Disusun Oleh
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul RANAH PSIKOMOTORIK DAN
PENILAIANNYA SERTA ANALISIS BUTIR SOAL ini dengan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai referensi buku dan pihak yang memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
berperan dan membantu dalam pembuatan makalah ini.
Selain itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami bisa memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah dengan judul RANAH
PSIKOMOTORIK DAN PENILAIANNYA SERTA ANALISIS BUTIR SOAL untuk
Perkuliahan di Indonesia ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi kepada pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran harus ada target yang harus dicapai. menentukan tujuan
pembelajaran itu menjadi sangat penting bagaikan anak panah lepas dari busurnya
mencari papan target itu tujuan utamanya. Tapi terkadang tujuan dan target
biasanya tidak sesuai dengan apa yang sudah di harapkan makanya seorang guru
harus mengevaluasi pembelajaran yang sudah ada didalam kelas maupun diluar.
Oleh sebab itulah dalam proses pembelajaran, evaluasi menjadi kajian yang sangat
penting.
Namun realitasnya, pendidikan di tanah air terjebak pada ranah kognitif baik
dalam tujuan, proses pembelajaran maupun evaluasinya. Hal ini mungkin
disebabkan oleh lemahnya pemahaman terhadap ranah afektif dan psikomotor,
disamping pengembangan alat ukur dan pengukuran terhadap hasil belajar dalam
ke dua ranah tersebut yang lebih rumit dan sulit dibandingkan dengan yang ada
pada ranah kognitif. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang salah
satu dari ranah tersebut, yaitu pengukuran ranah psikomotorik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Walaupun ranah psikomotorik meliputi enam jenjang kemampuan, namun
masih dapat dikelompokan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan
motorik, manipulasi benda-benda, dan koordinasi neuromuscular.maka, kata-kata
kerja operasional yang dapat dipakai adalah :
Hasil Belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses
belajar mengajar sesuai dengna tujuan pendidikan. manusia mempunyai potensi
perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi
domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. belajar mengusahakan perubahan
perilaku dalam domain-domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan
perubahan perilaku domain koginitif, afektif, dan psikomotorik.
3
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah
psikomotorik adalah praktik di aula/lapangan, di bengkel, dan praktikum di
laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kogitif dan
afektifnya. Dalam hubungan ini guru melakukan pengamatan untuk menilai dan
menentukan apakah siswa sudah terampil atau belum, memerlukan kerja sama
kelompok dinilai keterampilan kerja sama siswa serta keterampilan kepemimpinan
siswa dan lain sebagainya.
4
g. Kreativitas (creativity); mencakup kemampuan untuk melahirkan
polagerak-gerik yang baru, yang dilakukan atas prakarsa atau insiatif
sendiri. Hanya orang yang berketerampilan tinggi dan berani berpikir
kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.
a. Imitasi (imitation)
imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan
sama persis dengan yang dilihat atau di perhatikan sebelumnya.contohnya
menendang bola dengan gerakan yang sama persis dengan yang dilihat atau
diperhatikan sebelumnya.
b. Manipulasi (manipulation)
manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang
belum pernah dilihatnya tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.
Misalnya seorang siswa dapat melempar lembing hanya mengandalkan
petunjuk dari guru.
c. Presisi (precision)
Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan akurat
sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang presisi. Misalnya melakukan
tendangan pinalti sesuai dengan yang di targetkan (masuk gawang lawan).
d. Artikulasi (articulation)
Artikulasi yaitu kemampuan melakukan kegiatan kompleks dan
ketepatan sehingga produk kerjanya utuh. Misalnya melempar bola keteman
sebagai umpan untuk ditendang kearah gawang lawan.
e. Naturalisasi (naturalization).
Naturalisasi yaitu kemampuan melakukan kegiatan secara refleks yaitu
keiatan melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Misal secara
refleks seseorang memegang tangan seorang anak kecil yang sedang bermain
di jalan raya ketika sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi hal ini terjadi
agar terhindar dari kecelakaan tertabrak.
5
2.3 Komponen Penyusunan Tes Psikomotorik
Tes untuk mengukur ranah psikomotor adalah tes untuk mengukur penampilan
atau kinerja (performance) yang telah dikuasai peserta didik. Tes tersebut dapat
berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
1. Tes paper and pencil : walaupun bentuk aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang
menjadi sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam menampilkan karya,
misal berupa desain alat, desain grafis, dan sebagainya.
2. Tes identifikasi : tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta didik
dalam mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau yang
tidak berfungsi dari suatu alat.
3. Tes simulasi : tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat
dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan simulasi
tetap dapat dinilai apakah seseorang sudah menguasai keterampilan dengan bantuan
peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat.
4. Tes unjuk kerja (work sample) : tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya
dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil
menggunakan alat tersebut. Tes penampilan/perbuatan, baik berupa tes identifikasi,
tes simulasi, ataupun unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh datanya dengan
menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale).
Daftar cek maupun skala penilaian juga dapat dipakai sebagai "lembar penilaian"
atau alat untuk observasi dalam rangka pengukuran yang bebas waktunya, dalam
arti tidak dilakukan dalam suasana ujian secara formal. Misalnya dipakai alat
observasi saat peserta didik mengerjakan praktikum dalam upaya memperoleh data
selama peserta didik melakukan proses pembelajaran praktek di laboratorium.
6
Tes Psikomotor
Daftar cek lebih praktis jika digunakan untuk menghadapi subjek dalam jumlah
besar atau jika perbuatan yang dinilai memiliki resiko tinggi, misalnya dalam
kegiatan praktek laboratorium yang mengggunakan peralatan yang mahal, untuk
menilai apakah seseorang sudah mampu menggunakan mikroskop akan lebih tepat
menggunakan daftar cek. Skala penilaian cocok untuk menghadapi subjek yang
sedikit. Perbuatan yang diukur menggunakan alat ukur berupa skala penilaian
terentang dari sangat tidak sempurna sampai sangat sempurna. Jika Dibuat skala 5,
maka skala 1 paling tidak sempurna dan skala 5 paling sempurna. Penyusunan Butir
Soal Bentuk Daftar Cek Daftar cek berisi seperangkat butir soal yang mencerminkan
rangkaian tindakan/perbuatan yang harus ditampilkan oleh peserta ujian, yang
merupakan indikator-indikator dari keterampilan yang akan diukur. Oleh karena itu
dalam menyusun daftar cek hendaknya: (1) carilah indikator-indikator penguasaan
keterampilan yang diujikan, (2) susunlah indikator-indikator tersebut sesuai dengan
urutan penampilannya. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap subjek yang
dinilai untuk melihat pemunculan indikator-indikator yang dimaksud. Jika indikator
tersebut muncul, maka diberi tanda V atau tulis kata "ya" pada tempat yang telah
disediakan.
Misal akan dilakukan pengukuran terhadap keterampilan peserta didik
menggunakan termometer badan. Untuk itu dicari indikator-indikator apa saja yang
menunjukkan peserta didik terampil menggunakan termometer tersebut, misal
indikator-indikatornya sebagai berikut :
7
2.4 Penyusunan Butir Soal Bentuk Skala Penilaian
Pada prinsipnya penyusunan skala penilaian tidak berbeda dengan penyusunan
daftar cek, yaitu mencari indikator-indikator yang mencerminkan keterampilan
yang akan diukur, yang berbeda adalah cara penyajiannya. Dalam skala penilaian,
setelah diperoleh indikator-indikator keterampilan, selanjutnya ditentukan skala
penilaian untuk setiap indikator. Contoh , skala 5 jika suatu indikator dikerjakan
dengan sangat tepat, 4 jika tepat, 3 jika agak tepat, 2 tidak tepat, dan 1 sangat tidak
tepat. Jadi, pada prinsipnya ada tingkat-tingkat penampilan untuk setiap indikator
keterampilan yang akan diukur. Untuk mengukur keterampilan peserta didik
menggunakan termometer badan disusun skala penilaian sebagai berikut :
Lingkari angka 5 jika sangat tepat,
angka 4 jika tepat,
angka 3 jika agak tepat,
angka 2 jika tidak tepat dan
angka 1 jika sangat tidak tepat untuk setiap tindakan di bawah ini!
Dalam hal ini, akan lebih akurat bila ada kriteria dari tiap butir yang direntang
mulai dari skala 1 sampai 5. Dengan demikian, penilai yang manapun akan dengan
tepat dapat menilai karena sudah ada kriteria bahwa seseorang diberi skala 1 untuk
langkah yang menyangkut cara mengeluarkan termometer dari tempatnya karena
demikian, dan diberi skala 2 karena demikian, dan seterusnya sampai kapan ia
diberi skala 5. Kriteria tiap skala untuk setiap butir/langkah juga harus sudah
dihafal oleh penilai. Jadi jika dilakukan penilaian oleh banyak ada keseragaman
antar penilai.
8
2.5 Prosedur Penyusunan Tes Psikomotorik
Instrumen penilaian psikomotorik terdiri dari soal atau perintah dan pedoman
pemberian skor untuk menilai kinerja peserta didik dalam melakukan perintah/soal
tersebut. Sebelum hal tersebut dilaksanakan, penilai harus Menyusun kisi-kisi (grid)
penilaian terlebih dahulu. Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal yang
akan dibuat. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal sehingga siapapun yang
menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.
Setelah membuat kisi-kisi, Langkah berikutnya yang harus dilakukan oleh penulis tes
psikomotor adalah mencermati kisi-kisi instrument yang telah dibuat. Antara lain
adalah :
a. Membuat soal dengan mengacu pada kisi-kisi yang telah dibuat
b. Mempersiapkan pedoman pemberian skor, pedoman ini dapat berupa daftar cek
observasi atau skala penilaian yang harus mengacu kepada soal. Soal/lembar
kerja/lembar tugas/perintah kerja yang diacu ini selajutnya dijabarkan menjadi aspek-
aspek keterampilan yang di amati
9
Secara umum manfaat analisis butir soal adalah sebagai berikut :
2. Sesuai untuk penyusunan tes informal, seperti tes yang disiapkan guru untuk
peserta didik.
10
B. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif
1. Analisis butir soal nagi tes acuan norma
Pada praktiknya analisis butir soal acuan norma secara kuantitatif dimaksudkan
untuk menilai dan memperbaiki reliabilitas dari tes yang disusun guru. jika
relibilitas tes rendah, validasi tes biasanya juga redah.ini bertujuan pokok analisis
butir soal, memperbaiki validasi tes dengan cara memperbaiki reliabilitasnya.
Reliabilitas yang lebih tinggi memang tidaklah cukup untuk meningkatkan
validitas, tetapi hal tersebut merupakan prayarat.
Dewasa ini analisis butir soal dapat dilaksanakan berdasarkan teori tes yang
moderen.Namun karna teori ini masih dalam proses perkembangan dan terlalu
kental unsur metamatisnya, orang-orang umumnya masih banyak yang
menggunakan teori tes klasik karena lebih mudah dan sedarhana langkah-
langkahnya. Teori tes yang modern dikenal dengan sebutan teori tanggapan butir
(IRT,item response thory) disebut pula dengan latent trait thory, strong true score
theory. IRT adalah suatu pradigma untuk merancang, menganalisis dan
memberikan skor tes, angket serta perangkat tes yang mirip lainnya untuk
mengukur kecakapan, sikap, atau valiable yang lain. Teoti tes yang lebeh dulu
disebut sebagai teori tes klasik. Tujian pokok teori tes klasik adalah untuk
memahami dan memperbaiki reabilitas dari suatu tes. Pada kesempatan ini kita
hanya memperbincangkan teori tes klasik.
Teori tes klasik dilaksanakan dengan memperhitungkan kedudukan butir tes
dalam suatu kelas atau kelompok. Karakteristik atau kualitas butir tes amat
bergantung kepada kelompok, dimana analisis butir tes dilaksanakan. Dengan
demikian, kualitas butir tes tergantung kepada jumlah sampel siswa yang
memberikan respons. Kualitas butir tes berhubungan dengan terminologi daya
beda (discriminating power), tingkat kesukaran (difficulty index), dan efektivitas
pengecoh (distractor effectivity).
11
Terminologi terkait anlisis butir soal antara lain adalah sebgai berikut.
Pokok soal yaitu kalimat ang merupakan esensi soal yng harus dijawab dengan
cara memilih pilihan jawaban yang paling benar. ingat bahwa analisis butir tes
dilakukan pada soal berbentuk pilihan (selected-respons)
Opsi (option) adalah sejumlah pilihan atau alternatif jawaban dalam soal bentu
pilihan ganda.
Kunci adalah jawaban yang benar atau yang paling benar.
Distraktor atau pengecoh atau pilihan jawaban.
Daya beda dinotasikan dengan D atau DB adalah daya yang mampu
membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta
dengan tes yang berkemampuan rendah.
Asumsi yang digunakan dalam analisis butir soal adalah sebagai berikut:
Sebuah soal tes dikatakan berkualitas tinggi jika mampu membedakan antara
siswa yang pandai (kompetensinya rendah).
Sebuah soal tes yang baik, jumlah penjawab betul pada kelompok siswa yang
kurang pandai.
Terdapat kolerasi positif antara daya beda dengan tingkat kesukaran soal.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penilaian hasil
belajar psikomotorik atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk.
Penilayan dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik
melakukan praktik, atau sebuah proses berlangsung dengan cara mengetas peserta
didik. Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau
pengamatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses
belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan
diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi. Tes untuk mengukur
ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performace)
yang telah dikuasai oleh peserta didik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. 2009. Penganter Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Basuki Ismet dan Hariyanto. 2017. Asesmen Pembelajarn.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Darmiyati Zuchdi. 2010. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pengajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sobry Sutikno. 2015. Belajaran dan Pembelajaran. Lombok:
Holistica.
14