Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI,

GANGGUAN IMUNOLOGI DAN ONKOLOGI SEMESTER GANJIL


2018-2019

CIRI CIRI FISIOLOGIS BAKTERI

Hari / Jam Praktikum : Selasa, 13.00 – 16.00

Tanggal Praktikum : 09 Oktober 2018


Kelompok :5
Asisten : 1. Faizal Alfaridz
2. Kenny Dwi S.

Disusun oleh:
Nama NPM TUGAS
Aisyah Tri Mulyani 260110170074 Data Pengamatan
Dwi Yuri Arista 260110170075 Data Pengamatan
Abed Nego 260110170076 Tujuan, Prinsip, Teori Dasar
Felix Sitorus 260110170077 Pembahasan
Maretty Erwanta E R 260110170078 Tujuan, Prinsip, Teori Dasar
Dewi Ria Oktavia 260110170079 Pembahasan
Wulan Intani 260110170080 Pembahasan
Afifah Tri Ambarwati 260110170081 Prosedur, Alat dan Bahan
Erica Willy 260110170082 Editor

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
I. Tujuan

Mengamati secara langung atau tidak langsung produk kegiatan


enzimatik bakteri.

II. Prinsip

2.1 Uji biokimia


Uji biokimia dapat menyelidiki aktiitas enzimatik sel dalam identifikasi
bakteri. Uji dapat menunjukkan morfologi sel, morfologi koloni, reaksi
pewarnaan Gram, dan lingkungan dari mana bakteri diisolasi. Setelah sifat-
sifat ini diketahui serangkaian tes spesifik yang ditentukan oleh diagram alur
tertentu dapat membantu identitas genus dan spesies bakteri. Uji biokimia ini
termasuk didalemnya pewarnaan Gram, motilitas, oksiade dan gelatinase,
serta uji pemanfaat sumber carbon (Ganesan & Muthuchelian, 2009).

III. Teori Dasar

Untuk identifikasi dan determinasi suatu biakan murni suatu mikroba


hasil isolasi perlu ditentukan mofologi sel individual, morfologi koloni, dan
sifat-sifat biokimianya, patogenisitas dan serologinya (Anggraini, et al. 2016).
Pada identifikasi mikrobia mula-mula diamati morfologi individual secara
mikroskopik dan pertumbuhannya pada berbagai medium. Karena suatu
bakteri tidak dapat dideterminasi hanya berdasar sifat-sifat morfologinya saja,
maka perlu diteliti pula sifat-sifat biokimia dan factor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhannya. Mikrobia yang morfologinya sama mungkin
berbeda dalam kebutuhan nutrisi serta persyaratan ekologi lainnya
(temperature, pH, dan sebagainya). Pathogenesis mikrobia pathogen dapat
dipakai untuk membantu identifikasi dan determinasi bakteri tersebut. Apabila
suatu bakteri memiliki sifat yang hamper sama (terutama yang pathogen),
maka perlu diselidiki sifat ekologinya (Jutono, et al. 1980).
Bakteri memiliki banyak jenis dan masing – masing jenisnya memiliki
ciri khas yang berbeda – beda. Bakteri secara umum dibagi menjadi 2
menurut Gram, bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Setiap bakteri
juga memiliki ciri spesifik yang berbeda mulai dari ciri fisiologi. Ciri – ciri
fisologi dapat diamati secara langsung maupun secara tidak langsung.
Pengamatan langsung dilakukan dengan cara media ataupun mikroskop, tetapi
pengamatan tidak langsung harus menggunakan reagen agar mudah diamati
dan dapat diidentifikasi (Campbell, et. al., 2003).
Bakteri perlu diidentifikasi karena perlu adanya penanganan. Bakteri
perlu ditumbuhakan dibeberapa media. Media pertumbuhan bakteri berupa
cair (broth) dan padat (agar), dan adapun bentuk semisolid. Isi dari media
pertumbuhan bakteri harus berisi asam amino, trace element, vitamin, sumber
karbon, dan sumber nitrogen. Media juga dibagi beberpa seperti Media
universal dan Media Selektif. Media unversal yang biasa digunakan adalah
MHA (Mueller Hinton Agar) dan TSA (Tryptone Soya Agar). Media Selektif
bisa berupa MSA (Mannitol Salt Agar), EMBA (Eosin Methylene Blue Agar),
BSA (Bismuth Sulfite Agar), dan lainnya (Murwani, 2015).
Setelah dilakukan dalam media maka perlu diuji beberapa Uji seperti Uji
Fisiologis, Uji AntiBakteri, maupun Uji lainnya. Salah satunya Uji Fisiologis.
Uji Fisologis berupa uji fermentasi gula, uji hidrolisis dengan beberapa reagen
maupun media khusus, dan ada juga uji motilitas. Didalam uji fisiologis ini
digunakan untuk melihat reaktifitas bakteri dari motilitasnya atau
pergerakannya, kereaktifan bakteri pada pH tertentu, kereaktifan pada reagen
tertentu (Lestari, et. al., 2014).
Ada beberapa bakteri yang suka bergerak dan ada yang tidak bergerak.
Pergerakan Bakteri cukup beragam ada yang dipengaruhi udara atau oksigen
ada yang tidak suka udara. Uji ini dinamakan uji motilitas . Uji motlitas ini
menggunakan media khusus berupa semisolid. Saat diidentifikasi setelah
inkubasi selama 16 sampai 48 jam maka kemungkinan didapatakan hasil
bakteri aerob bergerak keatas dan anaerob bergerak ke bawah (Elvira, et. al.,
2016).
Untuk identifikasi dan determinasi suatu biakan murni suatu mikroba
hasil isolasi perlu ditentukan mofologi sel individual, morfologi koloni, dan
sifat-sifat biokimianya, patogenisitas dan serologinya (Anggraini, et al. 2016).
Pada identifikasi mikrobia mula-mula diamati morfologi individual secara
mikroskopik dan pertumbuhannya pada berbagai medium. Karena suatu
bakteri tidak dapat dideterminasi hanya berdasar sifat-sifat morfologinya saja,
maka perlu diteliti pula sifat-sifat biokimia dan factor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhannya. Mikrobia yang morfologinya sama mungkin
berbeda dalam kebutuhan nutrisi serta persyaratan ekologi lainnya
(temperature, pH, dan sebagainya). Pathogenesis mikrobia pathogen dapat
dipakai untuk membantu identifikasi dan determinasi bakteri tersebut. Apabila
suatu bakteri memiliki sifat yang hamper sama (terutama yang pathogen),
maka perlu diselidiki sifat ekologinya (Jutono, et al. 1980).

IV. Alat dan Bahan


4.1 Alat
a. Hose
b. Inkubator
c. Jarum inokulasi
d. Lup inokulasi
e. Pembakar spiritus
f. Rak tabung reaksi
g. Tabung Durham
h. Tabung reaksi

4.2 Bahan
a. Agar miring dengan plumbum asetat
b. Agar miring sitrat dengan bromtimol biru
c. Agar tegak
d. Kaldu glukosa (MR-VP)
e. Kaldu glukosa dengan merah fenol
f. Kaldu laktosa dengan merah fenol
g. Kaldu maltosa dengan merah fenol
h. Kaldu manosa dengan merah fenol
i. Kaldu sakarosa dengan merah fenol
j. Kaldu urea dengan merah fenol
k. Reagen Barritt A (Alfa-Naftol)
l. Reagen Barritt B (Kalium Hidroksida)
m. Reagen Kovac
n. Reagen Metil Merah
o. Sampel Bakteri

V. Data Pengamatan

No. Prosedur Hasil Foto


1. Uji Motilitas

a. Disiapkan tabung reaksi


Hasil uji : Negatif
yang telah berisi media
agar miring sitrat Bakteri hanya
simmons terpusat pada titik
b. Ditambahkan sampel ke penambahan
dalam media tersebut menggunakan
dengan hose hose, tidak terjadi
pergerakan
c. Sampel diinkubasi
bakteri.
selama 24 jam.

d. Diamati perubahan
yang terjadi setelah
inkubasi.

2. Uji Fermentasi
Karbohidrat
a. Disiapkan 5 tabung reaksi
 Sakarosa
yang telah berisi media cair
dan terdapat tabung durham
Bakteri memakan
yang berisi kaldu yang
nutrisi pada agar
masing masing terdapat
sehingga terjadi
glukosa, laktosa, manosa, Sakarosa
perubahan warna
maltose, sakarosa.
pada media dan
b. Dioleskkan sampel
terdapat
bakteri menggunakan hose
gelembung gas di
ke dalam tabung reaksi.
tabung durham
c. Inkubasi selama 24 jam
dan amatilah biakan dalam
tabung durham berisi gula  Glukosa (+g) Glukosa
gula tersebut dengan Bakteri memakan
indicator merah fenol. nutrisi pada agar
sehingga terjadi
perubahan warna
pada media dan
terdapat
gelembung gas di
tabung durham Laktosa

 Laktosa (-)

Tidak terjadi
perubahan warna

padamedia,

sehingga hasil
dinyatakan Maltosa
negative
 Maltosa (+g)

Bakteri memakan
nutrisi pada agar
sehingga terjadi
perubahan warna
Manosa
pada media dan
terdapat
gelembung gas di
tabung durham

 Manosa (+g)
Bakteri memakan
nutrisi pada agar
sehingga terjadi
perubahan warna
pada media dan
terdapat
gelembung gas di
tabung durham

3. Uji MR
a. Disiapkan tabung reaksi
Hasil uji : Positif
yang telah terisi media cair.
Terjadi perubahan
b. Ditambahkan sampel
warna dari bening
kedalam media tersebut
menjadi merah
menggunakan hose
saat diteteskan
c. Sampel diinkubasi selama
reagen merah
24 jam.

metih
d. Hasil dari inkubasi di
tambahkan indicator 3-4
tetes merah metal
e. Diamati perubahan yang
terjadi.
4. Uji VP
a, Disiapkan tabung reaksi
Hasil Uji: Negatif
yang telah terisi media cair.
b. Ditambahkan sampel ke Tidak terjadi
dalam media tersebut perubahan warna
menggunakan hose ketika
c. Sampel diinkubasi selama penambahan
24 jam. reagen VPa dan
d. Hasil dari inkubasi di VPb sebanyak
tambahkan dengan indicator masing-masing 1-
10 tetes barrit, lalu kocok tetes
dengan kuat selama 20-30
detik.
e. Diamati perubahan yang
terjadi
5. Uji Urea
a. Disiapkan tabung reaksi
Hasil uji: positif
yang telah berisi kaldu
Terjadi perubahan
urea
warna pada media
b. Ditambahkan sampel ke
setelah masa
dalam media tersebut
inkubasi
dengan hose
c. Sampel diinkubasi
selama 24 jam.
d. Diamati perubahan yang
terjadi setelah inkubasi.
6. Uji TSIA

a. Disiapkan tabung reaksi Hasil Uji: Negatif


yang telah berisi media
Terdapat warna
untuk uji TSIA
kuning pada
b. Ditambahkan sampel ke
bagian slant dan
dalam media tersebut
warna merah pada
dengan hose
bagian butt,
c. Sampel diinkubasi
sehingga bakteri
selama 24 jam.
tidak
d. Diamati perubahan
memfermentasikan
yang terjadi setelah
glukosa
inkubasi.

7. Uji Sitrat Hasil Uji : negatif

a. Disiapkan tabung reaksi Hasil uji postif


yang telah berisi media pada prosedur
agar miring sitrat indetifikasi ini
simmons adanya perubahan
b. Ditambahkan sampel ke warna media
dalam media tersebut menjadi biru
dengan hose setelah diinkubasi,
c. Sampel diinkubasi namun karena
selama 24 jam. tidak terjadi
d. Diamati perubahan yang perubahan warna
terjadi setelah inkubasi. maka hasil uji
dinyatakan negatif
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan serangkaian uji biokimia yang
bertujuan untuk mengidentifikasi suatu sampel bakteri. Setiap
mikroorganisme terkhusus bakteri memiliki sifat biokimia yang berbeda-beda
pada setiap jenisnya, sehingga dilakukan serangkaian tahapan uji biokimia
untuk proses identifikasi suatu bakteri yang belum diketahui. Menurut
Dwidjoseputro (1994) ada beberapa jenis dari uji biokimia diantaranya adalah
uji fermentasi karbohidrat, uji MR, uji VP, uji nitrit, uji oksidase, uji indol, uji
hidrolisis urea, uji hidrolisis pati, uji hidrogen sulfida, dan uji penggunaan
sitrat.
Pada uji fermentasi karbohidrat, karbohidrat yang digunakan adalah
media glukosa, laktosa, manosa, maltosa, dan sakarosa. Penggunaan
karbohidrat yang bergam bertujuan apakah sampel bakteri dapat
memfermentasi semua jenis karbohidrat tersebut atau tidak. Pada uji
fermentasi karbohidrat ini digunakan tabung durham (tabung kecil yang
dimasukkan terbalik ke dalam tabung reaksi yang berisi media), untuk melihat
ada tidaknya gas yang dihasilkan dari hasil fermentasi karbohidrat. Pada
media juga ditambahak nmerah fenol sebagai indikator. Hasil yang didapatkan
pada uji karbohidrat ini adalah positif, yaitu ditandai dengan berubahnya
media yang sebelumnya berwarna merah menjadi berwarna kuning. Hal
tersebut dikarenakan fermentasi karbohidrat dari bakteri menghasilkan
berbagai jenis asam yang akan mengubah pH dari media. Indikator merah
fenol akan berubah menjadi kuning dalam keadaan asam, hal inilah yang
membuat media berubah menjadi kuning. Pada hasil didapatkan juga
gelembung gas yang terdapat pada tabung durham dikarenakan proses
fermentasi yang mengasilkan gas CO2.
Selanjutnya dilakukan uji motilitas bakteri yang bertujuan untuk melihat
apakah sampel bakteri dapat bergerak (motil) atau tidak. Bakteri motil
umumnya mengindikasikan bahwa bakteri tersebut adalah bakteri patogen.
Media yang digunakan pada uji motilitas adalah media semisolid. Hal ini
dikarenakan pada media padat bakteri yang motil pun tidak dapat bergerak,
dan jika pada media cair bakteri yang non-motil pun dapat bergerak. Hasil
yang didapatkan adalah negatif atau bakteri non-motil, yang ditandai dengan
pertumbuhan bakteri yang hanya terdapat pada permukaan media yang
tertusuk. Jika hasilnya negatif, maka setelah jarum inokulasi ditusukkan ke
dalam media maka bakteri akan tumbuh sampai kebagian tengah dari media.
Uji TSIA bertujuan untuk mengetahui kemampuan sampel bakteri dalam
memfermentasi karbohidrat, dan juga untuk mengetahui apakah sampel
bakteri dapat memfermentasi asam amino metionin dan sistein membentuk
H2S (bila bakteri dapat menghasilkan H2S maka S2- akan berikatan dengan

Fe2+ membentuk FeS berwarna hitam dan mengendap). Media TSIA berisi
tiga macam karbohidrat, bagian bawah (butt) glukosa, dan bagian atas (slant)
atau bagian lereng berisi laktosa dan sukrosa. Kedalam media juga
ditambahkan indikator fenol merah dan FeSO4. Hasil yang didapatkan adalah
hanya bagian atas media saja yang berwarna kuning, dan bagian bawahnya
tidak berubah warna. Hal ini kemungkinan besar bukan karena sampel bakteri
hanya dapat memfermentasi laktosa dan sukrosa saja, tetapi lebih dikarenakan
bakteri yang belum terlalu banyak tumbuh saat diinkubasi, dikarenakan bahan
makanan pada permukaan media masih banyak, sehingga baktei belum butuh
untuk mengambil makanan dari bagian bawah media (dibuktikan saat dalam
media glukosa murni sampel bakteri dapat melakukan fermentasi).
Berdasarkan percobaaan yang dilakukan ternyata sampel bakteri tidak dapat
menghasilkan H2S dari proses fermentasi, karena warna bagian bawah media
tidak berubah menjadi hitam.
Lalu yang selanjutnya ada uji MR (Metil Red). Dimana uji MR ini
merupakan suatu pengujian untuk mengetahui kemampuan suatu
mikroorganisme dalam mengoksidasi glukosa dan juga dalam menstabilkan
konsentrasi asam yang tinggi sebagai suatu produk akhir. Kegunaan indikator
merah metil dalam pengujian ini adalah sebagai penanda bahwa terjadi
perubahan dalam pengujian dimana warna berubah menjadi merah. Hasil yang
didapatkan dari pengujian MR pada praktikum ini terbentuknya warna merah
pada media yang digunakan. Hal tersebut terjadi karena organisme –
organisme tersebut memfermentasi glukosa didalam medium MR, sehingga
menghasilkan asam laktat, asetat, suksinat, dan juga format disamping CO2,
H2 dan etanol. Dimana pada saat bakteri – bakteri tersebut memfermentasi
glukosa pH akan turun sampai ± 0,5, hal ini mengakibatkan pada saat
ditambahkan indikator merah metil akan berubah warna menjadi merah.
Uji VP (Voges – Proskauer) merupakan pengujian yang memiliki tujuan
untuk menunjukkan kemampuan dari mikroorganisme dalam menghasilkan
produk akhir non asam atau netral. Reagen barrit berfungsi untuk mendeteksi
senyawa 2,3 – butandiol, metode ini tidak dapat dilakukan secara langsung
sehingga harus melalui prekursor yaitu asetoin, dimana apabila terdapat
asetoin dalam media tersebut maka akan terjadi perubahan warna menjadi
merah muda. Namun dalam hasil yang kita dapatkan tidak terjadi perubahan
warna pada media yang telah ditambahkan reagen barrit. Hal tersebut berarti
bakteri yang terdapat pada media tidak mengandung asetoin didalamnya
sehingga menghasilkan hasil yang negatif.
Uji Simon Sitrat merupakan uji yang dilakukan untuk melihat apakah
suatu bakteri menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan
sumber nitrogennya berasal dari garam amonium dan bukan asam amino.
Media yang digunakan yaitu media padat Pada percobaan hasilnya negatif
karena media yang berwarna hijau (mengandung indikator biru bromtimol)
tidak berubah menjadi biru dimana keadaan menjadi alkalin.
Kemudian dilakukan uji urea dengan menggunakan bahan kaldu urea
untuk mengetahui suatu bajkteri memiliki enzim urease yang dpat melepaskan
amoniak dari molekul urea. Medium yang digunakan untuk uji mengandung
merah fenol sebgai indikator pH. Tanda suatu bakteri memiki enzim urease
medium akan mengalami perubahan warna dari kuning menjadi merah
keunguan. Hasil yang didapat dari percobaan negatif dimana tidak terjadi
perubahan warna. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan terhadap
sampel maka kemungkinan bakteri dalam sampel yaitu Escherichia coli.
VII. Kesimpulan

7.1 Dapat mengamati secara langsung maupun tidak langsung produk


kegiatan enzimatik bakteri. Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan
bahwa kemungkinan bakterinya adalah Escherichia coli.
Daftar Pustaka

Anggraini, Rika, Dwinna Aliza, Siska Mellisa. 2016. Identifikasi Bakteri Aeromonas
Hydrophila Dengan Uji Mikrobiologi Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias
Gariepinus) Yang Dibudidayakan Di Kecamatan Baitussalam Kabupaten
Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah.
Volume 1, No. 2: 270-286.
Campbell, N. A., Jane B. R., dan Lawrence G. M. 2003. Biologi Edisi 5 Jilid II.
Jakarta : Erlangga
Elvira, I., Sri W., dan Nur A. 2016. Karakteristik Sifat Biokimia Isolat bakteri Asam
Laktat yang Dihasilkan Dari Proses Fermentasi Wikau Maombo. Jurnal Sains
dan Teknologi Pangan. Vol. 1 no. 2 hal. 121 – 124
Ganesan R, Muthuchelian K. 2009. Molecular identification of bacterial species
in Gundaru river basin of Thirumangalam, Madurai District, South India :
J Pure Appl Microbiol 3:289–294.
Jutono, Udarsono, Hartadi, Suhadi, Susanto. 1980. Pedoman Mikrobiologi Umum
(Untuk Perguruan Tinggi). Yogyakarta: Departemen Mikrobiologi Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Lestari, N., Rodesia M. R., dan Atria M. 2014. Analisis Fisiologi Bakteri
Lignoselulolitik dan Aktinomisetes Selulolitik dan Ligninolitik Dari
Tanah Gambut Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar Sebagai Agen
Biokompos. JOM FMIPA. Vol. 1 no. 2 hal. 571 – 580
Murwani, S. 2015. Dasar – Dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang : UB Press.

Anda mungkin juga menyukai