Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERCOBAAN 3
IDENTIFIKASI DAN SIFAT BEBERAPA SENYAWA
ORGANIK

Disusun Oleh :
Fathimah Nailil Fauziyyah 22030118120020
Gita Devita A. 22030118120022
Dyah Kartika Sari 22030118120024
Etika Nurul Fala 22030118120026

Tanggal Praktikum : 18 September 2018

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU GIZI
LABORATORIUM KIMIA
2018
IDENTIFIKASI DAN SIFAT BEBERAPA SENYAWA ORGANIK

I. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan identifikasi beberapa senyawa organik berdasarkan
sifat-sifat kimiawi senyawa yang dimiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA


A) SENYAWA ORGANIK
Senyawa organik hanya mewakili satu jenis senyawa kimia,
yaitu yang mengandung satu atom karbon atau lebih. Kimia organik
barangkali lebih baik didefinisikan sebagai kimia senyawa yang
mengandung karbon. Karbon adalah suatu unsur utama penyusun jasat
hidup ini sehingga atom karbon menjadi tulang punggung pembentuk
senyawa yang beraneka ragam. Mengapa karbon dapat membentuk
senyawa-senyawa yang begitu banyak, dimana hal ini tidak
ditunjukkan oleh unsur lain. Karbon memiliki empat elektron di kulit
terluarnya. Masing-masing elektron dapat disumbangkan kepada unsur-
unsur lain sehingga terpenuhi susunan elektroniknya, dan dengan
elektron-elektron pasangan membentuk ikatan kovalen. Nitrogen,
oksigen dan hidrogen adalah unsur-unsur yang dapat berikatan dengan
karbon. Satu atom karbon dapat menyumbangkan paling banyak empat
elektron untuk dipasangkan dengan empat elektron dari unsur lain.
Sebagai contoh dalam molekul metana.1

Rangkaian atom-atom karbon beraneka ragam: linear, bercabang,


siklik yang dikeliling oleh atom hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Tidak
banyak unsur lain yang memiliki empat elektron di kulit terluar yang
bersifat seperti atom karbon.

B) KLASIFIKASI SENYAWA ORGANIK DAN PENJELASANNYA


Beberapa golongan atau deret homolog utama senyawa
organik ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1.
Beberapa golongan senyawa organik berdasarkan gugus fungsional
C) IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK
1. Alkana dan sikloalkana
Dasar sistem IUPAC ialah nama alkana rantai lurus. Senyawa
senyawa alkana diatur sedemikian rupa sehingga dalam satu deret akan
berbeda hanya satu gugus metilena (CH2) dengan tetangga terdekatnya.
Pengelompokkan senyawa ini yang disebut dengan deret homolog
dan senyawanya disebut homolog.

Tabel.1.2 Deret homolog sepuluh senyawa alkana pertama

Dalam deret homolog di atas, semua senyawa alkana berakhiran


dengan –ana, suatu akhiran IUPAC untuk tata nama dalam bahasa
Indonesia atau akhiran –ane dalam bahasa Inggris. Alkana merupakan
senyawa hidrokarbon jenuh yang hanya terdiri dari atom karbon dan atom
hidrogen. Alkana disebut sebagai hidrokarbon jenuh karena hanya
mempunyai ikatan tunggal antar atom karbonnya. Senyawa alkana disebut
juga sebagai senyawa alifatik. Bila alkana alifatik merupakan senyawa
alkana dengan rantai terbuka, maka terdapat senyawa alkana yang
strukturnya membentuk cincin. Golongan senyawa ini yang disebut
sebagai senyawa alisiklik (alifatik siklik). Penamaan senyawa alisiklik
berdasarkan banyaknya atom karbon dalam cincin dengan penambahan
awalan siklo.

2. Alkena dan alkuna


Alkena dan alkuna merupakan hidrokarbon tidak jenuh dengan
ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga. Penamaan pada alkena dan
alkuna menggunakan akhiran –ena dan –una untuk ikatan ganda tiga.
Bila rantai induk mengandung empat karbon atau lebih digunakan
nomor awalan untuk menunjukkan posisi ikatan rangkap atau ganda tiga
tersebut yang nomornya serendah mungkin.

Penomoran untuk menunjukkan posisi ikatan rangkap pada


karbon pertama yaitu angka 1 pada struktur diatas dapat dihilangkan
bila hanya ada satu posisi yang memungkinkan dan tidak ada masalah
dalam kedudukan gugus fungsinya. Suatu senyawa organik kadang bisa
memiliki lebih dari satu ikatan rangkap. Pada senyawa dengan lebih dari
ikatan rangkap maka penamaannya harus mencantumkan nomor yang
menunjukkan posisi dari ikatan rangkap tersebut.

3. Alkohol
Alkohol adalah senyawa organik dengan gugus fungsi –OH
(hidroksil). Penamaan untuk alkohol (R-OH) menggunakan nama
hidrokarbon induk dari deret alkanadengan huruf –a akhir diubah
menjadi –ol. Prinsip penamaan pada alkohol gugus hidroksil tersebut
memperoleh nomor serendah mungkin.

4. Amina
Penamaan untuk amina sederhana atau alkil amina (RNH2,
R2NH atau R3N) adalah dengan gugus alkil tersebut yang diikuti
dengan akhiran amina. Untuk Substituen yang terikat pada nitrogen
penamaannya kadang-kadang didahului oleh awalan N-.
CH3CH2CH2NH2 (CH3)2NH (CH3)2NCH2CH3
propilamina Dimetilamina etildimetilamina(N,Ndimetiletilamina)

5. Aldehid dan keton


Aldehid adalah senyawa organik dengan gugus fungsi karbonil
(-C=O) pada ujung rantai. Penamaan untuk aldehid disesuaikan
dengan alkana dimana akhiran –a diganti dengan –al. Karena gugus
fungsi aldehid terletak pada karbon ujung makagugus aldehid
dianggap karbon 1. Keton adalah suatu senyawa organik dengan gugus
fungsi keton, yaitu gugus karbonil yang terletak bukan pada karbon
ujung.

6. Asam karboksilat dan ester


Asam karboksilat merupakan senyawa dengan gugus karboksil
pada karbon ujung. Penamaan untuk asam karboksilat seperti halnya pada
aldehid karena gugus karboksil harus berada pada awal sebuah rantai
karbon sehingga tidak diperlukan nomor. Dan imbuhan nama untuk
asam karboksilat adalah asam –oat.

Ester merupakan senyawa derivat atau turunan asam karboksilat.


suatu ester serupa dengan asam karboksilat tetapi hidrogen asam
digantikan oleh gugus alkil. Penamaan untuk senyawa ester dilakukan
dengan menyebutkan gugus alkil esternya terlebih dahulu kemudian
diikuti dengan nama asam karboksilatnya dengan menghilangkan nama
asam.

7. Senyawa benzen
Bila senyawa benzena sebagai induk maka penamaannya
dimulai dari substituennya dan diikuti dengan nama benzena. Tetapi bila
cincin benzen terikat pada rantai alkana yang memiliki suatu gugus
fungsi atau pada suatu rantai alkana yang terdiri dari 7 atom atau
lebih, maka benzen dianggap sebagai substituen dengan nama fenil. 1

D) ANALISIS BAHAN
1. Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat
menusuk. Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen
formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15 persen
sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama
(desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari
formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform,
Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith.2

2. Glukosa
Glukosa adalah monosakarida dengan rumus C6H12O6 atau
H-(C=O)-(CHOH)5-H, dengan lima gugus hidroksi tersusun spesifik
pada enam atom karbon. Dalam biologi, glukosa memegang pernan
yang sangat penting, antara lain sebagai sumber energi dan
intermediet metabolisme. Glukosa merupakan salah satu produk
fotosintesis dan merupakan bahan bakar respirasi seluler. Glukosa
berada dalam beberapa struktur yang dapat dibagi menjadi dua
stereoisomer.

3. Pereaksi Schiff
Pembuatan pereaksi schiff dilakukan dengan cara dilarutkan 0,2 gr
fuchsin basis dalam 120 mL aquades panas, dan dibiarkan dingin.
Ditambahkan 2 mL NaHSO3 dalam 20 mL aquades, dan 5 mL HCl
pekat. Diencerkan dengan aquades hingga 200 mL, biarkan selama
paling sedikit 1 jam (Anonim, 1995). Jika terdapat sisa warna merah
jambu, ditambahkan 2 – 3 ml asam klorida P, kocok. Dibiarkan
semalam sebelum digunakan dan disimpan pada tempat yang
terlindung dari cahaya.2

4. Pereaksi Tollens
Pereaksi tollens adalah larutan Perak nitrat dalam amonia. Pereaksi
ini dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitrat dengan larutan
amonia sedikit demi sedikit hingga endapan yang mula – mula
terbentuk larut kembali. Pereaksi tollens dapat dianggap sebagai
larutan perak oksida (Ag2O). Aldehida dapat mereduksi Tollens
sehingga membebaskan unsur perak (Ag). Reaksi aldehida dengan
pereaksi tollens dapat ditulis sebagai berikut.3

5. Pereaksi Fehling
Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan
Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B
merupakan campuran NaOH dan kalium natrium tartat. Pereaksi
fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi
Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling
dapat dianggap sebagai larutan CuO. Reaksi aldehida dengan pereaksi
Fehling menghasilkan endapan merah bata dari Cu2O.3

6. Pereaksi Benedict
Reagen Benedict adalah reagen kimia yang biasa digunakan untuk
mendeteksi adanya gula pereduksi, tapi bahan pereduksi lainnya juga
dapat memberikan hasil positif. Gula pereduksi mencakup
monosakarida dan beberapa disakarida, termasuk laktosa dan maltosa.
Larutan Benedict dapat digunakan untuk menguji adanya glukosa
dalam urine.
Komposisi reagen benedict :
(sumber : https://medlab.id/reagen-benedict/)

7. Gliserol
Gliserol adalah senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan
hidroksil yang bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol merupakan
komponen yang menyusun berbagai macam lipid, termasuk
trigliserida. Gliserol terasa manis saat dikecap, dan di anggap tidak
beracun. Gliserol dapat diperoleh dari proses saponifikasi dari lemak
hewan, transesterifikasi pembuatan bahan bakar biodiesel dan proses
epiklorohidrin serta proses pengolahan minyak goreng.

8. Kuprisulfat
Tembaga(II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah sebuah
senyawa kimia dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa garam ini
eksis di bumi dengan kederajatan hidrasi yang berbeda-beda. Bentuk
anhidratnya berbentuk bubuk hijau pucat atau abu-abu putih,
sedangkan bentuk pentahidratnya (CuSO4·5H2O), berwarna biru
terang.4

9. NaOH
Natrium hidroksida ( NaOH ) juga dikenal sebagai soda
kaustik atau sodium hidroksida yang merupakan jenis basa logam
kaustik. Natrium hidroksida digunakan di berbagai macam bidang
industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi
bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.

10. KHSO4
KHSO4 merupakan kristal tidak berwarna, larut dalam air, meleleh
pada suhu 214 derajat Celcius; digunakan dalam pembuatan anggur,
pembuatan pupuk, dan sebagai fluks dan pengawet makanan. Juga
dikenal sebagai asam potasium sulfat; potasium asam sulfat.

11.Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan
memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit.Vitamin
ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam
askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang
mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa
karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas,
cahaya, dan logam.

12. Metilen Biru


Metilena biru (CI 52015) adalah senyawa kimia aromatik
heterosiklik dengan rumus kimia C16H18N3SCl. Senyawa ini banyak
digunakan pada bidang biologi dan kimia. Pada suhu ruangan senyawa
ini berbentuk padatan, tak berbau, berbentuk bubuk warna hijau tua
yang akan menghasilkan larutan warna biru tua bila dilarutkan dalam
air. Bentuk hidratnya mengandung 3 molekul air per molekul metilena
biru.

13.H2SO4
Asam sulfat diproduksi dari belerang, oksigen,
dan air melalui proses kontak. Pada langkah
pertama, belerang dipanaskan untuk mendapatkan sulfur dioksida:

S (s) + O2 (g) → SO2 (g)


Sulfur dioksida kemudian dioksidasi menggunakan oksigen dengan
keberadaan katalis vanadium(V) oksida:
2 SO2 + O2(g) → 2 SO3 (g)   (dengan keberadaan V2O5)
Sulfur trioksida diserap ke dalam 97-98%
H2SO4 menjadi oleum (H2S2O7), juga dikenal sebagai asam sulfat
berasap. Oleum kemudian diencerkan ke dalam air menjadi asam
sulfat pekat.
H2SO4 (l) + SO3 → H2S2O7 (l)
H2S2O7 (l) + H2O (l) → 2 H2SO4 (l)
Perhatikan bahwa pelarutan langsung SO3 ke dalam air tidaklah
praktis karena reaksi sulfur trioksida dengan air yang
bersifat eksotermik. Reaksi ini akan membentuk aerosol korosif yang
akan sulit dipisahkan.
SO3(g) + H2O (l) → H2SO4(l)

14.Asam Benzoat
Asam benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal
berwarna putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling
sederhana. Nama asam ini berasal dari gum benzoin (getah kemenyan),
yang dahulu merupakan satu-satunya sumber asam benzoat. Asam
lemah ini beserta garam turunannya digunakan sebagai pengawet
makanan. Asam benzoat adalah prekursor yang penting dalam sintesis
banyak bahan-bahan kimia lainnya.

15.Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut,
atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah
terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat
psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan
termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling
tua.Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus
kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer
konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH,
dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).

16.Sabun
Sabun sebagai produk perawatan diri memiliki berbagai variasi dan
warna. Salah satunya adalah sabun transparan. Sabun ini memiliki sifat
layaknya sabun mandi lainnya namun berwarna transparan. Prinsip
dari pembuatan sabun transparan adalah pencampuran massa sabun
dalam bahan etanol kemudian dipanaskan dengan pemanasan lembut
dan ditambahkan bahan lain yang memiliki fungsi tertentu. Yang
menentukan transparansi produk salah satunya adalah humektan yang
bersifat higroskopis sehingga mempengaruhi transparansi produk.
Agen pembentuk transparan lainnya adalah gliserin, sukrosa, dan
beberapa bahan lain.5

17.Fenolftalein
Fenolftalein ((Inggris) phenolphtalein) adalah pewarna yang
berperan sebagai indikator pH.Fenolftalein adalah senyawa kimia
dengan rumus molekul C20H14O4 dan sering ditulis sebagai "HIn" atau
"pp" dalam notasi singkat. Fenolftalein sering digunakan sebagai
indikator dalam titrasi asam–basa. Untuk aplikasi ini, ia berubah warna
dari tak berwarna dalam larutan asam menjadi merah muda dalam
larutan basa.

18.Asam asetat
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia
asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma
dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus
ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3–COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat pekat (disebut asam asetat glasial) adalah
cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C. Cuka
mengandung 3–9% volume asam asetat, menjadikannya asam asetat
adalah komponen utama cuka selain air. Asam asetat berasa asam dan
berbau menyengat.

19.Kalsium klorida
Kalsium klorida adalah senyawa anorganik, sebuah garam dengan
rumus kimia CaCl2. Ia adalah padatan kristal tak berwarna pada suhu
kamar, sangat larut dalam air.Kalsium klorida sering dijumpai sebagai
hidrasi padat dengan rumus umum CaCl2(H2O)x dengan x = 0, 1, 2, 4,
dan 6. Senyawa ini terutama digunakan untuk penghilang es dan
pengendali debu. Karena garam anhidrat adalah higroskopis, ia
digunakan sebagai desikan.

20.Pb-asetat
Timbal(II) asetat (Pb(CH3COO)2), juga dikenal dengan nama
timbal asetat dan timbal diasetat, adalah senyawa kimia kristalin putih
dengan rasa manis. Senyawa ini dibuat dari reaksi timbal(II) oksida
dengan asam asetat. Seperti senyawa timbal lainnya, senyawa ini
merupakan senyawa yang beracun. Senyawa ini dapat larut di dalam
air dan gliserin. Jika bereaksi dengan air, senyawa ini akan membentuk
trihidrat Pb(CH3COO)2·3H2O, yaitu senyawa kristalin monoklinik
berkilauan yang tidak berwarna atau berwarna putih.

21.Aseton
Aseton, juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon,
propan-2-on, dimetilformaldehida, dan β-ketopropana, adalah senyawa
berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia
merupakan keton yang paling sederhana. Aseton larut dalam berbagai
perbandingan dengan air, etanol, dietil eter,dll. Ia sendiri juga
merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan untuk membuat
plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain
dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara
alami, termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil.

22.Natrium Nitroprussid
Natrium nitroprusida (SNP) adalah suatu obat yang digunakan
untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini dapat dilakukan jika tekanan
darah sangat tinggi dan mengakibatkan gejala, pada beberapa tipe
gagal jantung, dan selama operasi untuk menurunkan pendarahan.
Obat ini digunakan melalui injeksi terus-menerus ke dalam pembuluh
darah. Onset biasanya langsung dan efeknya bertahan hingga sepuluh
menit. Efek samping yang umum termasuk tekanan darah rendah dan
keracunan sianida. Efek samping serius lainnya termasuk
metahemoglobinemia.6
23. Ammonium Klorida
Amonium klorida, adalah senyawa anorganik dengan rumus
NH4Cl, berupa garam kristal putih yang sangat mudah larut dalam air.
Larutan amonium klorida bersifat asam lemah. Sal amoniak adalah
nama alami, bentuk mineral amonium klorida. Mineral ini umum
terbentuk pada pembakaran batubara akibat kondensasi gas-gas yang
dihasilkan. Mineral ini juga ditemukan di sekitar beberapa jenis lubang
vulkanik. Amonium klorida digunakan sebagai bahan penyedap pada
beberapa jenis liquorice. Amonium klorida merupakan produk reaksi
asam klorida dan amonia.

24.Ammonia
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3. Biasanya
senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut
bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi
keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan
dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan
Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak
dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam
untuk 25 ppm volum.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pipet paseur
3. Penjepit
4. Pengaduk gelas
5. Corong
6. Gelas ukur
7. Gelas beker
Bahan :
1. Formalin
2. Glukosa
3. Pereaksi Schiff
4. Pereaksi Tollens
5. Pereaksi Fehling
6. Pereaksi Benedict
7. Gliserol
8. Kuprisulfat
9. NaOH
10. KHSO4
11. Vitamin C
12. Metilen biru
13. Asam sulfat
14. Asam benzoat
15. Etanol
16. Sabun
17. Fenolftalein
18. Akuades
19. Asam asetat
20. Kalsium klorida
21. Pb-asetat
22. Aseton
23. Natriuum nitroprussid
24. Ammonium klorida
25. Ammonia
26. Asam salisilat
27. Fenol
28. Anilin
29. Akuabromata
IV. CARA KERJA
1. Identifikasi Aldehid Alifatis
a) Tes Schiff
Sediakan 2 tabung bersih. Tabung 1 diisi 5 tetes
formalin, tabung 2 diisi 5 tetes glukosa. Tambahkan pada
masing-masing tabung, 5 tetes pereaksi Schiff yang telah
disediakan. Kocok, amati perubahan yang terjadi.

b) Tes Tollens
Sediakan tabung reaksi bersih yang telah diisi 5
tetes formalin. Kemudian tambahkan pereaksi Tollens A
sebanyak 10 tetes dan pereaksi Tollens B sebanyak 5 tetes.
Kocok, lalu panaskan. Amati perubahan yang terjadi.

c) Tes Fehling
Sediakan tabung reaksi bersih yang telah diisi 5
tetes formalin. Kemudian tambahkan campuran pereaksi
Fehling A dan B dengan perbandingan 1:1 atau masing-
masing 5 tetes. Kocok, lalu panaskan. Amati perubahan
yang terjadi.

d) Tes Benedict
Sediakan 2 tabung reaksi, kedua tabung masing-
masing diisi dengan formalin sebanyak 5 tetes. Kemudian
pada tabung 1 ditambahkan pereaksi Benedict sama banyak
(5 tetes), tabung 2 diisi pereaksi Benedict lebih banyak (10
tetes). Kocok, lalu panaskan. Amati perubahan yang terjadi.

2. Identifikasi Keton Alifatis


Tes Rothera
Sediakan 2 tabung reaksi, tabung 1 diisi dengan 5 tetes
formalin, tabung 2 diisi dengan 5 tetes aseton. Kemudian, pada
masing-masing tabung ditambah natrium nitroprusid, ammonium
klorida, dan ammonia sebanyak 5 tetes. Kocok lalu amati
perubahan yang terjadi

3. Identifikasi Ester Alifatis


Percobaan :
1) Reaksi asam asetat (asam etanoat atau asam metana
karboksilat) sebanyak 5 tetes + 5 tetes etanol. Asamkan
dengan asam sulfat pekat 2 tetes. Panaskan hati-hati, bau
apa yang terbentuk
2) Reaksi asam benzoat sebanyak 5 tetes + 5 tetes etanol.
Asamkan dengan asam sulfat pekat 2 tetes. Panaskan hati-
hati, bau apa yang terbentuk.
Setelah itu, bandingkan antara percobaan 1 dan
percobaan 2 bau manakah yang paling menyengat.

4. Identifikasi Gliserol
Pembentukan Persenyawaan Cu-kompleks
Sediakan tabung reaksi yang diisi dengan gliserol 5 tetes,
lalu tambahkan larutan kuprisulfat encer dan NaOH encer masing-
masing 5 tetes, amati perubahan yang terjadi. Terbentuknya warna
biru tua disebabkan terbentuknya persenyawaan kompleks.

5. Identifikasi Garam dari Asam Lemak


a) Hidrolisa Sabun
Siapkan sedikit sabun padat, lalu encerkan dengan
air. Diamkan selama beberapa saat sampai terbentuk
endapan dibawahnya. Ambil 5 tetes larutan sabun, lalu
tambahkan larutan fenolftalein dalam alkohol (PP dalam
alkohol) sebanyak 3 tetes. Maka larutan yang awalnya tidak
berwarna akan berubah menjadi merah.

b) Garam-garam Ca dan Pb dari Asam-asam Lemak Suku


Tinggi
Sediakan 2 tabung reaksi, masing-masing tabung
diisi 5 tetes larutan sabun encer, netralkan dengan asam
asetat encer sebanyak 5 tetes. Pada tabung 1 ditambah
larutan kalsium klorida sebanyak 5 tetes, larutan 2
ditambah larutan Pb-asetat sebanyak 5 tetes. Amati
perubahan yang terjadi. Pada kedua tabung tersebut akan
timbul endapan putih yang bergumpal dari garam-garam Ca
dan Pb dari asam-asam lemak suku tinggi.

6. Vitamin C Sebagai Reduktor


a) Melunturkan Zat Warna Metilen
Sediakan tabung reaksi, isi dengan larutan vitamin
C sebanyak 10 tetes. Tambahkan 2 tetes biru metilen,
panaskan dan amati perubahan yang terjadi. Warna biru
dari biru metilen akan luntur

b) Tes Fehling
Sediakan 2 tabung reaksi, masing-masing diisi
dengan larutan vitamin C sebayak 5 tetes. Pada tabung 1,
tambahkan dengan pereaksi Fehling sama banyak dengan
larutan vitamin C tersebut (5 tetes), pada tabung 2
tambahkan dengan pereaksi Fehling yang lebih banyak (10
tetes). Panaskan dan amati perubahan yang terjadi.

c) Tes Benedict
Sediakan 2 tabung reaksi, masing-masing diisi
dengan larutan vitamin C sebanyak 5 tetes. Pada tabung 1,
tambahkan dengan pereaksi Benedict lebih banyak dengan
larutan vitamin C tersebut (15 tetes), pada tabung 2
tambahkan dengan pereaksi Benedict sama banyak (5
tetes). Panaskan dan amati perubahan yang terjadi.

V. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil Percobaan Identifikasi Aldehid Alifatis


No PERCOBAAN HASIL
.
SEBELUM SESUDAH
1. Tes Schiff
 Formalin 5 tetes + Bening Ungu Bening
Pereaksi Schiff 5 tetes
→ Kocok → Amati
perubahannya

 Gkukosa 5 tetes + Bening Bening


Pereaksi Schiff 5 tetes
→ Kocok → Amati
perubahannya

2. Tes Tollens
Formalin 5 tetes + Pereaksi Bening Cermin perak
Tollens A 10 tetes → Kocok pada dinding
Pereaksi Tollens B 5 tetes →
Kocok → Panaskan → Amati
perubahannya

3. Tes Fehling
Formalin 5 tetes + Pereaksi Bening Hijau bening
Benedict 5 tetes → Kocok → semburat kuning
Panaskan → Amati halus
perubahannya
4. Tes Benedict
 Formalin 5 tetes + Bening Hijau muda
Pereaksi Benedict 5
tetes → Kocok →
Panaskan → Amati
perubahannya

 Formalin 5 tetes + Bening Hijau tosca


Pereaksi Benedict 10
tetes → Kocok →
Panaskan → Amati
perubahannya

Tabel 2. Hasil Percobaan Identifikasi Keton Alifatis


NO. PERLAKUAN HASIL
SEBELUM SESUDAH
1. Tes Rothera
 Formalin 5 tetes + Bening Kuning
natrium nitroprussid,
ammonium klorida,
ammonia masing-
masing 5 tetes →
kocok → amati
perubahannya
 Aseton 5 tetes + Bening Ungu
natrium nitroprussid,
ammonium klorida,
amonia masing-masing
5 tetes → kocok →
amati perubahannya

Tabel 3. Hasil Percobaan Identifikasi Ester Alifatis


NO. PERLAKUAN HASIL
SEBELUM SESUDAH
1. Asam asetat 5 tetes + etanol Bening Menyengat
5 tetes → asam sulfat pekat
2 tetes → panaskan → amati
baunya
2. Asam benzoat 5 tetes + Bening Tidak
etanol 5 tetes → asam sulfat menyengat
pekat 2 tetes → panaskan →
amati baunya

Tabel 4. Hasil Percobaan Identifikasi Gliserol


NO. PERLAKUAN HASIL
SEBELUM SESUDAH
1. Pembentukan Persenyawaan
Cu-kompleks
Gliserol 5 tetes + larutan Bening Biru tua
kuprisulfat encer 5 tetes +
NaOH encer 5 tetes → amati
perubahannya

Tabel 5. Hasil Percobaan Identifikasi Garam dari Asam Lemak


NO. PERLAKUAN HASIL
SEBELUM SESUDAH
1. Hidrolisa Sabun
Larutan sabun 5 tetes + Putih keruh Merah
fenolftalein dalam alkohol 3
tetes → amati perubahannya

2. Garam-garam Ca dan Pb
dari Asam Lemak Suku
Tinggi
 Larutan sabun 5 tetes Putih keruh Kuning muda
+ larutan kalsium keruh
klorida 5 tetes →
amati perubahannya
 Larutan sabun 5 tetes + Putih keruh Putih
larutan Pb-asetat →
amati perubahannya

Tabel 6. Vitamin C Sebagai Reduktor


NO. PERLAKUAN HASIL
SEBELUM SESUDAH
1. Melunturkan Zat Warna
Metilen
Larutan vitamin C 10 tetes + Kuning Biru luntur jadi
biru metilen 2 tetes → kecoklatan hijau lumut
panaskan → amati
perubahnnya

2. Tes Fehling
 Larutan vitamin C 5 Kuning Kuning
tetes + pereaksi kecoklatan kehijauan pekat
Fehling A dan B
masing-masing 5
tetes → panaskan →
amati perubahannya

 Larutan vitamin C 5 Kuning Kuning


tetes + pereaksi kecoklatan kehijauan
Fehling A dan B
masing-masing 10
tetes → panaskan →
amati perubahannya

3. Tes Benedict
 Larutan vitamin C 5 Kuning Kuning, endapan
tetes + pereaksi kecoklatan merah bata
Benedict 15 tetes →
panaskan → amati
perubahannya
 Larutan vitamin C 5 Kuning Kuning, endapan
tetes + pereaksi kecoklatan merah bata
Benedict 5 tetes →
panaskan → amati
perubahannya

VI. Pembahasan
1. IDENTIFIKASI ALDEHID ALIFATIS
1.1 Tes Schiff
Percobaan yang dilakukan pada pengujian aldehid alifatis yang
pertama digunakan pereaksi Schiff. Bahan yang diuji adalah formalin
dan glukosa. Pada pengujian formalin yang awalnya berwarna bening
ketika di tetesi pereaksi Schiff warna berubah menjadi ungu
kemerahan atau violet, hal tersebut dikarenakan menghasilkan
senyawa kompleks yang berwarna merah keunguan. Sedangkan pada
glukosa warna yang awalnya bening tetap berwarna bening saat
ditetesi pereaksi Schiff, hal ini karena tes ini tidak berlaku untuk
aldose seperti glukosa.7

1.2 Tes Tollens


Pengujian yang kedua dilakukan dengan pereaksi Tollens, yaitu
dengan mengujikan formalin yang ditambahkan peraksi Tollens A dan
Tollens B, setelah dipanaskan muncul cermin perak pada dinding –
dinding tabung reaksi. Pereaksi Tollens digunakan untuk membuktikan
adanya formalin bersifat reduktor sehingga formalin dapat merubah
warna larutan menjadi perak metalik akan terbentuk endapan, baik
dalam bentuk serbuk keperakan, ataupun cermin perak.8

1.3 Tes Fehling


Pengujian yang ketiga dilakukan dengan pereaksi fehling. Reagen
fehling merupakan campuran dari larutan CuSO4 dan larutan alkali dari
garam tartrat. Pengujian dilakukan dengan menguji formalin yang
ditetesi dengan Fehling A dan fehling B. Awalnya campuran ini
berwarna biru tua tapi setelah dipanasi campuran ini berubah warna
menjadi hijau dan muncul endapan halus berwarna kuning, Endapan
ini karena berasal dari Fehling yang memiliki ion Cu 2+ direduksi
menjadi ion Cu + yang dalam suasana basa akan diendapkan berwarna
merah bata (Cu2O).9

1.4 Tes Benedict


Pada pengujian yang keempat, yaitu uji pereaksi Benedict. Larutan
Benedict mengandung ion-ion tembaga (II) yang membentuk
kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat.
Pengamatan pada uji benedict, secara teori jika benedict dipanaskan
bersama larutan aldehid akan terjadi oksidasi menjadi asam
karboksilat. Benedict akan mengalami reduksi menjadi Cu2O yang
mengendap pada bagian bawah tabung karena larutan benedict terdiri
atas larutan tembaga sulfat (CuSO4), Natrium karbonat (Na2SO3 ),
dan Natrium sitrat. Pada pencampuran pereaksi benedict dengan
formalin larutan tidak mengalami pembentukan endapan setelah
dipanaskan. Hal ini bertentangan dengan teori karena bila dipanaskan
bersama senyawa aldehid akan terjadi oksidasi menjadi asam
karboksilat, sedang pereaksi benedict akan mengalami reduksi Cu2O
yang mengendap pada bagian bawah tabung reaksi. Namun dalam
pengamatan ini tidak terjadi reaksi, hal ini disebabkan oleh kesalahn
kami dalam melakukan pencampuran.9

2. IDENTIFIKASI KETON ALIFATIS


Pada pengujian keton alifatis, dilakukan 2 percobaan yang pertama
menggunakan formalin yang dicampur dengan natrium nitropursid,
ammonia klorida dan ammonia. Kedua menggunaka aseton yang
dicampur dengan natrium nitropursid, ammonia klorida dan ammonia.
Formalin mengalami perubahan dari bening menjadi berwarna kuning,
sedangkan pada aseton berwarna ungu. Warna ungu disebabkan karena
Aseton terbentuk dari dekarboksilasi asetoasetat secara spontan.10
Setiap uji rothera yang dilakukan pada keton akan mengasilkan
warna ungu, karena formalin termasuk aldehid, maka tidak terjadi
perubahan menjadi warna ungu.

3. IDENTIFIKASI ESTER ALIFATIS


Identifikasi ester dilakukan dengan esterifikasi yaitu dengan
mereaksikan asam dan alcohol. Ester merupakan senyawa yang memiliki
bau harum yang khas. Pada pengujian ester alifatis dilakukan 2 percobaan
yaitu menggunakan asam asetat dan asam benzoate yang masing masing
direaksikan dengan etanol dan diasamkan dengan larutan H2SO4. Pada
asam asetat timbul bau yang menyengat sedangkan pada asam benzoate
bau yang ditimbulkan tidak terlalu menyengat, hal tersebut dikarenakan
makin banyak kandungan ester pada larutan yang direaksikan maka bau
wangi yang muncul semakin kuat.11

4. IDENTIFIKASI GLISEROL
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk identifikasi gliserol
adalah dengan reaksi pembentukan persenyawaan Cu-kompleks. Cu
merupakan logam transisi, maka unsur tersebut memiliki kecendurungan
untuk membentuk senyawa kompleks dengan unsur lain. Identifikasi
gliserol dilakukan dengan menyiapkan satu buah tabung reaksi yang
ditetesi dengan 5 tetes gliserol. Kemudian ditambahkan dengan 5 tetes
CuSO4 dan 5 tetes NaOH. Diamkan beberapa saat, akan terbentuk warna
dari bening menjadi biru keruh.12
Hal ini menandakan terbentuknya senyawa kompleks dengan
reaksi:

C3H8O3 + CuSO4 + NaOH (C3H5O3.CuNa)2.3H2O


5. IDENTIFIKASI GARAM DARI ASAM LEMAK
5.1. Hidrolisa Sabun
Hidrolisa dilakukan bertujuan untuk mencari tahu apakah sabun
termasuk basa ataukah asam. Percobaan ini dilakukan dengan cara
melarutkan sabun terlebih dahulu dengan aquades. Kemudian teteskan
sabun cair sebanyak 5 tetes yang setelah itu ditambahkan 3 tetes
fenolftalein dalam alkohol. Lalu akan timbul warna ungu kemerahan
karena larutan pp dalam alkohol dalam basa akan menunjukkan warna
merah.
C17H35COOK + H2O C17H35COOH + KOH
Sabun yang diencerkan akan terhidrolisa di dalam air sehingga
bersifat sedikit alkalis. Dengan penambahan indikator fenolftalein menjadi
berwarna merah muda karena larutan fenoftalein dalam basa akan
menunjukkan warna merah. Fenolftalein sendiri biasa digunakan sebagai
indikator asam, ketika pH larutan dibawah 8.5 maka akan tidak berwarna,
namun ketika pH diatas 10 maka larutan akan berwarna merah.Pada
percobaan ini sabun merupakan garam alkali sehingga dalam air akan
dihidrolisa parsial yang menyebabkan larutan air menjadi basa. Hal ini
berdasar pada teori yang menyatakan bahwa jika indikator pp diteteskan
dalam larutan basa, maka larutan akan berubah warna menjadi merah
muda (pink). Larutan sabun selalu terhidrolisa di dalam air sehingga
bersifat sedikit alkalis. Dengan penambahan indikator PP(fenolftalein)
selalu berwarna merah muda.13

5.2. Garam-garam Ca dan Pb dari Asam-Asam Lemak Suku Tinggi


Percobaan bertujuan untuk mengetahui larutan sabun dapat
mengendapkan ion-ion Ca dan Pb yang menghasikan endapan garam pada
akhir reaksi. Percobaan ini menggunakan 2 tabung reaksi. Tabung I berisi
5 tetes sabun cair yang direaksikan dengan 5 tetes asam asetat dan 5 tetes
CaCl2. Tabung II berisi 5 tetes yang direaksikan dengan 5 tetes asam asetat
dan 5 tetes pb-asetat.
Endapan putih pada tabung II lebih banyak dari tabung I karena
pada ion Pb endapannya amorf/menyatu dan tak beraturan, pengendapan
tersebut terjadi karena adanya endapan Pb pada garam Pb-asetat,
danendapan ion Ca pada garam CaCl2. Semakin banyak pengendapan
semakin sadah pula larutan tersebut.14
Reaksi percobaan :
O

C17H35-C-O
\
2C17H35-COONa + CaCl2 → Ca + 2 NaCl
/
C17H35-C-O

O
O

C17H35-C-O
\
2C17H35-COONa + Pb (CH3COO)2 → Pb + 2CH3COONa
/
C17H35-C-O

O

6. VITAMIN C SEBAGAI REDUKTOR


6.1. Melunturkan Zat Warna Metilen Biru
Percobaan ini menggunakan metilen biru sebanyak 3 tetes yang
akan direaksikan dengan vitamin C sebanyak 10 tetes. Maka akan
dihasilkan larutan biru tua.Lalu, ketika dipanaskan warna larutan akan
berubah menjadi berwarna biru luntur menjadi biru muda. Zat metilen
luntur ketika dipanaskan.

Asam askorbat Metilen blue

Asam dehidroaskorbat Leukometilen blue

Percobaan ini menghasilkan larutan biru karena pada metilen biru


mengalami reduksi, sedangkan pada vitamin C mengalami oksidasi. Itulah
mengapa warna biru pada larutan menghilang pada saat terjadi reaksi
antara metilen biru dengan vitamin C. Hal ini sesuai dengan teori yang ada
bahwa vitamin C sebagai reduktor karena dalam penelitian disebutkan
bahwa biru metilena adalah salah satu zat warna kationik yang banyak
terdapat dalam limbah cair industri tekstil dan proses penghilangan zat
warna dalam limbah cair telah diteliti oleh beberapa peneliti melalui reaksi
oksidasi, reaksi anaerob, reaksi fotokatalisis, metode koagulasi, penukar
ion,dan ozonasi.15

6.2. Tes Fehling


Dalam percobaan ini, disiapkan dua tabung reaksi. Pada tabung I
dicampurkan 5 tetes Vitamin C dengan Fehling A dan Fehling B masing-
masing 5 tetes, kemudian dipanaskan. Sedangkan pada tabung II
dicampurkan 5 tetes Vitamin C dengan Fehling A dan Fehling B masing-
masing 10 tetes, kemudian dipanaskan. Hasil yang didapatkan yaitu
terdapat perubahan warna dari kuning kecoklatan menjadi kuning
kehijauan dan timbul sedikit endapan pada tabung I, sedangkan pada
tabung II terdapat perubahan warna dari kuning kecoklatan menjadi
kuning keruh dan timbul endapan warna orange.
Seperti yang terjadi pada uji Fehling dalam identifikasi aldehid,
maka ion Cu2+ yang terdapat dalam peraksi Fehling tereduksi oleh agen
pereduksi Vitamin C menjadi Cu2O.16 Warna kuning pada tabung II lebih
pekat dan lebih banyak terbentuk endapan dibandingkan tabung I. Hal ini
disebabkan semakin banyak pereaksi yang diberikan, semakin cepat reaksi
berjalan. Perubahan warna terjadi karena terbentuknya senawa kompleks
antara sampel dan pereaksi.17
Berikut reaksi yang terjadi:

+ Cu2+ + H2O t⁰C

+ Cu2O + 2H+

6.3. Tes Benedict


Pada percobaan ini menggunakan 2 buah tabung reaksi. Tabung I
berisi 5 tetes vitamin C yang direaksikan dengan pereaksi benedict
sebanyak 10 tetes. Reaksi ini menghasilkan perubahan warna dari kuning
kecoklatan menjadi endapan Oranye kekuningan. Sedangkan tabung II
berisi 5 tetes vitamin C yang direaksikan dengan pereaksi benedict
sebanyak 5 tetes. Campuran ini menghasilkan perubahan warna dari
kuning kecoklatan menjadi orange dan timbul endapan oranye kekuningan
pekat. Ketika dipanaskan menghasilkan warna hijau biru dan tidak ada
endapan.
Seperti yang terjadi pada uji Benedict dalam identifikasi aldehid,
maka ion Cu2+ yang terdapat dalam peraksi Benedict tereduksi oleh agen
pereduksi Vitamin C menjadi Cu2O.16 Vitamin C mampu mereduksi
tembaga sulfat dari reagen benedict sehingga menghasilkan endapan
berwarna orannye kekuningan dan oranye kekuningan pekat. Semakin
banyak pereaksi yang diberikan maka reaksi akan cepat berjalan.17
Berikut reaksi yang terjadi:

+ Cu2+ + NaOH + H2O t⁰C

+ Cu2O + 2H+

VII. KESIMPULAN
Pada umumnya senyawa organik merupakan senyawa yang
mengandung unsur karbon, selain itu terdapat juga unsur hidrogen,
oksigen, nitrogen, sulfur, dan fosfor. Untuk melakukan identifikasi
beberapa senyawa organik berdasarkan sifat-sifat kimiawi senyawa yang
dimiliki dengan melakukan percobaan identifikasi aldehid alifatis,
identifikasi keton alifatis, identifikasi gliserol, identifikasi ester alifatis,
identifikasi garam dari asam lemak, vitamin C sebagai reduktor dan reaksi
pembuatan endapan dengan akuabromata (tidak dilakukan percobaan).
Dari semua percobaan yang telah dilakukan untuk menguji sifat-
sifat kimiawi beberapa senyawa organik menghasilkan hasil yang positif
artinya sesuai dengan teori yang ada. Akan tetapi, ada salah satu percobaan
yang hasilnya negatif dengan teori yang ada yaitu pada identifikasi aldehid
alifatis tes Benedict. Pereaksi Benedict yang dicampurkan dengan formalin
dan dipanaskan akan terbentuk endapan warna merah bata karena
dilakukan pada suasana basa yang menyebabkan transformasi isomerik.
Pada susasana basa, reduksi ion Cu 2+ dari CuSO4 oleh gula pereduksi akan
berlangsung dengan cepat dan membentuk Cu2O yang merupakan endapan
merah bata. Percobaan yang kami lakukan terbentuk larutan berwarna
hijau muda dan hijau tosca tanpa endapan, yang artinya hasil percobaan ini
negatif.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


1. Wardiyah. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi : Kimia Organik.
Cetakan 1. Jakarta Selatan.2016.
2. Mario H. Refwalu, Johnly AR, Sudewi S. Analisis Kandungan
Formalin pada Berbagai Jenis Daging di Pasar Swalayan Kota
Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 4. November
2016.
3. Putrianti D. Eka. Pemanfaatan Polianilin. Depok. 2009.
4. Copper(II) Sulfate MSDS. Oxford University. Diakses tanggal
2008-12-31.
5. Suryani A, Windarwati S, Hambali E. Pemanfaatan Gliserin Hasil
Samping Produksi Biodiesel dari Berbagai Bahan Baku (Sawit,
Jarak, Kelapa) untuk Sabun Transparan. 2008.
6. The American Society of Health. System Pharmacists. Diakses
tanggal 8 December 2016.
7. Tatu HA. Rorong H. Sudewi S. Analisi Kandungan Formalin pada
Berbagai Jenis Ikan di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi
UNSRAT ISSN 2302 – 2493, 4 November 2016 5(4).
8. Ayuchecaria N, Sari AK, Fatmawati E. Analisi Kualitatif Formalin
pada Ayam yang Dijual di Pasar Lama Wilayah Banjarmasin.
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina Vol. 2(1) : 51-59. 2017.
9. Iqbal M. Aldehid dan Keton. Jurnal Rekayasa Proses Vol. 4(2).
2010
10. Wibowo HSB, Rambert GI, Wowor MF, Gambaran Keton Urin
pada Pasien Dewasa dengan Tuberkulosis Paru di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandaou Manado. Jurnal e-Biomedik Vol. 4 (2). Juli-
Desember 2016.
11. Yanti R dkk. Karakterisasi, Identifikasi dan Uji Aktivasi Anti
Jamur Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) terhadap
Aspergillus. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 8(2). Desember 2017.
12. Usman. Kimia Organik. Penuntun Praktikum Kimia Organik. FKIP
Ummul. Samarinda.2010.
13. Emmanuela MW. Reaksi Saponifikasi. Petunjuk Praktikum Teknik
Kimia. 2013.
14. Mangihut ST. Kimia Dasar. Jakarta : Grafinda Persada. 2009.
15. Susilawati. Adsorpsi Zat Warna Biru Metilena Oleh Lempung
Bentonit Aktif. Jurnal Riset Kimia Universitas Syiah Kuala,
Darussalam Banda Aceh Vol. 7, No. 2. Maret 2014.
16. Riswiyanto. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga. 2009.
17. Saifuddin, Sirajuddin. Penuntun Praktikum Biokimia. FKM
UNHAS. Makassar. 2009.

IX. JAWABAN SOAL


Tes Schiff
1. Warna apa yang timbul bila kedua tabung ditambah 1-2 tetes
pereaksi Schiff?
Jawab :
- pada tabung yang berisi formalin setelah pencampuran timbul
warna ungu bening
- pada tabung yang berisi glukosa setelah pencampuran tidak
terjadi perubahan warna atau tetap bening
2. Tulislah reaksi kimia dari percobaan diatas apabila aldehid yang
dipakai adalah formalin!
Jawab:
Formaldehid + pereaksi schiff  senyawa kompleks berwarna
ungu bening

3. Apakah sebenarnya formalin itu? Apa fungsi formalin dalam


bidang kedokteran, peternakan, dan teknik?
Jawab: Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya
sangat menusuk. Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen
formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15
persen sebagai pengawet.
Fungsi di bidang kedokteran :
 untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil.
 membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara
mengawetkan jasad.
 anti bakteri atau pembunuh kuman
Fungsi di bidang peternakan :
 Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.
 Untuk fumigasi kandang ayam
Fungsi di bidang teknik :
 Pencegah korosi untuk sumur minyak
 produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai
untuk membuat cat bahan peledak.

4. Sebutkan 5 buah aldehid alifatis yang saudara ketahui, lengkap


dengan struktur kimia, nama trivial, dan nama rasionalnya.
Jawab :
5. Bagaimana saudara dapat membedakan asetaldehid dan glukosa?
Jawab: Asetaldehid setelah ditetesi pereaksi schiff akan berubah
warna menjadi ungu bening, sedangkan glukosa setelah ditetesi
pereaksi schiff tidak mengalami perubahan warna atau tetap
bening.

Tes Tollens
1. Tulislah dengan lengkap reaksi dari percobaan yang dilakukan!
Jawab :
AgNO3 + NH4OH → Ag2O↓ + H2O + NH4NO3
Ag2O + NH4OH → Ag(NH3)2OH + H2O
2. Apa isi pereaksi Tollens? Bagaimana cara membuat pereaksi ini?
Jawab : Larutan perak nitrat dan ammonium hidroksida
Cara membuat : merekasikan larutan perak nitrat dengan
ammonium hidroksida berlebihan, senghingga yang mula- mula
terjadi larut

Tes Fehling
1. Apa isi pereaksi Fehling? Mengapa baru dicampur setelah akan
dipanaskan?
Jawab :
Fehling A : Larutan kuprisulfat
Fehling B : NaOH dan KNa-tartrat
Karena ketika dipanaskan terlebih dahulu tidak akan membentuk
endapan Cu2O

2. Tulislah reaksinya dengan percobaan yang dilakukan (fehling)


Jawab :

+ Cu2+ + NaOH + H2O t℃ R-COONa + Cu2O↓+ H+


Tes Benedict
1. Tuliskan reaksi dari percobaan – pecobaan yang dilakukan!
Jawab :

+ Cu2+ + H2O t℃ R-COONa + Cu2O↓+ H+


2. Apa isi pereaksi Benedict? Apa warna dari pereaksi ini? Mengapa?
Jawab : larutan kuprisulfat, Na-karbonat, Na-sitrat. Larutan
berwarna biru, karena larutan bersifat basa.

Tes Rothera
1. Jelaskan dengan percobaan apa aseltaldehid dapat dibedakan
dengan propanon!
Jawab : Tes Fehling, Tes Tollens, perubahan warna pada KMnO4

Pembentukan Persenyawaan Cu-kompleks


1. Mengapa tidak terjadi endapan biru dan Cu-hidroksida? Jelaskan
dengan singkat
Jawab : pengompleksan ion-ion tembaga (II) dapat mencegah
terbentuknya sebuah endapan
Hidrolisa Sabun
1. Tuliskan reaksi – reaksi dari percobaan yang dilakukan (hidrolisa
sabun)
Jawab : C17H35COOK + H2O → C17H35COOH + KOH

2. Jelaskan mengapa timbul warna merah


Jawab : karena terdapat alkali bebas

Garam-garam Ca dan Pb dari Asam-asam Lemak Suku Tinggi


1. Tulis reaksi dari apa yang saudara kerjakan
Jawab :

2. Tulis reaksi jika sabun yang digunakan adalah potassium oleat atau
sodium oleata
Jawab :
Tes Fehling
1. Apakah isi masing-masing pereaksi fehling?
Jawab : Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A
dan Fehling B
 Fehling A
CuSO4.5H2O = 34,64
H2SO4 P = 0,5 ml
Aquadest  = 500 ml
 Fehling B
KNaC4H4O6.4H2O = 176 g
NaOH murni = 77 g
Aquadest = 500 ml

2. Mengapa pada percobaan dengan vitamin C yang lebih sedikit,


warna biru masih tetap ada?
Jawab : Vitamin C dan larutan metil biru yang dicampur akan
mengalami proses reduksi dan oksidasi dimana vitamin C akan
mengalami oksidasi dan metil biru akan mengalami reduksi
menjadi leukometilen biru yang tidak berwarna. Proses ini juga
dikenal sebagai titrasi redoks dimana reduktor akan menangkap
elektron dari oksidator. Jadi bila jumlah vitamin C sedikit maka
tidak semua metilen biru mengalami reaksi oksidasi sehingga
warna metilen biru tetap ada dan lebih pekat dari yang
menggunakan vitamin C dengan jumlah lebih banyak.
Tes Benedict
1. Apakah isi pereaksi benedict?
Jawab : Pereaksi Benedict terdiri dari dua bagian, yaitu Benedict A
dan Benedict B
 Benedict  A, terdiri dari       
Na. Sitrat = 86,5 g
Na2Co3 = 50 g
Aquadest = 400 ml
 Benedict  B, terdiri dari       
CuSO4.5H2O = 8,65 g
Aquades = 50 ml

2. Untuk apa sajakah pereaksi ini digunakan dalam klinis?


Jawab : Reagen Benedict adalah reagen kimia yang digunakan
untuk mendeteksi adanya gula pereduksi (monosakarida dan
beberapa disakarida, termasuk laktosa dan maltosa) dalam suatu
makanan). Reagen Benedict digunakan untuk menguji adanya
glukosa dalam urine untuk mendeteksi penderita diabetes melitus.
Beberapa gula seperti glukosa disebut gula pereduksi karena
mereka mampu mentransfer hidrogen (elektron) ke senyawa lain,
proses yang disebut reduksi. Ketika gula pereduksi dicampur
dengan reagen benedicts dan dipanaskan maka akan menyebabkan
reagen benedicts berubah warna. 

Anda mungkin juga menyukai