Disusun oleh :
KEPANITERAAN KLINIK
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya yang
begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian referat ini, terutama kepada dr.
Gatot Suharto, SH, Sp.F, M.Kes, DFM selaku pembimbing yang telah memberikan
kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang
yang penulis dapat sampaikan, semoga referat ini dapat bermanfaat dalam bidang
Penulis
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Nama/Asal Universitas:
2. Angeline FK TRISAKTI
Dosen Penguji,
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
iv
BAB IV PENUTUP..........................................................................................51
4.1 Kesimpulan.................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................52
v
BAB I
PENDAHULUAN
yang sangat mulia dan terhormat dalam pandangan masyarakat. Karena dokter
dalam menjalankan tugas mediknya mempunyai alasan yang mulia, yaitu untuk
mempertahankan tubuh orang tetap sehat atau untuk menyehatkan orang yang
Hal ini berarti pula bagi dokter bahwa dalam menjalankan tugas mediknya
harus disesuaikan dengan batas-batas yang telah ditentukan pula agar dokter tidak
dituntut atau digugat telah bertindak yang dinilai telah merugikan masyarakat atau
menjadi sangat penting bukan saja bagi dokter, tetapi juga penting bagi para
yang diderita pasien. Adalah merupakan tanggung jawab seorang dokter untuk
1
pasien sangatlah bergantung pada kepandaian dokter untuk menyembuhkan
penyakitnya. 1
kesehatan sebagai hak asasi manusia dalam kaitannya dengan upaya kesehatan
Pasal 51 yang berbunyi Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter
masyarakat pasti akan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi pasiennya
Tahun 2009 yang didalam Pasal 4 mengatakan bahwa ”Setiap orang berhak atas
kesalahan. Karena bisa saja terjadi pasien yang ditangani menjadi cacat bahkan
sesuai dengan standar profesi atau Standart Operating Procedure (SOP) dan/atau
2
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelalaian medis adalah salah satu bentuk dari malpraktek medis, sekaligus
merupakan bentuk malpraktek medis yang paling sering terjadi. Pada dasarnya
dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh orang
lain yang memiliki kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi yang
sama. Perlu diingat bahwa pada umumnya kelalaian yang dilakukan orang-per-
hati-hati, dan telah mengakibatkan kerugian atau cedera bagi orang lain.
the physician’s failure to conform to the standard of care for treatment of the
akibat malpraktek medis. Suatu peristiwa buruk yang tidak dapat diduga
sesuai standar tetapi mengakibatkan cedera pada pasien tidak termasuk ke dalam
pengertian malpraktek atau kelalaian medik. "An injury occurring in the course of
4
medical treatment which could not be foreseen and was not the result of the lack
of skill or knowledge on the part of the treating physician is untoward result, for
which the physician should not bear any liability". Dengan demikian suatu akibat
kedokteran pada saat dan dalam situasi dan fasilitas yang tersedia tidak dapat
commonly applied under all the circumstances in the community by the average
prudent reputable member of the profession with the result of injury, loss or
damage to the recipient of those services or to those entitled to rely upon them"
dengan hasil luka, kehilangan atau kerusakan pada mereka yang menerima
tersebut.4
telah terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan
Andaikata akibat yang tidak diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan
5
resiko yang melekat terhadap suatu tindakan medis tersebut (risk of treatment)
karena perikatan dalam transaksi terapeutik antara tenaga kesehatan dengan pasien
menganggap bahwa setiap kegagalan praktek medis (misalnya, hasil buruk atau
tidak diharapkan selama dirawat di rumah sakit) sebagai akibat malpraktek medis
atau akibat kelalaian medis. Padahal perlu diingat bahwa suatu hasil yang tidak
kemungkinan, yaitu :4
2. Hasil dari suatu risiko yang dapat diterima sebagaimana diuraikan di atas.
kelalaian medik (negligence) merupakan dua hal yang berbeda. Kelalaian medik
memang termasuk malpraktik medik, akan tetapi di dalam malpraktik medik tidak
hanya terdapat unsur kelalaian, dapat juga karena adanya kesengajaan. Di dalam
arti kesengajaan tersirat adanya motif, sedangkan arti kata negligence lebih
berintikan ketidaksengajaan (culpa), kurang teliti, kurang hati-hati, acuh tak acuh,
sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain, namun akibat yang
6
timbul memang bukanlah menjadi tujuannya. Perbedaan antara keduanya pun
tetap ada :4
Perbedaan yang lebih jelas jika kita melihat motif yang dilakukan, yaitu :4
secara sadar, dan tujuan dari tindakannya memang sudah terarah kepada
2. Pada kelalaian tidak ada motif ataupun tujuan untuk menimbulkan akibat
yang terjadi. Akibat yang timbul disebabkan karena adanya kelalaian yang
7
2.2 Hubungan Pasien Dengan Dokter
Pada umumnya seseorang tidak akan datang kepada dokter yang ia tidak percaya
akan kemampuan dokter yang mengobatinya. Hal ini disebabkan pasien sendiri
sebagai orang awam terhadap ilmu kedokteran yang tidak mengetahui penyakit
disamping faktor keawaman pasien terhadap profesi dokter dan faktor adanya
sikap solidaritas antar teman sejawat, serta adanya sikap isolatif terhadap profesi
lain.5
karena: 6
1. Kepercayaan tidak lagi pada dokter secara pribadi, akan tetapi kepada
8
3. Semakin banyaknya peraturan yang memberikan perlindungan hukum
tidak hanya bersifat medis semata, tetapi juga bersifat sosial-yuridis dan
ekonomis.
pasien
sedangkan pada praktik dokter spesialis, kendali ada pada dokter umum
spesialis yang dipilihnya. Hal ini berarti bahwa hubungan pasien dengan
spesialis.
9
d. Kisc dan Reeder, meneliti seberapa jauh pasien dapat memegang kendali
hubungan dan menilai penampilan kerja suatu mutu pelayanan medis yang
pelayanan medis, antara lain jenis praktik dokter (praktik indevidual atau
diterimanya.
dokter dan pasiennya, yaitu hubungan antar orang tua dan anak, antara orang
1. Paternalisme, dokter harus berperan sebagai orang tua terhadap pasien atau
demikian sehingga harus mempercayai dokter dan tidak boleh campur tangan
informasi yang diberikan harus seluruhnya berada dalam tangan dokter dan
asisten profesional.
10
2. Individualisme, pasien mempunyai hak mutlak atas tubuh dan nyawanya
sendiri. Dalam pandangan ini segala dan setiap keputusan tentang perawatan
3. Reciprocal atau collegial, pasien dan keluarganya adalah anggota inti dalam
bekerja sama untuk melakukan yang terbaik bagi pasien dan keluarganya.
ilmu dan keterampilannya, dalam hal ini terutama mengenai hak pasien untuk
yang sama).
sulit karena dalam pemberian informasi itu dokter harus menghadapi berbagai
macam pasien dengan kepribadian, sifat dan sikap yang berbeda. Sementara
tujuan dari penyampaian informasi itu harus tercapai, dalam arti pasien dapat
a. Tingkat pendidikan
11
Bagi pasien yang berpendidikan tinggi dan berwawasan luas akan
pasien seperti ini sangat besar sekali terhadap keadaan kesehatan, penyakit serta
pasien yang berpendidikan rendah dan kurang dapat memahami penjelasan dan
informasi medis dokter akan selalu menerima dan menyetujui tindakan apapun
kesehatan dimana dokter digambarkan sebagai sosok yang menakutkan dan selalu
memegang jarum suntik, maka selengkap apapun informasi dari tindakan invasif
dan operatif yang akan diambil oleh dokter maka pasien ini tidak akan pernah
dokter dan alat-alat kesehatan akan memilik sikap wajar dalam meminta informasi
serta menyetujui/tidak menyetujui tindakan medis yang akan diambil oleh dokter.
dideritanya ini cepat atau lambat akan membawa kepada kematian, cenderung
besar sekalipun seperti pembedahan. Informasi dari dokter kepada pasien ini akan
penyakit dan terapi ringan yang dapat dilaksanakan, tidak akan hanya
tersebut. Sementara bagi pasien yang selalu memandang penyakitnya itu dengan
12
sebelah mata dan meremehkan padahal menurut penilaian dokter, penyakit itu
sudah pada stadium parah, tidak akan pernah menyetujui tindakan operatif
lain-lain. Dari tindakan medis yang akan dilakukan maka terjalin hubungan
baik antara dokter dan pasien. Sementara pasienpun akan menentukan hal
tindakan medis pun akan lancar dijalankan oleh kedua belah pihak karena
penyampaian informasi yang baik akan memberikan dampak yang baik dalam
apakah pasien alergi terhadap penisilin. Bila pasien memang alergi maka
dan pemahaman yang cukup dari pasien terhadap tindakan kedokteran yang
lebih cepat.
13
4. Dapat meningkatkan mutu pelayanan
yang dimaksud adalah apabila di satu pihak, tindakan dokter yang dilakukan
memang tidak menimbulkan masalah apa pun, dam di lain pihak, kalaupun
komplikasi, sama sekali tak ada hubungannya dengan kelalaian dan ataupun
A. Kewajiban umum
ukuran tertinggi
14
3. Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etika:
kepentingan pasien.
beribadah
15
4. Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
peri-kemanusiaan, kecuail bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan
diperhatikan
dengan baik
kesehatan.
16
seorang dokter harus memperhitungkan faktor kepentingan masyarakat,
misalnya:
operasional
17
Hal ini mencaup kewajiban dokter untuk selalu memperhatikan dan
pasiennya.
3. Kewajiban yang berhubungan dengan standar profesi dan yang timbul dari
melaksanakan praktik, dalam Pasal 51 yang menjabarkan bahwa dokter dan dokter
b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan
18
c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya, dan
hak dasar, yakni hak dasar sosial dan hak dasar individu, keduanya akan saling
merupakan hak dasar manusia. Oleh karena itu dokter maupun pasien sama-sama
berlaku, sehingga saat itu ia memang berperan sebagai dokter dalam suatu
1. Hak yang terpenting dari seorang dokter, hak untuk bekerja menurut standar
medik.
dapat mempertanggungjawabkannya
19
3. Hak untuk menolak suatu tindakan medik yang menurut suara hatinya tidak
baik.
bahwa kerja sama pasien dengan dia tidak lagi ada gunanya. Misalnya dokter
5. Hak atas privacy dokter. Pasien harus menghargai dan menghormati hal yang
tidak puas terhadapnya. Jika seorang pasien tidak puas dan ingin mengajukan
keluhan maka dokter mempunyai hak agar pasien tersebut bicara dahulu
8. Hak atas pemberian penjelasan lengkap oleh pasien tentang penyakit yang
10. Hak untuk memilih pasien. Hak ini sama sekali tidak merupakan hak mutlak.
20
11. Hak untuk menolak untuk memberi keterangan tentang pasien di Pengadilan.
dapat meminta agar untuk dia dapat diterapkan Pasal 170 KUHP dimana
1. Apakah dokter lain yang setingkat dengannya tidak akan melakukan itu?
2. Apakah tindakan dokter itu sedemikian rupa sehingga tidak akan dilakukan
7. Apakah akibat yang timbul itu berkaitan langsung dengan kelalaian dari pihak
dokter?
sebelumnya?
9. Apakah akibat itu bukan suatu resiko yang melekat (inherent risk) pada
21
10. Apakah dokter tersebut sudah mengambil tindakan antisipasinya, misalnya
(seperti perawat), bahkan juga oleh penyedia fasilitas kesehatan seperti rumah
22
e. Kematian, dan atau;
maupun pidana.
tidak tepat atau tidak layak (unlawful atau improper), misalnya melakukan
bentuk error (mistakes, slips, and lapses), namun pada kelalaian harus
23
4. Malpractice, adalah suatu kelalaian atau tidak berhati-hati dari seseorang
etc).
negligence, adalah kejahatan dalam bentuk sikap yang acuh tak acuh atau
6. Criminal negligence, adalah kejahatan dalam bentuk sikap yang acuh tak
24
2.5 Jenis Kelalaian
suatu macam kesalahan sebagai akibat kurang hati-hati sehingga secara tidak
tindakan orang lain. Terdapat dua katagori orang lain yang dimaksud, yaitu orang
yang sekatagori dengan seseorang yang dinilai tindakannya dan orang yang
Apabila dalam situasi dan kondisi yang sama, tindakan orang yang
tidakan seseorang yang dinilai, maka seseorang yang dinilai tindakannya tersebut
orang yang dinilai itu dinyatakan tidak berhati-hati. Tindakan seseorang yang
dinilai tersebut termasuk katagori kealpaan besar (culpa lata atau grove schuld).
Apabila dalam situasi dan kondisi yang sama, tindakan orang yang
memiliki katagori lebih dari seseorang yang dinilai tindakannya tersebut sama
dengan tindakan seseorang yang dinilai, maka seseorang yang dinilai tindakannya
25
maka tindakan orang yang dinilai itu dinyatakan tidak berhati-hati. Tindakan
Suatu perbuatan atau sikap tenaga medis dianggap lalai apabila memenuhi
untuk tidak melakukan suatu tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada
situasi dan kondisi yang tertentu. Tidak ada kelalaian jika tidak ada kewajiban
untuk mengobati. Hal ini berarti bahwa harus ada hubungan hukum antara pasien
dan dokter atau rumah sakit. Dengan adanya hubungan hukum tersebut maka
implikasinya adalah bahwa sikap tindakan dokter atau perawat rumah sakit itu
harus sesuai dengan standar pelayanan medik agar pasien jangan sampai
menderita cedera karenanya. Hubungan pasien-dokter atau rumah sakit ada saat
peristiwa itu terjadi. Timbulnya hubungan ini bahkan juga dapat terjadi dari suatu
Tanpa memeriksa lebih dahulu secara fisik, dokter tersebut mengizinkan pasien
itu pulang dari rumah sakit dengan hanya memesan agar besok pagi kembali lagi
ke rumah sakit. Namun pasien itu pada malam harinya ternyata meninggal dunia.
26
sebagai pasien untuk dirawat dan diobati, namun tanpa memeriksa lagi pasiennya,
telah terbukti adanya kewajiban sebagaimana terdapat pada unsur pertama: Duty
of due care.
Apabila sudah ada kewajiban (duty) maka dokter atau perawat rumah sakit
harus bertindak sesuai dengan standar profesi yang berlaku. Jika terdapat
3. Damage (Injury)
kerugian” yang diakibatkan pada pasien. Yang dimaksud dengan kerugian adalah
segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan
seorang dokter atau rumah sakit dituduh telah berlaku lalai, tetapi jika tidak
sampai menimbulkan luka atau cedera atau kerugian kepada pasien, maka ia tidak
dapat dituntut ganti kerugian. Istilah luka tidak saja dalam bentuk fisik, namun
terkadang juga termasuk dalam arti gangguan mental yang hebat. Juga apabila
4. Direct Causation (Proximate Cause) atau hubungan sebab akibat yang nyata
27
Dalam hal ini harus terdapat hubungan sebab-akibat antara penyimpangan
Hanya atas dasar penyimpangan saja belum cukup untuk mengajukan tuntutan
ganti rugi, kecuali jika penyimpangannya sedemikian tidak wajar sehingga sampai
mencederai pasien.
tersebut malpraktik atau bukan, terdapat lima kriteria yang bisa digunakan yaitu:14
medis tertentu dalam suatu kasus yang konkret menurut ukuran tertentu,
ukuran dimana didasarkan pada ilmu medis dan pengalaman dalam bidang
medis. Harus disadari bahwa sukar sekali untuk memberi suatu kriterium
yang sama persis untuk dipakai pada tiap perbuatan medik karena situasi
28
dibandingkan dengan dokter dari keahlian medik yang sama. Hal ini juga
dibandingkan dengan dokter dari keahlian medis yang sama. Dalam hal
keahlian yang sama, misalnya pada kasus dokter umum saksinya dokter
umum pula.
situasi kondisi yang sama, unsur ini tidak terdapat pada rumusan Supreme
pada practicing in the same or similar locality. Dalam situasi dan kondisi
wajar dibanding dengan tujuan konkret tindakan medis tersebut. Hal ini
29
Jika misalnya ada suatu tindakan diagnostik yang berat dilakukan pada
suatu penyakit yang relatif ringan sekali maka hal ini tidak memenuhi prinsip
tindakan mediknya dengan resiko tindakan tersebut dan berusaha untuk resiko
yang terkecil. 15
ketika pasien tersebut masih hidup. Perbedaan yang menonjol antara diagnosis
klinis dan temuan post mortem dilaporkan mencapai 20%. Oleh karena itu,
pemeriksaan post mortem yang teliti harus dilakukan sebagai upaya pembuktian
adanya suatu tindakan kelalaian medis. Pemeriksaan post mortem ini harus
c. Ada kerugian.
30
e. Adanya kesalahan (schuld).
kelalaian tenaga kesehatan, maka pasien harus dapat membuktikan adanya empat
unsur berikut:17
dipergunakan.
ruginya.
adanya kelalaian tenaga kesehatan (tergugat). Dalam hukum ada kaidah yang
berbunyi “res ipsa loquitor” yang artinya fakta telah berbicara. Dalam hal
demikian tenaga kesehatan itulah yang harus membutikan tidak adanya kelalaian
pada dirinya. Dalam malpraktek perdata yang dijadikan ukuran dalam melpraktek
yang disebabkan oleh kelalaian adalah kelalaian yang bersifat ringan (culpa levis).
Karena apabila yang terjadi adalah kelalaian berat (culpa lata) maka seharusnya
sisa perban didalam tubuh si pasien. Setelah diketahui bahwa ada perban yang
tertinggal tersebut. Dalam hal ini kesalahan yang dilakukan oleh dokter dapat
31
diperbaiki dan tidak menimbulkan akibat negatif yang berkepanjangan terhadap
pasien.17
peraturan dan ketentuan hukum dalam bidang kesehatan agar pelayanan dan
rakyat yang sehat sebagai asset dan tujuan utama, maka dibuatlah peraturan dan
ketentuan hukum mengenai praktik kesehatan. Peraturan dan ketentuan hukum ini
tidak hanya mencakup bidang kedokteran saja, tetapi juga mencakup seluruh
undang ini merupakan salah satu usaha pemerintah dalam mencapai derajat
kesehatan yang lebih baik bagi seluruh anggota masyarakat. Beberapa bagian dari
harus diketahui dan dipahami oleh pelaku pelayanan profesi kesehatan, agar
tetap menyadari bahwa dalam menjalankan profesi kesehatan mereka tidak saja
32
Dengan demikian, para tenaga kesehatan dituntut bukan hanya menambah,
tetapi juga harus selalu memperdalam dan mengikuti perkembangan hukum dan
pasal. UU ini diterbitkan untuk tujuan mencapai derajat kesehatan yang optimal
bagi setiap orang. Di sini diatur tentang hak dan kewajiban serta tugas dan
tanggung jawab setiap orang. Upaya kesehatan dijabarkan secara jelas mulai dari
upaya kesehatan. Dalam hal ini, peran pemerintah adalah membina, mendorong,
pelanggaran terhadap ketentuan yang telah diatur. Demikian pula diatur tentang
Pasal 53
33
(2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
yang bersangkutan.
Pasal 54
“(1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
Pasal 55
“(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
34
profesionalnya pada masyarakat secara mandiri, yang disusun oleh Ikatan Dokter
rutin tertentu, yang disusun oleh institusi tempat dokter bekerja. Pada keadaan di
mana dokter baik sengaja ataupun tidak disengaja (lalai) menjalankan profesi
medik yang tidak sesuai dengan standar profesi medik dan standar prosedur
operasional dan berakibat buruk/fatal dan atau mengakibatkan kerugian lain pada
pasien, maka dapat dikatakan telah terjadi malpraktik medik dan dokter
diharuskan bertanggung jawab secara administratif dan atau secara perdata dan
pidana apabila memenuhi semua unsur yang telah ditentukan secara limitatif
dalam suatu aturan perundang-undangan pidana. Hal ini sesuai dengan Pasal 1
ayat (1) KUHP yang menyebutkan bahwa tiada suatu perbuatan yang dapat
undangan yang telah ada, sebelum perbuatan itu dilakukan, nullum delictum
noella poena sine previa lege (tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan
lebih dahulu). Pasal 1 ayat (1) KUHP ini dikenal sebagai asas legalitas. Perbuatan
dikatakan terbukti sebagai perbuatan pidana apabila berdasarkan minimal dua alat
35
Malpraktik medis dapat masuk ke ranah hukum pidana apabila memenuhi
tindakan medik,
menyimpang, dan
terpenuhi, syarat sikap batin tidak mudah dipahami dan diterapkan. Bahkan kasus
dibenarkan dengan alasan tertentu. Hal itu berarti untuk kasus konkret tertentu
kadang diperlukan syarat lain, misalnya kepatutan dan pembenaran dari sudut
logika umum. Misalnya, salah dalam membuat diagnosis tetapi perbuatan itu
dapat dibenarkan apabila ada alasan pembenaran, misalnya fakta-fakta medis yang
ada (hasil pemeriksaan sesuai standar) dari sudut kepatutan dibenarkan untuk
medis di sini adalah malpraktik medis dalam arti luas, tidak sebatas pada kelalaian
atau kelalaian medis. Jadi termasuk pula malpraktik yang terjadi karena adanya
36
kesengajaan (delik dolus/opzet). Undang-undang (KUHP) tidak membuat
perbuatan (tindakan) terhadap mana kehendak tertuju dan akibat serta situasi yang
Dalam upaya penyembuhan, sangat jarang atau bahkan hampir tidak ada
dokter yang dengan sengaja melakukan kesalahan terhadap pasien. Apabila terjadi
kesalahan dokter, maka yang paling penting adalah membuktikan adanya grove
schuld atau sikap kurang hati-hati yang besat atau sangat sembrono dalam upaya
37
yang relevan dengan tanggungjawab pidana yang berhubungan dengan malpraktik
Pasal 359
mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana
Pasal 359 KUHP dapat menampung semua perbuatan yang dilakukan yang
dikehendaki. Adanya hubungan kausal telah lazim dikenal dengan istilah akibat
langsung yang tidak berbeda dengan akibat yang ditimbulkan oleh sebab-sebab
yang masuk akal dan menurut kelayakan. Hal itu dapat dipikirkan sebagai akibat
dari suatu sebab. Khusus dalam hal mencari causal verband antara tindakan
medik dengan akibat yang timbul sesudah tindakan medik dengan akibat yang
timbul sesudah tindakan medik maka digunakan ilmu kedokteran sendiri. Dalam
hal ini, di samping adanya sikap batin, culpa, harus ada tiga unsur lagi yang
merupakan rincian dari kalimat “menyebabkan orang lain mati”, yaitu (1) harus
ada wujud perbuatan, (2) adanya akibat berupa kematian, dan (3) adanya causal
verband antara wujud perbuatan dengan akibat kematian. Tiga unsur ini tidak
kesalahannya, yakni pada Pasal 359 ini adalah kesalahan dalam bentuk kurang
hati-hati (culpa). 4
38
Pasal 360
luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara
paling lama Sembilan bulan atau kurungan paling lama enam bulan atau denda
Ada dua macam tindak pidana menurut Pasal 360. Dari rumusan ayat (1)
dapat dirinci unsur-unsur yang ada, yaitu adanya kelalaian, wujud perbuatan,
akibat luka berat, dan adanya hubungan kausalitas antara luka berat dan wujud
perbuatan, akibat luka yang menimbulkan penyakit; dan luka yang menimbulkan
dan hubungan kausalitras antara perbuatan dan akibat. Perihal unsur kelalaian
yang terdapat pada Pasal 359 maupun 360 KUHP mensyaratkan adanya perbuatan
Pasal 361
“Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan
suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang
39
bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana
diumumkan.”
kematian yang berkaitan dengan tugas atau jabatan atau pekerjaannya, maka pasal
361 KUHP memberikan ancaman pidana sepertiga lebih berat. Di samping itu
kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil
1. Criminal Malpractice
perbuatan tercela.
b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa
(negligence).
40
Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intentional) misalnya
bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang
2. Civil Malpractice
lain:16
terlambat melakukannya.
sempurna.
41
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability.
Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat
3. Administrative Malpractice
tentang persyaratan bagi tenaga medis untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin
Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga medis.
Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga medis yang bersangkutan dapat
42
BAB III
KASUS
malpraktek oleh salah satu rumah sakit di Medan atas istrinya, Ny. M, 30 tahun
Peristiwa itu berawal saat Tn. MT membawa istrinya ke salah satu rumah sakit
swasta di Medan, untuk menjalani operasi cecar saat melahirkan anak keduanya.
Sesampainya di rumah sakit Ny.M langsung ditangani oleh dokter dan dibawa ke
kamar operasi. Sebelumnya Ny.M dan suaminya tidak pernah diberi penjelasan
tentang akan dilakukannya anestesi spinal oleh seorang dokter spesialis anestesi
perintah dari dr.L kepada seorang perawat untuk melakukan pembiusan kepada
dirinya. Setalh beberapa saat menunggu Ny.M tidak kunjung merasakan efek
pembiusan tersebut, Kedua kaki Ny.M masih dapat digerakkan, dan masih terasa
kali ini penyuntikan dilakukan oleh dr.L sendiri. Setelah beberapa menit barulah
43
Setelah operasi, Ny.M mengalami mual muntah hebat, tubuhnya demam
dan meriang. Lalu hingga satu hari setelah operasi yaitu tanggal 25 Desember
2013 Ny.M tetap merasakan lemas dan mati rasa pada kedua kakinya. Ny.M tidak
dapat berjalan sama sekali. Ny.M dan suaminya mengaku tidak mendapat
penjelasan apapun dari pihak dr.L. Karena alasan biaya, pada tanggal 28
meninggalkan rumah sakit dengan kondisi sama sekali tidak dapat berjalan, dari
pinggang ke bawah tidak dapat digerakkan, dan nyeri saat buang air kecil
sakit yang dideritanya. Dokter klinik tersebut memberikan obat untuk menahan
sakit saat buang air kecil saja lalu merujuk kembali Ny.M ke rumah sakit dimana
minggu namun tidak ada perbaikan sama sekali. Pihak keluarga telah bertanya
kekeluargaan, tetapi pihak rumah sakit cenderung diam dan tidak telalu
44
Analisa Kasus
Pasal 360
mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
Pasal 304
keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 306
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan Pasal 304 dan Pasal 305 mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
• Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
pencarian;
45
• Menderita sakit lumpuh;
Pembahasan :
Serta perlu adanya komunikasi yang mendalam antara keluarga pasien dan
dokter tentang efek samping yang bisa saja terjadi pada saat pembiuasan.
Pasal 1366
Setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang disebabkan
atau kesembronoannya.
Pembahasan:
Pasal 1366
46
tersebut mampu melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga tidak
Pasal 45
(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mencakup :
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara
(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko
tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang
47
Pasal 51
kewajiban:
(1) Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
(2) Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau pengobatan.
Pasal 52
Pembahasan:
diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang
48
Pasien tidak mendapatkan haknya tentang penjelasan yang lengkap dan
Pasal 13
(3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai
Pasal 46
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
Pembahasan:
• Pada kasus ini, tenaga medis melakukan kelalaian yaitu, tidak memberikan
49
Pasal 4
- Konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
Pasal 7
Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
Pasal 62
Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau
Pembahasan:
Pada kasus ini dokter jaga selaku pelaku usaha dianggap kurang
dibutuhkan oleh keluarga pasien yang dalam hal ini disebut sebagai
.Rumah Sakit dan dokter juga bertanggung jawab atas kecacatan yang
50
BAB IV
KESIMPULAN
tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh
orang lain yang memiliki kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi
yang sama dimana bisa dibedakan menjadi satu atau lebih dari satu jenis kelalaian.
kelalaian medis adalah duty, dereliction of the duty, damage, dan direct causal
akan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi pasiennya karena sesuai
didalam Pasal 4 mengatakan bahwa ”Setiap orang berhak atas kesehatan”. Dokter
atau tenaga kesehatan lainnya tidaklah dapat dipungkiri adalah manusia biasa
melaksanakan tugas kedokterannya yang penuh dengan resiko ini, terkadang tidak
DAFTAR PUSTAKA
51
1. Syahrul Machmud, Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter
2. Dokter Qyu, Malapraktik; Catatan Jujur Sang Dokter, Bhuana Ilmu Populer,
Andi. 2010.
10. Azrul Azwar, Latar Belakang Pentingnya Informed Consent bagi Dokter,
52
12. J. Gunadi, Sekitar Gugatan Malpraktik Medik,Balai Penerbit Fakultas
13. Munir Fuady, Sumpah Hippocrates Aspek Hukum Malpraktik Dokter, Citra
53