PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis kutis merupakan penyakit yang disebabkan Mycobacterium
kian menurun sejalan dengan menurunnya tuberculosis paru. Hal itu tentu
adalah Lupus Vulgaris, sedangkan di India bentuk yang tersering dijumpai adalah
ditemukan.1
Tuberkulosis Kutis Verukosa merupakan tuberculosis kutis sejati sekunder
yang terjadi akibat inokulasi eksogen atau autoinokulasi dari sputum penderita
tuberculosis paru aktif pada kulit yang terkena trauma. Oleh karena itu, sering
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
A. Definisi
Tuberkulosis verrucosa kutis (TBVC) adalah bentuk paucibacillary
tuberkulosis kulit yang disebabkan oleh infeksi eksogen berulang pada individu
basil ke dalam kulit di individu dengan imunitas sedang atau tinggi. Inokulasi
terjadi pada luka kecil atau lecet, dan jarang pada sputum pasien. Kebanyakan,
namun cukup sering di benua Asia. Di Eropa, bagian yang sering adalah tangan,
tetapi di negara-negara Timur dapat mengenai lutut, pergelangan kaki dan bokong
10% kasus diluar paru (ekstrapulmoner). Tuberkulosis kutis hanya 1-2% dari
laki-laki. Pada daerah endemis tuberkulosis, 50% kasus tuberkulosis kutis dapat
terjadi pada usia kurang dari 19 tahun. Sebanyak 3-12% kasus tuberkulosis kutis
kadang juga disebabkan oleh M. bovis atau vaksin BCG (strain M. Bovis yang
dilemahkan).
2
Mycobacterium tuberculosis merupakan basil tidak berkapsul, non-motil, non
berspora, dengan panjang sekitar 1-10m dan lebar 0,2-0.6m; yang paling
penting jika diberi pewarnaan air fuchsin akan berwarna merah dan tidak berubah
warna pada pemberian alkohol dan asam (basil tahan asam). dinding sel memiliki
kandungan lipid yang tinggi tidak bereaksi terhadap pewarnaan, namun rentan
kondisi tertentu untuk tumbuh dan berkembang biak: oksigen, nutrisi dan pH
tanpa keterlibatan dari Th2 jalur. Setelah mikrobakteri terhirup, makrofag alveolar
hidup dalam makrofag. Jika agen infeksi masih belum mampu dihilangkan, maka
akan diinduksi produksi sitokin seperti IL-6, IL-12, IL-1, IL-1, yang
CD8+ dan NK-sel dirangsang oleh interleukin (IL-12 dan IL-18) yang diproduksi
oleh sel dendritik untuk melepaskan IFN- untuk merangsang produksi RIN
Produksi IFN- dianggap sebagai penanda penting respon imun terhadap MTb.
Setelah gagalnya mekanisme penahanan awal, tubuh memulai usaha baru
oleh TNF-. Sehingga akan merangsang pelepasan IL-1, IL-6, RNI, dan ROI oleh
3
makrofag. Terdapatnya IL pada fase kronis akan merangsang makrofag untuk
diferensiasi menjadi sel epiteloid dan giant sel, yang selanjutnya dibantu oleh IL-
17 dan IL-23 untuk membentuk dan menjaga granuloma dalam jangka waktu
yang lama.
TBC kulit dapat diperoleh dari penyebaran hematogen atau limfatik fokus
paru atau melalui inokulasi langsung. Namun setiap kali ada basil baru, maka
granuloma.
E. Diagnosis
1. Manifestasi klinik
4
Lesi biasanya terjadi pada tangan atau pada ekstremitas bawah yang
berkembangnya plak verukous dengan tepi irregular. Pada fissure yang terisi
keunguan. Lesi biasanya soliter, tetapi lesi multiple dapat terjadi. Limfonodus
2. Histopatologi
dengan hyperkeratosis dan sel infiltrate yang terdiri dari neutrofil, limfosit dan
giant sel dan tidak adanya dermis superficial. Sel epiteloid dan giant sel
5
ditemukan pada bagian atas dan tengah dermis. Tipe tuberkel tidak umum dan
diameter lebih dari 10 mm. Pada pasien yang sudah pernah mendapat vaksin
BCG, diameter lesi 15 mm dinyatakan positif. Hasil tes positif terjadi 2-3
minggu setelah infeksi. Hasil tes tuberkulin positif tergantung pada imunitas
6
Primary cutaneus blastomikosis, infeksi inokulasi terutama pada pengawai
- Lesi awal, nodul inflamasi yang membesar dan ulserasi; nodul subkutan,
serpiginous.
- Perbatasan perifer meluas di satu sisi, menyerupai setengah sampai tiga
perempat bulan.
- Pus keluar jika krusta diangkat.
- Central healing dengan bekas luka atrofi yang tipis.
- Lesi luas di HIV / AIDS
- Distribusi:
Biasanya simetris pada badan
Juga wajah, tangan, lengan, kaki
Multiple lesi pada beberapa pasien
2. Chromomikosis
7
Gambar 5. Chrocomikosis
- Tempat inokulasi
Nodul tunggal pada tempat trauma.
- Lesi kronis (bulan ke tahun)
Nodul baru muncul.
Meluasnya plak verrucous dengan central clearing dan kulit normal di
menjadi pedunkulata.
Permukaan lesi verrucous: pustul, ulserasi kecil, "black dot" dari bahan
Distribusi
8
Pada semua pasien tuberkulosis kutis, harus dievaluasi kemungkinan
tuberkulosis paru, serta infeksi tuberkulosis di tempat lain seperti kelenjar limfe,
kategori 1. Regimen ini diberikan selama enam bulan, terdiri dari dua bulan fase
intensif dan empat bulan fase lanjutan. Pengobatan fase intensif adalah isoniazid
(H), ethambutol (E), rimfapisin (R), dan pirazinamid (Z), sedangkan pada fase
lanjutan diberikan isoniazid (H) dan rifampisin (R). Apabila infeksi tuberkulosis
(OAT) kategori 2. Regimen itu terdiri dari tiga bulan fase intensif, ditambah
injeksi streptomisin selama dua bulan pertama. Setelah fase intensif kemudian
tuberkulosis lain :
- Isoniazid (5 mg/kg/hari)
- Rifampisin (10 mg/kg/hari)
- Ethambuthol (25 mg/kg/hari)
- Streptomisin (25 mg/kg/hari)
- Pirazinamid (15-30 mg/kg/hari)
Respons klinis bisa terlihat dalam 4-6 minggu pengobatan. Jika tidak
kemungkinan adanya infeksi lain atau infeksi tuberkulosis di tempat lain seperti di
tulang, sendi, meninges, serta kemungkinan resistensi obat anti tuberkulosis yang
diberikan. Resistensi ditandai dengan respons buruk terhadap terapi serta lesi kulit
yang bertambah berat dan luas. Pasien resisten harus mendapatkan obat anti
9
tuberkulosis lini kedua, seperti amikasin, streptomisin, kanamisin, ciprofloxacin,
dipantau adanya efek samping obat seperti buta warna, hepatitis, kolestasis,
10
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Tn. Matius Polenga
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Konawe Selatan
Pekerjaan : Petani
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan: Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 14 Februari 2017
B. Anamnesis
Keluhan utama:
Panas dan gatal pada lutut sebelah kiri
Perjalanan penyakit :
Pasien datang dengan keluhan panas dan gatal pada lutut sebelumnya pasien
pernah terjatuh pada aspal yang lama kelamaan terbentuk lesi putih seperti uang
logam, yang kemudian menyebar ke daerah sekitar lutut. Lesi berisi cairan yang
kemudian pecah dan mongering. Saat ini pasien sudah tidak merasakan panas
padaa lutut.
Riwayat pengobatan:
Pasien pernah berobat ke RSUB sekitar 2 tahun yang lalu dan mendapat terapi
11
Tekanan Darah : 130/80
Status General
Kepala : Normocephali
Mata :-
THT :-
Thoraks :-
Abdomen :-
Ekstremitas : Perdapat plak verukosa berwarna merah pada kaki sebelah
kiri
Effloresensi : Plak verukosa berwarna merah disertai bintik-bintik hitam
D. Pemeriksaan Laboratorium
-
E. Pemeriksaan Penunjang
Foto thoraks
- TB paru kanan aktif, tidak jelas.
- Kalsifikasi paru sinistra
F. Diagnosis Banding
Blastomikosis, dan chromomikosis
G. Resume
Pasien datang dengan keluhan panas dan gatal pada lutut sebelumnya
pasien pernah terjatuh pada aspal yang lama kelamaan terbentuk lesi putih
seperti uang logam, yang kemudian menyebar ke daerah sekitar lutut. Lesi
berisi cairan yang kemudian pecah dan mongering. Saat ini pasien sudah tidak
merasakan panas padaa lutut. Pasien pernah berobat ke RSUB sekitar 2 tahun
yang lalu dan mendapat terapi oral dan salep. Pasien memiliki riwayat
H. Diagnosis Kerja
TB Kutis Verokosa
12
I. Penatalaksanaan
Pasien diberikan pengoatan TB kategori 1 yaitu 2RHZE + 4RH dosisnya
sejumlah 3 tablet.
Pasien juga diberikan salep denomix dan fusycom dioles tiap malam,
13
BAB IV
DISKUSI KASUS
Pasien pria, usia 67 tahun dimana tuberculosis cutis verukous lebih banyak
mengenai laki-laki dibanding wanita rasio 3:1. Usia untuk pasien tuberculosis cutis
Pasien datang dengan keluhan panas dan gatal pada lutut sebelumnya pasien
pernah terjatuh pada aspal yang lama kelamaan terbentuk lesi putih seperti uang
logam, yang kemudian menyebar ke daerah sekitar lutut. Lesi berisi cairan yang
kemudian pecah dan mongering. Lesi berbentuk plak eritem disertai krusta. Hal ini
sesuai dengan tuberculosis kutis verukous yang teradi akibat infeksi eksogen pada
kulit yang tidak utuh pada daerah terpajan terutama sekitar ekstremitas bawah.
Pada gambaran klinis ditemukan bentuk lesi berupa plak verukosa berwarna
merah yang sesuai dengan gambaran klinik dari tuberculosis verukosa. Hal ini juga
paru aktif.
kategori 1 2RHZE + 4RH yang disesuaikan dengan berat badan 60 kg adalah 3 tablet
yang diminum selama 2 bulan fase intensif dan dilanjutkan selama 4 bulan fase
lanjutan. Pasien juga diberikan salep denomix dan fusycom yang berfungsi sebagai
terapi topical untuk mencegah bakteri lain menginfeksi luka tersebut. Pemberian
14
DAFTAR PUSTAKA
Penyakit Kulit dan Kelamin. 3th ed. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran
Dermatology in General Medicine 7th Ed. Vol. 1 & 2. New York, USA. 2008.
Hal. 1807-18115
5. Kurniati CR. Etiopatogenesis Dermatofitosis. FK
15