B. LATAR BELAKANG
Selama ini Puskesmas telah melaksanakan program Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan, terutama pemeliharaan gedung, pemeliharaan peralatan,
pemeriksaan kesehatan karyawan, kesehatan lingkungan, penanggulangan
kebakaran, penanganan bahan dan limbah B3 dan lain-lain namun belum
optimal dan pada umumnya tidak diawali dengan identifikasi risikonya.
Pelaksanaan pemeliharaan fasilitas/peralatan sudah dilaksanakan, belum
didasarkan kepada pelaksanaan dan analisis resiko. Pemeriksaan fasilitas, uji
fungsi dan identifikasi resiko belum dilaksanakan secara optimal. Sehubungan
hal-hal seperti di atas dirasakan perlu untuk menyusun program Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan dengan melaksanakan program MFK yang lebih
komprehensif, mengutamakan identifikasi resiko untuk keselamatan dan safety
dari fasilitas yang dimiliki Puskesmas sesuai standar-standar yang ditetapkan
akreditasi.
Puskesmas perlu menyusun program manajemen fasilitas dan
keselamatan (MFK) untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien,
petugas, dan masyarakat. Program untuk keselamatan dirancang untuk
mencegah terjadinya cedera bagi pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat
akibat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3 /pmk 52 th 2018), seperti tertusuk
jarum, tertimpa bangunan, kebakaran, gedung roboh, dan tersengat listrik.
Program keselamatan bagi petugas terintegrasi dengan program
keselamatan dan kesehatan kerja. Area-area yang berisiko keamanan dan
kekerasan fisik perlu diidentifikasi dan dibuatkan peta, dipantau untuk
meminimalkan terjadinya insiden dan kekerasan fisik baik bagi pasien, petugas,
maupun pengunjung yang lain. Program untuk keamanan dengan menyediakan
lingkungan fisik yang aman bagi pasien, petugas, dan pengunjung Puskesmas
perlu direncanakan untuk mencegah terjadinya kejadian kekerasan fisik
maupun cedera akibat lingkungan fisik yang tidak aman seperti penculikan bayi,
pencurian, dan kekerasan pada petugas. Agar dapat berjalan dengan baik, maka
program tersebut juga didukung dengan penyediaan anggaran, penyediaan
fasilitas untuk mendukung keamanan dan fasilitas seperti penyediaan Closed
Circuit Television (CCTV), alarm, APAR, jalur evakuasi, titik kumpul, rambu-
rambu mengenai keselamatan dan tanda- tanda pintu darurat.
Bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3 perlu diidentifikasi dan
dikendalikan secara aman. WHO telah mengidentifikasi bahan berbahaya
dan beracun serta limbahnya dengan katagori sebagai berikut: infeksius;
patologis dan anatomi; farmasi; bahan kimia; logam berat; kontainer bertekanan;
benda tajam; genotoksik/sitotoksik; radioaktif. Puskesmas perlu
menginventarisasi B3 meliputi lokasi, jenis, dan jumlah serta limbahnya
disimpan. Daftar inventarisasi ini selalu mutahir (di-update) sesuai dengan
perubahan yang terjadi di tempat penyimpanan. Penyediaan TPS limbah B3 dan
IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Potensi terjadinya bencana di daerah berbeda antara daerah yang satu
dan yang lain. (Identifikasi bencana). Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP) ikut bertanggung jawab untuk berperan aktif dalam
upaya mitigasi dan penanggulangan bila terjadi bencana baik internal maupun
eksternal. Strategi dan rencana untuk menghadapi bencana perlu disusun
sesuai dengan potensi bencana yang mungkin terjadi berdasarkan hasil
penilaian kerentanan bahaya (Hazard Vulnerability Assesment).
Program persiapan bencana disimulasikan (disaster drill) setiap tahun
secara internal atau melibatkan komunitas secara luas, terutama ditujukan
untuk menilai kesiapan sistem program manajemen bencana/disaster. (strategi
komunikasi jika terjadi bencana, manajemen sumber daya, penyediaan
pelayanan dan alternatifnya, identifikasi peran dan tanggung jawab tiap
karyawan, dan manajemen konflik yang mungkin terjadi pada saat bencana).
Setiap karyawan wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan simulasi dalam
pelaksanaan program tanggap darurat agar siap jika sewaktu-waktu terjadi
bencana yang diselenggarakan minimal setahun sekali. Debriefing adalah
sebuah review yang dilakukan setelah simulasi bersama peserta simulasi dan
observer yang bertujuan untuk menindaklanjuti hasil dari simulasi. Hasil dari
kegiatan debriefing didokumentasikan.
Setiap fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas mempunyai risiko
terhadap terjadinya kebakaran. Program pencegahan dan penanggulangan
kebakaran perlu disusun sebagai wujud kesiagaan Puskesmas terhadap
terjadinya kebakaran. Jika terjadi kebakaran, pasien, petugas, dan pengunjung
harus dievakuasi dan dijaga keselamatannya. Yang dimaksud dengan sistem
proteksi adalah penyediaan proteksi kebakaran baik aktif mau pasif. Proteksi
kebakaran aktif, contohnya APAR, sprinkler, detektor panas, dan detektor asap,
sedangkan proteksi kebakaran secara pasif, contohnya: jalur evakuasi, pintu
darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul aman. Merokok berdampak
negatif terhadap kesehatan, dan dapat menjadi sumber terjadinya kebakaran.
Puskesmas harus menetapkan larangan merokok di lingkungan Puskesmas baik
bagi petugas, pasien, dan pengunjung. Larangan merokok wajib dipatuhi oleh
petugas, pasien dan pengunjung, dan dilakukan perbaikan terhadap
pelaksanaannya.
Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dalam pelayanan pasien,
alat kesehatan harus tersedia, berfungsi dengan baik, dan siap digunakan
setiap saat diperlukan. Program yang dimaksud meliputi kegiatan
pemeriksaan dan kalibrasi secara berkala, sesuai dengan panduan produk tiap
alat kesehatan. Dalam Melakukan pemeriksaan alat kesehatan, petugas
memeriksa antara lain: kondisi, ada tidaknya kerusakan, kebersihan, status
kalibrasi, dan fungsi alat. Alat esehatan dapat dilakukan recall oleh pemerintah
dan/atau produsen dan/atau distributor akibat adanya risiko keselamatan. Jika
ada alat kesehatan yang dilakukan recall, harus dilaksanakan penarikan agar
tidak digunakan dan dipandu oleh prosedur yang baku.
Prasarana atau sistem utilisasi meliputi air, listrik, gas medis dan sistem
penunjang lainnya seperti genset, panel listrik, perpipaan air dan lainnya. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien, dibutuhkan ketersediaan listrik,
air dan gas medis, serta prasarana lain, seperti Genset, panel listrik, perpipaan
air, ventilasi, sistem jaringan dan teknologi informasi, sistem deteksi dini
kebakaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas. Program
pengelolaan sistem utilitas perlu disusun untuk menjamin ketersediaan dan
keamanan dalam menunjang kegiatan pelayanan Puskesmas. Sumber air adalah
sumber air bersih dan air minum. Sumber air dan listrik cadangan perlu
disediakan untuk pengganti jika terjadi kegagalan air dan/ atau listrik.
Prasarana air, listrik, dan prasarana penting lainnya, seperti genset, perpipaan
air, panel listrik, perlu diperiksa dan dipelihara untuk menjaga ketersediaannya
untuk mendukung kegiatan pelayanan pasien. Untuk prasarana air perlu
dilakukan pemeriksaan air bersih, termasuk pemeriksaan uji kualitas air secara
periodik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Dalam rangka meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan
keterampilan dalam pelaksanaan manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK)
perlu dilakukan pendidikan petugas agar dapat menjalankan peran mereka
dalam menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan
masyarakat. Pendidikan petugas dapat berupa edukasi, pelatihan, dan in house
training/workshop/lokakarya. Pendidikan petugas sebagaimana dimaksud
tertuang dalam rencana program pendidikan manajemen fasilitas dan
keselamatan.
b. Melaksanakan Pemeriksaan
pengendalian bahan dan limbah cair
limbah berbahaya B3
c. Melaksanakan pelaporan Pemantauan B3 Pelaporan ;
dan investigasi dari 1. Perencanaan
tumpahan, paparan dan 2. Pengadaan
insiden lainnya 3. Penyimpanan
4. Distribusi
5. Pemakaian/penggunaan
6. Kecelakaan kerja akibat
B3
3 MANAJEMEN EMERGENCY
a. Melaksanakan Identifikasi Jenis bencana internal dan
identifikasi bencana bencana eksternal terindentifikasi
internal dan eksternal internal dan
eksternal Staf Puskesmas siaga
Melaksanakan uji sesuai kondisi tanggap
coba/pelatihan Pelatihan bencana darurat
penanggulangan erupsi dan
bencana/disaster penanggulangan
kebakaran
4 PENGAMANAN KEBAKARAN
a. Melaksanakan identifikasi Identifikasi Pengaman kebakaran
pengurangan resiko pengurangan terindentifikasi
kebakaran resiko resikonya
kebakaran.
d. Pelatihan cara penggunaan Teori dan praktek Seluruh staf pengguna alat
peralatan medis (uji fungsi alat medis tahu cara
medis) menggunakan peralatan
medis
6 SISTEM UTILITAS
a. Melaksanakan identifikasi Monitoring Sumber listrik dan air
terhadap resiko kegagalan bersih teridentifikasi
listrik dan air resikonya
g. Melaksanakan proteksi
kehilangan dan kerusakan dari √
fasilitas
√
h. Memastikan bahwa
Puskesmas sebagai
kawasan tanpa rokok
i. Memastikan bahwa Pasien ,
Masyarakat / independen dalam √
3 MANAJEMEN EMERGENSI
a. Melaksanakan identifikasi √
bencana internal dan eksternal.
b. Melaksanakan uji
coba/pelatihan penanggulangan
bencana/disaster √
4 PENGAMANAN KEBAKARAN
a. Melaksanakan identifikasi
pengurangan resiko kebakaran √
b. Melaksanakan pencegahan
kebakaran terhadap bahan
mudah terbakar √
c. Melaksanakan pelatihan
penanggulangan kebakaran
Melaksanakan pemeriksaan, uji √
fungsi peralatan kebakaran dan
pemeliharaan peralatan
5 PERALATAN MEDIS
a. Melaksanakan identifikasi resiko √
dari peralatan medis
b. Melaksanakan pemeriksaan dan √
uji fungsi peralatan medis
c. Melaksanakan pemeliharaan dan
perbaikan peralatan medis
d. Pelatihan cara penggunaan √ √
peralatan medis
√ √
6 SISTEM UTILITAS
a. Melaksanakan identifikasi √
terhadap resiko kegagalan
listrik dan air
b. Melaksanakan uji fungsi dari
sumber alternatif dan sitem
utility lainnya
c. Melaksanakan pemeriksaan
dan perbaikan peralatan
7 PELATIHAN
Melakukan pendidikan dan
pelatihan seluruh program MFK
ke seluruh staf dan pengguna
pelayanan Puskesmas lainnya
sesuai kebutuhan