Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN DM GESTASIONAL


di RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Oleh:

Ni Putu Neni Indriyani


NIM. 132013143020

Dosen Pembimbing :
Dr Esti Yunitasari, S.Kp., M.Kes.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2020
I. Konsep DM Gestasional pada Ibu Hamil
1. Definisi Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa atau


ovum, dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi dengan kata lain kehamilan dimulai
selama 2 minggu setelah ovulasi terjadi. Kehamilan normal akan berlangsung selama 40
minggu atau 10 bulan lunar, atau 9 bulan menurut kalender masehi.Kehamilan terbagi
dalam tiga trimester dimana trimester kesatu berlangsung selama 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu ( minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu
ke-28 hingga ke-40) (Norman FG dan Garry C, 2010).

2. Definisi Diabetes Melitus Gestasional


Diabetes Mellitus Gestasional merupakan gangguan toleransi glukosa yang terjadi
sewaktu hamil dan kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan. Dianggap diabetes
mellitus (bukan gestasi) bila gangguan toleransi glukosa menetap setelah persalinan. Pada
golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi
diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya
pada trimester kedua dan ketiga (Sudoyo, 2006).
Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28 pada masa kehamilan.
Walaupun diabetes masa kehamilan termasuk salah satu faktor resiko terkena dabetes tipe
II. Kondisi ini adalah kondisi sementara dimana kadar gula darah akan kembali normal
setelah melahirkan (Manuaba, 2007).
Diabetes mellitus gestasional didefinisikan sebagai derajat apapun intoleransi
glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan (WHO, 2013). Hal ni
berlaku baik insulin atau modifikasi diet hanya digunakan untuk pengobatan atau jika
kondisi tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Ini tidak mengesampingkan
kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum diakui mungkin telah dimulai
bersamaan dengan kehamilan.

3. Etiologi Diabetes Melitus Gestasional


Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta (organ
yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi membantu pergeseran dari
ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta untuk membantu mencegah ibu
dari mengembangkan gula darah rendah. Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan
terganggunya intoleransi glukosa progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk
mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat insulin lebih banyak supaya sel
mendapat glukosa bagi memproduksi sumber energi (Sarwono, 2005).
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali jumlah
normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah. Namun, jika
pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi efek dari
peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik, mengakibatkan GDM.

4. Faktor Risiko Diabetes Melitus Gestasional


Berikut ini adalah faktor risiko yang meningkatkan terjadinya diabetes melitus
gestasional (ADA,2015) :
1) Usia
Seiring bertambah nya usia maka semakin tinggi pula resiko terkena diabetes
melitus gestasional. Meningkatnya resiko diabetes melitus gestasional ini seiring
dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan fungsi fisiologis
tubuh (Ernawati, 2017).
2) Obesitas
Obesitas menjadi salah satu faktor risiko terjadinya diabetes melitus gestasional. Ibu
hamil dengan obesitas memiliki resiko lebih tinggi terjadinya diabetes melitus
gestasional dibandingkan ibu hamil tanpa obesitas (Dobjanschi, 2015). Berlebihnya
lemak dalam tubuh karena perubahan metabolik dapat meningkatkan glukosa darah,
meningkatnya konsentrasi insulin dalam darah dan resistensi insulin.

3) Riwayat Melahirkan Makrosomia


40% kejadian makrosomia dilahirkan oleh ibu dengan diabetes melitus gestasional
(Sulistiyah, 2016). Ibu hamil dengan diabetes melitus gestasional mengalami
peningkatan serum metabolit yang akan memicu peningkatan nutrisi pada janin
sehingga dapat merubah pertumbuhan janin. Pada kehamilan trimester kedua,
produksi insulin meningkat dikarenakan pankreas pada ibu hamil dengan diabetes
melitus gestasional beradaptasi dengan hiperglikemik. Peningkatan produksi insulin
tersebut menyebabkan pertumbuhan fetus yang beratnya berlebihan atau
makrosomia (Rahayu, 2016).

4) Riwayat Keturunan Diabetes Melitus


Ibu hamil yang memiliki keluarga dengan diabetes melitus memiliki risiko
menderita diabetes melitus sebesar 75%. Risiko pada perempuan lebih besar
daripada pria. Hal tersebut dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan
lebih besar dari ibu (Rini, 2016).
5) Etnis
Pada etnis Asia lebih tinggi risiko terkena diabetes melitus daripada etnis Eropa.
Menurut Dinkes (2015) jumlah penderita di Jawa lebih banyak daripada jumlah
penderita di provinsi lain, hal tersebut dikarenakan ciri masakan masyarakat Jawa
yang manis (Susanti, 2013).

5. Patofisiologi Diabetes Melitus Gestasional

Patofisiologi diabetes melitus gestasional masih belum jelas sampai saat ini
Kehamilan merupakan kondisi diabetogenik yang ditandai dengan hipoglisemia puasa,
hiperglisemia postrandial dan resistensi insulin. Pada ibu hamil tidak dapat
mengkompensasi keadaan tersebut sehingga menimbulkan diabetes melitus gestasional.
Diabetes dalam kehamilan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal
pada pasien. Peningkatan jumlah hormon kortisol, estrogen dan Human Placental
Lactogen (HPL) berpengaruh terhadap fungsi insulin salam mengatur kadar gula dalam
darah. Kondisi tersebut menyebabkan resistensi insulin sehingga menimbulkan
peningkatan kadar glukosa pada ibu hamil (JAFES, 2016).

6. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Gestasional


Diabetes mellitus gestasional terjadi apabila seorang wanita pertama kali
terdiagnosis mengalami intoleransi glukosa pada masa kehamilan, artinya jika ada
kemungkinan diabetes terjadi sebelum pada masa kehamilan maka tidak tergolong
diabetes gestasional. Gejala diabetes gestasional adalah sebagai berikut (Storck, 2011):
a) Pandangan kabur
b) Lelah, letih
c) Seringnya terjadi infeksi, diantaranya pada kandung kemih, vagina, dan kulit.
d) Merasa sangat haus
e) Sering buang air kecil
f) Mual dan muntah
g) Penurunan berat badan, meskipun nafsu makan meningkat.
7. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Mengingat frekuensi yang relatif banyak, maka perlu cara penanganan yang tepat,
agar penanganan dapat segera diberikan pada pasien diabetes. Teknik pemeriksaan gula
darah dianjurkan bagi semua wanita hamil sebagai penanganan diabetes menurut saliva
dkk (1973) sebagai berikut :
TTGO adalah pemeriksaan rutin untuk semua wanita hamil. Tes ini juga dapat
diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan (diabetes gestasional). Banyak di antara
ibu-ibu yang sebelum hamil tidak menunjukkan gejala, tetapi menderita gangguan
metabolisme glukosa pada waktu hamil.
Prosedur pemeriksaan bagi Tes Tolenrasi Glukosa Oral Selama 3 hari sebelum tes
dilakukan penderita harus mengkonsumsi sekitar 150 gram karbohidrat setiap hari.
Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium harus dihentikan hingga tes
dilaksanakan. Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah
insulin, kortikosteroid (kortison), kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik,
tiazid, salisilat, asam askorbat. Selain itu penderita juga tidak boleh minum alcohol
(PERKENI, 2002)

Diagnosa DMG dapat dilakukan dengan salah satu dari dua strategi berikut :
a) Strategi “One-step” 75 gram TTGO
Tes toleransi glukosa oral dengan 75 gram glukosa. Pengukuran glukosa plasma
dilakukan saat pasien dalam keadaan puasa, 1 jam, 2 jam setelah tes toleransi glukosa,
namun terkadang ada yang menambahkna untuk pengukuran di jam ke 3. Tes dilakukan
pada usia kehamilan 24-28 minggu pada wanita hamil yang sebelumnya belum pernah
terdiagnosis diabetes mellitus. Tes toleransi glukosa oral harus dilakukan pada pagi hari
setelah puasa semalaman setidaknya selama 8 jam.
Diagnosa DMG Diagnosis DMG ditegakkan apabila hasil kadar glukosa plasma
nilainya memenuhi setidaknya satu kriteria di bawah ini:

Puasa 92 mg/dL (5,1 mmol/L)


1 jam 180 mg/dL (10 mmol/L)
2 jam 153 mg/dL (8,5 mmol/L)
3 jam 140 mg/dL (7 mmol/L)
Tabel Skrining Hasil Diagnosa Diabetes Milletus Gestasional Strategi “One-Step”
b) Strategi “Two-step”
Step 1: Lakukan tes pembebanan glukosa 50 gram (tanpa puasa), kadar glukosa
plasma diukur 1 jam setelah pembebanan glukosa, dilakukan pada wanita dengan usia
kehamilan 24-28 minggu yang belum pernah terdiagnosi diabetes melitus. Jika kadar
glukosa plasma 1 jam setelah pembebanan glukosa >140 mg/dL* (7,8 mmol/L),
dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa.
Step 2: Tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa dilakukan pada pasien
dalam keadaan puasa. Diagnosa DMG ditegakkan apabila setidaknya dua dari empat
hasil pengukuran glukosa plasma memenuhi kriteria berikut:

Carpenter/Coustan NDDG

Puasa 95 mg/dL (5,3mmol/L) >105 mg/dL (5,8


mmol/L)
1 jam 180 mg/dL (10 mmol/L) >190 mg/dL (10,6
mmol/L)
2 jam 155 mg/dL (8,6 mmol/L) >165 mg/dL (9,2
mmol/L)
3 jam 140 mg/dL (7,8 mmol/L) >145 mg/dL (8
mmol/L)
NDDG, National Diabetes Data Group

Tabel Skrining Hasil Diagnosa Diabetes Milletus Gestasional Strategi “Two-Step”


Two-step strategy digunakan untuk mengantisipasi meningkatnya insidens DMG (dari
5-6% menuju 15-20%) karena hanya diperlukan satu hasil abnormal untuk diagnosis.
Kekurangan strategi ini adalah kemungkinan over diagnosis sehingga meningkatkan
biaya medikasi (American Diabetes Assosiasi, 2015).

Two-steps strategy lebih umum digunakan di Amerika Serikat. Hal ini karena
kurangnya percobaan klinis yang mendukung keefektifan dan keuntungan one-step
strategy dan potensi konsekuensi negatif akibat risiko over sensitive berupa peningkatan
intervensi ataupun biaya medis selama kehamilan. Two-steps strategy juga mudah karena
hanya diberi pembebanan 50 gram glukosa tanpa harus puasa pada tahap awal skrining
(American Diabetes Assosiasi, 2015).

8. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Gestasional

Penatalaksanaan diabetes melitus gestasional dimulai dengan terapi nutrisi medik (Kalbemed,
2016) :
a) Mengatur Diet
Pengaturan diet ini dilakukan untuk semua pasien dan terapi ini merupakan strategi
utama untuk mencapai kontrol glikemik. Menghindari makanan yang mengandung
tepung dan makanan dengan indeks glikemik rendah seperti nasi merah, roti lumbung,
kacang-kacangan, sereal, bubur dan muesli.

b) Kontrol Glikemik
 Prepandial (setelah puasa) <95 mg/dL
 1 jam post-prandial (setelah makan) <140 mg/dL
 2 jam post-prandial (setelah makan) <120 mg/dL

c) Terapi insulin
Semakin tua kehamilan semakin menigkatnya daya tahan terhadap insulim. Terapi ini
diterapkan apabila setelah pemantauan diabetes gestasional selama 1-2 minggu, target
glukosa plasma tidak tercapai.

9. Komplikasi Diabetes Melitus Gestasional


a) Komplikasi jangka panjang
Komplikasi diabetes gestasional bisa terjadi pada sang Ibu dan juga janin. Komplikasi
jangka panjang terhadap keturunan termasuk meningkatkan risiko intoleransi glukosa,
diabetes dan obesitas (Setji, 2005). Wanita dengan diabetes gestasional mempunyai
risiko yang lebih besar terkena diabetes melitus di masa depan dibanding dengan
wanita yang memiliki toleransi glukosa normal selama kehamilan.
b) Komplikasi jangka pendek
Komplikasi pada janin termasuk kelainan kongenital, hipoglikemia neonatal,
makrosomia >4000 gram, penyakit kuning, polisitemia, hipokalkemi, prematur,
trauma persalinan hiperbilirubinemia. Pada hipoglikemia neonatal terjadi beberapa
jam setelah dilahirkan dan faktor yang memicu kelahiran bayi makrosomia adalah
faktor dari ibu termasuk hiperglikemia, obesitas, tinggi, usia, multiparitas (Vann,
2001).
10. WOC DM Gestasional pada Ibu Hamil

Faktor Risiko

1. Usia > 35 tahun saat hamil


2. Obesitas (IMT > 30)
3. Riwayat makrosomia
Perubahan 4. Riwayat keluarga DM
Kehamilan hormonal &
metabolisme
Kerusakan
sel beta Ketidakstabilan
Kadar Glukosa
↑ H.hCg Perub.fisiologis : ↑ H.Kortisol, Darah
Estrogen & HPL

Mual, Menekan Sel-sel kelaparan


Resistensi insulin
muntah, vesika urinaria Ginjal mengeluarkan
kelebihan glukosaa Produksi energi di
tidak nafsu
Darah menjadi melalui urine sel-sel otot
makan ↑ Kadar gula
kental berkurang
darah
Ketidakseimbangan Kekurangan
Nutrisi kurang dr vol. cairan Ginjal merespon DMG Glukomia
↑ Pasokan Gula
keb.tubuh utk sekresi Lemas,
darah ke janin
mudah lelah
Penekanan Ekskresi cairan dan
Poliuri membrane elektrolit berlebih
Hiperinsulinemia
vesikuler melalui urine Keletihan

Resiko. Infeksi Aliran darah


(NANDA hal.531)
terhambat
Resiko hipovolemia

Resiko.Cedera
(Janin) Perfusi jaringan perifer tidak efektif
II. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas

Usia perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu menderita Diabetes mellitus,
karena semakin lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul.

2. Keluhan Utama

Ibu hamil dengan DM sering mengeluh mual, muntah, penambahan berat badan
berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poliuti, nyeri tekan abdomen dan
retinopati

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat keturunan

4. Riwayat Kehamilan Sekarang


 Hamil muda, keluhan selama hamil muda
 Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peingkatan berat badan, tinggi badan, suhu,
nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan
lain
5. Riwayat Antenatal Care

Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang


didapat. Pada saat antenatal care perlu diobservasi secara ketat juga mengenai
kepatuhan ibu dalam menjalani diet, kadar gula darah dan perawatan yang diberikan

6. Pola Aktivitas Sehari-hari


 Pola nutrisi
Frekuensi makan: pasien dengan DM biasanya mengeluh sering lapar (polifagia)
dan haus (polydipsia), mual dan muntah, mengalami obesitas, adanya nyeri tekan
abdomen, dapat mengeluh mengalami hipoglikemia dan glikosuria
 Pola eliminasi
BAK: pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuri atau sering berkemih.
Dapat juga mengalami riwayat pielonefritis, infeksi saluran kemih (ISK),
nefropati.
BAB: biasanya tidak ada gangguan
 Pola personal hygiene
Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas
 Pola istirahat tidur
Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang
berlebihan
 Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat menyebabkan rasa lapar
meningkat, pusing, nyeri kepala, berkeringat, letih, lemah, pernapasan dangkal
dan pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu akan rentan terhadap cedera dan
jika rasa lapar berlebih ini akan menyebabkan ketidakpatuhan diet ibu.
7. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
Jika dalam keadaan hipoglikemia ibu bisa merasa lemah dan letih
 Tanda-tanda vital
Tekanan darah
Ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya karena komplikasi dari ibu
dengan DM adalah preeklamsia dan eklamsia
Nadi
Pada keadaan hiperglikemi biasanya nadi lemah dan cepat
Respirasi
Pada keadaan hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis biasanya RR meningkat dan
napas bau keton
Suhu
Tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab pada kondisi hipoglikemi
 Antropometri
Ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan berlebih, dan terjadi peningkatan
berat badan waktu hamil yang berlebih.
 Kepala dan Rambut
Tidak terdapat gangguan
 Wajah
Pasien pada keadaan hipoglikemia biasanya terlihat pucat
 Mata
Pada keadaan hipoglikemia pasien akan mengeluh pandangan kabur atau ganda
dan pada keadaan hiperglikemi pasien akan mengeluh pandangan redup.
 Hidung
Pada pasien dengan hiperglikemia pernapasan cepat dan dangkal, napas bau keton
 Mulut
Tidak ada gangguan
 Telinga
Tidak ada gangguan
 Leher
Tidak ada gangguan
 Dada dan Payudara
Dada: pasien dengan hiperglikemia pernapasan cepat dan dangkal, napas bau
keton
Sirkulasi: perlu dikaji adanya peningkatan tekanan darah dan nadi pasien.
Pengkajian pada nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstremitas mungkin menurun
atau melambat pada diabetes durasi lama. Serta pengkajian edema
Payudara: pada umumnya tidak ada gangguan
 Ekstremitas dan Kulit
Pada keadaan hipoglikemia pasien akan berkeringan dan kulit pasien lembab.
Integritas kulit lengan, paha, bokong, dan abdomen dapat berubah karena injeksi
insulin yang sering [ CITATION Doe01 \l 2057 ]

B. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin ditandai
dengan kadar gula dalam darah tinggi, rasa haus meningkat, lelah (D.0027)
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia ditandai dengan CRT
> 3 detik, turgor kulit menurun, akral dingin (D. 0009)
3) Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan aktif (D. 0034)
4) Resiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis (DM Gestasional) (D.0142)
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi
Keperawatan Hasil
SIKI
SLKI

Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia


tindakan selama 1 x 24 (I.03115)
kadar glukosa darah
berhubungan dengan jam masalah Observasi
ketidakstabilan glukosa
resistensi insulin 1. Monitor kadar glukosa
darah dapat teratasi darah, jika perlu
ditandai dengan dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda dan
kadar gula dalam Kestabilan kadar glukosa gejala hiperglikemia
darah (L. 03022) (mis. poliuri, polidipsia,
darah tinggi, rasa
polivagia, kelemahan,
a. Kadar glukosa
haus meningkat, malaise, pandangan
dalam darah kabur, sakit kepala)
lelah (D.0027) normal 3. Monitor intake dan
-puasa < 92 output cairan
mg/dL
Terapeutik
-1 jam setelah
makan < 180 4. Berikan asupan cairan
oral
mg/dL
2 jam setelah Edukasi
makan < 150
5. Anjurkan hindari
mg/dL olahraga saat kadar
b. Klien tidak glukosa darah lebih dari
mengeluh lelah 250 mg/dL
6. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
7. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
8. Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.
penggunaan insulin,
obat oral, monitor
asupan cairan,
penggantian
karbohidrat, dan
bantuan professional
kesehatan)
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
10. Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu

Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi (I.02079)


efektif berhubungan intervensi 2 x 24 maka Observasi :
perfusi perifer meningkat,
dengan
dengan kriteria hasil: 1. Periksa sirkulasie
hiperglikemia perifer (nadi perifer,
Perfusi perifer edema, warna, suhu)
ditandai dengan
2. Monitor panas,
CRT > 3 detik, a. Warna kulit tidak
kemerahan atau
pucat bengkak pada
turgor kulit
b. Akral lebih hangat ekstremitas
menurun, akral Turgor kulit Terapeutik
dingin (D. 0009) membaik
c. Pengisian kapiler 3. Hindari pemasangan
infus dan pemeriksaan
meningkat
(tensi, suhu) pada
daerah dengan
keterbatasan perfusi
4. Lakukan pencegan
infeksi, sering mencuci
tangan dengan sabun air
mengalir atau handrub
Edukasi :

5. Anjurkan melakukan
perawatan kulit dengan
tepat (mis.
Melembabkan kulit)
6. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit, luka tidak
sembuh)
Resiko hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
ditandai dengan intervensi selama 1 x24 (I.03116)
kehilangan cairan jam, diharapkan tidak Observasi
terjadi hipovolemia , 1. Periksa tanda dan gejala
aktif (D. 0034)
dengan kriteria hasil: hipovolemia (mis.
- turgor kulit baik frekuensi nadi
- meningkat, nadi teraba
- lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit,turgor kulit
menurun, membrane
mukosa kering, volume
urine menurun,
hematokrit meningkat,
haus dan lemah)
2. Monitor intake dan
output cairan

Terapeutik
3. Hitung kebutuhan
cairan
4. Berikan asupan cairan
oral

Edukasi
5. Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral

Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian
cairan IV issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. Manuaba Ida Byu Gde Fajar. 2007. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta : EGC.

Norman F, Gant dan Garry Cunningham. 1993. Basic Ginecology And Obstetrics.
Appleton & Lange, Inc. Terjemahan Pendit, Brahm U. 2010. Dasar-dasar
Ginekologi dan Obstetri. Jakarta: EGC.

Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

WHO. 2013. Diagnostic Criteria and Classification of Hyperglycaemia First Detected


in Pregnancy. WHO/UMH/MND/13.

Anda mungkin juga menyukai