OLEH
Kelompok V
1. Muh Risal (210105500007)
2. Muafika (210105501003)
3. Muh Arham Ahsan (210105500019)
4. Serli (210105501029)
JURUSAN KIMIA
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya hingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik itu pikiran maupun materinya. Kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta pengalaman untuk para pembaca. Selain itu, kami
juga berhadap agar makalah ini dapat pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kami juga sangat berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
dalam rangka menambah wawasan, ilmu dan pengetahuan terkait Instrumen
Ranah Afektif dan Instrumen Ranah Psikomotor. Semoga makalah ini dapat
memberikan informasi yang dapat dengan mudah dipahami oleh siapapun yang
membacanya terkhususnya bagi para calon guru yang ada diseluruh Indonesia
bahkan dunia.
Dalam penyusunan makalah ini, kami yakin masih banyak kekurangan
yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian asesmen ranah afektif dan asesmen ranah psikomotor............3
2.2 Tingkatan Asesmen Ranah Afektif dan Asesmen Ranah Psikomotor......5
2.3 Karakteristik Ranah Afektif......................................................................7
2.4 Penilaian Asesmen Ranah Afektif dan Asesmen Ranah Psikomotor......11
BAB III PENUTUP..............................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini yakni:
1. Mengetahui asesmen ranah afektif dan asesmen ranah psikomotor
2. Mengetahui tingkatan ranah afektif dan ranah psikomotor
1
3. Mengetahui karakteritik dari ranah afektif
4. Mengetahui penilaian asesmen ranah afektif dan asesmen ranah psikomotor
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang memadai dipertimbangkan. Domain psikomotorik mencakup tujuan yang
terkait dengan perilaku yang dapat diamati secara fisik. Untuk mencapai tujuan
dalam ranah afektif dan psikomotorik, sangatlah penting untuk menentukan dan
mencapai tujuan domain kognitif (Zulfitria, dkk. 2021).
2.1.1 Pengertian asesmen ranah afektif
Menurut Magdalena, dkk (2021) ranah afektif merupakan kemampuan
yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan
penalaran. Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional,
seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral, dan sebagainya. Ranah
afektif terdiri dari lima ranah yang berhubungan dengan respon emosional
terhadap tugas. Penilaian ranah afektif dapat diartikan sebagai penilaian sikap dan
nilai yang lebih sulit diukur daripada ranah lainnya. Penilaian ranah afektif tidak
cocok jika diukur dengan teknis tes karena aspek yang diukur terkait dengan sikap
dan nilai-nilai. Teknik penilaian yang cocok adalah dengan non-tes.
Sehingga dari kedua pendapat tersebut maka dapat dikatakan satu hal yang
sifatnya umum yang harus kita perhatikan dengan baik saat kita akan menilai
(mengassess) dan memikirkan afektif bahwa yang namanya perasaan itu sifatnya
mudah menguap (hilang), terutama pada usia remaja (usia anak-anak sekolah).
4
Ranah psikomotorik adalah bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Tipe hasil belajar ranah psikomotorik berkaitan dengan
keterampilan atau kemampuan untuk bertindak setelah peserta didik menerima
pengalaman belajar tertentu (Magdalena, dkk. 2021). Hasil belajar ini merupakan
tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-
kecenderungan peserta didik untuk berperilaku. Ranah psikomotorik terdiri atas
aktivitas motorik yang penting dalam pengembangan kemampuan peserta didik
dalam memanipulasi benda-benda, dan secara umum mengembangkan
keterampilan motorik peserta didik (Qibtiyyah, M. 2020). Ranah psikomotorik
juga berkaitan dengan gerakan sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak.
Dengan kata lain, psikomotorik umumnya berupa keterampilan yang memerlukan
koordinasi otak dengan beberapa otot. Berkaitan dengan pengembangan ranah
psikomotorik ini, peran guru sangat penting dan sangat diharapkan mampu
melaksanakannya (Cahayu, dkk. 2023).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ranah psikomotorik merupakan
penilaian yang mengarah kepada keterampilan siswa atau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik
merupakan penilaian yang mengarah kepada aktivitas fisik, misalnya lari, lompat,
melukis, menari, dan lain-lain. Hasil belajar psikomotorik ini sebenarnya
kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif. Hasil kognitif dan afektif akan
menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik mampu menunjukkan
perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang tergantung dalam
ranah kognitif dan ranah afektif.
5
penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan untuk menyadari adanya suatu
fenomena di lingkungannya yang dalam pengajaran di- representasikan melalu
kesediaan untuk mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya. Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-
perbedaan. Contoh lain misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar
senang membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini
akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang
positif.
b. partisipasi (Responding) merujuk pada tingkatan yang mencakup kerelaan dan
kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan. Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap
rangsangan yang disjikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan
dalam memberikan tanggapan. Misalnya mematuhi aturan dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan. Contoh lainnya yakni senang membaca buku, senang
bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian,
dan sebagainya.
c. Penilaian atau penentuan sikap (Valuing) yaitu kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
Penilaian ini mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak, atau
mengabaikan. Misalnya menerima pendapat orang lain. Valuing melibatkan
penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi
dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai,
misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat
komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat
nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku
yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan
pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
d. Organisasi (Organization) yaitu kemampuan untuk membentuk suatu sistem
nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Misalnya,
menempatkan nilai pada suatu skala nilai dan dijadikan pedoman dalam
bertindak secara bertanggungjawab.
6
e. pembentukan pola hidup (Characterization by a value) yaitu kemampuan
untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya
sendiri. Dengan pembetukan pola hidup ini, seseorang memiliki sistem nilai
yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya
hidupnya. Kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup di berbagai
bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar atau
bekerja. Contoh lain yaitu kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan
tindakan yang berdisiplin.
2.2.2 Tingkatan Asesmen Ranah Psikomotor
Menurut Simpson dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 29-30) membagi
ranah psikomotorik menjadi tujuh tingkatan yaitu:
a. Persepsi, menunjukkan perhatian untuk melakukan suatu gerakan.
b. Kesiapan, menunjukkan kesiapan mental dan fisik untuk melakukan suatu
gerakan.
c. Gerakan terbimbing, meniru gerakan secara terbimbing.
d. Gerakan terbiasa, melakukan gerakan mekanistik.
e. Gerakan kompleks, melakukan gerakan kompleks dan termodifikasi.
f. Penyesuaian, menjadi gerakan alami yang diciptakan sendiri atas dasar gerakan
yang sudah dikuasai sebelumnya.
g. Kreativitas, menjadi gerakan baru yang orizinal dan sukar ditiru oleh orang lain
dan menjadi ciri khasnya.
7
perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang
menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada
pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif (Hafsah, dkk.
2021).
Menurut Manuhutu, S (2023) bila intensitas dan arah perasaan ditinjau
bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang
kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari
perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada
beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah,
kimia, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari
kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-
kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi
tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya
adalah tes.
Ada lima tipe karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat, konsep
diri, nilai, dan moral.
a. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah respon tertutup seseorang
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan. Sikap
merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan
menirukan sesuatu yang positif, kemudian melaluipenguatan serta menerima
informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran,
tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu.
Penilaian sikap adalah penilaian yangdilakukan untuk mengetahui sikap peserta
didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya
(Aini, & Helfi, 2019).
Contoh indikator sikap terhadap mata pelajaran kimia misalnya
Membaca buku kimia
Mempelajari kimia
Contoh pernyataan untuk kuesioner
8
Saya senang membaca buku kimia
Tidak semua orang harus belajar kimia
b. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir
melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek
khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau
pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583),
minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Contoh indikator minat terhadap pelajaran kimia
Memiliki catatan pelajaran kimia
Berusaha memahami kimia
Contoh pernyataan untuk kuesioner
Catatan pelajaran kimia saya lengkap
Saya berusaha memahami mata pelajaran kimia
c. Konsep Diri
Menurut Smith dalam BNSP (2008), konsep diri adalah evaluasi yang
dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target,
arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain.
Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah.
Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan
dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep
diri ini penting untuk menentukan jenjang karir si pembelajar, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir
yang tepat bagi pembelajar tersebut. Selain itu informasi konsepdiri penting
bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat
(Sonedi. 2015).
9
Contoh indikator konsep diri
Memilih mata pelajaran yang mudah dipahami
Memiliki kecepatan memahami mata pelajaran
Contoh pernyataan untuk instrument
Saya sulit mengikuti pelajaran matematika
Saya mudah memahami mata pelajaran kimia
d. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap
buruk. Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973), yaitu nilai
adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam
mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa
manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini
menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan.
Contoh pernyataan untuk kuesioner tentang nilai si pembelajar
Saya berkeyakinan bahwa kinerja pengajar sudah maksimal
Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah
e. Moral
Menurut Merriam-webster moral adalah mengenai atau berhubungan
dengan apa yang benar dan salah dalam perilaku manusia, dianggap benar dan
baik oleh kebanyakan orang sesuai dengan standar perilaku yang tepat pada
kelompok atau masyarakat tersebut. Moral berkaitan dengan perasaan salah
atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan
yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang
lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering
dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang. yaitu keyakinan akan perbuatan
yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip. nilai, dan
keyakinan seseorang ((Hasanah, 2018).
Contoh instrument moral
Memegang janji
10
Memiliki kepedulian terhadap orang lain
Contoh penyataan untuk instrument moral
Bila saya berjanji pada teman, tidak harus menepati
Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus menepatinya.
11
2) Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam
konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar
penilaian diri.
12
4) Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
yang berkaitan dengan sikap dan perilaku
13
b. Prosedur penilaian ranah psikomotor dilakukan melalui tahapan-tahapan
1) Menyusun perencanaan penilaian
2) Mengembangkan instrument penilaian
3) Melaksanakan penilaian
4) Memanfaatkan hasil penilaian
5) Melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan
deskripsi
c. Teknik dan instrumen penilaian disesuaikan dengan mekanisme penilaian
ranah psikomotor. Pendidik menilai kompetensi keterampilan peserta didik
melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes
praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi
2) Proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu.
3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif dan integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,
dan/atau kreativitas peserta didik.
14
Contoh instrument Instrumen Ranah Psikomotorik untuk kegiatan Laboratorium
15
16
17
KATA KERJA OPERASIONAL (KKO) EDISI REVISI TEORI BLOOM
RANAH KOGNITIF
RANAH AFEKTIF
Menerima Merespon Menghargai Mengorganisasikan Karakterisasi Menurut
(A1) (A2) (A3) (A4) Nilai (A5)
Mengikut Mengompromikan Mengasumsikan Mengubah Membiasakan
i Menyenangi Meyakini Menata Mengubah perilaku
Menganut Menyambut Meyakinkan Mengklasifikasikan Berakhlak mulia
Mematuhi Mendukung Memperjelas Mengombinasikan Mempengaruhi
Meminati Menyetujui Memprakarsai Mempertahankan Mengkualifikasi
Menampilkan Mengimani Membangun Melayani
18
Melaporkan Menekankan Membentuk pendapat Membuktikan
Memilih Menyumbang Memadukan Memecahkan
Mengatakan Mengelola
Memilah Menegosiasi
Menolak Merembuk
RANAH PSIKOMOTOR
3.1 Kesimpulan
Asesmen merupakan sebuah proses pengumpulan informasi yang terus
menerus berlangsung untuk mengukur performansi peserta didik dan proses
pembelajaran. Penilaian ranah afektif diartikan sebagai penilaian sikap dan nilai
yang lebih sulit diukur dari pada ranah lainnya. Ranah psikomotorik merupakan
penilaian yang mengarah kepada keterampilan siswa atau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik
merupakan penilaian yang mengarah kepada aktivitas fisik, misalnya lari, lompat,
melukis, menari, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aini N, & Helfi Agustin. (2019). Analisis Perilaku Selamat Pada Wisatawan
Pantai Parangtritis Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Cakrawala Promkes. 1(1).
Hafsah, Firman U, & Sangkala Ibsik. (2021). Desain Evaluasi Ranah Afektif
Dalam Mata Pelajaran PPKN di SMP Negeri 8 Makassar. Phinisi
Integration Review. 4(4).
Hasanah, U. (2018). Metode Pengembangan Moral Dan Disiplin Bagi Anak Usia
Dini. Martabat: Jurnal Perempuan Dan Anak, 2(1).
20
Nurwati A. (2014) Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa Dalam Pelajaran Bahasa.
Jurnal IAIN Sultan Amai. 9(4).
Sonedi. (2015). Hubungan Konsep Diri, Sikap Guru Terhadap Pekerjaan Dan
Pengalaman Menjadi Guru Dengan Kemampuan Mengajar Guru Di Smp
Negeri Di Kota Palangka Raya. Anterior Jurna., 14(2).
21