Anda di halaman 1dari 31

TEAM PPI

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS &


BENDA TAJAM
LATAR BELAKANG

 PMK NO 27 thn 2017 tentang pedoman pencegahan dan


pengendalian infeksi di fasyankes
 Pp no 47 thn 2016 tentang fasyankes: jenis fasilitas pelayanan
kesehatansebagaimana di maksud dalam pasal 3 terdiri atas :
tempat praktek mandiri tenaga kesehatan, pusat kesehatan
masyarakat, klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium kesehatan
umit transfusi darah fasilitas pelayanan kesehatan.
 Peraturan pemerintah no 101/2014 tentang pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun
 Peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan no. P.56/2015
tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan.
 Kebersihan tangan
 APD
 lingkungan  
 Penanganan limbah
 Pemrosesan alat kesehtan
 Penanganan linen
 Perlindungan kesehatan karyawan
 Penempatan pasien
 Etika batuk/bersin
 Penyuntikan aman
 Praktik lumbal pungksi

 Kontak 
 Drpolet 
 Airborne 
PENGERTIAN

Limbah medis Limbah non-medis

pengertian limbah adalah segala


jenis sampah yang mengandung Limbah non medis/non infeksius
bahan infeksius (bahan yang adalah yang dihasilkan dari
berpotensi infeksius)biasanya kegiatan fasyankes diluar medis,
berasal dari fasilitas kesehatan biasanya berasal dari kegiatan :
seperti tempat praktek dokter, perkantoran, taman, halaman,
rs, praktek gigi, laboratorium, Rawat Inap, Rawat Jalan, Dapur
puskesmas dan klinik dan lain–lain.
LIMBAH BENDA TAJAM

Adalah benda yang memiliki sudut tajam


atau runcing yang dapat memotong atau
menusuk kulit, seperti : jarum suntik,
bisturi, blood lancet, pecahan kaca, ampul
obat.
TUJUAN

1) Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan


masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan dari
penyebaran infeksi dan cidera.
2) Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas,
limbah infeksius, limbah kimiawi dan farmasi) dengan aman.

Tujuan pengelolaan limbah benda tajam


Agar limbah benda tajam yang dihasilkan oleh Fayankes
maupun tempat layanan Kesehatan lainnya dapat tertangani dengan
baik dan tidak menimulkan cedera bagi karyawan , petugas
kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitarnya
PENEMPATAN LIMBAH SESUAI JENISNYA

 Limbah infeksius: Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh masukkan
kedalam kantong plastik berwarna kuning. Contoh: sampel laboratorium, limbah
patologis (jaringan, organ, bagian dari tubuh, cairan tubuh, produk darah yang
terdiri dari serum, plasma, trombosit dan lain-lain), diapers dianggap limbah
infeksius bila bekas pakai pasien infeksi saluran cerna, menstruasi dan pasien
dengan infeksi yang di transmisikan lewat darah atau cairan tubuh lainnya. −
 Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan tubuh,
masukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam. Contoh: sampah rumah
tangga, sisa makanan, sampah kantor.
 Limbah benda tajam: Limbah yang memiliki permukaan tajam, masukkan kedalam
wadah tahan tusuk dan air. Contoh: jarum, spuit, ujung infus, benda yang
berpermukaan tajam.
 Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair (spoelhoek).
RESIKO LIMBAH FASYANKES

 Sumber penularan penyakit


 pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan,
 Menimbulkan kesan tidak estetika/indah
 Menyebabkan infeksi
YANG BERESIKO TERKENA BENDA
TAJAM

 MEDIS
 PERAWAT
 PETUGAS KEBERSIHAN
 PENGUNJUNG
 MASYARAKAT SEKITAR
LIMBAH FASYANKES Limbah padat yang di
hasilkan dari kegiatan di
Limbah fasyankes di luar medis
fasyankes Padat Non B3 yang berasal dari
perkantoran, taman dan
dapur

 limbah infeksius
 Limbah patologi
Gas Cair  Limbah benda tajam
 Limbah farmasi
B3 medis
 Limbah sitotoksis
(limbah berasal dari
sisa obat pelayanan
 Semua limbah yang  Semua air buangan termasuk kemoterapi).
berbentuk gas yang tinja yang berasal dari  Limbah kimiawi
berasal dari kegiatan kegiatan fasyankes yang  Limbah radioaktif
pembakaran di rumah kemungkinan mengandung
sakit seperti miikroorganisme, bahan
insinerator, dapur, kimia beracun dan radioaktif
anastesi, dan yang berbahaya bagi
pembuatan obat kesehatan.
citotoksik
PROSES PENGELOLAAN B3

 Langkah ke-1 : pengurangan dan pemilahan


Pemilahan limbah di lakukan mulai dari sumber oleh penghasil
limbah (mis.perawat), wadah dinamai sesuai kategori / kelompok
limbah dan diberikan kantong plastik seuai warna, jarum suntik bisa
disediakan safty box
 langkah ke-2 : pewadahan dan penyimpanan
penyimpanan limbah dapat ditempatkan di area medikal tetapi
jauh dari pasien dan akses umum. Dan kontainer penyimpanan
untuk limbah infeksius sebaiknya di beri label dan tertutup.
 langkah ke-3 : pengangkutan
1. Pengumpulan limbah minimum setiap hari atau sesuai kebutuhan
2. Setelah limbah di ambil. Harus segera dilakukan penggantian kantong/wadah
3. Limbah di angkut sebelum penuh (3/4 dari volume limbah)
4. Klinik yang kerjasama dengan pengelolaan limbah setiap 2 hari sekali di ambil.
 langkah ke-4 : pengolahan
Limbah infeksius dimusnahkan dengan insenerator.
Limbah non-infeksius dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Limbah benda tajam dimusnahkan dengan insenerator.
Limbah cair dibuang ke ke tempat pembuangan/pojok limbah
(spoelhoek)
Limbah feces, urin, darah dibuang ke tempat pembuangan/pojok
limbah (spoelhoek).
 langkah ke-5 : penguburan
 langkah ke-6 : penimbunan
 Pemilahan dilakukan mulai dari
sumber oleh penghasil limbah (mis:
perawat). Di setiap sumber/ ruangan
ditempatkan wadah yang sesuai
dengan limbah yang dihasilkan.
 Wadah dinamai sesuai kategori/
kelompok limbah dan diberikan
kantong plastik sesuai warna
 Jarum suntik bisa disediakan safety
box di tempat dilakukan
tindakan.Setelah menyuntik, suntik
langsung dimasukan ke dalam safety
box
 Jarum suntik juga bisa menggunakan
needle cutter atau needle destroyer
untuk memisahkan siringe dan
jarumnya.
PENGELOLAAN LIMBAH BENDA
TAJAM

 Tersedia Wadah yang tidak  3. — Mempunyai petugas


mudah tembus oleh benda yang berpengalaman dan
tajam / tusukan, tahan bocor mempunyai pengetahuan
dan tertutup berlabel tentang Limbah benda tajam
biohazard yang kuning • di Rumah sakit —/fasyankes
 Mempunyai penutup yang  Limbah benda tajam yang
tidak bisa dibuka kembali telah di kemas pada
tempatnya setelah berisikan ±
2/3 bagian kemudian dibawa
ke incinerator untuk dibakar /
dimusnahkan
CONTOH PENGELOLAAN JARUM SUNTIK
SETELAH DI PAKAI

Gunakan one hand


Jangan menekuk/mematahkan jarum yang telah
di pakai
Segera buang jarum/needle ke saftybook
Kontainer benda tajam diletakan dekat lokasi
tindakan
Setiap ruangan tindakan harus tersedia
countainer atau saftbox minimal 2
PEMILAHAN DAN PEWADAHAN

Limbah medis Limbah benda tajam


PEMILAHAN DAN PEWADAHAN
PENGELOLAAN PERALATAN
HABIS PAKAI ( DEKONTAMINASI )
PENGERTIAN

Dekontaminasi
Suatu proses untuk menghilangkan /memusnahkan
mikroorganisme dan kotoran yang melekat pada peralatan
medis/objek sehingga aman untuk penggunaan selanjutnya ,ada
tiga bagian untuk dekontaminasi: pembersihan, disinfeksi dan
sterilisasi

Disinfeksi
Suatu proses untuk menghilangkan /memusnahkan
mikroorganisme (virus,bakteri,jamur,parasite) kecuali endospore
pada berbagai peralatan medis/objek dengan

Sterilisasi
Suatu proses menghancurkan/memusnahkan semua bentuk
mikroorganisme (virus,bacteri,jamur,parasite)termasuk endospore
melalui proses fisika dan kimiawi dengan menggunakan mesin
sterilisator
PERALATAN NON KRITIKAL

BAHAN AKTIF
UNTUK
PERALATAN NON
PERALATAN NON
KRITICAL
KRITIKAL
1. DETERGEN
1. STETOSKOP
2. ALKOHOL( 70-
2. TERMOMETER
90 %)
3. MANSET TENSI
3. SODIUM
METER
HYPOCLORITE
4. MONITOR
4. PHENOLIC
5. TEMPAT TIDUR
5. Quaternary
PASIEN
Ammonium
6. MEJA OPRASI/
DENTAL CARE
7. SEPATU,
GOOGLE/FACE
SHIELD
8. LINGKUNGAN
PERALATAN KRITIKAL
DTT
PERALATAN SEMI KRITIKAL - PANAS : WASHER BED/
DISH WASHER 70-80°C
- RADIASI
- FILTRASI
- GAS KIMIAWI
- CAIRAN KIMIA

Bahan Kimia Untuk DTT


1. Glutaraldehyde
solutions
Endotrakea
2. Hydrogen peroxide
Tube ( ETT)
solutions
3. Ortho-phthalaldehyde
(OPA) solutions
4. Peracetic acid–
hydrogen peroxide
solutions
5. Sodium hypochlorite
solutions
PROSES PEMBERSIHAN

 Precleaning adalah proses mengangkat kotoran berupa


darah,sputum,lendir dengan cara di siram di air mengalir
(dilakukan oleh petugas di unit/pengguna segera setelah di pakai)
 Cleaning adalah menghilangkan material asing(kotoran) dan
material organik yang melekat pada permukaan instrumen
dengan menggunakan air dan enzymatik deterjen
 Proses pembersihan dilakukan dengan dua cara: Manual &
Mesin mekanik( washer disinfector dan ultra sonik )
PEMBERSIHAN
Menggunakan mesin

Manual
Washer disinfector Ultrasonic cleaner
PROSES PEMBERSIHAN

5 elemen utama untuk pembersihan yang efektif :


1. Air pelarut: Ketersediaan air berkualitas baik sangat penting; air harus lunak
(dengan kandungan mineral dan garam rendah). Tersedia sistem water
softener.
2. Bahan kimia : Air saja bukanlah pembersih yang efektif; deterjen enzymatik
berfungsi mengangkat bahan organik. Pastikan untuk menggunakan deterjen
enzymatic yang direkomendasikan untuk alat medis.
3. Suhu: Panas meningkatkan kinerja deterjen enzymatic , tetapi tidak pada
suhu di atas 45 ° C. Pastikan suhunya tidak terlalu tinggi atau bahan dengan
protein akan menggumpal.
4. Kontak waktu: Waktu kontak yang disarankan agar detergen enzymatic
berinteraksi dengan berbagai permukaan harus dipatuhi.Jangan terburu-buru.
5. Mekanis : Tindakan mekanis penting untuk pembersihan. Ini paling baik
dilakukan dengan menggunakan sikat nilon lembut, yang tidak merusak
permukaan peralatan. Lakukan tindakan menyeka, menyiram, menyikat, dan
menyemprot
DETERGEN UNTUK PEMBERSIHAN

• Gunakan detergen enzimatik yang direkomendasikan oleh produsen


instrument
• Bila tidak deterjen enzimatik, gunakan deterjen lokal yang tersedia
untuk mencuci alat
• Pengenceran deterjen benar-benar larut, setelah pembersihan
menyeluruh dengan deterjen enzimatik/deterjen (untuk mengurai dan
membantu mengeluarkan kotoran), instrumen harus dibilas dengan air
mengalir dan keluarkan seluruhnya dari instrument
• Larutan Deterjen tidak boleh digunakan lebih dari satu hari (24jam).
• Wadah yang digunakan untuk membuat deterjen harus dibilas setelah
digunakan dan dikeringkan
• Tidak perlu merendamnya dalam hipoklorit atau larutan disinfektan
lainnya sebagai bagian dari proses pembersihan
TATA LAKSANA PENGELOLAAN INSTRUMEN SECARA MANUAL

1. Lakukan kebersihan tangan


2. Gunakan APD ( tutup kepala, masker, face shile/google, gaun,
sepatu tertutup )
3. Keluarkan instrument dari container/ wadah
4. Rendam dalan larutan enzymatic cidezym/ detergen lokal
5. Rendam sampai terendam seluruh permukaan intrument dengan
waktu 1 s/d 10 menit
6. Setelah itu sikat seluruh permukaan dalam larutan enzymatik
sampai bersih
7. Bilas dengan air hangat sambil di cek apakah masih ada kotoran
yang melekat atau tidak.
8. Bila peralatan non kritikal maka peralatan tersebut di keringkan
di kemas atau di masukan wadah/countainer bersih
TATA LAKSANA PENGELOLAAN INSTRUMEN SECARA MANUAL

9. Bila alat akan di lakukan DTT(peralatan semikritikal) rendam


instrument dalam larutan disinfectan( larutan klorin 0,5 % ) lama
perendaman selama 20-30 menit
10. Setelah itu bilas dengan air dan di lap dengan lap steril
11.Berikan label tanggal DTT
12. Bila peralatan kritikal setelah proses dilakukan pengemasan dan
sterilisasi
13. Buka APD sesuai tata cara pelepasan sesuai SPO
14. Lakukan kebersihan tangan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai