Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA MENJADI

SISTEM ETIKA

Mohamad Khalid Syariefudin (202121500227)


Marwah Tsaniah (202121500298)
Dwi Cahya Anggraeni (202121500300)
Natasya Widya Sari Putri (202121500294)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA 2021
PENGERTIAN

• Etika merupakan  hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan


berbangsa dan bernegara, karena dengan memiliki etika maka kita mampu
menjalankan kehidupan bernegara dengan baik sebagai masyarakat yang
mempunyai  perilaku yang  baik, kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama
maknanya dengan moral.
• Nilai-nilai Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam
realita sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun
sebenarnya juga nilai-nilai yang bersifat universal dapat diterima oleh siapa pun
dan kapan pun. Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat
mendasar dalam kehidupan manusia.
BAGAIMANA PANCASILA MENJADI
SISTEM ETIKA?
• Pancasila sebagai sistem etika di samping • Anda sebagai mahasiswa berkedudukan
merupakan way of life bangsa Indonesia, juga sebagai makhluk individu dan sosial
merupakan struktur pemikiran yang disusun sehingga setiap keputusan yang diambil
untuk memberikan tuntunan atau panduan tidak hanya terkait dengan diri sendiri,
kepada setiap warga negara Indonesia dalam tetapi juga berimplikasi dalam kehidupan
bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai
sistem etika, dimaksudkan untuk
sosial dan lingkungan. Pancasila sebagai
mengembangkan dimensi moralitas dalam diri sistem etika merupakan moral guidance
setiap individu sehingga memiliki kemampuan yang dapat diaktualisasikan ke dalam
menampilkan sikap spiritualitas dalam tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila
bernegara. Mahasiswa sebagai peserta didik Pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut
termasuk anggota masyarakat ilmiah-akademik ke dalam putusan tindakan sehingga
yang memerlukan sistem etika yang orisinal mampu mencerminkan pribadi yang saleh,
dan komprehensif agar dapat mewarnai setiap utuh, dan berwawasan moral-akademis.
keputusan yang diambilnya dalam profesi Dengan demikian, mahasiswa dapat
ilmiah. Sebab keputusan ilmiah yang diambil mengembangkan karakter yang Pancasilais
tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjadi
melalui berbagai sikap yang positif, seperti
bumerang bagi dunia ilmiah itu sendiri
sehingga menjadikan dunia ilmiah itu hampa jujur, disiplin, tanggung jawab, mandiri,
nilai (value –free) dan lainnya.
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila
sebagai Sistem Etika
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi
Pancasila sebagai Sistem Etika
• a. Pengertian Etika Pernahkah Anda mendengar istilah • Etika selalu terkait dengan masalah nilai
“etika”? Kalaupun Anda pernah mendengar istilah
tersebut, tahukah Anda apa artinya? Istilah “etika” sehingga perbincangan tentang etika,
berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat pada umumnya membicarakan tentang
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, masalah nilai (baik atau buruk). Apakah
adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Secara
etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu
yang Anda ketahui tentang nilai? Frondizi
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. menerangkan bahwa nilai merupakan
Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup kualitas yang tidak real karena nilai itu
yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri tidak ada untuk dirinya sendiri, nilai
seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang
baik ini dianut dan diwariskan dari satu 187 generasi ke membutuhkan pengemban untuk berada
generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama (2001:7). Misalnya, nilai kejujuran melekat
maknanya dengan moral. Etika dalam arti yang luas pada sikap dan kepribadian seseorang.
ialah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan
buruk (Bertens, 1997: 4--6). Etika pada umumnya Istilah nilai mengandung penggunaan yang
dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai segala kompleks dan bervariasi. Lacey
sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku menjelaskan bahwa paling tidak ada enam
manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan norma
dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerapkali
pengertian nilai dalam penggunaan secara
disebut moralitas atau etika (Sastrapratedja, 2002: 81). umum, yaitu sebagai berikut.
• Dengan demikian, nilai sebagaimana pengertian
1. Sesuatu yang fundamental yang dicari orang
sepanjang hidupnya.
butir kelima (5), yaitu sebagai standar
fundamental yang menjadi pegangan bagi
seseorang dalam bertindak, merupakan kriteria
2. Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, yang penting untuk mengukur karakter
makna atau pemenuhan karakter untuk kehidupan seseorang. Nilai sebagai standar fundamental ini
seseorang.
pula yang diterapkan seseorang dalam
pergaulannya dengan orang lain sehingga
3. Suatu kualitas atau tindakan sebagian membentuk
identitas seseorang sebagai pengevaluasian diri, perbuatannya dapat dikategorikan etis atau
penginterpretasian diri, dan pembentukan diri. tidak.

4. Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk


memilih sesuatu yang baik di antara berbagai
kemungkinan tindakan.

5. Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh


seseorang ketika bertingkah laku bagi dirinya dan orang
lain.

6. Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat


dengan sesuatu yang sekaligus membentuk hidup yang
berharga dengan identitas kepribadian seseorang. Objek
nilai mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek
yang disucikan, budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan
alam itu sendiri. (Lacey, 1999: 23).
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis,
Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Etika

1. Sumber
• Pada zaman Orde historis
Lama, Pancasila sebagai 2. Sumber Sosiologis
sistem etika masih berbentuk sebagai
Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. • Sumber sosiologis Pancasila
Artinya, nilai-nilai Pancasila belum ditegaskan sebagai sistem etika dapat
ke dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral ditemukan dalam kehidupan
telah terdapat pandangan hidup masyarakat. masyarakat berbagai etnik di
Masyarakat dalam masa orde lama telah
mengenal nilai-nilai kemandirian bangsa yang Indonesia. Misalnya, orang
oleh Presiden Soekarno disebut dengan istilah Minangkabau dalam hal
berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Pada bermusyawarah memakai prinsip
zaman Orde Baru, Pancasila sebagai sistem “bulat air oleh pembuluh, bulat
etika disosialisasikan melalui penataran P-4
dan diinstitusionalkan dalam wadah BP-7. Ada kata oleh mufakat”. Masih banyak
banyak butir Pancasila yang dijabarkan dari lagi mutiara kearifan lokal yang
kelima sila Pancasila sebagai hasil temuan dari bertebaran di bumi Indonesia ini
para peneliti BP-7. sehingga memerlukan penelitian
yang mendalam
3. Sumber politis
• Sumber politis Pancasila sebagai • Etika politik mengatur masalah perilaku
sistem etika terdapat dalam norma- politikus, berhubungan juga dengan
norma dasar (Grundnorm) sebagai praktik institusi sosial, hukum, komunitas,
sumber penyusunan berbagai struktur-struktur sosial, politik, ekonomi.
peraturan perundanganundangan di Etika politik memiliki 3 dimensi, yaitu
tujuan, sarana, dan aksi politik itu sendiri.
Indonesia. Hans Kelsen mengatakan Dimensi tujuan terumuskan dalam upaya
bahwa teori hukum itu suatu norma mencapai kesejahteraan masyarakat dan
yang berbentuk piramida. Norma hidup damai yang didasarkan pada
yang lebih rendah memperoleh kebebasan dan keadilan. Dimensi sarana
kekuatannya dari suatu norma yang memungkinkan pencapaian tujuan yang
lebih tinggi. Semakin tinggi suatu meliputi sistem dan prinsip-prinsip dasar
norma, akan semakin abstrak pengorganisasian praktik penyelenggaraan
negara dan yang mendasari instituisi-
sifatnya, dan sebaliknya, semakin institusi sosial. Dimensi aksi politik
rendah kedudukannya, akan semakin berkaitan dengan pelaku pemegang peran
konkrit norma tersebut (Kaelan, sebagai pihak yang menentukan
2011: 487). Pancasila sebagai sistem rasionalitas politik. Rasionalitas politik
etika merupakan norma tertinggi terdiri atas rasionalitas tindakan dan
(Grundnorm) yang sifatnya abstrak, keutamaan. Tindakan politik dinamakan
rasional bila pelaku mempunyai orientasi
sedangkan perundang-undangan situasi dan paham permasalahan
merupakan norma yang ada di (Haryatmoko, 2003: 25 – 28)
bawahnya bersifat konkrit
D. Membangun Argumen tentang Dinamika
dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika
• Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila
1. Argumen tentang Dinamika diletakkan dalam bentuk penataran P-4. Pada zaman
Orde Baru itu pula muncul konsep manusia Indonesia
Pancasila sebagai Sistem Etika seutuhnya sebagai cerminan manusia yang berperilaku
• Beberapa argumen tentang dinamika Pancasila dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai
sebagai sistem etika dalam penyelenggaraan Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya dalam
pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan pandangan Orde Baru, artinya manusia sebagai
sebagai berikut. Pertama, pada zaman Orde makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang secara
Lama, pemilu diselenggarakan dengan kodrati bersifat monodualistik, yaitu makhluk rohani
semangat demokrasi yang diikuti banyak partai sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk individu
politik, tetapi dimenangkan empat partai sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk
pribadi memiliki emosi yang memiliki pengertian, kasih
politik, yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI),
sayang, harga diri, pengakuan, dan tanggapan
Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI), Partai
emosional dari manusia lain dalam kebersamaan
Nahdhatul Ulama (PNU), dan Partai Komunis hidup. Manusia sebagai mahluk sosial, memiliki
Indonesia (PKI). Tidak dapat dikatakan bahwa tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera.
pemerintahan di zaman Orde Lama POLITIK Tuntutan tersebut hanya dapat terpenuhi melalui
208 mengikuti sistem etika Pancasila, bahkan kerjasama dengan orang lain, baik langsung maupun
ada tudingan dari pihak Orde Baru bahwa tidak langsung. Oleh karena itulah, sifat kodrat
pemilihan umum pada zaman Orde Lama manusia sebagai mahluk individu dan sosial harus
dianggap terlalu liberal karena pemerintahan dikembangkan secara selaras, serasi, dan seimbang
Soekarno menganut sistem demokrasi (Martodihardjo, 1993: 171).
terpimpin, yang cenderung otoriter.
2. Argumen tentang Tantangan
Pancasila sebagai Sistem Etika
• Apakah Anda mengetahui bentuk tantangan terhadap
Pancasila sebagai sistem etika apa saja yang muncul
dalam kehidupan bangsa Indonesia? Hal-hal berikut ini
• Ketiga, sistem etika Pancasila pada era dapat menggambarkan beberapa bentuk tantangan
reformasi tenggelam dalam eforia demokrasi. terhadap sistem etika Pancasila. Pertama, tantangan
Namun seiring dengan perjalanan waktu, terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde
disadari bahwa demokrasi tanpa dilandasi Lama berupa sikap otoriter dalam pemerintahan
sistem etika politik akan menjurus pada sebagaimana yang tercermin dalam penyelenggaraan
penyalahgunaan kekuasaan, serta negara yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin.
machiavelisme (menghalalkan segala cara Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem etika Pancasila
untuk mencapi tujuan). Sofian Effendi, Rektor yang lebih menonjolkan semangat musyawarah untuk
Universitas Gadjah Mada dalam sambutan mufakat.
pembukaan Simposium Nasional • Kedua, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada
Pengembangan Pancasila sebagai Paradigma zaman Orde Baru terkait dengan masalah NKK
209 Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan
Nasional (2006: xiv) mengatakan sebagai penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai
berikut.“Bahwa moral bangsa semakin hari dengan keadilan sosial karena nepotisme, kolusi, dan
semakin merosot dan semakin hanyut dalam korupsi hanya menguntungkan segelintir orang atau
arus konsumerisme, hedonisme, eksklusivisme, kelompok tertentu. Ketiga, tantangan terhadap sistem
dan ketamakan karena bangsa Indonesia tidak etika Pancasila pada era Reformasi berupa eforia
mengembangkan blueprint yang berakar pada kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-
norma moral. Misalnya, munculnya anarkisme yang
sila Ketuhanan Yang Maha Esa”.
memaksakan kehendak dengan mengatasnamakan
kebebasan berdemokrasi.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi
Pancasila sebagai Sistem Etika
1. Esensi Pancasila sebagai Sistem
Etika
• Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada • Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada
hal-hal sebagai berikut. Pertama, hakikat sila kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga
ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bangsa yang mementingkan masalah bangsa di
bahwa Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. atas kepentingan individu atau kelompok. Sistem
Artinya, setiap perilaku warga negara harus etika yang berlandaskan pada semangat
didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada kebersamaan, solidaritas sosial akan melahirkan
norma agama. Setiap prinsip moral yang berlandaskan kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai yang
pada norma agama, maka prinsip tersebut memiliki
kekuatan (force) untuk dilaksanakan oleh
bersifat memecah belah bangsa. Keempat, hakikat
pengikutpengikutnya. 211 Kedua, hakikat sila sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah
kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu untuk mufakat. Artinya, menghargai diri sendiri
tindakan manusia yang mengandung implikasi dan sama halnya dengan menghargai orang lain.
konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh
homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan rakyat Indonesia merupakan perwudan dari sistem
kemanusiaan yang mengandung implikasi moral etika yang tidak menekankan pada kewajiban
diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan semata (deontologis) atau menekankan pada
beradab sehingga menjamin tata pergaulan tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan menonjolkan keutamaan (Virtue ethics) yang
nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri.
dan kearifan
2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika

• Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan


Pancasila sebagai sistem etika meliputi hal-hal sebagai
berikut. Pertama, meletakkan sila-sila Pancasila sebagai
sistem etika berarti menempatkan Pancasila sebagai
sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap,
tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga
negara. Kedua, Pancasila sebagai sistem etika memberi
guidance bagi setiap warga negara sehingga memiliki
orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal,
nasional, regional, maupun internasional. Ketiga,
Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar
analisis bagi berbagai kebijakan yang dibuat oleh
penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari
semangat negara 212 kebangsaan yang berjiwa
Pancasilais. Keempat, Pancasila sebagai sistem etika
dapat menjadi filter untuk menyaring pluralitas nilai
yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai
dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga
negara.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai