Anda di halaman 1dari 22

LIMBAH

Dewi Lidiawati, S.Si., M.Si


Limbah menurut KEMENKES nomor 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit, adalah semua yang dihasilkan dari suatu kegiatan baik dalam
bantuk padat, air dan gas. Limbah adalah hasil buangan dari suatu kegiatan dalam
bentuk materi yang menurut jenis dan kategorinya mempunyai daya perusak untuk
manusia atau lingkungan sekitarnya. Menurut WHO limbah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Limbah nonmedis adalah semua barang sisa pakai diluar limbah medis.
Merupakan bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi
(barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya. Dari
segi ekonomis, limbah adalah bahan buangan yang tidak ada harganya, dan
dari segi lingkungan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan
gangguan pada kelestarian lingkungan.
Limbah padat rumah tangga
beradasarkan jenisnya:
• a. Sampah Organik adalah sampah
yang bisa terurai dengan
sendirinya karena bisa membusuk
b. Sampah Anorganik
misalnya sisa-sisa makanan,
adalah limbah yang tidak bisa atau
sayuran, buah-buahan, nasi, dan
sulit diuraikan oleh proses biologi
sebagainya.
misalnya plastik, kaca, bersumber dari
Dampak dari pembuangan limbah peralatan rumah tangga,
organik yang mengandung protein
alumunium, kaleng, dan sebagainya.
akan menghasilkan bau yang tidak
Akibat dari menumpuknya
sedap/busuk dan menyebabkan limbah seperti ini (plastik, styrofoam,
eutrofikasi atau menjadikan dan lain-lain) selain
perairan terlalu subur sehingga
menggangu pemandangan dapat
terjadi ledakan jumlah alga dan
menjadi polutan pada tanah.
fitoplankton yang saling berebut
mendapat cahaya untuk
fotosintesis.
Pengelolaan yang dianjurkan untuk menangani
masalah limbah rumah tangga

Pemilihan

Pewadahan
Konsep 3R

LIMBAH

Pengumpulan
TPS

Pengangkut
an
Hal yang dilakukan untuk Mengurangi
produksi sampah

Menggunakan bahan atau barang yang awet.

Mengurangi penggunaan barang sekali pakai.

Mengurangi belanja barang yang tidak terlalu dibutukan.


Merawat dan memperbaiki pakaian, mainan, perkakas dan
peralatan rumah tangga daripada menggantinya dengan yang baru.
Menggunakan kantong plastik (kresek)3 sampai 5 kali untuk
berbelanja.
Menggunakan keranjang atau kantong yang dapat digunakan
berulang ulang.
Air Limbah (Dihasilkan dari kegiatan
mandi dan mencuci)
• Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah
cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, restoran,
penginapan, mall dan lainlain. Contoh : air bekas cucian
pakaian atau peralatan makan, air bekas mandi, sisa
makanan berwujud cair dan lain-lain.
• Pengelolaan air limbah rumah tangga dapat dilakukan
dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan
Limbah Medis

• Limbah medis adalah sisa-sisa Limbah


produk baik itu biologis berbahaya
maupun non biologis yang

15
dihasilkan oleh rumah sakit,

%
klinik, puskesmas, maupun 85%
fasilitas kesehatan lainnya
termasuk laboratorium
kesehatan. Limbah medis bisa
berupa darah, cairan tubuh,
tubuh, maupun alat-alat yang Limbah pada
sudah terkontaminasi seperti umumnya
jarum suntik, kain kasa, selang
infus, dan lain-lain.
Jenis-jenis limbah medis menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO).
Limbah infeksius adalah limbah yang mengandung darah atau cairan tubuh yang
biasanya berasal dari prosedur medis tertentu, seperti operasi atau pengambilan
sampel di laboratorium, Baik darah maupun cairan tubuh, seperti air liur, keringat,
dan urine, yang mengandung bakteri, virus, maupun sumber penyakit lain yang bisa
menular. Limbah ini juga bisa berasal dari berbagai bahan sekali pakai yang
digunakan untuk menyerap darah atau cairan tubuh, seperti kain kasa atau selang
infus.

Limbah patologis adalah limbah medis yang berupa jaringan manusia,


organ dalam tubuh, maupun bagian-bagian tubuh lainnya. Limbah ini
biasanya dihasilkan setelah prosedur operasi dilakukan.
Limbah benda tajam. Biasanya berupa bekas pakai alat-alat yang
tajam seperti jarum suntik, pisau bedah sekali pakai, maupun silet
akan digunakan
Limbah kimia. Selain yang bersifat biologis, limbah medis juga bisa bersifat kimia. Contoh
limbah kimia dari fasilitas kesehatan adalah cairan reagen yang digunakan untuk tes
laboratorium dan sisa cairan disinfektan
Limbah farmasi. Contoh limbah farmasi di fasilitas kesehatan adalah obat-obat yang
sudah kedaluwarsa, maupun yang sudah tidak layak konsumsi karena adanya
kontaminasi. Selain obat, vaksin yang tak terpakai juga masuk sebagai kategori
limbah farmasi.
Limbah sitotoksik adalah buangan atau sisa produk dari barang-barang
beracun yang sifatnya sangat berbahaya karena bisa memicu kanker hingga
menyebabkan mutasi gen. Contoh limbah sitotoksik adalah obat yang
digunakan untuk kemoterapi.

Limbah radioaktif adalah limbah yang berasal dari prosedur


radiologi, Seperti rontgen, CT Scan, maupun MRI. Limbah tersebut
bisa berupa cairan, alat, maupun bahan lain yang digunakan yang
sudah terpapar dan bisa memancarkan gelombang radioaktif.

Limbah biasa. Sebagian besar limbah medis merupakan


limbah biasa yang dihasilkan dari kegiatan harian
di fasilitas kesehatan rumah sakit, seperti makanan
untuk pasien, bungkus plastik alat medis, dan lain-lain
Resiko limbah medis
Jika tidak dikelola dengan baik limbah medis dapat membahayakan.
terutama bagi para petugas medis dan petugas kebersihan rumah
sakit. Berikut ini beberapa risiko yang mungkin timbul:
Luka atau sayatan akibat tertusuk jarum
suntik bekas atau pisau bedah bekas

Paparan racun yang membahayakan kesehatan

luka bakar kimiawi

Peningkatan, polusi udara apabila limbah medis


dimusnahkan dengan cara dibakar

Risiko terkena paparan radiasi berlebih tanpa pengaman

Peningkatan risiko penyakit berbahaya seperti HIV dan hepatitis


Pengelolaan Limbah Medis
Protokol pengelolaan limbah medis telah diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit. Berdasdarkan peraturan tersebut, limbah yang termasuk dalam limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3), harus menjalani tahap-tahap khusus sebelum dibuang.

Limbah infeksius dan benda tajam perlu melalui proses sterilisasi terlebih
dahulu sebelum akhirnya dibakar menggunakan alat khusus dan dibuang.

Limbah farmasi padat dalam jumlah besar, harus dikembalikan kepada


distributor. Sementara jika jumlahnya kecil atau tidak memungkinkan untuk
dikembalikan, harus dihancurkan atau diserahkan ke perusahaan khusus
pengolahan limbah B3.
Limbah sitotoksik, logam maupun kimiawi harus diolah dengan cara
khusus sebelum dibuang. Bila fasilitas kesehatan tidak mampu
melakukannya, limbah harus diserahkan kepada perusahaan khusus
pengolahan limbah B3.

Limbah kimia dan medis dalam bentuk cair harus disimpan dalam kontainer
yang kuat. Dan tidak boleh dibuang langsung ke saluran pembuangan.
Sistem pengolahan dan pembuangan
limbah medis antara lain :
• Pemanasan dengan uap
(Autoclaving). sering
digunakan untuk
Insenerator. Insenerator
perlakuan limbah
Desinfeksi (Desinfection) adalah sebuah proses yang
infeksius dengan prinsip
Peranan desinfeksi untuk memungkinkan materi
pemanasan dengan uap di
institusi yang besar terbatas combustible (mudah
bawah tekanan. Perlakuan
penggunaannya. Limbah terbakar) seperti halnya
dengan suhu tinggi pada
medis dalam jumlah kecil limbah organik mengalami
periode singkat akan
dapat didesinfeksi dengan pembakaran, Tetapi dalam
membunuh bakteri dan
bahan kimia seperti pengoperasiannya
mikroorganisme yang
hipoklorit atau permanganat. memerlukan perhatian lebih
membahayakan.
Tetapi kemampuan desinfeksi terhadap residu yang
Kekurangannya adalah
untuk terserap limbah akan dihasilkan baik ke udara
tidak dapat digunakan
menambah bobot sehingga maupun abu yang dibuang
untuk volume limbah
ke lahan. Jika fasilitas
yang besar
insenerasi tidak tersedia,
limbah medis dapat ditimbun
dengan kapur dan ditanam.
Limbah medis bahan beracun dan
berbahaya
• Limbah medis termasuk dalam kategori limbah
berbahaya dan beracun adalah limbah klinis,
produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium
terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah
laboratorium, dan residu dari proses insinerasi.
Jenis limbah B3 Menurut Riyanto Ph, D dalam bukunya yang berjudul “Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3)

• Memancarkan radiasi. Bahan yang memancarkan gelombang


elektromagnetik atau partikel radioaktif yang mampu mengionkan
secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang dilaluinya,
misalnya sinar X, sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, dan lain-lain.
• Mudah meledak. Bahan yang mudah membebaskan panas dengan
cepat tanpa disertai pengimbangan kehilangan panas, sehingga
kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan tekanan meningkat pesat
dan dapat menimbulkan ledakan. Bahan mudah meledak apabila
terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan ledakan.
• Mudah menyala atau terbakar. Bahan yang mudah membebaskan
panas dengan cepat disertai dengan pengimbangan kehilangan
panas, sehingga tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala.
Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai titk nyala ( flash
point) rendah (210o C).
• Oksidator. Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga
terjadi reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi eksothermis (keluar panas).
• Racun. Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang
dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke
dalam tubuh melalui pernapasan kulit atau mulut.
• Korosif. Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan
proses pengaratan pada lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari
6,35 mm per tahun dengan temperatur uji 55oC, mempunyai pH sama
atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa).
• Karsinogenik. Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat
merusak jaringan tubuh.
• Iritasi. Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan
selaput lender.
• Teratogenik . Sifat bahan yang dapat memengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
• Mutagenik Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom
yang berarti dapat merubah genetika.
• Arus listrik
PRINSIP DASAR PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN B3
• Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan
ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan
karakteristiknya.Hasil identifikasi diberi label
atau kode untuk dapat membedakan satu sama
lainnya.
• Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah
atau tindakan yang diperlukan sesuai sifat dan
karakteristik dari bahan atau instalasi yang
ditangani sekaligus memprediksi risiko yang
mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
• Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan
identifikasi dan evaluasi yang dilakukan meliputi:
- Pengendalian operasional penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD)
- Pengendalian organisasi, administrasi
seperti pemasangan label
- Inspeksi dan pemeliharaan sarana,
prosedur dan proses kerja yang aman.
- Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja
sesuai jumlah ambang.
PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN
• Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan,
menangani tumpahan, menggunakan, dan lain-lain)
B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis bahan
dan cara penanganan dengan melihat SOP dan
MSDS yang telah ditetapkan
1. Penanganan untuk personil.
Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan.

Baca petunjuk yang tertera pada kemasan.

Letakkan bahan sesuai ketentuan.

Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk.

Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan.

Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang sama.

Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata.

Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas.


Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penempatan bahan,
hindari terjadinya tumpahan/kebocoran.
Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan
bahaya/kecelakaan atau nyaris celaka (near-miss) melalui formulir yang telah
disediakan dan alur yang telah di tetapkan.
2. Penanganan berdasarkan lokasi

• Daerah-daerah yang berisiko (laboratorium,


radiologi, farmasi, dan tempat penyimpanan,
penggunaan, dan pengelolaan B3 yang ada di
rumah sakit harus ditetapkan sebagai daerah
berbahaya dengan menggunakan kode warna
di area bersangkutan, serta dibuat dalam denah
rumah sakit dan
disebarluaskan/disosialisasikan kepada seluruh
penghuni rumah sakit.
3. Penanganan administratif

a. Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan


pengelolaan B3 harus diberi tanda sesuai potensi
bahaya yang ada, dan dilokasi tersebut tersedia
SOP untuk menangani B3 antara lain:
b. Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi.
c. Cara penanggulangan bila terjadi kedaruratan.
d. Cara penanganan B3.

Anda mungkin juga menyukai