2
Article I. KATA PENGANTAR
iii
Kelompok 5
iv
Article II. DAFTAR ISI
v
Article III. BAB 1 PENDAHULUAN
1
(40%-50%) dan Hepatitis C (30%-40%) (Lovena, Miro, & Efrida,
2017).
Prognosis pasien sirosis hepatis dapat diperkirakan
menggunakan klasifikasi ChildPugh, yang dibagi menjadi
Childpugh A, B, dan C yang masing-masing mempunyai angka
ketahanan hidup dua tahun sebesar 85%, 57%, dan 35%.
Komplikasi yang terjadi pada sirosis hepatis akan meningkatkan
risiko kematian dan angka kesakitan pasien, komplikasi yang
dapat terjadi adalah perdarahan saluran cerna, asites, sindrom
hepatorenal, ensefalopatihepatik, peritonitis bakterial spontan dan
karsinoma hepatoselular(Lovena, Miro, & Efrida, 2017).
Masalah keperawatan yang timbul dari klien dengan sirosis
hepatis menurut Doenges (2014), ialah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, kelebihan volume cairan, gangguan atau resiko
tinggi pola napas tidak efektif, resiko tinggi cedera, resiko tinggi
perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis:
peningkatan kadar amonia serum, ketidakmampuan hati untuk
detoksifikasi enzim atau obat tertentu, gangguan harga diri atau
citra tubuh, kurang pengetahuan (Doenges, 0214).Adapun
diagnosa menurut Nurarif dan Kusuma (2015) ialah nyeri akut
berhubungan dengan proses inflamasi(Nurarif & Kusuma, 2015).
2
2) Apa konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Sirosis
Hepatis?
3) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan dengan
Sirosis Hepatis?
1.3 Tujuan
1) Menghasilkan deskripsi tentang konsep teori Sirosis Hepatis
2) Menghasilkan deskripsi tentang konsep asuhan keperawatan
pada klien dengan Sirosis Hepatis
3) Menghasilkan rincian tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan Sirosis Hepatis
1.4 Manfaat
1) Bagi penyusun setelah mengerjakan makalah ini mendapatkan
banyak ilmu pengetahuan tentang konsep teori serta konsep
asuhan keperawatan pada klien dengan Sirosis Hepatis
2) Bagi penyusun pula setelah mengerjakan makalah ini
mendapatkan banyak ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan yang membahas tentang Sirosis Hepatis
3) Bagi pembaca setelah membaca makalah ini semoga bisa
diterapkan pada perawatan pasien Sirosis Hepatis sesuai
dengan teori yang ada dalam makalah ini.
3
Article IV. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Diyono (2013), ada beberapa tipe sirosis
hepatis berdasarkan morfologinya, yaitu:
5
dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak
terlihat perbedaannya secara klinis. Hal ini hanya dapat
dibedakan melalui pemeriksaan biopsi hati(Nurdjannah,
2014).
2.1.3 Etiologi
Menurut Nurdjanah (2014), penyebab sirosis hepatis di
negara barat yang tersering akibat alkoholik sedangkan di
Indonesia ialah akibat infeksi virus hepatitis B maupun
hepatitis C. Di bawah ini merupakan penyebab-penyebab
sirosis hepatis:
a. Penyakit infeksi
1) Bruselosis => yang disebabkan oleh infeksi bakteri
dalam genus Brucella yang ditularkan dari hewan ke
manusia.
2) Ekinokokus => infeksi yang disebabkan oleh cacing
pita parasit
3) Skistosomiasis =>infeksi yang disebabkan oleh cacing
pipih parasit yang hidup di air tawar di daerah
subtropis dan tropis
4) Toksoplasmosis => infeksi pada manusia yang
ditimbulkan oleh parasit Toxoplasmagondii.
5) Hepatitis virus (hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D,
sitomegaloviru)
b. Penyakit keturunan dan metabolik
1) Defisiensi α1-antitripsisn
6
2) Sindrom Fanconi
3) Galaktosemia
4) Penyakit gaucher
5) Penyakit simpanan glikogen
6) Hemokromatosis
7) Intoleransi fluktosa herediter
8) Tirosinemia herediter
9) Penyakit wilson
c. Obat dan Toksin
1) Alkohol
2) Amiodaron
3) Arsenik
4) Obstruksi bilier
5) Penyakit perlemakan hati non alkoholik
6) Sirosis bilierprimes
7) Kolangitis sklerosis primes
d. Penyebab lain atau tidak terbukti
1) Penyakit usus inflamasi kronik
2) Fibrosiskistik
3) Pintas jejunoileal
4) Sarkoidosis
(Nurdjannah, 2014).
2.1.4 Patofisiologi
Menurut (Doengoes, 2014), patofisologi Sirosis hepatis
merupakan suatu penyakit kronis progresif pada hepar
dengan inflamasi yang diakibatkan distorsi stuktur hepar
7
dan pembentukan nodul dan jaringan ikat sehingga dapat
menyebabkan kegagalan fungsi hati. Sirosis hepatis
disebabkan oleh banyak hal, yaitu karena pemakaian alcohol
yang berlansung bertahun-tahun, terjadi kelainan pada
kantung empedu, terjadi gagal jantung kanan dan juga
disebabkan dari viorus hepatitis B, C, dan D (Doenges M. ,
2014).
8
Karena sekresi cairan tertahan di hepar, maka terjadilah
penumpukan cairan di hepar, sehingga menyebabkan
peradangan pada hepar. Terjadinya inflamasi dihepar itu
membuat kerusakan jaringan hepar.
9
2.1.5 Pathway
10
2.1.6 Manifestasi Klinis
Hanya sedikit manifestasi sirosis hepatis yang terjadi
pada awal perjalanan klinis. Adanya nyeri pada penderita
sirosis hepatis dapat dialami, nyeri yang dirasakan ialah
nyeri pada abdomen atau area epigastrik atau kuadran kanan
(LeMone & dkk, 2016) Pada awal perjalanan sirosis, hati
cendrung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak.
Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang
dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat
terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat
sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa
hati (kaosukalisoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih
lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut
sehingga menyebabkan pengerutan jaringan hati. Menurut
Naga (2012), hati akan sangat kecil, beratnya hanya berkisar
700-800 gram, dan permukaannya tidak rata serta noduler.
Manifestasi klinis dari sirosis hepatis menurut Diyono
(2013), meliputi:
11
f. Perasaan gatal hebat.
g. Pada keadaan lanjut dapat dijumpai pasien tidak sadarkan
diri (HepatiEnchephalopathy).
(Diyono & Mulyanti, 2013)
12
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah
Hemoglobin rendah, anemia normokromnormositer,
hipokromnormositer, hipokrommikrositer, atau
hipokrommakrositer. Penyebab anemia ialah
hipersplenisme dengan leukopenia dan
trombositopenia. Kolesterol darah yang selalu rendah
mempunyai prognosis yang kurang baik.
Kenaikan kadar enzim transaminase atau SGOT,
SGPT bukan merupakan petunjuk tentang berat dan
luasnya kerusakan hati. Kenaikan kadarnya dalam
serum timbul akibat kebocoran dari sel yang
mengalami kerusakan. Peninggian kadar gamma GT
sama dengan transaminase, ini lebih senstitif tetapi
kurang spesifik. Pemeriksaan laboratorium bilirubin,
transminase dan gamma T tidak meningkat pada
sirosis hepatis.
2) Albumin
kemampuan sel hati yang berkurang mengakibatkan
kadar albumin rendah serta peningkatan globulin.
3) Pemeriksaan CHE (Kolineserase)
Pemeriksaan CHE (kolinesterase) penting dalam
menilai kemampuan sel hati. Bila terjadi kerusakan
hati CHE akan turun.
4) Pemeriksaan kadar elektrolit
13
Penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan
garam dalam diet.
5) Pemeriksaan masa protombin
Pemanjangan masa protombin merupakan petunjuk
adanya penurunan fungsi hati.
6) Kadar gula darah
Peningkatan kadar gula darah pada sirosis hati fase
lanjut disebabkan kurangnya kemampuan sel hati
membentuk glikogen.
7) Pemeriksaan marker serologi
Pemeriksaan marker serologi pertanda virus seperti
HbsAg/HbsAb, HbeAg/HbeAb, HBV DNA, HCV
RNA adalah penting dalam menentukan etiologi
sirosis hepatis
(Diyono & Mulyanti, 2013)
b. Pemeriksaan penunjang lainnya
Diagnosa sirosis hepatis dapat juga diperkuat oleh
pemeriksaan penunjang lainnya (Lemone, 2016),
diantaranya:
1) Ultrasonografi abdomen
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi
ukuran hati, mendeteksi asites dan mengidentifikasi
nodul hati. Ultrasonografi dapat digunakan dengan
pemeriksaan doppler yang bertujuan untuk
mengevaluasi aliran darah melalui hati dan limpa.
2) Esofagoskopi
14
Esofagoskopi atau endoskopi bagian atas dapat
dilakukan untuk menentukan adanya varises
esofageal.
3) Biopsi hati
Pemeriksaan ini tidak harus dilakukan untuk
menegakan diagnosis sirosis, tetapi dapat dilakukan
untuk membedakan sirosis dari bentuk hati yang lain.
(LeMone & dkk, 2016)
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi-kompilkasi yang terjadi pada penderita sirosis
hepatis menurut Lemone (2016), sebagai berikut:
a. Hipertensi Portal
Meningkatnya tekanan pada sistem portal
menyebabkan darah mengubah rutenya untuk
menyelaraskan dengan pembuluh darah yang bertekanan
lebih rendah. Pintasan (shunting) pembuluh darah ini
melibatkan pembuluh darah kolateral. Vena yang
mengalami kondisi ini yang terdistensi dan terkongesti,
terletak pada esofagus, rektum, dan abdomen. Hipertensi
portal meningkatkan tekanan hidrostatik di dalam kapiler
akan mendorong cairan untuk keluar, berkontribusi
terhadap pembentukan asites.
b. Splenomegali
Pembesaran limpa (splenomegali) akibat hipertensi
portal menyebabkan darah dipintaskan ke dalam vena
15
limpa. Splenomegali meningkatkan kecepatan ketika sel
darah merah dan putih dan trombosit disingkirkan dari
sirkulasi dan dihancurkan. Kondisi ini meningkatkan
penghancuran sel darah sehingga menyebabkan anemia,
leukopenia, dan trombositopenia.
c. Asites
Asites ialah akumulasi cairan kaya akan plasma di
dalam rongga abdomen. Meskipun hipertensi portal
adalah penyebab primer asites, penurunan protein serum
dan peningkatan aldosteron berkontribusi juga terhadap
akumulasi cairan. Hipoalbumin, merupakan albumin
yang rendah, menurukan tekanan osmotik koloidal
plasma. Pada kondisi normal, tekanan ini menahan
cairan di dalam kompartemen intravaskuler
d. VarisesnEsofageal
Varises esofageal ialah pembesaran vena dan
penipisan dinding yang terbentuk pada submukosa
esofagus. Pembuluh darah kolateral ini terbentuk ketika
darah dipintas dari sistem portal yang disebabkan oleh
hipertensi portal, varises yang berdinding tipis dapat
menyebabkan ruptur dan perdarahan masif, bahkan
mengkonsumsi makanan yang bertekstur kasar saja dapat
memicu perdarahan.
e. Peritonitis Bakterial Spontan
Salah satu komplikasi yang berat dan sering terjadi
pada asites ialah Peritonitis Bakterial Spontan (PBS)
16
ditandai dengan infeksi spontan cairan asites tanpa
adanya fokus infeksi abdominal. Pada penderita sirosis
hepatis dan asites berat Escheria coli merupakan bakteri
usus yang sering menyebabkan peritonitis bakterial
spontan, namun bakteri gram positif seperti
Streptococcusvirindians, Staphyloccusamerius bisa
ditemukan.
f. EnselopatiHepatikum
Hiperamonia, penurunan hepaticuptake akibat dari
intrahepatic portal-systemshunts atau penurunan sintesis
urea dan glutamik dapat menyebabkan
ensefalopatihepatikum. Infeksi, perdarahan,
ketidakseimbangan elektrolit, pemberian obat-obatan
sedatif dan protein porsi tinggi merupakan faktor-faktor
penyebab.
g. SyndromHepatoreal
Merupakan gangguan fungsi ginjal tanpa kelainan
organik ginjal, yang ditemukan pada sirosis tahap lanjut
2.1.9 Penatalaksanaan
Berikut penatalaksanaan sirosis hepatis dengan
komplikasi menurut Nurdjanah (2014), yaitu:
a. Asites
1) Tirah baring
2) Diit rendah garam (5,2 gram atau 90 mmol/hari)
17
3) Obat diuretik : awal penggunaan spironolakton
(100-200 mg/hari). Respons diuretik dapat
dimonitor dengan penuruan berat badan 0,5
kg/hari tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari
dengan edema kaki. Apabila pemberian
spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasikan
dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari.
Bila tidak ada respon dapat menambahkan dosis
furosemid maksimal 160 mg/hari.
4) Parasintesis dilakukan bila asites sangat besar,
hingga 4-6 liter dan dilindungi pemberian
albumin.
b. Ensefalopatihepatik
1) Laktulosa berfungsi untuk membantu klien
mengeluarkan amonia. 30-45 mLsirup oral 3-4
kali/hari atau 300 mLenema sampai 2-4 kali
BAB/hari dan perbaikan status mental
2) Neomisin bisa digunakan untuk mengurangi
bakteri usus halus penghasil amonia. 4-12g
oral/hari dibagi 6-8 jam dapat ditambahkan pada
klien yang refrakter laktosa.
c. Varises esofagus
1) Propanol, diberikan sebelum berdarah atau
sesudah berdarah (40- 80 mg oral 2 kali/hari)
18
2) Pendarahan akut dapat diberikan somatosin atau
akreotid diteruskan dengan sklerotopi atau ligasi
endoskopi.
d. Peritonitis bakterial spontan
Diberikan antibiotika seperti cefotaxim intravena,
amoksilin atau aminoglikosida.
e. Sindrom Hepatorenal
mengatasi perubahan sirkulasi darah di hati,
mengatur keseimbangan garam dan air.
(Nurdjannah, 2014)
19
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian sebagai langkah pertama proses
keperawatan diawali dengan perawat menerapkan
pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data
tentang klien. Diterapkannya pengetahuan ilmiah dan
disiplin ilmu keperawatan bertujuan untk menggali dan
menemukan keunikan klien dan masalah perawatan
kesehatan personal klien (Potter dan Perry, 2011).
a. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan mencakup data tentang
identitas klien serta identitas penanggung jawab. Data
identitas klien meliputi : nama, tempat tanggal lahir,
20
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
pernikahan, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, nomer rekam medik, diagnosa medis,
alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian pada riwayat kesehatan sekarang meliputi
2 hal yaitu:
21
R : Region-radiasi, ialah penjelasan mengenai
dimana gejala dirasakan, apakah menyebar.
S : Skala-severity, seberapa tingkat keparahan
yang dirasakan, pada skala berapa.
T : Time, menjelaskan kapan gejala mulai
timbul, seberapa sering gejala muncul, tiba-tiba
atau bertahap, dan berapa lama gejala tersebut
dirasakan.
(Muttaqin & Kumala, 2013).
22
Adanya asites atau perut membesar pada
kondisi hipertensi portal, tidak hanya itu adanya
edema ektermitas, dan adanya riwayat perdarahan
(hematemesis dan melena). Mual dan muntah yang
berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi.
Keluhan mudah mengalami pendarahan (Muttaqin
& Kumala, 2013).
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu adanya
riwayat menderita hepatitis virus, khususnya hepatitis
B dan C, riwayat penggunaan alkohol, dan riwayat
penyakit kuning yang belum jelas penyebabnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adapun riwayat kesehatan keluarga dikaji apakah
ada riwayat keluarga yang mengidap sirosis hepatis.
c. Pengkajian psikososial dan spritual
Pengkajian psikososial didapati peningkatan
kecemasan, serta perlunya pemenuhan informasi
intervensi keperawatan dan pengobatan. Pada klien dalam
kondisi terminal, klien dan keluarga membutuhkan
dukungan perawat atau ahli spiritual sesuai dengan
keyakinan klien.
d. Pemeriksaan fisik
Secara umum bisa terlihat sakit ringan, gelisah
sampai sangat lemah. Tanda-tanda vital bisa normal atau
23
bisa didapatkan perubahan, seperti takikardi atau
peningkatan pernapasan.
1) Sistem Pernapasan
Pada inspeksi terlihat sesak dan penggunaan otot
bantu napas sekunder dari penurunan ekspansi rongga
dada dari asites, pada palpasi bila tidak ada
komplikasi, taktil fermitus seimbang, saat perkusi bila
tidak ada komplikasi lapang paru resonan, bila
terdapat efusi akan didapatkan bunyi redup, saat
auskultasi secara umum normal tetapi bisa didapatkan
adanya bunyi napas tambahan ronkhi akibat akumulasi
sekret.
2) Sistem Kardiovaskuler
Anemia, peningkatan denyut nadi, pada saat
auskultasi biasanya normal. Namun tidak semua
penderita sirosis hepatis memiliki masalah pada sistem
kardiovaskulernya.
3) Sistem Pencernaan
Perut membuncit, peningkatan lingkar abdomen,
penurunan bising usus, asites, tegang pada perut kanan
atas, hati teraba keras, nyeri tekan pada ulu hati.
4) Sistem Genitourinaria
Bisa ditemukan atropi testis, urin berwarna seperti
kecoklatan seperti teh kental. Pada saat palpasi normal
tidak terdapat tendensi.
5) Sistem Endokrin
24
Tidak terdapat pembesaran limfe, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid.
6) Sistem Persyarafan
Sistem saraf agitasi disorientasi, penurunan GCS
(Ensefalopatihepatikum).
7) Sistem Integumen
Pada klien dengan sirosis hepatis biasanya
terdapat ikterus, palmer eritema, spidernevi, alopesia,
ekimosis.
8) Sistem Muskuloskeletal
Dapat ditemukan adanya edema, penurunan
kekuatan otot.
9) Sistem Penglihatan
Sklera biasanya ikterik, konjungtiva anemis.
10) Wicara dan THT
Bentuk bibir simetris, klien dapat menjawab
pertanyaan perawat dengan baik dan jelas, bahasa
mudah dimengerti, berbicara jelas. Bentuk telinga
simetris, tidak ada lesi, daun telinga tidak terasa keras
(tulang rawan), tidak terdapat nyeri pada daun telinga,
pasien tidak menggunakan alat batu pendengaran,
pendengaran klien baik dibuktikan dengan klien
menyimak, mendengarkan, dan merespon
pembicaraan dengan baik, tidak terdapat serumen.
e. Pengkajian pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan darah
25
Hasil pemeriksaan darah biasanya dijumpai
anemia, leukopenia, trombositopenia dan waktu
protombin memanjang.
2) Tes faal hati
Tes faal hati bertujuan untuk mengetahui fungsi
hati normal atau tidak. Temuan laboratorium bisa
normal dalam sirosis.
3) USG
Pemeriksaan USG berguna untuk mencari tanda-
tanda sirosis pada permukaan atau di dalam hati.
4) Parasentis
a) Parasentisasites adalah mencari tahu penyebab
asites apakah berasal dari hipertensi portal atau
proses lain.
b) Studi ini digunakan untuk menyingkirkan infeksi
keganasan.
5) Biopsi Hati
Untuk mengidentifikasi fibrosis dan jaringan parut.
Biopsi merupakan tes diagnostik yang paling
dipercaya dalam menegakan diagnosis sirosis hepatis.
26
diagnosa keperawatan disesuaikan dengan sifat masalah
keperawatan yang ada, apakah bersifat aktual, potensial
maupun risiko.
27
Menurut Tim Pokja SIKI (2018), rencana keperawatan
pada pasien yang mengalami sirosis hepatis berdasarkan
diagnosis keperawatan terdiri dari:
28
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
. Keperawatan Kriteria Hasil
1) Nyeri akut Setelah MANAJEMEN NYERI
berhubungan dengan dilakukan (I.08238)
proses inflamasi asuhan
(D.0077) keperawatan Observasi:
selama ...˟ 24 1) Identifikasi lokasi,
jam diharapkan karakteristik, durasi,
tingkat nyeri frekuensi, kualitas,
menurun. intensitas nyeri
Dengan kriteria 2) Identifikasi skala nyeri
hasil: 3) Identifikasi respons nyeri
1) Keluhan non verbal
nyeri 4) Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
(poin 5) memperberat nyeri
2) Meringis
menurun Terapeutik:
(poin 5) 1) Berikan teknik non
3) Sikap farmakologis untuk
protektif mengurangi rasa nyeri
menurun (mis. TENS, hipnosis,
(poin 5) akupresur, terapi musik,
4) Kesulitan biofeedback, terapi pijat,
tidur aroma terapi, teknik
menurun imajinasi terbimbing,
(poin 5) kompres hangat/ dingin,
5) Frekuensi terapi bermain)
nadi 2) Kontrol lingkungan yang
membaik memperberat rasa nyeri
(poin 5) (mis. Suhu ruangan,
6) Pola napas pencahayaan, kebisingan)
membaik 3) Fasilitasi istirahat dan
(poin 5) tidur
7) Tekanan 4) Pertimbangkan jenis dan
darah sumber nyeri dalam
membaik pemilihan strategi
(poin 5) meredakan nyeri.
29
8) Pola tidur Edukasi:
membaik 1) Jelaskan penyebab,
(poin 5) periode, dan pemicu nyeri
(SLKI PPNI, 2018) 2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5) Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
PEMBERIAN
ANALGETIK (I.08243)
Observasi:
1) Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
2) Identifikasi riwayat alergi
obat
3) Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-narkotik,
atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
4) Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
5) Monitor efektifitas
analgesik
30
Terapeutik:
1) Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
2) Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolusoploid
untuk mempertahankan
kadar dalam serum
3) Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien
4) Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi:
1) Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
(SIKI PPNI, 2018)
2. Defisit nutrisi Setelah MANAGEMEN
berhubungan dengan dilakukan GANGGUAN MAKAN
ketidakmampuan tindakan
mencerna makanan, keperawatan Observasi
ketidakmampuan selama ...x24ja 1) Monitor asupan dan
mengabsorbsinutrien m diharapkan: keluarnya makanan dan
(D.0020) 1. Porsi cairan serta kebutuhan
makanan kalori
yang
dihabiskan Terapiutik
(1,2,3,4,5) 2) Timbang berat badan
31
2. Berat badan secara rutin
atau IMT 3) Diskusikan perilaku
(1,2,3,4,5) makan dan jumlah
3. Frekuensi aktivitas fisik (termasuk
makan olahraga) yang sesuai
(1,2,3,4,5) 4) Lakukan kontak perilaku
4. Nafsu (mis.target berat badan,
makan tanggung jawab
(1,2,3,4,5) perilaku)
5. Perasaan 5) Di dampingi ke kamar
cepat mandi untuk
kenyang pengamatan perilaku
(1,2,3,4,5) memuntahkan kembali
makanan.
(SLKI PPNI, 2018)
6) Berikan penguatan
positif terhadap
keberhasilan target dan
perubahan perilaku.
7) Rencanakan program
pengobatan untuk
perawatan dirumah (mis
medis, konseling)
Edukasi
8) Anjurkan membuat
catatan harian tentang
perasaan dan situasi
pemicu pengeluaran
makanan. (mis
pengeluaran yang
disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
9) Ajarkan pengaturan diet
yang tepat
10) Ajarkan keterampilan
koping untuk
penyelesaian masalah
perilaku makan.
32
Kolaborasi
11) Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang target
berat badan kebutuhan
kalori dan pilihan
makanan.
(SIKI PPNI, 2018)
3. Hipervolemia Setelah MANAGEMEN
berhubungan dengan dilakukan HIPERVOLEMIA
gangguan tindakan (1.03114)
mekanisme regulasi keperawatan
yakni hipertensi selama ...*24 Observasi
portal sekunder jam diharapkan 1) Periksa tanda dan gejala
terhadap sirosis keseimbangan (dipsnea, edema, JVP
hepatis (D.0022) cairan meningkat, suara napas
meningkat tambahan)
dengan kriteria 2) Identifikasi penyebab
hasil : hipervolemia
1) Edema 3) Monitor intakedan
menurun output cairan
2) Asites 4) Monitor efek diuretik.
menurun Terapiutik
3) Berat badan 5) Timbang Berat Badan
membaik Setiap Hari Pada Waktu
4) Denyut nadi Yang Sama
membaik 6) Batasi Asupan Cairan
5) Turgor kulit Dan Garam
membaik 7) Tinggikan Kepala
Tempat Tidur 30-40°
(SLKI PPNI, 2018) Edukasi
8) Anjurkan melapor jika
haluaranurin<
0,5mL/jam dalam 6 jam
9) Anjurkan melapr jika
BB bertambah > 1kg
dalam sehari
10) Ajarkan cara
membatasi cairan
33
Kolaborasi
11) Kolaborasi pemberian
diuretik
(SIKI PPNI, 2018)
34
P : Perencanaan Rencana penanganan klien yang didasarkan
pada hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan
perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah
belum teratasi.
35
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
2
3
3.1
3.1.1 Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab)
Ny.A usia 45th beragama islam. Sudah menikah, pendidikan
SMA sederajad, tanggal MRS 20/05/2022, no.register 002xx,
alamat. Ds. Balongbendo rt.03 rw.02
Nama penanggung jawab, Tn.B usia 50th, suami, pekerjaan
swasta, alamat Ds. Balongbendo rt.03 rw.02
3.1.2 Keluhan Utama:
Pasien datang dengan mengeluh lemah/letih, nyeri di seluluh
badan, anoreksia (susah makan), kembung, pasien merasa perut
terasa tidak enak 13 berat badan menurun, mengeluh perut
semakin membesar, gangguan BAK (inkontinensia urin),
gangguan BAB (konstipasi/ diare), juga sesak nafas
3.1.3 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan alasan masuk rumah sakit mengeluh
lemah/letih, nyeri di seluluh badan, anoreksia (susah makan),
kembung, pasien merasa perut terasa tidak enak 13 berat badan
menurun, mengeluh perut semakin membesar, gangguan BAK
(inkontinensia urin), gangguan BAB (konstipasi/ diare), juga
sesak nafas
1.
2.
3.
3.1.
36
3.1.1.
3.1.2.
3.1.3.
3.1.4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi alkohol, pasien
mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit yang
dideritanya saat ini.
3.1.5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan suami maupun anggota keuarga yang lain
tidak memiliki penyakit srupa.
3.1.6. Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Pasien mengatakan nafsu makan menurun, sebelum sakit 3x1
porsi habis, saat sakit pasien makan sehari 3x2 sendok
makan.
2) Eliminasi
BAB : pasien mengatakan BAB teratur, feses padat berwarna
kecokelatan
BAK : pasien mengatakan urine berwarna kuning pekat bau
menyengat
3) Personal Hygiene
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mandi sehari 2x,
selama pasien hanya diseka 2x sehari
4) Pola Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur malam selama
8 jam, selama sakit pasien hanya tidur malam selama 3 jam.
5) Pola aktivitas
Pasien mengatakan untuk ke kamar mandi dibantu dengan
suaminya, makan kadang disuapi dengan suami.
3.1.7. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital
Pasien tampak lemah, abdomen tampak membesar dengan
ukuran perut 103 cm Klien tampak meringis saat di palpasi
ADL dibantu sebagian oleh keluarga dan perawat Frekuensi
nadi meningkat Irama nafas tidak teratur TD : 120/80 mmHg
37
Nadi : 94x/menit Suhu : 36,5℃ RR : 24x/menit pasien
tampak Gelisah
2) Kepala
Rambut terikat rapi, terdapat uban, sedikit bau karena
sudah 2hari tidak mencuci rambut
3) Wajah
Pasien tampak pucat.
4) Mata
Sklera ampak ikterik dan konjungtiva tampak anemis
5) Hidung
Tidak terdapat benjolan, lubang hidung simetris kanan dan kiri.
6) Mulut
Adanya bau karateristik pernapasan yaitu fetor hepaticus
7) Telinga
Daun telinga simetris kanan dan kiri, tidak terdapat
benjolan
8) Paru
a) Inspeksi : Pasien tampak sesak
b) Palpasi : fremitus seimbang
c) Perkusi : suara paru normal, (sonor)
d) Auskultasi : secara umum normal
9) Jantung
a) Inspeksi : anemis
b) Palpasi : peningkatan denyut nadi.
c) Auskultasi : Normal
10) Abdomen
a) Inspeksi : perut terlihat membuncit karena terdapat
asites.
b) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut kuadran
kanan atas, hepar teraba membesar, terdapat shifting
dullnes atau gelombang cairan
c) Perkusi : Redup
d) Auskultasi : penurunan bising usus
11) Ekstremitas
Terdapat udem tungkai, penurunan kekuatan otot,
Eritema Palmaris pada tangan, Jaundis dan CRT >2 detik
12) Genitalia
38
Kemaluan tampak bersih, selalu diseka setiap kali selesai
BAK atau BAB
39
DO:
1) Perut atau
abdomen tampak
membesar dengan
ukuran perut 103
cm
2) Klien tampak
meringis saat di
palpasi
3) ADL dibantu
sebagian oleh
keluarga dan
perawat
4) Frekuensi nadi
meningkat
5) Irama nafas tidak
teratur
6) TD : 120/80
mmHg
Nadi : 94x/menit
Suhu : 36,5℃
RR : 24x/menit
7) Gelisah
40
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Luaran Intervensi
. Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1.08238)
agen pencedera tindakan Observasi
fisiologis keperawatan selama 1) Identifikasi lokasi,
(sirosis 1x24 jam “Tingkat karakteristik, durasi,
hepatis) Nyeri” (L.08066) frekuensi, kualitas,
(D.0077) menurun dengan intensitas nyeri
kriteria hasil: 2) Identifikasi skala nyeri
1) Keluhan nyeri 3) Identifikasi respon nyeri
menurun non verbal
2) Meringis 4) Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
3) Gelisah menurun memperingan nyeri
4) Frekuensi nadi 5) Monitor keberhasilan
membaik terapi komplementer yang
5) Pola napas sudah diberikan
membaik 6) Monitor efek samping
penggunaan analgesik
(SLKI PPNI, 2018)
Terapeutik
7) Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis, hipnosis, terapi
musik, aromaterapi)
8) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
9) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
10) Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
41
11) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
12) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
13) Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
(SIKI PPNI, 2018)
Section IV.02
42
Section IV.03 3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Tgl Jam Implementasi Evaluasi Keperawatan
Keperawata Keperawatan
n
Nyeri akut 09 08.00 Observasi: S:
b/d agen Mei 1) Mengidentifikasi lokasi, Pasien mengatakan
pencedera 2022 karakteristik, durasi, perutnya semakin
fisiologis frekuensi, kualitas, membesar
(sirosis intensitas nyeri P : Nyeri timbul saat
hepatis) Hasil: melakukan aktivitas
(D.0077 P : Nyeri timbul saat berat. Nyeri bertambah
melakukan aktivitas saat di palpasi atau
berat. Nyeri bertambah disentuh
saat di palpasi atau
disentuh Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk R : Nyeri terasa di
bagian perut atau
R : Nyeri terasa di bagian abdomen kanan
perut atau abdomen
kanan S : Skala nyeri 6
08.30
S : Skala nyeri 6 T: Nyeri hilang timbul
dengan durasi yang
T: Nyeri hilang timbul tidak menentu
08.35 dengan durasi yang tidak
menentu O:
1) Tampak abdomen
2) Mengidentifikasi skala membesar (asites)
nyeri 2) Pasien tampak
Hasil: meringis
08.45 3) Pasien tampak
Skala nyeri 6 (nyeri
sedang) gelisah
4) Frekuensi nadi
3) Mengidentifikasi respon meningkat
nyeri non verbal Nadi: 94x/menit
Hasil: 5) Pola napas tidak
Pasien tampak meringis teratur
saat perut di palpasi dan RR: 24x/menit
43
tampak gelisah
08.50 A:
4) Mengidentifikasi faktor Masalah nyeri akut
yang memperberat dan belum teratasi
memperingan nyeri
Hasil: P:
Nyeri bertambah saat Intervensi dilanjutkan
09.00 No. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
melakukan aktivitas
berat dan saat di palpasi 12, 13
atau disentuh.
Nyeri berkurang saat
pasien istirahat atau
09.10 bedrest.
Terapeutik:
7) Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil:
Mengajarkan latihan
09.20 teknik napas dalam
8) Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
Hasil:
Mengatur suhu ruangan
dengan suhu yang sejuk
sesuai dengan kondisi
pasien
09.30
9) Mempertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Hasil:
Jenis nyeri: nyeri akut
09.40 Sumber nyeri: nyeri pada
perut bagian kanan
44
Edukasi:
10) Menjelaskan
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Hasil:
09.50 Pasien dan keluarga
mengerti bahwa
penyebab atau pemicu
nyeri timbul karena
melakukan aktivitas fisik
dan menekan perut
sehingga menganjurkan
pasien dan keluarga
untuk menghindari hal-
hal yang menyebabkan
nyeri.
Kolaborasi:
13) Kolaborasi
pemberian analgesik
45
Hasil:
Ketorolac injeksi 3 x 30
mg (per 8 jam)
10 08.00 Observasi: Pasien mengatakan
Mei 1) Mengidentifikasi lokasi, perutnya semakin
2022 karakteristik, durasi, membesar
frekuensi, kualitas, P : Nyeri timbul saat
intensitas nyeri melakukan mobilisasi
Hasil: di tempat tidur. Nyeri
P : Nyeri timbul saat bertambah saat di
melakukan mobilisasi di palpasi atau disentuh
tempat tidur. Nyeri
bertambah saat di palpasi Q : Nyeri seperti
atau disentuh ditusuk-tusuk
46
Masalah nyeri akut
4) Mengidentifikasi faktor belum teratasi
yang memperberat dan
memperingan nyeri P:
Hasil: Intervensi dilanjutkan
Nyeri bertambah saat No. 1, 2, 5, 6, 7, 12, 13
08.35
melakukan aktivitas
berat dan saat di palpasi
atau disentuh.
Nyeri berkurang saat
pasien istirahat atau
bedrest.
08.40
5) Memonitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
Hasil:
Pasien mengatakan
08.50 masih sering merasakan
nyeri meski terkadang
ada kala waktu nyeri
berkurang
Terapeutik:
7) Memberikan teknik
09.10 nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil:
Mengulangi latihan
teknik napas dalam
47
8) Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
Hasil:
Mengatur suhu ruangan
dengan suhu yang sejuk
sesuai dengan kondisi
pasien
Edukasi:
12) Mengajarkan
tekniknonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Hasil:
Pasien mengikuti dengan
seksama apa yang telah
di ajarkan perawat dalam
latihan teknik napas
dalam untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi:
13) Kolaborasi
pemberian analgesik
Hasil:
Ketorolac injeksi 3 x 30
mg (per 8 jam)
48
Q : Nyeri seperti ditusuk- R : Nyeri terasa di
tusuk bagian perut atau
abdomen kanan
R : Nyeri terasa di bagian
perut atau abdomen S : Skala nyeri 4 (nyeri
08.15 kanan sedang)
Terapeutik:
7) Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
08.40 mengurangi rasa nyeri
Hasil:
Mengulangi latihan
49
teknik napas dalam
Edukasi:
12) Mengajarkan teknik
nonfarmakologis
untukmengurangi rasa
nyeri
Hasil:
Pasien mengikuti dengan
seksama apa yang telah
di ajarkan perawat dalam
latihan teknik napas
dalam untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi:
13) Kolaborasi
pemberian analgesik
Hasil:
Ketorolac injeksi 3 x 30
mg (per 8 jam)
Section IV.04
50
Article V. BAB 4 SIMPULAN
51
Article VI.
Article VII.
Article VIII.
Article IX.
Article X.
Article XI.
Article XII.
Article XIII.
Article XIV.
Article XV.
Article XVI.
Article XVII.
Article XVIII.
Article XIX.
Article XX.
Article XXI.
Article XXII.
Article XXIII.
52
Article XXIV.
Article XXV.
Article XXVII.
Brunner, & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC.
Diyono, & Mulyanti. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah:
Sistem Pencernaan. Edisi 1. Jakarta: Prenada Media Grup.
Doenges, M. (0214). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ed. 3.
Jakarta: EGC.
Doenges, M. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ed. 3.
Jakarta: EGC.
LeMone, P., & dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Integumen, Gangguan Endokrin, dan Gangguan
Gastrointestinal Vol 2 Edisi 5. Terjemahan Oleh, Bhesty
Angelina, et al. 2015. Jakarta: EGC.
Lovena, A., Miro, S., & Efrida. (2017). Karakteristik Pasien Sirosis
Hepatis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 5-6.
Muttaqin, A., & Kumala, S. (2013). Gangguan Gasrtointestinal
Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Nurarif, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta:
MediAction.
Nurdjannah, S. (2014). Sirosis Hati. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
53
Potter, P., & Perry, A. (2013). Fundamental of Nursing Eight edition.
Canada: Mosby Elsevier.
SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI.
SLKI PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
54