Gambar 2. Rantai karbon: (1) rantai lurus; (2) rantai cabang; (3) rantai tertutup; (4) jaring
1
Contoh: perhatikan senyawa berikut
dalam senyawa tersebut terdapat
4 atom karbon primer yang
berada pada setiap ujung.
Bisakah kalian melihatnya??
0
2. Atom karbon sekunder (dilambangkan dengan 2 ) adalah atom-atom karbon yang mengikat
dua atom karbon tetangga.
Contoh: perhatikan atom C yang ditandai pada senyawa berikut.
Atom C yang ditandai pada senyawa di samping
merupakan atom C sekunder. Dia biasanya diapit
oleh dua atom C yang lain.
0
3. Atom karbon tersier (dilambangkan dengan 3 ) adalah atom-atom karbon yang mengikat
tiga atom karbon tetangga.
Contoh: coba perhatikan senyawa di atas, adakah atom C tersiernya?
Ada ternyata! Jadi, senyawa di samping memiliki 1
atom C tersier. Lihat! Dia diapit oleh tiga atom C
lain.
0
4. Atom karbon kuartener (dilambangkan dengan 4 ) adalah atom-atom karbon yang
mengikat empat atom karbon tetangga.
Contoh: perhatikan senyawa ini, bisakah kalian menemukan atom C kuartener? Dia diapit
oleh empat atom C lain.
Nah, ternyata senyawa di samping memiliki 1 atom C
kuartener.
CnH2n+2
Jadi, apabila atom C ada 2, maka atom H pada senyawa alkananya adalah 2(2)+2,
yakni 6 buah. Apabila dituliskan menjadi C2H6, dan jika dijabarkan akan menjadi seperti ini:
etana
Berikut merupakan daftar nama 10 deret pertama dari senyawa alkana:
Nama Senyawa Rumus Molekul
Metana CH4
Etana C2H6
Propana C3H8
Butana C4H10
Pentana C5H12
Heksana C6H14
Heptana C7H16
Oktana C8H18
Nonana C9H20
Dekana C10H22
Ooh, bukan, pemirsa! Ada yang lebih panjang lagi rupanya. Bisakah kalian
menemukannya??? Lihatlah, ada dua buah C2H5 dalam rantai tersebut, jadi
senyawa itu apabila dijabarkan lagi akan menjadi seperti ini:
Nah, setelah menentukan rantai utama, yang harus dilakukan adalah MENOMORI
RANTAI itu dari ujung satu sampai ujung yang lain. Nah, untuk rantai yang kita
2 miliki dari ujung mana kita menomorinya??? Baiklah, untuk itu kita memasuki
ATURAN KEDUA!! Penomoran rantai dimulai dari UJUNG RANTAI YANG
TERDEKAT DENGAN CABANG. Jadi, penomoran senyawa yang kita miliki itu
akan menjadi seperti ini:
ATURAN KETIGA, yakni menentukan NAMA ALKIL atau cabang-cabang yang
ada pada rantai utama. Penamaannnya sama dengan alkana, hanya akhirannya diubah
menjadi –il. Berikut tabel deret 5 gugus alkil pertama pada senyawa hidrokarbon:
3 Jumlah
Struktur Nama Alkil
Karbon
1 CH3‒ Metil
2 CH3‒CH2‒ Etil
3 CH3‒CH2‒CH2‒ Propil
4 CH3‒CH2‒CH2‒CH2‒ Butil
5 CH3‒CH2‒CH2‒CH2‒CH2‒ Pentil
Nah, dari struktur yang kita miliki, mana sajakah cabangnya? Jika kalian perhatikan, ada 3
cabang di sana, dan ketiganya merupakan gugus metil.
Apabila dijodohkan dengan rantai utama, gugus-gugus alkil tersebut secara berurutan
MENEMPEL PADA ATOM C ke 3, 4 dan 6. Dengan demikian, kita sudah dapat menamai
struktur yang kita miliki secara lengkap. Urutan penulisan namanya:
1. NOMOR ALKIL/CABANG
2. NAMA ALKIL/CABANG
3. NAMA RANTAI UTAMA
Jadi, saudara-saudara, nama struktur hidrokarbon itu adalah:
3,4,6-trimetil-oktana
Kelompok senyawa hidrokarbon yang termasuk senyawa tak jenuh adalah ALKENA dan ALKUNA.
Disebut hidrokarbon tak jenuh karena atom karbon yang dimilikinya tidak mengikat atom hidrogen
secara maksimal. Dengan kata lain mereka memiliki IKATAN RANGKAP. Nah, mari kita bahas
senyawa hidrokarbon tak jenuh ini satu per satu.
2. Alkena
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon dengan ikatan rangkap dua (‒C=C‒). Alkena
paling sederhana yaitu etena, C2H4. Rumus umum alkena adalah:
CnH2n
Jadi, apabila atom C ada 4, maka atom H pada senyawa alkenanya adalah 2(4), yakni
8 buah. Apabila dituliskan menjadi C4H8, dan jika dijabarkan akan menjadi seperti ini:
H H H
│ │ │
H—C—C—C=C—H
│ │ │
H H H
1-butena
Berikut merupakan daftar nama 10 deret pertama dari senyawa alkena:
Nama Senyawa Rumus Molekul
Etena C2H4
Propena C3H6
Butena C4H8
Pentena C5H10
Heksena C6H12
Heptena C7H14
Oktena C8H16
Nonena C9H18
Dekena C10H20
bukan
Seperti biasa, pertama kita TENTUKAN RANTAI UTAMA dari struktur tersebut, yang
MENGANDUNG IKATAN RANGKAP. Dengan demikian, akan menjadi seperti ini:
1
Selanjutnya kita beri nomor pada rantai tersebut DARI ATOM C YANG TERDEKAT
2 DENGAN IKATAN RANGKAP. Maka akan menjadi seperti ini:
7
Selanjutnya PENAMAAN ALKIL atau CABANG. Jika kalian perhatikan, ada 3
cabang pada struktur itu, dan ketiganya adalah metil.
3
Nah, secara berurutan metil-metil itu menempel pada atom C nomor 3, 6, dan 9. Nama
rantai utamanya adalah dekena. Karena ikatan rangkapnya ada pada C nomor 3, maka
nama senyawa tersebut adalah:
3,6,9-trimetil-3-dekena
Satu lagi kelompok hidrokarbon tak jenuh adalah alkuna. Mari kita bahas...
3. Alkuna
Alkuna merupakan senyawa hidrokarbon dengan ikatan rangkap tiga (‒C≡C‒). Alkuna
paling sederhana yaitu etuna, C2H2. Rumus umum alkena adalah:
CnH2n‒2
Jadi, apabila atom C ada 3, maka atom H pada senyawa alkenanya adalah 2(3)‒2, yakni 4
buah. Apabila dituliskan menjadi C3H4, dan jika dijabarkan akan menjadi seperti ini:
H
│
H‒C‒C≡C‒H
│
H
1-propuna
Berikut merupakan daftar nama 10 deret pertama dari senyawa alkuna:
Nama Senyawa Rumus Molekul
Etuna C2H2
Propuna C3H4
8
Butuna C4H6
Pentuna C5H8
Heksuna C6H10
Heptuna C7H12
Oktuna C8H14
Nonuna C9H16
Dekuna C10H18
Baiklah, kita mulai dengan MENENTUKAN RANTAI UTAMA dari struktur tersebut,
yang MENGANDUNG IKATAN RANGKAP. Dengan demikian, akan menjadi seperti
1 ini:
Selanjutnya kita beri nomor pada rantai tersebut DARI ATOM C YANG TERDEKAT
DENGAN IKATAN RANGKAP. Maka akan menjadi seperti ini:
9
Selanjutnya PENAMAAN ALKIL atau CABANG. Jika kalian perhatikan, hanya ada 1
cabang pada struktur itu, dan alkil tersebut bernama metil.
3
Nah, metil yang kita miliki menempel pada atom C nomor 3. Nama rantai utamanya
adalah pentuna. Karena ikatan rangkapnya ada pada C nomor 1, maka nama senyawa
tersebut adalah:
3-metil-1-pentuna
Demikianlah urusan tata nama berakhir disini... Bagaimana jika kasusnya kita harus membuat
struktur dari nama yang telah diketahui??? Misalkan 2-metil-butana. Bagaimana strukturnya?
Mari kita bahas...
Pertama, kita harus MELIHAT EKOR dari nama senyawa tersebut, karena itu
merupakan nama RANTAI UTAMA.
2-metil-butana
Apabila digambarkan maka akan menjadi seperti ini:
C‒C‒C‒C
Selanjutnya kita lihat nomor alkil, yakni yang paling depan:
2-metil-butana
Berarti posisi alkil/cabang berada pada C nomor 2, dan cabang tersebut merupakan metil
yang memiliki 1 atom C. Kita tambahkan alkil pada struktur kita:
C
│ C‒
C‒C‒C
Nah, selanjutnya tinggal menambahkan atom H pada setiap atom C yang kita miliki.
Berikut struktur tuntasnya:
CH3
│
CH3‒CH‒CH2‒CH3
Rumus umum yang dimiliki senyawa tersebut adalah C5H12. Walaupun ada 5 atom C
bukan berarti senyawa itu harus pentana, karena rantai utamanya memiliki 4 atom C.
Inilah yang kita sebut sebagai isomer. Dengan demikian, struktur yang telah kita bahas
merupakan ISOMER DARI PENTANA.
10
D. Sifat Fisik Senyawa Hidrokarbon
Sifat fisik suatu zat antara lain titik didih dan titik leleh. Secara umum, SEMAKIN BANYAK
JUMLAH ATOM KARBON dalam senyawa hidrokarbon, baik itu alkana, alkena, maupun alkuna
maka SEMAKIN TINGGI PULA TITIK DIDIH juga TITIK LELEH yang dimiliki senyawa
tersebut.
Selain itu juga, SEMAKIN BANYAK CABANG pada suatu hidrokarbon, maka SEMAKIN
RENDAH TITIK DIDIH maupun TITIK LELEHNYA.
Gambar 3. Minyak bumi terjadi akibat pelapukan atau sisa-sisa hewan dan
tumbuhan renik yang terkubur di dasar laut jutaan tahun lampau. Minyak bumi
disebut juga petroleum: petra (batuan) dan oleum (minyak). Ini ditujukan kepada
fosil hewan dan tumbuhan yang ditemukan dalam kulit bumi sebagai gas, air, dan
padatan.
Minyak bumi terbentuk dari FOSIL-FOSIL HEWAN DAN TUMBUHAN KECIL YANG
HIDUP DI LAUT DAN TERTIMBUN SELAMA BERJUTA-JUTA TAHUN LAMPAU. KETIKA
HEWAN DAN TUMBUHAN LAUT MATI, JASAD MEREKA TERTIMBUN OLEH PASIR
DAN LUMPUR DI DASAR LAUT. Setelah ribuan tahun tertimbun, akibat pengaruh tekanan dan suhu
bumi yang tinggi, lapisan-lapisan lumpur dan pasir berubah menjadi batuan. AKIBAT TEKANAN
DAN PANAS BUMI, FOSIL HEWAN DAN TUMBUHAN YANG TERJEBAK DI LAPISAN
BATUAN SECARA PERLAHAN BERUBAH MENJADI MINYAK MENTAH. Biasanya dengan
ditemukannya sumber minyak mentah, akan ditemukan pula gas alam (Sunarya, 2009).
Jika dalam reaksi kimia terjadi perpindahan kalor atau panas dari sistem ke lingkungan maka
suhu lingkungan akan meningkat, inilah yang disebut sebagai reaksi eksoterm (mengeluarkan panas).
Sebaliknya, jika perpindahan kalor terjadi dari lingkungan ke sistem, maka suhu sistem yang akan
meningkat, ini yang disebut sebagai reaksi endoterm (menyerap panas).
Reaksi eksoterm dan endoterm sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari.
Contoh proses eksoterm adalah agar-agar memadat, air menjadi es, lelehan besi
memadat menjadi besi. Sedangkan contoh proses endoterm adalah AWAN
MENJADI HUJAN, untuk menjadi tetesan hujan AWAN HARUS MENYERAP
SEJUMLAH BESAR ENERGI MATAHARI.
Q = m c ΔT
Keterangan:
Q = kalor yang dibutuhkan suatu sistem (J)
m = massa zat (gram)
c = kalor jenis zat (J/g°C)
ΔT = perubahan suhu (°C)
Contoh: logam besi dipanaskan dari 30°C hingga 150°C. Jika berat besi 2 kg dan kalor jenis besi 0,5
J/g°C, tentukan kalor yang diperlukan!
Diketahui:
Tawal = 30°C
ΔT = (150 ‒ 30)°C = 120°C
Takhir = 150°C
mbesi = 2 kg = 2000 gram
cbesi = 0,5 J/g°C
Q = ?
Jawab:
Q = m c ΔT
= (2000 g) (0,5 J/g°C) (120°C)
= 120 000 J
= 120 kJ
Jadi, kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan logam besi tersebut adalah 120 kJ.
Kalorimetri
Kalor dapat diukur menggunakan suatu alat bernama kalorimeter, pengukuran kalor
menggunakan kalorimeter dinamakan kalorimetri. Untuk mengukur kalor reaksi dalam
kalorimeter, perlu diketahui terlebih dahulu kalor yang dipertukarkan dengan kalorimeter sebab
pada saat terjadi reaksi, sejumlah kalor dipertukarkan antara sistem reaksi dan lingkungan.
Besarnya kalor yang diserap atau dilepaskan oleh kalorimeter dihitung dengan persamaan:
Qkalorimeter = Ck ΔT
Qlepas = Qterima
Kalorimeter bekerja pada sistem terisolasi, dimana perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan maupun sebaliknya tidak memungkinkan. Namun, tidak ada sesuatu yang sempurna,
adakalanya kalorimeter sebagai lingkungan malah menyerap kalor yang dikeluarkan oleh sistem.
Dengan demikian, azas Black tidak lagi tepat, sehingga muncullah persamaan sebagai berikut:
Sedangkan untuk mengeliminasi 2SO2, kita gunakan persamaan ke (3). SO2 harus dipindah
ruas, dan nilainya dikali 2. Persamaan reaksinya akan menjadi seperti ini:
Selanjutnya tinggal kita urutkan ketiga persamaan baru yang telah kita miliki, menjadi:
CO2 + 2SO2 → CS2 + 3O2 ΔH = +1110 kJ
C + O2 → CO2 ΔH = –394 kJ
2S + 2O2 → 2SO2 ΔH = –594 kJ
+
C + 2S → CS2 ΔH = +122 kJ
Jadi, kalor yang dibutuhkan dalam pembentukan senyawa CS2 adalah +122 kJ.
2. Perhitungan ΔH Reaksi Menggunakan Hukum Hess
Hukum Hess dikemukakan oleh seorang ahli kimia berkebangsaan Swiss Germain Henry
Hess (1802–1850). Hukum ini sangat berguna karena kenyataannya, tidak semua reaksi dapat
ditentukan kelor reaksinya secara eksperimen. Menurut Hess:
ΔH?
Setiap nilai ΔH yang ada pada diagram tersebut menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi sesuai
dengan arah anak panah memiliki nilai ΔH tertentu. Misalnya, untuk mengubah 2A+B menjadi
A2B, kalor yang dibutuhkan adalah sebanyak ΔH1. Hal ini merupakan reaksi yang berjalan satu
tahap. Sesuai perkataan Hess, reaksi ternyata bisa berjalan beberapa tahap, dengan demikian kita
dapat mencari nilai ΔH untuk reaksi yang lain. Dalam diagram di atas, coba tentukan
perubahan entalpi reaksi A2B → CD2.
Yang harus kita lakukan adalah memilih jalan memutar. Apabila jalan yang kita
tempuh berlawanan dengan arah anak panah, berarti nilai ΔH harus dibalik. Reaksi keseluruhan
akan menjadi seperti berikut:
A2B → 2A + B –ΔH1
2A + B → C + 2D ΔH2
C + 2D → CD2 ΔH3 +
A2B → CD2 ΔH = –ΔH1 + ΔH2 +ΔH3
Contoh 2: perhatikan diagram berikut
Tentukan nilai ΔH3!
Jawab:
ΔH3 berarti menentukan perubahan entalpi reaksi berikut:
N2(g) + 2O2(g) → 2NO(g) + O2(g)
Sehingga,
N2(g) + 2O2(g) → NO2(g) ΔH1 = +66,4 kJ
NO2(g) → 2NO(g) + O2(g) ΔH2 = +114,1 kJ
+
N2(g) + 2O2(g) → 2NO(g) + O2(g) ΔH3 = +180,5 kJ
dengan Σ menyatakan jumlah ikatan yang terlibat dan E merupakan energi ikatan rata-rata per
mol ikatan.
Contoh:
Diketahui entalpi pembakaran sempurna 1 mol CH4 = ‒18 kkal, energi ikatan:
–1
O=O : 119 kkal mol
–1
C=O : 173 kkal mol
–1
O—H : 110 kkal mol
Tentukan energi ikatan C—H!
Jawab:
Reaksi pembakaran sempurna CH4:
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O ΔH = ‒18 kkal/mol
Apabila digambarkan struktur molekulnya, maka akan menjadi seperti ini:
H
│
H—C—H + 2 O=O O=C=O + 2 H—O—H
│
H
Ruas Kiri (pemutusan ikatan): Ruas Kanan (pembentukan ikatan):
4 ikatan C—H: ΔH = 4 × (C—H) 2 ikatan C=O : ΔH = 2 × 173 kkal/mol
2 ikatan O=O : ΔH = 2 × 119 kkal/mol 4 ikatan O—H: ΔH = 4 × 110 kkal/mol
Jadi, energi ikatan C—H pada pembakaran sempurna CH4 adalah 132,5 kkal/mol.