1. PENGERTIAN
Nyeri kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada
kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik
( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit
Nyeri kepala tipe cluster merupakan nyeri kepala pada satu sisi yang
disertai dengan keluarnya air mata dan hidung tersumbat. Serangan berlangsung
periode bebas nyeri yang berlangsung setidanknya satu bulan atau lebih lama.
Nyeri kepala memiliki diagnosis diferensial berupa nyeri kepala tipe lain seperti
migraine, nyeri kepala sinus, serya nyeri kepala tipe tegang. 1,2
Society (HIS), nyri kepala tipe cluster memiliki karakteristik sebagai berikut:
180 menit, dan menyerang mulai dari sekali hingga delapan kali per hari.
b. Serangan nyeri kepala disertai dengan satu atau lebih gejala berikut (semuanya
2. TIPE
a. Tipe Episodic Deskripsi: Serangan berlangsung selama 7 hari – 1 tahun yang diantarai
dengan periode bebas nyeri selama 1 bulan atau lebih lama. Kriteria diagnosis:
Setidaknya terdapat dua periode cluster yang berlangsung selama 7 - 365 hari dan
b. Tipe Kronik Deskripsi: Serangan berlangsung selama lebih dari 1 tahun tanpa adanya
periode remisi, atau dengan periode remisi kurang dari 1 bulan. Kriteria diagnosis:
Serangan berlangsung selama lebih dari 1 tahun tanpa adanya periode remisi, atau
3. KLASIFIKASI
Nyeri kepala tipe cluster dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe utama:
b. Tipe kronis, dimana fase cluster terjadi lebih dari sekali dalam setahun,
c. tanpa disertai remisi, atau dengan priode bebas nyeri yang kurang dari 1
bulan
4. KRITERIA
Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala tipe Cluster berdasarkan International Headache Society8
a. Nyeri hebat atau sangat hebat unilateral pada area orbital, dan atau temporal yang
5. Etiologi
Etiologi pasti dari cluster headache masih belum jelas. Namun, diperkirakan ada hubungan
antara sistem trigeminovaskular, serabut saraf parasimpatis yang terlibat dalam refleks
otonom trigeminal, dan hipotalamus. Namun, tidak pasti bagaimana struktur ini berinteraksi
untuk menyebabkan sakit kepala ini. Terdapat hubungan definitif antara vasodilatasi dan
menginduksi terjadinya vasodilatasi. Selain itu, Hipotalamus memiliki hubungan yang pasti
dengan cluster headache. Serangan memiliki periodisitas sirkadian, paling sering terjadi
pada malam hari. Serabut saraf parasimpatis adalah bagian dari refleks otonom trigeminal,
yang menyebabkan gejala otonom, termasuk injeksi atau lakrimasi konjungtiva, rinore, dan
vasodilatasi. Seperti hipotalamus, ini adalah komponen yang diketahui dari cluster
headache, tetapi pemicu pasti bagaimana refleks trigeminal diaktifkan masih belum pasti.
Terdapat beberapa faktor risiko dari cluster headache, yaitu : • Jenis kelamin laki-laki; •
Usia lebih dari 30; • Konsumsi alkohol; • Operasi atau trauma otak sebelumnya (8). Pasien
CH melaporkan sejumlah pemicu terjadinya serangan – baik peristiwa yang terjadi secara
alami seperti stres, tidur, asupan alkohol dan perubahan cuaca, tetapi juga pemicu
farmakologis. Telah diketahui bahwa pemicu ini dapat mengaktivasi sistem trigeminal
6. PATOFISIOLOGI
patofisiologi yang mendasari nyeri kepala tipe cluster masih belum
jam biologis yang diatur oleh hipotalamus (yang mengendalikan ritme sikardian),
yang disertai dengan disinhibisi jalur nosisepif dan otonomik – secara spesifik,
komponen yang lebih besar (porsio mayor) yang terdiri dari serabut sensorik
untuk wajah, dan komponen yang lebih kecil (porsio minor) yang terdiri dari
medulla spinalis untuk persarafan sensorik wajah. Seperti ganglia radiks dorsalis,
dan diskriminasi) dan ke nucleus spinalis tigemini (untuk nyeri dan suhu).
mirip dengan sel-sel ganglion radiks dorsalis meskipun terletak di dalam batang
otak; yaitu seakan-akan nucleus perifer telah dipindahkan ke system saraf pusat.
Prosesus perifer neuron pada nucleus ini menerima impuls dari reseptor perifer di
spindle otot yang berbeda di dalam otot-otot pengunyah, dan dari reseptor lain
yang memberikan respons terhadap tekanan. Ketiga nuclei yang disebutkan tadi
membentang dari medulla spinalis servikalis hingga ke mesensefalon, seperti yang terlihat
pada . Ganglion trigiminale terletak di basis kranii di atas apeks os. Petrosus, tepat di lateral
bagian posterolateral sinus kavernosus. Ganglion ini membentuk tiga buah cabang nervus
trigeminus ke area wajah yang berbeda, yaitu nervus oftalmikus (V1), yang keluar dari
tengkorak melalui fisura orbitalis superior, 6 nervus maksilaris (V2), yang keluar melalui
foramen rotudum; dan nervus mandibularis (V3), yang keluar melalui foramen ovale. 6
mengidentifikasi area abu-abu pada bagian posterior hipotalamus sebagai area inti dari
(hipotalamus) yang mengalami perbedaan dengan otak pada pasien tanpa nyeri kepala tipe
sensorik pada divisi maksilaris dan oftalmik dari nervus trigeminus. Nervus ini berhubungan
vaskuler mungkin memiliki peranan penting dalam pathogenesis nyeri kepala tipe cluster,
meskipun hasil penelitian terhadap aliran darah masih menunjukkan hasil yang tidak
konsisten. Aliran darah ekstra kranial mengalami peningkatan (hipertermi dan peningkatan
7. MANIFESTASI KLINIS
Serangan nyeri kepala tipe cluster secara tipikal berlangsung pendek dan terjadi dengan
periode yang jelas, khususnya selama pasien tidur atau pada pagi hari, biasanya
berkoresponedensi dengan fase rapid eye movement pada saat tidur. Berbeda dengan
nyeri kepala migraine, nyeri kepala cluster tidak didahului dengan aura dan biasanya
tidak disertai dengan mual, muntah, fotofobia, atau osmofobia. Pasien biasanya
mengalami 1-2 kali periode cluster dalam setahun, masing-masing bertahan selama 2
a. . Karakterisitik: nyeri sangat hebat, menyiksa, menusuk, tajam, bola mata seperti
dan tengkuk
c. c. Distribusi: nyeri pada divisi pertama dan kedua dari nervus trigemnius; sekitar 8
e. e. Durasi: 5 menit hingga 3 jam per episode f. Frekuensi: dapat terjadi 1-8 kali
nyeri dapat ditemukan pada sebagian pasien; panjang remisi rata-rata 2 tahun,
Nyeri dapat disertai dengan berbagai gejala parasipatis karnial, antara lain:
berupa cuaca panas, menonton televisi, nitrogliserin, stress, relaksasi, rhinitis alergi,
dan aktifitas seksual. 7 Selama periode serangan nyeri kepala tipe cluster, sebanyak
90% dari pasien menjadi gelisah dan tidak dapat beristirahat. Mereka tidak dapat
berbaring untuk istirahat; sebaliknya, pasien memilih untuk berjalan dan bergerak
kesana kemari. Pasien dapat merasa putus asa dan membenturkan kepalanya pada
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis cluster headache didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
laboratorium tidak bernilai khusus dalam penyakit ini. Sedangkan untuk Pemeriksaan
potensial nyeri kepala lainnya. CT Scan atau MRI Kepala dengan kontras atas indikasi bila
didapatkan defisit neurologi, atau bila diterapi belum membaik selama 3 bulan serta
9. PENATALAKSANAAN
cluster individu.
Tatalaksana Abortif
puncak (<15 menit) dan durasi yang relatif singkat dari setiap
parenteral.
Oral
secara acak
oksigen
Intranasal
menit (12).
Injeksi
<0,001).
Penggunaan perangkat
Oral
peningkatan dosis.
Intranasal
Prosedural
jangka panjang.
Prosedur invasif
refrakter.
11. PENGKAJIAN
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari
cluster hediance .
Data Subyektif
d. Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan
h. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
Data Obyektif
c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d. Suhu badan
Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya
ialah:
a. Nyeri kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan nyeri kepala migrain
b. Nyeri kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau
c. Nyeri kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada
waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
d. Nyeri kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
f. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada
h. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan
juga alkohol.
i. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan
kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
12. DIAGNOSTIK
1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan
2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan
menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur
tubuh.
3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak
dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena
intrakranial.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung
tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat,
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana
intrakranial.
Intervensi:
a. Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau
b. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal :
meredakan.
d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh,
h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti
mengisolasi diri.
i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi,
pasangan/keluarga
k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
o. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif “Saya sembuh, saya sedang
relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-
internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.
sesuai indikasi.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung
tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak
Intervensi.
a. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan
e. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang
diharapkan.
f. Kolaborasi
Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat,
Intervensi ;
c. Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk
makanan yang dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti
bersenang-senang.
tertawa/tersenyum.
i. Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor
k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi
1. Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Padjajaran, Bandung.
2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
4. Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta.
5. Susan Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan Evaluasi,
6. Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses – proses penyakit. EGC, Jakarta