Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Kimia organik adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari senyawa organik. Pada
awalnya (yaitu pada sekitar tahun 1700-an) senyawa organik didefinisikan sebagai
senyawa-senyawa yang berasal dari organisme hidup, sehingga mempunyai daya hidup
atau vital force. Karena memiliki vital force itulah, maka senyawa organik pada
waktu itu dianggap tidak mungkin disintesis di laboratorium seperti halnya senyawa
anorganik. Pada tahun 1816, Chevrut menunjukkan bahwa lemak binatang (suatu
senyawa organik) dapat dibuat menjadi sabun (suatu senyawa anorganik), dan sebaliknya
sabun (suatu senyawa anorganik) dapat diubah menjadi asam lemak (suatu senyawa
organik). Hal serupa ditunjukkan pula oleh Wohler (1828) yang menunjukkan senyawa
anorganik garam ammonium sianat dapat diubah menjadi senyawa organik urea. Hal
tersebut mematahkan pendapat bahwa senyawa organik harus memiliki vital force
sehingga tidak dapat disintesis di laboratorium. Jadi apakah senyawa organik itu?
Selanjutnya diketahui bahwa asam laktat yang terdapat pada susu mengandung
karbon, hidrogen, dan oksigen. Begitu pula dengan berbagai senyawa organik lain,
ternyata selalu mengandung karbon, seringkali bersama dengan hidrogen, dan kadang-
kadang ditemukan bersama-sama dengan unsur lain, seperti oksigen, nitrogen, sulfur, dan
halogen. Oleh karena itu, pada pertengahan abad ke-19 senyawa organik didefinisi ulang
sebagai senyawa berbasis karbon, atau didefinisikan sebagai senyawa hidrokarbon dan
turunannya. Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang tersusun dari hidrogen dan
karbon. Sejak saat itu senyawa organik sering pula disebut senyawa karbon. Berbeda
dengan senyawa anorganik yang umumnya stabil pada pemanasan suhu tinggi, senyawa
organik pada umumnya mudah terurai. Walaupun demikian, dari sekitar 8,5 juta senyawa
yang telah diketahui, lebih dari 80% di antaranya adalah senyawa organik, sedangkan
senyawa anorganik terdapat kurang dari 20%. Senyawa organik ditemukan di berbagai
sendi kehidupan, pada tanaman, binatang, mikroba, material geologis (minyak bumi, gas
alam), dan produk pabrikan (obat, plastik, cat, kertas, benang, desinfektan, pupuk,
pestisida, narkotika, pewarna, perasa, dll).
Penyebab begitu beragamnya senyawa organik yang dapat terbentuk adalah karena
senyawa organik berbasis karbon, suatu atom yang memiliki sifat khas, yaitu dapat
membentuk berbagai jenis ikatan (tunggal, rangkap dua, rangkap tiga) dan berbagai

1
bentuk rantai ikatan (linier, bercabang, atau siklis), baik dengan karbon lain, maupun
dengan atom-atom lain, seperti H,O,N,S dan halogen.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa hal yang menjadi
masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan senyawa organik?
1.2.2 Apa sajakah jenis-jenis dari senyawa organik?
1.2.3 Apa sajakah jenis-jenis dari gugus fungsional?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari senyawa organik.
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis senyawa organik.
1.3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis gugus fungsional.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defisini Senyawa Organik

2
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya
mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai
senyawaan organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawaan organik, seperti
protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan komponen penting dalam biokimia.
Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai
karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang
mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup
atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang
gugus berulang.

2.2 Jenis-jenis Senyawa Organik


A. Hidrokarbon Alifatik

Senyawa alifatik adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang
bergabung bersama dalam rantai lurus, bercabang atau cincin non-aromatik. Senyawa ini
digunakan sebagai inhibitor korosi. Hidrokarbon alkana, alkena dan alkuna adalah
senyawa alifatik, seperti asam lemak dan banyak senyawa lainnya. Berdasarkan jumlah
ikatannya, senyawa hidrokarbon alifatik terbagi menjadi senyawa alifatik jenuh dan tidak
jenuh. Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi
ikatan-ikatan tunggal saja. Golongan ini dinamakan alkana. Senyawa alifatik tak jenuh
adalah senyawa alifatik yang rantai C nya terdapat ikatan rangkap dua atau rangkap tiga.
Jika memiliki rangkap dua dinamakan alkena dan memiliki rangkap tiga dinamakan
alkuna.

1. Alkana
Senyawa alkana merupakan rantai karbon yang paling sederhana. Alkana
merupakan senyawa hidrokarbon jenuh karena memiliki ikatan tunggal. Rumus
umum alkana CnH2n+2. Senyawa paling sederhana dari alkana yaitu metana.
Metana hanya memiliki satu atom karbon yang mengikat empat atom H. Tabel
berikut menyajikan data sepuluh alkana rantai lurus pertama.

3
Tabel 1. Deret Homolog Alkana

Berdasarkan tabel di depan dapat dilihat bahwa perbedaan kesepuluh senyawa


di atas terletak pada jumlah gugus metilena ( CH 2 ). Senyawa dengan kondisi
demikian disebut homolog. Susunan senyawa yang dibuat sedemikian rupa
sehingga perbedaan dengan tetangga dekatnya hanya pada jumlah metilena
disebut deret homolog.

Tata nama alkana


Penamaan alkana mengikuti sistem IUPAC, yaitu sistem tata nama yang
didasarkan pada gagasan bahwa struktur sebuah senyawa organik dapat digunakan
untuk menurunkan namanya dan sebaliknya, bahwa suatu struktur yang unik dapat
digambar untuk tiap nama.
Dasar sistem IUPAC yaitu alkana rantai lurus.
1) Alkana rantai lurus (tidak bercabang)
Alkana rantai lurus diberi nama sesuai dengan jumlah atom karbonnya
sebagaimana tercantum dalam tabel di atas. Terkadang ditambahkan normal (n) di
depan nama alkana.

2) Alkana siklis (rantai tertutup)


Alkana rantai siklis (tertutup) diberi nama menurut banyaknya atom karbon
dalam cincin, dengan penambahan awalan siklo-.

4
3) Alkana bercabang (memiliki rantai samping)
Senyawa alkana terkadang berikatan dengan unsur lain pada salah satu atau
beberapa atom karbonnya. Unsur lain dalam rantai alkana tersebut biasa
dinamakan substituen. Jenis substituen alkana yang sering dijumpai yaitu gugus
alkil. Gugus alkil adalah alkana yang kehilangan 1 atom H. Penamaannya sama
dengan alkana, hanya akhirannya diubah menjadi -il. Rumus umumnya CnH2n+1.
Tabel berikut menyajikan deret gugus alkil.

Tabel 2. Gugus Alkil

Jika alkana memiliki rantai samping maka penamaannya mengikuti aturan sebagai
berikut.

1. Rantai terpanjang merupakan rantai utama.

2. Rantai utama diberi nomor mulai dari ujung rantai yang memiliki
substituen.

3. Urutan penulisan nama : nomor cabang, nama cabang, nama alkana rantai
utama.

4. Jika terdapat gugus metil pada atom C nomor 2, nama alkana diberi
awalan iso.

5
5. Jika alkana memiliki cabang yang sama lebih dari satu, nama cabang
digabung menjadi satu dan diberi awalan di-(jumlah cabang ada dua), tri-
(jumlah cabang ada 3), tetra-(jumlah cabang ada empat).

6. Jika alkana memiliki cabang yang berbeda, penulisan nama diurutkan


berdasarkan urutan abjad.

Isomer alkana
Isomer adalah suatu senyawa yang memiliki rumus molekul sama, namun
rumus strukturnya berbeda. Senyawa alkana paling rendah yang dapat memiliki
isomer yaitu butana (C4 H10).

Sifat-sifat alkana
1) Sifat fisis

a. Alkana merupakan senyawa nonpolar.

b. Bentuk alkana rantai lurus pada suhu kamar berbeda-beda.

c. Semakin banyak jumlah atom karbon, semakin tinggi titik didihnya.

d. Adanya rantai cabang pada senyawa alkana menurunkan titik didihnya.

e. Larut dalam pelarut nonpolar (CCl4) atau sedikit polar (dietil eter atau
benzena) dan tidak larut dalam air.

f. Alkana lebih ringan dari air.

2) Sifat kimia

a. Alkana dan sikloalkana tidak reaktif, cukup stabil apabila dibandingkan


dengan senyawa organik lainnya. Oleh karena kurang reaktif, alkana
kadang disebut paraffin (berasal dari bahasa Latin: parum affins, yang
artinya "afinitas kecil sekali").

6
b. Alkana dapat bereaksi dengan halogen, salah satu atom H diganti oleh
halogen. Reaksi dengan halogen tersebut dinamakan reaksi halogenasi dan
menghasilkan alkil halida.

Contoh: CH4 + Cl 2 CH3 Cl + HCl

c. Alkana dapat dibakar sempurna menghasilkan CO2 dan H2O.

Contoh: CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O

Deret Homolog Alkana


Deretan rumus molekul alkane (tabel di bawah) menunjukan bahwa pada
setiap anggota yang satu ke anggota yang berikutnya bertambah sebanyak CH 2.
Deret senyawa karbon yang demikian ini disebut deret homolog (deret homolog
alkana). Deret homolog alkana mempunyai sifat sifat berikut:
Mempunyai rumus umum, untuk deret homolog alkana adalah CnH2n+2.
Antara satu anggota ke anggota berikutnya mempunyai pembeda CH2.
Selisih massa rumus antara satu anggota ke anggota berikutnya adalah 14.
Semakin panjang rantai atom karbonnya, semakin tinggi titik didihnya

Tabel yang menunjukan sebagian anggota deret homolog alkana dengan beberapa
sifatnya.

Massa Wujud
Jumlah Rumus Titik Titik
Nama jenis (suhu
atom C Molekul lebur (oC) Didih (oC)
(g/cm3) kamar)
1 CH4 Metana -181,9 -163,9 0,466 Gas
2 C2H6 Etana -183,2 -88,5 0,572 Gas
3 C3H8 Propana -189,6 -42,0 0,585 Gas
4 C4H10 Butana -138,3 -0,4 0,601 Gas
5 C5H12 Pentana -129,9 36,2 0,626 Cair
6 C6H14 Heksana -94,9 69,1 0,660 Cair
7 C7H16 Heptana -90,5 98,5 0,684 Cair
8 C8H18 Oktana -56,7 125,8 0,703 Cair
9 C9H20 Nonana -50,9 150,9 0,728 Cair
10 C10H22 Dekana -29,6 174,2 0,730 Cair
11 C11H24 Undekana -25,5 196,1 0,740 Cair
12 C12H26 Dodekana -14,5 216,4 0,749 Cair
14 C14H30 Tetradekana 5,9 253,5 0,763 Cair
18 C18H38 Oktadekana 28 313,9 0,789 Padat
7
20 C20H42 Eikosana 36,9 343,9 0,789 Padat
Tabel 3. Anggota deret homolog alkana
2. Alkena

Alkena merupakan salah satu senyawa hidrokarbon alifatik yang bersifat tidak
jenuh, tetapi cukup bersifat reaktif. Istilah yang digunakan adalah tidak jenuh,
yang menandakan bahwa alkena mengandung atom hidrogen yang kurang dari
jumlah semestinya, jika dihubungkan dengan jumlah atom karbonnya.
Gugus fungsi alkena yang utama adalah adanya ikatan rangkap dua antar
karbon (C=C). Gugus fungsi ini sangat mempengaruhi reaksi pada golongan
alkena. Secara umum, reaksi yang dapat terjadi pada alkena dapat dikategorikan
menjadi dua jenis, yaitu reaksi pada ikatan rangkap dan reaksi di luar ikatan
rangkap. Reaksi alkena yang terjadi pada ikatan rangkap dinamakan reaksi adisi,
sedangkan di luar katan rangkap dinamakan reaksi substitusi.
Hidrokarbon alifatik tak jenuh dapat juga mengandung lebih dari satu ikatan
rangkap, sebagai contoh adalah senyawa alkadiena. Alkadiena adalah hidrokarbon
alifatik tak jenuh yang mengandung dua buah ikatan rangkap.

Struktur Alkena
Alkena merupakan hidrokarbon tidak jenuh dengan sebuah ikatan rangkap.
Suatu alkena mengikuti rumus umum CnH2n. Sebagai contoh adalah etena yang
mempunyai rumus molekul C2H4 dan propena yang mempunyai rumus molekul
C3H6. Inilah rumus struktur etena dan propena.
Berdasarkan teori tolakan pasangan elektron valensi (Valence Shell Electron
Pair Repulsion, VSEPR), dapat diramalkan bahwa ikatan antar karbon
membentuk sudut sekitar 120, walaupun nyatanya tidak selalu tepat demikian.
Pada gambar di atas, etena mempunyai sudut ikatan sebesar 121,7, sedangkan
sudut ikatan pada propena adalah 124,7. Besarnya sudut ikatan ini dipengaruhi
oleh besarnya gugus yang terikat oleh atom karbon yang mempunyai ikatan
rangkap. Sudut akan semakin besar jika gugus yang diikat juga semakin besar.

Sifat-sifat Alkena
Sifat fisik
1. Pada suhu kamar, tiga suku yang pertama adalah gas, suku-suku
berikutnya adalah cair dan suku-suku tinggi berbentuk padat. Jika cairan

8
alkena dicampur dengan air maka kedua cairan itu akan membentuk
lapisan yang saling tidak bercampur. Karena kerpatan cairan alkena lebih
kecil dari 1 maka cairan alkena berada di atas lapisan air.
2. Dapat terbakar dengan nyala yang berjelaga karena kadar karbon alkena
lebih tinggi daripada alkana yang jumlah atom karbonnya sama.

Rumus
Titik
Nama alkena Molekul Mr leleh Titik didih Kerapatan Fase pada

(oC) (0C) (g/Cm3) 250C

C2H4 28 -169 -104 0,568 Gas


Etena
C3H6 42 -185 -48 0,614 Gas
Propena
C4H8 56 -185 -6 0,630 Gas
1-Butena
C5H10 70 -165 30 0,643 Cair
1-Pentena
C6H12 84 -140 63 0,675 Cair
1-Heksena
C7H14 98 -120 94 0,698 Cair
1-Heptena
C8H16 112 -102 122 0,716 Cair
1-Oktena
C9H18 126 -81 147 0,731 Cair
1-Nonesa
C10H20 140 -66 171 0,743 Cair
1-Dekena

Tabel 4. Beberapa sifat fisik alkena

Sifat kimia
Sifat khas dari alkena adalah terdapatnya ikatan rangkap dua antara dua buah
atom karbon. Ikatan rangkap dua ini merupakan gugus fungsional dari alkena
sehingga menentukan adanya reaksi-reaksi yang khusus bagi alkena, yaitu adisi,
polimerisasi dan pembakaran.

9
Alkena dapat mengalami adisi Adisi adalah pengubahan ikatan rangkap (tak
jenuh) menjadi ikatan tunggal (jenuh) dengan cara menangkap atom/gugus lain.
Pada adisi alkena 2 atom/gugus atom ditambahkan pada ikatan rangkap C=C
sehingga diperoleh ikatan tunggal C-C. Beberapa contoh reaksi adisi pada alkena:

a. Reaksi alkena dengan halogen (halogenisasi)

Gambar 2. Halogenisasi

b. Reaksi alkena dengan hidrogen halida (hidrohalogenasi) Hasil reaksi antara


alkena dengan hidrogen halida dipengaruhi oleh struktur alkena, apakah
alkena simetris atau alkena asimetris. Alkena simetris : akan menghasilkan
satu haloalkana.

Gambar 3. Hidrohalogenasi

Reaksi alkena dengan hidrogen (hidrogenasi)


1. Reaksi ini akan menghasilkan alkana.

Gambar 4. Alkana

10
2. Alkena dapat mengalami polimerisasi. Polimerisasi adalah penggabungan
molekul-molekul sejenis menjadi molekul-molekul raksasa sehingga rantai
karbon sangat panjang. Molekul yang bergabung disebut monomer,
sedangkan molekul raksasa yang terbentuk disebut polimer.

Gambar 5. Polimerisasi

3. Pembakaran alkena (reaksi alkena dengan oksigen) akan menghasilkan


CO2 dan H2O.

Kegunaan Alkena

Dapat digunakan sebagai obat bius (dicampur dengan O2)

Untuk memasakkan buah-buahan

bahan baku industri plastik, karet sintetik, dan alkohol

3. Alkuna

Alkuna adalah hidrokarbon yang mengandung satu ikatan rangkap tiga di


antara dua atom karbon. Catat bahwa akhir nama masing-masing adalah -una.
Akhiran ini menunjukkan adanya rangkap tiga di dalam molekul. Rumus umum
untuk alkuna ini adalah CnH2n-2. Alkuna juga merupakan contoh dari deret
homolog.
Alkuna secara khusus ditandai dengan adanya ikatan rangkap tiga antara dua
atom karbon. Kebanyakan ikatan kimia adalah ikatan tunggal, yang berarti terdiri
dari dua ikatan elektron. Ikatan rangkap tiga, di sisi lain, terdiri dari enam ikatan

11
elektron. Seperti kebanyakan hidrokarbon, banyak alkuna adalah molekul organik
penting yang sering dipelajari dalam kimia organik.
Salah satu perhatian utama penelitian kimia organik adalah upaya mensintesis
senyawa organik baru yang melibatkan sintesis alkuna. Alkuna seperti acetylene,
misalnya, umum digunakan sebagai bahan bakar atau dapat berfungsi sebagai titik
awal untuk menurunkan senyawa lain. Terdapat beberapa obat-obatan yang juga
memiliki komponen alkuna seperti obat antijamur, antivirus, atau obat
kontrasepsi.
Alkuna juga merupakan bagian sangat penting dari beberapa agen
antitumor.Kompleks yang sangat-reaktif yang dikenal sebagai calicheamicins
terdiri dari komponen organik dan alkuna yang mampu langsung menyerang DNA
sel kanker. Alkuna disebut sebagai hidrokarbon tak jenuh karena karbon dalam
sebuah alkuna tidak terikat dengan tiga atom hidrogen.

Ciri-ciri alkuna
Hidrokarbon tak jenuh mempunyai ikatan rangkap tiga
Sifat-sifatnya menyerupai alkena, tetapi lebih reaktif
Pembuatan : CaC2 + H2O C2H2 + Ca(OH)2
Sifat-sifat :
Suatu senyawaan endoterm, maka mudah meledak
Suatu gas, tak berwarna, baunya khas
Penggunaan etuna :
Pada pengelasan : dibakar dengan O2 memberi suhu yang tinggi (
3000oC), dipakai untuk mengelas besi dan baja
Untuk penerangan
Untuk sintesis senyawa lain

Sifat Fisika Alkuna


Sifat fisis alkuna, yakni titik didih mirip dengan alkana dan alkena. Semakin
tinggi suhu alkena, titik didih semakin besar. Pada suhu kamar, tiga suhu pertama
berwujud gas, suhu berikutnya berwujud cair sedangkan pada suhu yang tinggi
berwujud padat.

Sifat Kimia Alkuna

12
Adanya ikatan rangkap tiga yang dimiliki alkuna memungkinkan terjadinya
reaksi adisi, polimerisasi, substitusi dan pembakaran.
1. Reaksi adisi pada alkuna:
Reaksi alkuna dengan halogen (halogenisasi)
Reaksi alkuna dengan hidrogen halida
Reaksi alkuna dengan hidrogen
2. Polimerisasi alkuna
3. Substitusi alkuna Substitusi (pengantian) pada alkuna dilakukan dengan
menggantikan satu atom H yang terikat pada C=C di ujung rantai dengan atom
lain.
4. Pembakaran alkuna Pembakaran alkuna (reaksi alkuna dengan oksigen) akan
menghasilkan CO2 dan H2O.

Tata Nama Alkuna


Aturan pemberian nama pada alkuna adalah sebagai berikut.
Rantai utama dipilih rantai terpanjang
Atom C yang mengandung ikatan rangkap pada rantai utama diberi nomor
sekecil mungkin. Contoh : 1CH2C3CH24CH3
Bila rantai alkena bercabang, penomoran
Dimulai dari ujung yang paling dekat dengan cabang, nama cabang di
dahulukan. contoh : 3-metil-2-butuna, 3-etil-4-metil-1-pentuna
Jika suku alkuna mempunyai dua ikatan rangkap atau lebih, maka
namanya diberi awalan sesuai jumlahnya (2=diuna, 3= triuna, dan
seterusnya), 3-metil-1,4-pentadiuna

ISOMER
Isomer pada suku alkuna terjadi karena perbedaan letak ikatan rangkap 3
(isomer posisi)dan adanya cabang pada rantai utama(isomer rantai)
Contoh : Isomer pada pentuna (C5H8)
Posisi:
Isomer Posisi
CHCCH2CH2CH3 --> 1-pentuna
CH3CCCH2CH3 --> 2-pentuna

Isomer rantai
CHCCHCH3 --> 3-metil-1-butuna

13
........I
.......CH3

Manfaat alkuna dalam kehidupan


1. Gas asetilena (etuna) digunakan untuk bahan bakar las. Ketika asetilena
dibakar dengan oksigen maka dapat mencapai suhu 3000 C. Suhu tinggi
tersebut mampu digunakan untuk melelehkan logam dan menyatukan
pecahan-pecahan logam.
2. Asetilena terklorinasi digunakan sebagai pelarut. Asetilena klorida juga
digunakan untuk bahan awal pembuatan polivinil klorida (PVC) dan
poliakrilonitril.
3. Karbanion alkuna merupakan nukleofil yang sangat bagus dan bisa digunakan
untuk menyerang senyawa karbonil dan alkil halida untuk melangsungkan
reaksi adisi. Dengan demikian sangat penting untuk menambah panjang rantai
senyawa organik.

A. Hidrokarbon Aromatik

Senyawa aromatik adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan tunggal dan ikatan
rangkap diantara atom-atom karbonnya .Benzena adalah senyawa organik dengan
rumus molekul C6H6. Benzena tersusun atas 6 buah atom karbon yang bergabung
membentuk sebuah cincin, dengan satu atom hidrogen yang terikat pada masing-masing
atom. Karena hanya terdiri dari atom karbon dan hidrogen, senyawa benzena dapat
dikategorikan ke dalam hidrokarbon.
Benzena merupakan salah satu jenis hidrokarbon aromatik siklik dengan ikatan pi
yang tetap. Benzena adalah salah satu komponen dalam minyak bumi, dan merupakan
salah satu bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang penting dalam dunia
industri. Karena memiliki bilangan oktan yang tinggi, maka benzena juga salah satu
campuran penting pada bensin. Benzena juga bahan dasar dalam produksi obat-obatan,
plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena adalah kandungan alami
dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya yang terdapat
dalam minyak bumi. Karena bersifat karsinogenik, maka pemakaiannya selain bidang
non-industri menjadi sangat terbatas.

14
Gambar 6. Cincin Benzena

Sebuah cincin benzena adalah struktur molekul yang dibuat ketika enam atom
karbon terhubung satu sama lain dalam sebuah cincin terkait. Setiap atom karbon
memiliki empat elektron; dua elektron bergabung dengan atom karbon tetangga,
sementara salah satu pergi ke atom hidrogen. Yang keempat adalah apa yang dikenal
sebagai elektron terdelokalisasi, yang berarti bahwa itu tidak terlibat langsung dengan
atom tertentu. Cincin Benzena sering diambil sebagai bentuk heksagonal dengan
lingkaran di tengah untuk mewakili elektron terdelokalisasi. Benzena terjadi menjadi
bentuk yang sangat beracun dari hidrokarbon aromatik.
Ketika cincin benzena berhubungan, mereka dapat membentuk berbagai zat,
termasuk apa yang disebut hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH), atau hidrokarbon
poliaromatik. Mereka diciptakan melalui pembakaran tidak sempurna, itulah sebabnya
mereka begitu luas di lingkungan alam. Kebanyakan fasilitas manufaktur, misalnya,
penggunaan pembakaran dalam operasi mereka, berpotensi menghasilkan sejumlah
besar PAH. Beberapa PAH sangat beracun, yang dapat menyebabkan masalah serius
ketika mereka telah disimpan dalam jumlah massal oleh aktivitas manusia.

Gambar 7. Silena (Xylene) adalah contoh hidrokarbon aromatik

15
Hidrokarbon aromatik mungkin juga dikenal dalam bentuk singkatan dari AH
atau sebagai arena. Berbagai macam senyawa diklasifikasikan sebagai arena, dan
potensi mereka untuk merugikan didasarkan pada struktur molekul mereka. Banyak
orang pasti berinteraksi dengan berbagai zat ini setiap hari tanpa menyadari hal itu dan,
tergantung pada gaya hidup dan aktivitas individu, ia juga dapat terkena arena yang
berbahaya, seperti benzopyrene, PAH yang ditemukan dalam asap tembakau dan tar.

Sifat Fisik:

Zat cair tidak berwarna

Memiliki bau yang khas

Mudah menguap

Tidak larut dalam pelarut polar seperti air air, tetapi larut dalam pelarut yang
kurang polar atau nonpolar, seperti eter dan tetraklorometana

Titik Leleh : 5,5 derajat Celsius

Titik didih : 80,1derajat Celsius

Densitas : 0,88

Sifat Kimia:

Bersifat kasinogenik (racun)

Merupakan senyawa nonpolar

Tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar dengan menghasilkan banyak jelaga

Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi.

Kegunaan Benzena dan Senyawa Turunan Benzena dalam Kehidupan

1. Benzena digunakan sebagai pelarut.

16
2. Benzena juga digunakan sebagai prekursor dalam pembuatan obat, plastik,
karet buatan dan pewarna.

3. Benzena digunakan untuk menaikkan nilai oktan bensin.

4. Benzena digunakan sebagai pelarut untuk berbagai jenis zat. Selain itu benzena
juga digunakan sebagai bahan dasar membuat stirena (bahan membuat sejenis
karet sintetis) dan nilon66.

5. Asam Salisilat: adalah nama lazim dari asam ohidroksibenzoat. Ester dari
asam salisilat dengan asam asetat digunakan sebagai obat dengan nama aspirin
atau asetosal.

6. Asam benzoat digunakan sebagai pengawet pada berbagai makanan olahan.

7. Anilina: merupakan bahan dasar untuk pembuatan zat-zat warna diazo. Reaksi
anilina dengan asam nitrit akan menghasilkan garam diazonium, dan proses ini
disebut diazotisasi.

8. Toluena: kegunaan toluena yang penting adalah sebagai pelarut dan sebagai
bahan baku pembuatan zat peledak trinitrotoluena (TNT).

9. Stirena: jika stirena mengalami polimerisasi akan terbentuk polistirena, suatu


jenis plastik yang banyak digunakan untuk membuat insulator listrik,
bonekaboneka, sol sepatu, serta piring dan cangkir.

10. Benzaldehida: digunakan sebagai zat pengawet serta sebagai bahan baku
pembuatan parfum karena memiliki bau yang sedap.

11. Natrium Benzoat: seperti asam benzoat, natrium benzoat juga digunakan
sebagai bahan pengawet makanan dalam kaleng.

12. Fenol: fenol (fenil alkohol) dalam kehidupan sehari-hari lebih dikenal dengan
nama karbol atau lisol, dan dipergunakan sebagai zat disinfektan (pembunuh
bakteri) karena dapat menyebabkan denaturasi protein.

17
Syarat-syarat Aromatisitas

Molekul harus berbentuk siklik.

Setiap atom pada cincin tersebut harus mempunyai orbital pi, membentuk
sistem berkonjugasi.

Molekul haruslah planar.

Jumlah elektron pi molekul haruslah ganjil dan memenuhi kaidah Huckel:


(4n+2) elektron pi.

Cincin Aromatik
Cincin aromatik sederhana
Cincin aromatik sederhana, juga dikenal sebagai arena sederhana atau
senyawa aromatik sederhana, merupakan senyawa organik aromatik yang hanya
terdiri dari struktur cincin planar berkonjugasi dengan awan elektron pi yang
berdelokalisasi. Banyak senyawa cincin aromatik sederhana yang mempunyai nama
trivial. Biasanya, ia ditemukan sebagai substruktur molekul-molekul yang lebih
kompleks. Senyawa aromatik sederhana yang umumnya ditemukan adalah benzena
dan indola.
Cincin aromatik sederhana dapat berupa senyawa heterosiklik apabila ia
mengandung atom bukan karbon. Ia dapat berupa monosiklik seperti benzena,
bisiklik seperti naftalena, ataupun polisiklik seperti antrasena. Cincin aromatik
monosiklik sederhana biasanya berupa cincin beranggota lima, seperti pirola, ataupun
cincin beranggota enam, seperti piridina.
Cincin aromatik heterosiklik
Cincin aromatik yang mengandung atom nitrogen dapat dibedakan menjadi
cincin aromatik basa dan cincin aromatik non-basa.

Pada cincin aromatik basa, pasangan menyendiri elektron bukanlah bagian


dari sistem aromatik cincin tersebut. Pasangan menyendiri ini
bertanggungjawab terhadap kebasaan basa ini. Dalam senyawa-senyawa ini,
atom nitrogen tidak berikatan dengan atom hidrogen. Contoh cincin aromatik
basa adalah piridina dan kuinolina. Beberapa cincin bisa saja mengandung

18
atom nitrogen basa dan non-basa secara bersamaan, misalnya imidazola dan
purina.

Pada cincin non basa, pasangan menyendiri elektron atom nitrogen


berdelokalisasi dan berkontribusi terhadap sistem aromatik elektron pi. Dalam
senyawa ini, atom nitrigen berikatan dengan atom hidrogen. Contoh cincin
aromatik non-basa ini adalah pirola dan indola.

Pada cincin aromatik yang mengandung atom oksigen dan sulfur, satu dari dua
pasangan elektron heteroatom tersebut berkontribusi terhadap sistem aromatik
senyawa

B. Jenis-jenis Gugus Fungsional


1. Alkil Halida
Alkil halida adalah turunan hidrokarbon dimana suatu atau lebih hidrogennya
diganti dengan halogen. Hampir setiap hidrogen dalam hidrokarbon dapat diganti
dengan halogen, bahkan ada senyawa hidrokarbon yang semua hidrogennya telah
diganti. Senyawa terflorinasi sempurna yang dikenal sebagai florokarbon, cukup
menarik karena kestabilannya pada suhu tinggi.
R-X sering digunakan sebagai notasi umum untuk organik halida, R
menandakan suatu gugus alkil dan X untuk suatu halogen. Konfigurasi elektron dalam
keadaan dasar untuk halogen adalah sebagai berikut:

F : 1s2 2s2 2p5


Cl : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
Br : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p5
I : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6 4d10 5s2 5p5

Ingat bahwa setiap halogen berelektronegativitas tinggi dan hanya kekurangan


satu elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Oleh karena itu dapat diharapkan
halogen membentuk ikatan kovalen tunggal atau ionik yang stabil.
Metil fluorida, klorida, bromida, dan iodida masing-masing terbentuk oleh
tumpang tindih orbital sp3 karbon dengan 2p flor, 3p klor, 4p brom, dan 5p iod. Kekuatan
ikatan C menurun dari metil fluorida ke metil iodida, karena ikatan lebih efisien antara
orbital-orbital yang mempunyai bilangan kuantum utama yang sama, dan efisiensinya
menurun dangan meningkatnya perbedaan bilangan kuantum utama. Ikatan semakin
lemah jika jari-jari atom semakin besar.

Tata Nama

19
Halida sederhana umumnya dinamai sebagai turunan hidrogen halida.
Sistem IUPAC menamai halida sebagai halo turunan hidrokarbon. Dalam
nama umum, awalan n-. Sek- (s-) dan ter- (t-) secara berturut-turut
menujukkan normal, sekunder, dan tersier.
CH3F CH3CH2Cl CH3CHCH3

Cl
Fluorometana Kloroetana 2-kloropropana
(Metil Fluorida) (etil klorida) (isopropil iodida)

CH3 CH3 Br

CH3CCH3 CH3CCH2Br

Br CH3
2-bromo-2-metilpropana 1-bromo-2,2- bromosiklobutama
(t-butil bromida) dimetilpropana (siklobutil bromida)
(Neopentil bromida)

Dengan sistem IUPAC, penamaan semua senyawa yang hanya mengandung


fungsi univalensi dapat dinyatakan dengan awalan fungsi itu sendiri diikuti dengan
nama hidrokarbon induk, penomoran sekecil mungkin harus dipatuhi.
H3C CH3

H3C CH CH3

CH3CH2CCH2CHCH2CH2CCH3
9 8 7 6 5 4 3 2 1

Br Cl
7-Bromo-2-kloro-5-isopropil-2,7-dimetilnonana

Sering terjadi dalam penamaan umum, hidrokarbon dipandang sebagai gugus.

CH2Cl2 ICH2CH2CH2CH2I
Diklorometana 1,4-Diiodobutana
(Metilen klorida) (Tetrametilen iodida)
Istilah geminal (gem-) (latin geminus, kembar) dan vicinal (vic-) (latin
vinicus, tetangga) kadang digunakan untuk memperlihatkan posisi relatif subtituein
sebagai geminal untuk posisi 1,1 dan vinical untuk posisi 1,2.

CH3CHBr2 BrCH2CH2Br
1,1-dibromoetana 1,2-dibromoetana
(gem-dibromoetana) (vic-dibromoetana)

20
Sifat Fisik Alkil Halida
Sifat fisik beberapa alkil halida di berikan dalam tabel 1 berikut.
Kebanyakan alkil halida cair,dan pada umumnya bromida,iodida,dan
polihalida mempunyai kerapatan lebih besar daripada 1. Alkil halida larut
dalam air,tetapi dapat saling melarutkan dengan hidrokarbon cair.

Tabel 5. Sifat Fisik Alkil Halida

Nama Senyawa Rumus TI(0C) Td(0C) Kerapatan


(cair)
Metil fluorida CH3F -142 -79 0,877
Metil klorida CH3Cl -97 -23,7 0,920
Metil bromida CH3Br -93 4,6 1,732
Metil iodida CH3I -64 42,3 2,279
Etil klorida CH3CH2Cl -139 13,1 0,910
Etil bromida CH3CH2Br -119 38,4 1.430
n-propil klorida CH3CH2CH2Cl -123 46,4 0,890
isopropyl klorida (CH3)2CHCl -117 36,5 0,860
n-butil bromida CH3(CH2)3Br -112 101,6 1,275
Isobutil bromida (CH3)2CHCH2Br -120 91,3 1,250
Sec-Butil bromida CH3CH2CHBrCH3 -112 68 1,259
t-Butil bromida (CH3)CBr -20 73,3 1,222
n-oktadekil bromida CH3(CH2)17Br 34 170/0,5

Reaksi Alkil Halida


Alkil halida paling banyak ditemui sebagai zat antara dalam sintesis. Dapat
dengan mudah di ubah ke dalam berbagai jenis senyawa lain, dan dapat diperoleh
melalui banyak cara.
Reaksi alkil halida yang banyak itu dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok; (1) reaksi subtitusi dan (2) reaksi eliminasi. Reaksi subtitusi adalah
penggantian gugus halogen oleh nukleofil, sedangkan reaksi eliminasi adalah
reaksi pembentukan ikatan rangkap dengan pelepasan halogen.

Subtitusi Nukleofilik

21
Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida-
sp3 yang mengikat halogen (X), menyebabkan pengusiran halogen tersebut dan
digantikan oleh nukleofil. Halogen yang terusir disebut gugus pergi. Nukleofil
harus mengandung pasangan elektron bebas yang digunakan untuk membentuk
ikatan baru dengan karbon. Hal ini memungkinkan gugus pergi terlepas dengan
membawa pasangan elektron yang tadinya sebagai elektron ikatan. Ada dua
persamaan umum yang dapat dituliskan :

R X + Z R Z + X

Alkilhalida nukleofil gugus pergi

Atau,

R X + Z R Z + X

Alkilhalida nukleofil gugus pergi

Contoh reaksi Subtitusi

CH3CH2Cl + NH3 CH3CH2NH3 + Cl

CH3CH2CH2CH2Br + CN CH3CH2CH2CH2CN + Br

Pada dasarnya terdapat dua mekanisme reaksi subtitusi nukleofilik,


yaitu reaksi subtitusi nukleofilik mono molekular disingkat SN1, dan subtitusi
nukleofilik bimolekuler atau SN2. Mekanisme reaksi SN1, melalui dua tahapan
yakni pembentukan ion karbonium dan penyerangan nukleofil terhadap ion
karbonium. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh substrat saja, nukleofil tidak
berpengaruh terhadap kecepatan reaksi, karenanya disebut subtitusi
monomolekular.

Tahap 1.

C X C + X

Substrat ion karbonium gugus pergi


Tahap 2.

C + Z C atau C
Z+ Z+

22
Mekanisme reaksi SN2, berjalan dengan satu tahapan. Kecepatan reaksi
dipengaruhi baik substrat maupun nukleofil, disebut subtitusi bimolekular.

Z + C X [Z C X Z ] C + X
Nukleofil substrat keadaan transisi produk g.pergi

SN1 lebih dominan berjalan terhadap alkil halida tertier, sedangkan SN 2 lebih
muda terjadi pada alkil halida primer.

Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi adalah reaksi pembentukan ikatan rangkap dengan
pelepasan halogen sebagai hidrogen halida.

CH3 CH2Cl CH2 = CH2 + HCl


Etil klorida Etena

Mekanismenya ada dua cara, yaitu reaksi eliminasi monomolekuler atau


disingkat E1
-Cl- + -H+
CH3 CH2Cl CH3 CH2 CH2=CH2

Reaksi diatas berjalan dua tahap: pertamapembentukan karbon ion dengan


pelepasan klor, kedua pembentukan etena dengan pelepasan proton. Mekanisme
lain adalah eliminasi biomolekulerdisingkat E2, berlangsug hanya satu tahap,
pelepasan hidrogen dan halogen yang berkedudukan trans terjadi serentak.

2. Alkohol
Atom oksigen yang bervalensi dua, bisa satu atau kedua valensinya berikatan
dengan karbon. Bila oksigen mengikat satu hidrogen dan satu karbon [C-O-H] atau
ditulis sebagai R-OH, maka senyawa hidroksilat ini disebut sebagai gugus fungsi
hidroksil (-OH), dan dikenal sebagai alkohol. Apabila kedua valensi dari oksigen
mengikat karbon, dikenal sebagai eter, R O R.
Bila gugus OH terikat pada atom karbon alifatik disebut alkohol alifatik dan
bila gugus OH terikat pada cincin aromatik disebut alkohol aromatik. Sifat kimia
keduanya ini berbeda.
CH3CH2OH OH
Etanol
(Alkohol alifatik) Fenol
(alkohol aromatik)
Alkohol alifatik dapat dibagi berdasarkan posisi karbon yang mengikat gugus OH: yaitu
primer (1), sekunder (2) dan tertier (3), dapat ditujukkan sebagai berikut:

23
CH3-CH2-CH2-OH CH3-CH-OH CH3

CH3 CH3 - C OH
n-propanol
(alkohol primer) sek, isopropanol CH3
(alkohol sekunder) tert., neopentanol
(alkohol tertier)

Tata Nama Alkohol


Penamaan alkohol dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: nama trival diberi nama
alkil-alkohol (alkohol sebagai nama pokok dan rantai karbonnya sebagai
substituen). Cara kedua berdasarkan nama sistematik, nama sistematik diberi akhir
ol dan posisi gugus OH diberi nomor terkecil dari ujung rantai karbon,
sebagaimana contoh berikut:

Senyawa Nama Trivial Nama sistematik


CH3OH metil alkohol metanol

CH3CHCH3 isopropil alkohol 2-propanol


OH
CH3CH2CHCH3 sek. Butil alkohol 2-butanol
OH
CH3
CH3- C OH tersier butil alkohol 2-metil-2-propanol
C

CH2OH
Benzil alkohol fenil metanol

Tata nama alkohol:

1 Rantai karbon terpanjang merupakan nama alkohol dan harus mengikat


gugus hidroksil (-OH)
2 Atom C yang mengikat OH harus mempunyai nomor serendah mungkin
3 Rantai C cabang harus diberi nomor sedekat mungkin terhadap atom C yang
mengikat gugus hidroksil (-OH)

Reaksi Alkohol
a. Reaksi alkohol dengan asam sulfat
C2H5OH + HOSO2OH C2H5OSO2H + H2O

24
b. Reaksi alkohol dengan asam karboksilat
O O
C2H5OH + CH3C CH3C O C2H5+H2O
Etanol OH etiletanoat (ester)

c. Dengan pereaksi PCl3, PCl5 dan SOCl2


3CH3OH+PCl3 3CH3Cl + H3PO3
4CH3OH+PCl5 4CH3Cl + H3PO4 + HCl
CH3OH + SOCl2 CH3Cl + HCl + SO2

d. Dehidrasi alkohol
Dehidrasi alkohol adalah reaksi pelepasn air dari alkohol menghasilkan
karbon ikatan rangkap atau alkena (reaksi eliminasi). Reaksi ini dapat
berlangsung dengan penambahan asam sulfat pekat. Dehidrasi lebih mudah
berlangsung dalam alkohol tertier kemudian alkohol sekunder dan alkohol
primer lebih sulit. Jadi reaksi ini dapat digunakan untuk membedakan
alakohol primer, alkohol sekunder dan tertier.

Reaksi Fenol
a). Rreaksi fenol dengan asil klorida
b). Reaksi fenol dengan NaOH

Isomer alkohol
Alkohol mempunyai keisomeran posisi dan isomer optik.
Contoh isomer posisi Alkohol.
OH

CH3 CH2 CH2 OH dengan CH3 CH CH3
1- propanol 2-propanol

Perbedaan Fenol dengan Alkohol


Ada dua perbedaan mendasar antara alkohol dan fenol yaitu: pertama,
bahwa fenol bersifat asam, sedangkan alkohol tidak asam, kedua gugus OH pada
alkohol alifatik dapat disubtitusi sedangkan OH pada fenol tidak dapat disubtitusi
karena terikat pada cincin aromatik.
Sifat asam dari fenol dapat dijelaskan berdasarkan konsep resonansi.
Pasangan elektron bebas dari atom oksigen tertarik kedalam inti benzene dan
berdistribusi merata keseluruh molekul, akibatnya atom oksigen bermuatan positif
dan segera melepaskan proton(asam). Lagi pula ion fenolat yang terbentuk
distabilkan oleh resonansi, sehingga reaksi cenderung ke kanan. Hal serupa tidak
terjadi pada alkohol alifatik.

25
Mekanisme elektronik tersebut dapat menggambarkan mengapa fenol
lebih bersifat asam. Alkohol alifatik, etanol misalnya tidak dapat beresonansi
sehingga sanagt sulit melepasakan proton, dan ion etoksid yang terbentuk tidak
stabil, kecendrungan reaksi kekanan sangat kecil, artinya tidak asam.

3. Eter
Bila kedua valensi atom oksigen mengikat atom karbon senyawa demikian
termasuk golongan oksida organik, yang dikenal sebagai eter dengan rumus umum R-
O-R. Banyak digunakan dilaboratorium sebagai pelarut organik dan dalam industri.
Dibanding dengan alkohol dengan berat molekul yang sama eter mempunyai titik didih
jauh lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan eter tidak dapat membentuk ikatan hidrogen
sebagai mana pada alkohol. Sebagai contoh C2H6O mempunyai isomer dengan titik
didih yang berbeda. Eter adalah senyawa karbon dimana terdapat gugus fungsi O
terikat pada dua gugus alkil yang sama atau berbeda

Contoh : CH3 O CH3 = metoksimetana (dimetil eter)

Sifat-sifat eter
1 Mudah menguap dan sukar larut dalam air
2 Sukar bereaksi sehingga sering digunakan sebagai pelarut organik
3 Dapat bereaksi dengan asam-asam halida (Hl dan HBr) membentuk
alkohol dan alkil halida

ROR+ H ROH + RX

Eter asam halida alkohol alkil halida

Gugus alkil panjang membentuk alkohol dan gugus alkil yang pendek
membentuk alkil halida

Tata Nama Eter


Ada dua macam yaitu:
1). Nama trivial menggunakan nama alkil + eter
2). Nama sistematik (geneva) menggunakan alkosi+ alkana

4. Aldehid dan Keton (Karbonil)


Aldehida dan keton adalah senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari
gugus penting didalam kimia organik, yaitu gugus karbonil C=O, semua senyawa yang
mengandung gugus fungsi ini disebut senyawa karbonil.

26
Gugus karbonil adalah gugus yang paling menentukan sifat kimia aldehid dan
keton, oleh karena itu tidaklah mengherankan jika kebanyakan sifat-sifat dari senyawa-
senyawa ini adalah mirip satu sama lainnya. Meskipun demikian, oleh karena perbedaan
gugus yang terikat pada gugus karbonil antara aldehida dan keton maka menimbulkan
adanya dua sifat kimia yang paling menonjol perbedaan dari dua senyawa tersebut, yaitu:
(a) aldehid cukup mudah teroksidasi sedangkan keton sulit; (b) aldehida lebih reaktif dari
pada keton terhadap adisi nukleofilik.

Gugus Karbonil
Ada beberapa kenyataan tentang gugus karbonil adalah sebagai berikut:
a. Atom karbon adalah hibridasi sp2 sehingga ketiga atom yang terikat padanya
terletak pada suatu bidang datar dengan besar sudut ikat adalah 120.
b. Ikatan rangkap dua karbon-oksigen terdiri atas satu ikatan sigma terbentuk
sebagai hasil tumpang tindihdari satu orbital sp2 atom karbon dengan satu
orbital sp2 atom oksigen. Sedangkan ikatan phi adalah hasil tumpang tindih
abtara satu orbital p atom karbon dengan satu orbital p atom oksigen. Dua
orbital sp2 lainnya yang ada pada atom karbon masing-masing membentuk
ikatan sigma dengan gugus/ atom lain.
c. Atom oksigennya masih memiliki dua pasang elektron bebas. (atom oksigen
dalam gugus karbomil kemungkinan adalah hibrida sp2 meskipun hal ini
masih dipertentangkan).
d. Panjang ikatan C=O adalah 1,24 A, lebih pendek dari pada ikatan C-O pada
alkohol dan eter (1,43 A),

Sifat Fisik Aldehida dan Keton


Karbonil adalah suatu gugus polar oleh karenaya aldahida dan keton
dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Namun aldehida dan keton
tidak dapat membentuk ikatan hidrogen yang kuat antara molekul-molekulnya
sendiri, karenanya senyawa karbonil mempunyai titik didih yang lebih rendah dari
pada alkohol yang berat molekulnya setara.
Melalui gugus karbonil, aldehida dan keton dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air. Oleh karenanya aldehida dan keton berberat
molekul rendah mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air. Aseton dan
asetaldehida larut sempurna dalam air pada semua perbandingan.

Sifat-sifat aldehid

1. Merupakan senyawa polar (dapat larut dalam air)

27
2. dapat direduksi oleh gas hidrogen membentuk alkohol primer.

Contoh reaksi :

CH3 CH2 CHO + H2 CH3 CH2 CH2 OH

Propanal 1 propanol

3. Dapat dioksidasi untuk membentuk asam karboksilat.

Contoh reaksi :

CH3CHO oksigen CH3COOH

etanol asam etanol

4. Dapat mereduksi CuO (larutan fehling) membentuk endapan merah Cu2O

5. Dapat mereduksi Ag2O (Tollen) membentuk cermin perak

Sifat-sifat alkanon

1. Larut dalam air

2. dapat direduksi dengan gas hidrogen menghasilkan alkohol sekunder

Contoh reaksi :

O OH

CH3 C CH3 + H2 CH3 CH CH3

Propanon 2-propanol

Reaksi-Reaksi Pada Aldehid Dan Keton


1 Adisi nukleofilik

28
Reaksi yang paling karakteristik pada senyawa karbonil adalah edisi terhadap ikatan
rangkap karbon-oksigen. Reaksi ini melibatkan serangan suatu nukleofil pada
karbon karbonil menghasilkan intermediet (species antara) tetrahedral dalam mana
oksigen mengemban muatan negatif. Spesies ini kemudian terprotonasi atau
berikatan dengan suatu asam Lewis menghasilkan produk akhir. Reaksi tersebut
dapat dikatalisis oleh asam.
2 Reaksi enol atau enolat aldehid dan keton
a Halogenasi
Reaksi dapat dipercepat dengan penambahan asam atau basa. Telah ditemukan
bahwa kecepatan halogenasi suatu keton berbanding langsung dengan konsentrasi
keton dan konsentrasi asam yang ditambahkan, tetapi tidak tergantung pada
konsentrasi atau jenis halogen yang digunakan (klor, brom, atau iod). Oleh karena
itu langkah lambat reaksi adalah langkah yang tidak melibatkan halogen, yaitu
langkah pembentukan enol. Jika halogen yang digunakan berlebihan maka dapat
terjadi trihalometil keton, yang selanjutnya pecah menghasilkan asam dan
trihalometan.
b Kondensasi Aldol
Jika suatu aldehida sederhana diolah dengan larutan basa encer akan mengaalami
reaksi kondensasi aldol. Dimungkinkan pula terjadi kondensasi campuran dari dua
aldehida yang berbeda. Sebagai contoh adalah kondensasi asetaldehida dengan
propionaldehida yang menghasilkan empat macam produk aldol.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
1 Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya
mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi
mengenai senyawaan organik disebut kimia organik.
2 Senyawa alifatik adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang
bergabung bersama dalam rantai lurus, bercabang atau cincin non-aromatik.
Senyawa ini digunakan sebagai inhibitor korosi. Hidrokarbon alkana, alkena
dan alkuna adalah senyawa alifatik, seperti asam lemak dan banyak senyawa
lainnya.
3 Senyawa aromatik adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan tunggal dan
ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya .Benzena adalah senyawa organik
dengan rumus molekul C6H6. Benzena tersusun atas 6 buah atom karbon yang
bergabung membentuk sebuah cincin, dengan satu atom hidrogen yang terikat
pada masing-masing atom.
4 Gugus fungsional adalah gugus atom yang sebagian besar bertanggung jawab
untuk perilaku kimia dari molekul induk. Molekul yang berbeda yang
mengandung sama jenis kelompok fungsional atau kelompok mengalami reaksi
yang sama.

3.2 Saran

30
DAFTAR PUSTAKA

Chang Raymond. Chemistry 10th Edition. Haigher Education

Marahalim S. 2010. Hidrokarbon Aromatik.


http://siregarmarahalim.blogspot.co.id/2010/04/hidrokarbon-aromatik.html diunduh
pada 2 April 2017

Muderawan dkk.2012. Kimia Organik II. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja

Paulinza R. 2012. Senyawa aromatik. Universitas PGRI Palembang. Palembang


http://Scrib/2012/10/senyawa aromatik-e.html diunduh pada 2 April 2017.

Suja I Wayan, Nurlita Frieda. 2000. Kimia Organik I. Universitas Pendidikan Ganesha.
Singaraja

Titianti. 2013. Senyawa Aromatik.


http://titianti.blogspot.co.id/2013/11/senyawa-aromatik.html diunduh pada 2 April 2017

31

Anda mungkin juga menyukai