Anda di halaman 1dari 112

KIMIA ORGANIK

Di susun Oleh :

1. Adis Noviani 01017228


2. Anggia Afrina 01017233
3. Dona Monica 01017345
4. Euis Yulia Mirzanah 01017252
5. Erin Nursanti 01017247
6. Ine Ciptanisah Pratiwi 01017260
7. Lu’lu’ul Jannah 01017269
8. Marika Widi 01017272
9. Mentari Anggraini 01017343
10. Reny Widya 01017287
11. Rini Novitasari 01017289
12. Shinta Kusdinar 01017334
13. Silvia Shandy 01017339
14. Tenny Shintawati 01017298
15. Thia Destria 01017300
16. Viany Leni Herlina 01017303
17. Wikayati Rahmadani 01017310
18. Yulian 01017314

SEKOLAH TINGGI FARMASI (STF) YPIB CIREBON


PROGRAM PENDIDIKAN STRATA SATU (S1) FARMASI
CIREBON
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Kimia Organik dengan membahas Alkana,
Alkena, Alkuna, Alkohol, Fenol, Aldehid, Keton, Asam Karboksilat, Eter dan
Aromatik dalam bentuk buku.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu
penyelesaian buku ini.
Dalam penyusunan buku ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan buku ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Cirebon, Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I Alkana, Alkena dan Alkuna
A. Alkana..................................................................................................... 2
B. Alkena...................................................................................................... 11
C. Alkuna..................................................................................................... 24

BAB II Alkohol dan Fenol

A. Alkohol.................................................................................................... 31
B. Fenol........................................................................................................ 39

BAB III Aldehid......................................................................................... 52

BAB IV Keton............................................................................................. 65

BAB V Asam Karboksilat......................................................................... 76

BAB VI Eter................................................................................................ 84

BAB VII Aromatik..................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 107

ii
BAB I

Alkana, Alkena, dan Alkuna

Gugus fungsi ialah atom atau kelompok atom dalam molekul yang
memiliki sifat-sifat kimia yang khas. Gugus fungsi yang sama dalam molekul
yang berbeda dapat memperlihatkan perilaku kimia yang sama. Misalnya etena
dan sikloheksena akan sama-sama menghasilkan produk reaksi adisi ketika
direaksikan dengan Br2.

Reaksi etena dan sikloheksena dengan Br2

        Maksud dari contoh di atas adalah reaktivitas setiap molekul organik,
meskipun dengan molekul yang sangat besar, ditentukan oleh gugus fungsinya.
Gugus fungsi senyawa organik dapat berupa ikatan karbonkarbon rangkap dua
atau rangkap tiga. Contoh gugus fungsi yang lain misalnya atom-atom halogen,
oksigen, nitrogen, sulfur.
1. Gugus Fungsi Dengan Ikatan Rangkap Karbon-Karbon Alkena, alkuna, dan
arena (senyawa aromatis) memiliki ikatan rangkap karbon-karbon. Alkena
memiliki ikatan rangkap dua, alkuna memiliki ikatan rangkap tiga, sedangkan
arena memiliki ikatan rangkap yang berselang-seling dengan ikatan tunggal
dalam cincin yang beranggotakan enam karbon. Oleh karena kemiripan
struktur, ketiga kelompok senyawa tersebut memiliki kemiripan sifat kimiawi.
2. Gugus Fungsi Dengan Ikatan Tunggal Karbon dengan Atom Elektronegatif
Atom-atom elektronegatif yang umumnya berikatan tunggal dengan atom
karbon dalam sebuah gugus fungsi adalah halogen, oksigen, nitrogen, sulfur.

1
3. Gugus Fungsi dengan Ikatan Rangkap Karbon-Oksigen Ikatan rangkap
karbon-oksigen biasa disebut gugus karbonil (C=O). Gugus karbonil ada pada
beberapa senyawa organik penting. Senyawa-senyawa ini memiliki kemiripan
dalam beberapa hal, tetapi berbeda tergantung atom apa yang terikat dengan
atom karbon karbonil. Aldehid, memiliki satu atom hidrogen yang terikat
pada karbon karbonil, sedangkan atom yang terikat pada karbon karbonil pada
senyawa keton adalah dua atom karbon. Pada asam karboksilat, memiliki
gugus –OH yang terikat pada karbon karbonil. Ester memiliki atom oksigen
yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan halida asam memiliki atom
halogen yang terikat dengan karbon karbonil. Karbon karbonil memiliki
muatan parsial positif, sedangkan atom oksigennya parsial negatif.

A. Alkana

Alkana adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan rantai


karbon tunggal. Rumus umum alkana yaitu CnH2n+2. Dari metana ke etana
memiliki perbedaan –CH2–, begitu seterusnya. Deret senyawa karbon dengan
gugus fungsi sama dengan selisih sama yakni –CH2– disebut deret homolog.

Alkana atau parafin adalah senyawa kimia hidrokarbon jenuh asiklis.


Alkana juga termasuk senyawa alifatik atau dengan kata lain, Alkana adalah
sebuah rantai karbon panjang dengan ikatan tunggal.

Perhatikan Deret Homolog Alkana!

2
1. Penamaan Alkana
Kita telah mempelajari bahwa ikatan tunggal yang terbentuk pada
molekul etana adalah karena adanya overlap elektron sigma pada orbital
karbon sp3. Senyawa yang hanya memiliki ikatan tunggal karbon-karbon dan
karbon-hidrogen, berapapun jumlah atom karbonnya, kita golongkan dalam
kelompok senyawa alkana.

Alkana biasa disebut dengan senyawa hidrokarbon jenuh. Disebut


hidrokarbon karena di dalamnya hanya terkandung atom karbon dan hidrogen.
Disebut jenuh karena hanya memiliki ikatan tunggal C-H dan C-C saja.
Alkana memiliki rumus umu CnH2n+2, di mana n adalah bilangan asli yang
menyatakan jumlah atom karbon. Alkana juga sering disebut sebagai senyawa
alifatik (Yunani = aleiphas yang berarti lemak).

Hal ini dikarenakan lemak-lemak hewani mengandung karbon rantai


panjang yang mirip dengan alkana Alkana dengan satu formula dapat
membentuk beberapa struktur molekul. Misalnya alkana dengan empat atom
karbon dapat\ membentuk normal butana dan isobutana, keduanya sama-sama
memiliki rumus molekul C4H10. Hal yang sama juga terjadi untuk C5H12,
dan seterusnya. Suatu senyawa yang memiliki jumlah dan macam atom sama
tetapi berbeda dalam penataannya disebut dengan isomer. Isomer berasal dari
bahasa Yunani; isos + meros yang berarti terbuat dari bagian yang sama.
Senyawa seperti butana dan isobutana hanya berbeda pada urutan atom yang
terikat satu sama lainnya, disebut isomer konstitusional. Isomer konstitusional
tidak terbatas hanya untuk alkana, tetapi juga pada sebagian besar senyawa
organik. Isomer konstitusional bias berbeda pada susunan kerangka atom
karbon (seperti pada butane dan isobutana), perbedaan gugus fungsi (seperti
pada etanol dan dimetil eter), atau berbeda pada penempatan gugus fungsi
(isopropilamina dan propilamina). Meskipun memiliki formula yang sama,
sifat-sifat fisika kimia dari isomer biasanya berbeda. Alkana dapat
digambarkan dengan menggunakan struktur terkondensasi. Semua ikatan
dalam molekul diabaikan/ dihilangkan.

Jika ada tiga atom hidrogen terikat pada satu karbon, digambar dengan
CH3, jika dua hidrogen digambar dengan CH2, dan seterusnya. Dengan
demikian kita dapat menggambar butana dengan struktur CH3CH2CH2CH3

3
atau CH3(CH2)2CH3. Alkana diberi nama berdasarkan jumlah atom
karbonnya. Penamaan diambil dari bahasa Yunani, kecuali untuk satu hingga
empat atom karbon, yaitu metana, etana, propana, dan butana. Akhiran ana
ditambahkan pada akhir tiap nama untuk memberikan ciri bahwa senyawa
tersebut adalah alkana. Selanjutnya, pentane berarti terdiri dari lima atom
karbon, heksana terdiri dari enam karbon, dan seterusnya.

Ada beberapa tahap dalam penamaan alkana: 

Tahap satu: Temukan rantai utama hidrokarbon 

a. Rantai utama adalah rantai hidrokarbon terpanjang yang ada dalam


molekul.

b. Jika ada dua rantai yang sama panjang, pilih salah satu yang memiliki
substituen lebih banyak

Tahap dua: Nomori atom-atom dalam rantai utama

a. Mulailah dari ujung rantai yang paling dekat dengan rantai samping untuk
memberi nonor urut pada rantai utama.

4
Tahap tiga: dentifikasi tiap substituent

a. Beri nama rantai samping berdasarkan nomor urut dalam rantai utama.

b. Jika ada dua substituen terikat pada satu karbon, keduanya diberi nomor
yang sama.

2. Sifat-sifat Alkana
Alkana kadang kala diacu untuk parafin (Latin; prum affinis) yang
berarti memiliki afinitas rendah. Hal ini sesuai dengan sifat alkana, yaitu
memiliki afinitas yang rendah terhadap senyawa lain, dan relatif inert.

5
Meskipun demikian, alkana dapat bereaksi dengan senyawa lain dalam
kondisi yang sesuai. Alkana bereaksi dengan oksigen selama proses
pembakaran, produknya adalah karbondioksida dan air serta membebaskan
sejumlah energi dalam bentuk panas. Contohnya metana (gas alam) bereaksi
dengan oksigen menurut reaksi:

Selain itu, alkana juga dapat bereaksi dengan Cl2 ketika campuran
keduanya diradiasi dengan sinar ultraviolet. Tergantung pada jumlah kedua
reaktan dan lama reaksi, produk substitusi hidrogen alkana oleh atom klorida
menghasilkan campuran produk klorinasi. Contohnya, metana bereaksi
dengan Cl2 menghasilkan campuran produk yang terdiri dari CH3Cl,
CH2Cl2, CHCl3, dan CCl4 menurut reaksi:

Alkana memperlihatkan peningkatan titik didih dan titik lebur sesuai


dengan peningkatan bobot molekulnya. Hal tersebut terjadi karena adanya
energi dispersi yang lemah antar molekul. Energi dispersi meningkat sesuai
dengan peningkatan ukuran molekul. Akibatnya titik didih dan titik lebur
meningkat dengan semakin panjangnya rantai alkana.
Faktor lain yang mempengaruhi titik didih alkana adalah adanya rantai
samping (cabang). Misalnya pentana, tanpa cabang memiliki titik didih
36.10C, titik didih isopentana (2-metil butana) 27.850C, sedangkan untuk
neopentana (2,2-dimetilpropana) memiliki titik didih 9.50C. Adanya rantai
samping membuat molekul memiliki luas permukaan yang lebih kecil,
akibatnya memiliki energi disperse rendah.

Semakin bertambah jumlah atom C maka Mr ikut bertambah akibatnya


titik didih dan titik leleh semakin tinggi. Alkana rantai lurus memiliki titik
didih lebih tinggi dibanding alkana rantai bercabang dengan jumlah atom C
sama. Semakin banyak cabang, titik didih makin rendah. Alkana mudah larut
dalam pelarut organik namun sukar latur dalam air.

6
Oksidasi atau pembakaran alkana bersifat eksotermik atau
menghasilkan kalor. Pembakaran alkana berlangsung sempurna dan tidak
sempurna. Pembakaran sempurna menghasilkan gas CO2 sedang pembakaran
tidak sempurna menghasilkan gas CO.

Reaksi pembakaran sempurna alkana, yaitu:

CH4(g) + 2 O2(g) ==> CO2(g) + 2 H2O(g) + E

Reaksi pembakaran tak sempurna alkana, yaitu:

2 CH4(g) + 3 O2(g)==> CO(g) + 4 H2O(g) + E

Alkana dapat bereaksi substitusi dengan halogen. Reaksi substitusi adalah


reaksi penggantian atom/gugus atom dengan atom/gugus atom yang lain.

CH4(g) + Cl2(g) ==> CH3Cl(g) + HCl(g)

Senyawa alkana rantai panjang dapat mengalami reaksi eliminasi.


Reaksi eliminasi adalah reaksi penghilangan atom/gugus atom untuk
mendapatkan senyawa karbon lebih sederhana. Contoh pada reaksi eliminasi
termal minyak bumi dan gas alam.

3. Gugus Alkil
Jika satu atom hidrogen dibebaskan dari sutau alkana maka diperoleh
struktur yang disebut alkil. Perlu dicatat bahwa gugus alkitl tidak stabil jika
berdiri sendiri, alkil merupakan bagian dari molekul yang besar. Gugus alkil
diberi nama sesuai dengan rantai alkananya dengan mengganti akhiran –ana
menjadi –il. Contohnya alkil dari metana adalah metil, sedangkan etana yang
kehilangan satu hydrogen disebut etil. Kombinasi antara alkil dengan gugus
fungsi yang lain akan menghasilkan ribuan senyawa.

Gugus alkil dapat diperoleh dengan membebaskan hydrogen dari


karbon terminal (ujung rantai) atau dari atom karbon internal (ditengah
rantai). Ada empat macam atom karbon berdasarkan jumlahsubstituen karbon
lain. Atom karbon yang mengikat satu karbon lain disebut karbon
primer.Atom karbon yang mengikat dua atom karbon lain disebut karbon
sekunder.Untuk karbon yang mengikat tiga karbon lain disebut karbon tersier,
sedangkan jika mengikat empat karbon lain disebut karbon kuarterner.Jika
atom hidrogen pada karbon-karbon tersebut dihilangkan maka ada tiga

7
kemungkinan gugus alkil yang terbentuk, yaitu alkil primer, sekunder, dan
tersier.Alkil kuarterner tidak mungkin terbentuk, karena karbon kuarterner
sudah tidak mengikat hidrogen lagi.

4. Sikloalkana: Isomer Cis-Trans dalam Sikloalkana

Selain alkana dengan rantai terbuka, di alam juga terdapat alkana


dalam bentuk cincin. Senyawa tersebut dinamakan sikloalkana atau senyawa
alisiklik (alifatik siklik). Apabila cincin sikloalkana adalah –CH2- maka
senyawa tersebut memiliki rumus umum (CH2)n atau CnH2n.

Senyawa-senyawa alosiklik dengan cincin berbeda terdapat berlebihan


di alam. Contohnya, prostaglandin, hormon yang mengatur secara luas
bermacam fungsi fisiologis manusia termasuk agregasi platelet darah, dilatasi
bronkus, dan penghambatan sekresi gastrin, memiliki cincin karbon lima
anggota (siklopenatana).

Steroid, seperti kortison, mengandung cincin-cincin yang terikat satu


sama lain, tiga cincin dengan enam anggota (sikloheksana) dan satu cincin
lima anggota (siklopentana).

8
1) Penamaan sikloalkana
a. Temukan rantai utama 

Hitung jumlah atom karbon penyusun cincin dan jumlah karbon


dalam substituennya. Jika jumlah karbon dalam cincin sama dengan
jumlah karbon dalam substrituen, maka senyawa tersebut diberi nama
sebagai sikloalkana tersubstitusi alkil. Akan tetapi jika jumlah karbon
dalam substituen lebih banyak dari pada karbon dalam cincin maka
senyawa tersebut diberi nama sebagai alkana tersubstitusi sikloalkil.

b. Jumlah substituen dan beri nama

Sikloalkana tersubstitusi alkil atau halogen, mulailah penomoran


dari atom karbon yang mengikat substituen tersebut. Untuk substituent
kedua dan seterusnya diberi nomor sekecil mungkin.

2) Isomer cis-trans dalam sikloalkana


Dalam beberapa hal, sifat kimia sikloalkana mirip dengan alkana
asikloik (rantai terbuka). Keduanya sama-sama non polar dan cenderung
inert. Akan tetapi terdapat perbedaan mendasar. Pertama, sikloalkana
kurang fleksibel dibandingkan dengan alkana rantai terbuka. Ikatan tunggal
(ikatan sigma) pada alkana asliklik dapat berputar.

9
Pada sikloalkana, ikatan yang terbentuk kurang bebas untuk
berputar. Misalnya siklopentana, bentuknya adalah segitiga rigid dan
planar. Putaran pada ikatan karbon-karbon tidak mungkin terjadi tanpa
merusak cincin.

Oleh karena strukturnya yang siklik, sikloalkana memiliki dua sisi


yaitu sisi atas dan bawah. Hal ini memungkinakn sikloheksana memiliki
kemungkinan isomerisme berdasarkan letak substituennya. Contohnya, ada
dua bentuk isomer dari 1,2-dimetilsiklopropana. Pertama dengan dua gugus
metil pada sisi yang sama, kedua dengan gugus metil pada posisi yang
berlawanan. Kedua bentuk isomer merupakan molekul yang stabil, dan
dapat dikonfersi dari bentuk satu ke bentuk lainnya tanpa memecah cincin
atau tanpa membentuk ikatan baru.

Tidak seperti isomer konstitusional seperti pada butana dan


isobutana dimana terdapat perbedaan urutan penempatan atomatomnya.
Kedua isomer 1,2-dimetilsiklopropana memiliki tempat ikatan yang sama,
tetapi berbeda pada posisi atom-atomnya. Semuawa senyawa yang
memiliki posisi ikatan atom yang sama tetapi berbeda pada orientasi tiga
dimensinya disebut stereoisomer.

10
1,2-dimetilsiklopropana merupakan salah satu contoh stereoisomer yang
disebut isomer cis-trans. Awalan cis- berarti terletak pada sisi yang sama,
sedangkan trans- untuk menyatakan posisi yang berlawanan.

5. Kegunaan Alkana

Secara umum, alkana digunakan sebagai bahan bakar dan bahan baku
dalam industri petrokimia.

 Metana, digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan bahan baku
pembuatan zat kimia seperti H2 dan NH3.
 Etana, digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan sebagai
refrigerant dalam sistem pendinginan dua tahap untuk suhu rendah.
 Propana, digunakan sebagai komponen utama gas elpiji untuk memasak
dan bahan baku senyawa organik.
 Butana, digunakan sebagai bahan bakar kendaraan dan bahan baku karet
sintetis
 Oktana, digunakan sebagai komponen utama bahan kendaraan bermotor ,
yakni bensin.

B. Alkena

Alkena ialah suatu hidrokarbon yang mengandung suatu ikatan


rangkap dua antara dua atom C yang berurutan. Kadang-kadang alkena disebut
olefin, dari kata olefiant gas (gas yang membentuk minyak), suatu nama lain
untuk etilena (CH2=CH2). Alkena disebut juga hidrokarbon tidak jenuh karena
tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang datap ditampung oleh setiap
atom karbon. Alkena mempunyai ikatan sigma dan ikatan phi antara dua atom
karbon yang berhadapan.

Ikatan rangkap karbon-karbon merupakan gugus fungsional yang


banyak terdapat dalam produk-produk alam dan pada umumnya ikatan rangkap

11
ini akan bergabung dengan gugus fungsional yang lain. Selain itu alkena juga
banyak ditemukan dalam komponen-komponen minyak bumi.

Dalam system IUPAC, rantai lurus alkena diberi nama sesuai dengan
alkana dengan mengganti akhiran –ana menjadi –ena.

CH2=CH2 CH3CH=CH2

Etana propena

1. Isomer dalam Alkena:


a. Isomer Bangun
Semua alkena yang memiliki 4 atau lebih atom karbon memiliki
isomeri bangun. Ini berarti bahwa ada dua atau lebih rumus bangun yang
bisa dibuat untuk masing-masing rumus molekul.

Sebagai contoh, untuk C4H8, tidak terlalu sulit untuk menggambarkan


ketiga isomer bangunnya, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar berikut:

b. Isomeri Geometris (cis-trans)


Ikatan karbon-karbon rangkap (C=C) tidak memungkinkan
adanyarotasi dalam struktur. Ini berarti bahwa gugus-gugus CH 3 pada
kedua ujung molekul bisa dikunci pada posisinya baik pada salah satu sisi
molekul atau pada dua sisi yang berlawanan.

Apabila gugus-gugus berada pada satu sisi disebut sebagai cis2-butena


dan apabila gugus-gugus berada pada dua sisi yang berlawanan disebut
trans2-butena.

12
2. Sifat Alkena

 Sifat-sifat fisik alkena adalah sebagai berikut :

a. TitikDidih

Masing-masing alkena memiliki titik didih yang sedikit lebih rendah


dibanding titik didih alkana yang sama jumlah atom karbonnya. Etena,
propena dan butena berwujud gas pada suhu kamar, selainnya adalah
cairan.C1 sampai C4 pada suhu kamar berbentuk gas. C5 keatas pada suhu
kamar berbentuk cair

Satu-satunya gaya tarik yang terlibat dalam ikatana lkena adalah gaya
dispersi Van der Waals, dan gaya-gaya ini tergantung pada bentuk molekul
dan jumlah elektron yang dikandungnya. Gaya Van der Waals adalah gaya
antar molekul pada senyawa kovelen. Untuk gaya Van der Waals pada
alkena yang bersifat non-polar disebut gala London (dipilsesaat). Makin
besar Mr senyawa alkena, gaya Van del Waals makin kuat, sehingga titik
didih (TD) makin tinggi. Masing-masing alkena memiliki 2 lebih sedikit
elektron dibanding alkana yang sama jumlah atom karbonnya.

b. Kelarutan

Alkena hampir tidak dapat larut dalam air, tapi larut dalam pelarut-
pelarut organik, seperti lemak dan minyak.

 KereaktifanKimiawi

a. Ikatandalamalkena

Sifat-sifat ikatan kimia dalam senyawa etena yang mengandung ikatan


karbon rangkap dua (C=C) berlaku pada ikatan C=C dalam alkena yang
lebih kompleks.

13
Etena digambarkan sebagai berikut:

Ikatan rangkap antara atom karbon adalah dua pasang elektron


bersama.Salah satu dari pasangan elektron dipegang pada sebuah garis
lurus antara dua inti karbon, tapi pasangan lainnya dipegang dalam sebuah
orbital molekul di atas dan di bawah bidang molekul. Orbital molekul
adalah sebuah ruang dalam molekul dimana terdapat kemungkinan besar
untuk menemukan sepasang elektron tertentu.

Pada gambar di atas, garis antara kedua atom karbon menunjukkan


sebuah ikatan normal – pasangan elektron bersama terletak dalam sebuah
orbital molekul pada garis antara dua inti. Ikatan ini disebut ikatan sigma.

Pasangan elektron yang lain ditemukan di suatu tempat dalam bagian


berarsir di atas atau di bawah bidang molekul. Ikatan ini disebut ikatan pi.
Elektron-elektron dalam ikatan pi bebas berpindah kemanapun dalam
daerah berarsir ini dan bisa berpindah bebas dari belahan yang satu
kebelahan yang lain.

Elektron pi tidak sepenuhnya dikendalikan oleh inti karbon seperti


pada elektron dalam ikatan sigma, dan karena elektron pi terletak di atas
dan di bawah daerah kosong dari molekul, maka elektron-elektron ini
relatif terbuka untuk diserang oleh partikel lain.

3. Pembuatan Alkena

a. Reaksi Alkil Halida


Reaksi ini merupakan reaksi E2 (reaksi biomolekuler). Reaksi
eliminasi terhadap alkyl halide dengan memanaskan alkil halida dengan
KOH atau NaOCH2CH3 dalam etanol.

14
CH3CH2OH

CH3CHCH3+CH3CH2O- CH3CH=CH2 + CH3CH2OH+Br-

Panas

b. Dehalogenasi Vicinil dihalida


Vicinal dihalida adalah suatu alkyl halide yang mempunyai 2 atom
halogen yang terikat pada molekul atom karbon yang berbatasan. Reaksi
ini juga merupakan reaksi bimolekuler (E2) antara alkyl halide sekunder
dalam basa kuat.

aceton

CH2 CH CH2 + 2NaI CH3CH=CH2 + I2 + 2NaCl

Cl Cl

Vicinal dihalida

c. Reaksi dengan ilid phosponium (reaksi wittig)


Alkena dapat disintesis dari aldehid atau keton menggunakan ilid
phosponium. Ilid adalah golongan senyawa karbanionid dimana muatan
negative (-) dimantapkan oleh sebuah heteroatom yang berdampingan dan
bermuatan (+). Mekanisme reaksi ini adalah:

 Substitusi nukleofilik (SN2) dari alkyl halide dengan phospin tersier


seperti tripenilpospin (nuklepfil kuat, suatu basa lemah).
 Perlakuan dengan basa kuat seperti n-butillitium
(CH3CH2CH2CH2Li), yaitu suatu reaksi dimana produk antara dari
posponium mengeliminasi proton dari ilid Metil halida, alkil halida
primer, alkyl halide sekunder dapat digunakan dalam reaksi wittig ini.

R R’ R R’

C=O + (C6H5)3P=C C=C + (C6H5)3P=O

R R’ R R’

Aldehid atau Keton Ylid Phosponium Alkena Tripenil pospin oksida

15
d. Dehidrasi alkohol
Alkena dapat diperoleh dari dehidrasi alcohol, yaitu suatu reaksi
penghilangan air. Alcohol primer, sekunder, maupun tersier dapat
dilakukan dehidrasi sehingga menghasilkan alkena. Dihidrasi silakukan
dengan adanya asam sulfat maupun asam kuat lainnya. Dehidrasi alcohol
sekunder dan alcohol tersier mengikuti reaksi E1

(CH3)3COH H2SO4 (CH3)2C=CH2 + H2O

600

t-butil alkohol metal propena (isobutilena)

CH3)2C=CH2 H2SO4 P CH3CH2 + H2O

1000

2 propanol propena (propilena)

CH3CH2OH H2SO4 P CH2=CH2 + H2O

1800

etanol etena (etilena)

e. Hidrogenasi Alkuna
Hidrogenasi alkuna merupakan reduksi ikatan phi dan adisi atom
terhadapmolekul. Ada 2 kemungkinan adisi atom tersebut yaitu: adisi sin
(cis) dan anti (trans). Jika atom ditambahkan pada sisi yang sama daro
molekul, adisi tersebut disebut dengan adisi sin. Sedangkan apabila adisi
ditambahkan pada sisi yang berlawanan, maka terjadi adisi anti.

Adisi sin:

CH3 CH3

CH3 C C CH3+H2 C=C

H H

16
Adisi anti/ trans:
CH3 H
CH3 C C CH3+LiC2H5 NH2 C=C
NH4Cl
H CH3

4. Reaksi-Reaksi Pada Alkena

1. Reaksi adisi

Reaksi-reaksi penting yang terjadi semuanya berpusat di sekitar ikatan


rangkap. Biasanya, ikatan pi terputus dan elektron-elektron dari ikatan ini
digunakan untuk menggabungkan dua atom karbon dengan yang lainnya.
Alkena mengalami reaksi adisi.

Sebagai contoh, dengan menggunakan sebuah molekul umum X-Y

Elektron-elektron yang agak terekspos dalam ikatan pi akan terbuka bagi


serangan sesuatu yang membawa muatan positif. Elektron ini disebut sebagai
elektrofil.

Beberapa jenis reaksi adisi yaitu:

 Adisihidrogendan Halogen ( Hidrogenasi and Halogenasi )

Ikatan pi dari alkena akan terpecah dari masing-masing pasangan


elektonnya akan membentuk ikatan sigma yang baru (atom karbon sp2 akan
terhibridisasi membentuk atom karbon sp3).Hidrogenasi alkena dengan
katalisakan menghasilkan alakana

Reaksi Hidrogenasi adalah sebagai berikut:

CH3CH = CH2 + H2 CH3CH2CH3

Halogenasi alkena akan menghasilkan dihaloalkana

17
Reaksi Halogenasi adalah sebagai berikut:

R2C = CHR + X2 R2C CHR

Penambahan brom pada senyawa berikatan rangkap dilakukan sebgai


salah satu identifikasi adanya ikatan rangkap. Reaksi dilakukan dengan
menggunakan larutan bromin pada CCl4. Adanya ikatan rangkap
ditujukkan dengan hilangnya warna coklat dari brom.

Proses reaksinya adalah sebagai berikut:

Br

CH3CH = CHCH3+ Br2 → CH3CH CHCH3 2,3-dibromobutena

2-butena coklat Br (tidak berwarna)

 Adisi Halida Hidrogen (Hidrohalegenasi)

Hidrogen halida akan ditambahkan pada ikatan pi alkena membentuk


alkil halida. Reaksi ini merupakan adisi elektrofilik.

Reaksi Adisi Halida Hidrogen adalah sebagai berikut:

CH2 = CH2 + HX → CH3CH2X

Etilena etilhalida

Jika suatu alkena adalah alkena simetris (gugus terikat pada dua
karbon sp3 yang berbeda), maka kemungkinan akan terbentuk 2 produk
yang berbeda dengan adanya adisi HX.

CH3

CH3CH ≠ CHCH3 CH3CH ≠ CH2

Alkena simetris Alkensa simetris

18
H Cl

Alkena simetris : CH3CH = CHCH3 CH3CH CHCH3

2-butena 2-klorobutena

Alkena asimetris :

CH3CH CH2Cl 1-kloropropana

CH3CH = CH2 Cl

CH3CH CH3 2-kloropropana

Markonikov mengemukakan suatu teori untuk mengetahui pada rantai


karbon yang mana atom H akanterikat. Menurut Markonikov, dalam adisi
HX pada alkena asimetris, H+dari HX akan menyerang ikatan rangkap
karbon yang mempunyai jumlah atom H terbanyak. Dengan aturan
Markonikov tersebut, maka produk yang akan terbentuk dapat diprediksi,
seperti pada contoh berikut ini

Lokasi atom H Cl

CH3CH = CH2 CH3CH CH3

2-kloropropana

Lokasi atom H

CH3

CH3

Cl

Adisi asam halogen dapat mengikuti aturan Markonikov apabila


berada dalam kondisi tanpa adanya peroksida dan berlangsung.

19
 Hidrobrominasi Alkena

Adisi hidrogenhalida menggunakan HBr dan adanya peroksida


(ROOR) disebut hidrobrominasi dan adisi yang terjadi adalah adisi anti
Markonikov. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya radiakl Br+dari HBr.
Ion Br+ ini akan menyerang ikatan rangkap atom karbon yang mempunyai
jumlah atom H terbanyak dan membentuk radikal bebas yang stabil.

Reaksi hidrobrominasi adalah sebagai berikut: Br

CH3CH = CH2 + HBr CH3 CH2CH2

Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut:

1. R−O−O−R 2 R−O

2. R−O + H−Br → R−O−H + Br


3. CH3CH = CH2 + Br → CH3 CH CH2

Br

4. CH3 CH CH2 + HBr → CH3 CH2 CH2 + Br+

Br Br

 Adisi H2SO4 dan H2O

Adisi asam sulfat pada alkena akan menghasilkan alkil hidrogen sulfat,
yang selanjutnya akan digunakan dalam sintesis alkohol atau eter.

OSO3H

CH3CH = CH2 + H−OSO3H → CH3CH −CH3

2-propil hidrogensulfat

Pada larutan asam kuat (seperti larutan asam sulfat), air ditambahkan
pada ikatan rangkap untuk menghasilkan alkohol. Reaksi ini disebut hidrosi
alkena.

20
OH

CH3CH = CH2 + H2O CH3CH −CH3

Propena 2-propanol (60%)

 Hidrasi menggunakan Merkuri asetat

Reaksi merkuri asetat Hg(O2CCH3)2 dan air pada alkena disebut oksi
merkurasi. Produk oksi merkurasi biasanya direduksi dengan Natrium
borohidrid (NaBH4), suatu rangkaian reaksi yang disebut
demerkurasi.Reaksi ini terdiri dari 2 tahap reaksi yaitu adisi elektrofilik
dari+HgO2OCH4 diikuti dengan serangan nukleofil H2O.

Proses reaksi Oksimerkurasi adalah sebagai berikut:

OH

CH3CH2CH2CH = CH2 CH3CH2CH2CHCH2

1-pentena HgO2CCH3

Proses reaksi Demerkurasi adalah sebagai berikut:

OH OH

CH3CH2CH2CHCH2− HgO2CCH3 CH3CH2CH2CHCH3 +


Hg

 Adisi Boran

Diboran (B2H4) adalah gas beracun yang dibuat dari reaksi Natrium
borohidrid dan Boron trifluorida (3 NaBH4 + 4 BF3 → B2H6 + 3 NaBF4).
Pada larutan dietileter, diboran terdisosiasi membentuk boran (BH3). Boran
akan bereaksi dengan alkena membentuk organo boran (R 2B). Reaksi ini
teridri dari 3 langka reaksi. Dalam masing-masing tahap, satu gugus alkil

21
ditambahkan dalam boran sampai semua atom hidrogen telah digantikan
oleh gugus alkil. Reaksi ini disebut hidroborasi.

Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut:

Tahap 1

H BH2

CH2 = CH2 + B – H → CH3 − CH2

Tahap 2

CH2 = CH2 + CH3CH2BH2 → (CH3CH2)2BH

Tahap 3

CH2 = CH2 + (CH3CH2)2BH → (CH3CH2)2B Trietilboran

Organo boran selanjutnya akan dioksidasi menjadi alkohol dengan


hidrogen peroksida dalam larutan basa.

2. Reaksi Oksidasi

Alkena dapat dioksidasi menjadi berbagai macam produk, tergantung dari


pereaksi yang digunakan. Secara umum, reaksi ikatan, rangkap karbon – karbon
bisa diklasifikasikan menjadi :

a. Oksidasi ikatan pi tanpa pemecahan ikatan sigma ( ikatan C – C )


Produk reaksi ini bisa berupa 1,2 diol atau epoksida, tergantung dari
pereaksi yang digunakan.

Reaksi dengan permanganat dingin disebut Baeyer Test,yaitu reaksi


untukmengetahui ada tidaknya ikatan rangkap.Adanya ikatan rangkap
ditunjukkan dengan hlangnya warna ungu dari KMnO4 . Pereaksi yang
umum digunakan untuk mengubah alkena menjadi 1,2 diol dengan yield
yang tinggi adalah Osmonium tetraoksida diikuti dengan reduksi
menggunakan pereaksi Na2SO3 atau NaHSO3.
H
H

OSO4 H Na2SO3 H Na2SO3+ Os

22
Sikloheksana O O OH

Os O OH

O cis – 1,2 - siklopentanadiol

b. Oksidasi ikatan pi diikuti pemecahan ikatan sigma


Apabila oksidasi ikatan pi disertai dengan pemecahan ikatan sigma,
maka akan dihasilkan keton, asam karboksilat, maupun aldehid.

Jika masing – masing karbon alkena tidak terikat dengan atom


hidrogen maka oksidasi akan menghasilkan keton.

H3C CH3 H3C CH3

C ═ C [O] C═O + O═C

H3C CH3 H3C CH3

keton

Reksi kedua ozonolis adalah oksidasi atau reduksi dari ozonida. Jika
ozonida mengalami reduksi, salah satu karbon tersubstitusi dari alkena
akan memebentuk aldehid. Sebaliknya jika terjadi oksidasi, akan terbentuk
asam karboksilat.

Oksidasi:

H3C CH3

O O O O

C C H2O2 H+ CH3COH + CH3CCH3

H O CH3 asetaldehid aseton

Membentuk aldehid membentuk keton

Reduksi:

H3C CH3

O O O O

C C Zn CH3CH + CH3CCH3

23
H O CH3 H+, H2O asetaldehid aseton

Membentuk aldehid membentuk keton

c. Alkuna
1. Pengertian Alkuna

Alkuna adalah suatu golongan hidrokarbon alifatik yang mempunyai


gugus fungsi berupa ikatan ganda tiga karbon-karbon (-C≡C-). Seperti halnya
ikatan rangkap dalam alkena, ikatan ganda tiga dalam alkuna juga disebut
ikatan tidak jenuh. Ketidakjenuhan ikatan ganda tiga karbon-karbon lebih
besar daripada ikatan rangkap. Oleh karena itu kemampuannya bereaksi
dengan pereaksi-peraksi yang dapat bereaksi dengan alkena juga lebih besar.
Hal inilah yang menyebabkan golongan alkuna memiliki peranan khusus
dalam sintesis senyawa organik.

Senyawa paling sederhana dari alkuna adalah asetilena dengan rumus


bangun CH=CH dan rumus molekul C2H2.Rumus umum untuk senyawa
alkuna (CnH2n-2). Asetilena adalah induk deret homolog alkuna, maka deret
ini juga disebut deret asetilena. Pembuatan gas asetilena telah dikenal sejak
lama dengan dengan mereaksikan kalsium karbida dengan air.Pembuatan gas
asetilena telah dikenal sejak lama dengan dengan mereaksikan kalsium
karbida dengan air.Dalam skala kecil, reaksi ini akan memberikan nyala
asetilena untuk lampu karbida.

Alkuna sebagai hidrokarbon tak jenuh, memiliki sifat menyerupai


alkena tetapi lebih reaktif. Reaktiftas alkuna disebabkan karena terbongkarnya
ikatan rangkap tiga dan membentuk senyawa baru. Atas dasar ini maka reaksi
alkuna umumnya reaksi adisi. Contoh reaksi adisi alkuna dengan gas halogen,
seperti gas bromine (Br2), klorine (Cl2) dan iodine (I2). Ikatan rangkap tiga
terlepas dan senyawa halogen masuk pada kedua atom karbon. Reaksi terus
berlangsung sehingga seluruh ikatan rangkapnya terlepas, dan membentuk
senyawa haloalkana.
Tabel Senyawa Alkuna
Tabel 1.1
Nama Rumus struktur Rumus
senyawa Molekul
Metuna CH CH

Etuna CH CH C2H2
Propuna CH C─CH3 C3H4
Butuna CH C─CH2─CH3 C4H6
Pentuna CH C─CH2─CH2─CH3 C5H8

24
Heksuna CH C─CH2─CH2─CH2─CH3 C6H10
Heptuna CH C─CH2─CH2─CH2─CH2─CH3 C7H12
Oktuna CH C─CH2─CH2─CH2─CH2─CH2─CH3 C8H14
Nonuna CH C─CH2─CH2─CH2─CH2─CH2─CH2─CH3 C9H16
Dekuna CH C─CH2─CH2─CH2─ C10H18
CH2─CH2─CH2─CH2─CH3
2. Tata Nama Alkuna

Penamaan alkuna sama dengan penamaan pada alkana, tetapi akhiran –


ana pada alkana digantikan dengan akhiran –una. Langkah-Langkah:

a) Menetapkan rantai utama, yaitu rantai terpanjang yang mempunyai ikatan


rangkap tiga. Dilanjutkan dengan memberi namanya yang berasal
alkananya dengan mengganti akhirannya dengan una.

b) Menetapkan posisi ikatan rangkap tiga pada rantai utama yang ditunjukkan
dengan angka.

c) C nomor 1 adalah C ujung yang terdekat dengan ikatan rangkap.

3. Sifat-sifat alkuna

a) Sifat fisika alkuna merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang


memiliki 1 ikatan rangkap 3 (-C=C-). Sifatnya sama dengan alkena namun
lebih reaktif. secara umum mirip dengan alkana dan alkena, seperti:
 Tidak larut dalam air.
 Alkuna dengan jumlah atom C sedikit berwujud gas, dengan jumlah
atom C sedang berwujud cair, dan dengan jumlah atom C banyak
berwujud padat.
 Berupa gas tak berwarna dan baunya khas.
 mudah teroksidasi atau mudah meledak.
 Titik didih alkuna makin tinggi seiring bertambahnya jumlah atom
karbon, tetapi makin rendah apabila terdapat rantai samping atau makin
banyak percabangan.
b) Sifat Kimia Alkuna
Adanya ikatan rangkap tiga yang dimiliki alkuna memungkinkan
terjadinya reaksi adisi, polimerisasi, substitusi dan pembakaran
1. Reaksi adisi pada alkuna
 Reaksi alkuna dengan halogen (halogenisasi)
 Reaksi alkuna dengan hidrogen halida
 Reaksi alkuna dengan hidrogen
2. Polimerisasi alkuna

25
3. Substitusi alkuna Substitusi (pengantian) pada alkuna dilakukan dengan
menggantikan satu atom H yang terikat pada C=C di ujung rantai
dengan atom lain.
4. Pembakaran alkuna Pembakaran alkuna (reaksi alkuna dengan oksigen)
akan menghasilkan CO2 dan H2O.
2CH=CH + 5 O2 à 4CO2 + 2H2O

4. Isomeri pada alkuna


Isomeri pada alkuna sama dengan isomer pada alkena, dimana sifat
isomer terjadi karena perpindahan ikatan rangkap sehingga isomer pada
alkuna dan pada alkena disebut dengan isomer posisi.

5. Wujud Alkuna

Tiga alkuna dengan rantai anggota terpendek (etuna, propuna, dan


butuna) merupakan gas tak berwarna dan tak berbau. Adanya pengotor berupa
gas fosgen (ClCOCl), etuna (asetilena) berbau seperti bawang putih. Delapan
anggota selanjutnya berwujud cair, dan jika rantai semakin panjang maka
wujud alkuna adalah padatan pada tekanan dan temperatur standar. Semua
alkuna mempunyai massa jenis lebih kecil daripada air.

6. Kelarutan Alkuna

Alkuna tidak larut dalam air, namun cukup larut dalam pelarut organik
seperti benzena, eter, dan karbon tetraklorida.

7. Titik Leleh dan Titik Didih Alkuna

Titik leleh dan titik didih alkuna semakin meningkat seiring dengan
kenaikan massa molekul. Selain itu, titik leleh dan titik didih alkuna
dipengaruhi oleh percabangan, seperti halnya alkana dan alkena.

8. Tumpang Tindih Orbital Alkuna

Teori ikatan valensi (Valence Bond Theory) mengatakan bahwa ikatan


ganda tiga merupakan hasil bentukan dari tumpang tindih orbital hibridisasi sp
dari atom-atom karbon yang bersebelahan. Dengan demikian akan terbentuk
ikatan sigma (σ) dan ikatan pi (π). Ikatan tersebut terbentuk dari tumpah tindih

26
dua buah orbital 2py yang bersifat paralel, dan sebuah ikatan pi (π) kedua
yang terbentuk dari tumpah tindih orbital 2pz yang juga bersifat paralel.

9. Spektrum Alkuna
a. Spektrum IR Alkuna

Frekuensi uluran C≡C alkuna terjadi pada 2100-2250 cm-1 (4,4-4,8


μm). Absorpsi ini sangat lemah dan mudah terbenam dalam bisingan
(crowded) latar belakang spektrum. Namun tak ada gugus yang menyerap
di daerah ini kecuali C≡N (gugus nitril) dan Si-H. Frekuensi uluran ≡C-H
dijumpai pada kira-kira 3300 cm-1 (3,0 μm)sebagai suatu peak yang tajam.

b. Spektrum NMR Alkuna

Suatu alkuna dengan tipe RC≡CR tak mempunyai proton yang bersifat
asetilenik. Dengan demikian alkuna yang bersubstitusi ganda tidak
mempunyai absorpsi NMR yang khas (tetapi pada bagian lain dari molekul
dapat menimbilkan absorpsi). Suatu alkuna substitusi tunggal, RC≡CH
menunjukkan absorpsi untuk proton alkunil pada nilai δ sekitar 3 ppm.
Absorpsi ini tidak sebawah medan seperti absorpsi untuk proton vinil atau
aril, karena proton alkunil terperisai oleh medan imbasan ikatan ganda tiga.

10. Pembuatan Alkuna

Alkuna merupakan senyawa organik yang berguna. Alkuna dapat


dijadikan sebagai starting material untuk sintesis beberapa senyawa organik
yang bermanfaat. Maka dari itu, usaha untuk membuat alkuna dapat dipelajari
sehingga alkuna dapat dibuat dengan skala besar. Inilah reaksi pembuatan
alkuna:

1. Dehidrohalogenasi Alkil Halida


Dehidrogenasi senyawa dihalida yang berstruktur visinal maupun
geminal oleh pengaruh basa kuat menghasilkan alkuna. Reaksi ini melalui
pembentukan zat antara vinil halida.

Contoh:

CH3-CH2-CHBr-CHBr-CH3 + KOH → CH3-CH2-C≡C-CH3 + 2 KBr + 2


H2O

27
Pembuatan alkuna dengan cara ini biasanya menggunakan dihalida
visinal, karena dihalida visinal mudah dibuat dengan mereaksikan alkena
dengan halogen.
2. Reaksi Asetilida Logam dengan Alkil Halida Primer. Alkuna terminal
dapat bereaksi dengan natrium amida, NaNH2, menghasilkan natrium
alkunida.
R-C≡C-H + NaNH2 → R-C≡C-Na+ + NH3
Jika natrium alkunida direaksikan dengan alkil halida primer menghasilkan
asetilena tersubstitusi.
R-C≡C-Na+ + R'-X → R-C≡C-R' + NaX

11. Sumber alkuna

Alkuna ditemukan dalam gas rawa, batu bara, dan minyak bumi, tetapi
dalam jumlah yang sedikit. Hal ini menyebabkan industri harus mensintesis
alkuna. Sintesis senyawa alkuna yang penting adalah etuna (asitelina).

12. Alkuna dalam bidang medis


Beberapa senyawa tujuan medis selain dari etinil estradiol juga
mengandung unit alkuna. Salah satu contoh adalah senyawa calicheamicin dan
esperamicin. Keduanya ditemukan di alam dan memiliki struktur serupa.
Mereka sangat beracun bagi sel-sel dan bekerja dengan memecah DNA
beruntai ganda. Sayangnya, mereka begitu beracun itu tidak mungkin untuk
menggunakannya sebagai obat kanker karena mereka terlalu baik dalam
membunuh sel-sel sehat.

13. Sintesis Alkuna


A. Sintesis Alkuna Secara Alkilasi

Alkilasi alkuna tidak terbatas pada asetilena (etuna) saja. Setiap alkuna
terminal bisa diubah menjadi anion yang sesuai dan kemudian dialkilasi
dengan alkil halida menghasilkan alkuna internal.Vicinal dihalida dapat
diperoleh dengan mereaksikan Br2 atau Cl2 dengan alkena. Dengan
demikian, keseluruhan reaksihalogenasi /dehidrohalogenasi merupakan
proses konversi alkenamenjadi alkuna. Dimana mengikuti langka berikut:

Langkah 1:
Reaksi asam / basa. Ion amida bertindak sebagai basis untuk
menghilangkan terminal asam H untuk menghasilkan ion asetilida,
nukleofil karbon.

28
Langkah 2:
Reaksi substitusi nukleofilik. Carbanion bereaksi dengan karbon
elektrofilik dalam alkil halida dengan lepasnya leaving group (halida)
membentuk ikatan C-C baru.
• Alkynes terminal siap dikonversi menjadi ion alkynide (asetilid) dengan
kuat basis seperti NaNH2 dan NaH.

• Ion alkynide adalah nukleofil yang kuat, mampu bereaksi dengan


elektrofil seperti alkil halida dan epoksida.

B. Alkuna melalui reaksi berkatalis Pd

Katalis palladium yang paling banyak untuk gerakan ini adalah Pd


(PPh3) 4 (terbentuk dari campuran garam palladium (II) dengan
trifenilfosfin) dan bentuk yang lebih stabil dan larut yaitu PdCl2 (PPh3) 2.
Kedua kompleks ini menjadi katalis yang paling dalam reaksi tembaga.
Contoh reaksi alkilasi sonogashira berkokatalis tembaga ini menggunakan
aril iodida sebagai pasangan silang dalam persiapan polimer fenilena
etinilena atau oligomer.

14. Reaksi reduksi Alkuna

Alkuna dapat direduksi menjadi alkana dengan tanggal H2


menggunakan katalis logam. Reduksi total menjadi alkana terjadi analisa atau
paladium atau karbon (Pd / C), tetapi hidrogenasi dapat berubah sampai saat
ini, pada saat yang sama, katalis Lindlar yang kurang aktif.

Katalis Lindlar adalah logam palladium halus yang diendapkan dalam


media pendukung kalsium karbonat dan kemudian dideaktivasi oleh timbal
asetat dan kuinolin (suatu amina aromatik). Katalis ini khusus mereduksi
alkuna menjadi alkena . Contohnya pada reaksi dibawah ini :

Hidrogenasi alkuna selalui bersifat stereoselektif, terjadi melalui adisi sin


menghasilkan cis-alkena. Contoh penggunaan katalis ini secara komersial
adalah pada sintesis organik vitamin A yang melibatkan reduksi alkuna
dengan katalis Lindlar. Katalis ini juga digunakan dalam sintesis dihidro
vitamin K1.

15. Alkuna melalui metasintesis


Metatesis alkyne adalah reaksi organik yang melibatkan redistribusi
ikatan kimia alkyne. Metatesis dikatalisasi logam alkyne pertama disebutkan

29
pada tahun 1968 oleh Bailey, et al. Sistem Bailey digunakan campuran oksida
tungsten dan silikon pada suhu setinggi 450°C. Pada tahun 1974 Mortreux
melaporkan penggunaan katalis homogen molibdenum hexacarbonyl di 160°C
untuk mengamati alkyne.
Carbyne telah ditemukan yang memungkinakan metatesi alkuna
untuk melanjutkan ketingka selanjutnya, Schrock dkk. telah menunjukkan
dalam serangkaian investigasi yang elegan bahwa kompleks logam alkilidyne
valensi tinggi yang sesuai secara katalitis kompeten dan sangat aktif.

16. Penggunaan Alkuna

Manfaat alkuna dalam kehidupan adalah:

 Gas asetilena (etuna) digunakan untuk bahan bakar las. Ketika asetilena
dibakar dengan oksigen maka dapat mencapai suhu 3000º C. Suhu tinggi
tersebut mampu digunakan untuk melelehkan logam dan menyatukan
pecahan-pecahan logam.
 Asetilena terklorinasi digunakan sebagai pelarut. Asetilena klorida juga
digunakan untuk bahan awal pembuatan polivinil klorida (PVC) dan
poliakrilonitril.
 Karbanion alkuna merupakan nukleofil yang sangat bagus dan bisa
digunakan untuk menyerang senyawa karbonil dan alkil halida untuk
melangsungkan reaksi adisi. Dengan demikian sangat penting untuk
menambah panjang rantai senyawa organik.
 Mempercepat pematangan buah.

30
BAB II
Alkohol dan Fenol

A. Alkohol
1. Definisi Alkohol
Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus
fungsi –OH. Contoh rumus struktur alkohol adalah metanol. Senyawa
alkohol sudah banyak di kenal dan di manfaatkan oleh manusia, baik dalam
bentuk minuman,makanan,maupun untuk keperluan medis. Beberapa jenis
makanan dan minuman yang beralkohol yang banyak di konsumsi orang
dihasilkan dari hasil fermentasi karbohidrat,misalnya tape,singkong,anggur
dan lain-lain.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk
senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat
pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom
karbon lain.
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut
grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal
ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar
pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu
juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang
dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki
pengertian yang lebih luas lagi.
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau
alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar,
tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat
ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah
salah satu obat rekreasi yang paling tua. Etanol termasuk ke dalam alkohol
rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C 2H6O. Ia
merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter.

31
2. Sejarah alkohol
Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan
pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada
peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari Cina bagian utara
menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia
prasejarah dari masa Neolitik.
Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop. Karena itu pemurnian
etanol yang mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya mampu
menghasilkan etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni (absolut)
dihasilkan pertama kali pada tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu
dengan cara menyaring alkohol hasil distilasi melalui arang.
Lavoisier menggambarkan bahwa etanol adalah senyawa yang
terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Saussure
berhasil menentukan rumus kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian
(1858), Couper mempublikasikan rumus kimia etanol. Dengan demikian
etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus
kimianya. Etanol pertama kali dibuat secara sintetik pada tahun 1826 secara
terpisah oleh Henry Hennel dari Britania Raya dan S.G. Sérullas dari
Perancis. Pada tahun 1828, Michael Faraday berhasil membuat etanol dari
hidrasi etilena yang dikatalisis oleh asam. Proses ini mirip dengan proses
sintesis etanol industri modern.

3. Rumus Umum Alkohol


Rumus struktur senyawa karbon

CH3-CH3 CH3-CH2-OH
CH3-CH2-CH3 CH3-CH2-CH2-OH
Karena rumus umum alkana adalah CnH2n+2 maka rumus umum
alkanol adalah CnH2n+1 OH atau CnH2n+1O.

4. Jenis-Jenis Alkohol
Berdasarkan posisinya dalam rumus struktur alkana dikenal empat
jenis atom C yaitu atom C primer, atom C sekunder, atom C tersier,atom C
kuertner.Berdasarkan letak gugus fungsinya,alkohol dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu:
a. Alkohol primer yaitu alkohol yang gugus fungsinya (-OH) terikat pada
atom C primer.
Contoh: CH3-CH2-OH

32
b. Alkohol sekunder yaitu alkohol yang gugus fungsinya (-OH) terikat
pada atom C sekunder.
Contoh: CH3-CH3-CH-OH

c. Alkohol tersier yaitu alkohol yang gugus fungsinya (-OH) terikat pada
atom C tersier.

Contoh: CH3

CH3-CH3-C-OH

CH3

5. Tatanama Alkohol

Ada dua cara pemberian nama pada alkohol yaitu:

1. Penamaan secara Trival


Penamaan secara trivial yaitu yang di mulai penyebutan nama gugus alkil
yang terikat pada gugus –OH kemudian diikuti kata alkohol.

Contoh: CH3- CH2-OH etil alkohol


CH3-CH2-CH2-OH propil alkohol

 Rumus
 Nama IUPAC   Nama umum 
kimia 
Alkohol monohidrik
CH3OH Metanol Alkohol kayu
C2H5OH Etanol Alkohol gandum
C3H7OH Isopropil alkohol Alkohol gosok
C5H11OH Pentanol Amil alkohol
C16H33OH 1-Heksadekanol Cetil alkohol
Alkohol polihidrik
C2H4(OH)2 1,2-etadienol Etilen glikol
C3H5(OH)3 1,2,3-propatrienol Gliserol
C4H6(OH)4 1,2,3,4-butatetraenol Eritritol
C5H7(OH)5 1,2,3,4,5-pentapentanol Xylitol
C6H8(OH)6 1,2,3,4,5,6-heksaheksanol Mannitol, Sorbitol
C7H9(OH)7 1,2,3,4,5,6,7-heptaheptanol Volemitol
Alkohol alifatik tidak tersaturasi
C3H5OH Prop-2-ene-1-ol Alil alkohol
C10H17OH 3,7-Dimethylocta-2,6-dien-1-ol Geraniol
C3H3OH Prop-2-in-1-ol Propargil alkohol

33
Alkohol alisiklik
Cyclohexane-1,2,3,4,5,6-
C6H6(OH)6 Inositol
geksol
2 - (2-propyl)-5-methyl-
C10H19OH Mentol
cyclohexane-1-ol

2. Penamaan sistem IUPAC


Menurut IUPAC, penamaan alkohol sama seperti penamaan alkana
dengan menambahkan akhirhan –ol.
a) Rantai terpanajang yang mengandung gugus hidroksil diberi nama
dengan mengganti akhiran –na dengan –ol.
b) Penomora rantai cabang dilakukan dengan mmeberi atom karbon
yang mengandung gugus hidroksil dengan nomor yang paling kecil.
c) Jika n banyak rantai cabanang pada rantai utama, penamaan ranta
utama berdasarkan alphabet.
Contoh: CH3-CH2-OH etanol

CH3-CH2-CH2-OH propanol

 Urutan penamaan senyawa alkohol menurut IUPAC


Menurut rantai induk yaitu rantai karbon terpanjang
yangmengandung gugus –OH selain itu atom karbon lain sebagai
cabang.
Memberi nomor pada rantai induk yang dimulai dari salah satu
ujung rantai,sehingga posisis gugus –OH mendapatkan nomor
terkecil.
Urutan penamaan :
a) Nomor atom C yang mengikat cabang
b) Nama cabang : CH3 metil

C2H5 etil

c) Nama rantai induk ( alkanol)

Penulisan nama cabang sesuai urutan abjad:etil mendahului


metil,apabila gugus –OH ekivalen dari kedua rantai induk,maka
penomoran dimulai dari salah satu ujung sehingga cabang-cabang
mendapat nomor terkecil.

6. Keisomeran alkohol
Alkohol mempunyai tiga keisomeran sebagai berikut:
1. Keisomeran posisi

34
Keisomeran posisi yaitu keisomeran yang terjadi karena
perbedaan letak gugus –OH dalam molekul alkohol.Keisomeran posisi
dalam alcohol mulai terdapat pada propanol yang mempunyai dua
isomer yaitu 1-propanol dan 2-propanol.

CH3-CH3-CH2-OH CH3-CH(OH)- CH3


1-propanol 2-propanol
Cara menentukan jumlah isomer posisi alkohol:

a) Membuat kemungkinan kerangka atom C


b) Menentukan kemungkinan letak gugus –OH pada posisi yang
berbeda setiap bentuk kerangka atom C.
2. Keisomeran optik
Keisomeran optik berkaitan dengan sifat optik,kemampuan suatu
senyawa untk memutar suatu bidang cahaya terpolarisasi.Keisomeran
optik terjadi karena adanya atom C asimetrik.yaitu atom C yang terikat
pada 4 gugus yang berbeda.Banyaknya isomer optik dapat dicari dengan
rumus 2n dengan n =jumlah atom C asimetrik.
2-butanol mempunyai satu atom C asimetrik,sehingga isomer
optik 2-butanol adalah:

CH3 CH3
│ │
H―CH―OH HO―C―H
│ │
C2H5 C2H5

3. Keisomeran fungsi
Keisomeran fungsi yaitu keisomeran yang terjadikarena perbedaan
gugus fungsi diantara dua senyawa yang mempunyai rumus molekul
yang sama.

7. Sifat-sifat dan struktur alkohol


1. Sifat fisis

35
No Nama Rumus struktur Titik Kelarutan Mr
didih (g/100 g
air)

1 Metanol CH3-OH 65 Larut baik 32

2 Etanol CH3-CH2-OH 78 Larut baik 46

3 Propanol CH3-CH2-CH2-OH 98 Larut baik 60

4 Butanol CH3-CH2-CH2-CH2- 118 8,3 74


OH

5 Pentanol CH3-CH2-CH2-CH2- 138 2,6 88


CH2-OH

Pada tabel diatas tampak bahwa alkanol mempunyai titik didih


yang relatif tinggi.Semakin besar massa molekul relatif alkanol, maka
titik cair dan titik didihnya juga akan tinggi. Jadi kenaikan titik cair dan
titik didih alkanol sebanding dengan kenaikan massa molekul relatifnya.
Pada alkanol yang rumus molekulnya sama, alkanol bercabang
mempunyai titik didih lebih rendah daripada alkanol rantai lurus.
Kelarutan alkanol dalam air berkurang seiring dengan bertambah
panjangnya rantai karbon. Kelarutan alkanol berkaitan dengan gugus –
OH yang bersifat polar, sementara gugus alkil (R) bersifat nonpolar.
Jadi semakin besar gugus R semakin berkurang kepolaran, sehingga
kelarutan dalam pelarut polar (seperti air) berkurang, sedangkan
kelarutan dalam pelarut nonpolar bertambah.

2. Sifat Kimia
Gugus –OH pada alkanol termasuk gugus yang cukup reaktif,
sehingga menyebabkan alkanol banyak terlibat dalam berbagai reaksi
antara lain:

36
8. Reaksi alcohol
1. Reaksi dengan Logam Natrium
Alkohol dapat bereaksi dengan logam Na membentuk alkoksida
dan gas hidrogen. Contoh reaksi etanol dengan logam natrium

C2H5―OH+ Na →C2H5ONa +H2


Etanol Na-Etoksida
Reaksi ini dapat digunakan sebagai reaksi pengenal alkohol

2. Reaksi Oksidasi
Reaksi oksidasi alkohol menghasilkan hasil reaksi yang berbeda-
beda, tergantung pada jenis alkoholnya. Reaksi oksidasi alkohol oleh
zat oksidator sedang, seperti larutan K2Cr2O7 dalam lingkungan asam
dapat digunakan untuk mengidentifikasialkohol primer, alkohol
sekunder, dan alkohol tersier.
a) Alkohol primer teroksidasi membentuk aldehid dan dapat
teroksidasi lebih lanjut membentuk asam kar-boksilat.
Contoh:

CH3―CH2―OH CH3―COH+H2O
Etanol etanol

CH3―COH CH3COOH
Etanol asam etanol

b) Alkohol sekunder teroksidasi membentuk keton.


c) Alkohol tersier teroksidasi.
3. Reaksi dengan oksigen halida
Jika alkohol direaksikan dengan hidrogen halida akan terbentuk
haloalkana dan air dengan reaksi:

R―OH+HX R― H2O
Contoh:
CH3― OH+HCl CH3―Cl+H2O

4. Reaksi esterifikasi
Alkohol dengan asam karboksilat dapat menghasilkan ester.

R―OH + R― COOH R―COOR’ + H2O


Alkohol asam karbosilat ester
Contoh:

37
C2H5OH + CH3COOH CH3 ― COOC2H5 + H2O
Etanol asam asetat etil asetat

5. Reaksi Dehidrasi Alkohol


Alkohol jika dipanaskan dengan asam kuat, maka akan terjadi
alkena dan air.

Contoh:
CH3―CH2―CH2―OH CH2―CH= CH2 + H2O
n―propanol 1―propena
Menurut aturan Saytzeff, pada reaksi dehidrasi alkohol primer,
atom H dan gugus OH yang terlepas berasal dari atom-atom C yang
berdekatan. Sedangkan pada reaksi dehidrasi alkohol sekunder, atom H
yang terlepas berasal dari atom C yang terikatpada rantai C terpanjang.

9. Sintesis Beberapa Senyawa Alkohol


1. Metanol
Metanol dibuat dari campuran gas karbon monoksida dengan
idrogen menggunakan katalis ZnO atau Cr2O3 pada suhu 350 °C.
Reaksi: CO + 2 H2CH3OH
Metanol bersifat racun dan dapat mematikan jika ditelan.
Kebutaan dapat pula terjadi jika karena kontak dengan kulit atau
penghirupan uapnya terlalu lama. Kebutaan orang yang mencerna
metanol disebabkan oleh terbentuknya formaldehida (H2CO) atau asam
format (HCO2OH) yang merusakkan sel-sel retina.
Jikaformaldehida adalah penyebabnya, maka diduga zat ini
menghambatpembentukan ATP (adenosine trifosfat) yang diperlukan
agar sel retina berfungsi. Jika asam format penyebabnya, maka diduga
asam ini menonaktifkan enzim yang mengandung besi yang
bertanggung jawab mengangkut oksigen ke retina. Suatu kondisi
menyertai pembentukan asam format, yakni asidosis di mana pH darah
dan jaringan darah menurun. Metanol digunakansebagai pelarut resin
dan getah. Sebagian metanol diubah menjadi formal dehida untuk
bahan pembuat plastik.
2. Etanol
Etanol adalah senyawa alkohol yang dapat diminum pada
persentase tertentu. Misalnya, bir mengandung + 7% volume etanol,
wiski, brendi, arak mengandung + 40% volume etanol, dan anggur
mengandung + 12 volume etanol. Etanol tidak beracun, tetapi bersifat

38
memabukkan dan menyebabkan kantuk karena menekan aktivitas otak
atas. Etanol juga bersifat candu. Orang yang sering minum alkohol
dapat menjadi ketagihan dan sukar baginya untuk meninggalkan alkohol
itu. Alkohol yang terdapat dalam minuman beralkohol itu sama dengan
yang terdapat dalam alkohol teknis, seperti spiritus. Oleh karena itu,
alkohol teknis diracuni (didenaturasi) sehingga tidak dapat diminum
lagi.
Minuman beralkohol dikenakan cukai yang tinggi, harganya jauh
lebih mahal daripada alkohol teknis. Hal ini antara lain dimaksudkan
supaya orang tidak terlalu mudah memperolehnya. Etanol dapat
dihasilkan dari proses fermentasi pada kar-bohidrat dengan bantuan ragi.
Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari kita sering membuat tape ketan,
yang bahan-bahannya adalah beras ketan yang dimasak kemudian diberi
enzim (ragi) secukupnya dan dibiarkan beberapa hari. Etanol yang
terbentuk lalu dipisahkan dengan distilasi. Reaksi yang terjadi:

C6H12O6 2 C2H5OH + 3 CO2

Asam

Dalam industri, etanol dibuat dengan cara hidrasi alkena dengan katalis
asam. Reaksi:

CH2= CH2 + H2O C2H5OH

10. Kegunaan alkohol


Dalam kehidupan sehari-hari alkohol banyak digunakan, antara lain
sebagai berikut.
1. Dalam bidang farmasi (obat-obatan), sebagai pelarut senyawa organik,
misalnya etanol dan butanol.
2. Dalam bidang biologi atau industri digunakan sebagai disinfektan,
misalnya etanol dan metanol.
3. Sebagai bahan bakar, misalnya spiritus (campuran antara metanol dan
etanol).

B. Fenolik
1. Pengertian Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan  pada
tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi

39
(OH) dan gugus – gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama
berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakkan
memiliki gugus hidroksil lebih dari satu sehingga disebut polifenol.
Senyawa fenolik meliputi aneka ragam senyawa yang berasal
dari tumbuhan yang mempunyai ciri sama, yaitu cincin aromatik yang
mengandung satu atau dua gugus OH. Senyawa fenolik di alam terdapat
sangat luas, mempunyai variasi struktur yang luas, mudah ditemukan
di semua tanaman, daun, bunga dan buah.Ribuan senyawa fenolik alam
telah diketahui strukturnya, antara lain flavonoid, fenol monosiklik
sederhana, fenil propanoid, polifenol (lignin, melanin, tannin), dan
kuinon fenolik.
Banyak senyawa fenolik alami mengandung sekurang-kurangnya
satu gugus hidroksil dan lebih banyak yang membentuk senyawa eter, ester
atau glioksida daripada senyawa bebasnya.Senyawa ester atau eter fenol
tersebut memiliki kelarutan yang lebih besar dalam air daripada senyawa
fenol dan senyawa glioksidanya.
Dalam keadaan murni, senyawa fenol berupa zat padat yang
tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi akan berubah menjadi gelap.
Kelarutan fenol dalam air akan bertambah, jika gugus hidroksil makin
banyak.
Senyawa fenolik memiliki aktivitas biologik yang beraneka ragam,
dan banyak digunakan dalam reaksi enzimatik oksidasi kopling sebagai
substrat donor H. Reaksi oksidasi kopling, selain membutuhkan suatu
oksidator juga memerlukan adanya suatu senyawa yang dapat mendonorkan
H. Senyawa fenolik merupakan contoh ideal dari senyawa yang mudah
mendonorkan atom H.

2. Struktur Senyawa Fenolik


Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu memiliki
satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin
aromatik benzena. Ribuan senyawa fenolik di alam telah diketahui
strukturnya, antara lain fenolik sederhana, fenil propanoid, lignan,
asam ferulat, dan etil ferulat.
 Fenolik Sederhana
Golongan senyawa-senyawa yang termasuk fenolik sederhana
antara lain meliputi guaiakol, vanilli dan kresol.

40
Gambar: Golongan senyawa fenolik sederhana

Umumnya radikal fenoksi yang terbentuk dari senyawa golongan


fenolik sederhana, mengalami pengkopelan pada
posisi orto atau para terhadap gugus hidroksi fenolat.Posisi ini lebih
disukai, karena tidak terlalu sterik sehingga memudahkan radikal lain
untuk berikatan pada posisi tersebut

Gambar: Resonansi radikal fenoksi o-Kresol

Namun kombinasi pengkopelan lain juga diamati kemungkinannya,


yaitu O-p, O-o dan O-O. 
 Fenil Propanoid
Fenil propanoid merupakan senyawa fenol di alam yang
mempunyai cincinaromatik dengan rantai samping terdiri dari 3 atom
karbon. Golongan fenil propanoid yang paling tersebar luas adalah asam
hidroksi sinamat, yaitu suatu senyawa yang merupakan bangunan dasar
lignin .Empat macam asam hidroksi sinamat banyak terdapat dalam
tumbuhan.Keempat senyawa tersebut yaitu asam ferulat, sinapat, kafeat
dan p-kumarat.

Gambar: Struktur Fenil propanoid

41
Radikal fenoksi dari senyawa ini umumnya mengalami
pengkopelan diposisi atom C8, membentuk struktur dengan jembatan 8-
8 (8-8 bridges).
 Lignan
Senyawa-senyawa golongan fenil propanoid membentuk suatu
senyawa dimer dengan struktur lignan.Senyawaan lignan memiliki
struktur dasar (struktur induk) yang terdiri dari 2 unit fenil propanoid
yang tergabung melalui ikatan 8-8. Ikatan khas ini digunakan sebagai
dasar penamaan lignan.

Gambar: Penomoran atom pada senyawa fenil propanoid dan lignan

Penggabungan 2 unit fenil propanoid dapat pula terjadi melalui


ikatan selain membentuk 8-8, yang digolongkan ke dalam
neolignan.Sedangkan jika 2 unit fenil propanoid bergabung melalui
atom O, senyawa yang terbentuk tergolong dalam oxineolignan.

42
Gambar: Struktur senyawa golongan neolignan dan oxineolignan

Senyawaan lignan memiliki banyak modifikasi pada struktur


induknya, yang antara lain dapat menghasilkan penambahan cincin,
penambahan atau penghilangan atom C, dan sebagainya. Senyawaan ini
tersebar luas di dunia tumbuhan, dan banyak digunakan secara niaga
sebagai antioksidan dan sebagai komponen sinergistik dalam
insektisida.Selain itu, lignan merupakan komponen kimia yang aktif
dalam tumbuhan obat tertentu.Salah satu senyawa golongan  lignan,
yaitu podophyllotoxin, diketahui dapat menghambat
tumor.Dalam pengobatan Cina, lignan banyak dipakai untuk mengobati
penyakit hepatitis dan melindungi organ hati.

 Asam Ferulat
Asam ferulat adalah turunan dari golongan asam hidroksi sinamat,
yangmemiliki kelimpahan yang tinggi dalam dinding sel tanaman.Hal
ini memungkinkan untuk dapat memberikan keuntungan yang signifikan
di bidang kesehatan, karena senyawa asam ferulat memiliki aktivitas
antikanker dan antioksidan. Selain itu juga dapat menjadi prekursor
dalam pembuatan senyawa aromatik lain yang bermanfaat.
Sebagai antioksidan, asam ferulat kemungkinan menetralkan
radikal bebas, seperti spesies oksigen reaktif (ROS).ROS kemungkinan
yang menyebabkan DNA rusak dan mempercepat penuaan.
Dengan studi pada hewan dan studi in vitro, mengarahkan bahwa
asam ferulat kemungkinan memiliki hubungan dengan aktivitas
antitumor perlawanan kanker payudara dan kanker hati.Asam ferulat
memiliki kemungkinan sebagai pencegah kanker yang efektif, yang

43
disebabkan oleh paparan senyawa karsinogenik, seperti benzopirene dan
4-nitroquinoline 1-oksida.Namun perlu menjadi catatan, bahwa hal itu
tidak diuji coba kontrol random pada manusia, sehingga hasilnya
kemungkinan pula tidak dapat dimanfaatkan untuk manusia.
Jika ditambahkan pada asam askorbat dan vitamin E, asam
ferulat kemungkinan dapat mengurangi stress oksidasi dan pembentukan
dimer timidine dalam kulit.
Pada tumbuhan, asam ferulat meningkatkan rigiditas dan
kekuatan dinding sel tanaman, melalui ikatan silang (cross linking)
dengan pentosan, arabinoxilan dan hemiselulosa, sehingga dinding sel
tidak mudah dihidrolisis secara enzimatis selama proses
perkecambahan.
Asam ferulat banyak ditemukan dalam padi (terutama beras
merah), gandum, kopi, buah apel, nanas, jeruk dan kacang tanah.
Dalam perindustrian, asam ferulat memiliki kelimpahan dan
dapat dimanfaatkan sebagai prekursor dalam pembuatan vanilli, agen
perasa sintesis yang sering digunakan dalam ekstrak vanilla alami.
Asam ferulat adalah senyawa fenolik yang dapat dihasilkan salah
satunyaialah dengan reaksi kondensasi vanilli dengan asam malonat.
Adapun rumus bangun asam ferulat adalah sebagai:

Gambar: Rumus bangun asam ferulat

 Etil Ferulat
Etil ferulat tergolong ke dalam turunan senyawa asam hidroksi
sinamat,yang merupakan turunan dari asam ferulat dalam
bentuk ester. Senyawafenolik ini terdistribusi secara luas pada
berbagai jenis tanaman yang dapatdikonsumsi oleh makhluk
hidup. Senyawa tersebut terdapat dalam tanaman, terutama pada
benih padi dan gandum, tetapi dalam jumlah kecil. Oleh karena itu,
senyawa ini biasanya disintesis dari prekursor asam ferulat.
Bentuk fisik etil ferulat berupa kristal berwarna putih dan
memiliki aktifitas sebagaiantioksidan yang sangat baik

44
dibandingkan asam bebasnya. Etil ferulat digunakan sebagai
bahan aktif dalam pengobatan terapi untuk antihipertensi.
Adapun rumus bangun etil ferulat adalah sebagai:

Gambar: Rumus bangun etil ferulat

3. Manfaat Senyawa Fenolik


Senyawa fenolik merupakan senyawa bahan alam yang cukup
luas penggunaannya saat ini.Kemampuannya sebagai senyawa biologik
aktif memberikan suatu peran yang besar terhadap kepentingan
manusia.Sudah banyak penelitian diarahkan pada pemanfaatan senyawa
fenolik pada berbagai bidang industri.Pada industri makanan dan minuman,
senyawa fenolik berperan dalam memberikan aroma yang khas pada
produk makanan dan minuman, sebagai zat pewarna makanan dan
minuman, dan sebagai antioksidan.Pada industri farmasi dan kesehatan,
senyawa ini banyak digunakan sebagai antioksidan, antimikroba, antikanker
dan lain-lain, contohnya obat antikanker (podofilotoksan), antimalaria
(kuinina) dan obat demam (aspirin).Selain itu, senyawa ini juga banyak
digunakan sebagai insektisida dan fungisida. Selain itu, senyawa fenolik
sangat penting untuk pertumbuhan dan reproduksi tanaman, di mana
diproduksi sebagai respon untuk mempertahankan tanaman dari serangan
terhadap patogen.
Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu memiliki
satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin
aromatik benzena, sehingga senyawa ini juga memiliki sifat yang khas, yaitu
dapat teroksidasi. Kemampuannya membentuk radikal fenoksi yang stabil
pada proses oksidasi menyebabkan senyawa ini banyak digunakan
sebagai antioksidan. Manfaat asam fenolik yang paling penting yaitu anti-
penuaan yang berhubungan dengan anti-oksidan yang  mengurangi aktivitas
dan mencegah pertumbuhan sel abnormal. Asam fenolat berguna dalam
mengendalikan peradangan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan
meningkatkan sirkulasi darah, semua yang menghasilkan signifikan manfaat
anti penuaan dalam tubuh.

45
.
4. Reaksi Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik mempunyai ciri yang khas, yakni bisa membentuk
senyawa kompleks yang berwarna, yang biasanya berwarna biru atau ungu
biru apabila direaksikan dengan besi (III) klorida.Walaupun tidak selektif
pereaksi ini cukup berguna untuk mengetahui adanya gugus hidroksil
terutama kalau pemisahan komponen metabolit sekunder dari contoh yang
diteliti tidak mudah.
Selain itu, senyawa fenolik juga dapat mengalami sintesis polimer
fenolik bioaktif dengan proses yang relatif aman terhadap lingkungan (tidak
beracun), dapat dilakukan melalui reaksi kopling oksidatif fenolik secara
enzimatis, yaitu dengan bantuan biokatalis berupa enzim. Keuntungan
penggunaan enzim sebagai biokatalis adalah ketersediaan enzim yang sangat
berlimpah di alam, sifatnya yang ramah lingkungan dan menghasilkan suatu
produk yang tidak berbahaya. Sedangkan kekurangan dari penggunaan
enzim ini, yaitu enzim bersifat selektif, hanya dapat mengkatalisis
senyawa-senyawa dari golongan fenol dan amina aromatik, sehingga
penggunaannya di dalam industri polimer menjadi terbatas.
Salah satu cara yang sering digunakan dalam mengoksidasi
senyawa fenolik, yaitu melalui bantuan katalis enzim peroksidase. Enzim
peroksidase merupakan kelompok enzim oksidoreduktase yang mampu
mengkatalisis reaksi oksidasi oleh hidrogen peroksida dari sejumlah substrat
yang merupakan donor hidrogen seperti fenol, anilin dan lain sebagainya.
Enzim peroksidase dalam organisme hidup dapat mengkatalisis
senyawasubstratnya, sedangkan H2O2 berfungsi untuk menginisiasi
biosintesis beberapa metabolit sekunder yang diperlukan pada proses
pertumbuhan. Oksidasi fenolat oleh enzim peroksidase dengan
substrat H2O2 menghasilkan reaksi kopling oksidatif, sehingga terbentuklah
polimer fenolik.
Oksidasi yang dilakukan oleh enzim peroksidase terhadap senyawa fenolik
menyebabkan terbentuknya suatu radikal fenoksi, di mana radikal ini mampu
melakukan resonansi dengan posisi orto dan para pada cincin aromatiknya dan
selanjutnya akan bergabung dengan radikal fenoksi yang lain membentuk
senyawa baru polifenol. Cara ini sering dikenal sebagai polimerisasi secara
enzimatis.
 
5. Identifikasi Senyawa Fenolik
Untuk mengisolasi suatu senyawa kimia yang berasal dari bahan alam
hayati pada dasarnya menggunakan metode yang sangat bervariasi, seperti

46
yang diaplikasikan dalam proses industri. Metode metabolit pengempaaan
digunakan pada senyawa katecin daun gambir juga isolasi CPO dari buah
kelapa sawit.
Metode ini umum digunakan karena senyawa organik yang diperoleh
dengan kuantitas yang cukup banyak. Tetapi berbeda dengan senyawa bahan
alam hasil proses metabolit sekunder lainnya yang pada umumnya dengan
kandungan yang relatif kecil, maka metode-metode dan proses industri
tersebut tidak dapat digunakan.
Berdasarkan hal di atas maka metode yang umum dalam isolasi
senyawa metabolit sekunder dapat digunakan.Metode standar laboratorium
dengan kuantitas sampel terbatas dan perlunya menentukan metode yang
paling sesuai dengan maksud tersebut.
Dari identifikasi awal, maka dapat diamati kandungan senyawa dari
tumbuhan sehingga untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu yang dominan
dan salah satu usaha mengefektifkan isolasi senyawa tertentu maka dapat
dimanfaatkan pemilihan pelarut organik yang akan digunakan pada isolasi
tersebut, di mana pelarut polar akan lebih mudah melarutkan senyawa polar
dan sebaliknya senyawa non polar lebih mudah larut dalam pelarut non
polar.
Sebelum melakukan isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang
diinginkan dalam suatu tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi
pendahuluan kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada pada masing-
masing tumbuhan, sehingga dapat diketahui kandungan senyawa yang ada
secara kualitatif dan mungkin juga secara kuantitatif golongan senyawa yang
dikandung oleh tumbuhan tersebut. Untuk tujuan tersebut maka diperlukan
metode persiapan sampel dan metode identifikasi pendahuluan senyawa
metabolit sekunder sebagai berikut:
Sebanyak 4 gram sampel segar dirajang halus dan dididihkan dengan
25 ml etanol selama lebih kurang 25 menit, disaring dalam keadaan panas,
kemudian pearut diuapkan sampai kering. Ekstrak dikocok kuat dengan
kloroform lalu ditambahkan air suling, biarkan sampai terbentuk dua lapisan,
yakni lapisan kloroform dan lapisan air.Beberapa tetes ditempatkan dalam
tabung reaksi ditambahkan besi (III) klorida, timbul warna hijau sampai
ungu menandakan positif mengandung fenolik.
Secara umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh
bagian tumbuhan seperti bunga, buah, daun, kulit batang dan akar
menggunakan sistem maserasi menggunakan pelarut organik polar seperti
metanol.

47
Beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang umum
digunakan antara lain :
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut
organik yang digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat
menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan
perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut
dengan pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena
dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk
proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan
memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut. Secara
umum pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan
dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam, karena dapat
melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.
2. Perkolasi
Merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel sehingga
pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut. Tetapi
efektifitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik
yang sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan. 
3. Solketasi
Solketasi menggunakan soklet dengan pemanasan dan pelarut akan
dapat di hemat karena terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu membasahi
sampel. Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh
panas.
4. Destilasi uap
Proses destilasi lebih banyak digunakan untuk senyawa organik yang
tahan pada suhu yang cukup tinggi, yang lebih tinggi dari titik didih
pelarut yang digunakan. Pada umumnya lebih banyak digunakan untuk
minyak atsiri. 
5. Pengempaan
Metode ini banyak digunakan dalam proses industri seperti pada
isolasi CPO dari buah kelapa sawit dab isolasi katecin dari daun gambir.
Dimana dalam proses tidak menggunakan pelarut.Hasil yang diperoleh
berupa ekstrak yang mana seluruh spade senyawa bahan alam yang
terlarut dalam pelarut yang digunakan akan berada pada ekstak ini.
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang

48
sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen – komponen pada
KLT dengan  Rf  tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk
memisahkan komponen kimia tersebut dengan mengggunakan kolom
kromatografi dan sebagai fas diam dapat digunakn silika gel dan eluan
yang digunakan berdasarkan hasil yang diperoleh dari KLT dan akan
lebih baik kalau kepolaran eluen pada kolom kromatografi sedikit
dibawah kepolaran eluen pada KLT.
Pemilihan eluen sebaiknya dimulai dari pelarut organik yang tidak
polar seperti heksana dan peningkatan kepolaran dengan etil asetat atau
pelarut yang lebih polar lainnya masing – masing pelarut.
Selanjutnya suatu senyawa bahan alam hasil isolasi akan diidentifikasi
berdasarkan kimia, fisika, dan identifikasi dengan spektroskopi. Dari
isolasi yang menggunakan metode standar tidak semua senyawa akan
secara utuh seperti yang terdapat dalam tumbuhan tesebut, karena
sebagian senyawa ada yang terlarut dan terpecah dalam proses isolasi dan
hasil terjadi seperti putusnya ikatan glikosida membentuk aglikon dan
gula dengan adanya air.
Identifikasi senyawa metabolit sekunder dan elusidasi struktur
senyawa ditemukan merupakan pekerjaan yang sangat menentukan dalam
proses mengenal, mengetahui dan pada akhirnya menetapkan rumus
molekul yang sebenarnya dari senyawa tersebut.
Di antara metode identifikasi dan elusidasi struktur yang diperoleh
dapat dilakukan dengan metode standar yang sudah dikenal untuk
menentukan senyawa kimia dan termasuk derivat – derivatnya antara lain:
1.  Metode Spektroskopi

Metode spektroskopi saat ini sudah merupakan metode standar dalam


penentuan struktur senyawa organic pada umumnya dan senyawa
metabolit sekunder pada khususnya. Metode tersebut terdiri dari
beberapa peralatan dan mempunyai hasil pengamatan yang berbeda,
yaitu
a. Spektroskopi UV

Merupakan metode yang akan memberikan informasi adanya


kromofor dari senyawa organik dan membedakan senyawa aromatic
atau senyawa ikatan rangkap yang berkonjugasi denga senyawa
alifatik rantai jenuh.
b. Spektroskopi IR

49
Metode yang dapat menentukan serta mengidentifikasi gugus fungsi
yang terdapat dalam  senyawa organik, yang mana gugus fungsi
dari senyawa organik akan dapat ditentukan berdasarkan ikatan tiap
atom dan merupakan bilangan frekuensi yang spesifik.
c. Nuklir Magnetik Resunansi Proton

Metode ini akan mengetahui posisi atom – atom karbon yang


mempunyai proton atau tanpa proton. Disamping itu akan dikenal
atom – atom lainnya yang berkaitan dengan proton.

d. Nuklir Magnetik Kesonansi Isotop Karbon 13

Digunakan untuk mengetahui jumlah atom karbon dan menentukan


jenis atom karbon pada senyawa terebut.
e. Spektroskopi Massa

Mengetahui berat molekul senyawa dan ditunjang dengan adanya


fragmentasi ion molekul yang menghasilkan pecahan – pecahan
spesifik untuk suatu senyawa berdasarkan m / z dari masing –
masing fragmen yang terbentuk. Terbentuknya fragmen – fragmen
denga terjadinya pemutuan ikatan apabila disusun kembali akan
dapat menentukan kerangka struktur senyawa yang diperiksa. 

2.  Kromatografi
Penggunaan kromatografi sangat membantu dalam pendeteksian
senyawa metabolit sekunder dan dapat dijadikan sebagai patokan
untuk proses pengerjaan berikutnya dalam menentukan struktur
senyawa.
Berbagai jenis kromatografi yang umum digunakan antara lain: 

a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) : Merupakan salah satu metode


identifikasi awal untuk menentukan kemurnian senyawa yang
ditemukan atau dapat menentukan jumlah senyawa dari ekstrak
kasar metabolit sekunder. Cara ini sangat sederhana dan merupakan
suatu pendeteksian awal dari hasil isolasi. 
b. Kromatografi Kolom : Digunakan untuk pemisahan campuran
bebrapa senyawa yang diperoleh dari isolasi tumbuhan. Dengan
menggunakan fasa padat dan fasa cair maka fraksi – fraksi senyawa
akan menghasilkan kemurnian yang cukup tinggi. 
c. Kromatografi Gas : Pemisahan campuran senyawa yang cukup
stabil pada pemanasan, karena sampel yang digunakan akan dirubah
menjadi fasa gas dan dengan adanya  perbedaan keterikatan

50
senyawa pada fasa padat yang digunakan terhadap senyawa organik
sehingga terjadi pemisahan masing – masing senyawa dari
campurannya.
d. Kromatografi Cair : Lebih dikenal dengan HPLC (High Pressure
Liquid Chromatography ) dan lebih dari 75 % dari pemakaian
HPLC menggunakan fasa padat ODS (Oktadesil Sifane) atau C – 18
sedangkan fasa cair sebagai pelarut pembawa senyawa dapat diganti
kepolarannnya pada saat digunakan dan kondisi seperti itu dikenal
sebagai fasa gradien. Pada kondisi gradien, senyawa nonpolar akan
diadsorpsi lebih lemah oleh fasa padat dan akan dielusi dengan
pelarut nonpolar dan sebaiknya senyawa polar akan diadsorpsi lebih
kuat dan membutuhkan pelarut polar. Jika sampel mempunyai
polaritas luas, pemisahan harus dilakukan dengan merubah
kepolaran pelarut yang digunakan. Efisiensi penggunaan HPLC
ditentukan dengan pengaturan dan penggunaan pelarut sebagai
pembantu dalam pemakaian HPLC.

Secara garis besar identifikasi senyawa fenolik dapat digambarkan


sebagaimana bagan berikut ini:

BAGAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK

51
BAB III

ALDEHID

1. Pendahuluan

52
Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok
gugus khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi
karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus
fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip.

Aldehid adalah keluarga besar dari gugus fungsi senyawa organik


yang merasuk dalam kehidupan sehari- hari kita. Senyawa ini
menimbulkan bau wangi pada banyak buah-buahan dan parfum
mahal.Senyawa aldehida yaitu atom karbon yang dihubungkan dengan atom
oksigen oleh ikatan ganda dua (gugus karbonil).

Salah satu gugus fungsi yang kita ketahui yaitu aldehid yaitu suatu
senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonilyang terikat pada satu
buah atom atau dua buah atom hidrogen.

2. Pengertian Aldehid

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil


(C=O) yang terikat pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Aldehid
berasal dari “alkoholdehidrogenatum“. (cara sintesisnya).

Aldehid termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan


tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti -OH atau -Cl yang terikat
langsung pada atom karbondi gugus karbonil - seperti yang bisa ditemukan
misalnya padaasam-asam karboksilat yang mengandung gugus -COOH.
Pada aldehid, gugus karbonil memiliki satu atom hidrogenyang terikat
padanya bersama dengan salah satu dari gugus atom hidrogen lain atau, yang
lebih umum, sebuah gugus hidrokarbon yang bisa berupa gugus alkil atau
gugus yang mengandung sebuah cincin benzen.

53
3. Struktur Kimia
Aldehid adalah senyawa yang mengandung satu gugus karbonil (satu
ikatan rangkap C=O). Aldehid termasuk kedalam senyawa sederhana, karena
tidak memiliki gugus-gugus reaktif yang lain, seperti –OH atau Cl yang
terikat pada atom karbon pada gugus karbonil. Gambar di bawah ini
merupakan struktur kimia dari aldehid.

Gugus aldehid dituliskan sebagai –CHO dan tidak pernah dituliskan


sebagai COH. Sehingga penulisan rumus molekul aldehid terkadang sulit
dibedakan dengan alkohol.

4. Tata NamaAldehid

Nama aldehid atau alkanal diturunkan dari nama alkana yang sesuai
dengan mengganti akhiran a menjadi al. Tata nama isomer alkanal pada
dasarnya sama seperti tatanama alkanol, tetapi posisi gugus fungsi ( -CHO )
tidak perlu dinyatakan karena selalu menjadi atom karbon nomor satu.

Untuk alkanal yang memiliki cabang, penamaan dimulai dari rantai


induk yang paling panjang serta penomoran nomor atom C dimulai dari
gugus yang dekat dengan gugus fungsinya. Contoh :

4
CH3-3CH-2CH2-1CHO

CH3
3-metil butanal
Nama lazim dari aldehida diturunkan dari nama lazim asam
karboksilat yang sesuai dengan mengganti akhiran at menjadi aldehida dan

54
membuang kata asam. Misalnya asam format nama lazimnya adalah
formaldehida.

O
H C H
Formaldehid
Jika rantai utama aldehida berupa cincin siklik maka penamaan
digunakan akhiran karbal dehida. Contoh:

C H

Siklobutanakarbaldehida (Formilsiklobutana)

5. Sifat Senyawa Aldehid


A. Sifat Fisika Aldehid
1) Titik didih

Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas dengan


titik didih (-21°C) dan etanal memiliki titik didih +21°C. Ini berarti
bahwa etanal akan mendidih pada suhu yang mendekati suhu kamar.
Aldehid lainnya berwujud cair, dengan titik didih yang semakin
meningkat apabila molekul semakin besar. Besarnya titik didih
dikendalikan oleh kekuatan gaya-gaya antar-molekul, yaitu :

 Gaya dispersi van der Waals

Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul menjadi


lebih panjang dan memiliki lebih banyak elektron. Peningkatan
gaya tarik ini akan meningkatkan ukuran dipol-dipol temporer yang
terbentuk. Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila
jumlah atom karbon dalam rantai juga meningkat pada aldehid

 Gaya tarik dipol-dipol van der Waals

Aldehid adalah molekul polar karena adanya ikatan rangkap


C=O. Seperti halnya gaya-gaya dispersi, juga akan ada gaya tarik
antara dipol-dipol permanen pada molekul-molekul yang
berdekatan. Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi lebih tinggi
dibanding titik didih hidrokarbon yang berukuran sama, yang mana
hanya memiliki gaya dispersi. Misalnya, titik didih dari tiga

55
senyawa hidrokarbon yang memiliki besar molekul yang mirip.
Ketiga senyawa ini memiliki panjang rantai yang sama, dan jumlah
elektronnya juga mirip (walaupun tidak identik).

molekul Tipe titik didih (°C)

CH3CH2CH3 Alkana -42

CH3CHO aldehid +21

CH3CH2OH alkohol +78


Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa aldehid (yang memiliki
gaya tarik dipol-dipol dan gaya tarik dispersi) memiliki titik didih
yang lebih tinggi dari alkana berukuran sebanding yang hanya
memiliki gaya dispersi. Akan tetapi, titik didih aldehid lebih rendah
dari titik didih alkohol. Hal ini terjadi karena pada alkohol terdapat
ikatan hidrogen dan dua jenis gaya-tarik antar molekul lainnya
(gaya-tarik dipol-dipol dan gaya-tarik dispersi). Walaupun aldehid
merupakan molekul yang sangat polar, namun aldehid tidak
memiliki atom hidrogen yang terikat langsung pada oksigen,
sehingga tidak bisa membentuk ikatan hidrogen sesamanya.

2) Kelarutan dalam air

Aldehid yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi
kelarutannya berkurang seiring dengan pertambahan panjang rantai.
Sebagai contoh, metanal, etanal dan propanal yang merupakan aldehid
berukuran kecil dapat bercampur dengan air pada semua perbandingan
volume. Alasan mengapa aldehid yang kecil dapat larut dalam air
adalah bahwa walaupun aldehid tidak bisa saling berikatan hidrogen
sesamanya, namun keduanya bisa berikatan hidrogen dengan molekul
air.Salah satu dari atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam
sebuah molekul air bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan
elektron bebas pada atom oksigen dari sebuah aldehid untuk
membentuk sebuah ikatan hidrogen.

56
Selain karena adanya ikatan hidrogen antara air dan molekul
aldehid,adanya gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol antara aldehid
dengan molekul air menyebabkan aldehid berukuran kecil dapat larut
dalam air. Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan energi yang
membantu menyuplai energi yang diperlukan untuk memisahkan
molekul air dan aldehid atau keton satu sama lain sebelum bisa
bercampur.

Apabila panjang rantai meningkat, maka "ekor-ekor" hidrokarbon


dari molekul-molekul (semua hidrokarbon sedikit menjauh dari gugus
karbonil) mulai mengalami proses di atas. Dengan menekan diri
diantara molekul-molekul air, ekor-ekor hidrokarbon tersebut memutus
ikatan hidrogen yang relatif kuat antara molekul-molekul air tanpa
menggantinya dengan ikatan yang serupa. Ini menjadi proses yang
tidak bermanfaat dari segi energi, sehingga kelarutan berkurang.

B. Sifat Kimia
 Reaktivitas gugus karbonil

Atom oksigen pada gugus karbonil (C=O) jauh lebih


elektronegatif dibanding karbon sehingga memiliki kecenderungan
kuat untuk menarik elektron-elektron yang terdapat dalam ikatan C=O
kearahnya sendiri. Salah satu dari dua pasang elektron yang
membentuk ikatan rangkap C=O bahkan lebih mudah tertarik ke arah
oksigen. Ini menyebabkan ikatan rangkap C=O sangat polar. Oleh
karena itu, karbon karbonil bersifat elektrofilik, sehingga lebih reaktif
terhadap nukleofil. Selain itu, oksigen yang elektronegatif juga dapat
bereaksi dengan elektrofil.

Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan negatif (misalnya, ion


sianida, CN-), atau bagian yang bermuatan negatif dari sebuah molekul
(misalnya, pasangan elektron bebas pada sebuah atom nitrogen dalam
molekul amonia NH3). Selama reaksi berlangsung, ikatan rangkap
C=O terputus. Efek murni dari pemutusan ikatan ini adalah bahwa

57
gugus karbonil akan mengalami reaksi adisi, seringkali diikuti dengan
hilangnya sebuah molekul air.

 Reaktifitas gugus karbonil α,β-tak jenuh dan hydrogen α

Senyawa karbonil α,β-takjenuh adalah sebuah kelompok senyawa


karbonil yang penting dengan struktur umumnya Cβ-Cα−C=O. Pada
senyawa-senyawa ini, gugus karbonil berkonjugasi dengan sebuah
alkena. Hal ini menyebabkan sifat-sifat khusus senyawa ini. Sebagai
contoh senyawa ini adalah akrolein, mesitil oksida, asam akrilat, dan
asam maleat. Karbonil tak jenuh dapat dibuat dalam laboratorium
menggunakan reaksi aldol dan reaksi Perkin. Gugus karbonil, baik
pada aldehida menarik elektron dari alkena dan gugus alkena pada
karbonil tak jenuh, sehingga menurunkan reaktivitas terhadap
elektrofil seperti bromin atau asam klorida. Sedangkan hidrogen yang
melekat pada karbon α disebut hidrogen alfa, yang terjadi akibat
penarikan elektron oleh gugus karbonil, kerapatan elektron pada atom
karbon alfa semakin berkurang maka ikatan karbon dan hidrogen alfa
semakin lemah dan menyebabkan hidrogen alfa lebih mudah
melepaskan proton. Sehingga senyawa ini reaktif terhadap nukleofil
pada adisi nukleofilik.

C. Sifat Spektral Aldehid

Aldehid mempunyai spektra inframerah yang sangat mirip dengan


spektra keton. Beda yang penting antara suatu aldehida dan suatu keton
ialah bahwa aldehida mempunyai H yang terikat pada karbon karbonil.
Ikatan C-H istimewa ini menunjukan dua pita uluran karakteristik (tepat
di kanan pita CH alifatik) pada 2820 – 2900 cm-1 (3,45 – 3,35 µm) dan
2700 – 2780 cm-1 (3,60 – 3,70 µm). kedua peak CH ini runcing, tetapi
lemah, dan peak pada 2900 cm-1 (3,45 µm) dapat tersembunyi oleh
absorpsi yang bertumpang tindih (dari) ikatan CH lain (lihat gambar)

58
6. Reaksi Senyawa Aldehid
A. Oksidasi
Aldehida adalah reduktor kuat sehingga dapat mereduksi
oksidator-oksidator lemah. Perekasi Tollens dan pereaksi Fehling adalah
dua contoh oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk
mengenali aldehida. Oksidasi aldehida menghasilkan asam karboksilat.
Pereaksi Tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini
dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitratdengan larutan amonia
sedikit demi sedikit hingga endapan yang mula-mula terbentuk larut
kembali. Pereaksi Tollens dapat dianggap sebagai larutan perak oksida
(Ag2O). aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga
membebaaskan unsur perak (Ag).
Reaksi aldehida dengan pereaksi Tollens dapat ditulis sebagai
berikut :

Bila reaksi dilangsungkan pada bejana gelas, endapan perak yang


terbentuk akan melapisi bejana, membentuk cermin. Oleh karena itu,
reaksi ini disebut reaksi cermin perak.

Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan


Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B
merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi
Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling,
ion Cu2+ berfungsi sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat

59
dianggap sebagai larutan CuO.Reaksi Aldehida dengan pereaksi Fehling
menghasilkan endapan merah bata dari Cu2O.

Pereaksi Fehling dipakai untuk identifikasi adanya gula reduksi


(seperti glukosa) dalam air kemih pada penderita penyakit diabetes
(glukosa mengandung gugus aldehida).

B. Reaksi Adisi
1) Adisi Alkohol
Aldehid  Hemiasetal  asetal
Hemiasetal adalah senyawa karbon yang gugus terikat itu sendiri
terdiri atas satu gugus eter (—O—) dan satu gugus alkohol (—OH)

Asetal adalah senyawa karbon denga dua gugus eter (—O—) yang


terikat pada satu atom karbon primer.

2) Adisi HCN
Hidrogen sanida akan masuk ke ikatan rangkap C=O pada aldehid
dan keton menghasilkan senyawa yang dikenal sebagai hidroksinitril.
Senyawa-senyawa ini biasa juga disebut sebagai sianohidrin.

Sebagai contoh, jika hidrogen sianida diadisi ke etanal (sebuah


aldehid) maka diperoleh 2-hidroksipropananitril:

60
3) Adisi Grignard

4) Reaksi adisi eliminasi


Reaksi Amonia dan Amina Primer

Reaksi dg Amina Sekunder


Produk ion iminium Enamina (vinil amina)

5) Reaksi adisi hidrogenasi


Pada reaksi ini, ikatan rangkap –C=O dari gugus fungsi aldehida
dapatdiadisi oleh gas hidrogen membentuk suatu alkohol
primer. Adisi hidrogenmenyebabkan penurunan bilangan oksidasi
atom karbon gugus fungsi. Olehkarena itu, adisi hidrogen tergolong
reduksi.

6) Reaksi kondensasi aldol


Dua molekul aldehida atau satumolekul aldehida dengan satu
molekul keton akan menghasilkan senyawaaldol. Reaksi ini disebut
reaksi kondensasi aldol, yang diturunkan dari kataaldehida dan alcohol

7) Reaksi cannizaro
Reaksi ini merupakan reaksi reduksi aldehida yang tidak
memilikihidrogen alfa. Karena tidak adanya hidrogen alfa pada gugus
karbonil makatidak akan terjadi ion karban, akibatnya aldehida yang

61
tidak memiliki hidrogenalfa tidak akan mengalami reaksi kondensasi
aldol.

8) Reaksi halogenasi
Apabila aldehida yang mempunyai hydrogen alfa direaksikan
dengangas klor atau gas brom, maka hydrogen alfa akan diganti oleh
atom klor ataubrom dengan adanya katalis asam dan basa.

9) Reaksi alkilasi pada aldehid


Adanya hidrogen alfa pada senyawa karbonil dapat menyebabkan
senyawa tersebut bereaksi dengan karbon kation atau dapat terjadi
reaksi alkilasi. Tinjau senyawa karbonil (anion enolat) sebagai sampel.
Reaksi alkilasi yang terjadi dapat dikatakan sebagai reaksi substitusi
elektrofilik, tetapi reaksi ini juga dikatakan sebagai reaksi substitusi
nukleofilik, karena dapat dianggap anion enolat sebagai gugus masuk
(pengganti).
Pernyataan yang terakhir lebih mudah untuk menerangkan
mekanisme alkilasi terhadap senyawa karbonil yang mempunyai atom
hidrogen alfa.

62
Reaksi alkilasi secara umum dapat ditulis

7. Reaksi Pembuatan Aldehid


 Melalui reaksi oksidasi
Reaksi pembuatan aldehida dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Cara yang paling sederhana adalah dengan mengoksidasi alcohol
primer dan sekunder. Persamaan reaksi secara umumnya adalah sebagai
berikut:

Oksidasi senyawa alkena dengan ozon juga menghasilkan aldehida.


Reaksi ini dapat digunakan untuk mengetahui posisi ikatan rangkap di
dalam molekul.

 Melalui Reaksi Reduksi

Aldehid dapat diturunkan melalui reaksi reduksi (hidrogenasi)


dari turunan asam karboksilat. Beberapa reaksi reduksi pembuatan
aldehida adalah sebagai berikut:

63
8. Manfaat Aldehid
Larutan formaldehida 37% dalam air (formalin) untuk mengawetkan
contoh biologi dan mengawetkan mayat, penghilang bau untuk sumbu
lampu/lilin.
Formaldehida untuk membuat plastik termoset (plastik yang tidak
meleleh pada pemanasan) sebagai desinfektans, membuat damar buatan.
formaldehida digunakan dalam pembuatan plastik, insulasi bangunan,
papan partikel, dan kayu lapis.
Asetaldehid banyak digunakan untuk pembuatan asam asetat.
Aseton digunakan sbg pelarut dan pengolahan senyawa kimia
Benzaldehid senyawa aromatik pemberi aroma buah ceri
Etanal atau asetaldehida sebagai bahan untuk karet . Zat warna dan
bahan organik yang penting misalnya asam asetat, aseton, etilasetat, dan
1- butanol.
Aseton merupakan pelarut yang baik untuk banyak zat organik (resin,
cat, zat warna dan cat kuku).

9. Sumber Di Alam dan Penggunaannya

Senyawa aldehid yang terdapat di alam salah satunya adalah


benzaldehid yang merupakan senyawa aromatic pemberi aroma buah ceri.
Formaldehida merupakan aldehida yang paling banyak diproduksi dan
mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai berikut. Untuk membuat
formalin, yaitu larutan 40 % formaldehida dalam air. Formalin digunakan
untuk mengawetkan contoh biologi dan juga mengawetkan mayat, tetapi
tidak boleh untuk mengawetkan makanan, untuk membuat berbagai jenis
plastik termoset (plastik yang tidak meleleh pada pemanasan), sebagai
desinfektans, membuat damar buatan. Sumber formaldehid adalah diudara
bebas, diluar rumah, formaldehid bisa berasal dari pembakaran tidak

64
sempurna dari bensin yang keluar dari knal pot kendaraan bermotor, dari
cerobong pabrik yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil, dari
kebakaran hutan dan pembakaran sampah.

Di udara bisa terjadi karena sinar matahari dapat memacu


pembentukan formaldehid dari oksigen dan polutan yang ada diudara. Di
dalam rumah bisa berasal dari cat tembok, cat kayu, peralatan rumah tangga
dari “polywood” , serbuk kayu yang dipadatkan, lem kayu, “fiberglass”,
bahan kosmetik, sampo, sabun busa, bahan pembersih lantai, deodoran, cat
rambut, pasta gigi, obat kumur, “hair spray”. Juga bisa terdapat dalam bahan
plastik, kertas (kertas pembersih muka, kertas toilet, kertas handuk), karpet,
pakaian (kain yang tidak mudah kusut). Formaldehid juga didapatkan dalam
asam rokok.

65
BAB IV

KETON

1. Pengertian Keton
Keton sebagai senyawa karbonil
Keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah
gugus karbonil – sebuah ikatan rangkap C=O. Keton termasuk senyawa
yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif
yang lain seperti -OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di
gugus karbonil – seperti yang bisa ditemukan misalnya pada asam-asam
karboksilat yang mengandung gugus -COOH.
Keton bisa berarti gugus fungsi yang dikarakterisasikan oleh sebuah
gugus karbonil (O=C) yang terhubung dengan dua atom karbon ataupun
senyawa kimia yang mengandung gugus karbonil. Keton memiliki rumus
umum:R1(CO)R2.
O

R C R atau RCOR
suatu keton

Senyawa karbonil yang berikatan dengan dua karbon membedakan


keton dari asam karboksilat, aldehida, ester, amida, dan senyawa-senyawa
beroksigen lainnya. Ikatan ganda gugus karbonil membedakan keton dari
alkohol dan eter. Keton yang paling sederhana adalah aseton (secara
sistematis dinamakan 2-propanon).

2. Tata Nama Keton

Keton diberi nama dengan mengubah–a alkane menjadi –on. Bila


perlu digunakan nomor :

O O O

O CH3CCH2CH2CH3 CH3CCH2CCH3

2-pentanon 2,4-pentanadion
sikloheksanon

Propanon biasa disebut aseton, sementara keton sederhanalain kadang-


kadang diberi nama dengan suatau nama gugus fungsional. Gugus alkil atau aril
yang terikat pada gugus karbonil dinamai, kemudian ditambahkan kata keton.

66
O O O
CH3CCH3 CH3CCH2CH3 (CH3)2CHCC(CH3)3
IUPAC propanon butanon 2,2,4-trimetil-3-pentanon
trivial aseton metil etil keton isopropil t-butil keton

3. Sifat-sifat Kimia
Gugus karbonil bersifat polar, sehingga mengakibatkan senyawa keton
polar. Gugus karbonil akan berinteraksi dengan air melalui ikatan hidrogen,
sehingga keton larut dalam air. Ia merupakan akseptor ikatan hidrogen, dan
bukannya donor, sehingga ia tidak akan membentuk ikatan hidrogen dengan
dirinya sendiri. Hal ini membuat keton lebih mudah menguap daripada
alkohol dan asam karboksilat.
a. Keasaman
Hidrogen-α keton lebih asam (pKa ≈ 20) daripada hidrogen alkana
biasa (pKa ≈ 50). Hal ini disebabkan oleh stabilisasi resonansi ion enolat
yang terbentuk ketika berdisosiasi. Keasaman relatif hidrogen-α sangatlah
penting dalam reaksi enolisasi keton dan senyawa karbonil lainnya.
b. Sifat-sifat spektroskopi
Spektroskopi adalah salah satu cara yang penting untuk
mengidentifikasi keton. Keton dan aldehida akan menunjuukkan puncak
cm−1
yang signifikan pada spektroskopi inframerah di sekitar 1700 (agak
tinggi atau rendah, bergantung pada lingkungan kimiawi)
c. Ikatan dan Kereaktifan
Ikatan pada gugus karbonil, atom oksigen jauh lebih elektronegatif
dibanding karbon sehingga memiliki kecenderungan kuat untuk menarik
elektron-elektron yang terdapat dalam ikatan C=O kearahnya sendiri.
Salah satu dari dua pasang elektron yang membentuk ikatan rangkap C=O
bahkan lebih mudah tertarik ke arah oksigen. Ini menyebabkan ikatan
rangkap C=O sangat polar.

d. Reaksi-reaksi penting dari gugus karbonil


Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus karbonil
bisa diserang oleh nukleofil. Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan
negatif (misalnya, ion sianida, CN-), atau bagian yang bermuatan negatif
dari sebuah molekul (misalnya, pasangan elektron bebas pada sebuah
atom nitrogen dalam molekul amonia NH3).
Selama reaksi berlangsung, ikatan rangkap C=O terputus. Efek
murni dari pemutusan ikatan ini adalah bahwa gugus karbonil akan

67
mengalami reaksi adisi, seringkali diikuti dengan hilangnya sebuah
molekul air. Ini menghasilkan reaksi yang dikenal sebagai adisi-
eliminasiatau kondensasi. Dalam pembahasan tentang aldehid dan keton
anda akan menemukan banyak contoh reaksi adisi sederhana dan reaksi
adisi-eliminasi. Aldehid dan keton mengandung sebuah gugus karbonil.
Ini berarti bahwa reaksi keduanya sangat mirip jika ditinjau berdasarkan
gugus karbonilnya.

4. Sifat-sifat fisik
a. Titik didih
Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas (titik
didih -21°C), dan etanal memiliki titik didih +21°C. Ini berarti bahwa
etanal akan mendidih pada suhu yang
mendekati suhu kamar.
Aldehid dan keton lainnya berwujud cair, dengan titik didih
yang semakin meningkat apabila molekul semakin besar. Besarnya titik
didih dikendalikan oleh kekuatan gaya-gaya antar-molekul
b. Gaya dispersi van der Waals
Gaya tarik ini (dispersi van der waals) menjadi lebih kuat apabila
molekul menjadi lebih panjang dan memiliki lebih banyak elektron.
Peningkatan gaya tarik ini akan meningkatkan ukuran dipol-dipol
temporer yang terbentuk.
Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah
atom karbon dalam rantai juga meningkat – baik pada aldehid maupun
pada keton.
c. Gaya tarik dipol-dipol van der Waals
Aldehid dan keton adalah molekul polar karena adanya ikatan
rangkap C=O. Seperti halnya gaya-gaya dispersi, juga akan ada gaya tarik
antara dipol-dipol permanen pada molekul-molekul yang berdekatan.
Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi lebih tinggi dibanding
titik didih hidrokarbon yang berukuran sama – yang mana hanya memiliki
gaya dispersi.
d. Kelarutan dalam air
Aldehid dan keton yang kecil dapat larut secara bebas dalam air
tetapi kelarutannya berkurang seiring dengan pertambahan panjang rantai
sebagai contoh,metanal,etanal dan propanon – yang merupakan aldehid
dan keton berukuran kecil – dapat bercampur dengan air pada semua
perbandingan volume.Alasan mengapa aldehid dan keton yang kecil dapat
larut dalam air adalah bahwa walaupun aldehid dan keton tidak bisa

68
saling berikatan hidrogen sesamanya, namun keduanya bisa berikatan
hidrogen dengan molekul air.
Salah satu dari atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam
sebuah molekul air bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan
elektron bebas pada atom oksigen dari sebuah aldehid atau keton untuk
membentuk sebuah ikatan hidrogen.
Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan energi yang
membantu menyuplai energiyang diperlukan untuk memisahkan molekul
air dan aldehid atau keton satu sama lainsebelum bisa bercampur.
Apabila panjang rantai meningkat, maka "ekor-ekor" hidrokarbon
dari molekul-molekul (semua hidrokarbon sedikit menjauh dari gugus
karbonil) mulai mengalami proses di
atas, dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, ekor-ekor
hidrokarbon tersebut memutus ikatan hidrogen yang relatif kuat antara
molekul-molekul air tanpa menggantinya dengan ikatan yang serupa. Ini
menjadi proses yang tidak bermanfaat dari segi energi, sehingga kelarutan
berkurang.

5. Perbedaan aldehid dan keton


Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom hidrogen
yang terikat pada gugus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat
mudah teroksidasi. Sebagai contoh, etanal, CH3CHO, sangat mudah
dioksiasi baik menjadi asam etanoat, CH3COOH, atau ion etanoat,
CH3COO-.
Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah
dioksidasi. Keton hanya bisa dioksidasi dengan menggunakan agen
pengoksidasi kuat yang memiliki kemampuan untuk memutus ikatan karbon-
karbon.

6. Reaksi-reaksi Keton
Reaksi Adisi
Reaksi adisi diawali dengan protonasi dari oksigen. Protonasi ini akan
menambah muatan positif pada karbon karbonil sehingga karbon akan lebih
mudah diserang oleh nukleofil. Reaktivitas relatif reaksi adisi pada aldehida
dan keton sebagian disebabkan oleh adanya muatan positif pada karbon
karbonil. Makin besar muatan positif makin reaktif. Gugus alkil akan
membantu menyebarkan muatan positif sehingga menjadi kurang reaktif.
Contoh : formaldehida lebih reaktif dibanding aldehida atau keton lain
karena formadehida tidak terdapat gugus alkil untuk membantu menyebarkan

69
muatan positif. Apabila dalam struktur terdapat gugus penarik elektron
(misalnya Cl) maka reaktivitas senyawa.
O O O

R R R R H H
keton aldehid f ormaldehid

Reaksi dengan Air


Adisi dapat mengadisi suatu gugus karbonil, untuk membentuk suatu
1,1-diol, yang disebut gen-diol, atau hidrat. Reaksi itu reversible, dan
biasanya keseimbangan terletak pada sisi karbonil.
Umum :
O OH

R C H
R + H2O R C R

suatu aldehida OH
atau keton
suatu hidrat
( dua OH pad a C

O OH
H+
CH3 C CH4 + H 2O CH3 C CH3
aseton
OH
2,2-propanadiol
(aseton hidrat)

Hidrat stabil juga dikenal, tetapi senyawa ini lebih bersifat


kekecualian. Kloral hidrat (suatu bahan hipnotik dan penyusun utama
“Mickey Finn”) adalah contoh hidrat yang stabil. Formalin juga mengandung
hidrat stabil (dari) formaldehida.
O

Cl 3CCH3 + H2O H+ Cl 3CCH(OH)2


kloral kloral hidrat

HCH + H 2O H+ HCH(OH)2

formaldehida d alamf ormalin

Reaksi dengan Alkohol

70
Suatu alcohol dapat mengadisi suatu gugus karbonil. Dalam
kebanyakan hal, kesetimbangan letak pada sisi aldehida atau keton, sama
seperti dalam reaksi air.
Produk adisi satu molekul suatu alcohol pada suatu aldehida disebut
suatu hemiasetal, sedangkan produk adisi dua molekul alcohol (dengan
hilangnya H2O) disebut asetal (Hemiketal dan ketal merupakan nama padanan
untuk produk keton). Semua reaksi ini dikatalisis oleh asam kuat.
Umum :
O OR OR'
ROH ROH
H+ H+
RCH RCH RCH + H 2O

suatu aldehida OH OR'


suatu hemiasetal suatu asetal
OH dan OR pada C ( d ua OR pada C)

O CH 3CH2OH OCH2CH3
CH 3CH2OH OCH2CH3
H+
H+
CH3CH CH3CH CH 3CH + H 2O
asetaldehida OH OCH2CH3

suatu hemiasetal suatu asetal

Reaksi dengan Hidrogen Sianida


Hydrogen sianida (t.d. 260C) dapat dianggap sebagai gas atau cairan
yang mudah menguap. Dalam operasi laboratorium yang normal, HCN
digunakan sebagai gas, tetapi dengan menggunakan alat yang khusus, HCN
dapat digunakan sebagai cairan (dan dalam berberapa hal, malahan sebagai
pelarut). Sering HCN dibuat langsung dalam suatu campuran reaksi dari KCN
atau NaCN dan suatu asam kuat. Hydrogen sianida bersifat racun dan
khususnya mengecoh, karena hidung manusia baru dapat mendeteksi baunya
hanya pada tingkat yang mungkin telah mematikan.Seperti air dan akohol,
hydrogen sianida dapat mengadisi ke gugus karbonil suatu aldehida atau
keton. Dalam kedua hal produknya dirujuk sebagai suatu sianohidrin.

Reaksinya :
O OH
CN -
R C R + HCN R C R

suatu aldehida CN
atau keton suatu sianohidrid

71
7. Reduksi dan Oksidasi Keton
a. Reduksi Keton

Suatu keton dapat direduksi menjadi alcohol, suatu hidrokarbon atau


amina. Produk reduksi ini tergantung pada bahan pereduksi dan struktur
senyawa karbonilnya.

O OH NR2
[H]
RCR RCHR atau RCH2R atau RCHR
suatu aldehida suatu alkohol suatu hidrokarbon suatu amina
atau keton

b. Hidrogenasi
Ikatan pi suatu gugus karbonil dapat mengalami hidrogenasi katalitik,
sama seperti ikatan pi dalam suatu alkena. Alkena dapat dihidrogenasi
pada tekanan dan pada temperature kamar; untuk hidrogenasi suatu
gugus karbonil, biasanya diperlukan kalor dan tekanan. Suatu keton di
reduksi menjadi alcohol sekunder oleh hidrogenasi katalitik.
Rendemennya bagus sekali (90-100%).
OH

Ni
O + H2
500,65 atm
H
sikloheksanon sikloheksanon
suatu keton suatu alkohol sekund er

Jika suatu ikatan rangkap dan suatu gugus karbonil keduanya terdapat
dalam sebuah struktur, ikatan rangkap itu dapat dihidrogenasikan
sementara gugus karbonil tetap utuh, atau dapat pula keduanya
terhidrogenasi. Namun, gugus karbonil tak dapat dihidrogenesi tanpa
mereduksi ikatan rangkapnya. Jika diinginkan mereduksi suatu gugus
karbonil sementara ikatan rangkap karbon-karbon tetap utuh, haruslah
dipilih reduksi (dengan) hidrida logam.
C=C tereduksi (tetapi C=O tidak) :
O O

Ni
CH 3CH=CHCH2CH + H2 CH3CH2CH2CH2CH
250
3- pentenal
pentanal
C=C dan C=O direduksi:

72
O

Ni
CH3CH=CHCH2CH + H2 CH 3CH2CH2CH2OH
kalor, tekanan
3- pentena 1- pentanol
c. Hidrida logam
Atas dasar satuan molar maka gas hdrogen tidaklah mahal; namun suatu
reaksi hidrogenasi agak merepotkan. Biasanya peralatannya terdiri dari
tanki gas dan suatu bejana bertekanan. Suatu prosedur reduksi
alternative melibatkan penggunaan hidrida logam. Dua zat pereduksi
yang bermanfaat adalah litium aluminium hidrida (sering disingkat
LAH) dan natrium borohidrida, keduanya mereduksi aldehida dan keton
menjadi alcohol.
H
H

Li + H Al- H Na+ H B- H

H H
litium alumunium hidrida (LAH) Natrium borohidrida

OH
(1) LiAlH
CH3CH2CHCH3
O (2)H 2O, H+
2-butanol (80%)
CH3CH2CCH 3
OH
butanon (1) NaBH
CH 3CH2CHCH3
(2) H 2O, H +
2-butanol (87%)
Kedua hidrida logam ini sangat berbeda dalam kereaktivannya.
LAH merupakan zat pereduksi kuat, yang tidak hanya mereduksi
aldehid dan keton, tetapi juga asam karboksilat, ester, amida dan nitril.
Lah bereaksi hebat dengan air, biasanya reduksi dilakukan dalam pelarut
seperti eter tak berair.
Natrium borohidrida merupakan zat pereduksi yang lebih lembut
daripada LAH. Reaksinya dapat dilakukan dalam air atau alcohol berair
sebagai pelarut. Untuk mereduksi suatu aldehida atau keton, dipilih
NaBH4; lebih mudah penanganannya karena tidak reaktif terhadap air.
NaBH4 mereduksi aldehida dan keton dengan cepat, tetapi sangat lambat
mereduksi ester. Oleh karena itu gugus karbonil aldehida atau keton
dapat direduksi tanpa diiringi reduksi suatu gugus ester pada molekul
yang sama. Selektivitas semacam itu tak mungkin pada LAH.

73
ester tak direduksi
O O OH O
(1) NaBH 4
HCCH2CH2COCH2CH3 CH2CH2CH2COCH2CH3
(2) H 2O,H+

Baik NaBH4maupun LAH tidak mereduksi ikatan rangkap


karbon-karbon yang terpencil, tetapi C=C yang berkonjugasi dengan
suatu gugus karbonil kadang-kadang terserang. Akibatnya, suatu
struktur yang mengandung ikatan rangkap dan gugus karbonil sering
kali dapat direduksi pada posisi karbonil secara selektif. Dalam hal ini,
hidrida logam bersifat komplementer terhadap gas hdrogen sebagai
bahan-bahan pereduksi.
C=O tereduksi (tetapi C=C tidak):
O O OH OH
(1) LiAlH 4
CH3CCH2CH=CHCH2CCH 3 CH3CHCH2CH=CHCH2CHCH3
(2) H 2O,H+
4-oktena-2,7-dion 4-oktena-2,7-diol (70%)

Diisobutilaluminium hidrida (DBAH), [(CH3)2CHCH2]2AlH


merupakan zat pereduksi hidrida logam yang lebih baru tetapi popular,
yang serupa dengan LAH dalam hal kemampuan mereduksi. Disamping
mereduksi sldehida dan keton menjadi alcohol, DBAH mereduksi asam
karboksilat dan ester menjadi aldehida atau alcohol (bergantung pada
kondisi reaksi). DBAH juga dapat mereduksi ikatan rangkap karbon-
karbon yang terpencil.

d. Reduksi Wolff – Kishner dan Clemmensen


Reduksi Clemmensen dan reduksi Wolff – Kishner digunakan
terutama untuk mereduksi aril keton yang diperoleh dari reaksi Friedel-
Crafts, tetapi kadang-kadang dapat digunakan untuk mereduksi aldehida
dan keton lain. Kedua metode reduksi ini mengubah suatu gugus C=O
menjadi gugus CH2.
Dalam reduksi Wolff-Kishner, aldehida atau keton mula-mula
diubah menjadi suatu hidrazon dengan mereaksikannya dengan
hidrazina. Hidrazon itu kemudian diolah dengan basa kuat seperti
kalium hidroksida atau kalium t-butoksida dalam pelarut dimetil
sulfoksida (DMSO). Karena itu reaksi tersebut terbatas hanya pada
senyawa karbonil yang stabil dalam kondisi biasa.

74
Reaksi Walff-Kishner

Sebaliknya dalam reduksi Clemmensen, digunakan suatu amalgam


(aliase antara seng dan raksa) dan HCl pekat, reagensia ini dipilih untuk
senyawa yang tak stabil dalam suasana basa, tetapi stabil dalam suasana
asam.
Reduksi Clemmensen
O

CCH3 CH2CH3

e. Amina Reduktif
Jika diinginkan suatu amina sebagai produk reduksi, maka senyawa
karbonil itu diolah dengan ammonia atau suatu amina primer untuk
membentuk suatu imina dengan kehadiran hydrogen dan suatu katalis.
Kemudian gugus C=N imina mengalami hidrogenasi katalitik dengan
cara yang sama seperti suatu gugus C=C atau C=O.
O
NH 3 H 2.Ni
CH CH=NH
-H 2O CH 2NH 2

benzaldehida suatu imina benzilamina (89%)

NCH3 NHCH3
CH NH H 2.Pt
CH3CH2CCH3 3 2 CH3CH2CHCH3
-H 2O CH3CH2CCH3
butanon suatu imina N-metil-2-butilamina (69%)

Amina reduktif merupakan metode yang baik untuk membuat amina


dengan suatu gugus alkil sekunder, R2CHNH2. (mengolah alkil halide
sekunder R2CHX dengan NH3 dalam suatu reaksi SN2 dapat
mengakibatkan eliminasi atau terbentuknya dialkilamina suatu reaksi.
f. Oksidasi Keton
Keton tak mudah dioksidasi, garam permanganat atau dikromat
merupakan zat pengoksidasi yang terpopuler, tetapi bukanlah satu-
satunya reagensia yang dapat digunakan.

O
KMnO4
CH3CCH3 tak ada reaksi
aseton
suatu keton

75
8. Pembuatan Keton
Cara yang paling lazim untuk mensintesis suatu keton sederhana ialah dengan
oksidasi suatu alcohol. Oksidasi alcohol sekunder akan menghasilkan keton.

OH O
Cr 2O3
H3CH2C C CH3 H3CH2C C CH3
H piridin
butanon
2-butanol

9. Penggunaan Keton
Keton suku rendah, misalnya aseton banyak digunakan sebagai bahan pelarut..
Kemudian pada berberapa keton yang lebih kompleks banyak digunakan
sebagai pemberi aroma karena keton mempunyai aroma yang menarik,
sebagai contoh adalah vanillin. Keton aril dapat dibuat dengan reaksi asilasi
friedel-orafis. Persamaan umum untuk reaksi ini dicantumkan.
O

CH3(CH2)3CH2OH + CrO3 N-2 CH3(CH2)CH5

heptanal (84%)
1-heptanon

CH3 CH3

+ H2CrO4 600

OH O

CH3CHCH3 CH3CHCH3
mentol menton (84%) S
O

HO
OCH3 vanilin

76
BAB V
ASAM KARBOKSILAT

Asam karboksilat atau asam alkanoat adalah golongan asam organik


alifatik yang memiliki gugus karboksil (-COOH). Semua asam alkanoat adalah
asam lemah. Dalam pelarut air, sebagian molekulnya terionisasi dengan melepas
atom hidrogen menjadi ion H+.

Wujud dari asam karboksilat tergantung dari jumlah atom C –nya, untuk
senyawa asam karboksilat yang memiliki atom C kurang dari 10, maka wujud zat
tersebut adalah cair pada suhu kamar. Sedangkan asam karboksilat yang memiliki
panjang atom C 10 atau lebih berwujud padat. Asam karboksilat dengan panjang
rantai 1-4 larut sempurna dalam air, sedangkan asam karboksilat dengan panjang
5-6 sedikit larut dalam air dan asam karboksilat dengan panjang rantai lebih dari 6
tidak larut dalam air. Asam karboksilat larut dalam pelarut organik (seperti eter,
alkohol, dan benzena). Semua asam karbosilat merupakan asam lemah dengan
Ka= ±1x10-5.

Asam karboksilat adalah asam organik yang diidentikkan dengan gugus


karboksil. Asam karboksilat merupakan asam Bronsted-Lowry (donor proton).
Garam dan anion asam karboksilat dinamakan karboksilat. Asam karboksilat
merupakan senyawa polar, dan membentuk ikatan hidrogen satu sama lain. Pada
fase gas, asam karboksilat dalam bentuk dimer. Dalam larutan asam karboksilat
merupakan asam lemah yang sebagian molekulnya terdisosiasi menjadi H+ dan
RCOO-. Contoh: pada temperatur kamar, hanya 0,02% dari molekul asam asetat
tang terdisosiasi dalam air. Asam karboksilat alifatik rantai pendek (atom karbon
<18) dibuat dengan karbonilasi alkohol dengan karbon monoksida. Untuk rantai
panjang dibuat dengan hidrolisis trigliserida yang biasa terdampar pada minyak
hewan dan tumbuhan.

Asam Karboksilat adalah senyawa yang mempunyaisatuguguskarbonil


yang berikatan dengan satu gugus hidroksil yang disebut dengan “gugus
karboksil” (karbonil + hidroksil).
O
R C
OH

77
1. Tata Nama Asam Karboksilat
a. Tata Nama IUPAC
 Dimulai dengan asam + rantai karbon terpanjang yang mengandung
gugus karboksilat (CO2H) + akhiranoat.
Contoh :

O O
O
H C CH3 C CH3 CH2 CH2 C
OH OH OH

asam metanoat asam etanoat asam butanoat

CH3
O O O
CH3 CH CH2 C H3C C C CH3 CH CH2 C
OH OH OH
CH3 CH3 OH

 Jika mengandung rantai cabang, maka atom C dari gugus karboksilat


dengan rantai terpanjang diberi nomor 1
Contoh :

5 4 3 2 1
CH3 CH2 CH CH2 COOH CH3 CH CH2 CH COOH
5 3 2 1
4
CH3 OH CH3
asam 3 - metil pentanoat asam 4 - hidroksil - 2 - metil pentanoat

 Jika terdapat lebih dari satu cabang atau gugus cabang maka penulisan
rantai atau gugus cabang menurut abjad
 Jika senyawa mempunyai 2 gugus karboksilat, penamaan rantai utama
diberi akhiran dioat.
O O
C CH2 C asam propandioat (asam malonat)
HO OH

O O

HO C C OH asam etandioat (asam oksalat)

O O

HO C CH2 CH2 CH2 CH2 C OH asam heksandioat (asam adipat)

b. Tata NamaTRIVIAL
 Tidakmempunyaisistematika
O
H C asam formiat
OH

O
CH3 CH2 CH2 C
OH asam butirat

 Letak susbtituen dinyatakan dengan a, b, g, d dan seterusnya

78
    O
CH3 CH2 CH2 CH2 C
5 4 3 2 1 OH
Cl

CH3 CH COOH asam - kloroproponoat


 

Formula/struktur IUPAC Trivial

HCO2H As. metanoat Asam formiat

CH3CO2H Asam etanoat Asam asetat

CH3(CH2)2CO2H Asam butanoat Asam butirat

CH3(CH2)2CO2H As. pentanoat Asam valerat

CH3(CH2)4CO2H As. heksanoat Asam kaproat

CH3(CH2)5CO2H As. heptanoat Asam enantat

HO2CCO2H As. etandioat Asam oksalat

HO2CCH2CO2H As.propandioat As. malonat

HO2(CH2)2CO2H As. butandioat As. suksinat

 Alkil karboksilat

CH3 CH2 COOH CH3 CH COOH

asam etil karboksilat CH3


asam isopropil karboksilat
2. Sifat-sifat Asam Karboksilat
 Asam karboksilat mempunyai 3 ikatan kovalen polar ® senyawa polar
-

O
+

C - H
H3C + O

 Asam karboksilat mampu membentuk ikatan hidrogen melalui gugus


C O dan O H
- +
 
O H
O
CH3 C C C CH3
O H O-

+ 

 Ikatan hidrogen yang terbentuk >ikatan hydrogen pada alkohol®titik didih


asam karboksilat>titik didih alkohol yang Mrsama

79
O
CH3 CH2 C > CH3 CH2 CH2 CH2 OH
OH
td td
 Asam karboksilat mampu membentuk ikatan hidrogen dengan air ® mudah
larut dalam air
O
R C
OH
rantai C non polar gugus polar

3. KeasamanAsamKarboksilat
 Asam karboksilat terionisasi di dalam air membentuk larutan yang bersifat
sedikit asam
 Keasaman asam karboksilat ¹ asam-asam anorganik karena asam karboksilat
terionisasi sebagian di dalam air ® asam lemah

O
O
+
CH3 CH2 C CH3 C O- + H
OH


[CH 3CO2 ] [ H  ]
Ka   1.8 x 10 5
[CH 3CO2 H ]

 Dibanding dengan alkohol, Ka asam karboksilat lebih besar karena asam


karboksilat dapat beresonansi

CH3 CH2 O tidak dapat beresonansi

alkohol

O O

CH3 C O CH3 C O

asam karboksilat

 Asam karboksilat dapat bereaksi dengan basa (NaOH) membentuk garam


karboksilat
O O
1 C OH + NaOH C O- Na+ + H 2O

asam benzoat

O O
2 CH3 C OH + Na 2 CO 3 CH3 C O- Na+ + H 2CO3
asam asetat Na - asetat
CO2 H2O

4. PembuatanAsamKarboksilat

80
Asam karboksilat dapat disintesis atau dibuat melalui beberapa cara :

1. Oksidasi alkohol primer dan aldehida

H+ O
CH3 CH2 CH2 OH + K2Cr2O7 CH3 CH2 C
OH
+
H
CH3 CH2 CH2 CH2 OH + KMnO4 CH3 CH2 CH2

alkohol oksidator COOH


kuat

O O
NH4OH
CH2 CH C + Ag (NH3)2+ CH2 CH C
H OH
OH OH OH OH
oksidator
aldehida
lemah
2. Oksidasi alkena RCH = HR dan R2C = CHR
O
H 3C H Oks H3C
C C CH2 CH3 C O HO C CH2 CH3
H 3C H3C

H2 H2
C C
H2C CH Oks H2C COOH
H2C CH H2C COOH
C C
H2 H2

sikloheksena asam adipat

3. Oksidasi gugus alkil pada cincin benzene

Cl Cl
CH2 CH2 CH3 COOH
OH-
+ KMnO4
CH CH3 COOH

CH3

Seberapa panjang pun gugus alkil, akan didegradasi menjadi gugus


karboksilat benzoat.
5. Beberapa Reaksi Asam Karboksilat
1. Reduksi
O
katalis
R C + 2 H2 R C OH + H 2O
OH D

asam karboksilat

O O OH O
Pt
CH3 C CH2 C OH + H 2 CH3 CH CH2 C OH
25Oc
asam 3 - keto butanoat asam 3 - hidroksi butanoat
O

C OH H2C OH

H2O
+ LiAlH4
CH3 CH3

81
2. Dekarboksilasi asam b – keton dan b - dikarboksilat.

 Reaksi dekarboksilasi ini khusus hanya terjadi pada asam karboksilat


yang mempunyai gugus b - keton

O O O
H2
H 3C C C C CH3 C CH3 + CO 2
OH
asam 3 - ketobutanoat aseton

Mekanisme
H
H O
O O
+ O C O
C C C
H3C  CH2 O H3C CH2
 etanol
O

CH3 C CH3
aseton
 ... ketokarboksilat dekarboksilasi

O O

CH3 C C OH

O O

CH3 C CH2 CH2 C OH


  

3. Asam Lemak/Hidrolisis

 Lemak/minyakdihidrolisismenghasilkanasamkarboksilat

H2C O C (CH2)16CH3 H2C OH


O
H+
HC O C (CH2)16CH3 + 3 H2O HC OH + CH3(CH2)16CO2H
O

H2C O C (CH2)16CH3 H2C OH As. Stearat


(As. Lemak)
Tristearin Gliserol
(gliserol tristearat)

82
6. Kegunaan Asam Karboksilat
Beberapa asam karboksilat yang dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari :
1) Asam Formiat (asam semut/asam metanoat)
Asam formiat merupakan zat cair yang tidak berwarna, mudah larut dalam
air, dan berbau tajam. Dalam jumlah sedikit terdapat dalam keringat, oleh
karena itu keringat baunya asam. Asam ini juga yang menyebabkan lecet
atau lepuh pada kulit.
Kegunaan asam formiat yaitu untuk mengumpulkan lateks, penyamakan
kulit, dan pada proses pencelupan tekstil.
2) Asam Asetat (asam cuka/asam etanoat)
Asam asestat mempunyai banyak kesamaan sifat dengan asam formiat
yaitu: berwujud cair, tidak berwarna, mudah larut dalam air, dan berbau
tajam.
Larutan cuka sebagai makanan yang umum digunakan sehari-hari
mempunyai kadar 25% volume asam asetat, sedangkan asam asetat murni
disebut asam asetat glasial digunakan untuk membuat selulosa asetat dalam
industri rayon.
3) Asam Sitrat
Asam sitrat juga terdapat pada jeruk, biasanya digunakan untuk pengawet
buat dalam kaleng.
4) Asam Stearat
Asam ini berbentuk padat, berwarna putih. Dalam kehidupan sehari-hari
terutama digunakan untuk pembuatan lilin.
5) Asam Karboksilat lainnya
a. Asam laktak pada susu
b. Asam tartrat pada anggur
c. Asam valerat pada mentega
d. Asam glutamat pada kecap (garam glutamat dikenal dengan nama MSG
atau monosodium glutamat dipakai untuk penyedap makanan.

7. Dampak Negatif dari Penggunaan Asam Karboksilat


a. Asam Asetat
Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan
penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan
mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa. Luka bakar dan
lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam setelah kontak. Sarung
tangan latex tidak melindungi dari asam asetat sehingga dalam menangani

83
senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam
asetat mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39oC (102oF) dan dapat
membentuk campuran yang mudah meledak diudara (ambang ledakan
5,4% - 16%).
b. Asam Sitrat
Iritasi pada kulit dan mata jika terkena asam sitrat kering, mengkonsumsi
terlalu banyak dapat merusak email gigi, dalam konsentrasi tinggi dapat
merusak rambut.
c. Asam Glutamat (MSG)
Dampak terhadap kesehatan diantaranya dapat menyebabkan penurunan
fungsi otak, kanker, hipertensi, menimbulkan chinese restaurant syndrome,
asma, dan diabetes, serta berbagai masalah kesehatan lainnya.

84
BAB VI

ETER

1. Pengertian Eter

Eter adalah nama senyawa kimia yang memiliki gugus eter (atom
oksigen yang diikat 2 substituen (alkil/aril). Senyawa eter biasanya dipakai
sebagai pelarut dan obat bius.Molekul eter tidak dapat membentuk ikatan
hydrogen sehingga titik didihnya rendah.Eter sedikit polar (lebih polar
darialkena). Eter dapat dikatakan sebagai basa lewis dan dapat
membentuk polieter.Eter atau alkoksialkana merupakan senyawa turunan
alkana.Satu atom H rantai alkana diganti oleh gugus alkoksi sehingga eter
mamiliki dua gugus alkil.
R – H  R – OR'
Alkana eter

2. Struktur dan Ikatan

Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan jarak C-
O sekitar 140 pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah.Menurut teori
ikatan valensi, hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah sp3.
Oksigen lebih elektro negative daripada karbon, sehingga hidrogen yang
berada pada posisi alfarelatif terhadap eter bersifat lebih asam dari pada
hydrogen senyawa hidrokarbon.Walau demikian, hydrogen ini kurang asam
dibandingkan dengan alfa hydrogen keton.

 Struktur Serupa

Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang


mempunyai stuktur serupa - R-O-R.

1. Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian


daripada system aromatik.
2. Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan oksigen
terikat dengan oksigen, nitrogen, atau sulfur:
 Ester R-C(=O)-O-R
 Asetal R-CH(-O-R)-O-R
 Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
 Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
3. Tata Nama Eter

85
Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penamaan alkil
eter (Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC, gugus –OR disebut gugus
alkoksi. Sehingga penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus
alkoksi (alkoksi alkana) diikuti oleh nama rantai utamanya.
 
1) Penamaan Alkil Eter (Trivial) 
Nama kedua gugus alkil disebut  lebih dahulu ,kemudian di tambahkan eter.
Jika kedua gugus alkil sama, diawalan di
 Tentukan gugus-gugus alkil (substituen) yang mengikat gugus eter (-O-).
Contoh :

 Tambahkan akhiran “eter” setelah nama-nama subtituen.


Contoh:

 Penulisan substituent alkil tidak harus

2) Penamaan Alkoksi alkana (IUPAC)  penataan  nama  senyawa  eter 


dimulai dengan nama gugus alkoksi diikuti oleh nama rantai utamanya.
Gugus alkoksi dianggap sebagai cabang yang terikat pada rantai induk nya)
 
 Nama sistematik eter adalah alkoksialkana. Alkil terkecil dianggap
sebagai alkoksi, dan yang terbesar dianggap alkana.Contoh : 

 Tentukan nomor terikatnya gugus alkoksi.


Contoh :

86
 Gugus alkoksi merupakan salah satu substituen ,sehingga penulisan
namanya harus berdasarkan urutan abjad huruf pertama nomor substituen.
Contoh:

 Awalan di-, tri-, sek-, ters-,


tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad sedangkan awalan
yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain :iso-, dan
neo-)diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.
Contoh:

Di bawah ini Penataan Nama Eter Menurut Trivial dan IUPAC

Rumus Struktur Eter Nama Trivial Nama IUPAC


(alkoksi alkana)
CH3 - O – CH3 Dimetil Eter Metoksi Metana
CH3 - O – CH2 – CH3 Etil Metil Eter Metoksi Etana
CH3 ⎯ CH2 ⎯O⎯CH2⎯CH3 Dietil Eter Etoksi Etana
Isopentil Etil 2- Etoksi Pentana
Eter

FenilPropilEter FenoksiPropana

4. Sifat-Sifat Eter

87
Pada keadaan standar, hamper seluruh senyawa eter berwujud cair,
kecuali dimetileter (gas). Eter memiliki titik didih rendah karena sangat sulit
membentuk ikatan hidrogen.Eter memiliki titik didih yang relative rendah
dibandingkan isomeri alkoholnya.Kelarutan eter dalam air sangat kecil (+-
1,5%), sehingga merupakan pelarut yang baik bagi senyawa organic yang tidak
larut dalam air. Selain itu eter bersifat mudah terbakar.Dibandingkan terhadap
alkohol,eter jauh kurang reaktif kecuali dalam hal pembakaran, Eter jauh lebih
mantap (lebih reaktif) dibandingkan alkohol. Eter tidak bereaksi dengan logam
natrium.Sifat ini dapat digunakan untuk membedakan alcohol dengan eter.
 Sifat fisik
 Eter adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dengan bau
yang khas.
 Eter tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam pelarut nonpolar.
 Eter mudah terbakar dengan nyala bening yang jernih karena uap eter
membentuk campuran yang eksplosif dengan udara.
 Eter dapat melarutkan lemak, minyak, resin, alkaloid, brom, dan iod.
 Sifat kimia
 Oksidasi
Oksidasi suatu eter dengan campuran kalium bikromat dan asam sulfat
akan menghasilkan aldehida.
Contoh :
 

 Reaksi dengan asam sulfat


Eter dapat bereaksi dengan asam sulfat menghasilkan suatu alcohol

danasam alkalkana sulfonat.Contoh : 


 Reaksi dengan asam iodida
Eter dapat bereaksi dengan asam iodi dan menghasilkan campuran
alcohol dengan akilhalida.
Contoh :

 Hidrolisis
Hidrolisis dengan asam sulfat suatu eter akan menghasilkan alkohol.

88
Contoh :
 

 Halogenasi
Eter dapat mengalami reaksi substitusi oleh halogen.Substitusi terjadi
pada atom Hα.
Contoh :

5. Pembuatan Eter
Umumnya eter dibuat dari dehidrasi alkohol.Dietileter dapat dibuat
melalui pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada suhusekitar 140°C
hingga reaksi dehidrasi sempurna.
 

Pembuatan eter dari alkohol CH3CH2OH + HOCH2CH3⎯H2SO4→ CH3CH2–O–


CH2CH3 + H20
 Mereaksikan alkilhalida dengan alkoksida Eter dapat dibuat dengan
mereaksikan antara alkilhalida dengan natrium alkoksida.Hasil samping
diperoleh garam natrium halida.
Contoh :

89
 Mereaksikan alkilhalida dengan perak(I) oksida Alkilhalida bereaksi
dengan perak(I) oksida menghasilkan eter. Hasil samping diperoleh garam
perak halida.
Contoh :

 Dehidrasi alcohol primer Eter dapat dibuat dengan dehidrasi alkohol primer
dengan asam sulfat dan katalis alumina.
Contoh :

6. Reaksi Eter
Eter adalah golongan senyawa organik yang memiliki rumus umum R-
O-R'.Beberapa reaksi dari eter diantaranya adalah:
 Pembakaran
Eter mudah terbakar membentuk gas karbondioksida dan uap air.
Contoh:

 Reaksi dengan Logam Aktif


Berbeda dengan alkohol, eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logam
aktif).
Contoh :

 Reaksi dengan PCl5


Eter bereaksi dengan PCl5, tetapi tidak membebaskan HCl.

 Reaksi
Eter terurai oleh asam halida, terutama oleh HI.Jika asam halida terbatas:

90
Jika asam halida berlebihan:

7. Membedakan Alkohol dengan Eter


Alkohol dan eter dapat dibedakan berdasarkan rekasinya dengan logam
natrium dan fosforus penta klorida.
a) Alkohol bereaksi dengan logam natrium membebaskan hidrogen, sedangkan
eter tidak bereaksi.
b) Alkohol bereaksi dengan PCl5 menghasilkan gas HCl, sedangkan eter
bereaksi tetapi tidak menghasilkan HCl.

8. Keisomeran Pada Eter


Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional :
 Isomer Struktur Isomer struktur ialah senyawa yang memiliki rumus molekul
sama, namun rumus strukturny aberbeda. Contohnya dietileter memiliki
isomer struktur dengan metilpropileter dan metilisopropileter.
 Isomer Fungsional Alkohol dan eter keduanya memiliki rumus umum yang
sama, Akan tetapi, keduanya memiliki jenis gugus fungsional yang berbeda.
Dua senyawa yang memiliki rumus umum molekul sama namun gugus
fungsionalnya berbeda disebut memiliki keisomeran fungsional. Eter
berisomerfungsional dengan alkohol.

9. Kegunaan dan dampak Eter dalam Kehidupan


 Kegunaan :
 Eter digunakan sebagaipelarut.
 Eter juga digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan
senyawa non polar pula, seperti lemak, lilin dan minyak. Eter dapat
menyebabkan mual dan muntah selama waktu pemulihan. Karena
dampak negative ini, eter sudah jarang dipakai di negara-negaramaju
 Senyawa dietileter biasa digunakan sebagai zat anestetik (pemati rasa
atau obat bius) yang diberikan melalaui pernafasan namun penggunaan
dietileter dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan merangsang
sekresi lender.
 Dietileter digunakan sebagai obat bius pada operasi.
 Metilters-butileter (MTBE) digunakan untuk menaikkan angka oktan
bensin.

91
 Dampak
 Pada konsentrasi rendah, eter dapat menyebabkan pusing kepala,
sedangkan pada konsentrasi tinggi menyebabkan tidak sadarkan diri.
 Eter dapat menyebabkan mual dan muntah selama waktu pemulihan.
 Eter bahan yang mudah terbakar karena eter mudah tersulut oleh
kobaran maupun percikan api.

92
BAB VII

SENYAWA AROMATIK

1. Pengertian Senyawa Aromatik


Senyawa aromatis adalah senyawa benzena atau senyawa yang
mempunyai sifat kimia seperti benzena.Senyawa aromatik sederhana,
merupakan senyawa organik aromatik yang hanya terdiri dari struktur cincin
planar berkonjugasi dengan awan elektron π yang berdelokalisasi.Sifat
kimianya dicirikan oleh ikatan rangkap terkonjugasi secara sempurna dalam
cincin.

Cincin aromatik sederhana dapat berupa senyawa heterosiklik apabila ia


mengandung atom bukan karbon. Ia dapat berupa monosiklik seperti benzena,
bisiklik seperti naftalena, ataupun polisiklik seperti antrasena. Cincin aromatik
monosiklik sederhana biasanya berupa cincin beranggota lima, seperti pirola,
ataupun cincin beranggota enam, seperti piridina. Semua senyawa aromatis
berdasarkan benzen, C6H6, yang memiliki enam karbon dan simbol . Setiap
sudut dari segienam memiliki atom karbon yang terikat dengan hidrogen
sebagai berikut:

Aromatisasi

Aromatisitas adalah sebuah sifat kimia dimana sebuah cincin


terkonjugasi yang ikatannya terdiri dari ikatan tidak jenuh, pasangan tunggal,
atau orbit kosong menunjukan stabilitas yang lebih kuat dibandingkan stabilitas
sebuah sistem yang hanya terdiri dari konjugasi.Aromatisitas juga bisa
dianggap sebagai manifestasi dari delokalisasi siklik dan resonansi.

Syarat-syarat Aromatisitas:

1. Molekul harus berbentuk siklik.


2. Setiap atom pada cincin tersebut harus mempunyai orbital π, membentuk
sistem berkonjugasi.
3. Molekul haruslah planar.

93
4. Jumlah elektron π molekul haruslah ganjil dan memenuhi kaidah Huckel:
(4n+2) elektronπ.
5. Molekul-molekul yang mengandung 4n elektron π adalah antiaromatik.

Senyawa aromatis terdiri dari beberapa kategori yaitu :

1. Benzena 11. Estragola


2. Furan 12. Ftalimida
3. Natalena 13. Gugus fenil
4. Antrasena 14. Isoksazola
5. Kuinazolina 15. Mangostin
6. Asam Benzoat 16. Pirola
7. Adrenalin 17. Plumbagin
8. Benzaldehida 18. Polietilena
9. Benzil bromide 19. Tereftalat
10. Dilapiola 20. Purina

2. Benzena

a. Rumus Struktur Benzena

Benzena kali pertama ditemukan oleh Michael Faraday pada 1825.


Faraday berhasil mengisolasi benzena dari gas dan memberinya nama
hidrogen bikarburet (bicarburet of hydrogen). Pada 1833, ilmuwan Jerman,
Eilhard Mitscherlich berhasil membuat benzena melalui distilasi asam
benzoat dan kapur.                                     

C6H5CO2H(aq)       +      CaO(s)   →   C6H6(aq) + CaCO3(s)

asam benzoat         kalisum oksida   benzena     kalsium karbonat

Mitscherlich memberi nama senyawa tersebut dengan sebutan benzin.


Pada 1845, ilmuwan Inggris, Charles Mansfield yang bekerja sama dengan
August Wilhelm von Hofmann, mengisolasi benzena dari tar batubara.
Empat tahun kemudian, Mansfield memulai produksi benzena dari tar
batubara dalam skala industri.Berdasarkan hasil penelitian, benzena
memiliki rumus kimia C6H6.

Rumus kimia ini memberikan misteri mengenai struktur yang tepat


untuk benzena selama beberapa waktu setelah benzena ditemukan.Hal
tersebut dikarenakan rumus kimia C6H6 tidak sesuai dengan kesepakatan
ilmuwan bahwa atom C dapat mengikat 4 atom dan atom H mengikat 1

94
atom.Masalah ini akhirnya sedikit terpecahkan setelah menunggu selama 40
tahun. Ilmuwan Jerman, Friedrich August Kekule mengusulkan agar struktur
benzena berupa cincin heksagonal. Perhatikanlah gambar berikut.

Struktur benzena yang diusulkan Kekule tidak mengandung ikatan


rangkap karena benzena tidak bereaksi seperti halnya senyawa hidrokarbon
yang memiliki ikatan rangkap.Namun, struktur benzena ini menimbulkan
masalah karena atom C tidak taat asas. Berdasarkan kesepakatan, 1 atom C
seharusnya mengikat 4 atom, sedangkan pada struktur yang diusulkan
Kekule atom C hanya mengikat 3 atom.

b. Friedrich Kekule

Friedrich Kekule (1829–1896) berhasil


mengungkapkan bagaimana enam atom karbon
pada molekul benzena berikatan dengan atom
hidrogen.Dia menemukan pemecahannya ketika
sedang tidur.Dia bermimpi tentang barisan atom-
atom karbon dan hidrogen membentuk cincin,
seperti seekor ular yang menelan ekornya
sendiri.Pada 1872, Kekule mengusulkan perubahan struktur benzena.

Kekulé menggambarkan struktur benzena dengan atom-atom karbon


dihubungkan satu dengan yang lain membentuk suatu cincin.

H H H
CH2
H C H H C H C
C C C C C
H C
C C C C C
H C H H C H C
H
H H H

I II III
Formula Kekule Formula Dewar

Struktur Kekule dapat diterima sebagai struktur yang paling sesuai


untuk benzena dengan beberapa alasan :

95
 Benzenaakan menghasilkan hanya satu produk monosubstitusi, C6H5Y.
Misal hanya satu bromobenzena yang akan diperoleh apabila satu atom
hydrogen (H) diganti oleh bromine. Setiap hydrogen pasti ekivalen
dengan hydrogen yang lain karena pergantian salah satu dari hydrogen
yang ada akan menghasilkan produk yang sama. Sifat ini hanya dapat
dipenuhi oleh benzena dengan struktur Kekule.
 Benzena menghasilkan 3 (tiga) isomer produk terdisubstitusi, C6H4Y2
atau C6H4YZ. Misal C6H4Br2, C6H4ClNO2. Fakta ini lebih jauh
meyakinkan bahwa struktur benzena Kekule yang paling dapat diterima.
Struktur Kekule konsisten dengan fakta bahwa ada 3 (tiga) isomer
derivative dibromoyaitu :

Br Br Br

H C Br H C H H C H
C 1 C C 1 C C 1 C
2
3
C C C C C 4 C
H C H H C Br H C H

H H Br

1,2-Dibromobensena 1,3-Dibromobensena 1,4-Dibromobensena

Pada struktur Kekule ada 2 (dua) isomer posisi dimana kemungkinan


dibromo terikan pada ikatan C tunggal atau rangkap (Struktur IV dan V).
Namun demikian menurut Kekule benzena merupakan molekul yang
dinamis sehingga ikatan rangkap pada benzena berada dalam kesetimbangan
yang sangat cepat seperti pada gambar di bawah ini

Br Br

H C Br H C Br
C 1 C C 1 C
2 2
C C C C
H C H H C H

H H

IV V

MenurutKekule, benzena mengandung tiga ikatan tunggal dan tiga


ikatan rangkap yang posisinya berselang-seling.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa setiap atom C pada


cincin benzene memiliki sifat yang sama. Hal ini ditentukan setelah para

96
ilmuwan mengetahui bahwa semua ikatan antaratom C memiliki panjang
yang sama, yakni 140 pm (pikometer). Oleh karena semua atom C memiliki
fungsi yang sama, ikatan rangkap senantiasa berubah-ubah.

Tanda ↔ menyatakan bahwa senyawa benzena mengalami resonansi.

c. Kestabilan Benzena

Tidak seperti senyawa-senyawa yang mengandung ikatan rangkap


lainnya, benzena lebih mudah mengalami reaksi substitusi daripada adisi.Hal
ini dapat dilihat dari data berikut.

Reagen Sikloheksena Benzena

KMnO4 encer Terjadi Oksidasi, cepat Tidak bereaksi

Br2/CCl4 (dlm gelap) Terjadi Adisi, cepat Tidak bereaksi

HI Terjadi Adisi, cepat Tidak bereaksi

H2 + Ni Terjadi hidrogenasi, Terjadi hidrogenasi,


25oC, 20 lb/in.2 lambat,

100-200oC, 1500 lb/in.2

Kestabilan

cincin benzena secara kuantitatif dapat dilihat dari pana hidrogenasi dan
pembakarannya. Panas hidrogenasi dan pembakaran benzena lebih rendah
dari pada harga perhitungan.

97
Energi Potensial
Sikloheksatriena + 3H2
Energi resonansi
(36 kkal)
Sikloheksadiena + 2H2
Bensena + 3H2

Sikloheksena + H2
85,8 (Hit)

49,8 (Eks) 57,2 (Hit) 28,6 (Eks)


55,4 (Eks)

Sikloheksana

Profil Panas Hidrogenasi dan kestabilan : Bensena, Sikloheksadiena dan Sikloheksena

Panjang ikatan karbon-karbon pada benzena adalah sama dan


merupakan intermediet dari panjang ikatan tunggal dan ikatan rangkap.
Panjang ikatan rangkap C = C adalah 1,34 Å sedangkan panjang ikatan
tunggal C – C adalah 1,53 Å. Apabila benzena dianggap mempunyai 3
ikatan rangkap dan 3 ikatan tunggal seperti pada struktur Kekulé maka akan
didapati 3 ikatan yang pendek (1,34 Å) dan 3 ikatan yang panjang (1,53 Å).
Akan tetapi analisis dengan difraksi sinar-X menunjukkan bahwa panjang
ikatan C – C pada benzena sama, yaitu 1,39 Å

d. Struktur Resonansi Benzena

Setelah diketahui kalau panjang ikatan pada benzenasama, maka


struktur Kekulé I dan II mengalami resonansi membentuk hibrida benzena.

H H

H C H H C H
C C C C
atau
C C C C
H C H C I II
H H
H H
I II

Dengan pengertian di atas membuktikan ada 3 (tiga) isomer senyawa


disubstitusi benzena yaitu 1,2- ; 1,3- dan 1,4- . Hal ini sesuai dengan
eksperimen brominasi pada benzena yang menghasilkan 3 produk
terdisubstitusi : 1,2-dibromobenzena; 1,3-dibromobenzena dan1,4-
dibromobenzena.

98
e. Orbital Benzena

Setiap karbon pada benzena mengikat 3 (tiga) atom lain menggunakan


orbital hibridisasi sp2 membentuk molekul yang planar. Benzena merupakan
molekul simetris, berbentuk heksagonal dengan sudut ikatan 120o.Setiap
atom C mempunyai orbital ke empat yaitu orbital p. Orbital pakan
mengalami tumpang suh (overlapping) membentuk awan elektron sebagai
sumber elektron.

H o
H
1,39 A
C C
o 
H
1,10 A
C
 H C

o C H C H
C  C
120

120o C C H H
H 120 o H 

f. Aturan HÜckel 4n+2

Menurut aturan Hückel senyawa aromatis harus memenuhi kriteria


:mengandung awan elektron  yang terdelokalisasi di bawah bidang
molekul, ikatan rangkap berseling dengan ikatan tunggalawan electron 
mempunyai total elektron 4n+2

H H H H H H

H H H H H H
H H H
Kation siklopentadienil Radikal siklopentadienil Anion siklopentadienil
4 elektron  5 elektron  6 elektron 
Aromatis

H H H
H H H
H H H
H H H
H H H
H H H
H H H
Kation sikloheptatrienil Radikal sikloheptatrienil Anion sikloheptatrienil
6 elektron  7 elektron  8 elektron 
Aromatis

99
g. Tatanama Derivatif Benzena

Menambahkan awalan gugus substituen diikuti nama benzena, misal :


klorobenzena, bromobenzena, nitrobenzena, dll

Cl Br I NO2

Klorobensena Bromobensena Iodobensena Nitrobensena

beberapa derivative benzena mempunyai nama spesifik yang mungkin tidak


menunjukkan nama dari substituen yang terikat pada benzena, misal :
metilbenzena dikenal sebagai toluene, aminobenzena sebagai aniline, dll

CH3 NH2 OH COOH SO3H

Toluena Anilin Fenol Asam Benzoat Asam Bensensulfonat

Apabila benzena mengikat lebih dari satu substituen, maka nama


substituen dan letak substituen harus dituliskan.Ada 3 (tiga) isomer yang
mungkin untuk benzena yang tersubstitusi oleh 2 gugus. Penamaan
digunakan nama orto (1,2-); meta (1,3-);para (1,4-)

Br Br Br
Br

Br
Br
o-Dibromobensena m-Dibromobensena p-Dibromobensena
orto meta para

Apabila 2 atau lebih substituen yang terikat pada benzena berbeda,


maka penamaannya diawali dengan nama substituen berturut-turut dan
diikuti dengan nama benzena atau diberi nama khusus/spesifik.

CH3 Br OH NH2

1
Cl Br Br
NO2
6 2
5 3
4
NO2
NO2 Br

o-Nitrotoluena m-bromonitrobensena 2-Kloro-4-nitrofenol 2,4,6-Tribromoanilin

100
h. Reaksi Substitusi dan Tata Nama Senyawa Turunan Benzena

Senyawa yang memiliki ikatan rangkap biasanya lebih mudah


mengalami reaksi adisi.Misalnya, senyawa hidrokarbon kelompok
alkena.Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku untuk benzena.Meskipun
benzena memiliki ikatan rangkap, benzena lebih mudah mengalami reaksi
substitusi.

Reaksi substitusi 1 atom H pada benzena oleh 1 atom/molekul lainnya


disebut reaksi monosubstitusi.Ada beberapa reaksi monosubstitusi, di
antaranya reaksi halogenasi, nitrasi, sulfonasi, alkilasi, dan asilasi.

1) Reaksi Halogenasi

Pada reaksi halogenasi, atom H digantikan oleh atom halogen,


seperti Br, Cl, dan I. Pereaksi yang digunakan adalah gas Br2, Cl2, dan
I2 dengan katalisator besi(I) halida.

Nama senyawa yang terbentuk bergantung pada atom halogen


yang mensubstitusi atom H.

Tabel 1. Nama Senyawa Hasil Reaksi Halogenasi

Atom Halogen Rumus Kimia Nama

Br C6H5Br Bromobenzena

Cl C6H5Cl Klorobenzena

I C6H5l Iodobenzena

Contoh :

Reaksi antara benzena dan alkil halida disebut sintesis Friedel Crafts:

Jadi, alkil benzena yang terbentuk adalah (E) etil benzena.

2) Reaksi Nitrasi

101
Pada reaksi nitrasi, atom H digantikan oleh gugus nitro
(NO2).Pereaksi yang digunakan adalah asam nitrat pekat (HNO3)
dengan katalisator asam sulfat pekat (H2SO4).

Senyawa yang terbentuk memiliki nama nitrobenzena.

3) Reaksi Sulfonasi
Pada reaksi sulfonasi, atom H digantikan oleh gugus sulfonat
(SO3H).Pereaksi yang digunakan adalah asam sulfat berasap (H2SO4 +
SO3) pada suhu 40 °C.

Senyawa yang terbentuk memiliki nama asam benzena sulfonat.

4) Reaksi Alkilasi
Pada reaksi alkilasi, atom H digantikan oleh gugus alkil
(CnH2n+1).Pereaksi yang digunakan adalah alkil halida dengan
katalisator aluminium klorida (AlCl3).

Nama senyawa yang terbentuk bergantung pada gugus alkil yang


mensubstitusi atom H. Berikut contoh penamaan alkil benzena
Tabel 2. Nama Senyawa Hasil Reaksi Alkilasi

Atom Halida Rumus Kimia Nama

CH3Cl C6H5CH3 Metilbenzena

CH3CH2Cl C6H5CH2CH3 Etilbenzena

CH3CH2CH2C Propilbenzen
l C6H5CH2CH2CH3 a

Contoh :

102
Penamaan orto, meta, dan para untuk senyawa turunan benzena
menunjukkan letak 2 gugus atom yang diikat oleh nomor atom C pada
cincin benzena; kedudukan orto (atom C1 dan C2), meta (atom C1 dan
C3), sedangkan pada para (atom C1 dan C4). Jadi, nama untuk
senyawa turunan benzena tersebut adalah (C) parahidroksi anilina.

5) Reaksi Asilasi
Pada reaksi asilasi, atom H digantikan oleh gugus asil (CH3C=O).
Pereaksi yang digunakan adalah halida asam, seperti CH3COCl (asetil
klorida) dan CH3CH2C=OCl (propanoil klorida) dengan katalisator
aluminium klorida (AlCl3).

Nama senyawa yang terbentuk bergantung pada gugus asil yang


mensubstitusi atom H.
Tabel 3. Nama Senyawa Hasil Reaksi Asilasi

Gugus Asil Rumus Kimia Nama

CH3COCl C6H5COCH3 Asetofenon

CH3CH2Cl C6H5COCH2CH3 Fenil etil keton

Senyawa turunan benzena yang dihasilkan dari reaksi


monosubstitusi dapat mengalami substitusi kedua.
Ada 3 kemungkinan struktur senyawa turunan benzena yang
mengalami substitusi kedua, yaitu posisi 1 dan 2, posisi 1 dan 3, serta
posisi 1 dan 4. Senyawa turunan benzena yang posisi atom-atom
substituennya terletak pada cincin nomor 1 dan 2 disebut senyawa
orto. Senyawa turunan benzena yang posisi atom-atom substituennya
terletak pada cincin nomor 1 dan 3 disebut senyawa meta. Senyawa
turunan benzena yang posisi atom-atomnya terletak pada cincin nomor
1 dan 4 disebut senyawa para.

i. Substituen Pengaktif dan Pendeaktif Cincin

103
Substituen yang terikat pada cincin aromatis mempengaruhi reaksi
substitusi kedua/lanjutannya. Berdasarkan eksperimen terhadap laju nitrasi
pada benzena tersubstitusi (substitusi ke 2) menunjukkan bahwa kecepatan
nitrasi pada setiap benzena yang telah tersubstitusi oleh gugus yang berbeda
adalah tidak sama.

OH CH3 H Cl NO2

1.000 24,5 1,0 0,03 0,0000001


Laju nitrasi
(relatif)

Pengamatan di atas mendukung mekanisme elektrofilik pada


substitusi. Jika laju reaksi bergantung pada serangan elektrofilik (pencari
electron) pada cincin aromatis, maka substituen yang bersifat nukleofilik
(pendonor electron) ke cincin akan meningkatkan kerapatan elektronnya
sehingga mempercepat reaksi. Substituen yang bersifat menarik electron
cincin akan menurunkan kerapatan electron dalam cincin sehingga
memperlambat reaksi.

j. Gugus Pengarah Orto, Para, dan Meta

Substituen yang sudah ada pada cincin aromatis menentukan posisi


yang diambil oleh substituen kedua.

1) Pengarah Orto, Para

Pada serangan orto, para, salah satu muatan posistif pada ion
benzenonium (intermediet), muatan posistif berada pada karbon pembawa

104
metil membentuk karbokation 3o yang lebih stabil dari pada 2o.Pada
serangan meta hanya terbentuk karbokation 2o pada resonansi benzenonium.
Oleh karena itu gugus metil adalah pengarah orto, para.

Pada resonansi senyawa intermediet, salah satu muatan positif


terdelokalisasi pada karbon pembawa hidroksil.Pergeseran pasangan electron
bebas dari oksigen ke karbon positif menyebabkan muatan positif
terdelokalisasi lebih jauh ke oksigen.

2) Pengarah meta

Pada struktur resonansi intermediet untuk subtitusi orto, para


menghasilkan intermediet dengan 2 muatan positif yang bersebelahan,
menghasilkan struktur yang sangat tidak diinginkan (tidak stabil).Pada posisi

105
meta hanya menghasilkan intermediet dengan 1 muatan positif yang lebih
disukai.

k. Generalisasi

Pengarah o, p dan m ditentukan oleh sifat-sifat atom 1 dan 2 dari gugus


fungsi, tidak dipengaruhi oleh atom ke 3. Apabila atom ke 2 lebih
elektronegatif daripada atom 1, berarti kerapatan elektron atom 1 tertarik oleh
atom ke 2 sehingga atom 1 tidak dapat mendonorkan /mendelokalisasi
elektron ke cincin  mendeaktifasi cincin  pengarah meta

Apabila keelektronegatifan atom 2<1, maka atom 1 akan dapat


mendonorkan elektron/mendelokalisasi elektron ke cincin  mengaktifasi
cincin  pengarah orto, para

Misal :

CH3 : atom 1 = C, atom 2 = H, kelektronegatifan C>H, sehingga H tidak


mempengaruhi kerapan C, C dapat menginduksi elektron ke cincin 
mengaktifasi cincin  pengarah orto, para

NH2 : atom 1 = N, atom 2 = H , kelektronegatifan N>H, mengaktifkan cincin


 pengarah orto, para

NO2 : atom 1 = N, atom 2 = O, kelektronegatifan N<O, mendeaktif cincin 


pengarah meta

COOH : atom 1 = C, atom 2 = O, kelektronegatifan C<O, mendeaktif cincin


 pengarah meta

NH(CH3)2 : orto, para

NH(COOCH3) : orto, para , atom 1 = N, atom 2= H/C, atom 3 = O

3. Senyawa Aromatik Heterosiklik

106
Menurut Erich Huckel, suatu senyawa yang mengandung cincin
beranggota lima atauenam bersifat aromatik jika:
 semua atom penyusunnya terletak dalam bidang datar (planar)
 setiap atom yang membentuk cincin memiliki satu orbital 2p
 memiliki elektron pi dalam susunan siklik dari orbital-orbital 2p sebanyak
4n+2 (n= 0, 1, 2, 3, …)
Di samping benzena dan turunannya, ada beberapa jenis senyawa lain
yang menunjukkan sifat aromatik, yaitu mempunyai ketidakjenuhan tinggi dan
tidak menunjukkan reaksi-reaksi seperti alkena. Senyawa benzena termasuk
dalam golongan senyawa homosiklik,yaitu senyawa yang memiliki hanya satu
jenis atom dalam sistem cincinnya. Terdapat senyawa heterosiklik, yaitu
senyawa yang memiliki lebih dari satu jenis atom dalam sistem cincinnya, yaitu
cincin yang tersusun dari satu atau lebih atom yang bukan atom karbon.
Sebagai contoh, piridina dan pirimidina adalah senyawa aromatik seperti
benzena. Dalam piridina satu unit CH dari benzena digantikan oleh atom
nitrogen yang terhibridisasi sp2, dan dalam pirimidina dua unit CH digantikan
oleh atom-atom nitrogen yang terhibridisasi sp2.

Senyawa-senyawa heterosiklik beranggota lima seperti furan, tiofena, pirol,


danimidazol juga termasuk senyawa aromatik.

DAFTAR PUSTAKA

107
Acton, Q. Ashton. 2013. Aldehyde-Ketone Transferases-Advances in Research
and Application. Atlanta: Scholarly Edition

Joesten, MelvinD, John L Hogg, dan Mary E. Castellion. 2006. The World if
Chemistry: Essentials.United States: Cengage Learning

Mahmood, Kamaliah. 2006. Kimia Organik Awalan. Kuala Lumpur: Utusan


Publications

Pauling, L. 2012. General Chemistry. San Fransisco: Courie Dover Publications

Smith, Michael. 2011. Organic Chemistry. United States: CRC Press

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Sunarya, Yayan. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT. Setia
Purna Inves

Zohra, M. 2009. Aldehid dan Keton. Bandung: Universitas Pendidikan


Indonesia

Alex Kimia. 2013. PengertiandanManfaat ETER. (online).


PengertiandanManfaat ETER _ Chemistry by Alex P.I.P.htm.Aksestanggal
22 juni 2015.

Ilmu Kimia. 2012. GolonganEter. (online). GolonganEter_Ilmu


Kimia.htm.Aksestanggal 22 juni 2015.
Ilmu Kimia. 2013. PembutanEter. (online).
http://www.ilmukimia.org/2013/03/pembuatan-eter.html. Aksestanggal 22
juni 2015.
Ilmu Kimia. 2012. ReaksiTerhadapEter. (online). ReaksiTerhadapEter _
Ilmu Kimia.htm.Aksestanggal 22 juni 2015.
Ilmu Kimia. 2012. Tata NamaEter. (online). Tata NamaEter_Ilmu
Kimia.htm.Aksestanggal 22 juni 2015.
Suhartinichemist. 2012. KIMIA ALKOHOLdan ETER. (online). KIMIA
ALKOHOLdan ETER.htm. Aksestanggal 22 juni 2015
Fessenden , Fessenden . KIMIA ORGANIK edisi 3 jilid1 .PenerbitErlangga .
1986.

Allinger, Norman L. et.al. 1976. Organic Chemistry. Second edition. New


York:Worth
Publishers Inc.
Fessenden, Fessenden. 1992. Kimia Organik. (Terjemahan Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka).Edisi ketiga. Jakarta:Penerbit Erlangga

108
Pine, Stanley H. et. Al. 1980. Organic Chemistry. Fourth edition. McGraw-Hill

Pasaribu, Subur P. Uji Bioaktivitas Metabolit Sekunder Dari Daun Tumbuhan


Babadotan Ageratum conyzoides
L. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/62092329.pdf .diunduh tanggal 28
Oktober 2011.
Sahel, Ray. Senyawa Fenolik dan Asam, Manfaat dari
Fenolhttp://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.raysahelian.com/phenolic.html .diunduh tanggal 03
Oktober 2011.
International Union of Pure and Applied Chemistry. "ethers". Compendium of
Chemical Terminology Internet edition.

J. F. W. McOmie and D. E. West (1973). "3,3'-Dihydroxylbiphenyl". Org.


Synth.; Coll. Vol. 5: 412.

Wilhelm Heitmann, Günther Strehlke, Dieter Mayer "Ethers, Aliphatic" in


Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry" Wiley-VCH, Weinheim,
2002. doi:10.1002/14356007.a10_023

Brown, H.W., Foote, S.C., Iverson, L.B, and Anslyn, V.E., 2009, “Organic
Chemistry”, pp. 431-433, Brooks/Cole Cengage Learning, Belmont.

Dinda, S., Patwardhan, V.A., Goud., V.V., and Pradhan, C.N., 2008, “
Epoxidation of Cottonseed Oil by Aqueous Hydrogen Peroxide Catalised by
Liquid Inorganic Acids”, Bioresource Technology, 99, pp. 3737-3744.

Gunstone, D.F., 1996, “Fatty Acid and Lipid Chemistry”, pp.186-188, Blackie
Academic & Proffessional, Chapman & Hall, Wester Cleddens Road,
Bishopbriggs, Glasgow.

Matsjeh, Sabirin. 1993. Kimia Organik Dasar. Jakarta: Depertemen Pendidikan


dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Pudjaatmaka, Aloysius Handayana. 1991. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Suminar Hart. 2001. kimia organik. Jakarta:Erlangga.

Sutresna Nana. 2008. Cerdas belajar kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama

109

Anda mungkin juga menyukai