Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila

DOSEN PENGAMPU :

Agusningrum S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10 :

1. Nadya Nathasya Siahaan (200810301187)

2. Novika Aliza Sianipar (200810301188)

3. Aji Anuraga (200810301190)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................13

3.2 Saran............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai sistem etika merupakan struktur pemikiran yang


disusun untuk memberikan tuntutan atau panduan kepada setiap warga negara
Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika,
dimaksudkan untuk mengembangk an dimensi moralitas dalam setiap
individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mahasiswa
sebagai peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-akademik yang
memerlukan sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar dapat
mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiahnya.

Sebab keputusan ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan moralitas,


dapat menjadi boomerang bagi dunia ilmiah itu sendiri sehingga menjadi
dunia ilmiah itu hampa nilainya. Kita sebagai mahasiswa berkedudukan
sebagai makhluk individu dan sosial sehingga keputusan yang diambil tidak
hanya terkait dengan diri sendiri, tetapi juga berimplikasi dalam kehidupan
sosial. Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral guidance yang dapat
diaktualisasikan ke dalam tindakan konkrit, yang melibatkan aspek
kehidupan. Oleh karena itu, pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke
dalam putusan tindakan sehingga mampu mencerminkan pribadi yang saleh,
utuh dan berwawasan moral-akademis. Untuk itu diperlukan penguasaan
tentang pemahaman Pancasila sebagai sistem etika sehingga dapat setiap
individu dapat memiliki keterampilan menganalisis persoalan-persoalan
korupsi dan dekadensi moral dalam kehidupan bangsa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem etika ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa saja dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem
etika.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika


1. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika

Beberapa dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam


penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan sebagai
berikut.

a. Pada zaman Orde Lama, pemilu diselenggarakan dengan semangat


demokrasi yang diikuti banyak partai politik, tetapi dimenangkan empat
partai politik, yaitu PNI, PARMUSI, PNU, dan PKI. Tidak dapat
dikatakan bahwa pemerintah pada zaman Orde Lama mengikuti sistem
etika pancasila, bahkan ada tudingan dari pihak Orde Baru bahwa
pemilihan umum pada zaman Orde Lama dianggap terlalu liberal
karena pemerintahan Soekarno menganut sistem demokrasi terpimpin,
yang cenderung otoriter.
b. Pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk
penataran P-4. Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusia
Indonesia seutuhnya sebagai cerminan manusia yang berperilaku dan
berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai Pancasia. Manusia Indonesia
seutuhnya dalam pandangan Orde Baru, artinya manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa, yang secara kodrati bersifat
monodualistik, yaitu makhluk rohani sekaligus makhluk jasmani, dan
makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk
probafi memiliki emosi yang memiliki pengertian, kasih sayang, harga
diri, pengakuan, dan tanggapan emosional dari manusia lain dalam
kebersamaan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki tuntutan
kebutuhan yang makin maju dan sejahtera. Tuntutan tersebut hanya
dapat terpenuhi melalui kerja sama dengan orang lain, baik langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan sosial harus dikembangkan secara selaras, serasi,
dan seimbang.(Martodiharjo, 1993: 171).
Manusia Indonesia seutuhnya adalah makhluk mono-pluralis yang
terdiri atas susunan kodrat: jiwa dan raga; kedudukan kodrat; makhluk
tuhan dan makhluk berdiri sendiri; sifat kodrat; makhluk sosial dan
makhluk individual. Keenam unsur manusia tersebut saling melengkapi
satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang bulat. Manusia
Indonesia menjadi pusat persolan, pkok dan pelaku utama dalam
budaya Pancasila. (Notinagoro dalam Asdi,2003: 17-18).
c. Sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia
demokrasi. Namun seiring dengan perjalan waktu, disadari bahwa
demokrasi tanpa dilandasi sistem etika politik dan menjurus pada
penyalahgunaan kekuasaan, serta machiavelisme ( menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan ).
2. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika
Pancasila sebagai sistem etika memiliki banyak tantangan dalam
implementasinya. Berikut beberapa bentuk tantangan terhadap sistem etika
pancasila :
1) Tantangan sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama, yaitu berupa
sikap otoriter dalam pemerintahan yang menerapkan sikap demokrasi
terpimpi. Hal ini bertentangan dengan sistem etika Pancasila yang
menonjolkan semngat musyawarah untuk mufakat.
2) Tantangan terhadap sistem etika Pancasila zaman Orde Baru. Pada saat
Orde Baru pancasila dijadikan tameng dalam penyelenggaraan negara,
pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan mereka
mengatakan telah sesuai pancasila tetapi banyak masalah yang tidak
sesuai dengan sistem etika dalam pancasila, seperti KKN (Kolusi,
Korupsi, Nepotisme) yang merugikan penyelenggaraan negara dan
masyarakat. Hal ini sangat tidak sesuai denggan keadilan sosial karena
hanya menguntungkan segelintir orang dan merugikan banyak orang.
3) Tantangan terhadap sistem etika pancasila pada era reformasi, di era
reformasi digunakan sebagai pelurus dari orde baru yang menyimpang
dari sistem etika pancasila. Tetapi di era reformasi ketika orang
memiliki sifat pancasialis mereka malah dikira pro terhadap orde baru,
hal tersebut merupak hal yang dapat membuat pancasila tidak dijadikan
pedoman dalam kehidupan beretika. Selain itu di zaman sekarang ini
banyak eforia kebebasan berpolitik yang mengabaikan norma-norma
moral, melakukan anarkisme yang memaksakan kehendak dengan
mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi, kurangnya pendidikan
pancasila yang membuat anak-anak menjadi mengalami degradasi
moral.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Selama penyusunan makalah ini, penulis dapat menarik kesimpulan


sebagai berikut :
1. Dapat dikatakan bahwa pemerintahan di zaman Orde Lama tidak
mengikuti sistem Etika Pancasila yang berupa semangat musyawarah
untuk mufakat, zaman Orde Lama lebih menganut sistem Demokrasi
Terpimpin yang cenderung otoriter. Konsep manusia seutuhnya muncul
pada Orde Baru yang memiliki enam unsur sebagai cerminan manusia
yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai dengan Pancasila. Namun,
pada masa Orde Baru masih ada masalah NKK (Nepotisme, Kolusi dan
Korupsi) yang terjadi. Pada era reformasi, sistem Etika Pancasila
tenggelam dalam eforia demokrasi, dimana demokrasi tidak dilandasi pada
sistem Etika politik, sehingga terjadi pengabaian norma moral yang
berlaku seperti anarkisme.
2.

3.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai