Anda di halaman 1dari 21

Ibu hamil dengan DM

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Diabetes Mellitus dalam kehamilan
( DM Gestasional ) “ ,  sebagai salah satu tugas mata kuliah Kebidanan Komunitas (Askeb IV).
Pada semester 4 Program Studi D III Kebidanan STIKes Mercubaktijaya Padang.
            Penyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karna itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Ibu Devi Syarief, S.Si.T, M.Keb selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas
penyusunan makalah ini sehingga kami mendapatkan pengetahuan tentang Diabetes Mellitus
dalam kehamilan
2.      Semua pihak khususnya anggota kelompok yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk
mengerjakan tugas ini.
3.      Serta teman – teman semua yang telah mendukung selesainya makalah ini .

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan
dan semoga makalah ini berguna baik bagi penulis maupun pihak yang memanfaatkannya.
Penulis menyadari bahwa makalh ini jauh dari sempurna . oleh karna itu saran dari
pembaca sangat penulis harapkan dengan demi perbaikan makalah ini.

                                                                                                Padang , 29 Maret 2012

                                                                                                            Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa
berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita
perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun
antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan rutin.
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah
mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau
gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan
diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar
glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti
bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1
jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari
semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan
kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glokusa,25%kemungkinan akan berkembang
menjadi DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena
dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan dating, juga saat persalinan.
Diabetes Gestational merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama
kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah tidak hamil lagi. Pengendalian kadar glukosa
darah adalah hal penting selama kehamilan. Menurut penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang
mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah
persalinan. Disarankan agar setelah persalinan pemeriksaan gula darah diulang secara berkala
misalnya setiap enam bulan sekali.
Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup
rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat
memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Akhir dari kehamilan penderita DM
dapat dibuat lebih aman apabila ditangani dengan penatalaksanaan yang tepat, perawatan yang
optimum meliputi inisiasi terapi intensif sebelum konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan
diagnosis dan penatalaksanaan prenatal yang khusus.
Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat keguguran berulang,
pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan atau melebihi 4000 g, pernah mengalami
preeklamsia (keracunan kehamilan), atau pernah melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas
atau bayi dengan cacat bawaan.
Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil yang melebihi 30
tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta pernah mengalami diabetes mellitus pada
kehamilan sebelumnya.
B.  RUMUSAN MASALAH
-          Bagaimana Patofisiologi terjadinya DM pada masa kehamilan
-          Bagaimana Proses asuhan kebidanan  pada ibu hamil dengan DM
C.    TUJUAN
-          Untuk mengetahui bagaiman asuhan kebidanan DMG pada kehamilan
-          Untuk mengetahui apa itu DMG dalam kehamilan
-          Untuk mengetahui patofisiologi DMG dalm kehamilan

BAB II
TINJAUAN TEORI
DIABETES MELLITUS DALAM KEHAMILAN
( DIABETES GESTASIONAL )
A.    PENGERTIAN

  Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa.


  Suatu Intoleransi karbohidrat ringan ( toleransi glukosa terganggu ) maupun berat yang terjadi
atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan berlangsung.
  Penyakit kelainan metabolisme, dimana penderita tidak bias secara otomatis mengendalikan
tingkat glukosa dalam darahnya.
Berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita
perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun
antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan rutin.

B.     ETIOLOGI

DMG disebabkan karna kekurangn insulin. Yang disebabkan karna adanya kerusakan sebagian
kecil atau sebagian besar sel – sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pancreas yang bekarja
menghasilkan insulin.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat untuk makanan janin
dan persiapan untuk menyusui. Bila tidak mampu meningkatkan produksi insulin yang
mengakibatkan hyperglikemia atau DM kehamilan ( DM yang timbul dalam kehamilan ).

C.    TANDA DAN GEJALA


  Sering  kencing pada malam hari ( polyuria )
  Selalu merasa haus ( polydipsia)
  Selalu merasa lapar ( polyfagia )
  Selau mersa lelah atau kekurangan enrgi
  Penglihatan menjadi kabur
  Hyperglaisimia ( peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah )
  Glaikosuria ( glukosa dalam urine )
  Mata kabur
  Pruritus vulva.
  Ketonemia.
  BB menurun
   Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
  Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
  Gula darah puasa > 126 mg/dl.
D.    KLASIFIKASI

1.      Diabetes mellitus yang tergantung pada insulin ( Tipe 1/ Id DM )


Biasanya terdapat pada orang yang masih muda. Gejalanya terjadi dengan tiba – tiba . kadar
glukosa darah yang tinggi.
2.      Diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin ( Tipe 2 / NID DM)
Biasanya terdapat pada orang yang usianya > 40 tahun , terjadi secara perlahan – lahan , dan
kemungkina tidak ada tanda atau gejala , biasanya terdapat pada orang gemuk , usia lanjut dan
tidak aktif.
3.      Diabetes tipe lain.
4.      Diabetes mellitus gestasional (DMG) yaitu diabetes yang hanya timbul dalam kehamilan.

Tabel. klasifikasi insulin

TIPE 1 ( DEPENDEN TIPE 2 ( NON DIPENDEN


KARAKTERISTIK
INSULIN ) INSULIN )
Lokus genetic          Kromosom 6          Tidak diketahui
Onset umur          < 20 tahun          Umur > 40 tahun
         < 40 tahun
Habitus          Normal,terjadi pemborosan          Gemuk
energy
Insulin plasma          Insulin rendah/tidak ada/          Tinggi.resistensi terhadap
kurang insulin tinggi
Glucagon          Konsentrasi tinggi dapat          Konsentrasi tinggi ,
diturunkan resistensinya juga tinggi
Komplikasinya          Ketoasidosis
reaksi          hyperosmoler sampai koma
kortison terhadap terapi
         bereaksi          dapat bereaksi
insulin
Sulfonil- urea          tidak bereaksi          bereaksi dengan baik

E.     SKRINING
Fourth International Workshop-Conference on Gestational Diabetes: Merekomendasikan
skrining untuk mendeteksi Diabetes Gestasional :

1. Risiko Rendah :

Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila :

 Angka kejadian diabetes gestational pada daerah tersebut rendah


 Tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabat dekat
 Usia < 25 tahun
 Berat badan normal sebelum hamil
 Tidak memiliki riwayat metabolism glukosa terganggu
 Tidak ada riwayat obstetric terganggu sebelumnya

2.      Risiko Sedang :


Dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24 – 28 minggu terutama pada wanita dengan ras
Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan Asia Selatan.
3.      Risiko Tinggi : wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, mengalami
glukosuria (air seni mengandung glukosa).
Dilakukan tes gula darah secepatnya. Bila diabetes gestasional tidak terdiagnosis maka
pemeriksaangula darah diulang pada minggu 24 – 28 kehamilan atau kapanpun ketika pasien
mendapat gejala yang menandakan keadaan hiperglikemia (kadar gula di dalam darah
berlebihan).
F.     KOMPLIKASI

           Tekanan darah tinggi, preeclampsia dan eclampsia.


Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan darah yang tinggi
selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena preeclampsia
dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan naiknya
tekanan darah & gejala lain, yang dapat membahayakan ibu maupun sang buah hati.

           Diabetes di kemudian hari.


Jika mengalami gestational diabetes, maka kemungkinan besar akan mengalami kembali pada
kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga beresiko untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian
hari. Akan tetapi dengan mengatur gaya hidup seperti makan makanan yang bernutrisi &
berolahraga dapat mengurangi resiko terkena diabetes tipe 2 nantinya. Untuk wanita dengan
riwayat gestational diabetes, yang berhasi menurunkan berat badan hingga ideal setelah
melahirkan, maka resikonya untuk terkena diabetes tipe 2 hanya kurang dari 1 per 4 wanita.

Komplikasi pad maternal Komplikasi pada janin


      Hipertensi 10-20 %       Kematian perinatal tinggi
      Hidraamnion 20-25%       Kelainan congenital 6 %
      Bakteriuria 7-10 %       Makrosomia
      Persalinan distosia 10-15 %       Kematian intra uterin
      Kematian maternal jarang       Abortus berulang / tanpa sebab
      Gangguan vaskuler sehingga       Respiratory distress syndrom
menimbulkan : preeclampsia
      Dapat terjadi infertilitas       Janin makrosomia cenderung
      Emesis dan hyperemesis berat menyebabkan pertolongan persalinan
operatif transoabdominal
      Dampak lain kolestrol tinggi dan      pertolongan persalina pervaginam
hypertensi adalah : yang paling berbahaya adalah distosia
         Retinopati bahu.
         Nefropati
         Neuropath
         ateroskelosis

G.    PATOFISIOLOGI

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di
mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut
terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai
komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan
metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir
menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang
mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin,
disamping beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat
lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut
kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari
keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik
telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah
menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin,
sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di
mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam
membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal.
(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

H.    FAKTOR RESIKO


a.  Factor kebidanan
  Beberapa kali keguguran
  Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas.
  Riwayat pernah melahirkan anak dengan cacat bawaan.
  Pernag pre-eklampsi
  polihidramnion
b. Factor ibu
  Umur ibu hamil lebih dari 30 tahun
  Riwayat DM dalam keluarga
  Pernah DMG pada kehamilan sebelumnya
  Infeksi saluran kemih yang berulang-ulang sebelum hamil.

I.       PENGARUHNYA

Terhadap kehamilan Terhadap persalinan Terhadap nifas

      Hyperemesis gravidarum       kegiatan otot rahim dan         Lebih sering
      Pemakaian glikogen usaha meneran mengakibatkan infeksi nifas
bertambah mengakibatkan pemakaian dan sepsis yang
      Meningkatnya metabolism glukosa lebih banyak , menghambat luka jaln lahir ,
basal sehingga dapat terjadi baik rupture perineum
      Sebagian insulin ibu hypoglikemia , apabila maupun lika episitiomi
dimusnahkan oleh enzim disertai dengan muntah –
insulin dalam plasenta muntah.

J.      PENATALAKSANAAN

a)        Pengelolaan medis


Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari
atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
1.      Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini,
pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin
yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2.      Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi
dengan baik.
3.      Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
4.      Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali
pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5.      Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6.      Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
− Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
− Kalori kegiatan jasmani 10-30%
− Kalori untuk kehamilan 300 kalor
− Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB

Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120
mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler.
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
− Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
− Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
− Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
− Mencegah episode hipoglikemia
− Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
− Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika
mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering.
Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya
rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan
tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu
BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang
digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal
dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan
terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah
plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.
Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate
dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat
dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa
yang diharapkan.
Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi
dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI
b). Pengelolaan obstetrik
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan janin, terutama
tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu,
pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus
uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus
uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
Pengukuran tinggi fundus uteri :
         NST – USG serial
         Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5
merupakan tanda gawat janin.
         Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia,
pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan
persalinan secara seksio sesarea.
         Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup
waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
         Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
         Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk
memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
         Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi
seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu.
Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
         Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP).
Pemberian ASI, Ibu Dengan Diabetes Melitus

Posted on Februari 21, 2016 by The Doctor Indonesia Tinggalkan komentar


ASI berkaitan dengan kandungan hormonal dan faktor hormonal dalam tubuh manusia. ASI
mengandung hormon dan faktor pertumbuhan yang berperan dalam proses pematangan saluran cerna
terutama fungsi kekebalan dan ketahanan terhadap penyakit. Pemberian ASI eksklusif bersifat protektif
terhadap penyakit Diabetes Mellitus tipe I dan 2, serta obesitas. Pemberian ASI oleh Ibu dengan
penyakit endokrin khususnya diabetes melitus pada umumnya relatif aman baik bagi ibu atau bayi.

Pemberian ASI, Ibu dengan penyakit Diabetea Melitus

Ibu Dengan Diabetes Melitus

* Pada ibu hamil yang menderita Diabetes Mellitus, terdapat kecenderungan untuk melahirkan bayi
yang besar. Meskipun beberapa peneliti lain menyatakan bahwa kecenderungan tersebut juga
dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya volume ASI yang diminum pada minggu pertama.

* Sebuah penelitian di Jerman yang mengobservasi anak (usia 5,4+1,6 tahun) dari ibu-ibu yang
menderita DM hanya pada saat hamil (DM Gestasional) memperlihatkan bahwa pemberian ASI selama
lebih dari 3 bulan dapat menurunkan terjadinya kegemukan dan penurunan ini sejalan dengan makin
lama si anak disusui.

* Menyusui dapat menurunkan risiko tejadinya kegemukan, tanpa dipengaruhi oleh status diabetes dan
berat badan ibu.

Terapi insulin

Terapi insulin harus bersifat individual dan diseimbangkan dengan asupan makanan dan olahraga. Saat
pasien mulai menggunakan insulin untuk mengatasi diabetes, dosis awal hanyalah titik awal. Seiring
waktu, kebutuhan insulin dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kenaikan atau penurunan berat badan,
perubahan kebiasaan makan, dan penambahan obat-obatan lainnya. Kebutuhan insulin sering kali
meningkat dan dosis harus diatur ulang untuk dapat memenuhi kebutuhan kadar insulin baru.

Insulin diinjeksikan secara subkutan (di bawah kulit). Lokasi injeksi umumnya di perut, bokong, paha,
dan lengan atas. Dengan menggilir lokasi injeksi, pasien dapat menghindari lipohipertropi, yaitu
peningkatan pertumbuhan atau ukuran sel-sel lemak di bawah kulit. Ketika terjadi lipohipertropi, area di
bawah kulit pada lokasi injeksi menjadi berlemak. Karena itu, untuk memperoleh laju absorpsi yang baik
dan untuk menghindari perubahan pada kulit lokasi injeksi, penting untuk menggilir lokasi injeksi insulin.
Baca :  Patch Jarum Mikro Tanpa Rasa Sakit Ini Efektif Mengontrol Diabetes

Jenis-Jenis Insulin

Tipe insulin bervariasi bergantung pada seberapa cepat insulin bekerja, waktu kerja maksimal, dan
durasi kerja insulin dalam tubuh. Karena terapi insulin selalu membutuhkan peningkatan dosis dan tidak
nyaman, banyak dokter merekomendasikan penggunaan insulin basal dengan insulin yang diberikan
pada waktu makan saat dibutuhkan. insulin basal ditujukan untuk menjaga kadar glukosa darah tetap
terkendali selama periode puasa atau tidur.

Terdapat dua jenis insulin basal, yaitu insulin intermediate-acting (kerja sedang) dan insulin long-acting
(kerja-panjang). Untuk menyerupai mekanisme tubuh pasien sehat dalam melepaskan insulin, insulin
bolus (insulin short-acting (kerja singkat) atau rapid-acting (kerja-cepat)) harus diberikan untuk
mencegah peningkatan kadar glukosa darah setelah makan.

Insulin reguler atau short-acting :

 Digunakan pada waktu makan

 Mulai bekerja dalam waktu 30 menit

 Bekerja maksimal dalam 2 hingga 3 jam

 Efek bertahan hingga 6 jam

 Insulin Neutral Protamine Hagedorn (NPH) harus di-resuspensi (mengaduknya perlahan dengan
memutar pen) sebelum digunakan

 Contoh : Humulin R; Novolin R; dan, untuk pompa insulin, Velosulin, hanya Humulin R yang
tersedia di Indonesia

Insulin kerja-cepat :

 Digunakan pada waktu makan

 Mulai bekerja dalam 15 menit

 Bekerja maksimal dalam sekitar 1 jam

 Efeknya bertahan hingga 4 jam

 Contoh : glulisine, lispro, dan aspart, semua produk belum tersedia di Indonesia

Insulin kerja-sedang :

 Digunakan sehari sekali


 Bekerja maksimal 4 hingga 8 jam setelah injeksi

 Efeknya bertahan hingga 18 jam

 Jika diinjeksikan sebelum tidur, insulin akan bekerja maksimal pada dini hari, yaitu saat insulin
paling dibutuhkan

 Contoh : NPH, Humulin N, dan Novolin N, hanya Humulin N tersedia di Indonesia

Insulin kerja-panjang  :

 Menurunkan kadar glukosa secara bertahap

 Efeknya dapat bertahan hingga 24 jam

 Contoh : detemir (Levemir) dan glargine (Lantus), tersedia di Indonesia

Ultralong-acting insulin :

 Digunakan sehari sekali

 Efeknya dapat bertahan lebih dari 24 jam

 Contoh : degludec (Tresiba), belum tersedia di Indonesia

[Baca : Obat Baru Insulin Degludec Bisa Bekerja 42 Jam dengan Waktu Pemberian Berbeda]

Premixed insulin memiliki kombinasi insulin kerja-sedang dan kerja-cepat dalam jumlah yang spesifik
dalam 1 botol atau pen insulin. Produk ini, seperti Humulin 70/30, Novolin 70/30, Novolog 70/30,
Humulin 50/50, dan Humalog Mix 75/25, umumnya digunakan 2 atau 3 kali sehari sebelum waktu
makan.

[Baca : Obat Insulin Baru Ini Efektif Tangani Hipoglikemia di Diabetes Tipe 1 dan 2]

Kekuatan Insulin dan Spuit

Insulin tersedia dalam beberapa kekuatan, meskipun sebagian besar insulin dibuat dalam kekuatan
U100, artinya terdapat 100 unit insulin dalam setiap mL cairan.

Terdapat 3 ukuran spuit insulin U100, yaitu 1/3 cc (dapat menampung 30 unit insulin), 1/2 cc
(menampung 50 unit insulin), dan 1 cc (menampung 100 unit insulin). Jenis spuit yang digunakan
bergantung seberapa banyak insulin yang dibutuhkan.

Baca :  Alasan Ilmiah Lamanya Waktu Penyembuhan Luka Pada Penyakit Kronis
Beberapa insulin baru dengan konsentrasi lebih besar dari U100 baru-baru ini beredar di pasaran.
Produk ini dikembangkan untuk pasien yang membutuhkan dosis insulin yang besar untuk mengurangi
volume injeksi dan frekuensi injeksi. Toujeo (insulin glargine [rDNA origin]), suatu insulin basal kerja
panjang yang digunakan sehari sekali, mengandung 300 unit/mL (U300). Untuk pasien dengan resistensi
insulin parah yang membutuhkan lebih dari 200 unit per hari, insulin dengan konsentrasi tinggi (U500)
tersedia di pasaran.

Sistem Penghantaran Insulin

Terdapat beragam sistem penghantaran insulin, di antaranya dengan menggunakan spuit, pen insulin
(sekali pakai atau isi ulang), injektor tanpa jarum yang menggunakan tekanan sangat tinggi untuk
mendorong semprotan halus insulin melalui kulit, dan insulin hirup. Pompa insulin menghantarkan
insulin yang dibutuhkan tubuh 24 jam sehari melalui kateter yang dipasang di bawah kulit. Meskipun
perangkat ini telah digunakan untuk menangani DT1 selama 35 tahun, penggunaannya semakin luas
dalam 15 tahun terakhir.

Semua insulin NPH, serta lente dan ultralente (insulin kabut (all cloudy insulins)), perlu dikocok untuk
memastikan suspensi insulin merata di seluruh cairan. Untuk memastikan keefektifannya dan untuk
mengurangi fluktuasi glukosa darah, pastikan agar insulin tercampur secara merata dengan membolak-
balikkan botol dari ujung ke ujung selama beberapa kali, atau dengan memutar botol perlahan di antara
telapak tangan.

Penyimpanan Insulin

Insulin yang utuh masih dalam kemasan harus disimpan di lemari es sampai pada saatnya digunakan dan
dapat digunakan hingga tanggal kedaluwarsa yang tertera pada label. Jangan pernah menyimpan insulin
di dalam lemari beku (freezer) dan insulin tidak boleh terpapar panas atau sinar matahari langsung.
Setelah dibuka, vial insulin dapat disimpan pada suhu ruangan.

Insulin dalam suhu ruangan tidak akan terlalu menyebabkan rasa sakit saat diinjeksikan. Umumnya,
sebagian besar vial insulin baik digunakan selama 28 hari. Pen sekali pakai harus disimpan pada suhu
ruangan setelah digunakan dan baik digunakan selama 10, 14, 28, atau 42 hari, bergantung jenis insulin.
Periksa kembali sisipan/brosur obat dan ikuti petunjuknya.

Insulin bukan merupakan obat penyembuh diabetes. Akan tetapi jika digunakan dengan tepat disertai
asupan makanan dan aktivitas fisik yang sesuai, insulin dapat membantu mengendalikan diabetes dan
mengurangi risiko komplikasi.

Sumber:

1. Beth Bolt.The ABCs of Insulin.


http://www.pharmacytimes.com/publications/issue/2016/October2016/The-ABCs-of-Insulin.
(Diakses 30 Oktober 2016)
2. Diabetes basics. American Diabetes Association website. diabetes .org.(Diakses 30 Oktober
2016)

3. Diabetes treatment: using insulin to manage blood sugar. Mayo Clinic website.
mayoclinic.org/diseases-conditions/diabetes/in-depth/ diabetes-treatment/art-20044084.
(Diakses 30 Oktober 2016)

Artikel Majalah Farmasetika ini termasuk kedalam artikel edisi khusus yang diterbitkan di edisi khusus 4
tahun 2016 di http://jurnal.unpad.ac.id/farmase

Obat

Obat Diabetes Melitus

a. Antidiabetik oral

Penatalaksanaan pasien DM

dilakukan dengan menormalkan

kadar gula darah dan mencegah

komplikasi. Lebih khusus lagi dengan

menghilangkan gejala,optimalisasi

parameter metabolik, dan

mengontrol berat badan. Bagi pasien

DM tipe 1 penggunaan insulin

adalah ter

api utama. Indikasi

antidiabetik oral terutama ditujukan

untuk penanganan pasien DM tipe 2

ringan sampai sedang yang gagal

dikendalikan dengan pengaturan

asupan energi dan karbohidrat serta

olah raga. Obat golongan ini


ditambahkan bila setelah 4

8 minggu

paya diet dan olah raga dilakukan,

kadar gula darah tetap di atas 200

mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi

Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

J MAJORITY | Volume

Nomor

Februari

2015

92

obat ini bukan menggantikan upaya

diet, melainkan membantunya.

Pemilihan obat antidiabetik oral

yang tepat sangat menentukan

keberhasilan terapi diabetes.

Pemilihan terapi menggunakan

antidiabetik oral dapat dilakukan

dengan satu jenis obat atau


kombinasi. Pemilihan dan

penentuan regimen antidiabetik oral

yang digunakan harus

mempertimbangkan tingkat

keparahan penyakit DM serta

kondisi kesehatan pasien secar

umum termasuk penyakit

penyak

it

lain dan komplikasi yang ada.

Dalam

hal ini obat hipoglikemik oral adalah

termasuk golongan sulfonilurea,

biguanid, inhibitor alfa glukosidase

dan insulin sensitizing.

b. Insulin

Insulin merupakan protein kecil

dengan be

rat molekul 5808 pada

manusia. Insulin mengandung 51

asam amino yang tersusun dalam

dua rantai yang dihubungkan


dengan jembatan disulfide, terdapat

perbedaan asam amino kedua

rantai

tersebut

. Untuk pasien yang tidak

terkontrol dengan diet atau

pemberian hi

poglikemik oral,

kombinasi insulin dan obat

obat lain

bisa sangat efektif. Insulin

kadangkala dijadikan pilihan

sementara, misalnya selama

kehamilan. Namun pada pasien DM

tipe 2 yang memburuk, penggantian

insulin total menjadi kebutuhan.

Insulin merupakan hormon yang

mempe

ngaruhi metabolisme

karbohidrat maupun metabolisme

protein dan lemak. Fungsi insulin

antara lain menaikkan pengambilan

glukosa ke dalam sel


sel sebagian

besar jaringan, menaikkan

penguraian glukosa secara oksidatif,

menaikkan pembentukan glikogen

dalam hat

i dan otot serta mencegah

penguraian glikogen, menstimulasi

pembentukan protein dan lemak

dari glukos

Anda mungkin juga menyukai