MAKALAH
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Dengan menyebut nama Allah swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
meyelesaikan makalah yang berjudul Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai
Sistem Etika. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak dan berbagai sumber sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah bekontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila yang
dibimbing oleh Bapak Deny Wahyu Apriyandi, S.Ant.,M.A. Terlepas dari semua
itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak
senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain itu, Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral Pancasila juga
harus terlibat dan berkontribusi langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sebagai perwujudan sikap tanggung jawab warga negara. Tanggung jawab yang penting
berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan menghormati hukum yang berlaku di
Indonesia. Untuk itu, diperlukan penguasaan pengetahuan tentang pengertian etika, aliran
etika, dan pemahaman Pancasila sebagai sistem etika sehingga mahasiswa memiliki
keterampilan menganalisis persoalan-persoalan korupsi dan dekadensi moral dalam
kehidupan bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep pancasila sebagai sistem etika.
2. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sistem etika.
3. Untuk mengetahui pancasila sebagai sistem etika
4. Untuk mengetahui urgensi pancasila sebagai sistem etika.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan,
sikap, dan cara berpikir. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala
sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini,
etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik
pada diri seseorang maupun masyarakat.
Selain itu, terdapat etika Pancasila. Etika pancasila itu lebih dekat pada
pengertian etika keutamaan atau etika kebajikan, meskipun corak keduamya
mainstream, deontologis dan teleologis termuat pula di dalamnya. Namun, etika
keutamaan lebih dominan karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat
saleh, yaitu kebijaksanaan, kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan.
Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, sebagai berikut:
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam hiruk
pikuk perebutan kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaraan etika politik.
Salah satu bentuk pelanggaran etika politik adalah abuse of power
(penyalahgunaan wewenang), baik oleh penyelenggara negara di legislatif,
eksekutif, maupun yudikatif. Penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan inilah
yang menciptakan korupsi di berbagai kalangan penyelenggara negara.
2. Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam
kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau
dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata
oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan local yang bertebaran di bumi
Indonesia ini sehingga memerlukan penelitian yang mendalam.
3. Sumber Politis
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma
dasar (Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan perundangan-
undangan di Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori hukum itu suatu
norma yang berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh
kekuatannya dari suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma,
akan semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah kedudukannya,
akan semakin konkrit norma tersebut. Pancasila sebagai sistem etika merupakan
norma tertinggi (Grundnorm) yang sifatnya abstrak, sedangkan perundang-
undangan merupakan norma yang ada di bawahnya bersifat konkrit.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari
sila-sila Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima
nilai tersebut membentuk prilaku manusia indonesia dalam semua aspek
kehidupannya. Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia
adalah menjadi rambu normatif untuk mengatur perilaku kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dengan demikian,
pelanggaran dalam kehidupan bernegara, seperti korupsi (penyalahgunaan
kekuasaan) dapat diminimalkan.
B. Saran
Setelah mengetahui konsep dan urgensi pancasila sebagai sistem etika,
masyarakat hendaknya senantiasa bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Sikap-sikap yang perlu diterapkan seperti sikap
kebijaksanaan, sikap kesederhanaan, sikap keteguhan, sikap keadilan, dan sikap
kebajikan. Perlu dipahami bahwa Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia,
berperan sangat penting dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia haruslah beretika sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila untuk Indonesia yang lebih maju dan lebih baik lagi
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA