Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IV

Identifikasi Bakteri Basil dari Sepsimen Feses


(Vibrio cholerae)

Disusun Oleh:
Naadiyah Putri Utami
151710113015
Kelompok 3

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vibrio cholerae adalah salah satu bakteri yang masuk dalam family
Vibrionaceae selain dari Aeromonas dan Plesiomonas, dan merupakan bagian
dari genus Vibrio. Bakteri ini sangat penting dalam bidang kedokteran karena
menyebabkan penyakit diare kolera (Mewengkang, 2010).
Vibrio cholerae termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang
bengkok seperti koma. Kuman ini dapat bergerak secara aktif karena mempunyai
satu buah flagella polar yang halus (monotrik). Kuman ini tidak membentuk
spora. Pada kultur dijumpai koloni yang cembung, halus dan bulat yang keruh
dan bergranul bila disinari.
Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif. Suhu optimum
pertumbuhan pada suhu 18-37°C. V. cholerae ini tumbuh baik pada agar
Thiosulfate citrate bile sucrose (TCBS) yang menghasilkan koloni berwarna
kuning. Salah satu ciri khas dari bakteri ini adalah dapat tumbuh pada pH yang
sangat tinggi dan sangat cepat mati oleh asam (Isenberg, tt).
V. cholerae dapat meragi sukrosa dan manosa tanpa mneghasilkan
gas. Kuman ini juga meragi nitrit. Ciri khas lain yang membedakan dari bakteri
enteric gram negative lain yang tumbuh pada agar darah adalah pada tek oksidasi
hasilnya positif (Mawengkang, 2010).

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk dapat


mengidentifikasi bakteri Vibrio cholerae berdasarkan morfologi dan uji
biokimia. Selain itu mahasiswa dapat mengetahui tahapan tahapan serta media
yang digunakan dalam identifikasi bakteri Vibrio cholerae.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1.1 Tanggal Pelaksanaan


Praktikum ini dilaksanakan mulai pada tanggal 20 Februari 2019 sampai
dengan tanggal 28 Februari 2019. Dengan rincian sebagai berikut:
1. Tanggal 20 Februari 2019 mahasiswa melakukan kegiatan penanaman
bakteri dari sampel feses ke media Mac Conkey (MC), Salmonella
Shigella (SS), Thiosulfate citrate bile sucrose (TCBS)
2. Tanggal 22 Februari 2019 mahasiswa melakukan kegiatan pengecatan
gram
3. Tanggal 25 Februari 2019 penanaman pada media NAS
4. Tanggal 27 Februari 2019 mahasiswa melakukan kegiatan uji biokimia
5. Tanggal 28 Februari 2019 mahasiswa melakukan kegiatan uji biokimia
lanjutan dan pengamatan hasil uji biokimia

1.2 Prosedur

Media Mac Pengecatan gram


Mengambil Conkey,
sampel (fese) Salmonella
Shigella, dan TCBS
lalu di inkubasi 24
jam
Menanam koloni
Mengambil koloni tunggal dari MC
dari NAS untuk DAN SS ke media
dilakukan uji NAS, inkubasi 24
biokimia jam

Uji TSI, Uji MR, Uji Uji VP, Uji , Uji , Uji indol,
inkubasi inkubasi urease, inkubasi motilitas sitrat inkubasi
24 jam 24 jam inkubasi 24 jam inkubasi inkubasi 24 jam
24 jam 24 jam 24 jam

Tetesi 2-3 tetes Tetesi α nafthol Tetesi 5 tetes


methyle red dan KOH 40 % 3:1 reagen kovac
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Media Mac Conkey


Pertumbuhan pada MacConkey agar menunjukkan organisme tahan
terhadap kristal violet dan garam empedu, dan cenderung bersifat gram negatif.
Pertumbuhan yang berwarna merah muda merah menunjukkan organisme tersebut
memiliki kemampuan untuk memfermentasi laktosa (Brooks et al, 2013). MacConkey
agar (MAC) adalah media selektif dan diferensial yang digunakan untuk isolasi dan
diferensiasi bakteri gram negatif non-fastidious, khususnya anggota
Enterobacteriaceae keluarga. Agar MacConkey direkomendasikan untuk deteksi dan
isolasi coliform dan patogen usus dari tinja, urin, air dan bahan lainnya. (Muray, 2003).

Gambar 3.1.1 kiri gambar hasil praktikum koloni tidak tumbuh sempurna,
kemungkinana adannya kontaminan. Jika dibandingkan dengan gambar kanan
(Muray, 2003) koloni tumbuh dengan baik dan transparan.
3.2. Media Salmonella Shigella
Salmonella Shigella Agar adalah media yang cukup selektif di mana bakteri
gram positif dihambat oleh garam empedu, briliant green dan natrium sitrat. Ekstrak
danging sapi ditambahkan untuk menutrisi pertumbuhan, sedangkan lactosa
merupakan jenis karbohidrat yang dapat difermentasi, pemberian lavtosa dapat
digunakan untuk membedakan bacteri yang dapat memfermentasi lactosa atau tidak.
Kandungan tiosulfat pada media dapat di reduksi menjadi gas sulfit dan H2S oleh
bakteri yang memiliki enzim reduktase tiosulfat. Produksi gas H2S di deteksi sebagai
endapan hitam tak larut dari sulfida besi yang ditunjukkan pada pusat koloni (Sunatmo,
2007). Media ini direkomendasikan sebagai media diferensial dan selektif untuk
isolasi spesies Salmonella dan Shigella dari spesimen patologis. Pada praktikum yang
dilakukan kelompok 3 bakteri tidak dapat tumbuh pada media Salmonella dan Shigella

Gambar 3.2.1. Kiri gambar hasil praktikum bakteri tidak tumbuh dalam media SS yang
disebabkan kawat ose terlalu panas. Jika dibandingkan dengan gambar kanan
(Sunatmo, 2007) koloni tampak transparan pada media Salmonella Shigela

3.3. Media Thiosulfat citrat bile sukrose (TCBS)

TCBS Agar dikembangkan oleh Kobayashi, yang memodifikasi media


selektif Nakanishi. Meskipun media ini awalnya dirancang untuk isolasi V. cholerae
dan V. parahaemolyticus, sebagian besar Vibrio tumbuh menjadi koloni besar yang
sehat dengan banyak morfologi kolonial yang berbeda. TCBS Agar juga
direkomendasikan oleh APHA untuk isolasi selektif V. cholerae dan
V.parahaemolyticus (Muuray, 2003). Untuk metabolisme Vibrio, sukrosa
ditambahkan sebagai karbohidrat yang dapat difermentasi. Vibrio yang mampu
memanfaatkan sukrosa dari koloni kuning. Bromothymol blue dan thymol blue adalah
indikator pH. pH alkali media meningkatkan pemulihan V. colera. Strain V.cholerae
menghasilkan koloni kuning pada Agar TCBS karena fermentasi sukrosa
(Mewengkang, 2010).

Gambar 3.3.1 gambar kanan adalah gambar hasil praktikum yang menunjukkan koloni
bakteri berwarna kuning. Namun bentuk koloninya tidak teramati karena tidak ada
koloni tunggal. Jika dibandingkan dengan gambar kiri (Sunatmo, 2007) Vibrio
cholerae tampak berwarna kuning dengan koloni bulat konveks yang besar.

3.4 Media NAS


Penanaman pada media NAS bertujuan untuk mendapatkan kultur murni dari
koloni tunggal yang ada pada media plate. Sehingga meminimalisir adanya
kontaminan bakteri lain yang dapat menimbulkan kesalahan identifikasi pada uji-uji
selanjutnya (Brooks Et Al, 2013). Selain itu juga dapat digunakan untuk melihat
morfologi dan karakteristik tertentu.

Gambar 3.4.1. gambar kanan merupakan gambar hasil praktikum yang menujukkan
adanya kontaminasi NAS dilihat dari kuman membentuk koloni masing-masing. Jika
dibandingkan dengan gambar kiri (Prescott Et Al., 2005) koloni tampak tumbuh pada
garis streak.

3.5. Pengecatan Gram

Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang membedakan bakteri


berdasarkan sifat dinding sel. Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan dan bakteri
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama yang bergantung pada jumlah
peptidoglikan yang ada di dinding selnya. Organisme gram positif memiliki lapisan
peptidoglikan yang tebal, sedangkan organisme Gram negatif memiliki lapisan
peptidoglikan tipis, ditambah membran luar tambahan yang tidak ada pada organisme
Gram positif (Prescott Et Al., 2005). Pada hasil praktikum teramati bakteri batang gram
negatif.

Gambar 3.5.1. Kiri gambar dari (Prescott Et Al., 2005) bakteri batang pendek gram
negatif. Kanan gambar hasil praktikum batang bengkok gram negatif. Pada hasil
praktikum tidak ditemukan bakteri batang bengkok seperti yang ada gambar kanan

3.6. Uji Indol


Bakteri yang tergolong dalam grup fekal dapat memecah asam amino
triptofan dan menghasilkan senyawa berbau busuk yang disebut indol. Adanya indol
akan menyebabkan amil alkohol berubah warnanya menjadi merah tua. Uji yang
menggunakan penunjuk amil alkohol disebut metode Kovacs. Hasil uji indol
kelompok 3 diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah
tua pada permukaan biakan. Penambahan reagen kovac pada media diteteskan
dipermukaan media, tidak perlu dikocok agar memperjelas pembentukan cincin.
(Sunatmo, 2007).

Gambar 3.6.1. Kiri gambar hasil praktikum tidak terbentuk cicin merah. Kanan gambar
dari (Sunatmo, 2007) kiri belum di inokulasikan, tengah indol positif, kanan indol
negatif. Jika dibandingkan dengan gambar literatur uji indol hasil praktikum adalah
negatif karena tidak terbentuk cincin merah

3.7. Uji Methyle Red

Uji methyl red digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam


campuran. Methyl Red berwarna merah pada lingkungan dengan pH 4.4 dan berwarna
kuning dalam lingkungan dengan pH 6.2. Fermentasi asam campuran ditentukan
dengan cara menumbuhkan mikroorganisme dalam kaldu yang mengandung glukosa,
dan setelah masa inkubasi menambahkan reagens methyl red. Bila terjadi fermentasi,
biakan akan tetap berwarna merah. Bila tidak terjadi fermentasi, biakan berubah
menjadi kuning setelah penambahan reagen methyl red. (Brooks Et Al., 2003). Dari
pengamatan diperoleh hasil positif karena terjadi perubahan warna media menjadi
merah.

Gambar 3.7.1. gambar kanan adalah gambar hasil praktikum yang menunjukkan
perubahan warna menjadi merah. Jika dibandingkan dengan gambar kanan
(Annatanarayan, 2005) kiri MR(-), kanan MR (+). Maka gambar hasil praktikum uji
MR adalah positif.

3.8. Uji Voges-Proskauer

Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang


melaksanakan fermentasi 2,3-butanadiol. Bila bakteri memfermentasi karbohidrat
menjadi 2,3-butanadiol sebagai produk utama, akan terjadi penumpukan bahan
tersebut dalam media pertumbuhan. Penambahan 40% KOH dan 5% larutan
alphanaphtol dalam ethanol dapat menentukan adanya asetoin (asetil metil karbonil),
suatu senyawa pemuka dalam sintesis 2,3 butanadiol. Pada penambahan KOH, adanya
asetoin ditunjukan adanya perubahan warna menjadi merah muda. Perubahan warna
ini diperjelas dengan penambahan larutan alpha-naphtol (Koolman, 2001). Dari hasil
pengamatan diperoleh hasil negatif karena tidak terjadi perubahan warna media.

Gambar 3.8.1. gambar kiri adalah gambar hasil praktikum yang tidak menunjukkan
adanya perubahan warna. Jika dibandingkan dengan gambar kanan (Koolman, 2001)
kiri VP (-) kanan VP (+). Maka gambar hasil praktikum uji VP adalah negatif

3.9. Uji Sitrat

Uji keenam ialah uji Simmone citrate. Sitrat dibuat oleh enzim sitrase yang
menghasilkan asam oksaloasetat dan asetat kemudian melalui proses enzimatis diubah
menjadi asam piruvat dan karbon dioksida. Selama reaksi tersebut medium menjadi
bersifat alkali (basa) karena karbondioksida yang berikatan dengan sodium dan air
membentuk sodium carbonat Adanya sodium karbonat inilah yang akan mengubah
indikator bromthymol blue pada medium menyebabkan medium berubah warna dari
hijau menjadi biru tua. Hasil pengamatan menunjukan hasil positif karena terjadi
perubahan warna dari hijau menjadi biru (Waluyo, 2008) .
Gambar 3.9.1. gambar kanan merupakan gambar hasil praktikum, terjadi perubahan
warna media dari hijau menjadi biru. Jika dibandingkan dengan gambar kiri (Waluyo,
2008) kiri sitrat (-) kanan sitrat (+). Maka dari hasil praktikum diperoleh hasil uji sitrat
positif.

3.10. Uji Urease

Reaksi positif ditandai dengan perubahan medium menjadi merah muda


(sangat merah muda). Perubahan warna dapat terjadi saat enzim urease memutus
ikatan karbon dan nitrogen untuk membentuk amoniak. Adanya amoniak
menyebabkan suasana medium menjadi alkali/basa sehingga indikator phenol red akan
berubah menjadi merah muda pada medium, hal ini mengindikasikan terjadinya reaksi
positif atau dihasilkannya urease (Anantanarayan, 2005). Hasil uji menunjukkan hasil
yang negatif pada isolat karena pada media tidak terbentuk warna merah muda setelah
inkubasi selama 24 jam.

Gambar 3.10.1. gambar kanan merupakan gambar hasil praktikum yang tidak
menunjukkan adanya perubahan warna. Sedangkan gambar kanan adalah gambar
(Mawengkang, 2010) warna asli media kuning jika tidak berubah menjadi merah muda
urease (-) jika berubah urease (+). Jika dibandingkan dengan gambar dari literatur
maka uji urease hasil praktikum adalah negatif.

3.11. Uji TSI (Triple Sugar Iron)

Pada media TSI berisi tiga gula yang dapat dijadikan sebgaia indikator
kemampuan fermentasi bakteri. Dibagian slant media terdapat indikator gula sukrosa
dan laktosa, sedangkan pada bagian butt terdapat glukosa sebagai indikator. Apabila
bakteri dapat memfermentasi sukrosa atau laktosa maka akan terjadi perubahan warna
pada slant media menjadi kuning, jika dapat memfermentasi glukosa terjadi perubahan
warna butt menjadi kuning. Karena terdapat indikator fenol red yang menyebabkan
perubahan warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. Selain itu
terdapat pula TSI juga mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat untuk
penghasil H2S, ferro sulfat menghasilkan FeS (precipitat), bewarna hitam untuk
membedakan bakteri H2S dengan bakteri lainnya H2S. Sedangkan pada hasil
praktikum diperoleh TSI acid-acid H2S negatif, gas negatif (Sunatmo, 2007).

Gambar 3.11.1. gambar kanan merupakan gambar hasil praktikum yang menujukkan
warna kuning pada butt dan slant media, tidak terbentuk retakan pada media dan
endapan hitam. Sedangkan gambar kiri adalah gambar dari (Sunatmo, 2007)
merupakan berbagai hasil dari TSI warna kuning merupakan asam/acid, warna merah
merupakan basa/alkali, media terangkat merupakan indikator gas, dan endapan hitam
merupakan indikator H2S. jika dibandingkan maka hasil praktikum adalah acid/acid,
gas negatif, dan H2S negatif.

3.12. Uji Motilitas

Pengujian motilitas dilakukan untuk melihat bakteri yang memiliki flagella,


yang ditandai dengan melebarnya bakteri pada bagian atas permukaan media semi
solid dengan indikator TTC yang akan memberikan warna merah muda pada
pergerakan koloni bakteri. praktikum diperoleh hasil motilitas negatif karena lokasi
bakteri tumbuh hanya pada tempat penusukan saja. yang ditandai dengan tidak adanya
pergerakan bakteri yang menyerupai rambatan-rambatan akar disekitar daerah tusukan
(inokulasi) dan media tidak berubah menjadi keruh seperti kabut, hal ini berarti
kesebelas isolat bersifat non motil (Koolman, 2001).

Gambar 3.12.1.gambar kiri merupakan gambar hasil praktikum dimana bakteri hanya
tumbuh pada bagian tusukan saja. Jika dibandingkan dengan gambar kanan gambar
dari (Koolman, 2001) sebelah kiri bakteri non motil, sebelah kanan bakteri motil.
Maka hasil praktikum diperoleh motilitas negatif.
3.13 Uji Oksidasi
Uji oksidatif fermentasi bertujuan untuk mengetahui apakah suatu bakteri
mampu melakukan fermentasi dan oksidasi, yang ditandai dengan munculnya
warna kuning pada medium OF. Pada uji OF jika organisme oksidatif terjadi apabila
terlihat perubahan warna pada media yang terbuka, sedangkan organisme
fermentatif dapat diindikasikan dengan melihat tidak adanya perubahan warna pada
media yang tertutup (Mewengkang, 2010).

Gambar 3.13.1. gambar kiri merupakan gambar hasil praktikum sedangkan gambar
kanan adalah gambar dari (Mewengkang, 2010) kiri oksidase (-) dimana tidak ada
perubahan warna pada kertas, kanan oksidase (+) karena terdapat perubahan warna
menjadi ungu. Jida dibandingkan dengan hasil praktikum maka hasilnya adalah
oksidase negatif.

BAB 4
KESIMPULAN

Dari serangkaian uji identifikasi didapatkan hasil Mac Conkey Agar koloni
tidak tumbuh, tumbuh namun dugaan kontaminan dan, Salmonella Shigella Agar
tidak tumbuh, media Thiosulfat Citrat Bile Sukrose Agar koloni tampak berwarna
kuning. NAS dugaan kontaminasi karena bakteri tumbuh diluar garis streak dan
membentuk koloni-koloni. Pengecatan gram diperoleh hasil gram negatif batang
pendek, uji TSI acid acid gas (-) H2S (-), uji indol (-), uji MR (+) dan VP (-), uji
urease (-), uji sitrat (+), uji motilitas (-), uji oksidase (-). Maka dapat disimpulkan
bahwa bakteri tersebut adalah Vibrio Cholerae, karena ditemukan koloni kuning
pada media selektif TCBS. Namun untuk uji-uji biokimia tidak menunjukkan
karakteristik dari Vibrio Cholerae karena adanya bakteri kontaminan yang membuat
hasil uji tidak sesuai dengan karateristik dari Vibrio Cholerae.
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA

Anantanarayan, and C. K. J. Paniker. 2005. Textbook of Microbiology. 7nd ed.


Hyderabad. India.
Brooks G, Carroll K, Butel J, Morse S, Mietzner T, penyunting. Normal human
microbiology. Jawetz, Melnick, Adelberg’s medical microbiology. Edisi ke-
26. New York: Mc Graw-Hill; 2013. Hlm. 122-45.
Isenberg, H.D. Clinical Microbiology Procedures Handb0ook. 2nd Edition.
Koolman, R. 2001. Biokimia Atlas Berwarna Dan Teks. Jakarta (ID): Hipokrates.
Krishna, K., Weesner, F.M. 1969. Editor. Biology of Termites. Volume ke-1. New
York (US): Academic Press. Hlm 1-17.
Mewengkang, H.W., 2010. Identification of Vibrio on Gonad of Skipjack Tuna
(Katsuwonus pelamis L). Jurnal perikanan dan kelautan. Vol VI (1): 18-21
Murray P. R., Baron J. H., Pfaller M. A., Jorgensen J. H. and Yolken R. H., (Eds.),
2003, Manual of Clinical Microbiology, 8th Ed., American Society for
Microbiology, Washington, D.C.
Sunatmo, T.I. 2007. Eksperimen Mikrobiologi dalam Laboratorium. Jakarta: Ardy
Agency.
Prescott LM, Harley JP dan Klein DA. 2005. Microbiology. Edisi ke-6, Mc. Graw Hill.
Boston.
Waluyo, L. 2008. Teknik dan metode dasar dalam mikrobiologi. Universitas
Muhammadiyah. Malang.

Anda mungkin juga menyukai