


Istilah assesmen pada awalnya banyak digunakan dalam bidang penelitian
dan analisis. Hood dan Johnson, sesuai dengan Standards for Educational and
Psychological Test (1993), menyatakan bahwa prosedur penilaian mengacu pada
“metode apa pun yang digunakan untuk mengukur karakteristik orang, atau
objek,” sedangkan Friedenberg (1995) menyamakan penilaian dan pengujian,
menyatakan bahwa prosedur apa pun yang digunakan bersama dengan informasi
tentang orang dapat disebut sebagai penilaian. Tes adalah jenis penilaian yang
mengumpulkan data menggunakan metode tertentu dan mengubahnya menjadi
angka atau skor.
Sehingga dari perkataan para ahli maka dapat dikatakan bahwa asesmen
merupakan sebuah proses pengumpulan informasi yang terus menerus
berlangsung untuk mengukur performansi peserta didik dan proses pembelajaran.
sebagai proses untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk membuat
keputusan tentang peserta didik; kurikulum, program, dan sekolah; dan kebijakan
pendidikan. Asesmen dapat digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar
peserta didik tersebut dapat menggunakan berbagai metode yang dirancang secara
efektif agar dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Fungsi
penilaian termasuk menilai kinerja individu menilai efektivitas pembelajaran
sistem dan meningkatkan pembelajaran.
Taksonomi Blom mulanya dicetuskan oleh Bloom tahun 1956 dengan
enam tingkatan kategori yaitu pengetahuan, sintesis, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Taksonomi ini meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor
pada tahun tersebut (Bloom, 1956). Kognitif merupakan kemampuan berpikir
kompleks, menalar, dan memecahkan suatu masalah. Domain kognitif membahas
tujuan yang terkait dengan pengakuan informasi dan pengembangan keterampilan
intelektual, serta tujuan dinyatakan sebagai definisi paling jelas dari perilaku
peserta didik. Dalam afektif, tujuan tentang perubahan minat peserta didik, sikap
dan nilai, dan tujuan mendefinisikan pengembangan apresiasi mereka dan adaptasi

3
yang memadai dipertimbangkan. Domain psikomotorik mencakup tujuan yang
terkait dengan perilaku yang dapat diamati secara fisik. Untuk mencapai tujuan
dalam ranah afektif dan psikomotorik, sangatlah penting untuk menentukan dan
mencapai tujuan domain kognitif (Zulfitria, dkk. 2021).
2.1.1 Pengertian asesmen ranah afektif
Menurut Magdalena, dkk (2021) ranah afektif merupakan kemampuan
yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan
penalaran. Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional,
seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral, dan sebagainya. Ranah
afektif terdiri dari lima ranah yang berhubungan dengan respon emosional
terhadap tugas. Penilaian ranah afektif dapat diartikan sebagai penilaian sikap dan
nilai yang lebih sulit diukur daripada ranah lainnya. Penilaian ranah afektif tidak
cocok jika diukur dengan teknis tes karena aspek yang diukur terkait dengan sikap
dan nilai-nilai. Teknik penilaian yang cocok adalah dengan non-tes.

Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang


tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan
belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran
diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu
semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering
diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan,
semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam
merancang program pembelajaran, satuan pendidikan sangat perlu untuk dapat
memperhatikan ranah afektif (Indrastoeti J, dkk. 2015).

Sehingga dari kedua pendapat tersebut maka dapat dikatakan satu hal yang
sifatnya umum yang harus kita perhatikan dengan baik saat kita akan menilai
(mengassess) dan memikirkan afektif bahwa yang namanya perasaan itu sifatnya
mudah menguap (hilang), terutama pada usia remaja (usia anak-anak sekolah).

2.1.2 Pengertian asesmen ranah psikomotor

4
Ranah psikomotorik adalah bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Tipe hasil belajar ranah psikomotorik berkaitan dengan
keterampilan atau kemampuan untuk bertindak setelah peserta didik menerima
pengalaman belajar tertentu (Magdalena, dkk. 2021). Hasil belajar ini merupakan
tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-
kecenderungan peserta didik untuk berperilaku. Ranah psikomotorik terdiri atas
aktivitas motorik yang penting dalam pengembangan kemampuan peserta didik
dalam memanipulasi benda-benda, dan secara umum mengembangkan
keterampilan motorik peserta didik (Qibtiyyah, M. 2020). Ranah psikomotorik
juga berkaitan dengan gerakan sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak.
Dengan kata lain, psikomotorik umumnya berupa keterampilan yang memerlukan
koordinasi otak dengan beberapa otot. Berkaitan dengan pengembangan ranah
psikomotorik ini, peran guru sangat penting dan sangat diharapkan mampu
melaksanakannya (Cahayu, dkk. 2023).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ranah psikomotorik merupakan
penilaian yang mengarah kepada keterampilan siswa atau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik
merupakan penilaian yang mengarah kepada aktivitas fisik, misalnya lari, lompat,
melukis, menari, dan lain-lain. Hasil belajar psikomotorik ini sebenarnya
kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif. Hasil kognitif dan afektif akan
menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik mampu menunjukkan
perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang tergantung dalam
ranah kognitif dan ranah afektif.

2.2 Tingkatan Asesmen Ranah Afektif dan Asesmen Ranah Psikomotor


2.2.1 Tingkatan Asesmen Ranah Afektif
Ranah afektif terdiri dari lima ranah yang berhubungan dengan respon
emosional terhadap tugas. Pembagian ranah afektif ini disusun oleh Bloom
bersama dengan David Krathwol dalam buku Winkel (1987) antara lain sebagai
berikut.
a. penerimaan (Receiving) merujuk pada situasi di mana seseorang peka terhadap
suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti

5
penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan untuk menyadari adanya suatu
fenomena di lingkungannya yang dalam pengajaran di- representasikan melalu
kesediaan untuk mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya. Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-
perbedaan. Contoh lain misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar
senang membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini
akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang
positif.
b. partisipasi (Responding) merujuk pada tingkatan yang mencakup kerelaan dan
kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan. Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap
rangsangan yang disjikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan
dalam memberikan tanggapan. Misalnya mematuhi aturan dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan. Contoh lainnya yakni senang membaca buku, senang
bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian,
dan sebagainya.
c. Penilaian atau penentuan sikap (Valuing) yaitu kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
Penilaian ini mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak, atau
mengabaikan. Misalnya menerima pendapat orang lain. Valuing melibatkan
penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi
dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai,
misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat
komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat
nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku
yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan
pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
d. Organisasi (Organization) yaitu kemampuan untuk membentuk suatu sistem
nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Misalnya,
menempatkan nilai pada suatu skala nilai dan dijadikan pedoman dalam
bertindak secara bertanggungjawab.

6
e. pembentukan pola hidup (Characterization by a value) yaitu kemampuan
untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya
sendiri. Dengan pembetukan pola hidup ini, seseorang memiliki sistem nilai
yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya
hidupnya. Kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup di berbagai
bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar atau
bekerja. Contoh lain yaitu kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan
tindakan yang berdisiplin.
2.2.2 Tingkatan Asesmen Ranah Psikomotor
Menurut Simpson dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 29-30) membagi
ranah psikomotorik menjadi tujuh tingkatan yaitu:
a. Persepsi, menunjukkan perhatian untuk melakukan suatu gerakan.
b. Kesiapan, menunjukkan kesiapan mental dan fisik untuk melakukan suatu
gerakan.
c. Gerakan terbimbing, meniru gerakan secara terbimbing.
d. Gerakan terbiasa, melakukan gerakan mekanistik.
e. Gerakan kompleks, melakukan gerakan kompleks dan termodifikasi.
f. Penyesuaian, menjadi gerakan alami yang diciptakan sendiri atas dasar gerakan
yang sudah dikuasai sebelumnya.
g. Kreativitas, menjadi gerakan baru yang orizinal dan sukar ditiru oleh orang lain
dan menjadi ciri khasnya.

2.3 Karakteristik Ranah Afektif


2.3.1 Karakteristik Ranah afektif
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan
sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan
dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria
lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas
menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat
dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang
kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah

7
perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang
menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada
pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif (Hafsah, dkk.
2021).
Menurut Manuhutu, S (2023) bila intensitas dan arah perasaan ditinjau
bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang
kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari
perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada
beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah,
kimia, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari
kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-
kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi
tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya
adalah tes.
Ada lima tipe karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat, konsep
diri, nilai, dan moral.
a. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah respon tertutup seseorang
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan. Sikap
merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan
menirukan sesuatu yang positif, kemudian melaluipenguatan serta menerima
informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran,
tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu.
Penilaian sikap adalah penilaian yangdilakukan untuk mengetahui sikap peserta
didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya
(Aini, & Helfi, 2019).
Contoh indikator sikap terhadap mata pelajaran kimia misalnya
Membaca buku kimia
Mempelajari kimia
Contoh pernyataan untuk kuesioner

8
Saya senang membaca buku kimia
Tidak semua orang harus belajar kimia

b. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir
melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek
khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau
pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583),
minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Contoh indikator minat terhadap pelajaran kimia
Memiliki catatan pelajaran kimia
Berusaha memahami kimia
Contoh pernyataan untuk kuesioner
Catatan pelajaran kimia saya lengkap
Saya berusaha memahami mata pelajaran kimia
c. Konsep Diri
Menurut Smith dalam BNSP (2008), konsep diri adalah evaluasi yang
dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target,
arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain.
Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah.
Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan
dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep
diri ini penting untuk menentukan jenjang karir si pembelajar, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir
yang tepat bagi pembelajar tersebut. Selain itu informasi konsepdiri penting
bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat
(Sonedi. 2015).

9
Contoh indikator konsep diri
Memilih mata pelajaran yang mudah dipahami
Memiliki kecepatan memahami mata pelajaran
Contoh pernyataan untuk instrument
Saya sulit mengikuti pelajaran matematika
Saya mudah memahami mata pelajaran kimia

d. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap
buruk. Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973), yaitu nilai
adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam
mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa
manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini
menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan.
Contoh pernyataan untuk kuesioner tentang nilai si pembelajar
Saya berkeyakinan bahwa kinerja pengajar sudah maksimal
Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah
e. Moral
Menurut Merriam-webster moral adalah mengenai atau berhubungan
dengan apa yang benar dan salah dalam perilaku manusia, dianggap benar dan
baik oleh kebanyakan orang sesuai dengan standar perilaku yang tepat pada
kelompok atau masyarakat tersebut. Moral berkaitan dengan perasaan salah
atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan
yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang
lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering
dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang. yaitu keyakinan akan perbuatan
yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip. nilai, dan
keyakinan seseorang ((Hasanah, 2018).
Contoh instrument moral
Memegang janji

10
Memiliki kepedulian terhadap orang lain
Contoh penyataan untuk instrument moral
Bila saya berjanji pada teman, tidak harus menepati
Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus menepatinya.

2.4 Penilaian Asesmen Ranah Afektif dan Asesmen Ranah Psikomotor


2.4.1 Penilaian Asesmen Ranah Afektif
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah S (2021) berikut
penilaian ranah afektif :
a. Mekanisme penilaian ranah afektif dilakukan melalui observasi/pengamatan
dan teknik penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi
tanggungjawab wali kelas atau guru kelas.
b. Prosedur penilaian ranah afektif dilakukan melalui tahapan-tahapan
1). Mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran
2).Mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar
observasi/pengamatan
3). Menindaklanjuti hasil pengamatan
4). Mendeskripsikan perilaku peserta didik
c. Teknik dan instrumen penilaian disesuaikan dengan mekanisme penilaian pada
ranah afektif. Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui
observasi, penilaian diri, penilaian "teman sejawat" (peer evaluation) oleh
peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian
diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian
(rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan
pendidik.
1) Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung.

11
2) Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam
konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar
penilaian diri.

3) Penilaian antar peserta didik


Penilaian antar peserta didik merupakan Teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrument yang digunakan berupa lembar penilaian antar
peserta didik.

12
4) Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
yang berkaitan dengan sikap dan perilaku

2.4.2 Penilaian Asesmen Ranah Psikomotor


Menurut Nurwati A (2014) berikut penenilaian ranah psikomotorik :
a. Mekanisme penilaian ranah psikomotor dilakukan melalui praktik, produk,
proyek, portofolio, dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai.

13
b. Prosedur penilaian ranah psikomotor dilakukan melalui tahapan-tahapan
1) Menyusun perencanaan penilaian
2) Mengembangkan instrument penilaian
3) Melaksanakan penilaian
4) Memanfaatkan hasil penilaian
5) Melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan
deskripsi
c. Teknik dan instrumen penilaian disesuaikan dengan mekanisme penilaian
ranah psikomotor. Pendidik menilai kompetensi keterampilan peserta didik
melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes
praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi
2) Proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu.
3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif dan integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,
dan/atau kreativitas peserta didik.

14
Contoh instrument Instrumen Ranah Psikomotorik untuk kegiatan Laboratorium

15
16
17
KATA KERJA OPERASIONAL (KKO) EDISI REVISI TEORI BLOOM
RANAH KOGNITIF

Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Menciptakan


(C1) (C2) (C3) (C4) (C5) (C6)
1 2 3 4 5 6
Mengenali Menjelaskan Melaksanakan Mendiferensiasikan Mengcek Membangun
Mengingat kembali Mengartikan Mengimplementasikan Mengorganisasikan Mengkritik Merencanakan
Membaca Menginterpretasikan Menggunakan Mengatribusikan Membuktikan Memproduksi
Menyebutkan Menceritakan Mengonsepkan Mendiagnosis Mempertahankan Mengkombinasikan
Melafalkan/melafazkan Menampilkan Menentukan Memerinci Memvalidasi Merangcang
Menuliskan Memberi contoh Memproseskan Menelaah Mendukung Merekonstruksi
Menghafal Merangkum Mendeteksi Memproyeksikan Membuat
Menyimpulkan Mengaitkan Menciptakan
Membandingkan Memecahkan Mengabstraksi
Mengklasifikasikan Menguraikan
Menunjukkan
Menguraikan
Membedakan
Mengidentifikasikan

RANAH AFEKTIF
Menerima Merespon Menghargai Mengorganisasikan Karakterisasi Menurut
(A1) (A2) (A3) (A4) Nilai (A5)
Mengikut Mengompromikan Mengasumsikan Mengubah Membiasakan
i Menyenangi Meyakini Menata Mengubah perilaku
Menganut Menyambut Meyakinkan Mengklasifikasikan Berakhlak mulia
Mematuhi Mendukung Memperjelas Mengombinasikan Mempengaruhi
Meminati Menyetujui Memprakarsai Mempertahankan Mengkualifikasi
Menampilkan Mengimani Membangun Melayani

18
Melaporkan Menekankan Membentuk pendapat Membuktikan
Memilih Menyumbang Memadukan Memecahkan
Mengatakan Mengelola
Memilah Menegosiasi
Menolak Merembuk

RANAH PSIKOMOTOR

Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi


(P1) (P2) (P3) (P4) (P5)
Menyalin Kembali membuat Menunjukkan Membangun Mendesain
Mengikuti Membangun Melengkapi Mengatasi Menentukan
Mereplikasi Melakukan, Menunjukkan, Menggabungkan Mengelola
Mengulangi Melaksanakan, Menyempurnakan Koordinat, Menciptakan
Mematuhi Menerapkan Mengkalibrasi Mengintegrasikan
Mengendalikan Beradaptasi
Mengembangkan
Merumuskan,
Memodifikasi
Master
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asesmen merupakan sebuah proses pengumpulan informasi yang terus
menerus berlangsung untuk mengukur performansi peserta didik dan proses
pembelajaran. Penilaian ranah afektif diartikan sebagai penilaian sikap dan nilai
yang lebih sulit diukur dari pada ranah lainnya. Ranah psikomotorik merupakan
penilaian yang mengarah kepada keterampilan siswa atau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik
merupakan penilaian yang mengarah kepada aktivitas fisik, misalnya lari, lompat,
melukis, menari, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Aini N, & Helfi Agustin. (2019). Analisis Perilaku Selamat Pada Wisatawan
Pantai Parangtritis Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Cakrawala Promkes. 1(1).

Ambiyar. & Panyahuti. (2020). Asesmen Pembelajaran Berbasis Komputer dan


Android. Jakarta: Kencana.

Cahayu S, Ratu S, Nadira, & Risnita. (2023). Instrument Evaluasi Non-Tes


Ranah Afektif dan Psikomotorik Pembelajaran IPA Sinkronisasi Berbasis
Keterampilan Abad 21 Di SMP Negeri 6 Sungai Penuh. Jurnal
Pendidikan Biologi. 6(2).

Dimyati dan Mudjiono. (2006) . Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke


Cipta

Hafsah, Firman U, & Sangkala Ibsik. (2021). Desain Evaluasi Ranah Afektif
Dalam Mata Pelajaran PPKN di SMP Negeri 8 Makassar. Phinisi
Integration Review. 4(4).

Hasanah, U. (2018). Metode Pengembangan Moral Dan Disiplin Bagi Anak Usia
Dini. Martabat: Jurnal Perempuan Dan Anak, 2(1).

Indrastoeti J, Ismail, & Yulianti. (2015). Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah


Afektif Berbasis Kurikulum 2013 Di Sekolah Dasar. Jurnal Prodi PG SD.
4(1).

Magdalena I, Amilanadzma H, & Tiara S. (2021). Analisis Kemampuan Peserta


Didik Pada Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotorik Siswa Kelas II B SDN
Kunciran 5 Tangerang. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial. 3(1).

Manuhutu, S. (2023). Implementasi Penilaian Afektif Pada Proses Pembelajaran


IPS Di Smp Negeri 6 Ambon. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JPE). 3(1).
Nana. (2019). Evaluasi Pembelajaran Fisika. Klaten: Lakeisha.

Nurgiyantoro, B. Maman, S. & Asih, R. (2022). Panduan Penyusunan Perangkat


Asesmen Berpikir Aras Tinggi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Magelang: Tidar Media.

Nurjanaha, S. (2021). Objek Asesmen Dalam Perspektif Kurikulum 2013. Jurnal


Pendidikan dan Pengajaran Guru Sekolah Dasar (JPPGuseda) 4(2).

20
Nurwati A. (2014) Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa Dalam Pelajaran Bahasa.
Jurnal IAIN Sultan Amai. 9(4).

Qiptiyyah, M. (2020). Peningkatan Hasil Belajar Pkn Materi Kedudukan Dan


Fungsi Pancasila Melalui Metode Jigsaw Kelas Viii F Mts Negeri 5
Demak. Jurnal Bimbingan dan Konseling. 5(1).

Rokeach,Milton.1968. Beliefs attitudes and values. New York:Josey-Bass Inc.Pub

Sonedi. (2015). Hubungan Konsep Diri, Sikap Guru Terhadap Pekerjaan Dan
Pengalaman Menjadi Guru Dengan Kemampuan Mengajar Guru Di Smp
Negeri Di Kota Palangka Raya. Anterior Jurna., 14(2).

Tan, T. (2012). Teaching Is An Art: Maximaze Your Teaching. Sleman: CV Budi


Utama.

Tiastra, M. (2022). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Asesmen


Portofolio. Sleman: Bintang Semesta Media Yogyakarta.

Widodo, H. (2021). Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: UAD Press.

W.S Winkel. (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia

Yusuf, M. (2015). Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Zulfitria, Sriyanti R, & Mutia K. (2021). Penggunaan Metode Bercerita Dalam


Pengembangan Kemampuan Kognitif Pada Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini. 5(1).

21

Anda mungkin juga menyukai