Anda di halaman 1dari 60

KIMIA ORGANIK

Cabang ilmu kimia yang mempelajari senyawa karbon ialah kimia organik (organik
chemistry), meskipun kimia karbon sangat berikatan erat dengan kimia unsur-unsur anorganik
dan biokimia. Senyawa organik adalah senyawa yang terdapat dalam organisme yang sangat
bervariasi jumlah atom dan strukturnya. Setiap senyawa ini mengandung karbon sebagai unsur
utamanya.
Nama senyawa organik berasal dari kata organisme atau makhluk hidup, karena pada
mulanya diduga hanya dapat dibuat oleh organisme. Pada tahun 1878, Friederich Wholer
berhasil mensintesis urea (senyawa organik) dengan memanaskan ammonium sianat (senyawa
anorganik).

Sejak itu banyak dilakukan percobaan untuk membuat senyawa organik. Ternyata
senyawa organik selalu mengandung paling kurang satu atom karbon, tetapi kebanyakan berisi
beberapa atom karbon yang saling berikatan satu sama lain. Kemudian para ahli menganggap
bahwa nama senyawa organik kurang tepat, sehingga mengganntinya menjadi senyawa kabon.
Salah satu sifat khas senyawa organik mempunyai rumus dan struktur molekul yang
beranekaragam, bergantung pada jumlah atom karbonnya. Maka dari itu dapat didefinisikan
sebagai berikut :
Senyawa organik adalah senyawa yang strukturnya terutama ditentukan oleh atom
karbon yang saling berikatan.
Penggolongan senyawa organik dapat dibedakan menurut gugus fungsi yang
dikandungnya. Gugus fungsi (fuctional group) adalah sekelompok atom yang menyebabkan
prilaku kimia molekul induk (utama) atau kelompok yang reaktif. Molekul berbeda yang
mengandung gugus (gugus-gugus) fungsi yang sama mengalami reaksi yang serupa. Jadi dengan
mempelajari sifat-sifat khas beberapa gugus fungsi, kita dapat belajar dan memahami gugus
fungsi yang telah dikenal seperti alkohol, eter, aldehida dan keton, asam karboksilat, dan amina.

1
A. Senyawa Karbon :
Karbon merupakan unsur yang unik karena begitu banyak senyawa yang dapat
dibentuknya dan keragaman strukturnya. Karbon dapat membentuk lebih banyak senyawa
dibandingkan unsur lain sebab atom karbon tidak hanya dapat membentuk ikatan karbon-karbon
tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga, tetapi juga bisa terkait satu sama lain membentuk struktur
rantai dan cincin. Hal ini membuktikan bahwa karbon memiliki keistimewaan dalam berikatan
jika dibandingkan dengan unsur yang lain.
Berikut ini keistimewaannya :
1. Karbon dapat membuat empat ikatan kovalen tunggal yang cukup kuat dengan atom lain
(seperti CH4, CF4, dan CCl4) dengan struktur tetrahedral.
2. Satu atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengan atom karbon lain, dan dapat
pula sambung-menyambung, dan disebut rantai karbon seperti dalam C2H4 dan C5H12.

Akibatnya, atom karbon (C) dalam senyawa organik sangat bervariasi jumlahnya dari satu
sampai tak hingga.
3. Rantai karbon dalam senyawa organik dapat merupakan rantai lurus, bercabang, dan
melingkar (siklik). Contohnya :

4. Antara dua atom karbon yang berdekatan dapat terbentuk ikatan rangkap dua atau tiga
seperti dalam C3H6 dan C5H8.

2
5. Atom karbon dapat membentuk ikatan dengan atom elektronegatif lain seperti: O, N, S,
dan halogen (F, Cl, Br, I). Contohnya :

B. Rumus Senyawa Organik


Senyawa kimia memiliki tiga macam rumus kimia, yaitu rumus empiris, rumus molekul,
dan struktur molekul. Dalam senyawa organik, tidak cukup dengan hanya dinyatakan dengan
rumus empiris dan rumus molekul tetapi juga harus dinyatakan dengan struktur molekulnya.
Karena rantai karbon ada yang lurus, bercabang dan melingkar serta ada yang berikatan tunggal
dan rangkap dua atau rangkap tiga. Oleh karena itu letak cabang dan ikatan rangkap tidak hanya
dilihat dari rumus molekulnya.
Menggambar kedudukan atom dalam ruang (tiga dimensi) cukup sulit pada kertas
(dimensi dua) seperti orbital atom yang berikatan seharusnya tumpang tindih seperti CH4 dan
C2H6. Oleh karena itu digunakan agar lebih mudah digunakan sistem bola dan tongkat untuk
menggambarnya, tetapi lebih praktis digunakan sistem lambang dan garis. Jumlah ikatan kovalen
suatu atom bergantung pada jumlah elektron yang belum berpasangan. Atom yang mempunyai
lebih dari satu tangan dapat membentuk ikatan rangkap dua atau tiga, seperti O, N, dan S.

C. Hidrokarbon
Senyawa karbon dalam kimia organik terbagi dalam dua kelompok senyawa hidrokarbon
(hydrocarbon), sebab senyawa tersebut terbuat hanya dari hidrogen dan karbon. Berdasarkan
strukturnya, hidrokarbon dibagi tiga golongan utama, yaitu alifatik dan aromatik. dan derivat
oksigen dari hidrokarbon. Hidrokarbon alifatik (aliphatic hydrocarbon) tidak mengandung gugus
benzene, atau cincin benzena yaitu alkana, alkena dan alkuna dan hidrokarbon aromatik
(oromatik hydrocarbon) mengandung satu atau lebih senyawa benzena yaitu benzen. Sedangkan
derivat oksigen dari hidrokarbon adalah turunan hidrokarbon yang mengandung rantai karbon
atau cincin atom-atom yang diperoleh dari menggantikan satu, dua atau tiga atau hidrogen dalam
molekul hidrokarbon dengan atom oksigen atau gugus hidroksil, yaitu alkohol, eter, aldehid,
keton, fenol, dan ester.

3
1. Hidrokarbon Alifatik
Hidrokarbon alifatik dibagi menjadi alkana, alkena, dan alkuna, yaitu :
1.1 Alkana
Alkana (alkane) mempunyai rumus umum CnH2n+2, dengan n = 1, 2, . Ciri terpenting
dari molekul hidrokarbon alkana adalah hanya terdapat ikatan kovalen tunggal. Alkana dkenal
sebagai hidrokarbon jenuh (saturated hydrocarbon) karena mengandung jumlah maksimum
sebagai hidrokarbon yang dapat berikatan dengan sejumlah atom karbon yang ada. Atom karbon
yang terdapat di semua senyawa alkana dapat dianggap terhibridisasi sp3.
Berikut ini nama senyawa alkana dan rumus molekulnya berdasarkan ikatan kovalen
antara jumlah karbon dan jumlah hidrokarbon yang dimilikinya yang disebut sebagai deret
alkana:
Nama Rumus Nama Rumus
Metana CH4 Nonana C9H20
Etana C2H6 Dekana C10H22
Propana C3H8 Undekana C11H24
Butana C4H10 Dodekana C12H26
Pentana C5H12 Tridekana C13H28
Heksana C6H14 Tetradekana C14H30
Heptana C7H16 Pentadekana C15H32
Oktana C8H18 Triakontana C30H62

1.1.1 Isomer Senyawa Alkana


Isomer adalah senyawa-senyawa yang memiliki rumus molekul yang sama tetapi
memiliki rumus bangun yang berbeda. Isomer yang terjadi dalam senyawa alkana ialah C 4H10.
Butana memiliki dua kemungkinan skema ikatan yang menghasilkan isomer struktur n-butana
(n artinya normal) dan isobutana, masing-masing memiliki rumus molekul yang sama tetapi
strukturnya berbeda. Alkana mempunyai isomer struktur seperti butana digambarkan
mempunyai struktur rantai lurus atau rantai bercabang. n-Butana adalah alkana rantai lurus sebab
atom karbon dihubungkan sepanjang satu garis. Pada alkana rantai bercabang seperti isobutana,
satu atau lebih ataom karbon terikat pada sedikitnya tiga atom karbon yang lain.

4
Dalam deret alkana, dengan meningkatnya jumlah atom karbon, jumlah isomer
struktunya meningkat pula dengan cepat. Sebagai contoh, butana, C4H10, mempunyai dua
isomer; dekana, C10H22, mempunyai 75 isomer; dan alkana C30H62 mempunyai lebih dari 400
juta, atau 4 x 108 isomer yang mungkin! Sebagian besar isomer ini tidak terjadi secara alami dan
juga tidak pula pernah disintesis. Meskipun demikian, angka-angka tersebut dapat membantu
menjelaskan mengapa karbon ditemukan dalam begitu banyak senyawa dibandingkan unsur
lainnya.
Dalam senyawa isomer, walaupun memiliki rumus molekul yang sama, sifat kimia dan
sifat fisikanya berbeda. Secara eksperimen, senyawa isomer dapat dibedakan oleh titik leleh, titik
didih, rapatan, kelarutan dalam pelarut-pelarut tertentu, aktivitas kimia dan spectra absorpsinya.

1.1.2 Tata Nama Senyawa Alkana


Menurut badan dunia IUPAC (International Union pf Pure and Applied Chemistry) tana nama
senyawa alkana dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Suatu bagian alkana yang memiliki rantai lurus terpanjang dari atom karbon dipilih
sebagai senyawa induk.

2. Nama senyawa induk merupakan gabungan dari awalan yang menyatakan jumlah karbon,
plus akhiran ana untuk deret alkana. Seperti metana untuk satu atom karbon, etana
untuk dua atom karbon dan propana untuk tiga atom karbon.
3. Atom karbon rantai senyawa induk diberi nomor paling rendah sehingga menunjukkan
posisi atom hidrogen digantikan oleh atom lain atau gugus atom, seperti CH3 (metil) dan
CH2CH3 (etil), dimana menggunakan nomor yang paling dekat dengan gugus alkil
tersebut. Disebut gugus alkil karena berasal dari alkana. Jika gugus alkilnya lebih dari
satu maka pada awal gugus alkilnya ditambah awalan di- (dua), tri-(tiga), tetra (empat)
dan seterusnya diikuti nama gugus alkilnya. Penamaan ini disesuaikan dengan urutan
alfabetnya (awalan di-, tri-, dan seterusnyanya) untuk memutuskan penempatan gugus
alkil dalam senyawa induk yang posisi gugus alkilnya berbeda satu dengan yang lainnya.

5
4. Nama lengkap senyawa merupakan gabungan dari a) nama senyawa induk, b) nama
gugus alkilnya, dan c) nomor yang menunjukkan dimana gugus tersebut berada. Nomor-
nomor tersebut dipisahkan dari nama gugus alkil oleh tanda hubung. Jika dua gugus alkil
berada pada sebuah atom karbon yang sama, maka nomor itu diulang. Dna jika muncul
dua nomor atau lebih berurutan, maka keduanya dipisah dengan koma.

1.2 Sikloalkana
Alkana yang atom-atom karbonnya bergabung daam bentuk cincin dikenal sebagai
sikloalkana (cycloalkana). Sikloalkana mempunyai rumus umum CnH2n, dengan n = 3, 4, .
Sikloalkana yang paling sederhana adalah siklopropana, C3H6.

Semua C C C dalam siklopropana dan siklobutana masing-masing membentuk sudut


60 dan 90, berarti lebih kecil daripada sudut tetrahedron (109,5). Sudut orbital sp3 karbon
harus menyempit sehingga menimbulkan ketegangan. Akibatnya tumpang tindih orbital karbon
yang berikatan lebih kecil, sehingga kedua senyawa itu tidak stabil. Tetapi pada siklopentana
sudutnya ialah 108, sehingga tentu saja tidak stabil.
1.3 Alkena
Alkena (alkenes) (juga disebut olefin) mengandung sedikitnya satu ikatan rangkap dua
karbon-karbon. Alkena mempunyai rumus umum CnH2n dengan n = 2, 3, . Alkena yang paling
sederhana adalah C2H4, etilena, di mana kedua atom karbonya terhibridisasi sp2 dan ikatan
rangkap duanya terdiri dari satu ikatan sigma dan satu ikatan pi. Karena etilena adalah induk
deret homolog alkena, maka deret ini juga disebut deret etilena.

6
Berikut ini deret senyawa alkena :
Nama Rumus Nama Rumus
Etena C2H4 Dekena C10H20
Propena C3H6 Undekena C11H22
Butena C4H8 Dodekena C12H24
Pentena C5H10 Tridekena C13H26
Heksena C6H12 Tetradekena C14H28
Heptena C7H14 Pentadekena C15H30
Oktena C8H16 Triakontena C30H60
Nonena C9H18

1.3.1 Isomer Senyawa Alkena


Segmen apa saja dari suatu rantai karbon yang dihubungkan oleh ikatan tunggal, pada
hakekatnya bisa berputar bebas dengan ikatan itu sebagai sumbu putar. Rotasi mengelilingi
ikatan rangkap tidak dimungkinkan. Gugus alkil (dan atom serta gugus alin) yang terikat pada
kedua atom karbon dari suatu ikatan rangkat terbatas pada ruang-ruang tertentu dalam molekul
tersebut. Sebagai akibatnya, molekul yang mengandung ikatan rangkap dua karbon-karbon (yaitu
alkena) mungkin mempunyai isomer geometri (geometric isomer), yang mempunyai jenis dan
jumlah atom dan ikatan kimia yang sama akan tetapi susunan ruangnya berbeda.
Molekul dikloroetilena, ClHC=CHCl, dapat berupa salah satu dari kedua isomer
geometrinya yang disebut cis-dikloroetilena dan trans-dikloroetilena, dimana istilah cis berarti
bahwa dua atom tertentu (atau gugus atom) adalah saling berdekatan, dan trans berarti bahwa
kedua (atau gugus atom) berseberangan satu terhadap lainnya. Biasanya isomer cis dan trans
mempunyai sifat kimia dan sifat fisis yang berbeda. Kalor atau radiasi dengan cahaya biasanya
digunakan untuk mengubah satu isomer geometri menjadi isomer yang lainnya, suatu proses
yang disebut isomerisasi cis-trans, atau isomerisasi geometri.

7
1.3.2 Tata Nama Senyawa Alkena
Tana nama senyawa alkena hampir sama dengan tata nama senyawa alkana, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Sebagai senyawa induk ialah rantai lurus atom karbon yang terpanjang yang mengandung
ikatan rangkap.
2. Akhiran ana dari hidrokarbon alkana diganti dengan akhiran ena.
3. Posisi ikatan rangkap dinyatakan pada nomor yang paling terkecil dari atom karbon pada
senyawa induk tersebut. Nomor yang menyatakan posisi ini diletakkan di depan senyawa
induknya. Gugus alkil pada senyawa induk ditandai seperti tata nama senyawa alkana.
4. Jika suatu isomer geometris telah ditandai, nama itu dimulai dengan cis- atau trans-.

1.4 Alkuna
Alkuna (alkynes) mengandung sedikitnya satu ikatan rangkap tiga karbon-karbon. Alkuna
mempunyai rumus umum CnH2n-2, dengan n = 2, 3, . Karena asetilena adalah induk deret
homolog alkuna, deret ini juga disebut sebagai deret asetilena.
Berikut ini deret senyawa alkuna :
Nama Rumus Nama Rumus
Etuna C2H2 Dekuna C10H18
Propuna C3H4 Undekuna C11H20
Butuna C4H6 Dodekuna C12H22
Pentuna C5H8 Tridekuna C13H24
Heksuna C6H10 Tetradekuna C14H26
Heptuna C7H12 Pentadekuna C15H28
Oktuna C8H14 Triakontuna C30H58
Nonuna C9H16

8
1.4.1 Isomer Senyawa Alkuna
Seperti halnya alkana dan alkena, senyawa isomer pada alkuna tidak ditemukan hingga 4
atom karbon. Terdapat dua penataan atom karbon dan ikatan rangkap tiga yang mungkin terjadi
dalam C4H6 :
CH3CH2CCH CH3CCCH4
1-butuna 2-butuna

1.4.2 Tata Nama Senyawa Alkuna


Tata nama senyawa yang mengandung ikatan CC diakhiri dengan una. Seperti
sebelumnya nama senyawa induk ditentukan oleh banyaknya atom karbon di dalam rantai yang
terpanjang. Seperti halnya alkena, nama alkuna menandai letak ikatan rangkap tiga atom karbon-
karbon, seperti :
HC C CH2 CH3 H3C C C CH2
1-butena 2-butena
2. Hidrokarbon Aromatik
Hidrokarbon-hidrokarbon aromatik terpenting diturunkan dari benzena dan mempunyai
rumus umum CnH2n-6. Benzena (C6H6) adalah senyawa induk dari golongan besar zat organik ini.
Sifat-sifat benzena paling baik digambarkan dengan kedua struktur resonansi berikut.

Berikut ini beberapa anggota deret benzen dicantumkan dalam tabel berikut :
Hidrokarbon tipe benzena (CnH2n-6, rumus umum)
Rumus Nama
C6H6 benzena
C7H8 metilbenzena
C8H10 Etilbenzena
Dimetilbenzena (3)
C9H12 Propilbenzena (2)
Etilmetilbenzena (3)
Trimetilbenzena (3)

9
Benzena berupa molekul segienam datar dengan atom-atom karbon yang terletak pada
keenam sudutnya. Semua ikatan karbon-karbon sama panjang dan kuatnya, sama halnya dengan
semua ikatan karbon-hidrogen, dan semua sudut CCC dan HCC adalah 120. Jadi setiap atom
karbon terhibridisasi sp2; setiap atom itu membentuk tiga ikatan sigma dengan dua atom karbon
di sebelahnya dan dengan atom hidrogen.
2.1 Tata Nama Senyawa Aromatik
Untuk memudahkan penamaan hidrokarbon benzena, senyawa ini akan dibagi dalam tiga
kelas; bensena monosubstitusi, benzena terdisubstitusi dan benzena substitusi tingkat tinggi.
a. Benzena monosubstitusi.
Penamaan senyawa benzena monosubstituen, yaitu benzena dengan satu atom H yang
telah digantikan oleh atom atau gugus atom yang lain., seperti ditunjukkan di bawah ini:

Banyak benzena monosubstitusi diberi nama dengan menggabungkan nama substituen


dengan kata benzena. Untuk contoh lihat etilbenzena diatas. Namun sejumlah benzena
monosubstitusi mempunyai nama khusus yang dapat diterima dalam tatanama IUPEC. Misalnya,
nama toluena umumnya digunakan sebagai pengganti metilbenzena, dan kumena sebagai ganti
isopropilbenzena.
b. Benzena terdisubstitusikan.
Untuk benzena disubstitusi, ketiga isomer yang mungkin diberi nama dnegan
meggunakan awalan o- (orto-), m- (meta-),dan p- (para-) untuk menandai hubungan -1,2, -1,3
dna -1,4 dari substituen dalam cincin benzena.

10
Untuk dimetilbenzena digunakan nama xilena, dan ketiga isomer disebut o-xilena, m-xilena dan
p-xilena, seperti dinyatakan dalam gambar dibawah ini :

Gugus yang mengandung benzena dikurangi satu atom hidrogen (C6H5) disebut gugus fenil.
c. Benzena substitusi tingkat tinggi.
Untuk benzena terdisubtitusi dan tersubstitusi lebih banyak, haruslah digunakan sistem
penomoran. Contoh berikut ini lebih jelasnya :

.
2.2 Hidrokarbon Benzenoid Cincin Terpadu
Jika suatu hidrokarbon terdiri dari dua cincin atau lebih, dan sekurangnya sepasang cincin
bersekutukan dua karbon, maka hidrokarbon itu disebut hidrokarbon cincin terpadu. Jika
cincin-cincin benzena terpadu bersama-sama, hidrokarbon itu disebut hidrokarbon benzenoid
cincin terpadu. Berikut ini beberapa contohnya :

11
Beberapa hidrokarbon cincin terpadu yang lebih besar terdapat dalam batu bara dan
jelaga. Dua senyawa diatas benz[a] antrasena dan benzo[a] pirena dikenal sebagai karsinogen
(penyebab kanker). Benzo[a] pirena terdapat dalam asam tembakau gas buang monil, jalanan
aspal, dan bistik panggang-arang. Semua senyawa benzenoid cincin terpadu sangat stabil dan
cenderung terbentuk bila molekul organik dipanaskan pada temperatur tinggi tanpa oksigen
sehingga tidak dapat terbakar habis. Misalnya dalam membakar tembakau pada rokok, molekul
organik berenergi tinggi yang kecil diduga bergabung untuk membentuk senyawa cincin terpadu
yang stabil dan besar dalam asap dan arang yang dihasilkan. Bila banyaknya cincin terpadu
menjadi sangat besar dalam dua arah, maka akan dihasilkan struktur yang mirip grafit.

D. Derivat Oksigen dari Hidrokarbon


Hidrokarbon berlaku sebagai dasar untuk mengelompokkan semua senyawa organik.
Suatu senyawa nonhidrokarbon dianggap sebagai derivat (turunan) hidrokarbon yang
mengandung rantai karbon atau cincin atom-atom karbon yang sama. Namun hal ini terbatas
pada derivate sederhana yang diperoleh dari menggantikan satu, dua atau tiga atom hidrogen
dalam molekul hidrokarbon dengan atom oksigen atau gugus hidroksil. Adanya atom-atom atau
gugus-gugus atom menentukan sebagian besar sifat fisika dan kimia molekul tersebut. Atom atau
gugus yang paling menentukan sifat suatu zat disebut sebagai gugus fungsional. Berikut ini

12
beberapa derivat oksigen dimana atom hidrogen telah digantikan dengan gugus fungsional, di
bawah ini :
Derivat Gugus Gugus Umum* Contoh Nama*
Fungsional
Alkohol -OH ROH CH3OH Metabol
Eter -O- ROH CH3CH2OCH2CH3 Etil eter
Aldehida -C = O RO=O CH3C = O (asetaldehida)
H H H
Keton -C- R C R CH3CCH3 (aseton)
O O O
Asam -C=O RC=O CH3C=O (asam asetat)
karboksilat OH OH OH
Ester -C=O RC=O CH3C = O (etil asetat)
O- OR OCH3CH3
*Umumnya R dan R adalah gugu alkil dengan rumus CnH2n+1. Tetapi kecuali untuk alkohol R
dan R dapat berupa cincin aromatik atau cincin oromatik tersubstitusi, misalnya C6H5 atau
CH3C6H4 - . Untuk aldehida, asam karboksilat, dan ester, R dapat juga berupa H.

1. Alkohol
Derivat hidrokarbon yang molekulnya mengandung satu gugus hidroksil (-OH) atau lebih
sebagai ganti atom hidrogen dikenal sebagai alkohol. Alkohol secara sederhana diturunkan dari
alkana dan mengandung hanya satu gugus hidroksil per molekul. Senyawa ini mempunyai rumus
umum molekul ROH, dengan R ialah gugus alkil dengan susunan C nH2n+1. Alkohol yang
merupakan empat anggota pertama dan deret homolog pada tabel diatas.
a. Kelas-kelas Alkohol.
Alkohol selain methanol, dapat dikelompokkan sebagai primer, sekunder dan tersier,
bergantung pada banyaknya atom karbon yang terikat pada atom karbon yang mempunyai gugus
OH. Jika satu karbon terikat pada atom karbon ini, maka alkohol itu adalah primer; jika dua
karbon, alkohol, alkohol sekunder dan jika terikat tiga karbon, alkohol itu tersier. Alkohol primer
yang dicantumkan dalam tabel dibawah ini adalah etanol, 1-propanol, 1-butanol dan metil-1-

13
propanol. Alkohol sekundernya adalah 2-propanol dan 2-butanol. Satu-satunya alkohol tersier
dalam berikut ini ialah metal-2-propanol.
Rumus Nama
CH3OH Methanol
CH3CH2OH Etanol
CH3CH2CH2OH 1-propanol
CH3CHCH3 2-propanol
OH
CH3CH2CH2CH2OH 1-butanol
CH3CH2CHCH3 2-butanol
OH
CH3CHCH2OH Metil-1-propanol
CH3
CH3 Metal-2-propanol
CH3CCH3
OH

b. Tata Nama Senyawa Alkohol


Dibawah ini dijelaskan penamaan senyawa alkohol :
1. Rantai karbon terpanjang yang mengandung gugus hidroksil dianggap sebagai senyawa
induk
2. Akhiran a dari nama rantai karbon ini digunakan ol.
3. Letak gugus hidroksil dan gugus yang lainnya, ditunjukkan oleh nomor yang paling kecil,
dengan posisi gugus hidroksil agar memiliki nomor yang paling rendah dalam senyawa
induk tersebut.
2. Eter
Eter mengandung ikatan R-O-R, di mana R dan R adalah gugus hidrokarbon (aromatik atau
alifatik). Eter merupakan senyawa yang mempunyai dua gugus alkil, aril atau vinil yang terikat
dengan atom oksigen yang sama, dan dapat berupa rantai terbuka maupun rantai tertutup. Rumus
umum dari eter:
R O R R = alkil

14
R O Ar Ar = aril
Ar O Ar
a. Tata Nama Eter
Pemberian nama eter, yaitu dengan menyebut kedua gugus yang berikatan dengan oksigen dan
ditambah dengan eter.
Contoh :

Jika senyawa lebih kompleks, maka pemberian nama menggunakan turunan dari alkoksi.
Contohnya sebagai berikut :

3. Aldehida dan Keton


Senyawa aldehida dan keton biasa disebut dengan senyawa karbonil. Rumus umum
karbonil adalah R CO R. Gugus R dan R dapat berupa hidrogen, alifatik, atau aromatic.
Jika kedua gugus R adalah hidrogen, senyawa tersebut dinamakan formaldehida. Jika salah satu
gugus R adalah hidrogen dan yang lain alkil maka disebut senyawa aldehida, sedangkan jika
kedua gugus R adalah alkil disebut senyawa keton.
Perbedaan struktur dari aldehida dan keton menyebabkan perbedaaan sifat-sifat fisik dan kimia.
1. Aldehida lebih mudah dioksidasi dibandingkan keton.
2. Aldehida lebih reaktif terhadap reaksi adisi nukleofilik daripada keton.
Karbon dalam karbonil berikatan dengan tiga atom lainnya. Karena struktur karbonil
mempunyai hibridisasi ikatan sp2 pada atom C-karbonil, maka struktur karbonil berbentuk datar
dan mempunyai sudut ikatan 120. Orbital p yang ada pada atom karbon bertumpang tindih
dengan orbital p atom oksigen membentuk ikatan sehingga atom karbon dan atom oksigen
bergabung membentuk ikatan rangkap dua.

15
Elektron-elektron ikatan rangkap pada gugus karbonil mempunyai perbedaan kerapatan elektron
yang menyebabkan awan elektron akan lebih tertarik kearah atom yang mempunyai
keelektronegatifan yang lebih besar yaitu atom oksigen.

a. Tata Nama Senyawa Aldehida dan Keton


Aldehida diberi nama dengan menggantikan akhiran a dari senyawa alkana dengan al,
sedangkan untuk keton dengan on. Rantai utama harus mempunyai gugus fungsi CHO, dan
gugus ini diberi nomor satu. Perhatikan contoh berikut ini :

Pemberian nama aldehida yang mempunyai rantai cabang diambil sebagai turunan dari aldehida
rantau lurus. Abjad Yunani misalnya , , , , dan seterusnya digunakan untuk menunjukkan
letak cabang. Hal ini diterapkan pada pemberian nama dengan sistem trivial.

Perhatikan contoh berikut :

Untuk senyawa aldehida yang lebih kompleks dan terikat pada cincin, dipakai akhiran
karbaldehida. Contohnya, sikloheksanakarbaldehida dan 2-naftalenkarbaldehida, seperti yang
digambarkan berikut ini.

16
Hal yang sama juga berlaku untuk senyawa keton. Perhatikan struktur dan nama senyawa-
senyawa keton berikut ini.

4. Asam karboksilat
Senyawa yang mengandung gugus hidroksil disebut asam karboksilat dengan rumus RCOOH.
Nama IUPEC-nya ditunjukkan dari alkana yang diberi akhiran oat, sedangkan nama umunya
didasarkan pada nama aldehidanya yang diberi awalan asam.
Rumus IUPEC Umum
HCOOH Metanoat Asam Aormat (asam semut)
C2H5COOH Etanoat Asam Asetat (asam cuka)
CH3CH2COOH Propanoat Asam Propionat
C3H7COOH Butanoat Asam Butirat
Senyawa ini disebut asam karena dapat melepaskan proton dalam air.
RCOOH + (aq) RCOO- (aq) + H+ (aq)
Jika mengandung dua gugus karboksil senyawa disebut dikarboksilat. Contohnya :

5. Ester
Ester dapat dianggap sebagai turunan asam karboksilat dengan mengganti hidrogen gugus
hidroksilnya dengan alkil. Rumus umum ester adalah RCOOR. Nama ester dimulai dari gugus
alkil (R) dan diikuti dengan nama asam karboksilatnya.

17
Rumus IUPEC Umum
HCOOCH3 Metal metanoat Metil format
CH3COOCH3 Metil etanoat Aseil asetat
CH3COOC2H5 Etil etanoat Etil asetat
C2H3COOC2H5 Etil propanoat Etil propionat

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan asam karboksilat dengan alkohol.

Yang disebut reaksi esterifikasi (pembentukan ester).


Ester di atas disebut ester organik. Di samping itu ada pula ester anorganik, yaitu ester dari asam
anorganik (HNO3, H2SO4 dan H3PO4) dengan alkohol.

6. Amida
Bila gugus hidroksi asam karboksilat diganti dengan gugus amio (- NH2), terbentuklah senyawa
amida, dengan rumus RCONH3. Nama UIPEC-nya diturunkan dari alkana, dan nama umumnya
dari karboksilat, yang masing-masing diberi akhiran amida.
Rumus IUPEC Umum
HCONH2 Matanamida Formamida
CH3CONH2 Etanamida Asetamida
CH3CH2CH2CONH2 Butanamida Butiramida

18
7. Amina
Senyawa yang mengandung gugus amino (-NH2) disebut amina, dengan rumus umum RNH2.
Nama IUPEC dan nama umumnya adalah sebagai berikut.
Rumus IUPEC Umum
CH3NH2 Amino metana Metil amina
CH3CH2CH2NH2 1-amino propana Propil amina
CH3CHNH2CH3 2-amino propana Isopropil amina

19
BIOKIMIA
Ilmu yang meninjau organisme hidup serta proses yang terjadi di dalamnya secara kimia
disebut Biokimia. Jadi biokimia antara lain meliputi tentang susunan kimia sel, sifat senyawa
serta reaksi kimia yang terjadi dalam sel, senyawa-senyawa yang menunjang aktivitas organism
hidup serta energy yang diperlukan atau dihasilkan. Reaksi kimia yang terjadi dalam sel disebut
metabolism dan merupakan bagian penting serta pusat perhatian dalam biokimia. Para ahli
biokimia mempunyai peranan penting dalam menjawab masalah-masalah dalam bidang biologi
dengan menggunakan ilmu kimia dan teknik-teknik kimia, fisika dan biologi sebagai
perangkatnya. Dapat dikatakan bahwa biokimia menyangkut dua aspek, yaitu struktur senyawa
dan reaksi antara senyawa dalam organism hidup.
Dengan mempelajari struktur senyawa dan reaksi yang terjadi, sifat-sifat umum organism
hidup dapat dijelaskan lebih terinci. Di samping itu faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi aktifitas kehidupan dapat diketahui, sehingga dapat dihindari terjadinya dampak
lingkungan yang negatif. Sebagai contoh, protein dan asam nukleat merupakan komponen utama
dalam sel. Dengan mengetahui susunan kimia, struktur, sifat senyawa serta proses metabolisme
dalam sel, aktivitas enzim sebagai biokatalis dalam proses metabolisme. Dari contoh sederhana
ini tampak bahwa betapa pentingnya sumbangan biokimia bagi kemajuan ilmu-ilmu kehayatan.

20
PROTEIN
Protein adalah suatu biomolekul besar yang terdapat di setiap organisme, memiliki
berbagai jenis dan fungsi biologis yang berbeda-beda. Keratin adalah protein yang terdapat pada
kulit dan kuku, sedangkan fibroin adalah protein yang terdapat pada sutra dan sarang laba-laba.
Enzim polymerase DNA yang mengkatalisis sintesis DNA dalam sel juga merupakan protein.
Protein umumnya terdiri dari banyak unit asam amino yang berikatan satu dengan yang lainnya
membentuk rantai yang panjang. Sifat kimia dan sifat fisika protein ditentukan oleh asam amino
penyusunnya. Antara asam amino yang satu dengan asam amino yang lain dihubungkan degan
ikatan peptida, sehingga protein seringkali disebut dengan nama polipeptida.
Asam amino, sesuai dengan namanya merupakan senyawa yang mempunyai fungsi ganda
karena mempunyai gugus asam (COOH) maupun basa (NH2) pada struktur molekulnya. Asam
amino merupakan blok pembangun atau monomer untuk protein, asam amino terdiri dari:
gugus karboksilat
karbon di sebelah gugus karboksilat berikatan dengan gugus amino, atom hidrogen, dan rantai
samping R.
Peptida merupakan gabungan dari dua molekul asam amino atau lebih yang dihubungkan
melalui ikatan peptida. Ikatan peptida dibentuk melalui penghilangan molekul air (H2O) dari
penggabungan gugus karboksilat dari suatu asam amino yang lainnya. Bila dua asam amino
bergabung melalui ikatan peptida molekul yang terbentuk dinamakan dipeptida, bila terbentuk
dari tiga molekul dinamakan polipeptida. Peptida mempunyai panjang molekul yang bervariasi,
biasanya didapat dari hidrolisa parsial dari molekul protein. Bagian ujung dari rantai peptida
mempunyai gugus NH2 bebas, biasa dinamakan terminal amino, sedangkan ujung yang lainnya
mempunyai gugus karboksilat bebas biasa dinamakan terminal karboksilat.
Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang penting perananya dalam makhluk
hidup. Fungsi dari protein itu sendiri secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kelompok
besar, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada tingkat molekular.
Apabila tulang dan kitin adalah beton, maka protein struktural adalah dinding batu-batanya.
Beberapa protein struktural, fibrous protein, berfungsi sebagai pelindung, sebagai contoh a dan
b-keratin yang terdapat pada kulit, rambut, dan kuku. Sedangkan protein struktural lain ada juga
yang berfungsi sebagai perekat, seperti kolagen.

21
Protein memiliki struktur tiga dimensi kompleks yang dibangun dalam empat tingkatan
struktur. Tiga diantaranya (primer, sekunder, dan tersier) merupakan struktur umum, sementara
tingkatan yang ke empat (struktur kuartener) mensyaratkan protein mengandung lebih dari satu
rantai polipeptida.
Protein merupakan polimer dengan jumlah dan urutan asam amino yang spesifik. Urutan
ini diturunkan oleh kode genetik, dinamakan struktur primer, dan ini merupakan dasar untuk
pembentukan lipatan (folding) selanjutnya pada rantai protein.
Rantai protein bukanlah molekul linier : secara lokal, rantai melipat dalam cara yang
spesifik. Alfa heliks merupakan contoh untuk pelipatan yang regular. Ikatan hidrogen memegang
peranan penting dalam stabilisasi struktur sekunder ini.
Domain heliks dapat memutar lipatan sehingga membentuk struktur kompleks.
Pada mioglobin, delapan domain heliks dilipat mengelilingi grup heme pusat (pada ilustrasi,
warna hijau). Interaksi non-kovalen seperti gaya elektrostatis, ikatan hidrogen, dan interaksi
dipol-dipol berperan dalam stabilitas struktur tersier tersebut.
Protein terkadang berada di dalam sel sebagai kumpulan dua atau lebih rantai polipeptida
(sub unit) yang terlipat. Hemoglobin merupakan contoh protein yang dibentuk dari 4 rantai yang
terlipat, masing-masing struktur analog terhadap mioglobin.
Prediksi struktur tiga dimensi protein, melalui simulasi komputer yang didasarkan pada
struktur primer, masih mustahil dilakukan pada kebanyakan protein, walaupun demikian,
dimungkinkan prediksi terhadap struktur sekunder. Ketika protein dikristalkan, mungkin dapat
ditentukan struktur tiga dimensinya secara eksperimen menggunakan difraksi sinar X.
Pengetahuan tentang struktur tiga dimensi dan hubungan kereaktifan struktur protein didasarkan
pada teknik ini.
1. STRUKTUR ASAM AMINO
Protein ditemukan umumnya tersusun dari 20 macam amino, semua asam amino berada
dalam bentuk amino. Asam amino yang paling sederhana adalah asam amino asetat, yang
disebut glisina. Asam amino lainnya mempunyai rantai cabang yang terletak pada atom karbon
. Karena asam amino mempunyai dua gugus polar yang berbeda, maka asam amino
merupakan senyawa yang sangat polar.

22
Kecuali asam amino glisina, semua asam amino mempunyai pusat atom karbon yang
asimetris (stereogenik). Asam amino yang ada di alam umumnya ditemukan dalam bentuk
konfigurasi (S) atau (L) daripada bentuk (R) atau (D) pada atom karbon . (S) alanin mempunyai
konfigurasi yang sama dengan L (-)- gliseraldehida (letak asam amino di sebelah kiri atom dalam
proyeksi Fischer). Oleh karena itu, asam amino yang ditentukan di alam dikelompokkan sebagai
L asam amino.

Sifat-sifat fisik asam amino


Meskipun asam amino mempunyai dua gugus fungsi yaitu asam dan basa, namun bentuk
struktur ionnya berganutng pada pH. Jika melepaskan proton, gugus karboksilat akan
memberikan ion karboksilat, sedangkan gugus amino akan terprotonasi menjadi ion ammonium.
Keadaan struktur semacam ini disebut sebagai ion dipolar atau zwitter ion.

23
Struktur dipolar ini menjadikan asam amino mempunyai sifat yang sangat menarik, yaitu :
1. Pada umumnya asam amino berupa kristal dan terdekomposisi pada suhu tinggi
dibandingkan dengan amina dan asam karboksilat yang bersesuaian.
2. Tidak larut dalam pelarut nonpolar, tetapi larut dalam air.
3. Mempunyai momen dipole yang tinggi dibandingkan senyawa asam atau basa pada
umumnya,
4. Mempunyai sifat asam dan basa
5. Mempunyai struktur ion dipolar

2. MACAM-MACAM ASAM AMINO


Asam amino pada umumnya mempunyai satu gugus karboksialt dan satu gugus amina,
namun demikian ada beberapa asam amino yang mempunyai dua gugus karboksilat (asam
aspartat dan glutamate) dan ada yang mempunyai dua gugus amino seperti lisina, argina, dan
histidina. Asam amino dapat dikelompokkan sebagai asam amino alifatik, asam amino aromatic,
hetero asam amino dan lain-lain.
a. Asam amino alifatik
Asam amino ini hanya mempunyai satu gugus karboksilat dan satu gugus amino dan
biasa disebut asam amino netral.
1. Asam amino netral
Contoh : glisina (gly), alanin (ala), serina (ser), sisteina (cys), tirosina (tyr), metionina
(met), valina (val), leusina (leu), dan isoleusina (ile).
2. Asam amino asam
Dinamakan asam amino asam karena jelas ini mempunyai dua gugus karboksilat dan satu
gugus amino pada struktur molekulnya.

24
3. Asam amino basa
Sama halnya dengan asam amino asam, asam amino jenis ini mempunyai dua gugus
amino dan satu gugus karboksilat sehingga bersifat basa.

b. Asam amino aromatik


Asam amino jenis ini ditandai dengan adanya cincin benzena pada struktur
molekulnya, sehingga disebut dengan asam amino aromatik.

25
c. Hetero asam amino

d. Asam amino yang berasal dari sumber sumber tertentu


Beberapa asam amino di baah ini diberi nama sesuai dnegan dari mana asam amino
ini berasal.

Titik isoelektrik dan elektroforesis


Asam amino mempunyai gugus asam (COOH) dan basa (NH2), sehingga asam amino
mempunyai sifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam atau basa. Asam amino akan
bermuatan positif jika berada dalam larutan asam (pH rendah) dan bermuatan negatif dalam
larutan basa (pH tinggi).

26
Bila asam amino dalam suasan basa ditempatkan dalam medan listrik, maka asam amino
akan bergerak ke arah anoda (elektroda positif). Sebaliknya dalam suasan asam, asam amino
akan bergerak ke arah katoda (elektroda negatif). Jika berada dalam kesetimbangan berarti asam
amino berada dalam bentuk dipolar atau zwitter ion dan tidak mempunyai muatan listrik atau
muatan listriknya sama dengan nol. Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini jika dilewatkan
arus listrik tidak terjadi perpindahan dari anion atau kation ke elektroda-elektrodanya.
Konsentrasi ion hydrogen (pH) yang tidak dipengaruhi oleh medan listrik disebut titik isoelektrik
asam amino.
Setiap asam amino mempunyai pH titik isoelektrik yang bergantung pada struktur
molekulnya masing-masing (lihat Tabel 15.1). Berikut ini contoh asam amino dengan pH titik
isoelektriknya.
Asam amino asam : asam aspartat (2,8), asam glutamate (3,2)
Asam amino netral : fenilalanin (5,5), sistein (5,0), alanin (6,0)
Asam amino basa : lisin (9,7), arginin (10,8), histidin (7,6)
Karena asam amino mempunyai pH isoelektrik yang berbeda, maka campuran berbagai macam
asam amino dapat dipisahkan secara elektroforesis.
Tabel 15.1
Asam amino standar dan titik isoelektrik
Nama Simbol Struktur Gugus fungsi pada Titik
rantai samping isoelektrik
Glisin Gly Tidak ada 6,0

Alanin Ala Gugus alkil 6,0

27
*Valin Val Gugus alkil 6,0

*Leusin Leu Gugus alkil 6,0

*Isoleusin Ile Gugus alkil 6,0

*Fenilalanin Phe Gugus aromatik 5,5

Prolin Pro Struktur siklik 6,3

Serin Ser Gugus hidroksil 5,7

*Treonin Thr Gugus hidroksil 5,6

Tirosin Tyr Gugus fenolik 5,7

Sistein Cys Tiol 5,0

28
Metionin Met Sulfida 5,7

Asparagin Asn Amida 5,4

Glutamin Gln Amida 5,7

*Triptofan Trp Indol 5,9

Asam Glu Asam karboksilat 3,2


glutamat

*Lisin Lys Gugus amino 9,7

*Arginin Arg Gugus guanidin 10,8

29
*Histidin His Cincin imidazol 7,6

*asam amino esensial


Catatan : Asam amino mempunyai kelarutan yang rendah pada titik isoelektrik. Setiap asam
amino minimal mempunyai satu atom C asimetris, kecuali glisin, oleh karena itu asam amino
memutar bidang polarisasi.

3. PEMBUATAN ASAM AMINO


Asam amino alam dapa diperoleh dengan cara menghidrolisis protein, kemudian cmapuran
asam amino dipisahkan dengan berbagai macam metode pemisahan. Dalma bagian ini, asam
amino dihasilkan dengan menggunakan reaksi-reaksi standar yang sudah dikenal. Salah satu cara
yang paling umum dan sederhana untuk membuat asam amino adalah menggunakan metode
amonolisis langsung (direct amonolysis).
a. Amonolisis langsung
Metode ini merupakan metode yang sudah lama dikenal, asam amino dibuat dengan
mereaksikan brominasi karboksilat memakai Br2 dan PBr3 (reaksi Hell-Volhard-Zelinsky),
kemudian dilakukan reaksi substitusi nukleofilik dengan NH3 sehingga diperoleh produk asam
amino, seperti reaksi berikut ini.

b. Sintesis Strecker
Sintesis asam amino ini pertama kali dilakukan oleh Adolph Strecker pada tahun 1850 di
Jerman. Reaksi ini terdiri dari dua tahap, mula-mula asetaldehida ditambahkan ke dalam larutan

30
ammonia dan asam sianida, menghasilkan aminopropionitril, kemudian dihidrolisis sehingga
diperoleh 60% campuran rasemat (D,L)-alanin.
Tahap 1

Tahap 2

c. Sintesis Hell Volhard Zelinsky


Asam halogen atau ester dapat dibuat dengan memaki ester malonat.

d. Sistesis Gabriel Ftalamida


Salah satu metode sintesis asam amino yang paling baik adalah kombinasi antara sintesis
amina dari Gabriel dan sintesis ester malonat dari asam karboksilat. Sintesis ester malonat dari
Gabriel dimuai dengan ester N-ftalimido malonat, kemudian direaksikan dengan etil kloroasetat.

31
Setelah dihidrolisis dengan HCl panas, dilanjutkan dengan penambahan basa kuat (OH-)
sehingga diperoleh produk berupa asam amino aspartat.

4. IKATAN PEPTIDA DAN GEOMETRI


Peptida adalah suatu amida yang dibentuk dari sedikitnya dua molekul asam amino.
Ikatan yang terbentuk ikatan peptida. Berdasarkan jumlah asam amino yang berikatan,
dikenal adanya di, tri, tetra, dan seterusnya (polipeptida). Gugus amino dari satu asam amino
akan berikatan dengan gugus karboksilat dari asam amino yang kedua, dan gugus karboksilat
dari asam amino pertama akan berikatan dengan gugu asam amino berikutnya.

32
Perhatikan contoh gugus amida atau ikatan peptida berikut ini.

Ikatan peptida cukup stabil, kestabilan ini disebabkan adanya resonansi antara atom
nitrogen dan gugus karbonil. Nitrogen amida tidak lagi sebagai basa kuat dan ikatan C N tidak
dapat berputar bebas karena telah dibatasi oleh sifat ikatan rangkap dua.

Nama asam amino biasanya disingkat menjadi tiga huruf, misalnya asam amino alanin
menjadi ala, glisin menjadi gly, demikian seterusnya.
Ikatan gugus amida yang terdiri dari atom karbon karbonil, nitrogen dan tiga atom
hydrogen terletak dalam bidang datar yang sama (planar). Panjang ikatan antara karbon dan
nitrogen adalah 1,32 , lebih pendek dari panjang ikatan karbo dan nitrogen yang biasa (1,47 ).
Hal ini menunjukkan bahwa ikatan karbon- nitrogen pada peptida mempunyai sifat ikatan
rangkap dua. Panjang ikatan tunggal karbon karbon (C- C) adalah 1,51 . Sedangkan [panjang
ikatan rangkap dua C = C) adalah 1,33 .

33
5. MENENTUKAN ASAM AMINO DALAM PROTEIN (POLIPEPTIDA)
Hal pertama yang harus dikethui untuk menentukan struktur peptida adalah :
a) Banyak dan jenis asam amino yang ada di dalam peptida
b) Urutan asam amino dalam rantai peptidanya.
Komposisinya ditentukan dengan cara hidrolisisi (dalam larutan asam). Biasanya peptida
ditulis dengan terminal N asam amino berada di sebelah kiri dan terminal C berada di sebelah
kanan, perhatikan gambar di bawah ini

1. Metode terminal N
Metode yang efisien untuk mengetahui susunan asam amino dalam molekul protein
adalah degradasi Edman. Suatu protein (polipeptida) direaksikan dengan salah satu dari pereaksi
2,4 dinitrofluorobenzena atau fenil isosianat. Kedua pereaksi tersebut akan bereaksi dengan
gugus NH2 yang sekaligus berfungsi sebagai pelindung NH2. Proses dilanjutkan dengan hirolisis
asam. Hasil hidrolisis merupakan peptida dengan panjang rantai lebih pendek serta pereaksi yang
berikatan dengan asam amino, kemudian asam aminonya dapat diidentifikasi.
Berikut ini ditunjukkan reaksi degradasi dengan kedua pereaksi.
a) Pereaksi 2,4 dinitrofluorobenzena (DNFB)

34
b) Pereaksi fenil isotisosianat

2. Terminal C
Penggunaan pereaksi pada metode terminal C masih belum mendapatkan hasil yang
optimal. Namun demikian, jika menggunakan pereaksi enzim dapat menghasilkan
produk yang lebih baik. Enzim yang dipakai adalah karboksipeptidase. Enzim ini
hanya dapat memututskan ikatan peptida yang berdekatan dengan gugus karboksilat
(posisi pada gugus COOH).

35
6. KLASIFIKASI DAN FUNGSI PROTEIN
Protein dapat dibagi dalam dua kelas besar, yaitu fibrous protein (protein serabut) yang
tidak larut dalam air dan globular protein (protein berbentuk bundar) yang larut dalam air,
asam, basa atau garam. (karena besarnya ukuran molekul protein disebabkan oleh bentuk
molekulnya yang ditunjukkan secara umum dari namanya.
Molekul fibrous protein (protein serat) biasanya panjang seperti benang dan merentang
satu dengan lainnya membentuk fiber (serat serabut). Molekul ini membentuk banyak ikatan
hydrogen sehingga menghasilkan gaya intermolekul yang sangat kuat.
Molekul dari protein globular terjadi dari satuan-satuan ikatan peptida yang sangat
kompak dan berliipat membentuk sferoidal (bulatan). Lipatannya sedemikian rupa sehingga
bagian yang lipofilik mengarah ke bagian dalam atau menjauhi air, sedangkan bagian yang
hidrofilik (gugusan yang bermuatan) cenderung menghadap ke bagian luar ke arah
permukaan atau mendekati air. Ikatan hydrogen terjadi secara intramolekular. Contoh protein
globular adalah keratin yang terdapat ada kulit, rambut, kuku, wool, tanduk dan bulu;
kolagen pada urat daging (pada tumit); myosin pada urat atau otot; dan fibroin pada sutra.
Protein globular merupakan pembentuk dari semua enzim, hormone seperti insulin (dari
pancreas), tiroglobulin (dari kelenjar tiroid), antibodi yang mengantisipasi alergi dan
perlawanan terhadap keberadaan organism asing yang masuk ke dalam tubuh, albumin dalam
telur, hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh, serta fibrinogen yang dapat mengubah kelarutan dan menyebabkan pembekuan darah.
Kedua kelas protein dapat dibagi berdasarkan sifat-sifat fisik, terutama sifat kelarutannya
misalnya albumin (larut dalam air dan akan mengalami koagulasi bila dipanaskan), globulin
(tidak larut dalam air, larut dalam larutan garam) dan sebagainya.
Protein yang mengendap dan tidak berada dalam kesetimbangan disebut denaturasi,
biasanya disebabkan oleh pemanaan, asam atau basa kuat, atau berbagai pereaksi. Koagulasi
dari putih telur oleh pemanasan merupakan contoh denaturasi dri protein albumin.

36
ENZIM
Suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik, yang dilakukan dalam
laboratorium memerlukan suatu kondisi yang ditentukan oleh beberapa faktor seperti suhu,
tekanan, waktu dan lain-lain. Apabila salah satu kondisi tidak sesuai dengan apa yang seharusnya
dibutuhkan maka reaksi tidak dapat berlangsung dengan baik. Tuhub kita merupakan
laboratorium yang sangat rumit, sebab didalamnya terjadi reaksi kimia yang beraneka ragam.
Penguraian zat-zat yang terdapat dalam makanan kita, penggunaan hasil uraian untuk
membentuk persediaan makanan dalam tubuh serta banyak macam reaksi lain yang apabila
dilakukan dalam laboratorium atau in vitro membutuhkan keahlian khusus serta waktu yang
lama, dapat berlangsung dengan baik di dalam tubuh atau in vitro tanpa memerlukan suhu tinggi
dan dapat terjadi dalam waktu yang relative singkat. Reaksi atau proses kimia yang berlangsung
dnegan baik dalam tubuh kita ini dimungkinkan karena adanya katalis yang disebut enzim.
Enzim adalah protein yang mengkatalisis reaksi biokimia. Enzim biasanya terdapat dalam
konsentrasi yang sangat rendah di dalam sel, di mana mereka meningkatkan laju reaksi tanpa
mengubah posisi kesetimbangan. Laju reaksi ke arah produk maupun kebalikan ditingkatkan
oleh faktor yang sama.
A. Komponen-komponen Enzim
Secara kimiawi enzim tersusun atas dua bagian, yaitu bagian protein (apoenzim) dan bagian
bukan protein (gugus prostetik)
a. Apoenzim
Apoenzim merupakan bagian enzim aktif yang tersusun atas protein dan mudah berubah
(labil) terhadap faktor lingkungan, misalnya pH dan suhu.
b. Gugus prostetik
Gugus prostetik merupakan gugus yang tidak aktif, berupa unsur-unsur logam , seperti
besi (Fe2+, mangan (Mn2+), magnesium (Mg2+), atau natrium (Na2+) yang
disebut kofaktor.Gugus prostetik juga dapat berupa bahan organik bukan protein, seperti
vitamin B yang disebut Koenzim .
B. Cara Kerja Enzim
Ada dua teori yang menjelaskan kerja enzim yakni :
1. Teori Lock and Key

37
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli yang bernama Fisher. Menurutnya, enzim
bagaikan sebuah gembok, memiliki bagian yang berhubungan dengan kunci yang disebut
lubang kunci. Bagian lubang kunci ini diibaratkan sebagai sisi aktif enzim, yaitu suatu
tempat yang spesifik untuk mengikat substratnya. Substrat digambarkan sebagai sebuah
kunci. Mata kunci memiliki struktur lubang kunci pada gembok. Kunci tertentu hanya
cocok dengan gembok tertentu, artinya enzim tertentu hanya bekerja pada substrat
tertentu. Apabila sisi aktif bergabung dengan substrat maka enzim tidak aktif lagi.
Bergabungnya enzim dengan substrat membentuk kompleks enzim substrat. Kompleks
enzim substrat digambarkan sebagai gembok dimana pada lubang kuncinya terdapat
kunci. Setelah reaksi berlangsung, kompleks enzim substrat lepas dan terbentuklah
produk.
Pada sistem kerja enzim, enzim tidak pernah ikut bereaksi karena setelah terbentuk
produk, enzim akan terlepas dan dapat menjalankan fungsi enzim untuk berikatan dengan
substrat lain yang sesuai. Artinya, enzim tidak akan diubah menjadi produk atau enzim
hanya berperan sebagai perantara dalam membentuk produk. Produk tersebut berasal dari
substrat yang telah bereaksi.
2. Teori Induced Fit
Teori ini menyatakan bahwa enzim memiliki sisi aktif yang mudah menyesuaikan
dengan substratnya . Dengan kata lain, bentuk sisi aktif enzim bersifat fleksibel. Pada saat
substrat bertemu dengan enzim, maka sisi aktif enzim berubah sedemikian rupa sehingga
cocok dengaan substrat dan terbentuklah kompleks enzim substrat. Setelah terjadi reaksi
dan produk telah terbentuk, enzim akan lepas. Pada saat ini tidak menutup kemungkinan,
substrat lain bergabung dengan enzim. Pada saat itu pula enzim tidak aktif lagi.

38
KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang paling banyak terdapat di alam. Hampir
seluruh tanaman daa hewan mensisntesis dan memetabolisme karbohidrat. Karbohidrat
disintesisi dalam tanaman selama fotosintesis. Melalui proses yang kompleks, sinar matahari
mengubah CO2 dari udara dan H2O dari tanah (dengan tekanan osmosis diangkut ke hijau daun-
klorofil) menjadi glukosa. Proses ini dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti dibawah ini.

Sinar Matahari
6CO 2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
Klorofil
glukosa
Sebagian besar mikroorganisme mengoksidasi glukosa menjadi karbon dioksida, air dan
energi yang diperlukan oleh sel-selnya. Senyawa karbohidrat seperti gula dan pati (starch)
berada dalam makanan, sedangkan selulosa terdapat dalam kayu, kertas dan katun. Semuanya
merupakan karbohidrat yang mempunyai kemurnian relatif tinggi.
Glukosa merupakan karbohidrat sederhana yang pertama kali dapat dimurnikan dan
mempunyai rumus C6H12O6. Karbohidrat sering kali dianggap berasal dari karbon yang terhidrat
C6(H2O)6. Saat ini, terminasi karbohidrat yang dipakai adalah senyawa polihidroksi aldehida atau
keton dan biasa dikenal dengan nama gula (sugar).
A. Struktur
Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus fungsi yaitu gugus OH, gugus
aldehida atau gugus keton. Struktur karbohidrat selain mempunyai hubungan dengan sifat kimia
yang ditentukan oleh gugus fungsi, ada pula hubungannya dengan sifat fisika dalam hal ini
aktivitas optik.
1. Rumus Fischer
Seperti senyawa organik lainnya, molekul karbohidrat terbentuk dari rantai karbon dan
tiap karbon mengikat atom atau gugus tertentu. Apabila atom karbon mengikat atom atau gugus
tertentu, maka terbentuk sudut antara dua ikatan yang besarnya 109, sehingga antara atom
karbon dengan keempat atom atau gugus yang diikatnya akan terbentuk suatu tetrahedron dengan
atom karbon sebagai pusatnya. Apabila atom karbon mengikat empat atom atau gugus yang

39
berlainan, maka atom karbon tersebut dinamakan atom karbon asimetrik atau tidak simetrik,
karena pada molekul tersebut tidak terdapat bidang simetri.
Rumus struktur suatu senyawa antara lain dapat digambarkan dengan model bola dan
batang. Penggambaran dengan model ini sangat baik, karena dapat menunjukkan posisi atom-
atom dalam ruang. Namun model bola dan batang ini tidak praktis untuk menuliskan rumus
struktur senyawa-senyawa yang terdiri atas beberapa atom karbon seperti pada karbohidrat.
Seorang alhi kimia Emil Fischer pada tahun 1902 menemukan stereokimia dan rumus
struktur karbohidrat untuk menggambarkan struktur karbohidrat. Pada gambar dibawah ini
menunjukkan suatu contoh penggambaran model bola dan batang dengan rumus proyeksi suatu
senyawa yang sama. Yang perlu diingat ialah bahwa pada rumus senyawa ini garis-garis yang
horizontal diartikan sebagai ikatan yang terdapat di muka bidang kertas (ikatan C A dan C D)
garis vertikal diartikan sebagai ikatan yang terdapat di sebelah belakang bidnag kertas (ikatan C
B dan C E), sedangkan atom C terletak pada bidang kertas.
Jadi rumus proyeksi ini adalah proyeksi model bola dan batang pada sebuah bidang
kertas. Dengan rumus proyeksi ini dua senyawa yang merupakan pasangan enansiomer
digambarkan sebagai berikut:

Rumus struktur gliseraldehida dapat digambarkan dengan model bola dan batang maupun
dengan rumus proyeksi.

Dari rumus tersebut tampak bahwa gliseraldehida terdapat dalam dua bentuk atau konfigurasi (I
dan II) yang saling merupakan bayangan cermin. Dengan demikian bentuk I dan II merupakan
pasangan enansiomer.

40
2. Rumus Haworth
Sir Walter Norman Haworth, seorang ahli kimia Inggris yang pada tahun 1937
memperoleh hadiah Nobel untuk ilmu kimia, berpendapat bahwa pada molekul glukosa
kelima atom karbon yang pertama dengan atom oksigen dapat membentuk cincin segi enam.
Oleh karena itu ia mengusulkan penulisan rumus struktur karbohidrat sebagai betuk cincin
furan atau piran.

Berdasarkan bentuk ini maka rumus struktur glukosa yang terdapat dalam keseimbangan
antara -D-glukosa, -D-glukosa dan D-glukosa sebagai aldehida dapat dituliskan sebagai
berikut:

41
Dalam penulisan struktur karbohidrat menurut Haworth ini dianggap bahwa cincin segi
enam tersebut terletak pada sebuah bidang data dan gugus atau atom yang terikat pada atom
karbon terletak di bawah atau di atas bidang data tersebut.
Jika rumus proyeksi Fischer dibandingkan dengan rumus Haworth, maka tampak bahwa
gugus OH yang terletak di sebelah kanan atom C pada rumus Fischer, pada rumus Haworth
terdapat di sebelah bawah atom karbon. Demikian pula gugus OH yang terletak di sebelah
kiri pada rumus Fischer, terletak di sebelah atas pada rumus Haworth. Fruktosa mempunyai
struktur yang berbentuk cincin furan.

3. Aktivitas Optik
Kedua enansiomer gliseraldehida tersebut mempunyai titik lebur yang sama serta
kelarutannya dalam air pun sama pula. Demikian pula semua sifat kimia kedua enansiomer itu
sama. Perbedaan sifat antara kedua enansiomer itu ialah pada pemutaran bidang getar cahaya
terpolarisasi.
Cahaya biasa dipancarkan dalam bentuk gelombang yang tegak lurus pada arah jalan cahaya
tersebut. Apabila cahaya tersebut dipancarkan melalui kristal kalsit atau melalui prisma
polarisator, maka hanya ada satu gelombang cahaya yang mempunyai posisi tertentu yang dapat
diteruskan. Cahaya yang diteruskan ini disebut cahaya terpolarisasi.
Gelombang cahaya terpolarisasi terletak pada satu bidang yaitu bidang getar cahaya tersebut.
Apabila cahaya terpolarisasi dilewatkan pada larutan salah satu enansiomer, maka bidang
getarnya akan mengalami perubahan posisi, yaitu berputar ke arah kanan atau kiri. Proses
pemutaran bidang getar cahaya terpolarisasi disebut sebagai pemutaran cahaya terpolarisasi,
dinamakan juga rotasi optik, sedangkan senyawa yang dapat menyebabkan terjadinya pemutaran

42
cahaya terpolarisasi itu dikatakan mempunyai aktivitas optik. Oleh karena itu kedua enansiomer
ini juga disebut isomer optik.
Enansiomer yang memutar cahaya terpolarisasi ke kanan diberi tanda (+) atau d (dekstro)
sedangkan yang memutar ke kiri diberi tanda (-) atau l (levo). Jadi (+) gliseraldehida atau d-
gliseraldehida artinya gliseraldehida yang memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, sedangkan (-)
asam gliserat berarti asam gliserat yang memutar cahaya terpolarisasi ke kiri.
Besarnya sudur putar atau sudut rotasi () tergantung pada jenis senyawa, suhu, panjang
gelombang cahaya terpolarisasi dab banyaknya molekul pada jalan yang dilalui cahaya.
4. Konfigurasi Molekul
Arah putaran cahaya terpolarisasi oleh suatu senyawa atau rotasi optik merupakan sifat fisika
senyawa karbohidrat. Konfigurasi molekul sifat struktur suatu senyawa. Hubungan antara rotasi
optik dengan konfigurasi molekul ini belum dapat dijelaskan. Asam gliserat yang mempunyai
konfigurasi sama dengan (+) gliseraldehida ternyata memutar cahaya terpolarisasi ke kiri, oleh
karena itu konfigurasi (+) gliseraldehida dijadikan patokan dengan diberi D. Senyawa yang
mempunyai konfigurasi seperti (+) gliseraldehida diberi tanda D pula. Enansiomer (-)
gliseraldehida diberi tanda L, dan demikian pula senyawa lain yang mempunyai konfigurasi
seperti itu. Sebagai contoh D (-) eritrosa, D (+) treosa mempunyai struktur seperti D (+)
gliseraldehida, sedangkan L (-) treosa dan L (+) eritrosa mempunyai struktur seperti L (-)
gliseraldehida.

43
Dalam hal ini yang menjadi patokan adalah atom C asimetrik yang terjauh dari gugus fungsi.
Pada bentuk D atom C tersebut mengikat gugus OH di sebelah kanan dan atom H d sebelah kiri,
sedangkan pada bentuk L atom C asimetrik yang terjadi dari gugus fungsi mengikat gugus OH
di sebelah kiri dan atom H di sebelah kanan. Apabila kita amati rumus glukosa gambar dibawah
ini maka kita akan mengetahui bahwa rumus tersebut ialah rumus D (+) glukosa, karena atom C
asimetrik yang terjauh dari gugus aldehida mengikat gugus OH di sebelah kanan. Memang
rumus D (+) gliseraldehida tidak dapat digunakan untuk patokan dalam menentukan konfigurasi
semua senyawa. Oleh karena itu tiga orang ahli kimia Eropa, yaitu R, S Cahn, C. Ingold dan V.
Prelog mengusulkan suatu aturan untuk menentukan konfigurasi suatu senyawa, yaitu dengan
tanda R (dari rectus = kanan) dan S (dari sinister = kiri). Mereka membuat aturan tertentu guna
dapat menentukan apakah suatu senyawa termasuk konfigurasi R atau S. Apabila aturan itu
digunakan maka D (+) gliseraldehida akan dituliskan R (+) gliseraldehida. Dalam beberapa buku
kimia organik telah digunakan aturan ini.

B. Klasifikasi
Karbohidrat dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar seperti di bawah ini.
1. Karbohidrat sederhana (monosakarida)

Karbohidrat
2. Karbohidrat kompleks (disakarida, polisakarida)

Monosakarida adalah suatu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul
yang lebih sederhana lagi. Glukosa dan fruktosa termasuk dalam golongan monosakarida.
Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang terbentuk dari dua atau lebih monosakarida.
Sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari 2 molekul monosakarida. Selulosa merupakan
polisakarida karena terbeuk dari beberapa ribu molekul glukosa yang berikatan bersama-sama.
Jika dihidrolisis polisakarida akan terurai menjadi molekul-molekul monosakaridanya.
Monosakarida dapat diklasifikasikan, apakah mengandung gugus ketosa atau aldosa
1. Aldosa

Karbohidrat
2. Ketosa

44
Awalan aldo dan keto menunjukkan gugus aldehida atau keton didalam suatu sakarida,
sedangkan akirn osa menunjukkan karbohidrat. Jumlah atom arbn dalam karbohidra ditunjukkan
dengan menggunkan tri, tetra, penta, heksa dan seterusnya. Kriteria penggolongan sakarida juga
ditentukan dengan berdasarkan jumlah atom karbn asimetri pembentuknya, conthnya C-3,
gliseraldehida mempunyai satu atom C*; C-4, eritrosa mempunyai 2 atom C*; C-5, ribosa
mempunyai 3 atom C8; C-6, glukosa (aldoheksosa) mempunyai 4 atom C*; sedangkan fruktosa
(ketohehksosa) mempunyai 3 atom C*, dan banyak lagi contoh yang lain.
Glukosa adalah suatu aldoheksosa (gula aldehida beratom karbon 6), ribosa suatu
aldopentosa (gula aldehida beratom karbon 5), dan fruktosa suatu ketoheksosa (gula keton
beratom karbon 6).

1. Monosakarida
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas
beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi
lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana gliseraldehida dan
dihidroksiaseton. Gliseraldehida dapat disebut aldotriosa karena terdiri atas tiga atom dan
mempunyai gugus aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketotrioasa karena terdiri atas tiga
atom karbon dan mempunyai gugus keton. Monosakarida yang terdiri atas empat atom
karbon disebut tetrosa dengan rumus C4H8O4. Eritrosa adalah contoh aldotetrosa dan
eritrulosa adalah suatu ketotetrosa. Pentosa ialah monosakarida yang mempunyai lima atom
karbon. Contoh pentosa ialah ribosa dan ribulosa. Dari rumusnya kita dapat mengetahui
bahwa ribosa adalah suatu aldopentosa, sedangkan ribulosa adalah suatu ketopentosa.

45
Pentosa dan heksosa (C6H12O6) merupakan monosakarida yang penting dalam kehidupan.
Monosakarida yang dapat dianggap derivt D-gliseraldehida tertera pada gambar dibawah ini.
Untuk mengenal monosakarida lebih lanjut, berikut ini akan di bahas beberapa monosakarida
yang penting.
a. Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat
dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam gluosa terdapat daam buah-
buahan dan madu lebah.
b. Fruktosa
Madu lebah selain glukosa juga mengandung fruktosa. Frukrosa adalah suatu
ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan karenanya
disebut juga levulosa. Pada umumnya monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis.
Fruktosa mempunyai rasa lebih manis daripada glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu
atau sukrosa.
c. Galaktosa
Monosakarida ini jarang terdapat bebasa dalam alam. Umumnya berikatan dengan
glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai
rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat
memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan.
d. Pentosa
Beberapa pentosa yang penting di antaranya ialah arabinosa, xilosa, ribosa dan 2-
deoksiribosa. Keempat pentosa ini ialah aldopentosa dan tidak terdapat dalam keadaan
bebasa di alam. Arabiosa diperoleh dari gom arab dengan jalan hidrolisis terhadap jermai
atau kayu. Xilosa terdapat pada urin seseorang yang disebabkan oleh suatu kelanan pada
metabolisme karbohidrat. Kondisi ini disebut pentosuria. Ribosa dan deoksiribosa merupakan
komponen dari molekul asam nukleat dan dapat diperoleh dengan cara hidrolisis. Dari
rumusnya tampak bahwa deoksiribosa kekurangan satu atom oksigen dibanding dengan
ribosa.
2. Oligosakarida
Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa
molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikaan satu dengan yang lain,

46
membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang lain ialah trisakarida yaitu yang
terdiri atas tiga molekul monosakarida dna tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul
monosakarida. Oligosakarida yang paling banyak terdapat di alam ialah disakarida.
a. Sukrosa
Sukrosa ialah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu maupun dari bit.
Selain pada tebu dan bit, sukrosa terdapat pada tumbuhan lain, misalnya dalam buah nanas dan
dalam wortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa.
Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan.
b. Laktosa
Dengan hidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa, karena itu laktosa
adalah suatu disakarida. Dalam susu terdapat laktosa yang sering disebut gula susu.
Dibandingkan terhadap glukosa, laktosa mempunyai rasa yang kurang manis.
3. Polisakarida
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada
mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida.
Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida,
sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya
polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak mempunyai
rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi. Berat molekul polisakarida bervariasi dari
beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan
membentuk larutan koloid. Beberapa polisakrida yang penting di antaranya ialah amilum,
glikogen, dekstrin dan selulosa.
C. Sifat Kimia Karbohidrat
Berbeda dengan sifat fisika yang telah diuraikan, yaitu aktivitas optic, sifat kimia karbohidrat
berhubungan erat dengan gugus fungsi yang terdapat ada molekulnya, yaitu gugus OH, gugus
aldehida dan gugus keton.
1. Sifat mereduksi
Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam
suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat
maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau
keton bebas dalam molekul karbohidrat.

47
Pereaksi Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi,
juga dapat dapat direduksi reduktor lain. Pereaksi ini terdiri atas dua larutan, yaitu larutan
Fehling A dan larutan Fehling B. arutan Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan
larutan Fehling adalah larutan garam KNatartrat dan NOH dalam air. Kedua macam larutan ini
memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion CU2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang
dalam suasan basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
2 Cu+ + 2 OH- Cu2O (s) + H2O
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata,
sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0.1% endapan
yang terjadi berwarna bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya
larutan glukosa 0.1% endapan yang terjado berwarna hijau kekuningan.

Pereaksi Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kurprisulfat, natriumkarbonat dna
natriumsitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian
mengendap sebagai Cu2O. Adanya natriumkarbonat dan natriumsitrat membuat pereaksi
benedict bersifat basa lemah. Endapa yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah
bata. Warna endapan ini tergantung pada banyaknya digunakan untuk pemeriksaan glukosa
dalam urine daripada pereaksi Fehling karena beberapa alas an. Apabila dalam urine terdapat
asam urat atau kreatinin, kedua senyawa ini dapat mereduksi pereaksi Fehling tetapi tidak dapat
mereduksi pereaksi Benedict. Di samping itu pereaksi Benedict lebih peka daripada pereaksi
Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict juga lebih mudah karena hanya terdiri atas satu macam
larutan sedangkan pereaksi Fehling terdiri atas dua macam larutan.

Pereaksi Barfoed
Pereaksi ini terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan digunakan untuk
membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih
cepat daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida daripada oleh
disakarida, dengan anggapan bahwa konsentrasi monosakarida dan disakarida dalam larutan

48
tidak berbeda banyak konsentrasi monosakarida dan disakarida dalam larutan tidak berbeda
banyak. Tauber dan Kleine membuat modifikasi atas pereaksi ini, yaitu dengan jalan mengganti
asam asetat dengan asam laktat dan ion Cu+ yang dihasilkan direaksikan dengan pereaksi warna
fosfomolibdat hingga menghasilkan warna biru yang menunjukkan adanya monosakarida.
Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif. Perbedaan antara pereaksi
Barfoed dengan pereaksi Fehling atau Benedict ialah bahwa pada pereaksi Barfoed digunakan
suasana asam. Apabila karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat ini akan teroksidasi.
Gugus aldehida pada karbohidrat akan teroksidasi menjadi gugus karboksilat dan terbentuknya
asam monokarboksilat. Sebagai contoh galaktosa akan teroksidasi menjadi asam galaktonat,
sedangkan glukosa akan menjadai asam glukomat.
2. Pembentukan furfural
Dalam larutan asam yg encer, walaupun dipanaskan monosakarida umumnya stabil. Tetapi
apabila dipanaskan dengan asam kuat yg pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau
derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air
dari suatu senyawa.
3. Pembentukan osazon
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk
osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk
kristal dan titik lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat.
4. Pembentukan ester
Adanya gugus hidroksil pada karbohidrat memungkinkan terjadinya ester apabila direaksikan
dengan asam. Monosakarida mempunyai beberapa gugus OH dan dengan asam fosfat dapat
menghendakinya menghasilkan ester asam fosfat.
5. Isomerisasi
Kalau dalam larutan asam encer monosakarida dapat stabil, tidak demikian halnya apabila
monosakarida dilarutkan dalam basa encer. Glukosa dalam larutan basa encer akan berubah
sebagian menjadi fruktosa dan manosa. Ketiga monosakarida ini ada dalam keadaan
keseimbangan. Demikian pula apabila yang dilarutkan itu fruktosa atau manosa, keseimbangan
antara ketiga monosakarida akan tercapai juga. Reaksi ini dikenal sebagai transformasi Lobry de
Bruin Van Eckenstein yang berlangsung melalui proses enolisasi.

49
6. Pembentukan Glikosida
Apabila glukosa direaksikan dengan metil alcohol, menghasilkan dua senyawa. Kedua
senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya tidak memiliki sifat aldehida.
Keadaan ini membuktikan bahwa yang menjadi pusat reaksi adalah gugus OH yang terikat pada
atom karbon nomor 1. Senyawa yang terbentuk adalah suatu asetal dan disebut secara umum
glikosida. Ikatan kimia yg terjadi antara gugus metil dengan monosakarida disebut ikatan
glikosidik dan gugus OH yang bereaksi disebut gugus OH glikosidik.

50
LIPID
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau
manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid. Lipid didefinisikan
sebagai senyawa yang tak larut dalam air yang diekstrak dari organisme hidup menggunakan
pelarut yang kepolarannnya lemah atau pelarut nonpolar. Definisi ini didasarkan atas sifat fisik,
berlawanan dengan definisi protein, karbohidrat, maupun asam nukleat yang berdasarkan atas
struktur kimianya. Istilah lipid mencakup berbagai macam kelompok senyawa yang berbeda-
beda strukturnya. Adapun sifat fisika yang dimaksud ialah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena yang
sering juga disebut pelarut lemak; (2) ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya;
(3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup. Kesepakatan ini telah disetujui
oleh IUPAC sehingga berdasarkan sifat fisika tadi, lipid dapat diperoleh dari hewan atau
tumbuhan dnegan cara ekstraksi menggunakan alkohol, eter, atau pelarut lemak yang lain.
Macam senyawa-senyawa serta kuantitasnya yang diperoleh melalui ekstraksi itu sangat
tergantung pada bahan alam sumber lipid yang digunakan.
A. Penggolongan Lipid
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa golongan. Ada
beberapa cara penggolongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Beberapa golongan
berdasarkan kemiripan struktur kimianya, yaitu: (1) asam lemak, (2) lemak, (3) lilin; (4)
fosfolipid, (5) sfingolipid, (6) terpen, (7) steroid, (8) lipid kompleks.

1. Asam lemak
Struktur
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak, baik
yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam karboksilat yang mempunyai
rantai karbon panjang dengan rumus umum :

Dimana R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh dan terdiri atas 4
sampai 24 buah atom karbon. Rantai karbon yang jenuh ialah rantai karbon yang tidak
mengandung ikatan rangkap, sedangkan yang mengandung ikatan rangkap disebut rantai karbon

51
tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh dapat mengandung satu ikatan rangkap atau lebih. Asam
oleat mengandung satu ikatan rangkap. Adanya ikatan rangkap ini menunjukkan terjadinya
isomer cis-trans.

Asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam adalah isomer cis.
CH3 (CH2)2 CH = CH CH2 CH = CH (CH2)7 COOH
Asam linoleat
Asam linoleat mempunyai dua ikatan rangkap, sedangkan asam linolenat, mempunyai tiga ikatan
rangkap.
CH3 CH2 CH = CH CH2 CH = CH CH2 CH = CH (CH2)7 COOH
Asam linolenat ()
CH2 (CH2)4 CH = CH CH2 CH = CH CH2 CH = CH (CH2)4 COOH
Asam linoleat ()
Sifat fisika
Asam lemak jenuh yang mempunyai rantai karbon pendek, yaitu asam butirat dan kaproat
mempunyai titik lebur yang rendah. Ini berarti bahwa kedua asam tersebut berupa cair pada suhu
kamar. Makin panjang rantai karbon, maka makin tinggi titik leburnya. Asam palmitat dan
stearat berupa zat padat pada suhu kamar. Apabila dibandingkan dengan asam lemak jenuh, asam
lemak tidak jenuh mempunyai titik lebur lebih rendah. Asam oleat mempunyai rantai karbon
sama panjang dengan asam stearat, akan tetapi suhu kamar asam oleat berupa zat cair. Di
samping itu makin banyak jumlah ikatan rangkap, makin rendah titik leburnya. Hal ini tampak
pada titik lebur asam linoleat yang lebih rendah dari titik lebur asam oleat. Asam butirat larut
dalam air. Kelarutan asam lemak dalam air berkurang dengan bertambah panjangnya rantai
karbon. Asam kaproat sedikit larut dalam air, sedangkan asam palmitat, stearat, oleat dan linoleat
tidak larut dalam air. Asam linoleat mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil. Umumnya
asam lemak larut dalam eter atau alkohol.

52
Sifat Kimia
Asam lemak adalah asam lemah. Apabila dapat larut dalam air molekul asam lemak akan
terionisasi sebagaian dan melepaskan ion H+. Dalam hal ini pH larutan tergantung pada
konstanta keasaman dan derajat ionisasi masing-masing asam lemak.
Asam lemak dapat bereaksi dengan basa membentuk garam.
R COOH + NaOH R COONa + H2O
Garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut dalam air dan dikenal
sebagai sabun.

2. Lemak
Struktur
Suatu ester asam lemak dengan gliserol disebut lemak. Gliserol ialah suatu trihdroksi
alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus OH. Satu
molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga molekul asam lemak dalam membentuk ester,
yang disebut monogliserida, digliserida atau trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol
mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karen aitu lemak adalah suatu trigliserida. R1 COOH,
R2 COOH dan R3 COOH ialah molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga
molekul asam lemak itu boleh sama, boleh berbeda. Asam lemak yang terdapat dalam alam ialah
asam palmitat, stearat, oleat dan linoleat.

Sifat Fisika
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan, sedangkan lemak
yang berasal dari tumbuhan berupa za cair. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi
mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak cair atau yang biasa disebut minyak
mengandung asam lemak tidak jenuh.

Sifat Kimia
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini
dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang
menggunakan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu
proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan.

53
Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau
yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas.
di samping itu dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya
akan menambah baud an rasa yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan
menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan
terjadinya bau dan rasa yang tidak enak atau tengik. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi dan
adanya bakteri perusak adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan lemak.
3. Lilin
Lilin atau wax ialah ester asam lemak dengan monohidroksi alkohol yang mempunyai
rantai karbon panjang antara 14-34 atom karbon. Lilin dapat diperoleh antara lain dari lebah
madu dan dari ikan paus atau lumba-lumba. Lilin lebah dikeluarkan oleh lebah madu untuk
sarang tempat menyimpan madu. Lilin lebah adalah campuran beberapa senyawa, terutama
mirisilpalmitat. Lilin yang terdapat pada bagian kepala ikan paus atau lumba-lumba disebut
spermaseti yang sebagian besar terdiri atas setilpalmitat. Lilin tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut lemak. Oleh karena itu lilin yang terdapat pada tumbuhan berfungsi sebagai
lapisan pelindung terhadap air, misalnya terdapt pada daun dan buah. Demikian pula lilin
memegang peran penting sebagai penahan air pada binatang, misalnya domba, burung dan
serangga. Lilin tidak mudah terhidrolisis seperti lemak dan tidak dapat diuraikan oleh enzim
yang menguraikan lemak. Oleh karena itu lilin tidak berfungsi sebagai bahan makanan.
4. Fosfolipid
Fosfolipid atau fosfatidat ialah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk
ester asam fosfat. Oleh karenanya fosfolipid ialah suatu fosfogliserida. Senyawa-senyawa dalam
golongan fosfogliserida ini dapat dipandang sebagai derivate asam fosfatidat. Gugus yang
diikat oleh asam fosfatidat ini antara lain kolin, etanolamina, serin dan inositol. Dengan demikian
senyawa yang masuk fosfolipid ini ialah fosfatidilkolin, fosfatididiletanolamina, fosfatidilserin
dan fosfatidilinositol.
5. Sfingolipid
Senyawa yang termasuk golongan ini dapat dipandang sebagai derivate sfingosin atau
mempunyai struktur yang mirip, misalnya dihidrosfingosin. Seramida adalah derivate sfingosin
yang mengandung gugus asil dari asam lemak. Gugus ini terikat pada gugus amino dalam bentuk
amida. Senyawa-senyawa yang termasuk dalam kelompok ini dibedakan satu dari yang lain pada

54
asam lemak yang terdapat pada molekulnya. Seramida terdapat dalam jumlah kecil pada jaringan
tumbuhan maupun hewan.
6. Terpen
Di alam banyak terdapat senyawa yang molekulnya dapat dianggap terdiri atas beberapa
molekul isoprene (2-metilbutadiena) atau mempunyai hubungan struktural dengan isoprena.
Senyawa-senyawa tersebut dikelompokkan dalam kelompok terpen. Molekul senyawa yang
termasuk terpen ini kebanyakan terdiri atas kelipatan dari limia atom karbon. Yang termasuk
terpen antara lain ialah, sitral, pinen, geraniol, kamfer, karoten, vitamin A, fitol dan skualen
7. Steroid
Ada sejumlah besar senyaw lipid yang mempunyai struktur dasar yang sama dan dapat
dianggap sebagai derivate perhidroksiklopentanofenantrena yang terdiri atas 3 cincin
sikloheksana terpada seperti bentuk fenantrena (cincin A, B dan C) dan sebuah cincin
siklopentana yang tergabung pada ujung cincin sikloheksana tersebut (cincin D)

Senyawa-senyawa tersebut termasuk dalam suatu kelompok yang disebut steroid.


8. Lipid Kompleks
Yang termasuk lipid kompleks ialah lipid yang terdapat dalam alam bergabung dengan
senyawa lain, misalnya dengan protein atau dengan karbohidrat. Gabungan antara lipid dengan
protein disebut lipoprotein. Lipoprotein terdapat dalam plasma darah. Bagian lipid dalam
lipoprotein pada umumnya ialah trigliserida, fosfolipid atau kolesterol. Lipoprotein ini biasanya
juga diglongkan dalam protein gabungan. Oleh karena dalam lipid lipoprotein itu berbeda jenis
dan kuantitasnya, maka lipoprotein berbeda pula sifat-sifat fisiknya, misalnya berat jenis, besar
partikel dan muatan listrik. Karena perbedaan sifat fisikan ini, beberapa jenis lipoprotein dapat
dipisahkan satu dengan yang lain, misalnya dengan ultrasentrifuga atau elektroforesis.
Lipopolisakarida ialah gabungan antara lipid dengan polisakarida. Lipopolisakarida terbentuk
dalam dinding sel beberapa jenis bakteri.

55
ASAM NUKLEAT
Asam nukleat telah menjadi bahan penelitian para ahli biokimia sejak senyawa ini
diisolasi dari inti sel untuk pertama kalinya. Ada dua jenis asam nukleat yaitu DNA
(deoxyribonucleic acid) atau asam deoksiribonukleat dan RNA (ribonucleic acid) atau asam
ribonukleat. Untuk pembahasan selanjutnya akan digunakan singkatan RNA dan RNA.
A. Nukleotida dan Nuklosida
Molekul nukleotida terdiri atas nukleosida yang mengikat asam fosfat. Molekul
nukleosida terdiri atas pentosa (deoksiribosa atau ribosa) yang mengikat suatu basa (derivate
purin dan pirimidin). Jadi apabila suatu nucleoprotein dihidrolisis sempurna akan dihasilkan
protein, asam fosfat, pentose dan basa purin atau pirimidin. Rumus berikut ini akan memperjelas
hasil hidrolisis suatu nukleoprotein.

Pentosa yang berasal dari DNA ialah deoksiribosa dan yang berasal dari RNA ialah ribosa.
Adapun basa purin dan basa pirimidin yang berasal dari DNA ialah adenin, sitosin, dan
timin. Dari RNA akan diperoleh adenin, guanin, sitosin dan urasil.

B. Asam Nukleat
Asam nukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas banyak molekul nukleotida. Asam
nukleat terbagi dua yakni DNA dan RNA. Asam-asam nukleat terdapat pada jaringan tubuh
sebagai nukleoprotein, yaitu gabungan antara asam nukleat dengan protein.

C. Struktur Asam Deoksiribonukleat


Asam ini adalah polimer yang terdiri atas molekul-molekul deoksiribonukleotida yang terikat
satu dengan yang lain, sehingga membentuk rantai polinukleotida yang panjang. Basa purin yang
terdapat pada DNA ialah adenin dan guanin. Sitosin dan timin adalah basa pirimidin yang
terdapat pada asam nukleat ini. Molekul DNA yang panjang ini terbentuk oleh ikatan antara
atom C3 dengan atom C5 pada molekul deoksiribosa dengan perantaraan gugus fosfat,

56
D. Struktur Asam Ribonukleat
Asam ribonukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas molekul-molekul ribonukleotida.
Seperti DNA, asam ribonukleat ini terbentuk oleh adanya ikatan antara atom C3 dengan atom C5
pada molekul ribose dengan perantaraan gugus fosfat.
Meskipun banyak persamaan dengan DNA, RNA mempunyai beberapa perbedaan dengan
DNA yaitu :
1. Bagian pentosa RNA adalah ribose, sedangkan bagian pentosa DNA adalah deoksiribosa.
2. Bentuk molekul DNA ialah heliks ganda. Bentuk molekul RNA bukan heliks ganda,
tetapi berupa rantai tunggal yang terlipat sehingga menyerupai rantai ganda.
3. RNA mengandung basa adenine, guanin dan sitosin seperti DNA, tetapi tidak
mengandung timin. Sebagai gantinya, RNA mengandung urasil. Dengan demikian bagian
basa pirimidin RNA berbeda dengan bagian basa pirimidin DNA.
4. Jumlah guanin dalam molekul RNA tidak perlu sama dengan sitosin, demikian pula
jumlah adenin tidak harus sama dengan urasil.
Ada tiga macam RNA, yaitu tRNA (transfer RNA), mRNA (messenger RNA) dan rRNA
(ribosomal RNA). Ketiga macam RNA ini mempunyai fungsi yang berbeda-beda, tetapi
ketiganya secara bersama-sama mempunyai peranan penting dalam sintesis protein.

57
SINTESIS PROTEIN
Banyak metode yang digunakan untuk membuat senyawa peptida. Masalah yang mendasar
dalam sintesis peptida adalah bagaimana melindungi salah satu gugus yang ada dalam asam
amino. Hal yang harus dicegah adalag gugus karboksilat bereaksi dengan gugus amino dalam
asam amino yang sama, atau terjadi ikatan tetapi tidak sesuai dengan peptida yang dikehendaki.
Contohnya dalam pembuatan glisin-alanin, diperlukan teknik agar tidak terjadi reaksi gly gly
atau ala ala atau ala gly. Menggunakan gugus pelindung merupakan metode yang paling
lazim dipakai untuk mensintesis polipeptida.
Teknik membuat ikatan peptida dari gly ala dan menghindari terjadinya campuran-
campuran seperti di atas adalah dengan memblokir gugus tertentu, sehingga dapat menghasilkan
ikatan peptida/protein yang dikehendaki. Pemblokiran dilakukan dengan memakai gugus
pelindung seperti benzyl klorokarbonat. Pemblokiran dilakukan dengan memakai gugus
oksikarbonil, dan yang lainnya. Gugus pelindung ini harus yang mudah dilepaskan pada akhir
sintesis peptida. Contoh reaksi terjadinya ikatan peptida antara asam amino ala + gly dapat
dilihat di bawah ini.

Tahapan reaksi sintesis gly ala


Pertama-tama gugus pelindung (untuk menyederhanakan, gugus pelindung ditulis dengan
Q) akan bereaksi dengan gugus NH2 dari asam amino. Gugus karboksilat kemudian diaktivasi
dengan tionil klorida, lalu direaksikan dengan asam amino alanin. Hasil reaksinya kemudian
dihidrolisis untuk melepaskan gugus pelindungnya. Produk akhirnya adalah ikatan peptida gly
ala. Pemberian nama diawali pada terminal N, di mana asam amino yang mempunyai gugus

58
karbonil pada ikatan peptia diberi akhiran sil (dari gugus asil), sehingga nama dipeptida antara
glisin dan alanin adalah glisil serin.
Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

59
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2008. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Keenan., et.al. 2005. Kimia Untuk Universitas Edisi Keenam Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Ngili, Yohanes. 2009. Biokimia Struktur & Fungsi Biomolekul. Yogyakarta: Graha Ilmu
Oxtoby., et.al. 2007. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Poejiadi, Anna. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press
Riswiyanto. 2012. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

60

Anda mungkin juga menyukai