Anda di halaman 1dari 22

Bahan Ajar

A PETUNJUK BELAJAR

1. Berdoalah setiap Ananda akan memulai dan mengakhiri pembelajaran. Berdoa


merupakan wujud rasa syukur kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang
selalu menghambakan diri kepada-Nya dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan.
Doa sebelum melaksanakan pembelajaran

2. Bacalah pendahuluan yang menggambarkan cakupan materi yang akan kamu


pelajari.
3. Bacalah KD, indikator dan Tujuan pembelajaran.
4. Pahami materi pelajaran secara seksama, bila perlu garis bawahi hal-hal yang
dirasa penting.
5. Pahami contoh soal yang diberikan.
6. Kerjakan latihan dengan teman sebangkumu.
7. Uji kemampuanmu dengan mengerjakan evalusi secara mandiri.

B KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI

3.2 Menerapkan prinsip-prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian, dan


angka penting, serta notasi ilmiah
4.2 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis berikut ketelitiannya dengan
menggunakan peralatan dan teknik yang tepat serta mengikuti kaidah angka
penting untuk suatu penyelidikan ilmiah
Indikator:
Bahan Ajar

3.2.1 Mengidentifikasi besaran dan satuan


3.2.2 Mengklarifikasi besaran pokok dan besaran turunan beserta satuan dan
dimensi dalam bentuk tabel
3.2.3 Menjelaskan pengukuran besaran panjang, massa dan waktu menggunakan
alat ukur
3.2.4 Menerapkan konversi satuan dari tidak Standar Internasional menjadi Standar
Internasional melalui percobaan
3.2.5 Mengidentifikasi alat ukur panjang, massa, dan waktu
3.2.6 Menjelaskan prinsip penggunaan alat ukur panjang, massa, dan waktu
3.2.7 Menerapkan prinsip pengukuran pada alat ukur panjang, massa, dan waktu
3.2.8 Menjelaskan perbedaan ketelitian dan ketepatan
3.2.9 Menjelaskan kesalahan dan ketidakpastian pengukuran
3.2.10 Menjelaskan aturan angka penting dan notasi ilmiah
3.2.11 Menghitung hasil pengukuran besaran menggunakan operasi angka penting

Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model Problem Based


Learning dan pendekatan saintifik yang dipadu dengan motode diskusi, tanya
jawab, eksperimen, dan ceramah peserta didik diharapkan mampu
1. Mengidentifikasi pengertian pengukuran
2. Menerapkan konsep besaran dalam berbagai persoalan fisika
3. Menerapkan konversi satuan dari tidak Standar Internasional ke satuan Standar
Internasional
4. Mengidentifikasi dimensi dari besaran turunan
5. Mengidentifikasi alat ukur panjang, massa dan waktu
6. Menggunakan alat ukur panjang, massa dan waktu
7. Membaca hasil pengukuran pada alat ukur panjang, massa dan waktu
8. Menerapkan aturan ketelitian dan ketepatan dalam penggunaan alat ukur dengan
baik,
9. Menjelaskan jenis-jenis kesalahan dalam pengukuran dan menentukan
ketidakpastiannya dengan baik, dan
10. Menganalisis aturan angka penting dan notasi ilmiah dalam perhitungan, dengan
baik.
Bahan Ajar

C Informasi Pendukung

PENGUKURAN

Gambar 1.1 (a) Petugas posyandu sedang menimbang balita dan


(b) Penjual sedang menimbang ikan di pasar

Perhatikan gambar di atas, beberapa orang sedang melakukan kegiatan


pengukuran. Aktivitas mengukur yang lain tentu seringkalian lihat misalnya
mengukur massa beras, massa daging dan mengukur panjangsebidang tanah.
Kegiatanpengukuran begitu akrab dalam keseharian kita. Fisika lahir
danberkembang dari hasil percobaan danpengamatan. Percobaan (eksperimen) dan
pengamatan(observasi) memerlukan pengukuran (measurement)dengan bantuan alat-
alat ukur, sehingga diperoleh data/hasil pengamatan yang bersifat kuantitatif.

A. Besaran dan Satuan


1. Pengertian Pengukuran

Dalam belajar fisika kalian akan selalu berhubungandengan pengukuran,


besaran dan satuan. Sudah tahukah kaliandengan apa yang dinamakan
pengukuran? Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan pengukuran
maka perhatikanlah gambar berikut.

Gambar 1.2 Pensil yang di letakkan di atas meja.


Dari gambar tersebut kita membandingkan panjang meja denganpanjang
pensil seperti terlihat pada gambar berikut kalian mendapatkan bahwa panjang
meja adalah sekian kalipanjang pensil. Kegiatan yang kalian lakukan baru saja
Bahan Ajar

tidak lain membandingkan besaranpanjang meja dengan besaran panjang


pensil. Kegiatan tersebut disebut mengukur suatubesaran. Jadi mengukur
adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran sejenis yangdigunakan
sebagai satuan.

2. Besaran, Satuan, dan Dimensi

Besaran fisika didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dapat diukur


dan dinyatakan dengan angka. Besaran fisika meliputi besaran pokok dan
besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran dasar yang sudah ditetapkan
terlebih dahulu, sedangkan besaran turunan adalah besaran yang dijabarkan
dari beberapa besaran pokok atau besaran turunan lainnya.
Tabel 2.1 Besaran Pokok, Satuan, dan Dimensi Dalam SI

Tabel 2.2 Dimensi Besaran Turunan

Menurut Bueche besaran menurut arahnya dibedakan menjadi dua, yaitu


besaran skalar yang hanya memiliki besar, dan besaran vektor yang selain
memiliki besar memiliki arah pula. Besaran vektor akan dibahas lebih
mendalam pada bab selanjutnya.
Bahan Ajar

Besaran lain di luar besaran pokok dinamakan besaran turunan. Besaran


turunan diartikan sebagai besaran yang dijabarkan atau diturunkan dari
besaran-besaran pokok ataupun besaran turunan lainnya. Seringkali besaran
turunan diistilahkan sebagai besaran terjabar. Seorang petani ingin mengukur
luas ladangnya. Ia tidak dapat langsung mengukur luasnya menggunakan alat
bantu apa pun, melainkan ia harus mengukur panjang dan lebarnya, dimana
keduanya merupakan besaran pokok. Kemudian petani tersebut harus
menghitung luas ladangnya dengan cara : Luas = panjang x lebar. Luas
termasuk salah satu contoh besaran turunan. Satuan besaran turunan juga
diturunkan dari satuan besaran pokok.
Contoh
Tugas
1. Luas = panjang x lebar = m x m = m2 Dengan cara yang sama
2. Volume = panjang x lebar x tinggi tentukanlah satuan untuk besaran
=mxmxm massa jenis zat dan satuan untuk
= m3 energi !

3. Konversi Satuan
Panjang
Untuk memudahkan kamu mengonversi
(mengubah) suatu satuan SI ke satuan SI
lainnya, diperlukan bantuan tangga konversi.
SI adalah suatu system desimal. Oleh karena
itu, setiap naik satu anak tangga, nilai awal
harus dibagi 10. Setiap turun satu anak tangga,
nilai awal harus dikali 10.
Satuan dari setiap besaran turunan
diperoleh dari penjabaran satuan besaran-
Massa
besaran pokok yang menyertai penurunan
definisi dari besaran turunan yang
bersangkutan.Oleh karena itu seringkali
dijumpai satuan turunan dapat berkembang
lebih dari satu macam karenapenjabaran
besaran turunan dari definisi yang berbeda.
Sebagai contoh, satuan percepatan dapat ditulis
dengan m/s2 dapat juga ditulis dengan N/kg.
Kelak akan diketahui kesamaan satuan-satuan
yang sepintas berbeda itu dengan ditinjau dari Waktu
dimensinya. Satuan besaran turunan dapat juga
dikonversi.
Bahan Ajar

Contoh Soal
1. Nyatakan satuan kecepatan 36 km/jam ke dalam ke dalam satuan m/s!
Jawab : Kecepatan =
36 km/jam =
=
= 10 m/s
2. Konversikan satuan massa jenis air 1 g/cm3 ke dalam satuan kg/m3!
Jawab : Massa jenis =
1 gr/cm3 =
=
= 103 kg/m3

Latihan
Kerjakan di buku latihanmu!
1. Kakak sedang mengendarai motornya dengan kelajuan 72 km/jam. Konversikan
satuan kelajuan kendaraan kakak dalam satuan m/s !
2. Sebongkah es dapat terapung di permukaan air karena massa jenis es lebih kecil
dari air. Es bemassa jenis 0,8 g/cm3 dan air 1 g/cm3. Konversikan satuan massa
jenis es dan air dalam satuan kg/m3 !
3. Adik sedang sakit batuk. Ibu memberinya obat sehari 3 x 1 sendok makan. 1
sendok makan sama dengan 5 ml. Nyatakan satuannya dalam cc, liter, dm3 dan
m3 !

4. Pengukuran Besaran Fisika


a. Pengukuran Panjang
Untuk mengukur besaran panjang suatu benda, Anda dapat
menggunakan mistar, jangka sorong atau micrometer sekrup. Setiap alat
ukur panjang tersebut tentunya mempunyai karakteristik sendiri.
1) Mistar
Kebanyakan mistar berskala cm atau mm. Pengukuran dengan
mistar dapat dilakukan dengan ketelitian sampai setengah skala terkecil
yang terdapat pada mistar itu. Mistar dengan skala mm, berarti skala
terkecil 1 mm, sehingga mistar tersebut memiliki ketelitian sebesar 0,5
mm atau 0,05 cm.
Bahan Ajar

Gambar 4.1 Cara membacaskala mistar yang tepat

Dalam setiap pengukuran dengan menggunakan mistar, usahakan


kedudukan pengamat (mata) tegak lurus dengan skala yang akan diukur.
Hal ini untuk menghindari kesalahan penglihatan (paralaks). Paralaks
yaitu kesalahanyang terjadi saat membaca skala suatu alat ukur karena
kedudukan mata pengamat tidak tepat.

Contoh mengukur panjang dengan mistar


Tentukan panjang karet penghapus A dan B?

Gambar 4.2Mengukur dengan mistar


Jawab:
* Panjang karet penghapus A
Ujung depan dititik 0 dan ujung belakang di 2 cm lebih 3mm. Jadi
panjangnya 2,3 cm.
* Panjang karet penghapus B
Ujung depan di titik 3 cm dan ujung belakang di 4 cm lebih 7 mm. Jadi
panjang karet penghapus B 4,7 cm – 3 cm = 1,7 cm.

2) Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang,
tebal, kedalaman lubang, dan diameter luar maupun diameter dalam suatu
benda dengan batas ketelitian 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong
merupakan alat untuk mengukur panjang yang lebih teliti atau presisi dari
pada mistar. Pada dasarnya, jangka sorong terdiri dari dua jenis, yaitu
jangka sorong analog dan jangka sorong digital. Dalam penggunaan
jangka sorong digital untuk mengukur suatu benda, kita akan membaca
hasil pengukuran secara langsung pada layar jangka sorong tersebut.
Jangka sorong analog mempunyai dua rahang, yaitu rahang tetap dan
rahang sorong. Pada rahang tetap dilengkapi dengan skala utama,
Bahan Ajar

sedangkan pada rahang sorong terdapat skala nonius atau skala vernier.
Nama vernier diambilkan dari nama penemu jangka sorong, yaitu Pierre
Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis. Skala nonius
mempunyai panjang 9 mm yang terbagi menjadi 10 skala dengan tingkat
ketelitian 0,1 mm.

Gambar 4.3Bagian-bagian jangka sorong analog

Contoh Pengukuran dengan jangka sorong.


Tentukan diameter kelereng?

5.

3) Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup merupakan alat ukur ketebalan benda yang relatif
tipis, misalnya kertas, seng, dan karbon mengukur diameter benda-benda
bulat yang kecil seperti tebal kertas dan diameter kawat. Pada mikrometer
sekrup terdapat dua macam skala, yaitu skala tetap dan skala putar
(nonius).
 Skala tetap (skala utama)
Skala tetap terbagi dalam satuan milimeter (mm). Skala ini terdapat
pada laras dan terbagi menjadi dua skala, yaitu skala atas dan skala
bawah.
 Skala putar (skala nonius)
Skala putar terdapat pada besi penutup laras yang dapat berputar dan
dapat bergeser ke depan atau ke belakang. Skala ini terbagi menjadi 50
skala atau bagian ruas yang sama. Satu putaran pada skala ini
Bahan Ajar

menyebabkan skala utama bergeser 0,5 mm.


Jadi, satu skala pada skala putar mempunyai ukuran:
1/50 x 0,5 mm = 0,01 mm. Ukuran ini merupakan batas ketelitian
mikrometer sekrup.

Gambar. 4.4Mikrometer sekrup dan bagian-bagiannya.

Cara membaca Mikrometer Sekrup

Skala terkecil dari skala putar 0,01 mm, dengan batas ukur dari 0,01 mm
– 0,50 mm.

b. Pengukuran Massa
Besaran massa diukur menggunakan neraca. Neraca dibedakan menjadi
beberapa jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca Ohauss, neraca
lengan gantung, dan neraca digital.
1) Neraca analitis dua lengan
Neraca ini berguna untuk mengukur
massa benda, misalnya emas, batu, kristal
benda, dan lain-lain. Batas ketelitian neraca
analitis dua lengan yaitu 0,1 gram.

Gambar 4.5 Neraca analitis


2) Neraca ohauss
dua lengan
Neraca ini berguna untuk mengukur
massa benda atau logam dalam praktek
laboratorium. Kapasitas beban yang
ditimbang dengan menggunakan Gambar 4.6 Neraca Ohaus
Bahan Ajar

neraca ini adalah 311 gram. Batas


ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1
gram.
3) Neraca lengan gantung
Neraca lengan gantung atau bisa
disebut juga neraca tiga lengan
berguna untuk menentukan massa
benda, yang cara kerjanya dengan
menggeser beban pemberat di Gambar 4.7 Neraca lengan
sepanjang batang. gantung
4) Neraca digital
Neraca digital (neraca elektronik) di
dalam penggunaanya sangat praktis,
karena besar massa benda yang diukur
langsung ditunjuk dan terbaca pada
Gambar 4.8 Neraca Digital
layarnya. Ketelitian neraca digital ini
sampai dengan 0,001 gram.

c. Pengukuran Waktu
Waktu merupakan besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa
berlangsung. Berikut ini beberapa alat untuk mengukur besaran waktu:
1) Stopwatch
Dengan ketelitian 0,1 detik karena setiap
skala pada stopwatch dibagi menjadi 10
bagian. Alat ini biasanya digunakan untuk
pengukuran waktu dalam kegiatan olahraga
Gambar 4.9 Stopwatch
atau dalam praktik penelitian.
Analog
2) Arloji
Arloji dalah alat ukur waktu yang paling
banyak digunakan manusia dan sudah
menjaddi salah satu aksesoris wajib baik
bagi pria maupun wanita. Arloji atau jam
tangan umumnya memiliki ketelitian 1 Gambar 4.10 Jam tangan
detik.
3) Waktu elektronik
Penunjukannya mencapai ketelitian 1/1000 detik.
4) Jam atom Cesium
Dibuat dengan ketelitian 1 detik tiap 3.000 tahun, artinya
kesalahanpengukuran jam ini kira-kira satu detik dalam kurun waktu
3.000 tahun.
Bahan Ajar

Latihan
Kerjakan di buku latihanmu!
1. Pengukuran panjang sebuah pensil dengan mistar ditunjukkan pada gambar berikut.
Berdasarkan gambar tersebut berapakah panjang pensil tersebut?

2. Perhatikan gambar di bawah ini!

Pengukuran diameter tabung reaksi dengan menggunakan Jangka Sorong ditunjukan pada
ganmbar diatas. Berdasarkan gambar tersebut berapakah hasil pengukuran diameter tabung
reaksi?

3. Pengukuran tebal satu lembar kertas karton dengan mikrometer sekrup ditunjukkan pada
gambar berikut Tebal kertas karton tersebut ?

4. Pengukuran massa benda dengan neraca tiga lengan atau neraca ohauss, ditunjukkan pada
gambar berikut. Tentukan massa benda tersebut!
Bahan Ajar

B. Notasi Ilmiah dan Angka Penting


1. Notasi Ilmiah
Notasi ilmiah merupakan cara penulisan baku untuk bilangan yang
memuat nilai yang sangat besar atau sangat kecil untuk dituliskan dalam
notasi ilmiah. Notasi ilmiah disebut juga bentuk baku atau notasi
eksponensial. Dalam notasi ilmiah, semua bilangan dituliskan sebagai
berikut:
a x 10n
dengan:
a = bilangan asli 1 sampai 9
n
10 = orde
n = pangkat atau eksponen (0, 1, 2, …)

Catatan:
Notasi ilmiah tersebut biasanya dibaca “a kali sepuluh pangkat n”. Notasi
ilmiah untuk bilangan decimal negative dinyatakan dengan menuliskan tanda
minus yang diikuti dengan notasi ilmiah untuk lawan dari bilangan ini.
2. Angka Penting
Angka penting (angka berarti atau angka benar) adalah semua angka
yang diperoleh darihasil pengukuran, yang terdiri atas satu atau lebih angka
pasti (eksak) dan satu angkaterakhir yang ditaksir atau diragukan.
a. Aturan Penulisan Angka Penting
a. Semua angka bukan nol adalah angka penting
Contoh: 141,5 m memiliki 4 angka penting
27,3 gr memiliki 3 angka penting
b. Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol termasuk
angkapenting.
Contoh: 340,41 kg memiliki 5 angka penting
5,007 m memiliki 4 angka penting
c. Semua angka nol di sebelah kanan angka bukan nol tanpa desimal tidak
termasukangka penting, kecuali diberi tanda khusus garis mendatar atas atau
bawah termasukangka penting
Contoh: 53000 kg memiliki 2 angka penting
530000 kg memiliki 5 angka penting
d. Semua angka nol di sebelah kiri angka bukan nol tidak termasuk angka
penting.
Contoh: 0,00053 kg memiliki 2 angka penting
0,000703 kg memiliki 3 angka penting
e. Semua angka nol di belakang angka bukan nol yang terakhir tetapi
dibelakang tandadesimal adalah angka penting.
Contoh: 7,0500 m memiliki 5 angka penting
70,5000 memiliki 5 angka penting
Bahan Ajar

f. Untuk penulisan notasi ilmiah. Misalnya 2,5 x 103 , dimana 103 disebut
orde.Sedangkan 2,5 merupakan mantis. Jumlah angka penting dilihat dari
mantisnya dalam hal ini memiliki 2 angka penting.

b. Pembulatan Bilangan Penting


Bilangan dibulatkan sampai mengandung sejumlah angka penting yang
diinginkandengan menghilangkan satu atau lebih angka di sebelah kanan
tanda koma desimal.
 Bila angka itu lebih besar daripada 5, maka angka terakhir yang
dipertahankan harusdinaikkan 1.
Contoh: 34,46 dibulatkan menjadi 34,5
 Bila angka itu lebih kecil daripada 5, maka angka terakhir yang
dipertahankan tidakberubah.
Contoh: 34,64 dibulatkan menjadi 34,6
 Bila angka itu tepat 5, maka angka terakhir yang dipertahankan
harus dinaikkan 1jika angka itu tadinya angka ganjil, dan tidak
berubah jika angka terakhir yangdipertahankan itu tadinya angka
genap.
Contoh: 34,75 dibulatkan menjadi 34,834,65 dibulatkan menjadi
34,6

c. Operasi-operasi dalam angka penting


Dalam aturan berhitung dengan angka penting yang harus diingat adalah
jumlah angka penting hasil pengukuran tidak mungkin melebihi jumlah
angka penting pada hasil pengukuran.

1) Operasi penjumlahan dan Pengurangan


Pada operasi penjumlahan atau pengurangan bilangan-bilangan
dengan berpedoman pada aturan angka penting, hasil operasi
penjumlahan atau pengurangan itu hanya boleh mengandung satu
angka yang diragukan
Contoh:
35,572 Angka 2 diragukan
2,2626 Angka 6 diragukan
+
37,8346 Angka 4 dan 6 diragukan sehingga hasil penjumlahan ditulis 37,835
disesuaikan dengan aturan pembulatan

385,617 Angka 7 diragukan


13,2 Angka 2 diragukan
372,417 Terdapat dua angka diragukan yaitu angka 4 dan 7, penulisannya
menjadi 372,4 (disesuaikan dengan aturan pembulatan)
Bahan Ajar

2) Operasi perkalian dan pembagian dengan angka penting


Pada operasi perkalian atau pembagian, jumlah penulisan angka
penting disesuikan dengan jumlah deretan angka penting yang paling
sedikit. Misalnya jika deretan bilangan pertama mengandung 5 angka
penting dan deretan bilangan yang kedua mengandung 3 angka
penting, sesuai dengan jumlah angka penting yang paling sedikit.
20,4 Mengandung 2 angka penting
3,5 Mengandung 3 angka penting
×
7,140 Hasil perkalian hanya boleh mengandung dua angka penting sesuai dengan
deretan angka yang paling sedikit sehingga hasil perkalian 7,140 ditulis 7,1

34,231
Mengandung 5 angka penting
0,250 × Mengandung 3 angka penting
8,557750 Penulisan hasil perkalian hanya boleh mengandung tiga angka penting
sehingga hasil perkalian 8,557750 ditulis 8,56

3) Operasi penarikan akar dengan angka penting


Penulisan hasil dan penarikan akar disesuiakan dengan jumlah angka
penting yang terkandung pada bilangan yang ditarik akarnya.
Contoh:
46  6,7823; hasil akar hanya ditulis dengan dua bilangan yaitu 6,8
(dua angka penting)
225  15 ; hasil akar ditulis dengan tiga angka penting yaitu 15,0
(tiga angka penting)

4) Perkalian antara bilangan penting dan bilangan eksak


Perkalian atau pembagian antara bilangan penting dan bilangan eksak
menghasilkan angka penting yang sesuai dengan jumlah bilangan
pada angka penting
Contoh:
Massa sebuah batu 12,5 kg dan massa 15 buah batu adalah
12,5 Mengandung 3 angka penting
15 ×
187,5 Hasil perkalian bilangan penting dan bilangan eksak dapat ditulis 188
kg (tiga angka penting)

Latihan
Marjudin melakukan pengukuran volume suatu air dalam wadah, dan didapatkan
hasil 125 mL. Jika massa jenis air 1000 kg/m3, berapakah massa air yang diukur
Marjudin berdasarkan aturan angka penting?
Bahan Ajar

C. Ketelitian Pengukuran
Setiap pengukuran atau lat ukur selalu memiliki ketidakpastian. Jika Anda
mengukur ketebalan sampel sebuah buku dengan mistar biasa, hasil pengukuran
Anda hanya dapat diandalkan kebenarannya sampai pada millimeter terdekat, dan
hasil pengukuran Anda adalah 3 mm. Pernyataan hasil pengukuran ini sebagai 3,00
mm adalah salah, karena keterbatasan alat ukur yang di gunakan. Anda tidak dapat
mengatakan bahwa ketebalan sebenarnya adalah 3,00 mm, 2,85 mm, atau 3,11 mm.
Tetapi jika Anda menggunkan micrometer sekrup, yakni suatu alat yang
dapat mengukur sampai ketelitian 0,01 mm, hasil pengukurannya adalah 2,91 mm.
perbedaan keduanya adalah pada ketidakpastian (uncertainly) pengukuran tersebut.
Pengukuran dengan micrometer sekrup memiliki kepastian yang lebih kecil, hal ini
menghasilkan pengukuran yang lebih akurat.
Ketidakpastian juga di sebut dengan galat (error), karena hal tersebut juga
mengindikasikan selisih maksimum yang mungkin terjadi antara nilai terukur dan
nilai sebenarnya. Ketidakpastian dari sebuah nilai terukur tergantung pada teknik
pengukuran yang di lakukan.
Pada dasarnya, semua pengukuran selalu diliputi dengan kesalahan yang
berkontribusi terhadap ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Terdapat dua jenis
kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan acak dan kesalahan sistematis.
1. Kesalahan Acak dan Kesalahan Matematis
Kesalahan acak adalah kesalahan dalam pengukuran yang
memungkinkan nilai-nilai dari besaran yang di ukur menjadi tidak konsisten
ketika pengukuran tersebut diulang. Pada dasarnya, semua pengukuran,
semua pengukuran rentan terhadap kesalahan acak. Hal ini karena, setiap
pengukuran di pengaruhi oleh banyak sumber kesalahan acak, seperti getaran
gedung, fluktuasi listrik, gerak moleku-molekul udara (gerak brown), dan
gesekan pada setiap bagian alat yang bergerak. Kesalahan acak terjadi sangat
cepat dan hampir tidak dapat dihindari. Sebagai contoh, fluktuasi tegangan
listrik memengaruhi pengukuran arus listrik dan tegangan listrik, gerak
molekul-molekul udara memengaruhi pembacaan galvanometer.
Sementara itu, kesalahan sistematis adalah kesalahan pengukuran yang
di sebabkan oleh ketidaktepatan sistem pengukuran tersebut, tidak seperti
kesalahan acak, kesalahan sistematis ini dapat di hindari, dapat diprediksi,
dan dapat diperkirakan, sehingga kesalahan sistematis dapat di kurangi atau
di hilangkan dengan usaha-usaha berikut:
a. Lakukan kalibrasi terhadap alat ukur yang di gunakan dalam pengukuran
dengan benar dan pastikan bahwa kita telah memberikan skala yang tepat.
b. Alat titik nol skala alat ukur agar berimpit dengan titik nol jarum
penunjuk skala.
c. Periksa keadaan alat sebelum melakukan pengukuran,
d. Bacalah skala secara tegak lurus.
e. Periksa keadaan lingkungan, seperti suhu, tekanan udara, dan kelembapan
Bahan Ajar

sebelum dan sesudah melakukan pengukuran,

2. Pengukuran Tunggal dan Pengukuran Berulang


Pengukuran besaran fisika dapat di bedakan menjadi pengukuran tunggal
dan pengukuran berulang. Pada dasarnya kedua jenis pengukuran tersebut
akan menghasilkan hasil yang berbeda.
Jika kita akan mengukur suatu besaran fisika, misalnya panjang suatu
benda, kita dapat melakukannya tanpa harus khawatir dengan kesalahan acak.
Pada dasarnya, kesalahan tersebut akan tetap ada, tetapi nilainya akan kecil,
sehingga mungkin saja tidak terdetekasi. Jadi untuk pengukuran dalam
kehidupan sehari-hari, kesalahan acak bukanlah sesuatu yang terlalu kita
khawatirkan. Dengan kata lain, jika kita mengukur suatu besaran yang dapat
diamati secara langsung, maka kita cukup melakukan pengukuran tunggal
secara hati-hati. Akan tetapi, jika kita akan melakukan pengamatan ilmiah,
kita perlu lebih berhati-hati, khususnya jika menggunakan alat ukur yang
sensitif untuk mencapai hasil yang seakurat mungkin (dapat di percaya).
Pada umunya, pengukuran yang sering dilakukan dalam kegiatan ilmiah
adalah pengukuran berulang. Hal ini karena pengukuran berulang diyakini
dapat mengurangi kesalahan acak. Dalam hal ini, jika kesalahan acak suatu
pengukuran kecil, maka pengukuran tersebut di katakana akurat atau tepat.

3. Ketidakpastian Pengukuran Tunggal dan Pengukuran Berulang


Karena semua pengukuran baik pengukuran tunggal maupun pengukuran
berulang selalu diliputi kesalahan, maka hasil suatu pengukuran harus di
laporkan dengan menyertakan ketidakpastian dari nilai-nilai yang di ukur.Jika
kita melakukan pengukuran tunggal, maka data pengukuran tersebut biasanya
di laporkan sebagai berikut.
1
= ±∆ = ± !"
2
dengan:
X = nilai besaran yang di ukur
X0 = pembacaan skala alau ukur pada pengukuran bearan x
Δt = ketidakpastian mutlak pengukuran besaran x
NST = skala terkecil alat ukur


 perbandingan # adalah ketidakpstian pengukuran.
$

Ketidakpastian relatif ini biasanya di nyatakan dalam persen sebagi berikut:


Ketidakpastian relatif = # % 100%
$
Contoh Soal:
Dalam suatu pengukuran tegangan listrik di peroleh pembacaan sebesar 10,5
volt. Jika alat ukur yang digunakan mempunyai skala terkecil 0,1 volt,
Bahan Ajar

tentukan hasil pengukuran tersebut:


Penyelesaian:

Sementara itu, jika kita melakukan pengukuran berulang, maka data


pengukuran yang dilaporkan sebagai berikut:
% = %̅ ± ∆%
Dengan:
x = nilai besaran yang di ukur
%̅ = nilai rata-rata x
Δx = ketidakpastian mutlak pengukuran sebesar x
% + %* + ⋯ + %,
%̅ =
-

, ∑ 01 2(∑ 01 ) ∑(0 20̅ )


∆% = . atau ∆% = . 1
, ,2 ,(,2 )

Katerangan:
xi= hasil pengukuran besaran x ke-i
n = jumlah pengulangan pengukuran
∆0
= Perbandingan ketidakpastian relatif pengukuran.

Ketidakpastian relatif biasanya dinyatakan dalam persen sebagai berikut:


∆%

∆0
ketidakpastian relatif = 0̅ x 100 %

Pada pengukuran tunggal maupun pengukuran berulang, Δx di sebut


kepastian mutlak. Ketidakpastian mutlak dapat digunakan untuk menentukan
ketepatan hasil pengukuran, semakin kecil harga Δx suatu pengukuran,
semakin tepat hasil pengukuran tersebut dan sebaliknya.
Sementera itu, ketidakpastian relative berhubungan dengan ketelitian
pengukuran. Semakin kecil harga ketidakpastian relative suatu pengukuran,
semakin teliti hasil pengukuran tersebut dan sebaliknya.
Berdasarkan nilai ketidakpastian relatifnya, jumlah angka penting
Bahan Ajar

yang dilaporkan dalam pengukuran berulang memenuhi aturan berikut.


 Jika ketidakpastian relatifnya sekitar 10%, maka memungkinkan dua
angka penting.
 Jika ketidakpastiannya relatifnya sekitar 1%, maka memungkinkan tiga
angka penting.
 Jika ketidakpastian relatifnya sekitar 0,1 %, maka memungkinkan empat
angka penting.

Contoh Soal
1. Ketebalan pelat logam di ukur dengan menggunakan micrometer sekrup
yang diulang sebanyak 10 kali. Hasilnya adalah 0,257 mm; 0,253 mm;
0,259 mm; 0,250 mm; 0,251 mm; 0,257 mm; 0,258 mm; 0,255 mm;
0,252 mm. tentukanlah tebal pelat tersebut.
Bahan Ajar

D Latihan

1. Andi mengukur massa benda dengan menggunakan neraca yang mempunyai


skala terkecil 0,1 gram. Jika hasil pengamatan Andi adalah 3,5 gram, bagaimana
Andi menuliskan hasil pengukurannya?
2. Arman mendapat tugas untuk mengukur suhu air yang sedang mendidih. Ia
melkukan pengukuran sebanyak 5 kali dan hasilnya antara lain, 100,4oC;
100,5oC; 100,1oC; 100,8oC; dan 100,2oC. Bagaimana Arman harus melaporkan
hasil pengukurannya? Tulis juga nilai ketidakpastiannya!

E Evaluasi

1. Tebal dua plat besi yang diukur bergantian menggunakan mikrometer


sekrup, hasilnya masing-masing ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Selisih tebal kedua plat besi adalah ...


a. 1,08 mm d. 2,58 mm
b. 1,58 mm e. 2,68 mm
c. 2,08 mm
Bahan Ajar

2. Perhatikan kelompok besaran berikut:


No Besaran Satuan Dimensi
1 Waktu s [T]
2 Daya Watt [M][L]2[T]-3
3 Kuat arus A [I]
4 Panjang m [P]
Kelompok besaran pokok, satuan, dan dimensi yang benar adalah ...
a. 1, 2, dan 3 d. 4 saja
b. 1 dan 3 e. Semua salah
c. 2 dan 4

3. Perhatikan kelompok besaran berikut:


No Besaran Satuan Dimensi
1 Percepatan m/s2 [M][T]-2
2 Daya Watt [M][L]2[T]-3
3 Debit m3/s [L]3[T]
4 momentum Kg.m/s [M][L][T]-1
Kelompok besaran pokok, satuan dan dimensi yang benar adalah ...
a. 1, 2, dan 3 d. 4 saja
b. 1 dan 3 e. Semua salah
c. 2 dan 4

4. Perhatikan gambar di bawah ini:


2
1 2 44
33

5 5

7 6

Bagian gurat ukur kedalaman, skala nonius dan rahang tetap bawah secara
berurutan ditunjukkan nomor ...
a. 1, 2 dan 3 d. 4, 5 dan 7
b. 4, 5 dan 6 e. 1, 3 dan 6
c. 7, 2 dan 5

5. Hasil pengukuran panjang dan lebar sebidang tanh berbentuk empat persegi
adalah 15,35 m dan 12,5 m. Luas tanah menurut angka penting adalah
Bahan Ajar

a. 191,875 m2 d. 191,9 m2
b. 191,88 m2 e. 192 m2
c. 191,87 m2

6. Seorang siswa SMA mengukur diameter benda dan menghasilkan nilai 8,50
cm. Jika π = 3,14, maka keliling benda tersebut dituliskan dengan aturan
angka penting adalah ... cm
a. 267 d. 0,267
b. 26,7 e. 0,0267
c. 2,67

7. Jika jumlah suatu zat 15 mol, maka jumlah partikel zat tersebut berdasarkan
aturan angka penting dan notasi ilmiah yang tepat adalah ... (NA = 6,02 x
1023 molekul/mol)
a. 90,3 x 1023 molekul d. 9,0 x 1023 molekul
b. 90 x 1023 molekul e. 9,1 x 1023 molekul
c. 9,03 x 1023 molekul

8. Apabila jari-jari bumi 6,4 x 103 km, dengan menggunakan aturan angka penting
dan notasi ilmiah luas permukaan bumi adalah ... m2
a. 1,2 x 108 d. 6,8 x 1016
8
b. 51 x 10 e. 7,9 x 1018
c. 5,1 x 108

9. Perhatikan gambar jangka sorong berikut:

Ketelitian dari jangka sorong di bawah ini adalah ...


a. 0,02 mm d. 0,50 mm
b. 0,10 mm e. 0,05 mm
c. 0,01 mm

10. Suatu plat logam diukur diameternya menggunakan jangka sorong dan
didapat hasil seperti gambar berikut:

Dan ketebalannya diukur menggunakan mikrometer sekrup dan didapatkan


hasil seperti gambar berikut:
Bahan Ajar

Jika plat logam memiliki massa jenis 2,1 x 103 g/cm3 maka massa plat logam
tersebut berdasarkan aturan angka penting dan notasi ilmiah adalah ... gram
a. 1,03 x 105 d. 1 x 104
b. 1,03 x 104 e. 10 x 105
c. 1,0 x 104

F Daftar Pustaka

Giancoli, Douglas C. Fisika Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga


Kanginan, Marthen. 2016. FISIKA untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Nurachmandani, Setya. 2009. FISIKA untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Depdiknas
Sumarsono, Joko. 2009. FISIKA untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Depdiknas
Edukasi.net

Anda mungkin juga menyukai