Anda di halaman 1dari 22

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Tambahan :

Kehamilan trimester awal : kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu
berlangsung dalam 1,2 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-4O)

 Tanda-tanda kehamilan
Tanda-tanda tidak pasti atau terduga hamil adalah perubahan anatomik dan fisiologik selain dari
tanda-tanda presumtif yang dapat dideteksi atau dikenali oleh pemeriksa. Tanda-tanda pasti
kehamilan adalah data atau kondisi yang mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang
diketahui melalui pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa (misalnya denyut jantung janin,
gambaran sonogram janin, dan gerakan janin).
Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh plasenta menimbulkan
perubahan pada payudara (tegang dan membesar), pigmentasi kulit dan pembesaran uterus.
Adanya chorionic gonadotropin (hCG) digunakan sebagai dasar uji imunologik kehamilan. Korionik
somatotropin (Human Prolactin Lactogen/hPL) dengan muatan laktogenik akan merangsang
pertumbuhan kelenjar susu di dalam payudara dan berbagai perubahan metabolik yang
mengiringinya. Hal lain yang terkait dengan perubahan hormonal dan dikaitkan dengan tanda
kehamilan adalah rasa mual dan muntah yang berlebihan atau hyperemesis. Gejala metabolik lain
yang dialami oleh ibu hamil dalam trimester pertama adalah rasa lelah atau fatigue. Kondisi ini
disebabkan oleh menurunnya Basal Meabolic Rate (BMR) dalam trimester pertama kehamilan.
Perubahan anatomis dan fisiologis :
Pernbesaran uterus merupakan perubahan anatomik yang paling nyata pada ibu hamil.
Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada awal keharnilan akan
menyebabkan hipertrofi myometrium disetai Peningkatan vaskularisasi, kongesti, dan edema
jaringan dinding uterus dan hipenrofi kelenjar serviks rnenyebabkan berbagai perubahan yang
dikenali sebagai tanda Chadwick, Goodell, dan Hegar. Tanda Chadwick adalah perubahan warna
menjadi kebiruan atau keunguan pada rulva, vagina, dan serviks. Tanda Goodell adalah perubahan
konsistensi (yang dianalogikan dengan konsistensi bibir) serviks dibandingkan dengan konsistensi
kenyal (dianalogikan dengan ujung hidung) pada saat tidak hamii. Tanda Hegar adalah pelunakan
dan kompresibilitas ismus serviks sehingga ujung-ujung jari seakan dapat ditemukan apabila ismus
ditekan dari arah yang berlawanan.
dorongan mekanik fundus uteri ke kandung kemih menimbulkan gejala sering berkemih selama
periode trimester pertama.
Tanda kehamilan lain adalah kontraksi Braxton Hicks yang terjadi akibat peregangan miometrium
yang disebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus. Kontraksi Braxton Hicks bersifat non-ritmik,
sporadik, tanpa disertai adanya rasa nyeri, mulai timbul sejak kehamilan enam minggu. (ilmu
kebidanan 2016, sarwono prawiroharjo)
 USG
Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik dengan menggunakan gelombang
ultrasonik untuk mempelajari morfologi dan fungsi suatu organ berdasarkan gambaran eko dari
gelombang ultrasonik yang dipantulkan oleh organ. Morfologi dan fungsi organ janin dapat
di[elajari secara kasat mata dengan menggunakan USG 2 Dimensi (USG 2 D). fungsi hemodinamik
uterus-plasenta-janin dapat dipelajari dengan pemeriksaan Doppler. Selain USG 2 D juga telak
dikembangkan USG 3 dimensi. Melalui USG 3 D morfologi, perilaku, dan sirkulasi janin-plasenta
dapat dipelajari lebih mudah.
Pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III dilakukan melalui dinding perut ibu
(transabdominal). Frekuensi gelombang ultrasonik yang digunakan berkisar antara 3 - 5 MHz, yang
mampu memberikan kedalaman penetrasi hingga 1,5 - 20 cm. Pada kehamilan trimester I
pemeriksaan USG paling baik dikerjakan melalui vagina (transvaginal). Frekuensi gelombang
ultrasonik yang digunakan adalah 7,5Mhz atau lebih, yang mempunyai kedalaman penetrasi sekitar
5 - 10 cm, tetapi memberikan kualitas resolusi yang lebih baik.
Pemeriksaan USG-TA terutama dikerjakan pada kehamilan trimester II dan III. Pada kehamilan
trimester I pemeriksaan USG-TA sebaiknya dikerjakan melalui kandung kemih yang terisi penuh
(sehingga disebut juga pemeriksaan USG transvesikal), gunanya untuk menyingkirkan usus keluar
dari rongga pelvik, sehingga tidak menghalangi pemeriksaan genitalia interna. Massa usus yang
berisi gas akan mengharnbat transmisi gelombang ultrasonik. Pada kehamilan trimester II dan III
uterus teiah cukup besar dan letaknya di luar rongga pelvik. Volume cairan amnion sudah cukup
banyak. Pemeriksaan USG-TA dapat dikerjakan tanpa memeriukan persiapan kandung kemih.
Berbeda dengan USG-TA, pemeriksaan USG-TV harus dilakukan dalam keadaan kandung kemih
yang kosong agar organ pelvik berada dekat dengan permukaan transduser dan berada di dalam
area penetrasi transduser. Pemeriksaan USG-TV dapat dilakukan setiap saat, dan organ pelvik
berada dalam posisi yang sebenarnya.

Ultrasonografi Kehamilan Trimester I


Kantung gestasi : Dengan USG-TV yang cukup baik kualitasnya, struktur kantung gestasi (KG)
intrauterin dapat terlihat mulai kehamilan 4,5 minggu (17 hari pascakonsepsi, atau sekitar 10 hari
sejak blastosis bernidasi ke dalam lapisan endometrium). Pada saat itu dia meternya mencapai 2 - 3
mm. Struktur KG intrauterin secara konsisten terlihat mulai kehamilan 5 minggu, saat diameternya
mencapai > 5 mm. Dengan USG-TA kehamilan intrauterin dapat terlihat setelah diameter KG
mencapai 5 mm; dan secara konsisten terlihat mulai kehamilan 6 minggu, saat diameter KG
mencapai > 1O mm.
Kantung gestasi terlihat sebagai struktur kistik (anekoik) berbentuk bundar atau oval, dengan
dinding yang hiperekoik, dan lemaknya eksentrik di dalam lapisan endometrium yang menebal
(Gambar 20-2 A). Struktur tersebut berasal dari kantung korion yang berisi cairan korion. Gambaran
hiperekoik dinding KG berasal dari lapisan korion, jaringan trofoblas, dan desidua kapsularis.
Seringkali dinding KG terlihat sebagai 2 lapisan konsentrik (double decidual sac), di mana lapisan
sebelah dalam berasal dari chorion laeve dan desidua kapsularis; sedangkan lapisan sebelah luar
berasal dari desidua parietalis atau desidua vera (Gambar 20-2 B).

Suatu kehamilan intrauterin baru dapat dipasrikan setelah terlihat struktur yolk sac di dalam KG
(Gambar 20-2 B). Yolk sac berbentuk cincin berdinding tipis yang letaknya di dalam ruang korion.
Dengan USG-TV yolk sac akan konsisten terlihat mulai kehamilan 5,5 minggu, saat diameter KG > 10
mm sedangkan dengan USG-TA yolk sac akan konsisten terlihat mulai kehamilan 6 minggu setelah
diameter KG > 20 mm. Selama kehamilan 5 - 10 minggu diameter yolk. sac mencapai 5 - 6 mm.
Setelah itu yolk sac akan menyusut dan pada kehamilan 12 minggu biasanya tidak terlihat lagi.
Dengan USG-TV struktur embrio pertama kali dapat terlihat pada kehamilan 5,5 minggu, berupa
penebalan pada sebagian dinding yolk sac. Panjangnya sekitar 2 - 3 mm dan belum memperlihatkan
denyut jantung. Panjang embrio akan bertambah sekitar 1 - 2 mm per hari. embrio mulai
menunjukkan aktivitas denyut jantung pada usia kehamilan sekitar 6 minggu, setelah JKB mencapai
5 mm dan diameter KG sekitar 18 mm. Sejak saat itu struktur embrio dan aktivitas denyut jantung
akan konsisten terlihat dengan USG-TV. Dengan USG-TA struktur mudigah akan konsisten terlihat
setelah diameter KG > 25 mm.
Penentuan usia kehamilan melalui pemeriksaan USG paling akurat bila dilakukan pada
kehamilan trimester I. Pada saat itu laju pertumbuhan embrio paling cepat dan variasi biologiknya
paling kecil. Sebelum struktur embrio dapat terlihat, penentuan usia kehamilan dilakukan melalui
pengukuran diameter rata-rata kantung gestasi (KG). Setelah struktur mudigah terlihat, maka usia
kehamilan ditentukan melalui pengukuran panjang rnudigah JKB). Pengukuran diameter KG untuk
menentukan usia kehamilan hanya akurat bila digunakan pada usia kehamilan 5 - 6,5 minggu.
Ultrasonografi Kehamilan Trimester II dan III.
Pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III dilakukan dengan cara transabdominal
tanpa persiapan kandung kemih. Penentuan usia kehamilan pada trimester II paling akurat
dilakukan sebelum kehamilan 20 minggu, misalnya melalui pengukuran kepala dan tulang Panjang.
Setelah kehamilan 20 minggu variasi pertumbuhan janin semakin melebar, sehingga pengukuran
biometri untuk menentukan usia kehamilan menjadi tidak akurat lagi. Berbagai struktur anatomi
janin dapat digunakan sebagai biometri untuk menentukan usia kehamilan, seperti diameter
biparietai (DBP), lingkar kepala, panjang tulang (femur, tibia, humerus, radius, klavikula), jarak
orbita, lebar serebelum, panjang ginjai, dan panjang telapak kaki. Biometri yang cukup mudah
diukur dan lazim digunakan adalah DBP, lingkar kepaia, panjang femur, dan panjang humerus.
Selama kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat daripada pertumbuhan plasenta. Sampai
kehamilan 20 minggu plasenta menempati sekitar 1/4 Iuas permukaan miometrium, dan
ketebalannya tidak lebih dari 2 - 3 cm. Menjelang kehamilan aterm plasenta menempati sekitar 1/8
luas permukaan miometrium, dan ketebalannya dapat mencapai 4-5 cm.
Pemeriksaan USG dapat menentukan letak plasenta dengan lebih mudah, lebih aman, dan
hasilnya cukup akurat. Pemeriksaan dilakukan dengan cara transabdominal ataupun cara
transvaginal. Plasenta bisa berkembang di bagian mana saja pada permukaan endometrium, sesuai
dengan letak implantasi blastosis. (ilmu kebidanan 2016, sarwono prawiroharjo)
 Tes kehamilan
- uji imunologik kehamilan yaitu chorionic gonadotropin (hCG)
hCG darah merupakan tes kuantitatif dan lebih akurat, hCG urin merupakan tes kualitatif yang
lebih mudah dilakukan.
Sebaiknya sampel urine yang digunakan berasal dari air kencing pertama di pagi hari.
- pemeriksaan denyut jantung janin,
bisa dengan Kardiotokografi (CTG) yaitu Alat yang dipakai untuk mencatat pola denyut jantung
janin dalam hubungannya dengan adanya kontraksi ataupun aktivitas janin dalam rahim. Atau
dengan menggunakan stetoskop Laennec.

- pemeriksaam USG / gambaran sonogram janin, dan gerakan janin.


(ilmu kebidanan 2016, sarwono prawiroharjo)
1. Anatomi reproduksi Wanita dan kehamilan
2. Fisiologi reproduksi Wanita dan kehamilan

3. Histologi reproduksi Wanita

Ovarium

berjumlah 2 buah, berbentuk lonjong, terdapat dalam rongga perut. Permukaan ovarium diliputi oleh
epitel selapis kubis yang disebut dengan germinal epithelium (epitel germinal), bagian bawah terdapat
jaringan ikat padat disebut dengan tunika albugenia.

Secara histologi ovarium terdiri dari 2 bagian, yaitu :

1. Cortex Terdiri dari 3 lapisan : germinal epithelium, tunika Albuginea (jar.ikat padat tak teratur) dan
stroma ovarii . Pada saat dewasa : lapisan stroma mengandung folikel-folikel ovarium, corpus luteum
dan corpus albicans

2. Medula Terdiri dari jar.ikat kendor fibro elastik dan banyak terdapat pembuluh darah, limfe, saraf dan
otot polos.
FOLIKEL OVARIUM

Folikel yang terdapat pada ovarium dikelilingi oleh sel epitel yang disebut dengan sel folikuler, folikel
ovarium terdiri dari :

1. Folikel primordial (primitif)

Merupakan folikel yang hanya terdapat pada masa prenatal, terdiri dari ovum (oosit I) dikelilingi oleh 1
lapis sel folikel pipih.

2. Folikel primer

Folikel ini terdapat setelah bayi lahir, jumlahnya 400.000, juga terdiri dari ovum (oosit I) dikelilingi oleh 1
lapis sel folikel pipih.

3. Growing folikel

Folikel ini terbentuk setelah pubertas, akibat pengaruh dari follicle stimulating hormon (FSH). Terjadi
perubahan, sebagai berikut :

a. Oosit I membesar dan bersama sel folikel membentuk zona pellucida, berupa garis homogen yang
mengelilingi oosit I.

b. Sel folikel berubah menjadi selapis kubis >> selapis silindris >> berlapis kubis
c. Timbul ruangan-ruangan kecil berisi cairan disebut dengan call exner bodies.

d. Terbentuk lapisan theca interna (inner vascular layer) dan theca externa (outer vascular layer) berasal
dari jaringan ikat stroma ovarium, terpisah dengan lapisan sel folikel oleh suatu membrane transparan
yang disebut dengan glassy membran. Lapisan theca interna menghasilkan hormon estrogen.

Folikel de graff

Pada folikel ini call exner bodies bersatu menjadi Anthrum Folikuli, selanjutnya sel folikel membentuk 3
macam bentukan :

a. Corona Radiata : Berupa selapis sel folikel yang mengelilingi oosit, melekat langsung pada zona
pelusida

b. Cumulus Oophorus : Terdiri dari sel folikel diluar corona radiata yang menonjol kedalam anthrum.

c. Membrana Granulosa :

Berupa lapisan sel folikel yang membentuk dinding anthrum. Perkembangan folikel primer >> folikel de
graaff selama 10-14 hari.

Stigma >> bagian yang menonjol dari ovarium pada permukaan bebas ovarium.

Ovulasi >> ruptur dan pecah di daerah stigma, oosit II terdorong keluar masuk kedalam rongga
peritoneal. Oosit II keluar disertai liquor folikuli, zona pelusida, corona radiata dan cumulus oophorus.

CORPUS LUTEUM

Corpus luteum merupakan sisa folikel de graff setelah ovulasi dimana dinding antrum akan kolaps.
Akibat pengatuh dari Lutheinizing hormon (LH). Corpus luteum terdiri dari 2 macam sel:

a. Granulosa lutein sel :

Berasal dari membran granulosa, letaknya ditengah, selnya besar dan pucat, sel ini membentuk hormon
progesteron.

b. Theca lutein sel :

Berasal dari sel theca interna, terletak di tepi, sel kecil dan inti gelap.

CORPUS ALBICANS

Corpus albicans terbentuk menjelang menstruasi dimana sel-sel dalam corpus luteum berubah menjadi
jaringan parut, tampak sebagai bentukan pucat homogeny, tidak mengandung sel lagi.
ATRETIK FOLIKEL

Atretik folikel terbentuk setelah ovulasi, pada masa ovulasi biasanya hanya 1 folikel saja yang mencapai
kematangan, sedangkan folikel yang lain akan berdegenerasi menjadi atretik folikel. Pada dasarnya
folikel ini berasal dari folikel primer, growing folikel atau folikel de Graaff, ditandai dengan sel folikel yg
berserakan atau hanya sisa zona pelucida. Pada akhirnya bentukan atretik folikel akan menjadi corpus
albicans.

TUBA UTERINA (TUBA FALLOPI)


Tuba uterina merupakan saluran untuk menyalurkan oosit sampai ke cavum uteri. Secara Anatomi tuba
uterina terdiri dari 4 bagian :

1. Infundibulum

Bagian ujung yang menghadap ke rongga perut. Berbentuk corong (funnel shaped) dan tepi bebasnya
mengandung lipatan-lipatan yg disebut fimbriae yang berfungsi untuk menangkap oosit. 2. Ampula
Merupakan bagian terpanjang dari tuba uterina, panjangnya mencapai 2/3 dari panjang tuba uterina,
memiliki lumen lebar, dinding tipis.

3. Isthmus Merupakan bagian yang memiliki lumen sempit dan dinding tebal.

4. Intramural Bagian ini yang menembus dinding uterus dan memiliki lumen sempit.

Secara histologi tuba uterina terdiri dari 3 lapisan, yaitu :

1. Mucosa

Pada bagian tuba memiliki lipatan mukosa yang berbeda-beda :

Ampula : lipatan mukosanya kompleks dan bercabang-cabang.

Isthmus : lipatan mukosa rendah dan tidak bercabang.

Intra mural : lipatan mukosa sangat rendah

Terdiri dari :

a. Epitel

Terdiri dari epitel selapis silindris yang dipengaruhi siklus reproduksi

terdapat 2 macam sel :

-Peg cell : Merupakan sel sekretoris yang tidak mengandung silia. Jumlahnya meningkat pada kehamilan

-SEL BERSILIA :

Mengandung kinosilia yg bergerak kearah uterus. Jumlahnya terbanyak pd infundibulum dan Paling
sedikit terdapat pd Isthmus

b. Lamina propria : Terdiri dari jaringan ikat dgn sedikit sel fusiform.

2. Lapisan muskularis Terdiri dari 2 lapis otot polos :

- Lapisan.dalam : tersusun sirkuler (melingkar), tebal dan lengkap.

- Lapisan luar : tersusun longitudinal dan tersebar (tidak lengkap) Berfungsi untuk membantu gerakan
ovum, makin kearah uterus semakin tebal. 3. Lapisan serosa/adventitia Terdiri dari jaringan ikat kendor.
UTERUS

Secara anatomi uterus terdiri dari 5 bagian :

- Corpus uteri : bagian badan uterus.

- Cervix uteri : bagian bawah corpus uteri.

- Fundus uteri : bagian atap corpus uteri.

Keterangan :

1. Sel bersilia

2. Peg sel

- Isthmus >> daerah sempit, peralihan corpus ke cervix.

- Portio Vaginalis >> bagian cervix yg menonjol kedalam vagina.

Secara histologi corpus uteri sama dengan fundus uteri, terdiri dari 3

lapisan :

1. Serosa (perimetrium) : Lapisan terluar dan terdiri dari jaringan ikat tipis yang permukaannya diliputi
mesothelium

2. Lapisan muskularis (myometrium) :Terdiri dari jaringan otot polos yg bisa bertambah dengan cara
mitosis dan membesar pada saat hamil

Terdiri dari 3 lapisan otot :

a. Stratum subvasculare : Merupakan lapisan otot polos longitudinal, terdapat paling dalam
b. Stratum vasculare : Terdiri dari otot polos sirkuler dan serong. Terdapat pada bagian tengah dan
paling tebal, banyak mengandung pembuluh darah.

c. Stratum supravasculare

Merupakan lapisan luar, tipis, arah longitudinal. Langsung berhubungan dengan perimetrium.

3. Endometrium

Berhubungan erat dengan myometrium dan mengalami perubahan siklik. Terdiri dari :

- Epitel : Epitelnya selapis silindris dengan beberapa sel yang bersilia dan terdapat lekukan epitel yang
masuk ke dalam lamina propria membentuk kelenjar uterin >> masuk dalam stroma kemudian
bercabang pada bagian basal.

- Lamina propria : Lapisan yang terdapat tepat dibawah epitel, terdiri dari anyaman serabut retikuler
membentuk lamina basalis.

4. Definisi hyperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20
minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari,
berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseron dalam urin. (ilmu kebidanan 2016, sarwono
prawiroharjo)

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang hebat dalam masa kehamilan yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan atau gangguan elektrolit sehingga menggangu
aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin didalam kandungan. Pada umumnya terjadi pada minggu
ke 6-12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut hingga minggu ke 16-20 masa kehamilan. (Badan PPSM
Kesehatan 2017, kementerian Kesehatan)

5. Etiologi hyperemesis gravidarum

Penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya
dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis. (ilmu kebidanan 2016, sarwono prawiroharjo)

6. Klasifikasi hyperemesis gravidarum

Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:

Tingkat I

Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat-badan
menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan
yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik
menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit terapi masih normal.

Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat
dan lebih dari 100 - 140 kali per menit, rekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat,
lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.

Tingkat III

Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran (delirium-
koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan
jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin. (ilmu kebidanan 2016, sarwono prawiroharjo)

Tanda dan gejala menurut berat ringannya hiperemesis gravidarum dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:

a. Derajat/Tingkat 1

Muntah terus menerus (lebih dari 3-4 x sehari yang mencegah masuknya makanan atau minuman
selama 24 jam) yang menyebabkan ibu menjadi lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan turun (2-3
Kg dalam 1 minggu), nyeri ulu hati, nadi meningkat sampai 100 x / menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit menurun dan mata cekung.

b. Derajat/Tingkat 2

Penderita tampak lebih lemah dan tidak peduli/apatis pada sekitarnya, nadi kecil dan cepat, lidah kering
dan tampak kotor, suhu kadang naik, mata cekung dan sclera sedikit kuning, berat badan turun, tekanan
darah turun, terjadi pengentalan darah, urin berkurang, sulit BAB/konstipasi, dan pada nafas dapat
tercium bau aseton.

c. Derajat/Tingkat 3

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun sampai koma, nadi kecil dan cepat,
suhu meningkat dan tekanan darah menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang
dikenal dengan ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, penglihatan ganda, dan perubahan
mental. Keadaan ini akibat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Jika sampai
ditemukan kuning berarti sudah ada gangguan hati. (Badan PPSM Kesehatan 2017, kementerian
Kesehatan)

7. Epidemiologi hyperemesis gravidarum (terakhir)

8. Patofisiologi hyperemesis gravidarum

9. Faktor risiko hyperemesis gravidarum

Faktor predisposisi yang sering kemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
Hal tersebut dikaitkan dengan meningkatnya produksi hormone korionik gonadotropin. Perubahan
metabolik dalam kehamilan, alergi dan faktor psikososial, wanita dengan riwayat mual pada kehamilan
sebelumnya dan wanita yang mengalami obesitas juga mengalami peningkatan risiko hiperemesis
gravidarum (HEG). (Badan PPSM Kesehatan 2017, kementerian Kesehatan)

10. Alur diagnosis (anamnesis, manifestasi klinis, pemfis, pem.penunjang) hyperemesis gravidarum

Diagnosis
- Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
- Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat,
subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
- Fisik dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucber uterus
besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks
berwarna biru (liaide).
- Pemeriksaan USG; untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa.
- Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda keton, dan
proteinuria.
- Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi psikologi.

Gejala Klinik

Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea, muntah,
penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi termasuk
hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi,
hipokalemia, dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid dan LFT yang abnormal juga dapat dijumpai.
(ilmu kebidanan 2016, sarwono prawiroharjo)

Dari anamnesis, didapatkan amenorhoe, terdapat tanda kehamilan muda dengan keluhan muntah
terus menerus. Pada pemeriksan fisik didapatkan keadaan pasien lemah apatis sampai koma, nadi
meningkat sampai 100x/menit, suhu meningkat, TD turun, atau ada tanda dehidrasi lain. Pada
institusi pelayanan yang lebih tinggi dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, diantaranya: Pada
pemeriksaan elektrolit darah ditemukan kadar natrium dan klorida turun. Pada pemeriksaan urin
kadar klorida dan dapat ditemukan keton. (Badan PPSM Kesehatan 2017, kementerian Kesehatan)

11. Diagnosis banding hyperemesis gravidarum

Diagnosis Banding: muntah karena gastritis, ulkus peptikum, hepatitis, kolesistitis, pielonefritis.

12. Tatalaksana hyperemesis gravidarum (non farmakologis, termasuk edukasi dan farmakologis)

Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit dan membatasi
pengunjung.

o Stop makanan per oral 24 - 48 jam.

o Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2:1, 40 tetes per menit.

o Obat :

- Vitamin B1, B2, dan 85 masing-masing 50 - 100 mg/hari/infus.

- Vitamin B12 200 pg/hari/infus, vitamin C 200 mg/hari/infus.

- Fenobarbital 30 mg IM. 2 - 3 kali per hari atau klorpromazin 25 - 50 mg/hari IM. atau kalau diperlukan
diazepam 5 mg 2 - 3 kali per hari IM.

- Antiemetik: prometazin (avopreg) 2 - 3 kali 25 mg per hari per oral atau proklorperazin (stemetil) 3 kali
3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali 1 per hari per oral.
- Antasida: asidrin 3 x 1 tablet per hari per oral atau milanta 3 x 1 tablet per hari per oral atau magnam 3
x 1 tablet per hari per orai.

Diet sebaiknya meminta masukan ahli gizi :

- Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-
buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 - 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang
mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.

- Diet hiperemesis Ii diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan
bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini
rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.

- Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan
penderita minuman boieh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali
kalsium.

Rehidrasi dan suplemen vitamin : Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9 %). Cairan dekstrose tidak
boleh diberikan karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk mengoreksi hiponatremia.
Suplemen potasium boleh diberikan secara intravena sebagai tambahan. Suplemen tiamin diberikan
secara oral 50 atau 150 mg atau 100 mg dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl. Urin output juga harus
dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstick untuk mengetahui terjadinya ketonuria.

Antiemesis : Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamin antagonis


(metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klorpromazin, proklolperazin), antiko linergik (disiklomin)
atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin, siklizin). Namun, bila masih tetap tidak
memberikan respons, dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis 5-
Hidroksrriptamin (5-HT3) (ondansetron, sisaprid). (ilmu kebidanan 2016, sarwono prawiroharjo)

13. Komplikasi hyperemesis gravidarum

Maternal : Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6,
nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis Korsakoff
(amnesia, menunrnnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk
hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.

Fetal : Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim (IUGR). (ilmu kebidanan 2016, sarwono prawiroharjo)

14. Prognosis hyperemesis gravidarum

15. ayat dan hadits sesuai kasus hyperemesis gravidarum

Anda mungkin juga menyukai