Anda di halaman 1dari 26

NTAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN K

RSI AL-IKHLAS
PEMALANG
KENAPA HARUS ADA K3 ?
1. ASPEK LEGAL


UU No. 1 thn 1970 Tentang Keselamatan
Kerja

UU No. 23 thn 1992 Tentang Kesehatan
Kerja

Permenaker No. 5 / Men / 1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
KENAPA HARUS ADA K3 ?
2. ASPEK HAM
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup
dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional
Setiap karyawan (termasuk outsourching) berhak
mendapatkan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja
KENAPA HARUS ADA K3 ?
3. ASPEK EKONOMI

Aman
Sehat
Bebas pencemaran
Nihil kecelakaan & penyakit akibat kerja

K3 TINGKATKAN EFISIENSI & PRODUKTIVITAS


UU No. 1 tahun 1970
BAB V PASAL 9 : Pengurus diwajibkan
menunjukkan dan menjelaskan pada setiap
tenaga kerja baru tentang :
1. Kondisi-kondisi & bahaya-bahaya yang dapat timbul
dalam tempat kerjanya
2. Semua pengamanan & alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerjanya
3. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja
yang bersangkutan
4. Cara & sikap aman dalam melaksanakan
pekerjaannya
UU No. 1 tahun 1970
BAB VIII PASAL 12 : dengan peraturan
perundangan diatur kewajiban & hak tenaga
kerja untuk :
1. Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan
2. Memenuhi dan mentaati semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan
3. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua
syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan
BAHAYA DAN PENGENDALIANNYA
BAHAYA adalah segala sesuatu / kondisi yang
berpotensi pada suatu tempat kerja dimana dengan /
tanpa interaksi dari variabel lain dapat menyebabkan
kematian, cedera / kerugian lain.
JENIS BAHAYA / HAZARD :
Bahaya Fisik : radiasi, tertusuk jarum, terkena kaca, bising.
Bahaya Kimia : kebakaran, ledakan, keracunan
Bahaya Biologi : infeksi, alergi
Bahaya Ergonomi : disain kerja yg buruk
Bahaya Psikologi : stress
PROGRAM PENGENDALIAN BAHAYA
a. Hazard comunication : c. Listrik :
-Kebijakan tertulis - Grounding
-MSDS - Penangkal petir
-Training - MCB
-Login kerusakan alat

d. Lingkungan :
b. Housekeeping :
- Sirkulasi udara (AC, Exhaust)
-Penghancuran dok. penting
-Pemeliharaan lingkungan
-Penyimpanan barang2
e. Emergency action plan :
- Pintu darurat
- Peralatan pemadam
BAGAIMANA MEMBUAT KONDISI DAN
TINDAKAN KERJA TETAP AMAN :

 Mengetahui & mengikuti seluruh prosedur keselamatan yang


telah ditetapkan berkaitan dengan penggunaan bahan
berbahaya
 Mengetahui bagaimana melakukan penanganan bahan
berbahaya yg digunakan dalam proses kerja
 Selalu menggunakan alat pelindung diri saat bekerja
 Menjaga lingkungan kerja tetap bersih dan rapi
 Melakukan pemeliharaan peralatan secara periodik dan terus
menerus
 Mengoreksi kondisi kerja yang tidak aman dengan segera
 Menyediakan sejumlah pintu darurat yang cukup
 Meyediakan peralatan pemadam kebakaran
HIRARKI (URUTAN) DALAM PENGENDALIAN BAHAYA
1. Eliminasi : Menghilangkan sama sekali baik material, proses
maupun teknologi yg berbahaya
2. Substitusi : Mengganti material maupun proses yang berbahaya
menjadi lebih aman
3. Minimalisasi : Mengurangi jumlah material yg digunakan
4. Engineering, dapat melalui :
a. Pengendalian pada sumber : Menghentikan pemajanan ke
pekerja, seperti guarding mesin
b. Pengendalian pada media, seperti exhaust ventilation
c. Pengendalian pada pekerjanya, seperti control room
4. Administratif : Membuat prosedur kerja yg aman, job rotation
5. Pelatihan & supervisi : Mencegah terjadinya kesalahan dalam
melaksanakan pekerjaan, dengan cara sosialisasi SOP/IK,
pengawasan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya
6. APD : Mengurangi pajanan yang diterima oleh pekerja
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
ALAT PELINDUNG DIRI
adalah alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
dari bahaya dalam melakukan pekerjaannya
Jenis APD :
◦ Masker
◦ Gloves / sarung tangan
◦ Helmet
◦ Safety shoes
◦ Eye protection
◦ Body protection
◦ Ear protection
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
1. Pentingnya pemakaian APD :
 Hak pekerja untuk sehat & selamat sehingga menjadi
suatu kewajiban bagi perusahaan untuk menyediakan
APD bagi pekerjanya
 Penyediaan APD merupakan salah satu hierarki
pengendalian bahaya

2. Tujuan penyediaan APD :


 Melindungi pekerja dari bahaya akibat pekerjaannya
 Menurunkan tingkat resiko pemajanan terhadap pekerja
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
3. Mengapa pekerja tidak menggunakan APD ?
● Kebiasaan
● Malas
● Terburu-buru
● Tidak mengetahui resiko
● Motivasi
PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN
1. APAR : alat pemadam api ringan untuk memadamkan api
di lokasi kebakaran.

Jarak maksimal antar APAR 15 m

Penempatan mudah dilihat, mudah diambil, bebas dari
kerusakan, penyebaran merata

Pemasangan menempel di dinding, menempel pada tiang,
dalam lemari khusus

Jenis : CO2, dry chemical powder

Lokasi : dapur induk, pantry, kantin, poliklinik, UGD,
radiologi, laboratorium, farmasi, rehab medik, MCU, OK,
VK, Nurse Station, ICU-IMC, Utilitas, kantor
PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN
2. HYDRANT: untuk memadamkan api apabila terjadi
kebakaran di suatu tempat/ruangan yang tidak dapat
dipadamkan dengan APAR maupun sprinkler.

Terdiri dari hydrant dalam gedung dan hydrant luar gedung

Jarak maksimal antar hydrant 600 m

3. DETECTOR : Untk mendeteksi awal dari suatu kebakaran


yg terjadi pd suatu tempat/ruangan baik asap maupun api

Ada smoke detector, heat detector

Jika asap/api dr suatu kebakaran memasuki alat ini maka
electronic contact menjadi aktif dan akan membunyikan alarm

Jarak antar titik 2 – 3 meter

Penempatan dibawah plafon setiap ruangan
PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN
4. SPRINKLER : untuk memadamkan api apabila terjadi
kebakaran di suatu tempat/ruangan.

Alat penyemprot air otomatis jika api dr suatu kebakaran
mengenai alat ini

Terdapat

Jarak antar titik 3 meter

Penempatan dibawah plafon ruangan
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT
• Kegiatan Rumah Sakit menghasilkan limbah
baik padat, cair maupun gas yang harus dikelola
dengan baik sehingga tidak mengganggu atau
mencemari lingkungan sekitar.

 Sampah/limbah adalah sesuatu bahan/benda


yg tidak dipakai lagi dan dibuang

 Volume sampah medis umumnya hanya 15 %


dari total volume sampah RS

17
Penggolongan Limbah Padat
Limbah Padat (sampah) Rumah Sakit terdiri dari 2 jenis:
1. Sampah Medis :
Berdasarkan penularannya dpt digolongkan menjadi :

Infeksius : Sampah patologi, benda tajam bekas, dari ruang
isolasi, peralatan yg terkontaminasi dg cairan pasien yg
menular. Sepeti jaringan tubuh, darah, kapas/kasa/pembalut
bekas pakai, kantong darah bekas transfusi, kateter / kantong
plastik penampung urine / spuit dan jarum suntik bekas pakai

Non Infeksius : peralatan yg tidak terkontaminasi cairan
(darah, urine, saliva, feses) pasien.seperti botol bekas cairan
infus, botol kaca bekas obat, obat kadaluarsa.

Sampah infeksius ditempatkan dalam tempat sampah dg


plastik kuning, kecuali spuit dan jarum suntik dimasukkan
dalam box khusus sampah infeksius
18
2. Sampah Non Medis (Domestik) : Sisa makanan,
sampah tanaman, kertas / plastik bekas
Tindakan akhirnya :
 Didaur ulang
 Dijadikan kompos
 Dibuang

Sampah domestik dikemas menggunakan plastik hitam

Perkiraan volume sampah Rumah Sakit dapat dihitung


dg rumus : 3,2 kg / Tempat Tidur / Hari (studi depkes
tahun 1996)

Sampah domestik sebesar 85 % dari total volume


sampah Rumah Sakit
YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
PENGOLAHAN LIMBAH PADAT:
Pemilahan sampah (limbah padat) merupakan aspek
penting & salah satu kunci sukses dalam rangkaian
penanganan sampah Rumah Sakit
Prinsip pemilahan :
◦ Dilakukan di sumbernya
◦ Sampah non medis tidak boleh tercampur dengan sampah medis
◦ Mempertimbangkan sifat, penularan, tindakan akhir, ketersediaan
tempat, dll
Sebab harus dilakukan pemilahan:
◦ Banyak sampah yg dimedisinfeksiuskan
◦ Sampah medis infeksius terlepas ke lingkungan jika tercampur dg
sampah domestik
◦ Sebaran potensi penyakit jika sampah medis infeksius tercampur
LIMBAH PADAT

Administrasi / Sampah Padat Menggunakan plastik


Kantor Non Medis hitam
(Domestik)

Dapur / Kantin

Menggunakan
Sampah Padat
plastik kuning
Keperawatan Medis Infeksi

Laboratorium
Radiologi Menggunakan
Sampah Padat
Medis Non Infeksi plastik hitam
Farmasi

21
PENGGOLONGAN LIMBAH
CAIR
Limbah Cair Rumah Sakit dibagi dalam :
 Limbah yang berasal dari saluran air bekas (wastafel / zink)
dan air kotor (toilet / slopzink). Khusus untuk limbah yang
mengandung lemak (dapur/pantry/kantin) sebelum dibuang
dalam saluran / instalasi plumbing harus melalui Grease
Trap.
 Limbah yang berasal dari air hujan akan dialirkan dalam
drainase yang terdapat di halaman maupun sumur resapan.
 Limbah yang berasal dari Radiologi, yaitu larutan developer
dan fixer yang sudah digunakan. Dimasukkan dalam
kategori B3 karena mengandung perak yang tidak dapat
diuraikan dalam IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
sehingga perlu penanganan khusus.

22
LIMBAH CAIR

KM / Toilet

Disposal STP / IPAL

Wastafel /Zink
Grease
Trap

Wastafel /Zink Tempat Di kamar gelap


Dapur/Kantin Penampungan Radiologi
Sementara
(galon)
Developer /
Fixer
Drainase /
Sumur Resapan
Air Hujan
23
BAGAN STP

Grease Collector Bak Bak Bak


Bak Aerasi Sedimentasi 2
Ekualisasi Sedimentasi 1

Grease Trap
Bak
Klorinasi
Bak
Bak Penampung
Penyaringan Lumpur
screen
Saluran Bak Effluen
Kota
PPLI B3
Limbah Cair
(air kotor/bekas) PPLI B3: Pabrik Pengolahan Limbah Infeksius dan B3
24
Pengelolaan Limbah Sesuai Jenisnya

Air Kotor / Saluran


Air Bekas
STP Kota

Cair

Fixer / TPS
BATAN
Developer Radiologi
Limbah

TPS Non
Non Medis TPA
Medis
Padat
Non Infeksi

Medis TPS Medis Incenerator

Infeksi

25
LIMBAH GAS

Folatyl Agents merupakan sisa- sisa pembuangan gas


anaesthesi, terdiri dari :
 CO2
 Expirasi pasien : sisa obat dan N2O
 Ether & Haloten : menyebabkan nefrotoksik dan
hepatotoksik

Penanganannya melalui instalasi khusus (scavenging


suction) yang berada pada ceiling column

26

Anda mungkin juga menyukai