Anda di halaman 1dari 44

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
saya telah menyelesaikan tugas ini dengan penuh rasa tanggung jawab. tugas makalah ini berjudul
“PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1”
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas dari asisten dosen mata kuliah
yang bersangkutan. Selain itu juga, dengan makalah ini kita juga dapat lebih memahami tentang apa itu
fisika dan kehidupan fisik yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Saya menyadari bahwa tugas makalah ini banyak akan kekurangannya baik cara penulisan maupun
isi makalah yang dibuat ini. Maka dari itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran dari kakak asisten
dosen demi kesempurnaan tugas makalah ini.
Demikian pengentar dari saya, apabila ada kesalahan dan kekurangan, saya mengucapkan mohon
maaf. Terima kasih.

Penulis

Kupang, 3 Desember 2019


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengukuran
B. Bandul Matematis
C. Viskositas
D. Momen Inersia
E. Pegas
F. Asas Black
G. Prinsip Archimedes
H. Massa Jenis Zat Cair
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang pada hakikatnya
mempelajari aktivitas-aktivitas fisik manusia dengan alam sekitarnya. Dengan mempelajari, kita dapat
mengetahui apa yang sebenarnya kita alami selama kita hidup di bumi.
Pada kesempatan kali ini, saya telah menyusun makalah untuk memenuhi tugas saya sebagai
mahasiswa. Dan karena pentingnya materi ini dan untuk menambah pematerian, maka dengan ini saya
membuat makalah fisika tentang Pengukuran, Bandul Matematis, Viskositas, Momen Inersia, Pegas,
Asas Black, Prinsip Archimedes, dan Massa Jenis Zat Cair.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Kita dapat mempelajari apa itu fisika dan kehidupan fisik yang berkaitan dengan kehidupan
manusia.
2. Dapat mengetahui apa itu Pengukuran, Bandul Matematis, Viskositas, Momen Inersia, Pegas,
Asas Black, Prinsip Archimedes, dan Massa Jenis Zat Cair.
C. TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah, membantu pembelajaran serta
melengkapi pematerian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGUKURAN

2.1. Pengertian Pengukuran

Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan

sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai satu

an.

Misalnya, kamu melakukan kegiatan pengukuran panjang meja dengan pensil.Dala

m kegiatan tersebut artinya kamu membandingkan panjang meja dengan panjang pensil.P

anjang pensil yang kamu gunakan adalah sebagai satuan.Sesuatu yang dapat diukur dan d

apat dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu peng

ukuran disebut satuan. Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil

yang sama atau tetap untuk semua orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang di

gunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang b

erlainan disebut satuan tidak baku.

2.2 Besaran Pokok dan Besaran Turunan

Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih dahulu.Be

saran Turunan adalah besaran yang satuannya diperoleh dari besaran pokok.

A. Pengertian Besaran Fisika, Besaran Pokok, dan Besaran Turunan

Di dalam pembicaraan kita sehari-hari yang dimaksud dengan berat badan adalah

massa, sedangkan dalam fisika pengertian berat dan massa berbeda. Berat badan dapat kit

a tentukan dengan menggunakan alat timbangan berat badan.Misalnya, setelah ditimbang


berat badanmu 50 kg atau dalam fisika bermassa 50 kg. Tinggi atau panjang dan massa a

dalah sesuatu yang dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka dan satuan. Pa

njang dan massa merupakan besaran fisika. Jadi, besaran fisika adalah ukuran fisis suatu

benda yang dinyatakan secara kuantitas.

Selain besaran fisika juga terdapat besaran-besaran yang bukan besaran fisika, mis

alnya perasaan sedih, gembira, dan lelah.Karena perasaan tidak dapat diukur dan tidak da

pat dinyatakan dengan angka dan satuan, maka perasaan bukan besaran fisika.

Besaran fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turun

an.Besaran pokok adalah besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.Adapun, besaran

turunan merupakan besaran yang dijabarkan dari besaran-besaran pokok.

Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat standar atau baku, yaitu bers

ifat tetap, berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan tepat. Sistem satua

n standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres, Paris.Si

stem satuan yang digunakan dalam dunia pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem

metrik, yang dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS (Meter Kilogram Se

cond) yang disebut sistem internasional atau disingkat SI dan sistem metrik kecil atau CG

S (Centimeter Gram Second).

Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya dapat dilihat dalam Tabel b

erikut.
Besaran Pokok

Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok tambahan, yaitu s

udut bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan satuan steradian (sr

).

Tabel Beberapa Besaran Turunan beserta Satuannya

Besaran Turunan

2.2. Pengukuran Besaran Fisika

Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Seorang tukang j

ahit pakaian mengukur panjang kain untuk dipotong sesuai dengan pola pakaian yang ak

an dibuat dengan menggunakan meteran pita. Penjual daging menimbang massa daging s

esuai kebutuhan pembelinya dengan menggunakan timbangan duduk.


Seorang petani tradisional mungkin melakukan pengukuran panjang dan lebar saw

ahnya menggunakan satuan bata, danz tentunya alat ukur yang digunakan adalah sebuah

batu bata.Tetapi seorang insinyur sipil mengukur lebar jalan menggunakan alat meteran k

elos untuk mendapatkan satuan meter.

Ketika kita mengukur panjang meja dengan penggaris, misalnya didapat panjang

meja 100 cm, maka panjang meja merupakan besaran, 100 merupakan hasil dari penguku

ran sedangkan cm adalah satuannya.

Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan (akurasi), kal

ibrasi alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas).Dengan aspek-aspek pengukura

n tersebut diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan benar.

Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran fisika, meliputi panjang, massa,

dan waktu.

A.Pengukuran Panjang

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah sesuai dengan

ukuran benda.Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku kita gunakan pengaris, sedang

kan untuk mengukur lebar jalan raya lebih mudah menggunakan meteran kelos.

a. Pengukuran Panjang dengan Mistar

Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang memiliki dua skalaukuran, yait

u skala utama dan skala terkecil.Satuan untuk skala utama adalahsentimeter (cm) dan sat

uan untuk skala terkecil adalah milimeter (mm). Skalaterkecil pada mistar memiliki nilai

1 milimeter. Jarak antara skala utama adalah 1 cm. Di antara skala utamaterdapat 10 bag

ian skala terkecil sehingga satu skala terkecil memiliki nilai1 cm10 -1 = 0,1 cm atau 1 m
m. Mistar memiliki ketelitian atau ketidakpastianpengukuran sebesar 0,5 mm atau 0,05 c

m, yakni setengah dari nilai skalaterkecil yang dimiliki oleh mistar tersebut. Selain skala

sentimeter (cm),terdapat juga skala lainnya pada mistar ukur.

Pada saat pembacaannya posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala keti

ka membaca skala mistar. Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil penguku

ran akibat beda sudut kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.

b. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong

Salah satu alat ukur ini adalah jangka sorong. Anda dapatmenggunakan alat ukur

ini untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, serta kedalaman suatu benda yang ak

an diukur.

Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur sampai

10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat digunakan

untuk mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian

penting jangka sorong yaitu:

1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm


2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih

1 mm.

jangka sorong

c. Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekru

p dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, sepert

i mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil

Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar, dan

silinder bergerigi.Tempat skala nonius yang memiliki 50 bagianskala. Satu skala nonius

memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketikaAnda memutar selubung bagian lu

ar sebanyak satu kali putaran penuh, akandiperoleh nilai 0,5 mm skala utama. Oleh kare

na itu, nilai satu skala noniusadalah 0,01 mm sehingga nilai ketelitian aatau ketidak pasti

an micrometer sekrup adalah 0,005 mm

Berikut ini gambar bagian-bagian dari mikrometer.


B. BANDUL MATEMATIS

Bandul Matematis merupakan benda ideal yang terdiri dari sebuah titik mass

a yang digantungkan pada tali ringan yang tidak bermassa. Jika bandul disimpan

gkan dengan sudut θ dari posisi setimbangnya lalu dilepaskan maka bandul akan

berayun pada bidang vertikal karena pengaruh dari gaya gravitasinya.Tujuan dari

percobaan ini adalah untuk mengamati gerak osilasi Bandul Matematis, menentuk

an periode Bandul Matematis, menentukan nilai percepatan gravitasi bumi. Metod

e yang digunakan dalam percobaan ini yaitu dengan menyimpangkan bandul den

gan menggunakan tali yang dianggap tak bermassa untuk melakukan osilasi harm

onik agar didapatkan nilai percepatan gravitasi dari persamaan Newton. Percobaa

n dilakukan sepuluh kali pengulangan data sehingga data percepatan yang kami d

apatkan bervariasi agar dapat dilakukan analisis. Dari percobaan yang kami lakuk

an didapatkan nilai percepatan gravitasi sebesar 6.1050 m/s 2, 8.32 m/s2, 10.056

m/s2, 10.36 m/s2, 10.07 m/s2, 10.63 m/s2, 9.98 m/s2, 9,819 m/s2 , 9.738 m/s2 , 9.

308 m/s2. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa gerak harmonik dapat ter

jadi jika percepatan berbanding lurus dengan simpangan, dengan demikian hany

a dibutuhkan sudut simpangan yang kecil . Periode dan Frekuensi dipengaruhi ju

ga oleh panjang tali . Dengan demikian nilai percepatan gravitasi dipengaruhi ole
h panjang tali yang digunakan. Perbedaan nilai gravitasi eksperimen dan literatur

dipengaruhi oleh dengan bandul matematis ini dipengaruhi gaya gesekan dengan

udara yang tidak dapat dihindarkan.

C. VISKOSITAS

2.1 Pengertian dan konsep viskositas


Gas dan cairan mempunyai sifat yang disebut viskositas. Viskositas adalah ukuran
yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan
yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapa
t mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir cepat
seperti contohnya air, alkohol, dan bensin karena memiliki nilai viskositas kecil. Sedangk
an cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak asto, dan madu karena mempuny
ai viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya suatu ca
iran. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang r
endah, dan sebaliknya bahan – bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas y
ang tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya – gaya
mekanika dari suatu aliran viskos sebagai : Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah k
onstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtoni
an, dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konst
an. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas.
Viskositas cairan akan menimbulkan gesekan antar-bagian atau lapisan cairan yang
bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh g
aya kohesi di dalam zat cair. Viskositas gas ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang t
erjadi antara molekul-molekul gas.
Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida mengalir dan makin s
ulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilka
n oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul seba
gai akibat tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuan
titatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas. Satuan Sistem Internasional (SI)
untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.s (pascal sekon). Satuan CGS (centimeter
gram sekon) untuk koefisien viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (P). Viskositas juga ser
ing dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP = 1/100 P. Satuan poise digunakan untuk me
ngenang seorang Ilmuwan Perancis, almahrum Jean Louis Marie Poiseuille, 1 poise = 1
dyn . s/cm2 = 10-1 N.s/m2.
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekent
alan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antar
a molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk
suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskos
itas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). S
edangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Fluida yan
g lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya, fluida yang lebih
kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dan lainnya. Hal ini bis
a dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng di atas lantai yang permukaann
ya miring. Pasti air mengalir lebih cepat daripada minyak goreng atau oli. Tingkat keken
talan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kura
ng kental zat cair tersebut. Misalnya ketika menggoreng bahan makanan, minyak goreng
yang awalnya kental menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi su
hu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas alias kekentalan cuma ada pada fluida riil (nyata).
Fluida riil adalah fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air, sirup, o
li, asap knalpot, dan lainnya. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenar
nya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan unt
uk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida. Mirip seperti kita menganggap benda
sebagai benda tegar, padahal dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak ada benda y
ang benar-benar tegar/kaku.
Teori Dasar Viskositas merupakan suatu sifat fluida yang mendasari diberikannya t
ahanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Viskositas sering diartikan sebagai k
ekentalan. Viskositas sebenarnya disebabkan oleh kohesi dan pertukaran momentum mole
kuler di antara lapisan-lapisan fluida dan pada waktu berlangsungnya aliran, efek ini terli
hat sebagai tegangan tangensial atau tegangan geser di antara lapisan yang bergerak. Aki
bat adanya gradien kecepatan, akan menyebabkan lapisan fluida yang lebih dekat pada pl
at yang bergerak, dan akan diperoleh kecepatan yang lebih besar dari lapisan yang lebih
jauh. Cairan yang mempunyai viskositas lebih tinggi akan lebih lambat mengalir didalam
pipa dibandingkan cairan yang viskositasnya lebih rendah. Sebuah benda yang bergerak
dalam fluida yang punya viskositas lebih tinggi mengalami gaya gesek viskositas yang le
bih besar daripada jika benda tersebut bergerak didalam fluida yang viskositasnya lebih r
endah.

2.2 Cara mengukur viskositas


Peralatan untuk mengukur viskositas disebut viscometer. Terdapat berbagai jenis v
iscometer yang berbeda, demikianlah cara untuk menentukan µ, yaitu:
a. Dengan viscometer torsi
Rumus R = µA dipakai pada silinder konsentris.
b. Dengan viscometer Ostwald
Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejuml
ah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebab
kan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu c
airan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran viscometer) dipipet kedalam vis
cometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari viscometer sampai
permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a cairan kemudian dibiarkan turun k
etika permukaan cairan turun melewati batas a, stopwatch mulai dinyalakan dan
ketika cairan melewati tanda batas b, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang dibut
uhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b dapat ditentukan. Tekanan ρ mer
upakan perbedaan antara kedua ujung pipa U dan besarnya disesuaikan sebanding
dengan berat jenis cairan.
c. Dengan hokum stokes untuk bola jatuh.
Dimana F adalah hambatan yang dialami oleh bola sangat kecil dengan jari-jari r
yang jatuh bebas melalui cairan yang viskositasnya µ dengan keceptan v. Rumus
Stokes hanya berlaku bila Reynolds untuk aliran kurang dari (sekitar) 1.
d. Viscometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar Bob dan dindi
ng dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan viscom
eter ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang tinggi dise
panjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi. Penur
unan konsentrasi ini menyebebkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memad
at. Hal ini disebut aliran sumbat.
e. Viscometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampek yang ditempatkan di tengah-tengah papan, ke
mudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor
dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit antara
papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar.
f. Viscometer Hoppler
Pada viscometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola
logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravita
si akan jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya), denga
n kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepat
an maksimum akan tercapai bila gravitasi sama dengan fictional resistance mediu
m.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas


1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan
turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel
cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.
2. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan kons
entrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan meny
atakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel
yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula
.
3. Berat molekul solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya s
olute yang berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan sehingga
manaikkan viskositas.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.
2.4 Penerapan viskositas dalam kehidupan sehari-hari
Aplikasi Teori dari viskositas adalah pelumas mesin. Pelumas mesin ini biasanya
kita kenal dengan nama oli. Oli merupakan bahan penting bagi kendaraan bermotor. Oli
yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin kendaraan berbeda-beda karena setiap tipe mesin ke
ndaraan membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda. Kekentalan ini adalah bagian yang
sangat penting sekali karena berkaitan dengan ketebalan oli atau seberapa besar resistensi
nya untuk mengalir. Sehingga sebelum menggunakan oli merek tertentu harus diperhatika
n terlebih dahulu koefisien kekentalan oli sesuai atau tidak dengan tipe mesin. Masyarak
at umum beranggapan bahwa fungsi utama oli hanyalah sebagai pelumas mesin. Padahal
oli memiliki fungsi lain, yakni sebagai pendingin, pelindung karat, pembersih dan penutu
p celah pada dinding mesin. Sebagai pelumas mesin oli akan membuat gesekan antar ko
mponen didalam mesin bergerak lebih halus dengan cara masuk kedalam celah-celah mes
in, sehingga memudahkan mesin untuk mencapai suhu kerja yang ideal.
Viskositas dari oli sangat diperhitungkan untuk meminimalisir gaya gesek yang diti
mbulkan oleh mesin yang bergerak dan terkontak satu terhadap yang lain sehingga menc
egah terjadinya keausan. Pada permesinan bagian yang paling sering bergesekan adalah p
iston, ada banyak bagian lain namun gesekannya tak sebesar yang dialami piston. Disinil
ah kegunaan oli. Oli memisahkan kedua permukaan yang berhubungan sehingga gesekan
pada piston diperkecil. Selain itu, oli juga bertindak sebagai fluida yang memindahkan p
anas ruang bakar yang mencapai 1000-1600 derajat celcius ke bagian lain mesin yang le
bih dingin, sehingga mesin tidak over heat (sebagai pendingin). Semakin kental oli, maka
lapisan yang ditimbulkan menjadi lebih kental. Lapisan halus pada oli kental memberi k
emampuan ekstra menyapu atau membersihkan permukaan logam yang terlumasi. Sebalik
nya oli yang terlalu tebal akan memberi resitensi berlebih mengalirkan oli pada temperat
ur rendah sehingga mengganggu jalannya pelumasan ke komponen yang dibutuhkan. Unt
uk itu, oli harus memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi atau temperatu
r terendah ketika mesin dioperasikan karena nilai viskositas masing-masing oli akan berk
urang jika suhu cairan dinaikkan. Suhu semakin tinggi diikuti makin rendahnya viskosita
s oli atau sebaliknya. Beberapa kriteria yang penting yang harus dipenuhi oleh oli antara
lain :
1. Viskositas harus cukup kental untuk menahan agar bagian peralatan yang bergerak
relatif terpisah, tetapi juga harus mencegah kebocoran dari segel.
2. Fluida harus cukup pada saat awal yaitu pada saat peralatan masih dingin.
3. Dapat membentuk film yang cukup kuat untuk pelumasan perbatasan.
4. Tahan terhadap oksidasi suhu tinggi.
5. Mengandung deterjen dan dispersan cukup untuk menyerap endapan atau lumpur
yanga terbentuk.
6. Tidak membentuk emulsi dengan air yang masuk dari segel yang bocor.
Dengan tingkat kekentalan yang disesuaikan dengan kapasitas volume maupun kebu
tuhan mesin. Maka semakin kental oli, tingkat kebocoran akan semakin kecil, namun disi
si lain mengakibatkan bertambahnya beban kerja bagi pompa oli. Sebab seluruh kompone
n mesin baru (dengan teknologi terakhir) memiliki lubang atau celah dinding yang sangat
kecil, sehingga akan sulit dimasuki oleh oli yang memiliki kekentalan tinggi. Dalam pen
ggunaan sehari-hari, viskositas dikenal sebagai ukuran ketahanan oli untuk mengalir dala
m mesin kendaraan. Zat cair dan gas memiliki viskositas, hanya saja zat cair lebih kental
(viscous) daripada gas. Viskositas oli didefinisikan dengan nomor SAE’S (Society of Aut
omotive Engineer’s). Penerapan viskositas lainnya dalam kehidupan sehari-hari ialah men
galirnya darah dalam pembuluh darah vena, proses penggorengan ikan (semakin tinggi su
hunya, maka semakin kecil viskositas minyak goreng), dan mengalirnya air dalam pompa
PDAM yang mengalir kerumah-rumah kita.

D. MOMEN INERSIA
A. Momen Gaya
Momen gaya merupakan salah satu bentuk usaha dengan salah satu titik sebagai titi
k acuan. Misalnya anak yang bermain jungkat-jungkit, dengan titik acuan adalah poros ju
ngkat-jungkit. Pada katrol yang berputar karena bergesekan dengan tali yang ditarik dan
dihubungkan dengan beban. Momen gaya adalah hasil kali gaya dan jarak terpendek arah
garis kerja terhadap titik tumpu. Momen gaya sering disebut dengan momen putar atau
torsi, diberi lambang  (baca: tau).
= F.d
Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule.
Momen gaya yang menyebabkan putaran benda searah putaran jarum jam disebut momen
gaya positif. Sedangkan yang menyebabkan putaran benda berlawanan arah putaran jaru
m jam disebut momen gaya negatif.
Titik 0 sebagai titik poros atau titik acuan.
Momen gaya oleh F1 adalah 1 = + F1 . d1
Momen gaya oleh F2 adalah 2 = – F2 . d2
Pada sistem keseimbangan rotasi benda berlaku resultan momen gaya selalu bernilai nol,
sehingga dirumuskan:
∑ =0
Pada permainan jungkat-jungkit dapat diterapkan resultan momen gaya = nol.
∑ =0
- F2 . d2 + F1 . d1 = 0
F1 . d1 = F2 . d2
Pada sistem keseimbangan translasi benda berlaku resultan gaya selalu bernilai nol, sehin
gga dirumuskan:
∑F= 0
Pada mekanika dinamika untuk translasi dan rotasi banyak kesamaan-kesamaan besa
ran yang dapat dibandingkan simbol besarannya.

Perbandingan dinamika translasi dan rotasi


Translasi Rotasi
Momentum linie Momentum sud
p = mv L = I
r ut*
Gaya F = dp/dt Torsi  = dL/dt
Benda massa F = m(dv/d Benda momen  = I (d/
Konstan t) inersia konstan* dt)
Gaya tegak luru Torsi tegak luru
s s
F= x p = ´L
Terhadap mome momentum sud
ntum ut
Ek = ½ mv Ek = ½ I
Energi kinetik Energi kinetik
2
2
Daya P =F.v Daya P = . 

Analogi antara besaran translasi dan besaran rotasi


Konsep Translasi Rotasi Catatan
Perubahan sudut s  s = r.
Kecepatan v = ds/dt  = d/dt v = r.
Percepatan a = dv/dt  = d/dt a = r.
Gaya resultan, mome
F   = F.r
n
Keseimbangan F=0 =0
 = 0 +
Percepatan konstan v = v0 + at
t
s = v0 t = ½  = 0t +
at2 ½t2
2 = + 2
v2 = + 2as

Massa, momen kele
m I I = åmiri2
mbaman
Hukum kedua Newto
F = ma  = I
n
W =ò d
Usaha W = ò F ds

Daya P = F.v P = I 
Energi potensial Ep = mgy
Ek = ½ I
Energi kinetik Ek = ½ mv2 2

Impuls ò F dt  ò dt
Momentum P = mv L = I

Momen Kopel adalah pasangan dua buah gaya yang sejajar, sama besar dan berla
wanan arah. Kopel yang bekerja pada sebuah benda akan menghasilkan momen kopel ya
ng mengakibatkan benda berotasi. Momen kopel disimbolkan M. Jika pada benda bekerja
beberapa kopel maka resultan momen kopel total benda tersebut adalah
M = M 1 + M2 + M3 + … + M n
Jika terdapat beberapa gaya yang bekerja pada bidang XY, maka setiap gaya terse
but dapat diuraikan atas komponen-komponennya pada sumbu-X dan sumbu-Y. Misalkan,
komponen-komponen gaya pada sumbu-X adalah F1x, F2x, F3x,…,Fnx, yang jaraknya masing-masing terha
dap
sumbu-X adalah y1, y2, y3,…,yn . Komponen gaya pada sumbu-Y adalah F1 y , F 2y , F 3y , …,F
ny
,
yang jaraknya masing-masing terhadap sumbu-Y adalah x1, x2, x3,…,xn . Semua kom
ponen gaya pada sumbu-X dapat digantikan oleh sebuah gaya resultan F x yang jaraknya
yo dari sumbu-X, demikian juga semua komponen gaya pada sumbu-Y dapat digantikan
oleh sebuah gaya resultan F y yang jaraknya xo dari sumbu-Y.

B. Momen Inersia Benda Tegar


Benda tegar adalah benda padat yang tidak berubah bentuk apabila dikenai gaya l
uar. Dalam dinamika, bila suatu benda tegar berotasi, maka semua partikel di dalam ben
da tegar tersebut memiliki percepatan sudut  yang sama. Momen gaya atau gaya resulta
n gerak rotasi  didefinisikan sebagai berikut.
”Apabila sebuah benda tegar diputar terhadap suatu sumbu tetap, maka resultan g
aya putar (torque, baca torsi) luar terhadap sumbu itu sama dengan hasil kali momen ine
rsia benda itu terhadap sumbu dengan percepatan sudut”.
Dirumuskan sebagai berikut.
=  Fi Ri Sin i atau  = (  mi R2 i ) . 
mi Ri2 disebut momen inersia atau momen kelembaman benda terhadap sumbu putar, y
aitu penjumlahan hasil kali massa tiap partikel dalam suatu benda tegar dengan kuadrat j
araknya dari sumbu.
Dirumuskan:
I =  mi . Ri2
Definisi lain dari momen inersia adalah perbandingan gaya resultan (momen) terh
adap percepatan sudut.
Dirumuskan:
I=
maka  = I . 
= I
Karena  = F . R dan  = I . 
maka  F . R = I . 
Percepatan tangensial adalah juga percepatan linier a, yaitu percepatan singgung t
epi roda.
a= .R
=
persamaan menjadi :
 F.R = I.
Momen inersia harus dinyatakan sebagai hasil kali satuan massa dan kuadrat satuan jarak
. Untuk menghitungnya harus diperhatikan bentuk geometri dari benda tegar homogen.
Tabel berikut menunjukkan momen inersia beberapa benda homogen.
Momen inersia berbagai benda yang umum dikenal
I = ½ M (R12 + R22) I = 1/3 MR2 I = MR2 I = 2/5 MR2 I = 2/3 MR2

Contoh:
1. Berapa besar momen gaya harus dikerjakan pada sistem untuk memberikan suatu percepa
tan µ terhadap poros ini (µ = 4 )?
2. Ulangi pertanyaan (a) dan (b) untuk poros AA1!
Penyelesaian:
1. I = Σ mi Ri2 = m1 R12 + m2 R22 + m3 R32 + m4 R42
= 3 . 22 + 2 . 22 + 1 . 2 2 + 2 . 22
= 12 + 8 + 4 + 8
= 32 kg m2
1. τ = I . µ = 32 . 4 = 128 N.m
2. I = m2 R12 + m2 R22 + m2 R22 + m3 R32 + m4R42

C. Momentum Sudut Gerak Rotasi Benda Tegar


Dalam dinamika, bila suatu benda berotasi terhadap sumbu inersia utamanya, mak
a momentum sudut total L sejajar dengan kecepatan sudut , yang selalu searah sumbu r
otasi. Momentum sudut (L) adalah hasil kali momen kelembaman I dan kecepatan sudut
. Sehingga dapat dirumuskan :
L= I. 
Bagaimana persamaan tersebut diperoleh? Perhatikan gambar berikut. Momentum sudut t
erhadap titik 0 dari sebuah partikel dengan massa m yang bergerak dengan kecepatan V
(memiliki momentum P = mv) didefinisikan dengan perkalian vektor,
L=R ´P
atau L = R ´ mV
L = mR ´ V
Jadi momentum sudut adalah suatu vektor yang tegak lurus terhadap bidang yang dibent
uk oleh R dan v.
Dalam kejadian gerak melingkar dengan 0 sebagai pusat lingkaran, maka vektor R dan v
saling tegak lurus.
V= R
Sehingga L = m R v
L = m R R
L = m R2 
Arah L dam  adalah sama, maka:
L = m R2 
atau L = I 
karena  =
maka : L = m R2
L= I
Momentum sudut sebuah partikel, relatif terhadap titik tertentu adalah besaran vektor, da
n secara vektor ditulis:
L = R ´ P = m (R ´ v)
Bila diturunkan, menjadi:
karena  = F ´ R
maka  =
Apabila suatu sistem mula-mula mempunyai memontum sudut total L, dan sistem mem
punyai momentum sudut total akhir L’, setelah beberapa waktu, maka berlaku hukum k
ekekalan momentum sudut. Perhatikan seorang penari balet yang menari sambil berputar
dalam dua keadaan yang berbeda. Pada keadaan pertama, penari merentangkan tangan m
engalami putaran yang lambat, sedangkan pada keadaan kedua, penari bersedekap tangan
roknya berkibar-kibar dengan putaran yang cepat. Momentum sudut total awal = moment
ul sudut total akhir
L = L’
L1 + L2 = L1’ + L2’
Hukum Kekekalan momentum rotasi sebagai berikut.
I1 1 + I2 2 = I1’ 1’ + I2’ 2’

D. Energi Kinetik Rotasi

Misalkan sebuah sistem terdiri atas dua partikel yang massanya m 1 dan m2 dan ro
tasi bergerak dengan kecepatan linier v1 dan v2, maka energi kinetik partikel ke 1 adalah
½ m1v12. Oleh karena itu, energi kinetik sistem dua partikel itu adalah (energi kinetik p
artikel ke 2 adalah ½ m2v22 ) :
EK = ½ m1 v12 + ½ m2v22
Dalam sistem benda tegar energi kinetiknya:
EK =  ½ mi vi2
Benda tegar yang berotasi terhadap suatu sumbu dengan kecepatan sudut , kecepatan ti
ap partikel adalah vi =  . Ri , di mana Ri adalah jarak partikel ke sumbu rotasi.
jadi EK =  ½ mivi2
=  ½ mi Ri2 2
= ½ ( mi Ri2) 2
EK = ½ I . 2
karena L = I . 
maka EK = ½ L . 
atau EK = ½
Masalah umum di mana benda tegar berotasi terhadap sebuah sumbu yang melalu
i pusat massanya dan pada saat yang sama bergerak translasi relatif terhadap seorang pen
gamat. Karena itu, energi kinetik total benda dapat dituliskan sebagai berikut.
EK = ½ mv2 + ½ I . 2
Dalam hal ini hukum kekekalan energi total atau energi mekanik adalah:
E = EK + EP = konstan
½ mv2 + ½ I 2 + mgh = konstan
E. Menggelinding
Menggelinding adalah gabungan dari gerak translasi (titik pusat massa) dan gerak rota
si (penampang bentuk lingkaran).
F
F
ff
Penyelesaian kita tinjau dari masing-masing gerakan itu.
1. Bila gaya F berada tepat di sumbu:
- gerak translasi berlaku : F – f = m . a
- gerak rotasi berlaku : f . R = I . 
di mana ( = )
1. Bila gaya F berada di titik singgung :
- gerak translasi berlaku : F + f = m . a
- gerak rotasi berlaku : (F – f) . R = I .  ( = )
F. Katrol

1. Sumbu dianggap licin tanpa gesekan

Massa = m
Jari-jari = R
Momen kelembaman = I
Gerak translasi beban :
F=m . a
+ T1 – m1g = m1a ………………….(i)
+ m2g – T2 = m2a ………………….(ii)
Gerak rotasi katrol :
 = I . 
(T2 – T1) R = I ……………….(iii)
1. Pada puncak bidang miring
Gerak translasi beban :
F=m . a
+ T1 – m1g sin  – f = m1a …….(i)
+ m2g – T2 = m2a …………………..(ii)
Gerak rotasi katrol :
 = I . 
(T2 – T1) R = I ……………………(iii)
1. Satu ujung talinya terikat pada sumbu katrol
Gerak translasi beban :
F=m . a
mg – T = m . a ……………..(i)
Gerak rotasi katrol :
 = I . 
T . R = I . ……………..(ii)

G. Kesetimbangan Benda Tegar


Kesetimbangan adalah suatu kondisi benda dengan resultan gaya dan resultan mo
men gaya sama dengan nol.
Kesetimbangan biasa terjadi pada :
1. Benda yang diam (statik), contoh : semua bangunan gedung, jembatan, pelabuhan, dan l
ain-lain.
2. Benda yang bergerak lurus beraturan (dinamik), contoh : gerak meteor di ruang hampa,
gerak kereta api di luar kota, elektron mengelilingi inti atom, dan lain-lain.
Benda tegar adalah benda yang tidak berubah bentuknya karena pengaruh gaya dari l
uar.
Kesetimbangan benda tegar dibedakan menjadi dua:
1. Kesetimbangan partikel
2. Kesetimbangan benda

1. Kesetimbangan Partikel
Partikel adalah benda yang ukurannya dapat diabaikan dan hanya mengalami gerak tr
anslasi (tidak mengalami gerak rotasi).
Syarat kesetimbangan partikel F = 0 à Fx = 0 (sumbu X)
Fy = 0 (sumbu Y)

2. Kesetimbangan Benda

Syarat kesetimbangan benda: Fx = 0, Fy = 0,  = 0


Momen gaya merupakan besaran vektor yang nilainya sama dengan hasil kali antar
a gaya dengan jarak dari titik poros arah tegak lurus garis kerja gaya.
Dirumuskan:  = F . d
Putaran momen gaya yang searah dengan putaran jarum jam disebut momen gaya p
ositif, sedang yang berlawanan putaran jarum jam disebut momen gaya negatif.
Momen kopel adalah momen gaya yang diakibatkan pasangan dua gaya yang sama
besarnya dan arahnya berlawanan tetapi tidak segaris kerja.
Benda yang dikenai momen kopel akan bergerak rotasi terus menerus.

3. Titik Berat
Titik berat adalah titik pusat atau titik tangkap gaya berat dari suatu benda atau sist
em benda. Titik berat atau pusat berat benda berfungsi sebagai titik yang terhadapnya ga
ya-gaya berat bekerja pada semua partikel benda itu sehingga akan menghasilkan resulta
n momen gaya nol. Titik berat merupakan titik di mana gaya berat bekerja secara efektif
.
Titik berat menurut bentuk benda dibedakan menjadi 3 antara lain:
1. Benda berbentuk garis/kurva, contoh : kabel, lidi, benang, sedotan, dan lain-lain.
2. Benda berbentuk bidang/luasan, contoh : kertas, karton, triplek, kaca, penggaris, dan lain
-lain.
3. Benda berbentuk bangunan/ruang, contoh : kubus, balok, bola, kerucut, tabung, dan lain-
lain

Tabel titik berat bentuk teratur linier


Nama benda Gambar benda letak titik ber keterangan
at
1. Garis lurus x0 = l z = titik tengah
garis
2. Busur lingkar R = jari-jari lingkaran
an
3. Busur seteng
ah
lingkaran

Tabel titik berat benda teratur berbentuk luas bidang homogen


Nama benda Gambar benda Letak titik Keterangan
berat
1. Bidang seg y0 = t t = tinggi
itiga z = perpotongan
garis-garis berat
AD & CF
2.Jajaran genj y0 = t t = tinggi
ang, z = perpotongan
Belah ketupat, diagonal AC da
Bujur sangkar n
Persegi panjan BD
g
3. Bidang juri R = jari-jari lingkaran
ng
lingkaran
4.Bidang sete R = jari-jari lingkaran
ngah
lingkaran
Tabel titik berat benda teratur berbentuk bidang ruang homogen
Nama benda Gambar benda Letak titik be Keterangan
rat
1. Bidang kuli z pada titik z1 = titik berat
t tengah garis z bidang alas
prisma 1z2 y0 = l z2 = titik berat
bidang atas
l = panjang sis
i
tegak.
2. Bidang kuli y0 = t t = tinggi
t A = 2  R.t silinder
silinder. R = jari-jari
( tanpa tutup ) lingkaran alas
A = luas kulit
silinder
3. Bidang Kul T’z = T’ T T’T = garis
it tinggi ruang
limas
4. Bidang kuli zT’ = T T’ T T’ = tinggi
t kerucut
kerucut T’ = pusat
lingkaran alas
5. Bidang kuli y0 = R R = jari-jari
t
setengah bola.
Tabel titik berat benda teratur berbentuk ruang, pejal homogen
Nama benda Gambar benda Letak titik be Keterangan
rat
1. Prisma z pada titik t z1 = titik berat
beraturan. engah garis z bidang alas
1z2 z2 = titik berat
y0 = l bidang atas
V = luas alas l = panjang sis
kali tinggi i
tegak
V = volume
prisma
2. Silinder Pej y0 = t t = tinggi silin
al V =  R2 t der
R = jari-jari
lingkaran alas
3. Limas pejal y0 = T T’ T T’ = t = tin
beraturan =t ggi
limas beraturan
V = luas alas
x tinggi
3
4. Kerucut pej y0 = t t = tinggi keru
al V =  R2 t cut
R = jari-jari lin
gkaran alas
5. Setengah bo y0 = R R = jari-jari bo
la la.
pejal

4. Macam-macam Kesetimbangan
a. Kesetimbangan labil/goyah
Adalah keseimbangan pada suatu benda di mana setelah gangguan yang diberikan
/dialami benda dihentikan, maka benda tidak kembali ke posisi keseimbangan semula, tet
api bahkan memperbesar gangguan tersebut.
Contoh: Keseimbangan pada suatu benda dipandang sebagai keseimbangan yang dimiliki
benda jika gangguan yang dialaminya menurunkan titik beratnya (energi potensialnya).
b. Kesetimbangan stabil/mantap
Adalah keseimbangan suatu benda di mana setelah gangguan yang diberikan pada
benda dihentikan, benda akan kembali ke posisi keseimbangan semula.
Contoh: Keseimbangan stabil dapat dipandang sebagai keseimbangan yang dimiliki benda
jika gangguan yang dialaminya menaikkan titik beratnya (energi potensialnya).

c. Kesetimbangan indeferen/netral
Adalah keseimbangan pada suatu benda di mana setelah gangguan yang diberikan
tidak mengubah posisi benda.
Contoh : Keseimbangan indiferen dapat dipandang sebagai keseimbangan yang dimiliki b
enda dimana jika gangguan yang dialaminya tidak menyebabkan perubahan titik beratnya
(energi potensialnya).

E. PEGAS
1.1 Pengertian Elastisitas
Elastis atau elastsisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awaln
ya ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya di
berikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk peg
as dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.
Perlu Anda ketahui bahwa gaya yang diberikan juga memiliki batas-batas tertentu. Sebua
h karet bisa putus jika gaya tarik yang diberikan sangat besar, melawati batas elastisitasn
ya.

Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika diregangkan deng
an gaya yang sangat besar. Jadi benda-benda elastis tersebut memiliki batas elastisitas. B
atas elastis itu apa ? lalu bagaimana kita bisa mengetahui hubungan antara besarnya gaya
yang diberikan dan perubahan panjang minimum sebuah benda elastis agar benda terseb
ut bisa kembali ke bentuk semula? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita berkenalan
dengan Hooke.

1.2 Hukum Hooke


Jika gaya yang bekerja pada sebuah pegas dihilangkan, pegas tersebut akan kembali pada
keadaan semula. RobertHooke, ilmuwan berkebangsaan Inggris menyimpulkan bahwa sifa
t elastis pegas tersebut ada batasnya dan besar gaya pegas sebanding dengan pertambaha
n panjang pegas. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa besar gaya pegas pe
mulih sebanding dengan pertambahan panjang pegas.

I. Hukum Hooke pada Pegas


Misalnya kita tinjau pegas yang dipasang horisontal, di mana pada ujung pegas tersebut
dikaitkan sebuah benda bermassa m. Massa benda kita abaikan, demikian juga dengan ga
ya gesekan, sehingga benda meluncur pada permukaan horisontal tanpa hambatan. Terleb
ih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan dan arah negatif ke kiri. Setiap pegas memi
liki panjang alami, jika pada pegas tersebut tidak diberikan gaya. Pada kedaan ini, benda
yang dikaitkan pada ujung pegas berada dalam posisi setimbang (lihat gambar a).
Apabila benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan), pegas akan memberikan
gaya pemulih pada benda tersebut yang arahnya ke kiri sehingga benda kembali ke posis
i setimbangnya (gambar b).

Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh -x, pegas juga memberikan gaya pemulih un
tuk mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga benda kembali ke posisi setimban
g (gambar c).

Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang dir
entangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x = 0). Secara mat
ematis ditulis :

Persamaan ini sering dikenal sebagai persamaan pegas dan merupakan hukum hooke. Hu
kum ini dicetuskan oleh paman Robert Hooke (1635-1703). k adalah konstanta dan x ad
alah simpangan. Konstanta pegas berkaitan dengan elastisitas sebuah pegas. Semakin bes
ar konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang diperlukan un
tuk menekan atau meregangkan pegas. Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya pemulih
alias F mempunyai arah berlawanan dengan simpangan x. Ketika kita menarik pegas ke
kanan maka x bernilai positif, tetapi arah F ke kiri (berlawanan arah dengan simpangan
x). Sebaliknya jika pegas ditekan, x berarah ke kiri (negatif), sedangkan gaya F bekerja
ke kanan. Jadi gaya F selalu bekeja berlawanan arah dengan arah simpangan x. Sebalikn
ya semakin elastis sebuah pegas (semakin kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yan
g diperlukan untuk meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x, kita akan m
emberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx. Hasil eksperimen
menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan pada benda.

II. Hukum Hooke untuk benda non Pegas


Hukum hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda padat, dari besi sampai tulang te
tapi hanya sampai pada batas-batas tertentu. Mari kita tinjau sebuah batang logam yang
digantung vertikal, seperti yang tampak pada gambar di bawah.

Pada benda bekerja gaya berat (berat = gaya gravitasi yang bekerja pada benda),yang b
esarnya = mg dan arahnya menuju ke bawah (tegak lurus permukaan bumi). Akibat adan
ya gaya berat, batang logam tersebut bertambah panjang sejauh (delta L)
Jika besar pertambahan panjang (delta L) lebih kecil dibandingkan dengan panjang batan
g logam, hasil eksperimen membuktikan bahwa pertambahan panjang (delta L) sebanding
dengan gaya berat yang bekerja pada benda. Perbandingan ini dinyatakan dengan persa
maan :

Persamaan ini kadang disebut sebagai hukum Hooke. Kita juga bisa menggantikan gaya
berat dengan gaya tarik, seandainya pada ujung batang logam tersebut tidak digantungka
n beban. Besarnya gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas tertentu. Jika ga
ya sangat besar maka regangan benda sangat besar sehingga akhirnya benda patah. Hubu
ngan antara gaya dan pertambahan panjang (atau simpangan pada pegas) dinyatakan mel
alui grafik di bawah ini.

Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang daerah e
lastis sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum hooke. Jika benda diberikan gaya
hingga melewati batas hukum hooke dan mencapai batas elastisitas, maka panjang benda
akan kembali seperti semula jika gaya yang diberikan tidak melewati batas elastisitas. ta
pi hukum Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas hukum hooke dan batas elastisita
s. Jika benda diberikan gaya yang sangat besar hingga melewati batas elastisitas, maka b
enda tersebut akan memasuki daerah plastis dan ketika gaya dihilangkan, panjang benda t
idak akan kembali seperti semula; benda tersebut akan berubah bentuk secara tetap. Jika
pertambahan panjang benda mencapai titik patah, maka benda tersebut akan patah.
Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (delta L)suatu benda
bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi penyusun dan dimensi ben
da (dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan
memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misaln
ya tulang dan besi. Demikian juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sam
a (besi, misalnya), tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka bend
a tersebut akan mengalami pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya
yang sama. Jika kita membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi
memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang sama, b
esar pertambahan panjang sebanding dengan panjang benda mula-mula dan berbanding te
rbalik dengan luas penampang. Makin panjang suatu benda, makin besar besar pertambah
an panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan panjangnya.
Jika hubungan ini kita rumuskan secara matematis, maka akan diperoleh persamaan seba
gai berikut :

Persamaan ini menyatakan hubungan antara pertambahan panjang (delta L)dengan gaya (
F) dan konstanta (k). Materi penyusun dan dimensi benda dinyatakan dalam konstanta k
. Untuk materi penyusun yang sama, besar pertambahan panjang (delta L) sebanding deng
an panjang benda mula-mula(Lo) dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A). Kal
au dirimu bingung dengan panjang mula-mula atau luas penampang, coba amati gambar d
i bawah ini terlebih dahulu.

Dah paham panjang mula-mula (Lo) dan luas penampang (A) ?... Lanjut ya …
Besar E bergantung pada benda (E merupakan sifat benda). Secara matematis akan kita t
urunkan nanti. Pada persamaan ini tampak bahwa pertambahan panjang (delta L) sebandin
g dengan hasil kali panjang benda mula-mula (Lo) dan Gaya per satuan Luas (F/A).

III. Energi Potensial Pegas

Menurut hukum Hooke, untuk meregangkan pegas sepanjang diperlukan gaya sebesar
. Ketika teregang, pegas memiliki energi potensial, jika gaya tarik dilepas, pegas aka
n melakukan usaha sebesar

Gambar diatas menunjukkan grafik hubungan antara besar gaya yang diberikan pada peg

as dan pertambahan panjang pegas . Energi potensial pegas dapat diperoleh deng
an menghitung luas daerah di bawah kurva. Jadi,

1.3 Modulus Young


Modulus Young didefinisikan sebagai hasil bagi antara tegangan (stress) dan regangan (s
train)
a. Tegangan
Gaya per satuan Luas disebut juga sebagai tegangan. Satuan tegangan adalah N/m 2 . Sec
ara matematis ditulis :

b. Regangan
Regangan merupakan perbandingan antara perubahan panjang dengan panjang awal. Seca
ra matematis ditulis :

Karena L sama-sama merupakan dimensi panjang, maka regangan tidak mempunyai satua
n (regangan tidak mempunyai dimensi). Regangan merupakan ukuran perubahan bentuk b
enda dan merupakan tanggapan yang diberikan oleh benda terhadap tegangan yang diberi
kan.

Jika hubungan antara tegangan dan regangan dirumuskan secara matematis, maka akan di
peroleh persamaan berikut :
Ini adalah persamaan matematis dari Modulus Elastis (E) alias modulus Young (Y). Jadi
modulus elastis sebanding dengan Tegangan dan berbanding terbalikRegangan. Di bawah
ini adalah daftar modulus elastis dari berbagai jenis benda padat.
Tabel 2.1 Daftar Modulus Elastis Benda Padat

1.4 Susunan Pegas


Konstanta pegas dapat berubah nilainya, apabila pegas - pegas tersebut disusun menjadi r
angkaian. Besar konstanta total rangkaian pegas bergantung pada jenis rangkaian pegas,
yaitu rangkaian pegas seri atau paralel.

Seri / Deret
Gaya yang bekerja pada setiap pegas adalah sebesar F, sehingga pegas akan menga
lami pertambahan panjang sebesar dan . Secara umum, konstanta total p
egas yang disusun seri dinyatakan dengan persamaan:

, dengan kn = konstanta pegas ke - n.

Paralel
Jika rangkaian pegas ditarik dengan gaya sebesar F, setiap pegas akan mengalami g
[5]
aya tarik sebesar F1 dan F2, pertambahan panjang sebesar dan . Secara
umum, konstanta total pegas yang dirangkai paralel dinyatakan dengan persamaan:
ktotal = k1 + k2 + k3 +....+ kn, dengan kn = konstanta pegas ke - n.

F. ASAS BLACK
Joseph Black (lahir 16April 1728 – meninggal 6Desember 1799 pada umur 71 tahun beli
au adalah ahli fisika dan pada tahun 1760 merupakan orang pertama yang menyatakan pr
insip AsasBlack yaitu prinsip mengenai perbedaan antara suhu dan kalor.

Yang berbunyi "Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat yang suhu
nya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang suhunya lebih ren
dah" dimana teori ini dapat dirumuskan sebagai berikut;

Q_lepas = Q_terima
Keterangan:

Qlepas = jumlah kalor yang dilepas oleh zat

Qterima = jumlah kalor yang diterima oleh zat

Dilihat dari persamaan di atas dan teori yang disampaikan oleh Joseph Black dap
at ditemukan hubungan - hubungan seperti berikut;
1. Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yang panas me
mberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama.

2. Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda
panas .

3. Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang diserap bil
a dipanaskan.

Hubungan-hubungan ini akan menjawab dua fenomena di atas, mengapa air panas
saat dicampur dengan air biasa lama-kelamaan suhunya menjadi turun? Dan mengapa sa
at kita keluar dari rungan ber-AC, kita akan merasakan panas yang lebih dari biasanya n
amun lama-kelamaan panas yang kita rasakan perlahan-lahan menghilang. Hal ini dapat d
ijelaskan dengan Azas Black yang menyatakan bahwa "kalor yang dilepas sama dengan
kalor yang diterima", pada fenomena pertama dimana suhu air panas yang tinggi lama-la
ma akan menjadi seimbang atau sama dengan suhu air biasa karena air biasa akan mener
ima kalor yang sama dengan kalor yang dilepaskan oleh air panas sehingga dalam hal in
i akan terjadi keseimbangan termal. Lalu pada fenomena kedua rasa panas yang dirasaka
n saat keluar dari rungan ber-AC lama-kelamaan akan hilang karena suhu tubuh akan sel
alu menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya. Jadi pada kasus ini, pada saat keluar dari r
ungan ber-AC kulit akan menerima kalor dari luar hingga suhu badan menjadi setara den
gan suhu di luar dan akhir kembali terjadi keseimbangan termal.

Perpindahan kalor dari zat yang suhunya lebih tinggi ke zat yang suhunya yang l
ebih rendah ini sebenarnya dapat diukur dengan menentukan perubahan suhu pada zat ter
sebut. Salah satu cara yang digunakan untuk mengukur disebut dengan "cara mencampur
kan". Cara ini didasarkan atas suatu Azas yang menyatakan bahwa bila dua zat yang ber
beda suhunya disentuhkan (dicampurkan) maka pada akhirnya suhu kedua zat itu akan m
enjadi sama. Alat yang digunakan untuk mnegukur pertukaran kalor antara zat-zat yang d
icampur adalah calorimeter.

Secara umum kalorimeter biasanya digunakan untuk mengukur kalor jenis suatu z
at , jika salah satu kalor jenis suatu zat diketahui maka kalor jenis yang lain dapat ditent
ukan menggunakan hukum kekalan energi (Azas Black). Dalam menentukan kalor jenis s
uatu logam secara eksperimen dengan metode mencampur, logam sampel yang massanya
diketahui yang telah dipanaskan sampai dengan suhu tertentu lalu dicelupkan ke dalam ai
r yang suhunya yang lebih rendah. Setelah tercapai kesetimbangan, air di dalam kalorime
ter mendapat kalor yang dilepas oleh logam. Kenyataan ini dinyatakan dengan persamaan
:
Dengan:

M = massa logam (gram)

c = kalor jenis logam sampel

t 1 = s u h u l o g a m s e b e l u m n y a
mencapai kesetimbangan

t2 = suhu awal air dan calorimeter

m = massa air

m1 = massa cawan calorimeter

c1 = kalor jenis bahan pembuat cawan

G. PRINSIP ARCHIMEDES
A.. Bunyi Hukum Archimedes
“Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhya kedalam zat cair akan mengalami
gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda ters
ebut”
Rumus Hukum Archimedes
FA = ρa x Va x g
Keterangan:
FA = Gaya keatas yang dialami benda(N)
ρa= Massa Jenis zat cair (kg/m3)
Va= Volume air yang terdesak (m3)
g = Percepatan Gravitasi (m/det2)
Berdasarkan bunyi dan rumus hukum Archimede diatas, suatu benda yang akan terapung,
tenggelam atau melayang didalam zat cair tergantung pada gaya berat dan gaya keatas.
Maka dari itu, berdasarkan hukum diatas, terciptalah 3 hukum turunan dari Hukum Archi
medes Yang Berbunyi:
1. Benda akan terapung jika massa jenis benda yang dimasukan kedalam air lebih k
ecil dari massa jenis zat cairnya
2. Benda akan melayang jika massa jenis benda yang dimasukan kedalam air sama
dengan massa jenis zat cairnya
3. Benda akan tenggelam jika massa jenis benda yang dimasukan kedalam air lebih
besar dari pada massa jenis zat cairnya.
B. Hukum Archimedes
Menurut Archimedes, benda menjadi lebih ringan bila diukur dalam air dari pada di udar
a karena dalam air, benda mendapat gaya ke atas. Sementara ketika di udara, benda me
miliki berat yang sesungguhnya.
Wu=Mg
Ketika dalam air, benda dikatakan memiliki berat semu, dinyatakan dengan:
Ws=Wu-Fa
Keterangan :
ws = berat semu (N)
wu = berat sesungguhnya (N)
Fa = gaya angkat ke atas (N)
Gaya angkat ke atas ini disebut juga gaya apung.
a. Rumus Gaya Apung
Fa = Mfg
Fa = pfVbfg
Secara sistematis, hukum archimedes dapat ditulis sebagai berikut :
Fa = gaya angkat ke atas pada benda (N)
ρa = massa jenis zat cair (kg/m3)
Va = volume zat cair yang terdesak (m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Fa = ρa Va g
b. Keadaan Benda
Ada Tiga keadaan benda di dalam zat cair, yaitu :
Melayang
pb = pf
w = Fa
Keterangan
pb = massa jenis benda
pf = massa jenis fluida
w = berat benda
Fa = gaya Apung
c. Tenggelam
pb, rata-rata > pf
w > Fa
Keterangan
pb = massa jenis benda
pf = massa jenis fluida
w = berat benda
Fa = gaya Apung

d. Terapung
pb, rata-rata < pf
w = Fa
Keterangan
pb = massa jenis benda
pf = massa jenis fluida
w = berat benda
Fa = gaya Apung
C. Aplikasi Hukum Archimedes
a. Hidrometer
Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur massa jenis zat cair. Proses pen
gukuran massa jenis zat cair menggunakan hidrometer dilakukan dengan cara memasukka
n hidrometer ke dalam zat cair tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh hidrometer telah d
ikalibrasi sehingga akan menunjukkan nilai massa jenis zat cair yang diukur. Berikut ini
prinsip kerja hidrometer
Hidrometer
Gaya ke atas = berat hidrometer
FA = whidrometer
ρ1V1 g = mg
Oleh karena volume fluida yang dipindahkan oleh hidrometer sama dengan luas tangkai
hidrometer dikalikan dengan tinggi yang tercelup maka dapat dituliskan
ρ1 (Ah1) = m
dengan:
m = massa hidrometer (kg),
A = luas tangkai (m2),
hf = tinggi hidrometer yang tercelup dalam zat cair (m), dan
ρf = massa jenis zat cair (kg/m3).
Hidrometer digunakan untuk memeriksa muatan akumulator mobil dengan cara membena
mkan hidrometer ke dalam larutan asam akumulator. Massa jenis asam untuk muatan aku
mulator penuh kira-kira = 1,25 kg/m3 dan mendekati 1 kg/m3 untuk muatan akumulator
kosong.
b. kapal laut
Kapal yang sama pada saat kosong dan penuh muatan. Volume air yang di pindahkan ol
eh kapal ditandai dengan tenggelamnya kapal hingga batas garis yang ditunjukkan oleh t
anda panah. Balok besi yang dicelupkan ke dalam air akan tenggelam, sedangkan balok
besi yang sama jika dibentuk menyerupai perahu akan terapung.
Hal ini disebabkan oleh jumlah fluida yang dipindahkan besi yang berbentuk perahu lebi
h besar daripada jumlah fluida yang dipindahkan balok besi. Besarnya gaya angkat yang
dihasilkan perahu besi sebanding dengan volume perahu yang tercelup dan volume fluida
yang dipindahkannya. Apabila gaya angkat yang dihasilkan sama besar dengan berat per
ahu maka perahu akan terapung. Oleh karena itu, kapal baja didesain cukup lebar agar d
apat memindahkan volume fluida yang sama besar dengan berat kapal itu sendiri.
c. kapal selam
Kapal selam merupakan sebuah wahana yang unik karena bisa mengapung dan menyela
m di air sesuai kebutuhan, pembuatan kapal selam pertama kali di gunakan untuk keperl
uan perang dan masih berbentuk sangat sederhana ( turtle). Namun pada masa sekarang
selain untuk perang, kapal selam juga di gunakan sebagai wahana rekreasi dan juga pene
litian bawah air (ocean research).
Kita pasti tahu bahwa Hukum Archimedes (+250 sebelum Masehi) adalah “Jika suatu be
nda dicelupkan ke dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat tekanan keatas
yang sama besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda tersebut”. Dan it
u berlaku pada setiap kapal konvensional. Sedangkan untuk menyelam kapal selam mem
akai Hukum Boyle dan Hukum Boayancy (pengapungan).
d. galangan kapal
prinsip kerja
Hampir sama dengan kapal laut. Pertama-tama galangan kapal diisi dengan air laut, kem
udian ditempatkan tepat dibawah kapal laut, lalu air nya disedot dan galangan kapal naik
ke atas dan muncul ke purmukaan air. Akhirnya air disekeliling kapal hilang dan kapal
siap di perbaiki. Setelah kapal diperbaiki galangan kapal diisi kembali oleh air laut dan
mulai tenggelam. Dan kapal siap kembali ke laut.
e. balon udara
Gaya apung yang diterima oleh suatu benda yang melayang di suatu fluida sama dengan
berat fluida yang dipindahkannya. Fa = ρƒ. Vbƒ. g Dengan ρƒ adalah massa jenis udara.
Balon menggunakan prinsip yang sama dengan kapal laut.
Hanya saja, karena kita menginginkan balon naik ke udara dan melayang pada ketinggia
n tertentu, maka yang dilakukan adalah mengisi balon sehingga berat udara yang dipinda
hkan lebih berat dari berat balon.
Hingga kemudian mencapai titik ketinggian yang diinginkan. Untuk mencapai hal tersebu
t, prinsip kimia mengajarkan kita tentang mengisi balon dengan gas yang massa molekul
nya lebih kecil dari massa rata-rata di udara atau dengan gas panas. Tidak semua gas me
menuhi persyaratan itu, apalagi jika ada pertimbangan harga dan keselamatan. Beberapa
di antaranya adalah gas Hidrogen(H2) dan Helium (He).
f. jembatan ponton
Jembatan ponton adalah kumpulan drum-drum kosong yang berjajar sehingga menyerupai
jembatan. Drum-drum itu biasanya terbuatdari besi dan di dalamnya diisi dengan udara
sehingga massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis zat cair. Jembatan ponton merupaka
n jembatan yang dibuat berdasarkan prinsip benda terapung. Drumdrum tersebut harus ter
tutup rapat sehingga tidak ada air yang masuk ke dalamnya. Jembatan ponton digunakan
untuk keperluan darurat. Apabila air pasang, jembatan naik. Jika air surut, maka jembata
n turun. Jadi, tinggi rendahnya jembatan ponton mengikuti pasang surutnya air
H. MASSA JENIS ZAT CAIR
Pengetahuan tentang massa jenis dalam sebuah praktikum sangat penting menging
at bahwa pengetahuan tentang massa jenis akan selalu kita butuhkan dan selalu kita guna
kan dalam praktikum lanjutan atau dalam pengaplikasiannya dalam penelitian (Bresnick,
2002). Massa jenis (density) suatu zat adalah kuantitas konsentrasi zat d
an dinyatakan dalam massa persatuan volume. Nilai massa jenis suatu zat dipen
garuhi oleh temperatur. Semakin tinggi temperatur, kerapatan suatu zat semakin rendah k
arena molekul - molekul yang saling berikatan akan terlepas. Kenaikan temperatur m
enyebabkan volume suatu zat bertambah, sehingga massa jenis dan volume suatu
zat memiliki hubungan yang berbanding terbalik (Besari, 2005).
Salah satu sifat yang penting dari suatu bahan adalah densitas (density)-nya, didefi
nisikan sebagai massa persatuan volume. Bahan yang homogen seperti es atau besi, mem
iliki densitas yang sama pada setiap bagiannya. Kita gunakan huruf Yunani ρ (“rho”) unt
uk densitas. Jika sebuah bahan yang materialnya homogen bermasa m memiliki volume v
, densitasnya ρ adalah
ρ =m/V
keterangan:
ρ = massa jenis air (kg/m3);
m = massa benda (kg);
V = volume benda (m3)
Densitas suatu bahan, tidak sama pada setiap bagiannya; contohnya adalah atmos
fer bumi (yang seakin tinggi akan semakin kecil densitasnya) dal lautan (yang semakin d
alam akan semakin besar densitasnya). Untuk bahan-bahan ini persamaan (1) memperliha
tkan densitas rata-rata.. Secara umum, densitas bahan tergantung pada faktor lingkungan
suhu dan tekanan (Juliastuti, 2002).
Pipa U adalah pipa lengkung berbentuk huruf U. Pip
a ini termasuk bejana berhubungan. Jika pipa U diisi denga
n satu jenis zat cair, tinggi permukaan zat cair pada pada k
edua mulutnya selalu sama. Tetapi, jika pipa U diisi denga
n dua zat cair yang tidak bercampur, tinggi permukaan zat
cair pada kedua mulut pipa berbeda. Bagaimana hubungan
antara massa jenis dan tinggi zat cair dalam pipa U? Misal
kan, massa jenis zat cair pertama adalah ρ1 dan massa jenis
zat cair kedua adalah ρ2. Dan titik pertemuan kedua zat cair, kita buat garis mendatar ya
ng memotong kedua kaki pipa U. Misalkan, tinggi permukaan zat cair pertama dari garis
adalah h1 dan tinggi permukaan zat cair kedua dari garis adalah h2. Zat cair prtama seti
nggi h1 melakukan tekanan yang sama besar dengan tekanan zat cair kedua setinggi h 2.
P1 = P2

Dengan menggunakan persamaan 2-1 diperoleh

ρ 1 g h1 = ρ 2 g h 2
ρ1 h1 = ρ2 h2 (2-2)

Dengan menggunakan persamaan 2-2, kita dapat menentukan massa jenis zat cair
lain jika massa jenis salah satu zat cair dikaetahui. Harus diperhatikan bahwa kedua zat
cair yang dimasukkan dalam pipa U tidak boleh zat cair yang bercampur, misalnya air d
an alkohol. Kedua zat cair yang dimasukkan harus tidak bercampur agar batasnya jelas.
Dengan demikian, tinggi permukaan masing-masing zat cair dapat diukur.

Definisi Operaional Variabel

a) Kedalaman zat cair (cm) adalah ketinngian zat cair, yang diukur dari permukaan
zat cair ke permukaan zat cair yang berada di dalam corong
b) Massa jenis zat cair adalah kerapatan massa dari zat cair yang dimasukkan kedala
m pipa U dan gelas kimia
c) Tekanan hidrostatik adalah besarnya tekanan yang disebabkan oleh tinggi permuka
an zat cair yang dicari berdasarkan rumus tekanan berbanding lurus dengan massa
jenisnya dan tinggi permukaan zat cair pada pipa U dikali dengan percepatan gra
vitasi 9,80
d) Tinggi permukaan zat cair (cm) adalah Selisih ketinggian zat cair pada pipa U aki
bat dari tekanan yang diberikan. (Tim Dosen Fisika Dasar I, 2013)

Hukum pokok hidrostatika dapat digunakan untuk menentukan massa jenis Zat cai
r dengan menggunakan pipa U. Hidrostatika dimanfaatkan antara lain dalam mendesain
bendungan, yaitu semakin ke bawah semakin tebal; serta dalam pemasangan infus, keting
gian diatur sedemikian rupa sehingga tekanan zat cair pada infus lebih besar daripada tek
anan darah dalam tubuh (Esvandiari, 2006). Air memiliki rapat jenis 1,00.103 kg/m3, atau
1,00 g/cm3. Rapat jenis sembarang substansi yang dinyatakan dalam gram per centimete
r kubik secara numerik sama dengan specific gravity-nya; rapat jenis sembarang subsansi
yang dinyatakan dalam kilogram pe meter kubik sama dengan 103 kali specific gravity-n
ya (Wihantoro etl al, 2005).
Minyak goreng selain digunakan dalam dunia industri juga digunakan dalam rum
ah tangga sebagai media penghantar panas dalam pengolahan makanan sehari-hari. Seirin
g dengan meningkatnya industri pengolahan makanan terutama industri kecil dan rumah t
angga, kebutuhan masyarakat akan minyak goreng juga semakin meningkat. Namun demi
kian, industri-industri kecil ini seringkali tidak mengontrol temperatur minyak yang digun
akan dan membuangnya setelah digunakan beberapa kali, sedangkan dalam industri rumh
tangga minyak goreng digunakan terus-menerus. Keadaan ini memberikan efek negatif te
rhadap kualitas produk makanan, lingkungan, dan kesehatan manusia (Vera, 2005).
Minyak goreng sering kali dipakai untuk menggoreng secara berulang-ulang, bahk
an sampai warnanya coklat tua atau hitam dan kemudian dibuang. Penggunaan minyak g
oreng secara berulang-ulang sangat berbahaya bagi kesehatan. Dalam penggunaannya, mi
nyak goreng mengalami perubahan kimia akibat oksidasi dan hidrolisis, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada minyak goreng tersebut. Untuk mengatasinya, limbah miny
ak goreng bekas (jelantah) dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel ( A
dhiatma et al., 2012).

Anda mungkin juga menyukai