Anda di halaman 1dari 8

PANCASILA SEBAGAI

SISTEM ETIKA

OLEH :

Helga Ayu Droste Pratamacai (2210190454)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


SURABAYA
2022/2023
Daftar Isi ..........................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................

1.3 Tujuan Masalah .........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika ...............................

2.2 Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Konteks Historis, Sosiologis, dan

Politis ...............................................................................................................

2.3 Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika .......................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................

3.2 Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
duakata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu saja pancasila
memuat aturan aturan dan larangan larangan. Pancasila sarat akan nilai nilai seperti nilai
ketuhanan, kemanusiaan, pesatuan, kerakyatan, dan keadilan. Oleh karena itu, secara
normatif, Pancasila dapat dijadikan acuan atas tindakan baik, dan secara filosofis dapat dijadikan
sebagai persperktif kajian atas nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Nilai dan norma
tersebut bersifat universal, dapat ditemukan dimanapun dan kapanpun, sehingga memberikan ciri
khusus ke-Indonesiaan karena merupakan komponen yang terdapat dalam Pancasila.

Nilai, norma, dan moral adalah konsep konsep yang saling berkaitan. Ketiganya akan
memberikan pemahaman yang saling melengkapi sebagai sistem etika dalam kaitannya
dengan Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari penjabaran segala norma, baik norma
hukum, norma moral, maupun norma kenegaraan lainnya. Nilai-nilai Pancasila tersebut
kemudian dikembangkan dalam masyarakat secara praktis atau kehidupan nyata sehingga
menjadi norma yang pada akhirnya menjadi pedoman dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, nilai-nilai, pedoman


kehidupan, norma-norma, dan sistem etika Pancasila semakin terlupakan dalam kehidupan
bangsa. Sehingga identitas atau ciri ke-Indonesiaan yang telah disebutkan sebelumnya
semakin lama pun semakin terkikis atau bahkan meghilang. Namun masih ada upaya untuk
meluruskan kembali sistem etika tersebut. Perkembangan jaman yang semakin maju dan
terbukanya akses terhadap dunia luar mengharuskan kita untuk mengupayakan pancasila
sebagai sistem etika, agar kita, bangsa Indonesia, tidak kehilangan identitas kita sebagai
bangsa yang bermoral, memiliki etika, dan bermartabat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mencari tahu konsep dan urgensi Pancasila sebagai system etika!


2. Bagaimana Pancasila sebagai system etika dalam konteks historis, sosiologis,
dan politis!
3. Apa dinamika dan tantangan Pancasila sebagai system etika?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mencari tahu konsep dan urgensi Pancasila sebagai system etika
2. Untuk mengetahui bagaimana Pancasila sebagai system etika dalam konteks
historis, sosiologis, dan politis.
3. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan Pancasila sebagai system etika
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika


Pengertian Etika Pernahkah Anda mendengar istilah “etika”? Kalaupun Anda pernah
mendengar istilah tersebut, tahukah Anda apa artinya? Istilah “etika” berasal dari bahasa
Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan,
adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang
segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari
satu 187 generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama maknanya dengan
moral. Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan buruk
(Bertens, 1997: 4--6). Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai
segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan perilaku
manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerapkali disebut moralitas
atau etika (Sastrapratedja, 2002: 81).
Etika selalu terkait dengan masalah nilai sehingga perbincangan tentang etika, pada
umumnya membicarakan tentang masalah nilai (baik atau buruk). Apakah yang Anda ketahui
tentang nilai? Frondizi menerangkan bahwa nilai merupakan kualitas yang tidak real karena
nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, nilai membutuhkan pengemban untuk berada
(2001:7). Misalnya, nilai kejujuran melekat pada sikap dan kepribadian seseorang. Istilah
nilai mengandung penggunaan yang kompleks dan bervariasi. Lacey menjelaskan bahwa
paling tidak ada enam pengertian nilai dalam penggunaan secara umum, yaitu sebagai
berikut.
1. Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang hidupnya.
2. Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna atau pemenuhan
karakter untuk kehidupan seseorang.
3. Suatu kualitas atau tindakan sebagian membentuk identitas seseorang sebagai
pengevaluasian diri, penginterpretasian diri, dan pembentukan diri.
4. Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang baik di antara
berbagai kemungkinan tindakan.
5. Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika bertingkah laku
bagi dirinya dan orang lain.
6. Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang sekaligus
membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian seseorang. Objek nilai
mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek yang disucikan, budaya, tradisi,
lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri. (Lacey, 1999: 23).
Dengan demikian, nilai sebagaimana pengertian butir ke-enam (6), yaitu sebagai standar
fundamental yang menjadi pegangan bagi seseorang dalam bertindak, merupakan kriteria
yang penting untuk mengukur karakter seseorang. Nilai sebagai standar fundamental ini
pula yang diterapkan seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain sehingga
perbuatannya dapat dikategorikan etis atau tidak.
2.2 Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Konteks Historis, sosiologis, dan politis.
 Sumber Historis
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk
sebagai Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai
Pancasila belum ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral telah
terdapat pandangan hidup masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama
telah mengenal nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh Presiden Soekarno
disebut dengan istilah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Pada zaman Orde
Baru, Pancasila sebagai sistem etika disosialisasikan melalui penataran P-4
dan diinstitusionalkan dalam wadah BP-7. Ada banyak butir Pancasila yang
dijabarkan dari kelima sila Pancasila sebagai hasil temuan dari para peneliti
BP-7. Untuk memudahkan pemahaman tentang butir-butir sila Pancasila dapat
dilihat pada tabel berikut (Soeprapto, 1993: 53--55).
 Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam
kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang
Minangkabau dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh
pembuluh, bulat kata oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan lokal
yang bertebaran di bumi Indonesia ini sehingga memerlukan penelitian yang
mendalam.
 Sumber Politis
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma
dasar (Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan
perundanganundangan di Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori
hukum itu suatu norma yang berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah
memperoleh kekuatannya dari suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi
suatu norma, akan semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah
kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut (Kaelan, 2011: 487).
Pancasila sebagai sistem etika merupakan norma tertinggi (Grundnorm) yang
sifatnya abstrak, sedangkan perundang-undangan merupakan norma yang ada
di bawahnya bersifat konkrit.
2.3 Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika
1. Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama berupa sikap
otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam penyelenggaraan
negara yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai
dengan sistem etika Pancasila yang lebih menonjolkan semangat musyawarah untuk
mufakat.
2. Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait dengan
masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan penyelenggaraan
negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan sosial karena nepotisme, kolusi, dan
korupsi hanya menguntungkan segelintir orang atau kelompok tertentu.
3. Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa eforia
kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral. Misalnya,
munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan mengatasnamakan
kebebasan berdemokrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Pancasila dan
etika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu sistem yang
membentuk satu kesatuan yang utuh, saling berkaitan satu dengan yang lain yang dijadikan
pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. b. Implementasi
Pancasila sebagai sistem etika dapat terwujud apabila pemerintah dan masyarakat dapat
menerapkan nilai-nilai yang ada dalam pancasila dengan mengedepankan prinsip
keseimbangan antara hak dan kewajiban.
3.2 Saran
penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada anggota Pemuda Pancasila disarankan untuk lebih meningkatkan kesadaran
akan menerapkan nilai-nilai Pancasila agar sikap yang dilakukan para anggota
Pemuda Pancasila dapat sesuai dengan visi dan misi dari organisasi Pemuda Pancasila
tersebut, yaitu menciptakan manusia yang berjiwa Pancasila dan senantiasa menjadi
pemuda-pemuda yang berguna bagi bangsa dan Negara Indonesia.
2. Kepada masyarakat disarankan untuk terus memperhatikan lingkungan sekitar akan
organisasi-organisasi kepemudaan yang membawa dampak baik atau dampak buruk
bagi kehidupan masyarakat karena organisasi tersebut dapat berpengaruh bagi para
pemuda sebagai generasi penerus bangsa yang menjadi harapan di masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi Penerbit Ristekdikti Tahun 2016
(Cetakan Pertama) Hartono, S. (2019, Januari Jumat). Bab 6 Pancasila sebagai Etika.
Diambil kembali dari slideplayer.info: https://slideplayer.info/slide/15012978/
2. https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/
1844390017/03TUGAS1_PANCASILA_RETNO%20INDRIANI_1844390017.pdf
3. https://www.studocu.com/id/document/universitas-pamulang/pendidikan-pancasila/
makalah-tantangan-pancasila-sebagai-sistem-etika/34733014
4. file:///C:/Users/Vira%20ampu/Downloads/12%20Sejarah%20%20Dinamika
%20Pancasila%20Sebagai%20Sistem%20Etika%20(1).pdf
5. https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/555368/mod_resource/content/2/
Pertemuan%2013_Sumber%20historis%2C%20yuridis%2C%20dan%20Sosiologis
%20Pancasila%20sebagai%20Sistem%20Etika%2C%20Dinamika%20dan
%20tantangan%20Pancasila%20sebagai%20sistem%20etika%20.pdf

Anda mungkin juga menyukai