Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah tugas kelompok MIGROLOGI yang berjudul
KUSTA / LEPRA dapat selesai tepat waktu. Makalah ini diajukan sebagai syarat
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah MIKROBIOLOGI
Makalah disusun agar pembaca dapat mdemperluas ilmu tentang
penyakit lepra yang disajikan dari berbagai sumber. Kami menyadari bahwa
memang makalah ini belum sempuna seutuhnya. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun guna untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan selanjutnya dapat bermanfaat di
bidang perkuliahan, serta bermanfaat bagi teman teman yang membaca
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................1
1
Daftar Isi...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................3
1.2 Tujuan.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Definisi.......................................................................................................4
2.2 Epidemiologi...............................................................................................4
2.3 Etiologi.......................................................................................................5
2.4 Faktor-faktor yang Menentukan Terjadinya Penyakit Kusta......................6
2.5 Patogenesis.................................................................................................7
2.6 Gejala klinis................................................................................................10
2.7 Pemeriksaan Penunjang Diagnostik..........................................................11
2.8 Pencegahan penyakit kusta.........................................................................16
2.9 Pengobatan terhadap penyakit kusta...........................................................18
2.10 Reaksi Kusta.............................................................................................19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................21
3.2 Saran...........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih
merupakan masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah
2
infeksius,
tetapi
derajat
infektivitasnya
rendah.
Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah
endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai,
air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan
penyakit lain yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena
kusta dua kali lebih tinggi dari wanita.
1.2 Tujuan
1. Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman
kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan
tubuh lainnya. (Depkes RI, 1998)Kusta merupakan penyakit kronik yang
disebabkan oleh infeksi mikobakterium leprae. (Mansjoer Arif, 2000)
3
: Bacteria
Filum
: Actinobacteria
Ordo
: Actinomycetales
Upaordo
: Corynebacterineae
Famili
: Mycobacteriaceae
Genus
: Mycobacterium
Spesies
: M. Leprae.
Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat
obligat intraseluler,v f menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti
mukosa saluran nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf
pusat. Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa
inkubasi selama 2-5 tahun, akan tetapi dapat juga bertahun-tahun. Kuman
kusta berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro
biasanya berkelompok dan ada yang disebar satu-satu, hidup dalam sel dan
BTA
.
ini
disebabkan
karena
adanya
imunitas.
M.
kehamilan,
serta
faktor
infeksi
dan
malnutrisi dapat
pertama dan signal kedua. Signal pertama adalah tergantung pada TCRterkait antigen (TCR = T cell receptor) yang dipresentasikan oleh
molekul MHC pada permukaan APC sedangkan signal kedua adalah produksi
sitokin dan ekspresinya pada permukaan dari molekul kostimulator APC yang
berinteraksi
dengan
ligan
sel
melalui
CD28.
Adanya
kedua
diaktifkan oleh adanya peptida dari MHC pada permukaan sel, selain
itu dengan adanya molekul kostimulator CD86/B72, CD80/B7.1, CD38
dan CD40. Setelah DC matang, DC akan pindah dari jaringan yang inflamasi
ke sirkulasi limfatik karena adanya ekspresi dari CCR7 ( reseptor kemokin
satu satunya
yang
diekspresikan
oleh
DC matang).
M. Leprae
seperti
leprae
adalah
satu-satunya
bakteri
yang
selluler)
dan
dan downgrading,
lepromatous
(penurunan
biasanya
dimana
terjadi
terjadi
pada
respon
pergeseran
terhadap
ke
arah
LL.
M.
Leprae akan
berinteraksi
dengan
pada
antibodi
dan
merangsang
10
TT:
berpindah tipe.
Ti:
lepromatosa)
BL:
banyak
Li:
berpindah tipe.
2.7Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
Menurut WHO (1995) diagnosa kusta ditegakkan bila terdapat satu
dari tanda kardinal berikut:
1) Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas.
Lesi kulit dapat tunggal atau multipel biasanya hipopigmentasi
tetapi kadang-kadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga biasanya
berupa: makula, papul, nodul. Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit
merupakan gambaran khas. Kerusakan saraf terutama saraf tepi,
bermanifestasi sebagai kehilangan sensibilitas kulit dan kelemahan otot.
2) BTA positif
11
bakterioskopik
digunakan
untuk
membantu
tidak
12
b. Bubur jaringan yang sudah diambil dipulaskan pada objeck glass yang
sudah siap sedemikian rupa sehingga diperoleh smear yang tidak terlalu
tebal dan tidak terlalu tipis, dengan diameter 1 1,5 cm
c. Biarkan kering dengan sendirinya di udara
d. Setelah kering di fiksasi dengan melewatkannya diatas nyala api Bunsen
2 3 kali, setelah dingin baru boleh dicat
c) Pengecatan
a. Sediaan yang telah kering dilakukan fiksasi selama 5 menit.
b.Sambil difiksasi, digenangi dengan Carbol Fuchsin 0,3%,
dipanaskan diatas bunsen sampai menguap selama 5 menit
c. Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan
13
lingkaran.
yaitu
Bentuk
pecah-pecah
14
15
16
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan :
a. Pengobatan pada penderita kusta
Pengobatan pada penderita kusta untuk memutuskan mata rantai
penularan, menyembuhkan penyakit penderita, mencegah terjadinya cacat
atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan.
Pemberian Multi drug therapy pada penderita kusta terutama pada tipe
Multibaciler karena tipe tersebut merupakan sumber kuman menularkan
kepada orang lain (Depkes RI, 2006).
3. Pencegahan tertier
Pencegahan tersier dilakukan untuk pencegahan cacat kusta pada
penderita. Upaya pencegahan cacat terdiri atas (Depkes RI, 2006) :
a. Upaya pencegahan cacat primer meliputi penemuan dini penderita
sebelum cacat, pengobatan secara teratur dan penangan reaksi
untuk
penyesuaian
diri
secara
maksimal
atas
usaha
untuk
3.
4.
5.
Klofazimin:
Umur, dibawah 10 tahun: /blnHarian 50mg/2kali/minggu, Umur 11-14
tahun, Bulanan 100mg/bln, Harian 50mg/3kali/minggu,DDS:1-2mg /Kg
BB,Rifampisin:10-15mg/Kg BB
d) Pengobatan MDT terbaru
Metode ROM adalah pengobatan MDT terbaru. Menurut WHO(1998),
pasien kusta tipe PB dengan lesi hanya 1 cukup diberikan dosis tunggal
rifampisin 600 mg, ofloksasim 400mg dan minosiklin 100 mg dan pasien
langsung dinyatakan RFT, sedangkan untuk tipe PB dengan 2-5 lesi
diberikan 6 dosis dalam 6 bulan. Untuk tipe MB diberikan sebagai obat
alternatif dan dianjurkan digunakan sebanyak 24 dosis dalam 24 jam.
e) Putus obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari
yang seharusnya maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB
dinyatakan DO bila tidak minum obat 12 dosis dari yang seharusnya.
2.10 Reaksi Kusta
Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan
penyakit yang sebenarnya sangat kronik. Adapun patofisiologinya belum
diketahui dengan pasti sampai saat ini. Mengenai patofisiologi yang belum
jelas tersebut akan diterangkan secara imunologik. Dimana reaksi imun tubuh
kita dapat menguntungkan dan merugikan yang disebut reaksi imun patologik
dan reaksi kusta tergolong di dalamnya. Reaksi kusta dapat dibedakan
menjadi eritema nodosum leprosum (ENL) dan reaksi reversal atau reaksi
upgrading.
ENL terutama timbul pada tipe lepromatosa polar dan dapat pula
pada BL, berarti makin tinggi tingkat multibasilarny makin besar
kemungkinanan timbulnya ENL. Secara imunopatologis, ENL termasuk
respon imun humoral, berupa fenomena kompelks imun akibat reaksi antara
antigen M leprae + antibodi (IgM & IgG) + komplemen yang kemudian akan
menghasilkan komplek imun. Dengan terbentuknya kompleks imun ini maka
ENL termasuk di dalam golongan penyakit komplek imun. Kadar antibodi
19
BAB III
PENUTUP
20
3.1 Kesimpulan :
Untuk
menanggulangi
penyebaran
penyakit
kusta,
akan
kusta
diberikan
penyuluhan
tentang,
cara
DAFTAR PUSTAKA
22
23