Anda di halaman 1dari 18

MENGENAL PERASAAN DAN EMOSI PESERTA DIDIK

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Makalah pada Mata Kuliah

Bimbingan dan Konseling Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Dosen Pengampu: Drs. Muh. Yusuf Hidayat, M.Pd

Oleh: Kelompok 5

Nurul Mutiara

NIM: 20100121040

Raihanah

NIM: 20100121052

Febryandani

NIM: 20100121062

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah Swt. Dia-

lah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat dan karunia-Nya

sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Selawat seiring salam

enantiasa terlimpahkan kepada suri teladan umat manusia yakni Nabi Muhammad

saw. Serta keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang taat menjalankan

syariat-Nya hingga hari akhir.

Makalah yang berjudul “Mengenal Perasaan Dan Emosi Peserta Didik” ini

merupakan perwujudan tugas kelompok dari mata kuliah Bimbingan dan

Konseling” dalam melakukan sebuah diskusi. Makalah ini disusun untuk

memberikan pemahaman kepada kita semua tentang perasaan dan emosi pada

peserta didik.

Namun, penulis menyadari bahwa makalah yang telah dibuat ini masih

memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis selalu terbuka terhadap saran dan

kritikan dari semua kalangan dengan harapan adanya saran dan kritikan tersebut

akan menjadikan penulis untuk jauh lebih baik lagi dalam menyusun suatu tulisan.

Akhirul kalam, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang

membantu penyusunan makalah ini, termasuk dosen pengampu mata kuliah

Bimbingan dan Konseling yang memberikan tugas dan arahannya. Penulis

berharap semoga makalah yang telah dibuat ini mampu memberikan manfaat

kepada setiap pembacanya.

Samata, 28 Oktober 2023

Penulis
II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................................

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................

C. Tujuan.............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................

A. Persamaan konsep Perasaan dan Emosi Peserta Didik...................................................

B. Ciri-ciri Perasaan dan Emosi Peserta Didik....................................................................

C. Keseimbangan Emosi dalam Lingkungan Peserta Didik................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................................

B. Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menginjak usia sekolah, anak-anak mulai menyadari bahwa pengungkapan

emosi secara kasar tidaklah diterima dimasyarakat. Emosi merupakan faktor dominan

yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula prilaku

belajar. Menurut Daniel Goleman menyataka menyatakan bahwa unsur emosi

merupakan faktor yang turut berperan dalam keberhasilan hidup seseorang. Aspek

emosi mengalami perkembangan yang signifikan pada periode anak. Seiring

pertambahan usia, kemampuan kemampuan anak mengendalikan mengendalikan

emosinya emosinya sendiri semakin berkembang. Anak-anak semakin menyadari

tentang perasaannya sendiri dan orang lain. Anak-anak juga semakin mampu

mengatur ekspresi emosi dan situasi sosial dan mampu mereaksi kondisi stres yang

dialami orang lain.

Sering dijumpai di dalam kelas peserta didik yang tidak yakin dengan

kemampuannya sendiri. Peserta didik sering bermasalah dengan perasaan-perasaan

yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Bagaimana ia menilai dirinya sendiri,

menilai kemampuannya sendiri, sehingga peserta didik sering bertanya apakah ia

mampu mengerjakan pekerjaan itu dan ini. Perasaan seperti itu membuat seseorang

tidak percaya diri. Peserta didik sewaktu di kelas sering mengalami suasana hati yang

tidak stabil, sehingga suasana kelas tidak menentu. Hal ini merupakan suatu gejala

umum yang menyertai seorang peserta didik saat mengikuti pembelajaran atau saat

mengerjakan suatu tugas. Perasaan peserta didik tergantung pada apakah kebutuhan

1
mereka sedang terpenuhi atau tujuan mereka sedang tercapai. Ketika kebutuhannya

sedang terpenuhi atau tujuannya tercapai, maka perasaannya menjadi senang, bahkan

bahagia. Akan tetapi ketika kebutuhan atau tujuan belum terpenuhi maka mereka

merasa tidak senang, tidak nyaman, bahkan tidak bisa mengikuti pembelajaran.

Disamping itu, hal yang lebih penting untuk diketahui adalah apa yang mereka

rasakan. Dengan demikian, semakin banyak memahami dunia peserta didik seperti

apa yang mereka alami, semakin perlu melihat kedalam kehidupan emosionalnya dan

memahami perasaan-perasaannya, baik perasaan tentang dirinya sendiri maupun

orang lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diajukan rumusan masalah

antara lain:

1. Bagaimana perasaman Konsep perasaan dan emosi peserta didik?

2. Apa ciri-ciri persaan dan emosi peserta didik?

3. Bagaimana keseimbangan emosi dalam lingkungan formal peserta didik?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diajukan rumusan masalah antara

lain:

1. Untuk mengetahui perasaman Konsep perasaan dan emosi peserta didik?

2. Untuk mengetahui ciri-ciri persaman dan emosi peserta didik?

3. Untuk mengetahui keseimbangan emosi dalam lingkungan formal peserta

didik ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Persamaan konsep Perasaan dan Emosi Peserta Didik

Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat subjektif,

untuk merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak bergantung kepada

perangsang dan alat-alat indra. Sedangkan menurut Hukstra, perasaan adalah suatu

fungsi jiwa yang dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa

senang dan tidak senang. Perasaan merupakan suatu keadaan dalam kesadaran

manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif dan

negatif. 1

Menurut Surya (1979) mengemukakan bahwa emosi merupakan warna afektf

yang menyertai setiap perilaku individu berupa perasaan-perasaan tertentu yang

dialami pada saat menghadapi situasi tertentu. 2

Sebagian ahli menyebutkan bahwa di dalam emosi terkandung perasaan. Ini

artinya, perasaan adalah komponen dari emosi. Perasaan diartikan sebagai keadaan

yang dirasakan sedang terjadi dalam diri seseorang. Anda mengalami perasaan marah,

karena Anda merasakan adanya sesuatu yang bergejolak dalam diri Anda. Emosi

terjadi hanya ketika seseorang merasakan sesuatu terjadi dalam dirinya.

Sebenarnya keduanya relatif sama. Bahkan, menurut seorang peneliti emosi

dari Australian National University, yakni Anna Wierzbicka, tidak semua budaya

memiliki kata untuk emosi sebagaimana yang dikonsepsikan dalam bahasa inggris

1Miswari, Mengelola Self Efficacy, Perasaan dan Emosi Dalam Pembelajaran


Melalui Manajemen Diri Jurnal cendekia 15, no. 1 (2017): h. 73.
2Taty Fauzi, Syska Purnama Sari “Kemampuan Mengendalikan Emosi Pada Siswa dan
Implikasinya Terhadap Bimbingan dan Konseling,” [t.d}, h.4.

3
sedangkan kata yang bermakna perasaan (feeling) ada dalam semua bahasa.

Menurutnya lagi, kata emosi lebih disukai karena kesannya lebih objektif dan lebih

ilmiah daripada kata perasaan. Oleh sebab itu kata emosi jauh lebih luas digunakan

dalam dunia ilmu pengetahuan.

Bagaimana dengan rasa lapar karena kurang makan, rasa haus kurang minum,

rasa panas karena terik matahari, rasa manis gula, rasa pahit kopi, dan rasa sakit

tulang? Tentu saja itu semua tidak termasuk kategori perasaan yang dikaitkan dengan

emosi. Perasaan yang diartikan emosi adalah perasaan yang tidak terkait dengan yang

dirasakan fisik. Ada rasa lapar, tapi tidak ada emosi lapar. Ada rasa panas tapi tidak

ada emosi panas. Ada rasa manis gula tapi tidak ada emosi manis. Emosi adalah

perasaan yang terkait dengan suasana hati. 3

Perasaan-perasaan terdapat dalam diri setiap manusia. Manusia yang

mempunyai kemampuan mengolah perasaannya tidak akan menimbulkan reaksi

negatif, sedangkan jika perasaan dibiarkan tanpa ada pengelolaan akan berakibat

menimbulkan emosi. Karena emosi akan menimbulkan gejolak suasana hati. Hati

yang baik, maka muncul emosi positif. Sebaliknya hati lagi jelek, maka muncul emosi

negative. 4

B. Ciri-ciri Perasaan dan Emosi Peserta Didik

1. Ciri-ciri perasaan peserta didik

Ditinjau secara fisiologis, perasaan adalah penginderaan, sehingga merupakan

salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam

3 Psikogenis, “Apa Beda Emosi dan Perasaan,” situs resmi


http://www.psikogenesis.com/2008/07/apa-beda-emosi-dan-perasaan.html (20 oktober 2023.)

4 Miswari, “Mengelola Self Efficacy, Perasaan dan Emosi Dalam Pembelajaran Melalui
Manajemen Diri,” Jurnal cendekia 15, no. 1 (2017): h. 74-75.

4
psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap sesuatu hal.

Makna penilaian ini tampak misalnya “Saya rasa nanti sore hari akan hujan”.

Perasaan selalu bersifat subjektif karena ada unsur penilaian tadi biasanya

menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seseorang individu. Kehendak itu bisa

positif artinya individu tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya suatu yang

memberikan kenikmatan kepadanya, atau juga bisa negatif artinya ia hendak

menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang akan membawa perasaan tidak

nikmat kepadanya. Dalam mempelajari perasaan, hal ini tampak pada pembagian

perasaan yang dilakukan oleh para ahli. Menurut Bigot dkk. (1950) dalam Sumadi

Suryabrata membagi perasaan menjadi dua golongan, yaitu:

1) Perasaan rendah (Jasmaniah) meliputi perasaan indriah, yaitu perasaan yang

berhubungan dengan penginderaan, misalnya: rasa panas, dingin dan sakit,

dan perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan tubuh

misalnya : rasa lesu, segar;

2) Perasaan luhur (rohaniah) yang meliputi perasaan intelektual, perasaan

kesusilaan, perasaan keindahan, perasaan sosial, perasaan harga diri, perasaan

keagamaan.

W. Stren mengadakan pembagian perasaan sebagai berikut: pertama, perasaan

yang bersangkutan dengan masa kini, misalnya perasaan senang yang diperlihatkan

masa sekarang dalam hubungan dengan rangsangan-rangsangan yang dialami pada

waktu sekarang juga. Kedua, perasaan yang bersangkutan dengan masa lampau,

misalnya perasaan senang pada waktu sekarang yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa

di masa lampau. Ketiga, perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang,

misalnya perasaan senang sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan datang.

5
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, membagi rumpun perasaan sebagai

berikut: Perasaan indriah, terdiri atas perasaan keinderaan (sensoris), perasaan yang

timbul waktu indera kita menerima rangsangan. Perasaan vital (kehidupan), ialah

perasaan yang bergantung kepada keadaan tubuh kita sesewaktu, misalnya merasa

senang sekali karena sehat.

Perasaan tanggapan, ialah perasaan yang mengiringi apabila kita menanggap

sesuatu atau keadaan, misalnya seorang prajurit masih merasa senang sekali kalau ia

ingat betapa sangsaka berkibar dengan megahnya. Perasaan insting, ialah perasaan

yang mengiringi sesuatu insting yang sedang timbul, misalnya kita akan merasa

senang, kalau pada saat makan, di meja makan selalu tersedia hidangan yang

bergantigantian.

Perasaan luhur (rohani) terdiri atas: Perasaan keindahan, ada dua macam:

perasaan keindahan negatif, ialah perasaan yang timbul kalau kita mengindera sesuatu

yang buruk. Perasaan keindahan yang positif, ialah perasaan keindahan yang timbul

kalau kita mengindera sesuatu yang baik. Perasaan intelek, ialah perasaan yang

timbul sebagai akibat dari hasil intelek, misalnya kalau kita dapat memecahkan

sesuatu yang sulit, timbul rasa senang dan sebaliknya. Perasaan kesusilaan, ialah

perasaan yang timbul karena indera kita menerima perangsang susila atau jahat.

Perasaan ketuhanan, ialah perasaan yang timbul dalam mengetahui adanya Tuhan.

Misalnya orang akan merasa bahagia kalau ia merasa bahwa Tuhan selalu melindungi

dan dekat padanya.

Perasaan diri, ini ada dua macam : positif dan negatif. Perasaan diri positif adalah

perasaan yang timbul bila ia dapat berbuat sama atau lebih dari orang lain. Perasaan

diri negatif adalah perasaan yang timbul kalau tidak dapat berbuat seperti atau

6
mendekati orang lain. Perasaan simpati, ialah perasaan yang timbul karena orang lain

mengalami rasa senang atau tidak senang. Perasaan sosial, ialah perasaan yang timbul

karena melihat keadaan masyarakat. 5

2. Ciri-ciri emosi peserta didik

Ciri-ciri emosi pada anak menurut (Ngura et al., 2020) adalah sebagai berikut.

1) Emosi yang terjadi pada anak biasanya relatif relatif lebih singkat (sebentar)

dan mudah berubah. Hal ini dikarenakan emosi pada anak biasanya

diungkapkan dalam bentuk tindakan, berbeda dengan orang dewasa yang

emosinya relatif lebih lama. Emosi yang sering dimunculkan oleh anak seperti

kesedihan, kemurungan, kebahagiaan, humor, dan lain sebagainya.

2) Emosi pada anak relatif lebih kuat dan hebat. Hal ini terihat ketika anak

sedang sedih, marah dan takut. Anak terlihat marah sekali ketika terdapat hal

yang tidak disukainya, dan anak akan menangis jika ada sesuatu yang

membuatnya sedih, dan anak akan tertawa terbahak-bahak ketika ada sesuatu

yang membuatnya lucu namun emosi tersebut akan cepat hilang. Namun

berbeda dengan orang dewasa yang tidak terlalu menampakkan emosi

tersebut.

3) Emosi anak mudah berubah. Hal ini terlihat ketika kita menjumpai anak yang

sedang menangis, ia akan menangis dengan tersedu-sedu namun emosi

tersebut hanya sebentar dia akan tertawa kembali ketika ada sesuatu yang

lucu.

5Miswari, “Mengelola Self Efficacy, Perasaan dan Emosi Dalam Pembelajaran Melalui
Manajemen Diri,” Jurnal cendekia 15, no. 1 (2017): h. 73-74.

7
4) Emosi anak nampak berulang-ulang. Hal ini timbul karena anak dalam proses

perkembangan kearah kedewasaan. Ia harus mengadakan penyesuaian

terhadap situasi di luar, dan hal ini dilakukan secara berulang-ulang

5) Respon emosi pada anak berbeda-beda. Pengamatan membuktikan bahwa

pada waktu bayi lahir, pola responnya relatif sama. Namun, secara perlahan-

lahan berubah, pengalaman belajar dari lingkungannya membuat perbedaan

tingkah laku sebagai bentuk variasi emosi pada anak.

6) Emosi anak dapat dilihat atau diketahui dari tingkah laku yang ditunjukkan

anak. Meskipun kadang kala anak tidak menunjuukkan emosinya secara

langsung, namun emosi itu dapat diketahui dari tingkah lakunya, seperti

menangis, melamun, menghisap jari, gelisah, dan lain sebagainya.

7) Adanya perubahan emosi dalam kekuatannya. Seperti kita menjumpai ada

anak yang memiliki emosi itu yang begitu kuat, kemudian berkurang. Emosi

yang pada mulanya lemah menjadi lebih kuat. seperti: seorang anak

menunjukkan rasa malu-malu ketika berjumpa orang asing atau berda

ditempat orang lain. Kemudian ketika ia merasa sudah merasa akrab dan dekat

dia tidak akan menunjukkan rasa malu-malunya lagi.

8) Adanya perubahan-perubahan bentuk ungkapan emosional anak. Anak-anak

akan menunjukkan keinginan yang begitu kuat pada apa yang ia hendakki. Ia

tidak memperhitungkan apakah hal itu baik atau buruk untuk dirinya, juga

tidak mempertimbangkan bahwa yang ia kehendaki itu dapat dipenuhi oleh

orang tuanya atau tidak yang penting ia menginginkannya. Perkembangan

emosi anak berkaitan dengan reaksi anak terhadap berbagai perasaan berbeda

yang mereka alami. Perkembangan emosi ini nantinya akan berpengaruh

8
terhadap bagaimana sikap dan cara anak dalam mengambil keputusan dan

bagaimana cara anak menikmati kehidupannya. 6

Selian itu, setiap anak juga memiliki beragam cara untuk mengungkapkan

emosi pada dirinya, baik melalui sikap yang baik maupun kebalikan. Beberapa ciri-

ciri berikut ini dapat menandakan macam-macam emosi pada anak. diantaranya

adalah pertama, bersifat subjektif seperti pengamatan dan berfikir; kedua, bersifat

fluktuatif; dan ketiga bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan pancaindera.

Ketiga kelompok itu dilihat berdasarkan sifatnya, sedangkan menurut Yudrik Jahja

(Darmiah, 2020) bahwa emosi dapat dikelompokkan dengan pertama emosi sensoris,

biasanya ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh: kedua emosi psikis,

emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan. Emosi psikis ditunjukkan dengan

perasaan intelektual, perasaan sosial, perasaan susila, perasaan keindahan (estetika),

dan perasaan ketuhanan. 7

C. Keseimbangan Emosi dalam Lingkungan Peserta Didik

Pada perkembangan emosi peserta didik, pengaruh faktor belajar lebih penting

karena belajar merupakan faktor yang lebih dapat dikendalikan. Terdapat berbagai

cara untuk mengendalikan lingkungan dan pengalaman belajar emosi, baik untuk

memperkuat pola reaksi emosi yang diinginkan, atau menghilangkan pola reaksi yang

tidak diinginkan.

Perkembangan emosi dapat dipelajari antara lain dengan cara atau metode

berikut (Yanti Fauziah, 2005): pertama, Belajar emosi dengan cara coba dan ralat

(trial and error learning), terutama melibatkan aspek reaksi. Anak mencoba-coba

6 Abdul Basit, Septi Gumiandari, “Perkembangan Emosi Peserta Didik,” Jurnal Ilmiah
Indonesia 7, no. 1 (2002): h.83-84.
7 Mahmud, Abdal Fajri, “Strategi Pengendalian Emosi Pada Anak Usia Sekolah Dasar Untuk
Mendukung Kecerdasannya,” Jurnal Kajian dan Pengembangan Umat 4, no. 1 (2021): h. 47.

9
dalam mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang dapat diterima. Kedua,

Belajar dengan cara meniru (learning by imitation) dilakukan melalui pengamatan

yang membangkitkan emosi tertentu pada orang lain. Anak belajar bereaksi dengan

cara yang sama dengan ekspresi dari orang yang diamati dan ditiru perilakunya.

Ketiga, Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification) dengan

orang lain yang dikagumi atau mempunyai ikatan emosional dengan anak lebih kuat

dibandingkan dengan motivasi untuk meniru sembarang orang. Keempat, Belajar

melalui pengkondisian (conditioning) berarti belajar perkembangan emosi dengan

cara asoiasi atau menghubungkan antara stimulus (rangsangan) dengan respon

(reaksi). Pengkondisian lebih cepat terjadi pada anak kecil yang mempelajari

perkembangan perilaku karena anak kurang mampu menalar, dan kurang pengalaman.

Kelima, Belajar melalui pelatihan (training) dibawah bimbingan dan pengawasan

guru atau orang tua. Dengan pelatihan, anak dirangsang untuk bereaksi terhadap hal-

hal tertentu dan belajar mengendalikan lingkungan atau emosi dirinya.

Pada diri setiap individu, termasuk peserta didik usia sekolah dasar, ada emosi

dominan yaitu satu atau beberapa emosi yang menimbulkan pengaruh terkuat

terhadap perilaku seseorang dan mempengaruhi kepribadian anak, khususnya dalam

penyesuaian pribadi dan sosial. Emosi dominan ini biasanya terbentuk dan

bergantung pada lingkungan tempat anak hidup dan menjalin hubungan dengan orang

orang yang berarti atau berpengaruh dalam kehidupannya, seperti kondisi kesehatan,

suasana rumah, hubungan dengan anggota keluarga, hubungan dengan teman sebaya,

perlindungan aspirasi orang tua, serta cara mendidik dan bimbingan orang tua.

Emosi dominan ini akan mewarnai temperamen anak dan bersifat menetap.

Anak yang bertemperamen periang akan memandang ringan rintangan yang

10
menghalangi langkahnya. Demikian juga, besarnya pengaruh emosi yang

menyenangkan seperti kasih sayang dan kebahagiaan menyebabkan timbulnya

perasaan aman yang akan membantu anak dalam menghadapi masalah dengan penuh

ketenangan, kepercayaan dan keyakinan dapat mengatasinya, bereaksi terhadap

rintangan denga ketegangan emosi yang minimal, dan dapat mempertahankan

keseimbangan emosi.

Kesimbangan emosi dapat diperoleh melalui cara pengendalian lingkungan

dengan tujuan agar emosi yang tidak/kurang menyenangkan dapat cepat diimbangi

dengan emosi yang menyenangkan; mengembangkan toleransi terhadap emosi yaitu

kemampuan untuk menghambat pengaruh emosi yang tidak menyenangkan (marah,

kecemasan, dan frustrasi) dan belajar menerima kegembiraan dan kasih sayang.

Terjadinya ketidakseimbangan antara emosi yang menyenangkan dan tidak

menyenagkan akan membuat anak menjadi murung, cepat marah, dan watak negatif

lainnya. Untuk itu diperlukan “katarsis emosi” yaitu keluarnya energi emosional yang

dapat mengakngkat sebab terpendam, dan sekaligus membersihkan tubuh dan jiwa

dari gangguan emosional. Kondisi emosi yang meninggi antara lain disebabkan oleh

kondisi fisik (kesehatan buruk, gangguan kronis, perubahan dalam tubuh), kondisi

psikologis (kecerdasan rendah, kecemasan, kegagalan mencapai aspirasi), dan kondisi

lingkungan (ketegangan karena pertengkaran, sikap orang tua/guru yang otoriter, dan

lain-lain). 8

Menuurt Namuwali (2016), keseimbangan emosi yang dijaga dan diatur

dengan baik akan menyebabkan emosi yang dimiliki seseorang menjadi tidak

berlebihan dan tingkat intensitas pada emosi yang terjadi tidak tinggi. Emosi yang

8 Mahmud, Abdal Fajri, “Strategi Pengendalian Emosi Pada Anak Usia Sekolah Dasar Untuk
Mendukung Kecerdasannya,” Jurnal Kajian dan Pengembangan Umat 4, no. 1 (2021): h.52-53.

11
bisa dikendalikan atau diredam merupakan kontrol emosi. Dalam kondisi pendemic

Covid-19 saat ini emosi anak didik bisa dipicu karena banyaknya beban psikologis.

Diantaranya banyak tugas-tugas sekolah yang harus diselesaikan sehingga

menimbulkan penyakit psikologis, seperti stres. Emosi yang seimbang akan membuat

diri peserta didik menjadi tenang dan pusat perhatiannya terhadap tugas dan

tanggungjawabnya bisa lebih focus. Emosi yang bisa diluapkan dalam hal positif akan

memberikan pengaruh berupa tindakan yang positif. Diantaranya kebiasaan siswa

yang bisa bergerak dan ber olah raga disekolag dengan bebas bisa menjaga

keseimbangan emosionilnya. Itulah sebabnya keseimbangan emosi dapat

mempengaruhi mental atau jiwa menjadi lebih sehat sehingga memunculkan afirmasi

positif serta bertindak positif kearah yang lebih baik. 9

9Bungo News, “Mengelola Keseimbangan Emosi Siswa Dalam Berinteraksi dengan Teman

Sebaya,” situs resmi https://bungonews.net/2021/10/06/mengelola-keseimbangan-emosi-siswadalam-


berinteraksi-dengan-teman-sebaya/ (14 oktober 2022)

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebenarnya konsep persamaan perasaan dan emosi pada anak relatif sama

sebagian ahli menyebutkan bahwa di dalam emosi terkandung perasaan. Ini

artinya, perasaan adalah komponen dari emosi. Perasaan diartikan sebagai

keadaan yang dirasakan sedang terjadi dalam diri seseorang. Anda mengalami

perasaan marah, karena Anda merasakan adanya sesuatu yang bergejolak dalam

diri Anda. Emosi terjadi hanya ketika seseorang merasakan sesuatu terjadi dalam

dirinya.

Adapun ciri-ciri perasaan itu ialah selalu bersifat subjektif karena ada

unsur penilaian yang biasanya menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran

seseorang individu. Kehendak itu bisa positif artinya individu tersebut ingin

mendapatkan hal yang dirasakannya suatu yang memberikan kenikmatan

kepadanya, atau juga bisa negatif artinya ia hendak menghindari hal yang

dirasakannya sebagai hal yang akan membawa perasaan tidak nikmat kepadanya.

Sedangkan ciri-ciri emosi diantaranya adalah pertama, bersifat subjektif seperti

pengamatan dan berfikir; kedua, bersifat fluktuatif; dan ketiga, bersangkut paut

dengan peristiwa pengenalan pancaindera.

Menuurt Namuwali (2016), keseimbangan emosi yang dijaga dan diatur

dengan baik akan menyebabkan emosi yang dimiliki seseorang menjadi tidak

berlebihan dan tingkat intensitas pada emosi yang terjadi tidak tinggi. Emosi yang

bisa dikendalikan atau diredam merupakan kontrol emosi.

13
B. Saran

Kami selaku pembuat makalah sangat berharap kepada pembaca, agar

memahami dan menganalisis dengan baik materi pada makalah ini. Sehingga, kita

semua dapat lebih memahami tentang perasaan dan emosi peserta didik. Kami

berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh Mahasiswa khususnya

para pembaca. Demi penyempurnaan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan

saran yang konstruktif.

14
DAFTAR PUSTAKA

Basit, Abdul dan Septi Gumiandari. Perkembangan Emosi Peserta Didik. Jurnal

Ilmiah Indonesia 7, no.1 (2002): h. 81-90.

Fauzi, Taty dan Syska Purnama Sari. Kemampuan Mengendalikan Emosi Pada Siswa

dan Implikasinya Terhadap Bimbingan dan Konseling. [t.d}, h.1-10

Mahmud dan Abdal Fajri. Strategi Pengendalian Emosi Pada Anak Usia Sekolah

Dasar Untuk Mendukung Kecerdasannya. Jurnal Kajian dan Pengembangan

Umat 4, no. 1 (2021): h. 44-54.

Miswari. Mengelola Self Efficacy, Perasaan dan Emosi Dalam Pembelajaran

Melalui Manajemen Diri. Jurnal cendekia 15, no. 1 (2017): h. 68-82.

Psikogenis. Apa Beda Emosi dan Perasaan. situs resmi

http://www.psikogenesis.com/2008/07/apa beda-emosi-dan-perasaan.html (13

oktober 2022).

15

Anda mungkin juga menyukai