Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

PLASENTA PREVIA

Disusun untuk memenuhi tugas Dokter Muda


di SMF Obstetrik dan Ginekologi RSSA Malang

Oleh:

Rifqi Syarif Rinanto 170070201011090

Lanisa Hapsari 170070201011055

Nadya Rasty Andhira 170070201011072

Pembimbing
Dr. dr. I Wayan Agung Indrawan, Sp.OG(K)

Pendamping
dr. Arghya Wicaksana

LABORATORIUM OBSTETRI-GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

PLASENTA PREVIA

Disusun untuk memenuhi tugas Dokter Muda di SMF Obstetrik dan

Ginekologi RSSA Malang

Oleh:

Rifqi Syarif Rinanto 170070201011090

Lanisa Hapsari 170070201011055

Nadya Rasty Andhira 170070201011072

Menyetujui:

Pendamping, Pembimbing,

dr. Arghya Wicaksana Dr. dr. I Wayan Agung Indrawan,Sp.OG(K)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2015, jumlah kematian maternal telah mengalami

penurunan sebesar 43%, yakni dari 532.000 menjadi 303.000. Sedangkan

rasio mortalitas maternal juga mengalami penurunan sebesar 44%, yakni

dari 385 kematian setiap 100.000 kelahiran pada 1990 menjadi 216

kematian setiap 100.000 kelahiran pada 2015 (Alkema, 2015). Penyebab

kematian maternal terbanyak adalah perdarahan sebesar 27%, diikuti oleh

hipertensi 14%, sepsis 11% dan aborsi 8% (Say, 2014).

MOH (Major Obstetric Hemorrhage) atau perdarahan besar pada

obstetrik dibagi menjadi 2, yakni perdarahan selama masa kehamilan

(Antepartum Hemorrhage) dan pasca persalinan (Postpartum

Hemorrhage). Perdarahan selama masa kehamilan terjadi karena

beberapa sebab, yakni plasenta previa, solusio plasenta dan ruptur uterus.

Sedangkan penyebab perdarahan setelah proses melahirkan dikarenakan

terganggunya tonus uterus, terjadi kerusakan jaringan, terjadi trauma, dan

gangguan pada thrombin (Wallace, 2003).

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri

internum (Cunningham, 2014). Angka kejadian terjadinya plasenta previa

didunia berkisar 5,2 dari 1000 kehamilan, sedangkan untuk kawasan Asia

lebih tinggi yaitu 12,2 dari 1000 kehamilan (Rowe, 2014). Etiologi dari

plasenta previa sendiri belum diketahui secara pasti, namun terkait dengan

riwayat operasi rahim sebelumnya, riwayat operasi sesar, riwayat plasenta


previa pada kehamilan sebelumnya, usia lanjut, dan ibu dengan paritas

tinggi. Ditemukan pula pada ibu dengan paparan asap terjadi insiden

plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat (Kay, 2003).

Gejala yang timbul pada pasien dengan plasenta previa adalah

terjadinya perdarahan tanpa rasa nyeri yang tidak banyak dan dapat

berhenti sendiri. Namun, perdarahan ini biasanya baru terjadi pada akhir

trimester kedua ke atas. Pada setiap perdarahan yang berulang, jumlahnya

akan semakin banyak bahkan seperti mengalir Jika tidak ditangani dengan

baik, plasenta previa dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan

yang hebat dan terjadinya trauma obstetrik, keadaan ini yang sangat

membahayakan dan dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut

(Cunningham, 2014). Oleh karena itu, deteksi plasenta previa harus

dilakukan sedini mungkin agar dapat dilakukan antisipasi sehingga tidak

membahayakan ibu maupun janin.

1.2 Tujuan

Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas satu pasien dengan

plasenta previa di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang, sehingga

diketahui:

a. Prosedur penegakan diangnosis plasenta previa

b. Penatalaksanaan plasenta previa

1.3 Manfaat

Penulisan laporan kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman dokter muda mengenai plasenta previa dalam hal pelaksanaan

anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakan diangnosis,

penatalaksanaan dan perawatan.


BAB II
URAIAN KASUS

2.1 IDENTITAS

2.1.1 Pasien

No. Reg. : 1130573xx

Nama : Ny.SN

Umur : 30 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku :Jawa

Bangsa : Indonesia

Alamat : Dusun Pojok RT 13/05, Desa Sukurane, Trenggalek

Status : Menikah 1 kali, 11 tahun

Kehamilan : G2 P1001 Ab000 gr 28-30 TH

HPHT : 30 Desember 2017 ~ 30-32 minggu

MRS : 30 Juli 2018

2.1.2 Pasangan
Nama : Tn. SS
Usia : 37 tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan :SMP

Pekerjaan :Petani

Penghasilan : Rp. 2.000.000,-

Alamat : Dusun Pojok RT 13/05, Desa Sukurane, Trenggalek


2.2 SUBJEKTIF ( 30 Juli 2018)

2.2.1 Keluhan utama : Pendarahan dari jalan lahir

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien merupakan rujukan dari RS. Soedomo Trenggalek dengan

Antepartum bleeding oleh karena plasenta previa totalis, G2P1001Ab000

gravida 28-30 minggu dengan anemia dan trombositopenia.

29 Juli 2018 Pukul 03.00

Pasien mengalami pendarahan dari jalan lahir saat pasien sedang tidur,

darah berwarna merah segar tanpa disertai lendir, darah yang keluar dari jalan

lahir sebanyak satu pembalut. Pendarahan tanpa disertai nyeri dan kontraksi.

Kemudian, pasien menghubungi bidan dan disarankan untuk datang ke RS.

Soedomo untuk penanganan pendarahan.

29 Juli 2018 Pukul 04.00

Pasien datang ke RS. Soedomo dan didapatkan pendarahan sudah satu

pembalut. Selanjutnya, pendarahan langsung di tangani. Kemudian pasien

direncanakan untuk pemeriksaan USG dan laboratorium.

29 Juli 2018 Pukul 08.00

Pendarahan sudah mulai berhenti dan hanya keluar sedikit. Dari hasil

USG didapatkan plasenta previa totalis. Dari hasil pemeriksaan darah lengkap

didapatkan anemia dan trombositopenia.

29 Juli 2018 Pukul 19.00

Berdasarkan hasil USG dan pemeriksaan darah lengkap oleh SpOG di

RS. Soedomo pasien disarankan untuk dirujuk ke RSSA untuk penanganan

lebih lanjut.
29 Juli 2018 Pukul 21.00

Pasien tiba di RSSA. Pendarahan sudah berhenti.

2.2.3 Riwayat Pernikahan:

Pasien menikah satu kali dengan usia pernikahan 11 tahun.

2.2.4 Riwayat Kehamilan:

Riwayat ANC 4 kali ke bidan dan 2 kali ke PKM, melakukan kontrol

terakhir pada tanggal 24 Juli 2017. Riwayat trauma (-), mual muntah (-), pijat

oyok (-), minum jamu-jamuan (-), konsumsi obat-obatan (+) yaitu vitamin C dan

SF yang diberikan oleh bidan, riwayat koitus selama kehamilan (+) 2 bulan

yang lalu.

2.2.5 Riwayat Persalinan

At/P/Ab/E BBL Cara Penolong L/P Umur H/M


Lahir
Aterm 2800 Spontan Bidan L 10 Hidup
38-39 gram Tahun
minggu

2.2.6 Riwayat Kontrasepsi:

Pasien menggunakan KB suntik hormonal sejak melahirkan anak

pertama, rutin setiap 3 bulan sekali. Kemudian berhenti sejak 2 tahun yang lalu

karena berencana untuk hamil lagi.

2.2.7 Riwayat Ginekologi

Menarche pada usia 13 tahun. Terdapat riwayat haid tidak teratur yaitu

haid 3 bulan sekali, dengan siklus haid ± 6 hari. Nyeri saat haid (+), keputihan

(-).
2.2.8 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluhan serupa. Tidak ada riwayat hipertensi ataupun diabetes

melitus dalam keluarga.

2.2.9 Riwayat Sosial

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Sehari-hari pasien hanya

melakukan pekerjaan rumah dan tidak pernah bekerja sebelumnya. Kebiasaan

merokok oleh pasien disangkal. Namun suami pasien adalah perokok sejak

sebelum menikah (1 pak/hari). Selama hamil pasien makan daging, sayur-

sayuran, dan buah. Pantang makan ikan. Riwayat koitus dengan suami pada

trisemester awal kehamilan 5 kali dalam 1 bulan.

2.3 OBJEKTIF (30 Juli 2018)

2.3.1 Status Generalis:

Keadaan umum : Pasien tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis, GCS 456

Tinggi badan : 153 cm

Berat badan : 60 kg

Tekanan darah : 110/69 mmHg

Nadi : 102 x/menit, reguler

RR : 20x/menit

Suhu : Ax 36,7o C / Rect 36,9 o C

Kepala dan leher : Anemis - / -, ikterik - / -, Pembesaran KGB (-)

Thorax

Jantung : S1 Tunggal S2 Normal, murmur (-), gallop (-)

Paru : Rhonki -/- Wheezing -/-

-/- -/-

-/- -/-
Abdomen : Soefl, BU (+) normal, meteorismus (-), bruit (-)

Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-), CRT < 2 detik

2.3.2 Status Obstetri

Abdomen : TFU 21 cm Letak janin bujur U TBJ = 1290

gram, His (+) jarang

Genitalia eksterna : fluxus (+)

Inspekulo : Portio tertutup licin

fluxus (+) minimal, Clot (+), Laserasi (-), varises

(-)

VT : Tidak dilakukan

2.4 Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN LABORATORIUM 30 Juli 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

Haemoglobin 9,90 g/dL 11,4 – 15,1

Eritrosit 2,90 106/ uL 4,0 – 5,0

Leukosit 12,00 103/uL 4,7 – 11,3

Hematokrit 28,90 % 38 - 42

Trombosit 62 103/uL 142 - 424

MCV 99,70 fL 80 – 93

MCH 34,10 pg 27 – 31

MCHC 34,30 g/dL 32 - 36


RDW 15,60 % 11,5 – 14,5

PDW 12.3 fL 9- 13

MPV 11,4 fL 7,2 – 11,1

P-LCR 33,9 % 15,0 – 25,0

PCT 0,07 % 0,150 – 0,400

NRBC Absolut 0,04 103/uL

NRBC Percent 0,3 %

Hitung Jenis

Eosinofil 0,0 % 0–4

Basofil 0,1 % 0–1

Neutrofil 87,7 % 51 – 67

Limfosit 9,9 % 25 – 33

Monosit 2,3 % 2–5

Retikulosit 3,19 %

Faal Hemostasis

PTT

Pasien 9,30 detik 9,4 – 11,3

Kontrol 9,9 detik

INR 0,89 detik ≤ 1,5


APTT

Pasien 24,10 detik 24,6 – 30,6

Kontrol 23,9 detik

FAAL HATI

AST/SGOT 15 U/L 0 - 32

ALT/SGPT 14 U/L 0 - 33

Albumin 3,86 g/dL 3,5 – 5,5

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

URINALISIS

Kekeruhan Agak Keruh

Warna Kuning

pH 6,5 4,5 – 8,0

Berat Jenis 1,001 Negatif

Glukosa Negatif Negatif

Protein Negatif Negatif

Keton Trace Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Urobilinogen Negatif Negatif

Nitrit Negatif Negatif

Leukosit Negatif Negatif


Darah 3+ Negatif

10 X

Epitel 2,5 LPK ≤3

Silinder Negatif LPK

40 X

Eritrosit 73,2 LPB ≤3

Eumorfik 98 %

Dismorfik 2 %

Leukosit 2,9 LPB ≤5

Kristal - LPB

Bakteri 342,0 x103 /mL ≤ 9,3 x 103 / mL

HASIL USG
Kesimpulan :

Tampak janin intra uterin T/H


Letak bujur kepala di bawah
BPD : 7,0 (30w2d)
AC : 24,04 (30wd)
FL : 5,92 (29w3d)
AFI : Cukup
EFW : 1355 gram
Plasenta implantasi di corpus posterior meluas sampai menutupi seluruh OUI,
Maturasi grade I.

HASIL NST

Baseline: 150 BPM

Variability: 5-20 BPM; akselerasi +, Deselerasi –

Kardiotopografi : Normal

2.5 Assesment

 G2 P1001 Ab000 gravida 28-30 T/H + Ante partum bleeding e.c

plasenta previa totalis

 Anemia

 Trombositopenia

2.3.3 Rencana

Planning diagnosis : USG FM

Planning treatment : - Bed rest

- Perawatan konservatif

- Pro Transfusi TC 4 Kolf/hari sampai dengan

trombosit ≥ 100.000
- Pro Induksi maturasi paru dengan Injeksi

Dexamethason 2x 16mg IV (selang 24 jam)

- Injeksi Gentamicin 2 x 80 mg

- kaltrofen supp II

- Tx oral : asam mefenamat 3x500mg

Isoxuprin 3x1 tab

SF 2x1

Asam Folat 1x1

- bila flux aktif pro SC CITO

Planning monitoring : Keluhan subjektif, tanda-tanda vital, DJJ, His

Planning edukasi :KIE (Komunikasi, Infomasi, Edukasi) pasien tentang

kondisi pasien saat ini, penyebab pendarahan pada

pasien, menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, dan

efek samping dari dari prosedur yang akan dilakukan.

Catatan Perkembangan Pasien

30 Juli 2018

S : keluar darah dari jalan lahir


O : - KU : tampak sakit sedang, CM
- KL : anemis -/- ict -/-, Pembesaran KGB -
- Thorax : cor pulmo dalam batas nomal
- Abdomen : TFU 21 cm, letak bujur U, TBJ: 1240 gr, DJJ 140 x / menit
(doppler)
- GE : v/v flux (+) minimal, fluor (-)
A : G2P1001Ab000 Gr 28-30 mgg T/H
+ APB e.c. Plasenta Previa Totalis
+ Anemia
+ Trombositopenia
P : - PDx : USG FM
- PTx :
 MRS (Perawatan Intensif)
 IVFD RL 20 tpm
 Pro Transfusi TC 4 Kolf/hari s.d trombosit ≥ 100.000
 Injeksi Dexametason 2x16 mg selang 24 jam
 Injeksi Gentamisin 2x80 mg
 Po Asam mefenamat 3x500 mg
 Po Isoxuprin 3x1 tab
 Po SF 2x1
 Po Asam Folat 1x1
- PMo : Keluhan subjektif, tanda-tanda vital, DJJ, His, Fluxus

31 Juli 2018
S : tidak ada keluhan
O : - KU : cukup, CM
- KL : anemis -/- ict -/-, Pembesaran KGB -
- Thorax : cor pulmo dalam batas nomal
- Abdomen : TFU 21 cm, letak bujur U, TBJ: 1240 gr, DJJ 152 x/menit
(doppler)
- GE : v/v fluxus (+), fluor (-)
A : G2P1001Ab000 Gr 28-30 mgg T/H
+ APB e.c. Plasenta Previa Totalis
+ Anemia (Hb = 8)
+ Trombositopenia (Tc = 61.000)
+ Post IMP
+ Perawatan Konservatif hari ke 1
P : - PDx : Darah Lengkap ualang post transfusi
- PTx :
 Perawatan konservatif lanjut
 Bedrest
 Pro perbaikan KU dengan transfusi PRC 2 lb/hari s.d Hb ≥ 10
 Pro perbaikan KU dengan transfusi TC 4 Kolf/hari s.d trombosit ≥
100.000
 Po Asam mefenamat 3x500 mg
 Po Isoxuprin 3x1 tab
 Po Rob 1x1
 Po Asam Folat 1x1
 Po Cefadroxyl 2x500 mg
 Tokolitik Kaltrofen Supp II k/p
- PMo : Keluhan subjektif, tanda-tanda vital, DJJ, His, Fluxus, tanda-tanda
inpartu TRALI, TACO
BAB III

PERMASALAHAN

3.1 Faktor Risiko

Apa saja yang dapat menjadi faktor risiko pada kasus ini?

3.2 Diagnosa

Bagaimana penegakan diagnosa pada kasus ini?

3.3 Penatalaksanaan

Bagaimana penatalaksaan pada kasus ini?

3.4 Komplikasi dan Prognosis

Apa saja komplikasi dan prognosis yang dapat terjadi pada kasus ini?
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uterus

interna. Plasenta previa ditandai dengan perdarahan pervaginam tanpa

nyeri yang terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Klasifikasi dari plasenta

previa terbagi menjadi tiga menurut lokasi implantasi yaitu plasenta previa

totalis, plasenta previa parsialis, plasenta previa marginalis, dan plasenta

previa letak rendah (Cunningham, 2005). Pada kasus ini, dengan

pemeriksaan ultrasonografi ditemukan plasenta yang berimplantasi pada

segmen bawah rahim dan menutupi seluruh ostium uterus interna sehingga

diduga terjadi plasenta previa totalis.

4.2 Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab utama terjadinya plasenta previa belum diketahui secara

pasti. Namun, ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan

terjadinya plasenta previa, yaitu :

1. Riwayat operasi sesar

2. Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus, seperti

dilatasi dan kuretase atau aborsi medisinalis.

3. Usia ibu hamil (> 35 tahun)

4. Multiparitas

5. Jarak antar kehamilan yang singkat

6. Kehamilan dengan janin lebih dari satu

7. Merokok atau terpapar asap rokok selama kehamilan


8. Gangguan anatomis atau tumor pada rahim sehingga

mempersempit permukaan bagi penempelan plasenta.

9. Endometriosis (adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan

seharusnya, misalnya di indung telur) setelah kehamilan

sebelumnya.

10. Riwayat plasenta previa

11. Pemakaian kontrasepsi (Senkoro, 2017).

Pada pasien ini, terdapat faktor resiko terjadinya plasenta previa,

yaitu penggunaan kontrasepsi jangka panjang. Kontrasepsi yang

digunakan pasien adalah suntik depo medroksiprogesteron asetat (DMPA)

yang dilakukan rutin setiap 3 bulan selama 8 tahun (Senkoro, 2017). Hal ini

dikarenakan suntik DMPA akan menghambat produksi estrogen sehingga

terjadi penipisan endometrium.

Asap rokok juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya

plasenta previa. Karbon monoksida, salah satu zat yang terkandung di

dalam rokok memiliki daya ikat terhadap hemoglobin yang lebih tinggi

daripada oksigen. Sehingga akan terbentuk ikatan karboksihemoglobin

yang tidak dapat mengikat oksigen. Hal ini akan menyebabkan kadar

oksigen akan menurun dan plasenta akan mengaktifkan mekanisme

kompensasi berupa penebalan plasenta untuk mensuplai oksigen (Meurs,

1999).

4.3 Diagnosis Plasenta Previa Totalis

Diagnosis dari plasenta previa ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik, dan dibantu oleh pemeriksaan USG.

1. Anamnesis
a. Pendarahan dari jalan lahir

b. Pendarahan tanpa disertai nyeri

c. Perdarahan dirasa semakin banyak

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang ditemukan untuk menegakan diagnose

plasenta previa, yaitu:

a. Inspeksi : Perdarahan pervaginam berwarna merah

segar.

b. Palpasi abdomen: Pada janin yang belum cukup bulan,

fundus uteri akan teraba rendah; sering pula disertai

kesalahan letak janin; akan teraba suatu bantalan pada

segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.

c. Inspekulo: Mengetahui asal perdarahan, apakah dari

dalam uterus, vagina, varises yang pecah atau lain-lain.

d. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan di meja

operasi, karena dengan pemeriksaan dalam akan

menyebabkan perdarahan pervaginam yang lebih deras

(Oppenheimer, 2007).

Pada pasien ini didapatkan hasil pemeriksaan fisik :

a. Pemeriksaan umum

- Vital sign dalam batas normal

- Tidak didapatkan anemis

b. Palpasi abdomen

- Tinggi fundus uterus 21 cm

- Letak janin bujur U

- Taksiran Berat Janin 1290 gram

- His (+) jarang


c. Pemeriksaan auskultasi

- DJJ 150 dpm

d. Pemeriksaan Genetalia Eksterna

- Didapatkan fluxus

e. Pemeriksaan Inspekulo

- Portio tertutup licin

- Didapatkan fluxus minimal, didapatkan clot

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

- Anemia (Hb 9,90 g/dL)

- Eritrosit ↓ (2,9 x106)

- Hematokrit ↓ (28,90%)

- Trombosit ↓ (62000/uL)

b. USG

Pada kasus plasenta previa hampir selalu dapat

didiagnosa dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi

(USG) abdomen, yang 95% dapat dilakukan tiap saat (Chou,

2000). Selain itu, tehnik transvaginal dan transperineal

ultrasonografi juga dapat dilakukan dan memiliki keakuratan

yang lebih tinggi (Cunningham et al., 2014). Pada pasien ini

didapatkan hasil USG, yaitu : Plasenta implantasi di corpus

posterior meluas sampai menutupi seluruh OUI, maturasi grade

I.
4.4 Perdarahan pada Plasenta Previa

Sumber perdarahan dari plasenta previa adalah sinus uterus yang robek

karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus. Perdarahan ini tidak dapat

dihindari karena ketidak-mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk

berkontraksi menghentikan perdarahan. Semakin rendah letak plasenta maka

kemungkinan terjadinya perdarahan akan semakin dini. Oleh karena itu

perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada

plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai

(Chalik, 2009).

Perdarahan di tempat tersebut relatif lebih mudah dan dalam jumlah

yang banyak karena segmen bawah rahim dan serviks cenderung tidak mampu

berkontraksi dengan kuat. Hal ini dikarenakan elemen otot pada segmen bawah

rahim dan servix sangat minimal, sehingga pembuluh darah pada tempat ini

tidak dapat tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti jika terjadi

pembekuan darah, kecuali terjadi laserasi pada sinus besar plasenta, maka

perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Selanjutnya,

pembentukan segmen bawah rahim tersebut akan berlangsung progresif dan

bertahap, sehingga dapat muncul laserasi baru yang mengulang kejadian

perdarahan (Chalik, 2009).

Pada pasien ini perdarahan terjadi sejak usia kehamilan 30 – 32

minggu. Dari hasil pemeriksaan inspekulo didapatkan fluksus positif, terlihat

jaringan plasenta. VT tidak dilakukan karena akan menyebabkan perdarahan

masif dan akan mengakibatkan pasien mengalami kondisi syok.

4.5 Tatalaksana Plasenta Previa

Penanganan pasien dengan plasenta previa bergantung kepada:

keadaan umum pasien, kadar Hb, jumlah perdarahan yang terjadi, umur
kehamilan atau taksiran berat badan janin, jenis plasenta previa, paritas dan

kemajuan persalinan. (Chang, 2001; Clark, 2004; DeCherney, 2003).

Untuk ibu hamil yang mengalami perdarahan dalam trimester kedua

atau trimester ketiga diminta untuk istirahat baring. Jika kemudian perdarahan

tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan masih

premature, pasien diperbolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat jalan.

Namun apabila ada gejala hipovolemi, maka harus dipersiapkan untuk

pemberian transfuse darah. Pada kehamilan antara 24-34 minggu diberikan

steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin. Selanjutnya,

ibu serta keluarga perlu diberi edukasi mengenai pemeriksaan rutin USG

minimal setelah 4 minggu dan untuk mengurangi aktifitas fisiknya sebagai

antisipasi perdarahan ulang sewaktu-waktu (Prawirohardjo, 2016).

Pada perdarahan dalam trimester ketiga, jika perdarahan terjadi dalam

jumlah banyak, maka perlu segera dilakukan terminasi bila janin sudah viable.

Bila perdarahannya tidak demikian banyak, pasien diistirahatkan sampai

kehamilan 36 minggu (Prawirohardjo, 2016).

Pada pasien ini dilakukan penanganan konservatif

- Bed rest

- Perawatan konservatif

- Pro Transfusi TC 4 Kolf/hari sampai dengan trombosit ≥ 100.000

- Pro Induksi maturasi paru dengan Injeksi Dexamethason 2x16mg IV

(selang 24 jam)

- Injeksi Gentamicin 2 x 80 mg

- Kaltrofen supp II

- Tx oral : asam mefenamat 3x500mg

Isoxuprin 3x1

SF 2x1
Asam Folat 1x1

- Apabila flux aktif, maka dilakukan SC CITO

Pada pasien ini tidak didapatkan perdarahan berulang, sehingga pasien

dipulangkan dan direncanakan persalinan per abdominal.

4.6 Edukasi untuk Kehamilan Selanjutnya

Plasenta previa sering terjadi pada usia lanjut dan

multiparitas. Edukasi tentang faktor predisposisi plasenta previa setelah

melahirkan diperlukan untuk kehamilan selanjutnya. Perlu diberitahukan

bahwa pada pasien dengan riwayat plasenta previa mempunyai 4-8% resiko

lebih besar untuk terjadi plasenta previa berulang. Selain itu, persalinan

perabdominam juga meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa.

Pemilihan metode kontrasepsi pasca persalinan harus memperhatikan

beberapa hal. Yang pertama adalah kepercayaan, apakah ada pertimbangan

kepercayaan yang melarang penggunaan kontrasepsi atau tidak. Yang kedua

adalah metode menyusui anak, apakah sang ibu ingin menyusui anak secara

penuh atau tidak karena menyusui juga bisa menjadi salah satu metode

kontrasepsi. Faktor sosial, antara lain pekerjaan dan status pendidikan dan

yang terakhir masalah kesehatan seperti hipertensi dan thrombosis vena

dalam.

Secara umum, kontrasepsi pasca salin dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

non hormonal dan hormonal. Kontrasepsi non hormonal pada pasien

pascasalin antara lain: metode amenore laktasi, metode kalender, kondom, alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan kontrasepsi mantap. Untuk metode

hormonal yaitu : progestin (pil, injeksi dan implan) dan kombinasi progesterone

dan estrogen (pil dan injeksi). Pada pasien ini, metode kontrasepsi pilihan yang
dapat digunakan paling awal adalah metode laktasi amenore dengan syarat

pasien menyusui secara penuh dan pasien tidak menstruasi. Penggunaan

kontrasepsi mantap (tubektomi) tidak disarankan karena pasien masih muda

dan masih menginginkan memiliki anak lagi (CDC, 2010). Penggunaan AKDR

dapat dipasang segera dalam kurun waktu 48 jam pasca persalinan.

Penggunaan AKDR disarankan karena memiliki efektifitas yang tinggi, mudah

karena tidak perlu meminum obat setiap hari dan dapat digunakan sampai 8

tahun dan merupakan metode yang cukup baik untuk menjarangkan kehamila.

Kontrasepsi hormonal yang dapat digunakan pada ibu menyusui adalah

kontrasepsi yang mengandung progestin saja. Pemberian kontrasepsi hormonal

kombinasi atau yang mengandung estrogen dapa mengganggu produksi ASI

maka kurang disarankan pada wanita yang ingin menyusui (Tanto C, 2014).
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium

uterus interna.

2. Gejala klinis yang dapat timbul berupa perdarahan tanpa disertai nyeri

pada akhir trimester 2 atau trimester 3.

3. Pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis menggunakan

ultrasonografi

4. Terapi yang diberikan mempertimbangkan aspek ibu, janin dan usia

kehamilan.

5.2 Saran

1. Pentingya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) pada pasien

yang mengalami plasenta previa untuk mengetahui penyakitnya,

sehingga mengenali gejalanya dan memahami indikasi untuk rawat

inap di fasilitas kesehatan yang sesuai

2. Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang metode

persalinan yang harus dipilih dalam keadaan plasenta previa baik

mengenai caranya, biaya, dan efek sampingnya.


DAFTAR PUSTAKA

Alkem a, L., D. Chou, D. Hogan, S. Zhang, A. B. Moller, and others. 2015.


“Global, Regional, and National Levels and Trends in Maternal Mortality
between 1990 and 2015, with Scenario-Based Projections to 2030: A
Systematic Analysis by the UN Maternal Mortality Estimation Inter-Agency
Group.” The Lancet. doi:10.1016/S0140-6736(15)00838-7.
Chalik TMA. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Dalam:
Saiffudin A B, Rachimadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010. hlm. 492-521.
Chang YL, Chang SD, Cheng PJ. Perinatal outcome in patiets with abruption
plcenta with and without antepartum hemorrhage. Int J Gynaecol Obstet.
2001; 75;193.
Chou MM, Ho ESC, Lee YH. Prenatal Diagnosis of placenta previa accreta by
transabdominal color doppler ultrasound. Ultrasound Obstet Gynaecol.
2000; 15(1):28-35.
Clark SL. Placentae previa and abruptio placentae. Dalam: Creasy RK, Resnik
R, eds. Maternal Fetal Medicine. Edisi ke- 5. Philadelphia: Wb Saunders;
2004. hlm. 715.
Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Spong, C. Y., Dashe, J. S.,
Hoffman, B. L., Sheffield, J. S. (2014). Williams obstetrics (24th edition.).
New York: McGraw-Hill Education.
DeCherney AH, Nathan L. Third Trimester bleeding. Dalam: Current obstetrics
and gynecologic diagnosis and treatment. New York: Mcgraw hill
Companies; 2003.
Kay HH. Placenta Previa and abruption, in James R, Md Scott, Ronald S, Md
Gibbs, Beth Y, Md Karlan, et al, Danforth DN. Obstetrics and Gynaecology,
9th ed, Lippincott Williams and Wilkins Publishers; August 2003
Meurs, K. Van. (1999). Cigarette Smoking , Pregnancy and the Developing
Fetus. Smr, 1(1), 14–16.
Oppenheimer L, Armson A, Farine D, Keenan-Lindsay L, Morin V, Pressey T, et
al. Diagnosis and management of placenta previa. J Obstet Gynaecol Can
2007; 29(3):261-6.
Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2009
Rowe, T. (2014). Placenta Previa. Journal of Obstetrics and Gynaecology
Canada, 36(8), 667–668. https://doi.org/10.1016/S1701-2163(15)30503-X
Say, L., D. Chou, A. Gemmill, O. Tuncalp, A. B. Moller, and others. 2014.
“Global Causes of Maternal Death: A WHO Systematic Analysis.” The
Lancet Global Health 2 (6): e323–333. doi:10.1016/S2214-109X(14)70227-
X.
Senkoro, E. E., Mwanamsangu, A. H., Chuwa, F. S., Msuya, S. E., Mnali, O. P.,
Brown, B. G., & Mahande, M. J. (2017). Frequency , Risk Factors , and
Adverse Fetomaternal Outcomes of Placenta Previa in Northern Tanzania,
2017, 7–11. https://doi.org/10.1155/2017/5936309
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S. and Pradipta, E.A., 2014. Kapita selekta
kedokteran. Edisi IV. Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius, pp.839-42.
Wallace, N., & Hill, D. (2003). Major obstetric haemorrhage. CPD Anaesthesia,
5(2), 62–66. https://doi.org/10.1093/bjaceaccp/mku049

Anda mungkin juga menyukai