Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IV

IDENTIFIKASI BAKTERI SAMPEL DARAH

Disusun oleh:
Nesya Sahada Rahma
151910113005
Kelompok 5

LABORATORIUM BAKTERIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII-TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kultur darah merupakan metode pemeriksaan diagnostik untuk mendeteksi


adanya mikroorganisme di dalam darah. Mikroorganisme tersebut bisa bakteri, jamur,
atau parasit. Pada kondisi normal, darah seharusnya steril dari berbagai
mikroorganisme.
Infeksi aliran darah adalah infeksi serius dimana bakteri atau jamur yang
berada di saluran darah yaitu bakteri atau jamur yang boleh diisolasi dengan melakukan
kultur darah ataupun “blood culture”. Orang awam dapat menggunakan istilah
“keracunan darah” untuk menunjukkan adanya infeksi aliran darah. Bakteri yang
ditemukan pada kultur darah berupa bakteri aerob, seperti Staphylococcus hominis ssp
hominis, Staphylococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae
ssp pneumoniae, Enterococcus faecalis, Escherichia coli, Burkholderia cepacia,
Staphylococcus epidermidis, Enterobacter aerogenes, Burkholderia pseudomallei,
Acinetobacter baumannii, Aermonas hydrophila, dan Enterobacter cloacae complex.
(Asti, 2019)
Manifestasi klinis dari infeksi aliran darah adalah adanya demam. Demam
adalah manifestasi sistemik yang paling sering terjadi pada respons radang dan
merupakan gejala utama penyakit infeksi. Zat-zat yang dapat menimbulkan demam
(pirogen) antara lain adalah endotoksin bakteri gram negatif dan sitokin yang
dilepaskan dari sel-sel limfoit, seperti interleukin-1. Infeksi karena bakteri yang
menimbulkan demam dapat mempengaruhi hampir semua sistem organ dalam tubuh,
yaitu sistem saraf pusat, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem urogenital dan
sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah (termasuk jantung dan paru-paru) dapat
diserang oleh bakteri dengan gejala demam, nyeri tubuh, menggigil, kelemahan, atau
kebingungan. Kondisi yang disebut dengan sepsis terjadi ketika bakteri memasuki
aliran darah (Lutpiatina, 2015).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum yang telah dilakukan adalah untuk mengidentifikasi
bakteri pada sampel darah
BAB II METODE PRAKTIKUM
2.1. Tanggal dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga, tanggal 03 Mei 2021 sampai dengan tanggal 07 Mei 2021

2.2. Prosedur Praktikum


Menyiapkan Penanaman pada Melakukan pewarnaan
c media TSA
spesimen gram, dan mendapat coccus
kemudian inkubasi gram (+)
selama 24 jam
dengan suhu 37℃

Ditanam pada media BAP, lalu


diinkubasi selama 24 jam
dengan suhu 37℃

Penanaman pada media NAS

Melakukan uji katalase


apabila positif dilanjutkan
dengan uji koagulase dan
penanaman pada media MSA
inkubasi 24 jam dengan suhu
37℃

Melakukan uji koagulase

Diskusi hasil
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Penanaman pada Media TSA


Tryoticase Soy Agar digunakan untuk media pertumbuhan dengan tujuan
mengamati morfologi koloni, pengembangan kultur murni, pertumbuhan dengan tujuan.
Tryoticase Soy Agar (TSA) merupakan media agar yang digunakan pengisolasian dan
pembudidayaan berbagai macam mikrooganisme yang bersifat aerobik. TSA juga
digunakan untuk meningkatkan peluang tumbuhnya berbagai jenis mikroba (Lestari,
2016)

3.1.1 Gambar hasil praktikum 3.1.2 Gambar hasil literatur (Antriana, 2014)
3.1.1 merupakan hasil praktikum yang menunjukka adanya pertumbuhan
koloni dari sampel darah (tidak terlihat jelas karena tertutup oleh sampel) sesuai dengan
literatur 3.1.2 yang terdapat koloni pada medianya
3.2. Hasil Pewarnaan Gram
Prinsip pewarnaan gram adalah kemampuan dinding sel mengikat zat warna
dasar (kristal violet) setelah dicuci alkohol 70%. Keadaan ini berhubungan dengan
komposisi senyawa penyusun dinding sel. Pada bakteri gram positif mengandung
peptidoglikan lebih banyak dibandingkan bakteri gram negatif (Fitrah, 2017)

3.2.1 Gambar hasil pewarnaan gram 3.2.2 Gambar pewarnaan gram literatur
praktikum (Firdaus, 2014)
Gambar 3.2.1 Hasil pewarnaan gram dari praktikum menunjukkan adanya
bakteri dengan koloni bulat (coccus) dan gram positif sama seperti pada gambar 3.2.2
literatur
3.3. Hasil Penanaman pada Media BAP (Blood Agar Plate)
Media agar darah dibuat dari medium basal dengan penambahan darah 5-10%
(defibrinasi) pada suhu 50-60℃. Darah yang biasa digunakan untuk mengisolasi dan
menumbuhkan mikroorganisme patogen adalah darah kuda, domba, kambing dan
kelinci yang mengalami proses defibrinasi. Umumya yang digunakan adalah darah
domba, darah domba adalah senyawa esensial yang digunakan untuk pembuatan media
agar darah, dan media ini menjadi media standar untuk isolasi bakteri yang mempunyai
kemampuan untuk menghemolisa darah. Media agar darah mengandung darah mamalia
yang tidak beku sebanyak 5-10%. Penambahan darah tersebut bertujuan untuk
mempersubur perbenihan dan untuk menumbuhkan bakteri yang sukar tumbuh pada
perbenihan biasa. Disamping itu media ini dapat membedakan sifat-sifat bakteri,
kemampuan bakteri menghancurkan eritrosit (Krihariyani, 2016)

Gambar 3.3.1 hasil dari penanaman Gambar 3.3.2 literatur penanaman


Bakteri pada media BAP Bakteri pada media BAP
(Ariyanti, 2011)
Gambar 3.3.1 Hasil penanaman bakteri pada Media BAP koloni tumbuh dan
merupakan bakteri dengan Gamma Hemolisa
3.4. Hasil Penanaman Media MSA (Manitol Salt Agar)
Media Manitol Salt Agar (MSA) merupakan media yang banyak digunakan
untuk menumbuhkan bakteri kelompok Staphylococcus. Media MSA bersifat selektif
mampu menghambat pertumbuhan bakteri selain Staphylococcus dengan zat
penghambat garam NaCl 7,5% sehingga bakteri lain dari kelompok Gram negatif dan
Gram positif seperti Streptococcus dihambat. Media MSA mengandung bacto ekstrak
daging, bacto pepton, NaCl, bacto phenol red, manitol dan bacto agar. Media MSA
mengandung nutrisi atau protein bahan dasar bacto ekstrak daging dan bacto pepton.
Ekstrak daging sapi dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan
sumber protein, nitrogen, yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme (Nuraini, 2018)

3.4.1 hasil penanaman pada MSA 3.4.2 Hasil penanaman pada MSA
Literature (Hayati, 2019)
Gambar.3.4.1 merupakan hasil dari penanaman pada media NAS dengan hasil
ditemukan adanya koloni berwarna kuning dan media nya sebagian berubah menjadi
kuning sesuai dengan gambar 3.4.2
3.5. Hasil Penanaman pada media NAS
Media Nutrient Agar Slant (NAS) merupakan suatu media berwarna putih
yang memiliki konsistensi yang padat berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan
sebagai media untuk menumbuhkan bakteri. (Madigan et al, 2011).

3.5.1 gambar hasil bakteri pada NAS 3.5.2 gambar hasil literature (Apriani, 2011)
Gambar.3.5.1 Hasil penanaman bakteri pada media NAS sesuai dengan literatur 3.4.2
3.6. Hasil Uji Biokimia Katalase
Uji katalase berguna untuk membedakan genus Staphylococcus sp.dan
Streptococcus sp. Teteskan cairan H2O2 di atas object glass dan ambil satu ose
inokulum dari MSA dan diletakkan kemudian campurkan. Katalase positif ditunjukkan
adanya gelembung gas (O2) yang diproduksi oleh genus Staphylococcus (Toelle dan
Lenda, 2014).

3.6.1 Hasil dari Uji Katalase 3.6.2 Hasil dari Uji Katalase Literatur (Hayati, 2019)
3.5.1 Hasil untuk praktikum uji katalase adalah ditemukan adanya buih pada
saat diteteskan cairan H2O2 maka hasil (+) sama seperti pada gambar literatur 3.5.2
3.7. Hasil Uji Koagulase
Uji koagulase merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
enzim koagulase yang dihasilkan oleh Staphylococcus sp. Uji ini dilakukan dengan
mengambil isolat bakteri menggunakan ose, kemudian masukkan ke dalam 1 ml
Nutrient Broth dan inkubasi pada suhu 37℃ selama 24 jam. Masukkan 1 ml plasma
kelinci ke dalam Nutrient Broth yang sudah berisi bakteri menggunakan spuit. Dan
inkubasi selama 4 jam pertama untuk melihat hasilnya, bila masih belum
menunjukkan koagulase positif inkubasi dilanjutkan sampai 24 jam. Reaksi positif
pada uji koagulase ditunjukkan dengan adanya gumpalan seperti gel dalam tabung,
dan reaksi negatif apabila tidak terdapat gumpalan menyerupai gel pada tabung (SNI,
2015).

3.7.1 Hasil uji Koagulase 3.7.2 Hasil uji Koagulase pada literature
(Hayati, 2019)
3.7.1 merupakan hasil dari Uji Koagulase dan menemukan adanya gumpalan
pada bagian media cair tersebut (+) sesuai dengan gambar literatur yaitu 3.7.2
BAB IV KESIMPULAN
Dari serangkaian uji identifikasi yang telah dilaksanakan, yaitu meliputi pewarnaan
gram, penanaman pada media TSA, penamana media BAP, penanaman pada media MSA,
penanaman pada media NAS, dilanjutkan dengan melakukan uji katalase, dan melakukan uji
koagulase. Hasil yang didapatkan meliputi Pewarnaan gram yang dihasilkan adalah coccus,
gram positif, pada media TSA ditemukan adanya pertumbuhan, pada media BAP
mendapatkan hasil dengan ditemukan adanya pertumbuhan bakteri dan kemampuan hemolisa
bakteri yaitu gamma hemolisa (hasil tidak sesuai seharusnya beta hemolisa hasil yang tidak
sesuai diduga karena adanya kesalahan dalam melakukan streak atau terkena kontaminan),
pada media MSA didapatkan koloni bakteri yang pertumbuhannya berwarna kuning, media
NAS koloni bakteri semakin diperkaya, pada uji katalase hasil positif (+), dan terakhir uji
koagulase mendapatkan hasil yang positif (+), maka pemeriksaan yang dihasilkan bakteri
yang didapatkan pada sampel urin adalah Staphylococcus aureus.
BAB V DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti.,dkk. 2011. Characterization of Haemolysin of Staphylococcus aureus Isolated from


Food of Animal Origin. Yogyakarta
Asti.,dkk. 2019. Prokalsitonin dan Kultur Darah Sebagai Penanda Sepsis di RSUP Dr
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Makassar
Apriani.,dkk. 2011. Salmonella sp dan Streptomyces sp. Banda Aceh
Lestari., dkk. 2016. Isolasi Bakteri Endofit Dari Sea Grass Yang Tumbuh Di Kawasan Pantai
Pulau Lombok Dan Potensinya Sebagai Sumber Antimokroba Terhadap Bakteri
Patogen. Mataram
Lutpiatina, L. 2015. Pewarnaan Gram Buffy Coat untuk Deteksi Awal Pasien Bakteremia.
Banjarmasin
Fajarochwati, Meyra. 2020. Gambaran Jenis Bakteri pada Kultur Urin Pasien Infeksi Saluran
Kemih di Rs Premier Jatinegara. Jakarta

Firdaus, Tazkiyatul. 2014. Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia) dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus. Jakarta

Fitrah.,dkk. 2017. ANALISIS BAKTERI TANAH DI HUTAN LARANGAN ADAT


RUMBIO. Riau

Hayati.,dkk. 2019. Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus aureus pada Susu Kambing
Peranakan Etawah Penderita Mastitis Subklinis di Kelurahan Kalipuro, Banyuwangi.
Banyuwangi

Krihariyani.,dkk. 2016. Pola Pertumbuhan Staphylococcus Aureus pada Media Agar Darah
Manusia Golongan O, Ab, dan Darah Domba Sebagai Kontrol. Surabaya

Nuraini.,dkk. 2018. Pemanfaatan Serbuk Kacang Kedelai (Glycine Max) sebagai Bahan
Pembuatan Media Manitol Salt Agar (Msa) untuk Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus. Tasikmalaya

Toelle, N.N., Lenda, V. 2014. Identifikasi dan Karakteristik Staphylococcus Sp. dan
Streptococcus Sp. dari Infeksi Ovarium Pada Ayam Petelur Komersial. J. Ilmu Ternak,
1(7), 32-37.

Anda mungkin juga menyukai