Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM KERJA

MANAJEMEN FASILITAS
DAN KESELAMATAN

PUSKESMAS RI TANJUNG SARI


DINAS KESEHATAN LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2021
PROGRAM
MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
PUSKESMAS RI TANJUNG SARI TAHUN 2021

A. PENDAHULUAN
Manajemen sarana (bangunan), prasarana, peralatan Puskesmas, dan
keselamatan dan keamanan lingkungan Puskesmas dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundangan-undangan. Sarana (bangunan), prasarana, peralatan
Puskesmas, dan keselamatan lingkungan dikelola dalam Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan
dan dikaji dengan memperhatikan manajemen risiko
Puskesmas yang merupakan suatu Unit Pelaksana Pelayanan Teknis Dinas
Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan, memantapkan, dan mempertahankan
jangkauan dan pemerataan serta mutu pelayanan kesehatan dasar melalui Upaya
Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan menuju peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Salah satu sasaran yang hendak dicapai adalah terwujudnya Puskesmas
sebagai penggerak masyarakat agar mampu melindungi, memelihara, dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
Dalam upaya menyediakan pelayanan yang bermutu maka Puskesmas
merumuskan salah satu misinya yaitu mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan
menjamin keselamatan pasien dan menjadi pusat pelayanan kesehatan dasar yang
berkualitas dan beretika.
MFK di Puskesmas melaksanakan program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan yang merupakan bagian dari komponen keselamatan dan keamanan
lingkungan fisik yang berupaya untuk mengelola semua resiko-resiko yang mungkin
terjadi di dalam pelayanannya dan mempertahankan kondisi aman bagi pasien,
keluarga, staf dan pengunjung.
Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat mempunyai kewajiban untuk mematuhi peraturan
perundangan yang terkait dengan bangunan, prasarana, peralatan Puskesmas dan
menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien, pengunjung, petugas, dan
masyarakat.
B. LATAR BELAKANG
Selama ini Puskesmas telah melaksanakan program Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan , terutama pemeliharaan gedung, pemeliharaan peralatan,
pemeriksaan kesehatan karyawan, kesehatan lingkungan, penanggulangan kebakaran,
penanganan bahan dan limbah B3 dan lain-lain namun belum optimal dan pada
umumnya tidak diawali dengan identifikasi risikonya.
Pelaksanaan pemeliharaan fasilitas/peralatan sudah dilaksanakan, belum
didasarkan kepada pelaksanaan dan analisis resiko. Pemeriksaan fasilitas, uji fungsi
dan identifikasi resiko belum dilaksanakan secara optimal. Sehubungan hal-hal
seperti di atas dirasakan perlu untuk menyusun program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan dengan melaksanakan program MFK yang lebih komprehensif,
mengutamakan identifikasi resiko untuk keselamatan dan safety dari fasilitas yang
dimiliki Puskesmas sesuai standar-standar yang ditetapkan akreditasi .
Puskesmas perlu menyusun program manajemen fasilitas dan keselamatan
(MFK) untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan
masyarakat.Program untuk keselamatan dirancang untuk mencegah terjadinya cedera
bagi pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat akibat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3 /pmk 52 th 2018), seperti tertusuk jarum, tertimpa bangunan, kebakaran,
gedung roboh, dan tersengat listrik.
Program keselamatan bagi petugas terintegrasi dengan program
keselamatan dan kesehatan kerja. Area-area yang berisiko keamanan dan
kekerasan fisik perlu diidentifikasi dan dibuatkan peta, dipantau untuk
meminimalkan terjadinya insiden dan kekerasan fisik baik bagi pasien, petugas,
maupun pengunjung yang lain . Program untuk keamanan dengan menyediakan
lingkungan fisik yang aman bagi pasien, petugas, dan pengunjung Puskesmas perlu
direncanakan untuk mencegah terjadinya kejadian kekerasan fisik maupun cedera
akibat lingkungan fisik yang tidak aman seperti penculikan bayi, pencurian, dan
kekerasan pada petugas. Agar dapat berjalan dengan baik, maka program tersebut
juga didukung dengan penyediaan anggaran, penyediaan fasilitas untuk mendukung
keamanan dan fasilitas seperti penyediaan Closed Circuit Television (CCTV), alarm,
APAR, jalur evakuasi, titik kumpul, rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda-
tanda pintu darurat.
Bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3 perlu diidentifikasi dan
dikendalikan secara aman. WHO telah mengidentifikasi bahan berbahaya dan
beracun serta limbahnya dengan katagori sebagai berikut: infeksius; patologis dan
anatomi; farmasi; bahan kimia; logam berat; kontainer bertekanan; benda tajam;
genotoksik/sitotoksik; radioaktif. Puskesmas perlu menginventarisasi B3 meliputi
lokasi, jenis, dan jumlah serta limbahnya disimpan. Daftar inventarisasi ini selalu
mutahir (di-update) sesuai dengan perubahan yang terjadi di tempat penyimpanan.
Penyediaan TPS limbah B3 dan IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Potensi terjadinya bencana di daerah berbeda antara daerah yang satu dan
yang lain. ( Identifikasi bencana). Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP) ikut bertanggung jawab untuk berperan aktif dalam upaya mitigasi
dan penanggulangan bila terjadi bencana baik internal maupun eksternal. Strategi
dan rencana untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai dengan potensi bencana
yang mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya (Hazard
Vulnerability Assesment).
Program persiapan bencana disimulasikan (disaster drill) setiap tahun
secara internal atau melibatkan komunitas secara luas, terutama ditujukan untuk
menilai kesiapan sistem program manajemen bencana /disaster. ( strategi
komunikasi jika terjadi bencana, manajemen sumber daya, penyediaan pelayanan dan
alternatifnya, identifikasi peran dan tanggung jawab tiap karyawan, dan manajemen
konflik yang mungkin terjadi pada saat bencana).
Setiap karyawan wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan simulasi dalam
pelaksanaan program tanggap darurat agar siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana
yang diselenggarakan minimal setahun sekali. Debriefing adalah sebuah review
yang dilakukan setelah simulasi bersama peserta simulasi dan observer yang
bertujuan untuk menindaklanjuti hasil dari simulasi. Hasil dari kegiatan debriefing
didokumentasikan.
Setiap fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas mempunyai risiko terhadap
terjadinya kebakaran. Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran perlu
disusun sebagai wujud kesiagaan Puskesmas terhadap terjadinya kebakaran. Jika
terjadi kebakaran, pasien, petugas, dan pengunjung harus dievakuasi dan dijaga
keselamatannya. Yang dimaksud dengan sistem proteksi adalah penyediaan
proteksi kebakaran baik aktif mau pasif. Proteksi kebakaran aktif, contohnya APAR,
sprinkler, detektor panas, dan detektor asap, sedangkan proteksi kebakaran secara
pasif, contohnya: jalur evakuasi, pintu darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul
aman.
Merokok berdampak negatif terhadap kesehatan, dan dapat menjadi sumber
terjadinya kebakaran. Puskesmas harus menetapkan larangan merokok di
lingkungan Puskesmas baik bagi petugas, pasien, dan pengunjung. Larangan
merokok wajib dipatuhi oleh petugas, pasien dan pengunjung, dan dilakukan
perbaikan terhadap pelaksanaannya.
Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dalam pelayanan pasien, alat
kesehatan harus tersedia, berfungsi dengan baik, dan siap digunakan setiap saat
diperlukan. Program yang dimaksud meliputi kegiatan pemeriksaan dan kalibrasi
secara berkala, sesuai dengan panduan produk tiap alat kesehatan. Dalam
Melakukan pemeriksaan alat kesehatan, petugas memeriksa antara lain: kondisi,
ada tidaknya kerusakan, kebersihan, status kalibrasi, dan fungsi alat. Alat esehatan
dapat dilakukan recall oleh pemerintah dan/atau produsen dan/atau distributor akibat
adanya risiko keselamatan . Jika ada alat kesehatan yang dilakukan recall, harus
dilaksanakan penarikan agar tidak digunakan dan dipandu oleh prosedur yang baku.
Prasarana atau sistem utilisasi meliputi air, listrik, gas medis dan sistem
penunjang lainnya seperti genset, panel listrik, perpipaan air dan lainnya. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien, dibutuhkan ketersediaan listrik, air dan
gas medis, serta prasarana lain, seperti Genset, panel listrik, perpipaan air, ventilasi,
sistem jaringan dan teknologi informasi, sistem deteksi dini kebakaran yang sesuai
dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas. Program pengelolaan sistem utilitas
perlu disusun untuk menjamin ketersediaan dan keamanan dalam menunjang kegiatan
pelayanan Puskesmas. Sumber air adalah sumber air bersih dan air minum.
Sumber air dan listrik cadangan perlu disediakan untuk pengganti jika terjadi
kegagalan air dan/ atau listrik. Prasarana air, listrik, dan prasarana penting lainnya,
seperti genset, perpipaan air, panel listrik, perlu diperiksa dan dipelihara untuk
menjaga ketersediaannya untuk mendukung kegiatan pelayanan pasien. Untuk
prasarana air perlu dilakukan pemeriksaan air bersih, termasuk pemeriksaan uji
kualitas air secara periodik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Dalam rangka meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan keterampilan
dalam pelaksanaan manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) perlu dilakukan
pendidikan petugas agar dapat menjalankan peran mereka dalam menyediakan
lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan masyarakat. Pendidikan petugas
dapat berupa edukasi, pelatihan, dan in house training/workshop/lokakarya.
Pendidikan petugas sebagaimana dimaksud tertuang dalam rencana program
pendidikan manajemen fasilitas dan keselamatan.

C. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS


1. Tujuan
Umum
Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi pasien dan karyawan
dalam lingkungan Puskesmas .
2. Tujuan Khusus
a. Menyediakan fasilitas yang aman, efektif dan efisien.
b. Mengendalikan secara aman bahan dan limbah berbahaya yang ramah
lingkungan.
c. Menanggapi bila terjadi kedaruratan komunitas, wabah dan bencana.
d. Menjamin seluruh penghuni di Puskesmas aman dari kebakaran, asap atau
kedaruratan lainnya.
e. Menjamin ketersediaan dan berfungsi/laik pakainya peralatan medis.
f. Melindungi penghuni Puskesmas dari kejadian terganggunya,
terkontaminasi atau kegagalan sistem pengadaan air minum dan listrik.

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan


1. Keselamatan dan 1. Pembuatan program Keselamatan dan Keamanan
Keamanan fasilitas puskesmas, serta memonitor untuk
mengamankan area yang diidentifikasi
2. Identifikasi semua staf, pengunjung, pedagang dan semua
area yang beresiko kemananan.
3. Membuat pedoman keselamatan dan keamanan selama
masa pembangunan dan renovasi.
4. Pimpinan Puskesmas memanfaatkan semua sumber daya
yang ada sesuai dengan program.
5. Bila ada badan independen dalam fasilitas pelayanan
akan di survei untuk memastikan, badan tersebut
mematuhi program keselamatan.
6. Pendokumentasian hasil pemeriksaan fasilitas terkini
dan akurat.
7. Melaksanakan tindak lanjut terhadap temuan fisik untuk
mengurangi resiko keselamatan.
8. Menyusun rencana kerja dan anggaran fasilitas sesuai
perundangan yang berlaku, agar fasilitas tetap dapat
beroperasi secara aman dan efektif.
2. Bahan beracun dan 1. Melakukan identifikasi bahan dan limbah berbahaya,
Bahaya Serta mempunyai daftar terbaru bahan berbahaya di
Puskesmas.
2. Membuat rencana dan melaksanakan untuk penanganan,
penyimpanan dan penggunaan yang aman bahan bahan
limbah berbahaya.
3. Menyusun laporan dan investigasi setiap ada tumpahan
atau paparan dan insiden lainnya yang berkaitan dengan
bahan bahan dan limbah berbahaya.
4. Menyusun dan melaksanakan rencana penangganan
limbah berbahaya serta pembuangannya secara aman
sesuai dengan hukum yang berlaku.
5. Menyusun dan melaksanakan prosedur yang benar
dalam menggunakan alat perlindungan diri saat
menangani tumpahan atau paparan.
6. Mendokumentasikan persyaratan izin, lisensi atau
ketentuan staf yang diperbolehkan mengelola bahan dan
limbah berbahaya.
7. Menyusun dan menerapkan rencana untuk pemasangan
label pada bahan dan limbah berbahaya
3. Disaster Plan 1. Pembuatan program kewaspadaan bencana
yaitu melakukan identifikasi kemungkinan bencana
internal dan eksternal, seperti keadaan darurat
masyarakat, wabah bencana alam dan bencana lain.
2. Membuat rencana untuk penanganan
kemungkinan terjadinya kedaruratan bencana
3. Melaksanakan ujicoba / simulasi bencana di Puskesmas
secara tahunan meliputi dan posttest tentang ujicoba
tersebut.
4. Melakukan survei badan independen terhadap fasilitas
pelayanan pasien yang terkait dengan
kedaruratan komunitas, untuk meyakinan bahwa badan
independen mematuhi kesiapan menghadapi bencana
4. Kebakaran 1. Membuat rencana dan melaksankan program K3
bidangpengamanan kebakaran secara terus
menerus untuk memastikan penghuni Puskesmas
aman dari kebakaran,asap dan kedaruratan lain yang
bukan kebakaran.
2. Melakukan survei terhadap badan independen
yang mengelola K3 mematuhi rencana pengaman
kebakaran.
3. Membuat program pengurangan resiko kebakaran
dengan cara melakukan assesmen resiko kebakaran saat
ada pembangunan di atau berdekatan dengan fasilitas
pelayanan dan melakukan deteksi dini terhadap
kebakaran dan asap.
4. Membuat pedoman cara melakukan evakuasi / jalan
keluar yang aman dari fasilitas jika terjadi kebakaran
dan kedaruratan, bukan kebakaran.
5. Puskesmas melaksanakan uji coba system
deteksi kebakaran dan pemadaman kebakaran
Serta pemeliharaannya, serta didokumentasikan.
6. Membuat program pelatihan untuk staf tentang
pengamanan kebakaran dan asap sekurang-kurangnya
setahun sekali.
7. Puskesmas membuat prosedur dan pelaksanaan serta
evaluasi untuk pelarangan merokok bagi pasien,
keluarga, pengunjung dan staf.
5. Sistem 1. Membuat rencana untuk pengadaan,
Utilitas,listrik,air dan pemeliharaan,kalibrasi dan inventaris peralatan medis di
sistem pendukung Puskesmas.
penting lainya 2. Membuat program uji coba alat sesuai dengan
penggunaan dan rekomendasi pabrik serta dilayani oleh
tenaga yang bersertifikat atau dengan surat tugas.
3. Mengumpukan dan mendokumentasikan hasil
pemantauan peralatan medis untuk keperluan
perencanaan dan perbaikan peralatan medis.
4. Membuat dan melaksanakan prosedur penarikan atau
pemusnahan peralatan medis yang di tarik kembali oleh
pabrik atau siplier.
5. Menyusun penggunaan setiap produk dan peralatan yang
dalam proses penarikan kembali dengan peralatan lain
atau peralatan alternatif
6. Peralatan Medis 1. Memastikan Puskesmas memiliki ketersediaan air dan
listrik 24 jam sehari, tujuh hari seminggu.
2. Melakukan identifikasi area pelayanan yang beresiko
tinggi mengalami gangguan listrik dan air, serta
melakukan pencegaan bila terjadi gangguan listrik dan
air dengan cara membuat perencanaan sumber listrik dan
air alternatif bila dalam keadaan emergensi.
3. Membuat jadwal dan melaksanakan ujicoba sumber air
dan listrik alternatif sekurang -kurangnya setahun sekali
atau sesuai dengan undang-undang yang
berlaku Serta mendokumentasikan hasil ujicoba
tersebut.
4. Mengidentifikasi dan mendokumentasikan
hasil pemeriksaan, ujicoba dan pemeliharaan sistem
pendukung,limbah, gas medis, ventilasi dan sistem kunci
(tata cara / juknis) secara teratur.
5. Melakukan pemeriksaan rutin terhadap kualitas air dan
air di ruang hemodialisa oleh petugas yang kompeten
atau otoritas yang berwenang.
6. Melakukan tindak lanjut terhadap dokumentasi hasil
monitoring sistem manajemen pendukung,
kemudian dikumpulkan untuk digunakan sebagai
perencanaan dan peningkatan sistem manajemen
pendukung
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1. Pengusulan dan pembentuk kepanitiaan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan puskesmas


Tanjung Sari.
2. Pelatihan internal dan eksternal tim MFK untuk peningkatkan kompetensi dan komitmen
personal (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
3. Mengadakan rapat rutin bulanan tim MFK atau koordinasi dengan pihak lain.
4. Pemilihan dan pembuatan program MFK.
5. Sosialisasi pelaksanaan program MFK Puskesmas Tanjung sari
6. Laporan Tahunan kegiatan MFK

F. SASARAN
Sasaran umum program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan adalah semua area pelayan-
an pasien, area wilayah kerja staf dan lingkungan Puskesmas Sasaran Pelaksanaan Kegiatan
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan adalah ;
1. Meningkatkan keterlibatan para Karyawan , Pasien dan Pengunjung Puskesmas
terhadap program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
2. Meningkatkan kepedulian terhadap tanggap darurat Bencana, dan Darurat
penanganan Medis
3. Menurunkan angka kejadian resiko kebakaran menjadi nihil kejadian
4. Menurunkan angka kejadian kecelakaan kerja < 10%

G. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pengusulan dan pemben-
tuk Tim MFK
2. Pelatihan internal dan
eksternal Tim MFK
3. Mengadakan rapat rutin
bulanan panitian MFK
4. Pemilihan dan
pembuatan program
MFK
5. Sosialisasi pelaksanaan
program MFK
6. Laporan tahunan
Kegiatan MFK
H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
a. Melakukan pemantauan kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan terhadap
pelaksanaan kegiatan berdasarkan jadwal yang direncanakan
b. Melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap hasil pelaksanaan kegiatan
(berupa data hasil Tabulasi dan Analisa Data) minimal setahun 1 kali
c. Melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut dari hasil laporan tabulasi dan analisa
data bersama seluruh tim MFK minimal setahun 1 kali
I. Pencatatan dan Pelaporan dan evaluasi kegiatan
a. Melakukan pencatatan dan pelaporan dari seluruh hasil evaluasi dan tindak
lanjut program kegiatan MFK.
b. Melakukan evaluasi seluruh kegiatan program MFK bersama direksi minimal
satu tahun 1 kali.

Puskesmas ……..,………….
Kepala Puskesmas

( ………………………………………)

Anda mungkin juga menyukai