Oleh:
Dosen Pembimbing :
Dr Esti Yunitasari, S.Kp., M.Kes.
Patofisiologi diabetes melitus gestasional masih belum jelas sampai saat ini
Kehamilan merupakan kondisi diabetogenik yang ditandai dengan hipoglisemia puasa,
hiperglisemia postrandial dan resistensi insulin. Pada ibu hamil tidak dapat
mengkompensasi keadaan tersebut sehingga menimbulkan diabetes melitus gestasional.
Diabetes dalam kehamilan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal
pada pasien. Peningkatan jumlah hormon kortisol, estrogen dan Human Placental
Lactogen (HPL) berpengaruh terhadap fungsi insulin salam mengatur kadar gula dalam
darah. Kondisi tersebut menyebabkan resistensi insulin sehingga menimbulkan
peningkatan kadar glukosa pada ibu hamil (JAFES, 2016).
Diagnosa DMG dapat dilakukan dengan salah satu dari dua strategi berikut :
a) Strategi “One-step” 75 gram TTGO
Tes toleransi glukosa oral dengan 75 gram glukosa. Pengukuran glukosa plasma
dilakukan saat pasien dalam keadaan puasa, 1 jam, 2 jam setelah tes toleransi glukosa,
namun terkadang ada yang menambahkna untuk pengukuran di jam ke 3. Tes dilakukan
pada usia kehamilan 24-28 minggu pada wanita hamil yang sebelumnya belum pernah
terdiagnosis diabetes mellitus. Tes toleransi glukosa oral harus dilakukan pada pagi hari
setelah puasa semalaman setidaknya selama 8 jam.
Diagnosa DMG Diagnosis DMG ditegakkan apabila hasil kadar glukosa plasma
nilainya memenuhi setidaknya satu kriteria di bawah ini:
Carpenter/Coustan NDDG
Two-steps strategy lebih umum digunakan di Amerika Serikat. Hal ini karena
kurangnya percobaan klinis yang mendukung keefektifan dan keuntungan one-step
strategy dan potensi konsekuensi negatif akibat risiko over sensitive berupa peningkatan
intervensi ataupun biaya medis selama kehamilan. Two-steps strategy juga mudah karena
hanya diberi pembebanan 50 gram glukosa tanpa harus puasa pada tahap awal skrining
(American Diabetes Assosiasi, 2015).
Penatalaksanaan diabetes melitus gestasional dimulai dengan terapi nutrisi medik (Kalbemed,
2016) :
a) Mengatur Diet
Pengaturan diet ini dilakukan untuk semua pasien dan terapi ini merupakan strategi
utama untuk mencapai kontrol glikemik. Menghindari makanan yang mengandung
tepung dan makanan dengan indeks glikemik rendah seperti nasi merah, roti lumbung,
kacang-kacangan, sereal, bubur dan muesli.
b) Kontrol Glikemik
Prepandial (setelah puasa) <95 mg/dL
1 jam post-prandial (setelah makan) <140 mg/dL
2 jam post-prandial (setelah makan) <120 mg/dL
c) Terapi insulin
Semakin tua kehamilan semakin menigkatnya daya tahan terhadap insulim. Terapi ini
diterapkan apabila setelah pemantauan diabetes gestasional selama 1-2 minggu, target
glukosa plasma tidak tercapai.
Faktor Risiko
Resiko.Cedera
(Janin) Perfusi jaringan perifer tidak efektif
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
Usia perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu menderita Diabetes mellitus,
karena semakin lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul.
2. Keluhan Utama
Ibu hamil dengan DM sering mengeluh mual, muntah, penambahan berat badan
berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poliuti, nyeri tekan abdomen dan
retinopati
Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat keturunan
B. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin ditandai
dengan kadar gula dalam darah tinggi, rasa haus meningkat, lelah (D.0027)
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia ditandai dengan CRT
> 3 detik, turgor kulit menurun, akral dingin (D. 0009)
3) Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan aktif (D. 0034)
4) Resiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis (DM Gestasional) (D.0142)
C. Intervensi Keperawatan
5. Anjurkan melakukan
perawatan kulit dengan
tepat (mis.
Melembabkan kulit)
6. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit, luka tidak
sembuh)
Resiko hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
ditandai dengan intervensi selama 1 x24 (I.03116)
kehilangan cairan jam, diharapkan tidak Observasi
terjadi hipovolemia , 1. Periksa tanda dan gejala
aktif (D. 0034)
dengan kriteria hasil: hipovolemia (mis.
- turgor kulit baik frekuensi nadi
- meningkat, nadi teraba
- lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit,turgor kulit
menurun, membrane
mukosa kering, volume
urine menurun,
hematokrit meningkat,
haus dan lemah)
2. Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik
3. Hitung kebutuhan
cairan
4. Berikan asupan cairan
oral
Edukasi
5. Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian
cairan IV issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. Manuaba Ida Byu Gde Fajar. 2007. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta : EGC.
Norman F, Gant dan Garry Cunningham. 1993. Basic Ginecology And Obstetrics.
Appleton & Lange, Inc. Terjemahan Pendit, Brahm U. 2010. Dasar-dasar
Ginekologi dan Obstetri. Jakarta: EGC.
Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.