Anda di halaman 1dari 8

KAP MANAGEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)

I. PENDAHULUAN
Dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal dibidang kesehatan pada saat ini
diupayakan melalui perbaikan mutu pelayanan di fasilitas Puskesmas merupakan fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab dalam menyediakan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat melalui penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan.

Upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan harus diselenggarakan


secara berkualitas adil dan merata, memuaskan seluruh masyarakat yang menjadi tanggung
jawabnya.

II. LATAR BELAKANG


Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat mempunyai kewajiban untuk mematuhi peraturan perundangan yang
terkait dengan bangunan, prasarana, peralatan Puskesmas dan menyediakan lingkungan
yang aman bagi pasien, pengunjung, petugas, dan masyarakat.
Pelaksanaan Program manajemen fasilitas dan keselamatan dilaksanakan secara bertahap
dan terus menerus dengan menitik beratkan pada aspek peningkatan produktivitas tenaga
kerja, perlindungan terhadap tenaga kerja dari penyakit akibat kerja, memberi rasa aman
pada penghuni di lingkungan puskesmas, membantu mempercepat penyembuhan pada
penderita dan menjadikan puskesmas ramah lingkungan.
Puskesmas perlu menyusun pedoman dan program manajemen fasilitas dan keselamatan
(MFK) yang digunakan sebagai acuan dan pedoman kerja yang didalamnya berisi kebijakan,
strategi dan program-program kerja manajemen fasilitas dan keselamatan.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Menciptakan lingkungan kerja dan cara kerja yang aman, bebas dari kecelakaan,
dan penyakit akibat kerja serta menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif
serta mengupayakan penyembuhan penderita secara paripurna.
b. Buku Pedoman ini dapat digunakan sebagai panduan dalam merencanakan dan
melaksanakan semua kegiatan yang berkaitan dengan manajemen fasilitas dan
keselamatan.
2. Tujuan Khusus
a. Lingkungan Kerja
b. Menyediakan dan memelihara lingkungan kerja baik fisik, kimia, biologi yang
mendukung keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Fasilitas Kerja
d. Menyediakan, memelihara, melengkapi fasilitas dan peralatan yang mendukung
produktivitas kerja dan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
e. Sumber Daya Manusia
f. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja ditempat kerja, guna meminimalisasi terjadinya unsafe action yang
dilaksanakan secara lintas program maupun lintas sektor, dan meningkatkan
ketahanan tubuh karyawan terhadap penyakit yang dapat timbul akibat dari
pekerjaan maupun lingkungan kerja.
g. Kebijakan dan Prosedur
h. Menyusun kebijakan dan prosedur, peraturan dan pedoman tertulis yang berkaitan
dengan pelaksanaan program manajemen fasilitas dan keselamatan serta
menerapkannya.
i. Kewaspadaan Bencana
j. Menciptakan lingkungan kerja, sarana dan prasarana beserta pekerja yang siap
siaga dalam mencegah dan menanggulangi kemungkinan terjadinya bencana di
lingkungan kerja.
k. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
l. Melaksanakan evaluasi dari pelaksanaan program keselamatan kerja, kebakaran
dan kewaspadaan bencana, serta menindak lanjuti hasil evaluasi yang telah
dilaksanakan .
III. PERAN PIHAK TERKAIT
Pihak yang terlibat dalam kegiatan adalah kepala puskesmas, kepala tata usaha yang
bertanggung jawab Mangemen Fasilitas Dan Keamanan, Tim Managemen Fasilitas Dan
Keamanan Yang Terdiri Dari Bagian Sarana prasarana, bagian kesehatan lingkungan, Tim
reaksi cepat penanggulangan bencana dan pengamanan kebakaran

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Program keselamatan dan keamanan adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi area berisiko.
Area-area yang berisiko keamanan dan kekerasan fisik perlu diidentifikasi dan
dibuatkan peta, dipantau untuk meminimalkan terjadinya insiden dan kekerasan fisik
baik bagi pasien, petugas, maupun pengunjung yang lain.
2. Identifikasi terhadap pengunjung, petugas, dan pegawai kontrak.
Dilakukan identifikasi terhadap pengunjung, petugas, dan pegawai kontrak dengan
cara pemberian badge / tanda pengenal pada pasien, pengunjung, karyawan,
termasuk tenaga outsource merupakan upaya untuk menyediakan lingkungan yang
aman.
3. Inspeksi fasilitas secara berkala.
Dilakukan inspeksi fasilitas yang meliputi bangunan, prasarana, peralatan Puskesmas
kecuali alat kesehatan, dan halaman/ground. Hasil kerja berupa:
a. hasil pemeriksaan inspeksi fasilitas
b. proposal perbaikan fasilitas yang rusak
c. pelaksanaan perbaikan
4. Pelaksanaan strategi Infection Control Risk Assesment (ICRA)
Pelaksanaan strategi Infection Control Risk Assesment (ICRA) dalam pelaksanaan
program PPI pada renovasi dan atau konstruksi bangunan, untuk memastikan proses
renovasi dan atau konstruksi bangunan dilakukan secara aman dan mengontrol
terjadinya penyebaran infeksi.
5. Penyediaan fasilitas pendukung program keselamatan dan keamanan
Agar dapat berjalan dengan baik, maka program tersebut juga didukung dengan
penyediaan anggaran, penyediaan fasilitas untuk mendukung keamanan dan fasilitas
seperti:
a. penempatan denah puskesmas pada tempat-tempat umum, disertai rambu-rambu
tempat berisiko
b. penyediaan Closed Circuit Television (CCTV),
c. alarm,
d. tempat APAR,
e. jalur evakuasi,
f. titik kumpul,
g. rambu-rambu mengenai keselamatan/ tanda bahaya pada tempat-tempat beresiko
h. tanda- tanda pintu darurat
i. tanda larangan merokok
6. Pemberlakuan kode darurat
Kode-kode darurat minimal yang perlu ditetapkan dan diterapkan seperti:
a. kode merah atau alarm untuk pemberitahuan darurat kebakaran
b. kode biru untuk pemberitahuan telah terjadi kegawatdaruratan medik
c. kode pink untuk pemberitahuan telah tejadi penculikan bayi
Program B3 meliputi:
1. Penetapan jenis, jumlah, area/lokasi penyimpanan B3, termasuk didalamnya
penyediaan TPS limbah B3, IPAL dan rambu-rambu B3 di masing-masing unit kerja
2. Pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan B3, meliputi penggunaan, pemilahan,
pewadahan dan penyimpanan/ TPS B3 serta pengolahan akhir
3. Sistem pelabelan Bahan dan Limbah Berbahaya dan Beracun (B3)
4. Sistem pendokumentasian dan perizinan B3
5. Penanganan tumpahan dan paparan
6. Sistem pelaporan dan investigasi jika terjadi tumpahan dan atau paparan B3
7. Pembuangan limbah B3 yang memadai sesuai peraturan
8. Penggunaan APD yang sesuai untuk penggunaan B3

Program tanggap darurat bencana internal dan eksternal meliputi:


1) identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari bencana yang mungkin terjadi (HVA)
Strategi dan rencana untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai dengan potensi
bencana yang mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya (Hazard
Vulnerability Assesment). Dilakukan identifikasi risiko terjadinya bencana internal dan
eksternal, sesuai dengan letak geografis Puskesmas dan akibatnya terhadap pelayanan.
2) Menentukan peran puskesmas dalam kejadian tersebut
3) strategi komunikasi jika terjadi bencana,
4) manajemen sumber daya,
5) penyediaan pelayanan dan alternatifnya,
6) identifikasi peran dan tanggung jawab tiap karyawan, dan manajemen konflik yang
mungkin terjadi pada saat bencana,
7) peran puskesmas dalam tim terkoordinasi dengan sumber daya masyarakat yang
tersedia, termasuk didalamnya peranan tim kode merah,
8) edukasi berupa pelatihan dan simulasi bencana dimana poin 2-6 harus siap.

program pencegahan dan penanggulangan kebakaran berisi:


a) frekuensi inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan sistem proteksi dan penanggulangan
kebakaran secara periodik (minimal satu kali dalam satu tahun).
b) jalur evakuasi yang aman dari api, asap dan bebas hambatan.
c) proses pengujian sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran minimal dilakukan
satu kali selama kurun waktu 12 bulan.
d) edukasi pada staf terkait sistem proteksi dan evakuasi pasien yang efektif pada situasi
bencana.

Program manajemen peralatan kesehatan yang dimaksud meliputi:


1. inventarisasi alat kesehatan yang perlu dilakukan sesuai dengan ASPAK
2. pemeriksaan berkala alat kesehatan,
Dalam melakukan inspeksi dan testing alat kesehatan secara periodik, petugas
memeriksa antara lain: kondisi, ada tidaknya kerusakan, kebersihan, status kalibrasi, dan
fungsi alat.
3. kalibrasi secara berkala,
Kalibrasi dilakukan sesuai dengan panduan produk tiap alat kesehatan.
4. Recall
Apabila dalam perkembangan dunia teknologi peralatan kesehatan, ada risiko
keselamatan yang menyebabkan dilakukan recall oleh pemerintah dan/atau produsen
dan/atau distributor, maka harus dilaksanakan penarikan agar tidak digunakan dan ada
prosedur yang baku lain yang bisa digunakan untuk menggantikan fungsi alat kesehatan
yang dilakukan recall.
5. Uji coba alat baru dan pelatihan petugas pengguna alat baru untuk memastikan bahwa
petugas memiliki kualifikasi yang sesuai dan kompeten.

Manajemen Sistem utilitas yang harus dipelihara untuk meminimalkan risiko kegagalan
pengoperasian, dan harus dipastikan tersedia 7 (tujuh) hari 24 ( dua puluh empat ) jam
meliputi:
a. sistem listrik bersumber PLN
Sumber listrik cadangan perlu disediakan untuk pengganti jika terjadi kegagalan
ketersediaan listrik.
b. sistem air
Sumber air adalah sumber air bersih dan air minum. Sumber air cadangan perlu
disediakan untuk pengganti jika terjadi kegagalan ketersediaan air. Untuk prasarana
air perlu dilakukan pemeriksaan air bersih, termasuk pemeriksaan uji kualitas air
secara periodik.
c. sistem gas medis.
d. sistem pendukung lainnya seperti generator (Genset), panel listrik, perpipaan air,
ventilasi, sistem jaringan dan teknologi informasi, sistem deteksi dini kebakaran.

Pendidikan petugas sebagaimana dimaksud tertuang dalam rencana program pendidikan


manajemen fasilitas dan keselamatan meliputi:
1. Overview kebijakan pedoman manajemen fasilitas dan keselamatan puskesmas
2. Pelatihan sistem pengelolaan B3, meliputi inventaris, penanganan, penyimpanan,
penggunaan bahan radioaktif dan bahan berbahaya lain, serta pengendalian dan
pembuangan bahan dan limbah B3, termasuk didalamnya pelatihan penggunaan APD
yang sesuai untuk penggunaan dan penanganan tumpahan dan paparan limbah B3
3. Pelatihan dan simulasi dalam pelaksanaan program tanggap darurat bencana
4. Pelatihan pengelolaan, penggunaan dan teknik pemeliharaan alat kesehatan bagi
petugas pelaksana pelayanan terkait
5. Pelatihan dan simulasi program pengamanan kebakaran
6. Pelatihan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh tim managemen fasilitas dan keamanan sesuai
pedoman managemen fasilitas dan keamanan. Setiap kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal.
Pada prinsipnya, kegiatan dilakukan dalam dua kategori, yaitu secara rutin dan bila
diperlukan (insidentil).

Kegiatan rutin adalah


1. Pemutakhiran data file kepegawaian
2. Penentuan persyaratan kompetensi
3. Penyusunan pola ketenagaan dan analisa kebutuhan tenaga
4. Perencanaan penilaian kinerja, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjut penilaian
kinerja
5. Perencanaan pendidikan atau pelatihan
6. Memilih tenaga kesehatan yang ada di puskesmas dan jejaringnya (puskesmas
pembantu) untuk diusulkan menjadi tenaga kesehatan teladan

Kegiatan insidentil adalah


1. Pengumpulan file kepegawaian bagi pegawai baru
2. Pembuatan dan sosialisasi SK uraian tugas
3. Pembuatan dan sosialisasi SK Kewenangan klinis
4. Pembuatan lembar disposisi, SPPD dan surat tugas untuk pelaksanaan pendelegasian
wewenang
5. Pelaksanaan dan evaluasi hasil orientasi karyawan baru dan alih tugas
6. Pelaksanaan dan evaluasi pendidikan atau pelatihan, serta tindak lanjut penerapan hasil
pelatihan terhadap karyawan yang mengikuti pendidikan atau pelatihan

VI. SASARAN
Sasaran kegiatan Managemen Fasilitas dan keamanan adalah semua staf puskesmas,
termasuk didalamnya staf yang bekerja di puskesmas induk, maupun di jaringan puskesmas
(puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan desa/ pondok bersalin desa).

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

WAKTU
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Identifikasi terhadap Dilakukan setiap hari
pengunjung,
petugas, dan
pegawai kontrak.
Dilakukan
identifikasi terhadap
pengunjung,
petugas, dan
pegawai kontrak
dengan cara
pemberian badge /
WAKTU
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
tanda pengenal
2 Identifikasi area √
berisiko
3 Inspeksi fasilitas √
secara berkala.
4
5
6
7
8
9
10
11
12

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi dilaksanakan satu bulan setelah pelaksanaan kegiatan, dan disusun pelaporan
tentang hasil hasil yang dicapai, sedangkan hasil kegiatan berupa laporan rutin dan
insidental.

IX. PENCATATAN , PELAPORAN , DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan sesuai proses kegiatan dan formulir terlampir. Pelaporan dilaksanakan
sesuai jadwal pelaksanaan yang diserahkan kepada ketua tim managemen fasilitas dan
keamanan
Evaluasi kegiatan dilakukan akhir tahun bersamaan dengan laporan tahunan saat pertemuan
tinjauan manajemen.

IDENTIFIKASI AREA BERESIKO

RESIKO
NO RUANGAN
KEBAKARAN KEKERASAN FISIK INFEKSI
1 Aula
2 Kepala Puskesmas
3 Ka tata usaha
4 Sekretariat
5 Admin
6 Poli gigi
7 Poli KIA
8 Poli MTBS / gizi
9 Kasir
10 Poli Umum
11 Loket Pendaftaran
12
13

HASIL PEMERIKSAAN INSPEKSI FASILITAS


NO RUANGAN HASIL INSPEKSI
1 Rawat inap - Beberapa pintu kamar rawat inap ada yang tidak
berfungsi normal
- Pintu kaca belakang pecah
2 UGD - Pintu utama UGD sering loss
3 -
4 -

PENCEGAHAN FASILITAS PROGRAM KESELAMATAN DAN KEAMANAN


NO FASILITAS LAYAK TIDAK LAYAK
1 Denah Puskesmas
2 CCTV
3 Alarm kebakaran
4 Apar
5

HASIL PENGUKURAN SISTEM PROTEKSI DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN


NO LOKASI APAR JENIS KONDISI
1 Aula CO² ED...............
2
3
4

Anda mungkin juga menyukai