Anda di halaman 1dari 20

Pancasila Sebagai Sistem Etika

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, ST, M.Kes, IPU.Asean.Eng

Kelas C8M

Disusun oleh: Kelompok 8

1. Dinar Pambuka Yovita Ranti (225030107111038)


2. Suci Aulia Syahidah Ngabalin (225030107111039)
3. Gabe Risma Berlian Vitria Pardede (225030107111040)
4. Aditya Ayu Pramesty (225030107111059)
5. Ratini Ariyanti (225030107111062)
6. Yusmita Imro’atus Sa’adah (225030107111032)
7. Nadya Rahma Ristanti (225030107111180)
8. Eka Prima Bagaskara (225030107111146)

Program Studi Administrasi Publik


Jurusan Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya 2022/2023

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... 3
ABSTRAK................................................................................................................................... 4
BAB I........................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 5
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3. Tujuan........................................................................................................................... 5
1.4. Manfaat......................................................................................................................... 6
BAB II......................................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................7
BAB III........................................................................................................................................ 8
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................................8
3.1. Jenis Penelitian................................................................................................................... 8
3.2. Sumber Data...................................................................................................................... 8
3.3. Analisis Data...................................................................................................................... 8
BAB IV........................................................................................................................................ 9
HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................................9
4.1. Pengertian Etika : Etimologi dan Terminologi.....................................................................9
4.2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika.........................................................................11
4.3. Airan-aliran Etika besar Pancasila...............................................................................11
4.4. Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika...........................................................................17
BAB V........................................................................................................................................ 18
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................................18
5.1. Kesimpulan.................................................................................................................. 18
5.2. Saran........................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 19

2
3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pancasila Sebagai Sistem Etika dan kami juga
berterima kasih kepada Dosen Pengajar mata kuliah Pancasila yaitu Prof. Dr. Ir. Qomariyatus
Sholihah, ST, M.Kes, IPU.Asean.Eng.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk memperluas wawasan dan pengetahuan
para mahasiswa mengenai Pancasila sebagai Sistem Etika.

Penyusunan makalah ini masi banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka,
penyusun meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan pembuatan
makalah di masa yang akan datang.

Malang, 28 September 2022

Penulis

4
ABSTRAK

Abstrak Etika berkaitan dengan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang
baik, pada individu atau masyarakat. Dalam pengertian ini, etika sama maknanya dengan moral.
Etika dalam pengertian luas adalah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan buruk. Etika
pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai segala sesuatu yang dianggap
baik atau buruk dalam perilaku manusia. Etika selalu terkait dengan masalah nilai sehingga
perbincangan tentang etika pada umumnya membicarakan tentang masalah nilai baik atau buruk.
Pancasila sebagai sistem etika sangat urgen diterapkan dala kehidupan berbengsa dan bernegara
karena problem yang dihadapi bangsa Indonesia antara lain: 1) Banyaknya kasus korupsi yang
melanda Negara Indonesia sehingga dapat melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara, 2) Masih terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga dapat
merusak semangat toleransi dalam kehidupan antar umat beragama, dan meluluhkantahkan
semangat persatuan atau mengancam disintegrasi bangsa, 3) Masih terjadinya pelanggaran HAM
dalam kehidupan bernegara, 4). Kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya dan miskin
masih menandai kehidupan masyarakat Indonesia, 5) Ketidakadilan hukum yang masih
mewarnai proses peradilan di Indonesia dan 6) Banyaknya orang kaya yang tidak bersedia
membayar pajak dengan benar. Strategi penerapan Pancasila sebagai sistem etika dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi Bangsa Indonesia dilakukan sebagai berikut : 1)
Pendidikan karakter. 2) Kriteria Acuan Penyelenggara Negara, 3) Membangkitkan Kesadaran
Wajib Pajak, 4) Pengejawantahan Nilai Pancasila Dalam UU Hak Azasi Manusia dan 5)
Pengejawantahan Nilai Pancasila Dalam UU Lingkungan Hidup.
Kata Kunci : Pancasila; Etika; Nilai; Strategi; Negara

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia yang disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Pancasila memegang perang
penting dalam setiap aspek kehidupan masyarakat di Indonesia salah satunya adalah
“Pancasila sebagai suatu Sistem Etika”. Di dunia bangsa Indonesia terkenal sebagai salah
satu negara yang memiliki etika yang baik, rakyatnya yang ramah, sopan, dan santun.
Suatu pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntutan atau panduan kepada setiap
warga Negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Pancasila sebagai sistem etika, dimaksud sebagai pengembang sikap sesuai
Pancasila dalam kehidupan bermasyarkat. Pancasila diaktualisasikan dalam tindakan
konkrit yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila pada
Pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu
mencerimnkan pribadi yang baik, utuh, dan berwawasan dengan pengembangan karakter
Pancasila melalui berbagai sikap yang positif, jujur, dispilin, tanggung jawab, dan
mandiri.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang wajib diketahui oleh
seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga, dan
menjalankan apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan proklamasi yang telah
berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Pancasila sebagai Sistem Etika?


b. Apa urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika?
c. Sebutkan aliran-aliran Etika besar Pancasila?
d. Bagaimana esensi Pancasila sebagai Sistem Etika?

6
1.3. Tujuan

a. Untuk menjelaskan pengertian Pancasila sebagai Sistem Etika


b. Mengetahui urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
c. Mengetahui aliran-aliran Etika besar Pancasila
d. Mengetahui esensi Pancasila sebagai Sistem Etika Memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, ST, M.Kes,
IPU.Asean.Eng

1.4. Manfaat

a. Menjadi pondasi untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan


bernegara di Indonesia.
b. Memberikan landasan moral bagi seluruh komponen dalam berbangsa dan bernegara.
c. Menjadi acuan dalam pelaksanaan nilai-nilai yang ada dalam berbangsa dan
bernegara.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pancasila: Pancasila terdiri atas dua suku kata, yaitu panca dan sila. Panca artinya lima dan sila
artinya dasar. Jadi Pancasila adalah lima dasar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Etika: Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (kata tunggal) yang berarti:tempat tinggal, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap,cara berpikir. Etika sebagai praktis sama artinya
dengan moral atau moralitas yaitu apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas
dilakukan, dan sebgainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral.

Nilai: Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan
seseorang. Nilai dasar Pancasila merupakan asas-asas yang diterima warga negara sebagai dalil
yang mutlak serta sebagai kebenaran yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari
Pancasila ini diantaranya adalah Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Nilai Persatuan, Nilai
Kerakyatan, dan Nilai Keadilan.

Strategi: Strategi adalah suatu perencanaan jangka panjang yang disusun untuk menghantarkan
pada suatu pencapaian akan tujuan dan sasaran tertentu. Menurut David strategi adalah rencana
yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan
dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari
perusahaan yang dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.

Negara: Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah, yang memiliki kekuasaan tertinggi
yang sah dan di taati olehrakyatnya. Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang
berkeadilan sosial yang artinya bahwa negara sebagai penjelmaan manusia sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa.

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggabungkan metode study literatur. Metode studi literatur adalah
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat, serta mengelolah bahan penelitian (Zed, 2008:3). Untuk melakukan metode ini oleh
peneliti antara setelah mereka menentukan topik penelitian dan ditetapkannya rumusan
permasalahan, sebelum mereka terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan
(Darmadi, 2011)

3.2. Sumber Data

Sumber-sumber yang digunakan dengan mencari atau mengumpulkan artikel, jurnal serta
dari e-book yang dikelompokkan sesuai dengan topik pembahasan yang berhubungan dengan
judul penelitian dan disajikan dalam bentuk pembahasan.

3.3. Analisis Data

Pembahasan-pembahasan yang telah didapatkan dari sumber data tersebut dianalisis


dengan mengambil inti sari lalu di telaah kebenarannya dan ditarik kesimpulan dari penelitian
ini.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengertian Etika : Etimologi dan Terminologi

Etika dalam kajian filsafat termasuk dalam pembahasan aksinologi. Dalam aksinologi
sendiri ada pembagian bahasan yaitu etika dan estetika. kata Etika berasal dari bahasa Yunani
"ethos" yang berarti adat atau kebiasaan, kebiasaan cara bertindak dan karakter. Aristoteles
mengklarifikasi pengetahuan dalam 3 kategori yakni Praxis, Produktif, dan Teoritis. Etika di
golongkan dalam ilmu pengetahuan praxis (Magnis-Suseno, 2003) Dalam rumpun bahasa Anglo-
Saxon, kata "Etika" dipakai dalam pendekatan yang lebih mendasar pada akal budi sedangkan
kata "moral" berkaitan dengan pendekatan keagamaan.
a. Etika dan Moral
Ciri-ciri kekhususan moral adalah:
1. Moral sangat berkaitan dengan karakter pada diri seseorang.
2. Norma moral menegaskan kewajiban dasar manusia dalam bentuk perintah dan
larangan.
3. Norma moral berlaku umum.
4. Norma moral berkaitan dengan hati nurani (K. Bertens, 2007:17-18)

Etika merupakan ajaran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika
berusaha untuk mengerti mengapa atau dasar apa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu.
Menurut K. Bertens 2007 ada 4 macam alasan kenapa etika di perlukan:
1. Etika memberikan landasan resional atas pilihan nya.
2. Etika di perlukan agar kita tidak kehilangan otoritas.
3. Etika menjadi alat atau tools dalam mengkritisi secara objektif berbagai macam
aliran ideologi yang sedang berkembang.
4. Etika menjadi alat atau tools sebagai landasan moral atas keyakinan dalam agama.

b. Relasi Etika, Agama, dan Hukum


Penafsiran atau interpretasi terhadap Kalamilahiyyah atau wahyu tidak selamanya
bersifat mutlak. Etika dibutuhkan oleh agamawan dalam menginterpretasikan nilai nilai

10
yang terkandung dalam ajaran agama. Relasi antar agama dan etika mutlak dibutuhkan
agar mendapatkan penalaran yang rasional terhadap ajaran agama. Berikut ini hubungan
antara etika dan agama:
1. Agama dan etika sama sama dapat meletakkan dasar moral.
2. Sifat dogmatis agama dapat diantipasi dengan sikap kritis dalam etika.
3. Etika membantu menafsirkan ajaran agama yang cenderung statis.
4. Agama dapat mengkoreksi kecenderungan etika yang bebas, meskipun
meletakkan hati nurani sebagai pijakan.
Etika bukan produk dari politik atau hukum itu sendiri, melainkan sebagai
landasan nilai dalam membuat ketetapan hukum. Berikut relasi Hukum dan Etika:
1. Hukum selalu berkaitan dengan kodifikasi.
2. Penilaian hukum lebih dominan pada aspek lahiriah sedangkan etika lebih
mengarah pada dimensi batiniah.
3. Hukum berdasarkan pada kesepakatan masyarakat dan negara sementara etika
melebihi harkat dan martabat manusia.
4. Hukum menciptakan legalisir yaitu ketaatan terhadap peraturan heteronon
(membabi buta), sementara Etika lebih menekankan pada kesadaran otonom yaitu
kesadaran diri tanpa paksaan( K. Bertans, 2007:43-45). Dengan kata lain hukum
dan Etika bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipaksakan.
c. Relasi Etika, Norma, dan Fakta
Korelasi antara pandangan hidup dengan etika pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan. Filsafat hidup atau pandangan hidup/worldview berdasarkan pada nilai-nilai
agama maka etikanya akan sangat religius. Begitu pula sebaliknya, jika ateisme
mqkqnetika masyarakatnya akan menafikan nilai-nilai ketuhanan.
Suatu tindakan dikatakan baik atau buruk tergantung terhadap materi yang
diperoleh. Sebab moral manusia tidak ada sangkut pautnya dengan urusan kehidupan
religius. Jadi, baik menurut etika belum tentu baik menurut norma moral agama (Kaelan,
2009: 135)

11
4.2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika

Persoalan sosial yang semakin hari semakin merajalela, oleh karena itu diperlukan etika
Pancasila dalam mengatasi problem yang dihadapi. Misalnya saja persoalan tindakan terorisme
yang mengatas namakan agama, yang mengakibatkan lemahnya semangat toleransi dalam
kehidupan beragama dan menimbulkan disintegrasi bangsa. Selain itu terjadinya pelanggaran
Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bernergara serta ketidakpastian hukum yang mewarnai proses
peradilan.
Kasus-kasus diatas akan terus terjadi apabila akar permasalahannya belum terpecahkan,
maka dibutuhkan peran dan kedudukan pancasila sebagai etika sebab Pancasila mampu menjadi
pegangan atau Leading Principle bagi rakyat Indonesia untuk bertindak sesuai dengan nilai
pancasila.
Alasan pentingnya pengembangan Pancasila sebagai sistem etika ialah menempatkan
Pancasila sebagai sumber inspirasi dan moral bagi penentu sikap, tindakan dan keputusan yang
diambil setiap warga negara. Pancasila memberikan arahan kepada setiap warga sehingga
memilik orientasi yang jelas dalam pergaulan baik lokal, nasional, regional, internasional.
Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menjadi pluralitas nilai yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak globalisasi yang mempengaruhi
pikiran setiap warga negara.

4.3. Airan-aliran Etika besar Pancasila

Dalam ranah pembahasan etika, setidaknya ada 3 aliran besar yang berbicara tentang etika
diantaranya adalah aliran etika deontologi, aliran etika teleologi dan etika keutamaan serta etika
Pancasila. Setiap aliran etika memiliki sudut pandang masing-masing dalam menilai apakah
suatu tindakan tersebut bisa dikategorikan baik atau buruk.
a. Etika Deontologi
Etika Deontologi memandang suatu tindakan baik atau buruk berdasarkan pada
kesesuaian dengan kewajiban. Etika Deontologi tidak mempersoalkan hasil dari suatu
tindakan. Bagi penganut Deontologi suatu tindakan dikatakan baik jika seseorang sudah
menunaikan kewajibannya.
Deontologi adalah suatu aliran dalam etika, yang tidak menggantungkan
kewajiban secara keseluruhan pada teori nilai, tetapi menganggapnya bahwa suatu

12
tindakan atau perbuatan itu betul, tanpa adanya pertimbangan apakah ada kebaikan pada
suatu hal (Dagobart D. Runes, 1971:76).
Dalam arti sempit, Deontologi adalah etika professional para pekerja medis. Etika
ini diarahkan utk menjamin hasil maksimum pengobatan, misalnya rumah sakit mestinya
harus menyelamatkan pasien dulu, baru yang lain seperti administrasi dan lain-lain.
b. Etika Teleologi
Etika Teleologi berpandangan, bahwa baik buruk suatu tindakan dilihat
berdasarkan tujuan atau akibat dari perbuatan itu. Etika Teleologi membantu kesulitan
etika Deontologi ketika menjawab apabila dihadapkan pada situasi konkrit-real. Saat
berhadapan dengan dua atau lebih kewajiban yang bertentangan satu dengan yang lain,
maka etika teleologis membantu memberikan jawaban. Jawaban yang diberikan oleh
etika teleologis bersifat situasional yaitu memilih mana yang membawa akibat baik
meskipun harus melanggar kewajiban, nilai norma yang lain (Arqom Kuswanjono, 2013).

Etika Teleologi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu egoisme etis dan utilitarianisme.
a. Egoisme etis memandang bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang berakibat baik
utk pelakunya. Secara moral setiap orang dibenarkan mengejar kebahagiaan untuk
dirinya dan dianggap salah apabila membiarkan dirinya sengsara dan dirugikan.
b. Utilitarianisme: menilai bahwa baik buruknya suatu perbuatan tergantung bagaimana
akibatnya terhadap banyak orang. Tindakan dibilang baik apabila mendatangkan
kemanfaatan yang besar dan berguna bagi banyak orang.
c. Etika utilitarianisme ini tidak terpaku pada nilai atau norma yang ada karena pandangan
nilai dan norma sangat mungkin memiliki keragaman. Namun setiap tindakan selalu
dilihat apakah akibat yang ditimbulkan akan memberikan manfaat bagi banyak orang
atau tidak. Utilitarianisme, meskipun demikian, juga memiliki kekurangan (Sony Keraf
(2002:19-21) mencatat ada enam kelemahan etika ini, yaitu:
1. Karena alasan kemanfaatan untuk orang banyak berarti akan ada sebagian
masyarakat yang dirugikan, dan itu dibenarkan. Dengan demikian utilitarianisme
membenarkan adanya ketidakadilan terutama terhadap minoritas.

13
2. Dalam kenyataan praktis, masyarakat lebih melihat kemanfaatan itu dari sisi yang
kuantitas-materialistis, kurang memperhitungkan manfaat yang non-matrrial
seperti kasih sayang, nama baik, hak dan lain-lain.
3. Karena kemanfaatan yang banyak diharapkan dari segi material yang tentu terkait
dengan masalah ekonomi, maka untuk atas nama ekonomi tersebut hal-hal yang
ideal seperti nasionalisme, martabat bangsa akan terabaikan, misal atas nama
memasukkan investor asing aset-aset negara dijual kepada pihak asing, atau aras
nama meningkatkan devisa negara pengirim TKW ditingkatkan.
4. Kemanfaatan yg dipandang oleh etika utilitarianisme sering dilihat dalam jangka
pendek, tidak melihat akibat jangka panjang. Padahal, misal dalam persoalan
lingkungan, kebijakan yang dilakukan sekarang akan memberikan dampak negatif
pada masa yang akan datang.
5. Karena etika utilitarianisme tidak menganggap penting nilai dan norma, tapi lebih
pada orientasi hasil, maka tindakan yang melanggar nilai dan norma atas nama
kemanfaatan yang besar, misalnya perjudian/prostitusi, dapat dibenarkan.
6. Etika utilitarianisme mengalami kesulitan menentukan mana yang lebih
diutamakan kemanfaatan yang besar namun dirasakan oleh sedikit masyarakat
atau kemanfaatan yang lebih banyak dirasakan banyak orang meskipun
kemanfaatannya kecil.

Menyadari kelemahan itu etika utilitarianisme membedakannya dalam dua tingkatan,


yaitu utilitarianisme aturan dan tindakan. Atas dasar ini, maka pertama, setiap kebijakan dan
tindakan harus dicek apakah bertentangan dengan nilai dan norma atau tidak. Kalau bertentangan
maka kebijakan dan tindakan tersebut harus ditolak meskipun memiliki kemanfaatan yang besar.
Kedua, kemanfaatan harus dilihat tidak hanya yang bersifat fisik saja tetapi juga yang non-fisik
seperti kerusakan mental, moralitas, kerusakan lingkungan dsb. Ketiga, terhadap masyarakat
yang dirugikan perlu pendekatan personal dan kompensasi yang memadai untuk memperkecil
kerugian material dan non-material (Arqom Kuswanjono, 2013)

c. Etika Keutamaan

14
Apakah keutamaan itu? Secara etimologis kata "Keutamaan" merupakan
terjemahan dari kata bahasa Inggris yaitu "Virtue" dari bahasa latin "Virtus" dan pararel
dengan istilah "Arete" dalam bahasa Yunani (Lorens Bagus, 1996:457). Kata sifat Inggris
"Virtuous" biasanya diterjemahkan dengan "saleh", dan dalam bahasa-bahasa Barat
Virtue sering dikaitkan dengan kesalehan. Jadi mempunyai arti moral kental.
Etika keutamaan mempunyai tujuan yaitu menjadikan orang jadi orang baik tidak
hanya berbuat baik. Oleh karena itu etika keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu
tindakan, tidak juga mendasarkan pada penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum
moral universal, tetapi pada pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
Karakter moral ini dibangun dengan cara meneladani perbuatan-perbuatan baik yang
dilakukan para tokoh besar.
Kelemahan etika ini adalah ketika terjadi dalam masyarakat yang majemuk, maka
tokoh-tokoh yang dijadikan panutan juga beragam sehingga konsep keutamaan menjadi
sangat beragam pula, dan keadaan ini dikhawatirkan akan menimbulkan benturan sosial.
Kelemahan ini dapat ditangani dengan. Cara mengarahkan keteladanan tidak pada figur
tokoh, tetapi pada perbuatan baik yang dilakukan oleh tokoh itu sendiri, sehingga akan
ditemukan prinsip-prinsip umum tentang karakter yang bermoral itu seperti apa.

Etika Pancasila : Penjabaran Nilai-Nilai Etis Pancasila


Nilai nilai dalam pancasila mengandung norma yang merupakan pedoman dalam
penyelenggaraan kenegaraan.Terdapat dua macam norma yakni norma hukum dan norma moral.
1. Norma hukum merupakan penjabaran dari Pancasila secara eksplisit ke dalam bentuk
perundang undangan.
2. Pijakan normal moral ini sekaligus menjadi koreksi konstruktif dalam pelaksanaan
hukum,sebab bagaimanpun tujuan hukum dan moral itu sendiri adalah tercapainya
masyarakat yang adil dalam semua kehidupan kemanusiaan (Kaelan,2009:140)

Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai nilai
Pancasila
a. Nilai Ketuhanan

15
Nilai yang paling tinggi karena bersifat mutlak.Rumusan ketuhanan yang maha
esa mencerminkan dan menandakan bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang
religius,yang mengakui dan mengimani adanya Tuhan sebagai pencipta.Bangsa yang
bertuhan,bangsa yang terarah dan begantung pada tuhan Yang Maha Esa.Ketuhanan yang
maha esa,menjadi pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia.

b. Nilai Kemanusiaan
Menurut Tap MPR No 11/MPR/1978,penjabaran sila kemanusiaan adalah
mengakui persamaan derajat manusia serta hak dan kewajibannya di antara
sesama,saling,mencintai,mengembangkan sikap tenggang rasa,tidak semena mena
terhadap orang lain,menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan,berani membela kebeneran
dan keadilan,serta memandang diri sebagai bagian umat manusia yang konsekuensinya
adalah mengembangkan kerja sama dengan bangsa bangsa lain dan saling menghormati.

d. Nilai persatuan
Konsep yg muncul dalam pembahasan ini adalah
persatuan,nasionalisme,bhinneka tunggal ika,dan negara.Puncaknya dapat ditelisik dari
peristiwa manifestasi sumpah pemuda yang menghasilkan manifesto 'Satu nusa,Satu
bangsa dan Satu Bahasa'ini menjadi tonggak persatuan Indonesia.Mereka melebirkan diri
dalam persatuan dengan mengabaikan ego ego sektoral-sempit,kesukuan,etnis,untuk
mencapai cita cita besar yakni kemerdekaan.
e. Nilai kerakyatan
Pengertian nilai kerakyatan mengacu ke gagasan Bung Hatta dalam pidato di
India tahun 1955 'Democraty is something which should and eventually must touch the
lives of the people every day in all ways' Dari pernyataan tersebut dikatakan bahwa
prasyarat untuk menegakkan demokrasi adalah masyarakat yang demokratis.
f. Nilai Keadilan
Keadilan pada umumnya dipahami sebagai kondisi di mana setiap orang
memperoleh apa yang menjadi haknya.Keadilan bagu Magnis Suseno (2000:50-51),dapat
dibedakan menjadi dua,yakni keadilan individu dan keadilan sosial.

16
1. Keadilan individu tergantung pada kehendak baik atau buruknya masing masing
individu.
2. Keadilan sosial,pelaksanaannya berkaitan denhan struktur ekonomi,sosial,dan
kekuasaan yang melingkupinya.

Macam Macam Keadilan


1. Keadilan distributif
Keadilan distribusi terwujud dalam suatu perimbangan (proporsional).Keadilan
distributif ini menjadi dasar rujukan Undang Undang Dasar 45 pasal 33.Rumusah yang
tapak ialah harus ada distribusi yang adik atas semua kekayaan dan sumber sumber
ekonomi agar setiap warga negara dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dengan baik dan
tidak harus menderita di bawah garis kemiskinan.
2. Keadilan Retributif (remedial justice)
Keadilan ini menekankan pada suatu titik tengah antara dua kutub yaitu
keuntungan dan kerugian.Keadilan perbaikan (remedial) atau keadilan retributif
dimaksudkan sebagai upaya mengembalikan persamaan dengan jalan menjatuhkan
hukuman sebagai sebuah pengertian keadilan sebagai bentuk perbaikan terhadap
kesalahan,yakni dengan memberi ganti rugi terhadap korban kesalahan atau hukuman
pelakunya

3. Keadilan Komutatif.
Keadilan ini bercirak timbal balik secara adil dan proporsional.Tujuan
memberlakukan keadilan kumutatif ini untuk memelihara ketertiban dan kesejahteraan
dalam masyarakat.Tukar menukar jasa,benda ataupun lainnya harus didasarkan pada
perimbangan yang adil (Kaelan,2008:227-228)

4. Keadilan sosial
Untuk melihat keadilan sosial secara tepat, kita perlu membedakan keadilan sosial
dari keadilan individual. Keadilan sosial itu berkaitan dengan masalah struktur, entah itu
struktur ekonomi, sosial, maupun struktur politik. Mengapa di Indonesia kesejangan
sosial semakin memarah? Titik masalahnya terletak pada struktur masyarakat kita.

17
Struktur masyarakat kita, misalnya, akan memberi peluang yang terus meningkat kepada
mereka yang bernasib baik dan mempunyai uang lebih untuk mengenyam sekolah
setinggi mungkin.
Mengetantaskan kemiskinan adalah masalah keadilan sosial. Masalah ini tidak
bisa diselesaikan dengan memacu orang miskin untuk tidak malas dan semakin rajin
bekerja. Padahal struktur sudah membentuk masyarakat kita sedemikian rupa sehingga
serajin-rajinnya seorang miskin bekerja, dia tidak akan mampu membebaskan diri dari
kemiskinan.
3. Relasi Etika, Norma, dan Fakta
Korelasi antara pandangan hidup dengan etika pada dasarnya tidak dapat dipisahkan. Filsafat
hidup atau pandangan hidup/worldview berdasarkan pada nilai-nilai agama maka etikanya akan
sangat religius. Begitu pula sebaliknya, jika ateisme mqkqnetika masyarakatnya akan menafikan
nilai-nilai ketuhanan.
Suatu tindakan dikatakan baik atau buruk tergantung terhadap materi yang diperoleh. Sebab
moral manusia tidak ada sangkut pautnya dengan urusan kehidupan religius. Jadi, baik menurut
etika belum tentu baik menurut norma moral agama (Kaelan, 2009: 135)

4.4. Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika

Lima esensi Pancasila sebagai sistem etika diantaranya adalah :


1. Pertama, sila ketuhanan, bangsa Indonesia dari dulu sudah mengenal tuhan meskipun
cara mendekati tuhan dan bertuhannya berbeda satu sama lain. Nilai-nilai moral
bersumber pada norma agama.
2. Yang kedua adalah nilai kemanusiaan. Hakikat dari nilai kemanusiaan Indonesia
adalah kebhinneka-tunggal Ika-an atau monopruralis.
3. Ketiga adalah nilai persatuan, makna dari nilai persatuan adalah kerelaan hati untuk
hidup bersama dan mengedepankan masalah bangsa diatas kepentingan golongan atau
individu sebagai warga negara.
4. Keempat adalah nilai kerakyatan. Makna dari kerakyatan terletak pada prinsip
kekeluargaan yaitu musyawarah untuk mufakat. Persoalan apapun harus di selesaikan

18
secara kekeluargaan dengan mengedepankan sikap Arif dan bijaksana, sebab hanya
dengan itu musyawarah untuk mufakat bisa tercapai.
5. Kelima adalah nilai keadilan sosial. Makna dari nilai keadilan sosial terletak pada
prinsip tercapainya tujuan bersama-sama tanpa menafikan kepentingan segelintir
orang. Lebih tepatnya mengedepankan keutamaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang ilmu filsafat dalam bidang aksiologis.
Pancasila mengandung niali universal yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan,
nilai kerakyatan, dan nilai keadialan sosisal yang dimana nilai tersebut membentuk perilaku
manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupan.
Pentingnya pancasila sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu
normatif dalam mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa. Dengan
demikian pelanggaran dalam kehidupan bernegara, seperti korupsi (Penyalahgunaan kekuasaan)
dapat diminimalkan (Modul Pendidikan Pancasila Kemristekdikti, 2016 : 194)

5.2. Saran

Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang nilai-nilainya harus diimplementasikan


oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain sebagai dasar negara, Pancasila juga dapat dijadikan
sebagai sistem etika dalam bermasyarakat. Pancasila harus senantiasa dipraktekkan oleh seluruh
lapisan masyarakat agar diharapkan masyarakat dapat menjadi manusia yang memiliki etika
yang baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. R. (2018). Pancasila Sebagai Sistem Etika. Jurnal Voice of Midwifery, 760-768.
Anas, D. M. (2019). Pendidikan Pancasila. Malang: Pusat Mata Kuliah Pengembangan
Kepreibadian Universitas Brawijaya.
Asdi, E. D. (1997). Imperatif Kategoris dalam Filsafat Moral Kant. Yogyakarta: Lukman Offset.
Damayanti, A. D. (2019). Pancasila sebagai Sistem Etika. Academia.
Haryatmoko. (2003). Etika Politik dan Kekuasaan. Jakarta: Gramedia.
Kaelan. (2002). Filasafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa. Yogyakarta: Paradigma.
Kant, I. (1788). Critique of Pratiqal Reason. New York: Prometheus Book.
Keraf, S. (2002). Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Kompas.
Kurniasih, D. (2017). Pancasila Sebagai Sistem Etika. Unikom Repository.
Lorens, B. (2000). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.
Pasaribu, R. B. (2013). Pancasila sebagai Etika Politik . ACADEMIA.
Peschke, H. C. (t.thn.). Deontological and Teleological Foundation of Moral Norms. SVD.
Pusdatin. (2021, April Rabu). Berita. Diambil kembali dari BPIP:
https://bpip.go.id/berita/1035/673/ini-bunyi-pancasila-dan-makna-5-lambangnya.html
Putri, F. S. (2021). Implementasi Pancasila sebagai Sistem Etika. Journal of Education, 176-184.
Rahman, B. M. (1995). Konstektualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah. Jakarta: Paramidana.

20

Anda mungkin juga menyukai