Anda di halaman 1dari 79

1

Laporan Kasus Ujian (Home Visit)

PENDEKATAN PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA


PADA PASIEN DIABETUS MELITUS TIPE 2 TERKONTROL
+ HIPERKOLESTEROLEMIA DI LINGKUNGAN KLINIK
DOKTER KELUARGA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Oleh:
Aisyah Putri Indah Lestari, S. Ked
712019068

Pembimbing:
dr. Asmarani Ma’mun, M.Kes

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Ujian:


Pendekatan Pelayanan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Diabetus Melitus
tipe 2 + Hiperkolesterolemia Di Lingkungan Klinik Dokter Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Oleh:
Aisyah Putri Indah Lestari, S. Ked
71.2019.099

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Juli 2021


Menyetujui

dr. Asmarani Ma’mun, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Pendekatan Pelayanan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Diabetus Melitus tipe 2
+ Hiperkolesterolemia Di Lingkungan Klinik Dokter Keluarga Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang“ sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang/
Puskesmas Merdeka Kota Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Saya menyadari bahwa dalam proses menyelesaikan laporan ini banyak
kendala yang dialami, namun berkat bantuan, bimbingan, kerja sama dari berbagai
pihak dan berkah Allah SWT sehingga kendala tersebut dapat diatasi. Saya
ucapkan banyak terima kasih kepada Pembimbing dan Penguji, yaitu dr.
Asmaranai Ma’mun, M.Kes yang telah membantu penyelesaian laporan ini. Dinas
Kesehatan Kota Palembang, atas kesempatan untuk melaksanakan kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Komunitas
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
dengan segala kerendahan hati, Saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Laporan kasus home visit.
Akhir kata, Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Juli 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kedokteran Keluarga .............................................................................. 4
2.2 Kunjungan Rumah .................................................................................. 12
2.3 Keluarga ................................................................................................. 28
2.4 Diabetes Melitus ..................................................................................... 28
2.5 Hiperkoleterolemia.................................................................................. 43
2.6 Prolanis ................................................................................................... 45

BAB III LAPORAN KASUS


3.1 Identitas .................................................................................................. 47
3.2 Subjektif ................................................................................................. 48
3.3 Objektif................................................................................................... 53
3.4 Diagnosis Kerja ....................................................................................... 54
3.5 Tatalaksana ............................................................................................. 54
3.6 Prognosis ................................................................................................ 56

iv
BAB IV PEMBAHASAN DAN PEMBINAAN KELUARGA
4.1. Analisa kasus ....................................................................................... 57
4.2. Identifikasi Fungsi Keluarga ................................................................ 64
4.3. Diagnosis Kedokteran Keluarga ........................................................... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .................................................................................... 65
5.2 Saran.............................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 70
LAMPIRAN ................................................................................................ 71

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu ilmu yang mempelajari tentang pelayanan kesehatan individu
dan keluarga adalah ilmu kedokteran keluarga. Ilmu kedokteran keluarga
adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang
orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,
keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan,
ekonomi dan sosial budaya.1
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia
tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai
bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila
perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (home visit) agar tetap
dalam kondisi kesehatan yang baik.2
Kunjungan rumah (home visit) adalah kedatangan petugas kesehatan ke
rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan
pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien.
Kunjungan rumah dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang
pasien, dapat lebih meningkatkan hubungan dokter-pasien, dapat lebih
menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien dan dapat
lebih meningkatkan kepuasan pasien.3
Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. Diabetes
melitus dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori, yaitu diabetes melitus tipe
1, diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus gestasional dan diabetes melitus
tipe lain. Faktor risiko diabetes melitus meliputi obesitas, kekurangan insulin,
dan kondisi pada saat hamil.4

1
2

Angka penderita Diabetes Mellitus (DM) yang tercatat pada tahun 2013
di seluruh dunia kurang lebih 382 juta orang hidup yang mana 44% belum
terdiagnosis dan diperkiran pada tahun 2035 akan meningkat sebesar 55%
menjadi 592 juta orang.2 Populasi terbesar penderita DM berada di bagian
pasifik barat, termasuk Indonesia. Di tahun 2013 tercatat, DM menyebabkan
5,1 juta meninggal.5
Hiperkolesterol adalah peningkatan kolesterol dalam darah karena kelainan
pada tingkat lipoprotein, yaitu partikel yang membawa kolesterol dalam aliran
darah. Hiperkolesterolemia merupakan gangguan metabolisme yang terjadi
secara primer atau sekunder akibat berbagai penyakit yang dapat berkontribusi
terhadap berbagai jenis penyakit Hiperkolesterolemia berhubungan erat
dengan hiperlipidemia dan hiperlipoproteinemia. Hiperkolesterolemia dapat
terjadi akibat kelainan kadar lipoprotein dalam darah yang dalam jangka
panjang mempercepat kejadian arteriosklerosis. 6
Mengingat cenderung meningkatnya angka kejadian diabetes mellitus dan
hiperkolesterolemia dari masa kemasa, apabila tidak terkontrol dengan baik
akan diikuti dengan munculnya berbagai komplikasi. Oleh karena itu,
diperlukan diagnosis dan tatalaksana dari diabetes mellitus dan
hiperkolesterolemia secara menyeluruh. Pelayanan kedokteran menyeluruh
(holistik) merupakan prinsip pokok pelayanan kedokteran keluarga. Untuk
dapat mewujudkan pelayanan kedokteran yang seperti ini, banyak upaya yang
dapat dilakukan. Salah satu di antaranya yang mempunyai peranan amat
penting adalah melakukan kunjungan rumah (home visit) serta melakukan
perawatan pasien di rumah (home care) terhadap keluarga yang
membutuhkan.7,8

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana upaya penanganan diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia
dengan prinsip pelayanan kedokteran keluarga di Klinik Dokter Keluarga FK
UM Palembang?
3

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi persyaratan dalam menjalani Kepaniteraan
Klinik bagian Kedokteran Keluarga dan Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa memahami prinsip-prinsip pelayanan kedokteran


keluarga dalam mengatasi masalah diabetes melitus dan
hiperkolesterolemia
2. Memahami cara-cara untuk melakukan home visite

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Untuk Puskesmas


Sebagai bahan evaluasi kegiatan mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muuhammadiyah Palembang dalam Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Keluarga Di Klinik Dokter Keluarga.
1.4.2 Manfaat Untuk Mahasiswa
Sebagai sarana pembelajaran dan pelatihan dalam upaya pelayanan
kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga di Klinik
Dokter Keluarga.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kedokteran Keluarga

2.1.1 Definisi Kedokteran Keluarga

Ilmu Kedokteran keluarga adalah ilmu yang mempelajari dinamika


kehidupan keluarga dalam lingkungannya, pengaruh penyakit dan
keturunan terhadap fungsi keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap
timbul dan berkembangnya penyakit serta permasalahan kesehatan
keluarga, dan mempelajari berbagai cara pendekatan kesehatan untuk
mengembalikan fungsikeluarga dalam keadaan normal.9

Sementara itu, menurut National University of Singapore (2004)


kedokteran keluarga adalah ilmu yang menekankan pentingnya
pemberian pelayanan kesehatan yang personal, primer, komprehensif dan
berkelanjutan (kontinu) kepada individu dalam hubungannya dengan
keluarga, komunitas, dan lingkungannya. Istilah lain dari kedokteran
keluarga adalah Primary Care Medicine, General Practice, Family
Medicine. Kedokteran keluarga menekankan keluarga sebagai unit sosial
yang memberikan dukungan kepada individu. Masalah kesehatan pasien
sering disebabkan oleh masalah pada keluarga dan begitu juga sebaliknya
bahwa masalah kesehatan pasien dapat menyebabkan masalah kesehatan
keluarga.10

Dokter keluarga merupakan sebuah disiplin akademik dan keilmuan,


dengan kurikulum khusus, termasuk riset, berbasis bukti, kegiatan klinis,
dan spesialisasi klinis yang berorientasi pada pelayanan primer. Dokter
keluarga adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari
keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa
membedakan ras, budaya, dan tingkatan sosial. Dokter keluarga adalah
dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi
komunitas dengan titik berat kepada keluarga yang berkesinambungan

4
5

dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, tidak hanya memandang


penderita sebagai individu yang sakit tetapi juga sebagai bagian dari unit
keluarga.11,12

2.1.2 Karakteristik Kedokteran Keluarga


Karakteristik dokter keluarga yaitu:13

1. Tempat kontak medis pertama dalam sebuah sistem pelayanan


kesehatan, membuka dan menyelenggarakan akses tak terbatas kepada
penggunaanya, menggarap semua masalah kesehatan, tanpa
memandang golongan usia, jenis kelamin, atau karakter individual
yang dilayani.

2. Memanfaatkan sumber daya secara efisien, melalui sistem pelayanan


yang terkoordinasi, kerjasama dengan paramedis lainnya di layanan
primer, dan mengatur keperluan akan layanan spesialis dan dibuka
peluang untuk advokasi bagi pasien jika diperlukan.

3. Mengembangkan “person-centred approach” berorientasi pada


individu, keluarganya, dan komunitasnya.

4. Mempunyai cara konsultasi yang unik yang menggambarkan


hubungan dokter-pasien sepanjang waktu, melalui komunikasi efektif
antara dokter-pasien.

5. Mempunyai proses pengambilan keputusan yang istimewa


mempertimbangkan insidensi dan prevalensi penyakit di masyarakat.

6. Menangani masalah kesehatan akut dan kronik setiap individu pasien.

7. Menangani penyakit yang masih belum jelas dalam fase dini, yang
mungkin memerlukan intervensi segera.

8. Meningkatkan taraf kesehatan dan kesejahteraan melalui intervensi


yang pas dan efektif.

9. Mempunyai tanggung jawab khusus untuk kesehatan masyarakat.

10. Mengelola masalah kesehatan dalam dimensi jasmani, rohani


(psikologi) sosial, kultural, dan eksistensial.
6

2.1.3 Standar Pelayanan Kedokteran Keluarga

Standar pelayanan kedokteran keluarga terdiri dari:1

1. Standar pelayanan paripurna

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan


medis strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna, yaitu
termasuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit dan proteksi khusus, pencegahan kecacatan, dan rehabilitasi
setelah sakit dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai
dengan mediko legal etika kedokteran terdiri dari:
a. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

c. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus

d. Deteksi dini

e. Kuratif medik

f. Rehabilitasi medik dan sosial

g. Kemampuan sosial keluarga

h. Etik medikolegal

2. Standar Pelayanan Medis


Pelayanan medis yang disediakan dokter keluarga merupakan
pelayanan medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara
lege artis.
a. Anamnesis

b. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

c. Penegakan Diagnosis dan Diagnosis Banding

d. Prognosis

e. Konseling

f. Konsultasi

g. Rujukan
7

h. Tindak lanjut

i. Tindakan

j. Pengobatan rasional

k. Pembinaan keluarga

3. Standar Pelayanan Menyeluruh

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh,


yaitu peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang
terdiri dari fisik, mental, sosial, dan spiritual, serta berkehidupan di
tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
a. Pasien adalah manusia seutuhnya
b. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
c. Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya

4 Standar Pelayanan Terpadu


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan
kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis,
juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang
menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal.
a. Koordinator penatalaksanaan pasien

b. Mitra dokter-pasien

c. Mitra lintas sektoral medik

d. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik

5. Standar Pelayanan Bersinambung


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung,
yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif, dan terus
menerus demi kesehatan pasien.
a. Pelayanan proaktif

b. Rekam medik bersinambung

c. Pelayanan efektif efisien

d. Pendampingan
8

2.1.4 Prinsip-Prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga


Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti
anjuran WHO dan WONCA. Prinsip-prinsip ini juga merupakan
simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter primer
dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip pelayanan atau
pendekatan kedokteran keluarga adalah memberikan atau mewujudkan
sebagai berikut:1
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
Pelayanan holistik (menyeluruh) dilaksanakan pelayanan
kesehatan yang meliputi semua aspek kehidupan pasien sebagai
manusia seutuhnya yang meliputi aspek-aspek biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Sedangkan, komprehensif (paripurna) yaitu
tersedianya semua langkah-langkah pelayanan kesehatan yaitu
promotif (peningkatan dan pembinaan), preventif (pencegahan dan
perlindungan khusus), kuratif (deteksi dini dan tindakan segera),
Pencegahan cacat lebih lanjut (disability limitation), dan rehabilitatif
(pemulihan, pengendalian, evaluasi) dengan memerhatikan
kemampuan sosial serta sesuai dengan medicolegal etika kedokteran.
2. Pelayanan yang kontinu.
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan
pelayanan berkesinambung, yang melaksanakan pelayanan
kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus-menerus demi
kesehatan pasien. Meliputi pelayanan proaktif, rekam medis
bersinambung, pelayanan efektif-efisien, dan pendampingan.
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan.
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk
menggunakan segala kesempatan dalam menerapkan pencegahan
masalah kesehatan pada pasien dan keluarganya. Prinsip pencegahan
memiliki multi aspek, termasuk mencegah penyakit menjadi lebih
berat, mencegah orang lain tertular, pengenalan faktor resiko dari
penyakit, dan promosi kesehatan (gaya hidup sehat). Pencegahan juga
termasuk mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin mempunyai
efek terhadap kesehatan emosional pasien dan keluarganya. Hal ini
meliputi melayani KIA/KB, vaksinasi, mendiagnosis dan mengobati
9

penyakit sedini mungkin, mengkonsultasikan atau merujuk pasien


pada waktunya, dan mencegah kecacatan.
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu,
selain merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat
proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan
kedokteran baik formal ataupun informal.
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya.
Seorang dokter keluarga memandang pasiennya sebagai bagian
dari keluarganya dan memahami pengaruh penyakit terhadap
keluarga dan pengaruh keluarga terhadap penyakit. Dokter keluarga
juga mengenali keluarga yang berfungsi baik dan keluarga yang
disfungsi.
 Titik awal (entry point) pelayanan Dokter Keluarga adalah
individu seorang pasien.
 Unit terkecil yang dilayaninya adalah individu pasien itu sendiri
sebagai bagian integral dari keluarganya.
 Seluruh anggota keluarga dapat menjadi pasien seorang Dokter
Keluarga akan tetapi tetap dimungkinkan sebuah keluarga
mempunyai lebih dari satu dokter keluarga.

6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan


lingkungan tempat tinggalnya.
Pekerjaan, budaya, dan lingkungan adalah aspek-aspek dalam
komunitas (masyarakat) yang dapat mempengaruhi penatalaksanaan
seorang pasien. Berbagai pihak dalam masyarakat dapat digunakan
oleh dokter keluarga dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan
yg optimal. Selalu mempertimbangkan pengaruh keluarga,
komunitas, masyarakat dan lingkungannya yang dapat mempengaruhi
penyembuhan penyakitnya. Memanfaatkan keluarga, komunitas,
masyarakat dan lingkungannya untuk membantu penyembuhan
penyakitnya.
10

7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.


Mempertimbangkan etika dalam setiap tindak medis yang
dilakukan pada pasien, meminta ijin pada pasien untuk memberitakan
penyakitnya kepada keluarganya atau pihak lain, dan menyadari
bahwa setiap kelalaian dalam tindakannya dapat menjadi masalah
hukum.
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.
Rekam medís yang lengkap dan akurat yang dapat dibaca orang
lain yang berkepentingan.

 Menyediakan SOP untuk setiap layanan medis.


 Belajar sepanjang hanyat dan memanfaatkan EBM (Evidence
Based Medicine) serta menggunakannya sebagai alat untuk
merancang tindakan medis dan bukan sebagai pembuat
keputusan.
 Menyadari keterbatasan kemampuan dan kewenangan.
 Menyelenggarakan pertemuan ilmiah rutin membahas berbagai
kasus sambil mengaudit penatalaksanaannya.

9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.


Mempertimbangkan segi “cost-effectiveness” dalam merancang
tindakan medis untuk pasiennya.

 Mampu mengelola dan mengembangkan secara efisien dengan


neraca positif sebuah klinik Dokter Keluarga dengan tetap
menjaga mutu pelayanan kesehatan
 Mampu bernegosiasi dengan pelayanan kesehatan yang lain
(Rumah Sakit, Apotik, Optik dan lain-lain) secara berimbang
sehingga tercapai kerjasama yang menguntungkan semua pihak
khususnya pasien.
 Mampu bernegosiasi dengan perusahaan asuransi kesehatan
secara serasi dan selaras sehingga tercapai kerjasama yang
menguntungkan semua pihak khususnya pasien.
Dokter keluarga adalah dokter yang dididik secara khusus untuk
bertugas di lini terdepan sistem pelayanan kesehatan, bertugas
11

mengambil langkah awal penyelesaian semua masalah yang mungkin


dipunyai pasien. Dokter keluarga melayani individu dalam masyarakat
tanpa memandang jenis penyakitnya ataupun karakter personal dan
sosialnya dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dalam
sistem pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan
pasien. Selain itu, dokter keluarga juga berwenang secara mandiri
melakukan tindak medis mulai dari pencegahan, diagnosis, pengobatan,
perawatan dan asuhan paliatif, menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu
biomedis, psikologi medis dan sosiologi medis. 14
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi,
digunakan konsep Mandala of Health. Dipahami bahwa dokter tidak
dapat melihat pasien hanya fisiknya saja. Karena setiap manusia juga
terdiri dari fisik, jiwa dan spiritnya. Setiap manusia tinggal bersama
manusia lain dan juga berinteraksi dengan lingkungannya (fisik, tempat
tinggal, pekerjaan, lingkungan sosial, budaya dan sebagainya). Karena itu
pada saat pasien mengeluh gangguan kesehatan, perlu dikaji faktor-faktor
disekitarnya yang mungkin memicu atau menyebabkan gejala tersebut
muncul selain kemungkinan masalah pada biomediknya. 14
Pendekatan penegakan diagnosis berupa pendekatan multi aspek.
Aspek dalam pendekatan diagnosis holistik, terdiri dari: 1
1. Aspek 1 (aspek individu): keluhan utama, harapan, kekhawatiran
pasien ketika datang.
2. Aspek 2 (aspek klinik): diagnosis klinis dan diagnosis bandingnya.
3. Aspek 3 (aspek internal): faktor internal pasien yg memicu
penyakit/masalah kesehatannya, (misal: usia, perilaku kesehatan,
persepsi kesehatan, dan sebagainya).
4. Aspek 4 (aspek eksternal pasien): dokter menulis (keadaan keluarga,
lingkungan psikososial & ekonomi keluarga, keadaan lingkungan
rumah & pekerjaan yang memicu atau menjadi hazard pada
penyakit/masalah ini atau kemungkinan dapat menghambat
penatalaksanaan penyakit/masalah kesehatan yang ada.
5. Aspek 5 (aspek fungsional): dokter menilai derajat fungsional pasien
pada saat ini.
12

6. Begitu pula pada saat perencanaan penatalaksanaan masalah


kesehatan, dengan memperhitungkan faktor-faktor disekitar pasien,
dokter perlu memiliki perencanaan pencegahan mulai dari
pencegahan primer, sekunder, tersier untuk pasien dan keluarganya.

Gambar 2.1 The Mandala of Health; A model of human ecosystem

2.2. Kunjungan Rumah (Home Visit)


2.2.1 Definisi Kunjungan Rumah (Home Visit)
Kunjungan rumah (home visit) adalah kedatangan petugas
kesehatan ke rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien
dan atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan pasien. Sedangkan yang dimaksud dengan
perawatan pasien di rumah (home care) adalah apabila pertolongan
kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut tidak termasuk lagi
dalam kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory services), tetapi
dalam kelompok rawat inap (hospital-ization). Ruang lingkup
kegiatan pada kunjungan rumah hanya untuk lebih mengenal
kehidupan pasien serta melakukan pertolongan kedokteran yang
bersifat rawat jalan saja. Sedangkan pada perawatan pasien di rumah,
ruang lingkup kegiatan tersebut telah mencakup kegiatan pertolongan
kedokteran yang bersifat rawat inap.1
13

2.2.2 Tujuan Kunjungan Rumah


Menurut Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia banyak alasan
kenapa kunjungan dan perawatan pasien di rumah perlu dilakukan oleh
dokter keluarga, yaitu :15
1. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran
menyeluruh, karena itu diperlukan tersedianya data yang lengkap
tentang keadaan pasien, sehingga dapat mengetahui kehidupan
pasien secara lebih lengkap. Untuk dapat mengumpulkan data ini
dapat dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien.
2. Untuk melakukan pertolongan kedokteran
Salah satu karakteristik pokok pelayanan dokter keluarga
adalah pelayanan kedokteran yang berkesinambungan. Untuk dapat
mewujudkan pelayanan kedokteran yang seperti ini, pelayanan
dokter keluarga yang baik harus bersifat aktif, dalam arti, jika
memang diperlukan, melakukan kunjungan dan atau merawat
pasien di rumah pasien. Banyak alasan kenapa pertolongan
kedokteran perlu dilakukan melalui kunjungan dan ataupun
perawatan di rumah tersebut. Di antaranya yang dipandang
mempunyai peranan yang amat penting, yakni:15
a. Keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk datang
ke tempat praktek.
Keadaan kesehatan pasien yang tidak memungkinkan untuk
datang ke tempat praktek menjadi alasan dilakukan
pertolongan kedokteran melalui kunjungan dan atau perawatan
di rumah. Keadaan tersebut dibedakan atas tiga macam,
yakni:16
1) Pasien menderita penyakit akut yang tidak memungkinkan
pasien untuk dibawa ke tempat praktek.
2) Pasien menderita penyakit kronis.

3) Pasien menderita penyakit stadium.


14

b. Keadaan pasien yang sekarat


Keadaan pasien yang sekarat menjadi salah satu alasan
pertolongan kedokteran perlu dilakukan melalui kunjungan
rumah, dengan tujuan untuk:15
1) Dukungan moral.
2) Terminal care

c. Kunjungan penilaian rumah

Jenis utama dari kunjungan rumah adalah salah satunya


dengan melakukan penilaian rumah. Dengan melakukan
penilaian rumah maka dapat di identifikasi hal-hal yang
menyebabkan permasalahan pada pasien. Penilaian tersebut
berupa:15
1) Polifarmasi atau masalah kesehatan lainnya.

2) Pasien yang terisolasi secara sosial, misalnya lumpuh.

2.2.3 Faktor-Faktor Pendorong Kunjungan Rumah (Home Visit)


Faktor-faktor pendorong yang berperan sebagai pendorong makin
perlu dilakukannya kunjungan dan perawatan pasien di rumah, yang
dimaksudkan disini secara umum dapat dibedakan atas tiga macam
yakni:16
1. Makin meningkatnya usia hidup rata-rata anggota masyarakat
Faktor pertama yang diperkirakan mempunyai peranan
yang amat besar dalam mendorong makin pentingnya pelayanan
kunjungan dalam perawatan pasien di rumah adalah makin
meningkatnya usia hidup rata - rata dari anggota masyarakat.
Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia akan semakin banyak
ditemukan. Keadaan yang seperti ini pasti akan besar peranannya
dalam mengubah sistem pelayanan kedokteran. Sebagai akibat dari
masalah kesehatan penduduk lanjut usia yang bersifat khas,
menyebabkan pelayanan kedokteran telah tidak dapat lagi jika
hanya mengandalkan diri pada pelayanan yang bersifat pasif saja.
Untuk hasil yang optimal dari pelayanan kedokteran orang usia
lanjut tersebut diperlukan pelayanan kedokteran yang lebih aktif,
15

yang antara lain dapat diwujudkan melalui pelayanan kunjungan


dan perawatan pasien di rumah.
2. Makin meningkatnya biaya pelayanan rawat inap di rumah sakit
Pada saat ini, sebagai pengaruh dari berbagai faktor,
termasuk penggunaan berbagai alat kedokteran canggih,
menyebabkan biaya pelayanan kesehatan, terutama pelayanan
rawat inap di rumah sakit, tampak semakin meningkat. Dalam
keadaan yang seperti ini tidak mengherankan jika banyak anggota
masyarakat mencoba menghindar dari perawatan rumah sakit.
Atau kalaupun sempat dirawat, berusaha untuk segera pulang,
meskipun sebenarnya keadaan kesehatan orang tersebut belum
sepenuhnya pulih. Untuk dapat tetap memperoleh pertolongan
kedokteran sesuai dengan kebutuhan, banyak anggota masyarakat
akhirnya memang lebih suka memilih perawatan di rumah saja
untuk hasilnya yang optimal, jelas sangat memerlukan pelayanan
kunjungan dan ataupun perawatan pasien di rumah.
3. Karena desakan program asuransi kesehatan
Pada akhir - akhir ini, sebagai akibat dari makin
meningkatnya biaya kesehatan, banyak pihak mulai
mengembangkan program asuransi kesehatan. Untuk memperkecil
risiko finansial, perusahaan asuransi kesehatan biasanya tidak
memperlakukan sistem pembiayaan atas dasar tagihan (indemnity),
melainkan atas dasar kapitasi (capitation). Dengan sistem
pembiayaan yang seperti ini, tidak ada pilihan lain bagi dokter
kecuali aktif menyelenggarakan pelayanan pencegahan penyakit,
yang antara lain dapat dilakukan melalui pelayanan kunjungan dan
perawatan pasien di rumah.

2.2.4 Manfaat Dilakukan Kunjungan Rumah dalam Kedokteran


Keluarga
Apabila pelayanan di keluarga dapat dilakukan dengan sebaik-
baiknya, akan diperoleh banyak manfaat. Beberapa dari manfaat
tersebut adalah:3
16

1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien


Adanya peningkatan pemahaman yang seperti ini mudah
dimengerti, karna memanglah dilakukannya kunjungan dan atau
perawatan pasien dirumah tersebut, dokter akan banyak
memperoleh keterangan tentang pasien yang dimaksud.
2. Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter-pasien
Sama halnya dengan pemahaman, peningkattan hubungan
dokter-pasien ini adalah juga sebagai hasil dari dilakukanya
kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah.
3. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tutunan
kesehatan pasien
Dengan demikian meningkatnya pemahaman dokter
tentang keadaan pasien, dan atau makin baiknya hubungan dokter-
pasien, berarti sekaligus akan meningkatkan pula pemahaman
dokter tentang kebutuhan serta tuntunan kesehatan pasien. Adanya
pemahaman yang seperti ini jelas akan berperan besar dalam upaya
lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan
pasien.
4. Dapat lebih meningkatkan kepuasaan pasien
Pelayanan kedokteran yang dapat memenuhi kebutuhan dan
tuntutan kesehatan pasien, apalagi jika disertai dengan hubungan
doter-pasien yang baik, pasti mempunyai peranan yang amat besar
dalam lebih meningkatkan kepuasaan pasien (patient satisfaction).
Sesuatu yang pada akhir-akhir ini telah disepakati sebagai salah
satu tolak ukur yang paling pentng dari pelayanan kesehatan yang
bermutu.

2.2.5 Tata cara Kunjungan Pasien di Rumah (Home Visit)


Tata cara kunjungan pasien di rumah mencakup bidang yang amat
luas. Jika ditinjau dari tenaga pelaksana, dapat dibedakan atas dua
macam. Pertama, dilakukan sendiri oleh dokter yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga. Kedua, dilakukan oleh petugas kesehatan
khusus, lazimnya tenaga paramedis, yang telah mendapatkan pelatihan.
Sedangkan, jika ditinjau dari pihak yang mengambil inisiatif, juga dapat
17

dibedakan atas dua macam. Pertama, atas inisiatif dokter keluarga yang
melaksanakan pelayanan dokter keluarga. Kedua, atas inisiatif pasien
yang memerlukan pertolongan kedokteran dari dokter keluarga. Hanya
saja, terlepas dari kategori tenaga yang akan melaksanakan dan atau
para pihak yang mengambil inisiatif, suatu kunjungan pasien di rumah
yang baik memang harus mengikuti suatu tata cara tertentu. Tata cara
yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam hal,
yaitu:16
A. Untuk Mengumpulkan Data tentang Pasien. Jika tujuan kunjungan
rumah adalah untuk mengumpulkan data tentang pasien, tata cara
yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
Apabila memang ada kemampuan, seyogyanya dokter keluarga
dapat melakukan kunjungan rumah kepada semua keluarga
yang menjadi tanggung jawabnya, terutama apabila keluarga
tersebut merupakan pasien baru. Tetapi apabila kemampuan
tersebut tidak dimiliki, kunjungan rumah untuk pengumpulan
data cukup dilakukan terhadap keluarga yang sangat
membutuhkan saja, yakni keluarga yang termasuk dalam
kelompok berisiko tinggi (high risk family), seperti misalnya
menderita penyakit menular, isteri sedang hamil, atau keluarga
dengan anak balita. Siapkanlah daftar nama keluarga yang
akan dikunjungi tersebut.
2. Mengatur jadwal kunjungan. Tidak ada gunanya melakukan
kunjungan rumah apabila kepala keluarga yang dapat
menjelaskan tentang kehidupan keluarga yang ingin diketahui
dan atau anggota keluarga yang ingin dikunjungi, sedang tidak
berada di tempat. Untuk menghindari kunjungan rumah yang
sia-sia ini, perlulah dilakukan pengaturan jadwal kunjungan
rumah yang sebaik- baiknya.
3. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan. Macam
data yang akan dikumpulkan banyak macamnya, yang
kesemuanyasangat tergantung dari masalah kesehatan yang ada
pada keluarga. Macam data minimal yang patut dikumpulkan
18

adalah tentang identitas keluarga, keadaan rumah dan


lingkungan pemukiman pasien, struktur keluarga (genogram),
fungsi keluarga serta interaksi anggota keluarga dalam
menjalankan fungsi keluarga. Data minimal ini sering disebut
sebagai data dasar (data base) keluarga dan atau disebut pula
sebagai profil keluarga.
4. Melakukan pengumpulan data. Apabila ketiga persiapan di atas
selesai dilakukan, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan
kunjungan rumah serta mengumpulkan data sesuai dengan
yang telah direncanakan. Kumpulkanlah data tersebut
selengkap- lengkapnya, tetapi jangan terburu-buru karena
kecuali dapat meninggalkan kesan yang kurang baik, juga
biasanya data yang dikumpulkan melalui satu kunjungan saja.
5. Melakukan pencatatan data. Kegiatan berikutnya yang
dilakukan adalah mencatat semua data yang berhasil
dikumpulkan. Catatan data dasar pasien ini biasanya dilakukan
pada rekam medis khusus yang disebut dengan nama rekam
medis keluarga.
6. Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan.
Sekalipun tujuan utama kunjungan rumah adalah untuk
mengumpulkan data pasien, namun sangat dianjurkan pada
waktu kunjungan rumah tersebut dapat sekaligus disampaikan
nasehat dan ataupun dilakukan penyuluhan kesehatan, sesuai
dengan hasil temuan. Misalnya, menyampaikan nasehat
tentang kebersihan perseorangan, kebersihan lingkungan
pemukiman, dan lain sebagainya. Sesungguhnya melalui
kunjungan rumah akan dapat dikumpulkan data tentang pasien
secara lengkap, yang jika dilakukan hanya melalui wawancara
di ruang praktek, hampir tidak mungkin diperoleh. Pasien
memang akan lebih bersikap terbuka jika berada di lingkungan
yang lebih dikenalnya, yakni lingkungan rumah dan
keluarganya, bukan lingkungan tempat praktek.
19

B. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Dokter


Keluarga. Jika tujuan kunjungan rumah tersebut adalah untuk
memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif dokter keluarga,
misalnya untuk keperluan pelayanan tindak lanjut yang telah
terjadwal dan disepakati bersama, maka tata cara yang dilakukan
mencakup enam kegiatan pokok sebagai berikut:16
1. Mempersiapkan jadwal kunjungan. Kegiatan pertama yang
harus dilakukan adalah mempersiapkan jadwal kunjungan yang
berisikan daftar nama pasien yang akan dikunjungi sesuai
dengan tanggal dan jam kunjungan yang telah ditetapkan dan
disepakati oleh pasien. Ada baiknya jadwal kunjungan tersebut
disusun untuk satu minggu sekali.
2. Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada
pasien. Jika keadaan memungkinkan ada baiknya jadwal
kunjungan tersebut disampaikan kepada pasien yang akan
dikunjungi. Misalnya melalui surat dan ataupun telepon, yang
sebaiknya disampaikan minimal tiga hari sebelum tanggal
kunjungan. Maksudnya untuk mengingatkan kembali pasien
tentang perjanjian kunjungan yang akan dilakukan, yang
apabila ada perubahan, masih sempat diperbaiki.
3. Mempersiapkan keperluan kunjungan. Sebelum berkunjung ke
tempat pasien, dokter harus mempersiapkan segala sesuatu
yang diperlukan, sesuai dengan pertolongan kedokteran yang
akan dilakukan. Jangan lupa pula membawa rekam medis
keluarga untuk pasien yang akan dikunjungi tersebut.
4. Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran. Sesuai
dengan tanggal dan jam yang telah ditetapkan dalam jadwal
kunjungan, dokter keluarga berkunjung ke tempat pasien serta
melakukan pertolongan kedokteran sesuai dengan keperluan
pasien. Patut diingat dalam pertolongan kedokteran ini
termasuk pula pemberian nasehat atau penyuluhan kesehatan
yang ada hubungannya dengankesehatan pasien.
5. Mengisi rekam medis keluarga. Kegiatan kelima yang
dilakukan adalah mencatat semua hasil temuan serta tindakan
20

kedokteran yang dilakukan pada rekam medis keluarga. lsilah


rekam medis keluarga tersebut dengan lengkap.
6. Menyusun rencana tidak lanjut. Kegiatan terakhir yang
dilakukan adalah bersama pasien menyusun rencana pelayanan
tindak lanjut yang perlu dilakukan. Jika memang perlu
pelayanan rawat inap di rumah sakit, bicarakanlah dengan
sebaik - baiknya.
C. Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Pasien
Atau Pihak Keluarga. Jika pihak yang mengambil inisiatif adalah
pasien atau keluarganya, yang biasanya terjadi apabila menderita
penyakit yang bersifat mendadak (akut), tata cara yang ditempuh
adalah sebagai berikut:16
1. Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien. Kegiatan
pertama yang dilakukan ialah menanyakan selengkapnya
tentang keadaan pasien yang memerlukan kunjungan dan atau
perawatan di rumah yang bersifat mendadak tersebut. Jika
panggilan melalui anggota keluarga, pertanyaan dapat
langsung ditanyakan kepada anggota keluarga. Tetapi jika
panggilan diterima melalui telepon, usahakanlah berbicara
langsung dengan pasien yang memerlukan pertolongan
kedokteran di rumah tersebut.
2. Mempersiapkan keperluan kunjungan. Kegiatan kedua yang
dilakukan adalah mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan, sesuai dengan pertolongan kedokteran yang
diperkirakan akan dilakukan. Bawalah semua alat dan ataupun
obat yang diperlukan. Jangan lupa pula membawa rekam medis
keluarga untuk pasien yang akan memperoleh pertolongan
kedokteran tersebut.
3. Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran. Kegiatan
ketiga yang dilakukan adalah mengunjungi rumah pasien serta
melakukan pertolongan kedokteran sesuai dengan keperluan
pasien. Sama halnya dengan kunjungan rumah atas inisiatif
dokter, dalam pertolongan kedokteran yang dimaksudkan di
21

sini termasuk pula pemberian nasehat atau penyuluhan


kesehatan yang ada hubungannya dengan kesehatan pasien.
4. Mengisi rekam medis keluarga. Kegiatan keempat yang
dilakukan adalah mencatat semua hasil temuan serta tindakan
kedokteran yang dilakukan pada rekam medis keluarga. Isilah
rekam medis keluarga tersebut dengan lengkap.
5. Menyusun rencana tindak lanjut. Kegiatan kelima yang
dilakukan adalah bersama pasien menyusun rencana pelayanan
tindak lanjut yang perlu dilakukan. Jika memang diperlukan
pelayanan rawat inap di rumah sakit, bicarakanlah dengan
sebaik-baiknya.

2.3. Keluarga
2.3.1 Bentuk Keluarga
Pembagian tipe atau bentuk keluarga menurut Anderson Carter,
yaitu :1,16
1. Keluarga inti (nuclear family), keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
2. Keluarga besar (extended family), keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3. Keluarga berantai (serial family), keluarga yang terdiri atas wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
4. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga ini terjadi
karena adanya perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi, keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama.
6. Keluarga kabitas, dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk satu keluarga.
22

Tipe keluarga menurut konteks keilmuan dan pengelompokan


orang: 16
1. Traditional nuclear, keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2. Reconstituted nuclear, pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam pembentukan
suatu rumah dengan anak-anaknya, baik itu dari perkawinan lama
maupun hasil perkawinan yang baru. Satu atau keduanya dapat
bekerja diluar rumah.
3. Middle age atau aging couple, suami sebagai pencari uang, istri di
rumah, atau keduanya bekerja diluar rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sudah sekolah, perkawinan, atau
meniti karier.
4. Dyadic nuclear, pasangan suami istri yang sudah berumur dan
tidak mempunyai anak. Keduanya atau salah satu bekerja diluar
rumah.
5. Single parent, keluarga dengan satu orang tua sebagai akibat
perceraian atau akibat kematian pasangannya, anak-anaknya dapat
tinggal di dalam rumah atau diluar rumah.
6. Commuter married, pasangan suami istri atau keduanya sama-sama
bekerja dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling
mencari pada waktu-waktu tertentu.
7. Single adult, wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk menikah.
8. Three generation, tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu
rumah.
9. Institusional, anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu
panti.
10. Communal, satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogamy dengan anak-anaknya dan sama-sama berbagi fasilitas.
11. Groub marriage, satu rumah terdiri dari orang tua dan satu
kesatuan keluarga.
23

12. Unmarried parent and child, ibu dan anak pernikahannya tidak
dikehendaki dan kemudian anaknya diadopsi.
13. Cohabitating couple, dua orang tua atau satu pasangan yang
bersama tanpa menikah.
14. Extended family, nuclear family dan anggota keluaraga yang lain
tinggal dalam satu rumah dan berorientasi pada satu kepala
keluarga.

2.3.2 Fungsi Keluarga


Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya antara lain
:1,16
a. Fungsi Keagamaan
Fungsi keluarga sebagai tempat pertama seorang anak
mengenal, menanamankan dan menumbuhkan serta
mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga bisa menjadi insan-
insan yang agamis, berakhlak baik dengan keimanan dan
ketakwaan yang kuat pada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada
seluruh anggota keluarganya dalam mengembangkan kekayaan
sosial budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.
c. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh
terhadap hubungan suami dengan istri, orang tua dengan anak-
anaknya, anak dengan anak, serta hubungan kekerabatan antar
generasi sehingga keluarga menjadi tempat utama bersemainya
kehidupan yang punuh cinta kasih lahir dan batin.
d. Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya
dalam menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi
setiap anggota keluarganya.
e. Fungsi Reproduksi
24

Fungsi keluarga dalam perencanaan untuk melanjutkan


keturunannya yang sudah menjadi fitrah manusia sehingga dapat
menunjang kesejahteraan umat manusia secara universal.
f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi keluarga dalam memberikan peran dan arahan
kepada keluarganya dalam mendidik keturunannya sehingga dapat
menyesuaikan kehidupannya di masa mendatang.
g. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga sebagai unsur pendukung kemandirian dan
ketahanan keluarga.
h. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Fungsi keluarga dalam memberi kemampuan kepada setiap
anggota keluarganya sehingga dapat menempatkan diri secara
serasi, selaras, dan seimbang sesuai dengan aturan dan daya
dukung alam dan lingkungan yang setiap saat selalu berubah secara
dinamis.
Sementara menurut WHO (2014) fungsi keluarga terdiri dari : 1,17
1. Fungsi Biologis, meliputi : fungsi untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat
anggota keluarga, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
2. Fungsi Psikologi, meliputi : fungsi dalam memberikan kasih
sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga,
serta memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi, meliputi : fungsi dalam membina sosialisasi
pada anak, meneruskan nilai-nilai keluarga, dan membina norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
4. Fungsi Ekonomi, meliputi : fungsi dalam mencari sumber-sumber
penghasilan, mengatur dalam pengunaan penghasilan keluarga
dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga, serta menabung
untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa mendatang.
5. Fungsi Pendidikan, meliputi : fungsi dalam mendidik anak sesuai
dengan tingkatan perkembangannya, menyekolahkan anak agar
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku
25

anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, serta


mempersiapkan anak dalam mememuhi peranannya sebagai orang
dewasa untuk kehidupan dewasa di masa yang akan datang.

2.3.3 Pengukuran Fungsi Keluarga


Pengukuran fungsi keluarga, diantaranya dapat menggunakan : 1,16
1. APGAR Score
Untuk mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga, telah
dikembangkan suatu metode penilaian yang dikenal dengan nama
APGAR Keluarga (APGAR Family). Dengan metode APGAR
keluarga tersebut dapat dilakukan penilaian terhadap 5 fungsi
pokok keluarga secara cepat dan dalam waktu yang singkat.
Adapun 5 fungsi pokok keluarga yang dinilai dalam APGAR
keluarga yaitu : 1,16
a. Adaptasi (Adaptation) Menilai tingkat kepuasan anggota keluarga
dalam menerima yang diperlukan dari anggota keluarga lainnya.
b. Kemitraan (Partnership) Menilai tingkat kepuasan anggota
keluarga terhadap komonikasi dalam keluarga, musyawarah dalam
mengambil keputusan atau dalam penyelesaian masalah yang
dihadapi dalam keluarga.
c. Pertumbuhan (Growth) Menilai tingkat keuasan anggota keluarga
terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan
pertumbuhan dan kedewasaan setiap anggota keluarga.
d. Kasih Sayang (Affection) Menilai tingkat kepuasan anggota
keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang
terjalin dalam keluarga.
e. Kebersamaan (Resolve) Menilai tingkat kepuasan anggota keluarga
terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan, dan ruang
antar keluarga.
Bila pertanyaan dijawab sering / selalu nilai 2, kadang-
kadang nilai 1, jarang / tidak nilai 0. Bila hasil penjumlahan kelima
nilai diatas adalah antara:
 7-10 : fungsi keluarga baik
 4-6 : fungsi keluarga kurang baik
26

 0-3 : fungsi keluarga tidak baik

2. SCREEM
SCREEM (Social Cultural Religion Economic Education
Medical). Jika APGAR family untuk melihat fungsi keluarga secara
fisiologis, maka SCREEM adalah untuk melihat fungsi keluarga
secara patologis.
 Apakah antara anggota keluarga saling memberi perhatian, dan
saling membantu. Apakah interaksi dengan tetangga sekitarnya
juga berjalan baik dan tidak ada masalah (Social).
 Apakah keluarga puas terhadap budaya yang berlaku di daerah itu
(Culture).
 Apakah keluarga taat dalam beragama (Religion).
 Apakah status ekonomi keluarga cukup (Economic)
 Apakah pendidikan tergolong cukup (Education)
 Apakah dalam mencari pelayanan kesehatan mudah dan ada alat
transportasi (Medical)

3. Genogram
Genogram secara istilah berasal dari dua kata, yaitu gen
(unsur keturunan) dan gram (gambar atau grafik). Dalam bahasa
Indonesia, genogram dapat dipadankan dengan gambar silsilah
keluarga. Secara konseptual, genogram berarti suatu model grafis
yang menggambarkan asal-usul klien dalam tiga generasi, yakni
generasi dirinya, orangtuanya, dan kakek-neneknya. Genogram
sebagai salah satu teknik dalam penyelenggaraan terapi keluarga
merupakan diagram sistem hubungan keluarga tiga generasi, di
mana simbol digunakan untuk mengidentifikasikan sistem,
subsistem, dan karakteristik mereka, kemudian memberikan bentuk
tentang karakter keluarga.16
27

2.3.4 Peran Keluarga Dalam Kesehatan


1. Keluarga perlu memperlakukan penderita dengan sikap yang bisa
membubuhkan dan mendukung tumbuhnya harapan dan
optimisme. Harapan dan optimisme akan menjadi motor penggerak
pemulihan harapan merupakan pendorong proses pemulihan, salah
satu faktor penting adalah pemulihan adalah adanya keluarga,
saudara dan teman yang percaya bahwa seorang bisa pulih dan
kembali hidup produktif di masyarakat. Mereka bisa memberikan
harapan, semangat dan dukungan sumber daya yang diperlukan
untuk pemulihan.1,17
2. Peran keluarga diharapkan dalam pemberian obat, pengawasan
minum obat dan meminimalkan ekspresi keluarga. Keluarga
merupakan unit paling dekat dengan klien dan merupakan “perawat
utama” bagi penderita. Keluarga berperan dalam menentukan cara
atau perawatan yang diperlukan klien, keberhasilan perawat di
rumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang
kemudian mengakibatkan klien harus di rawat kembali
(kambuh).1,17
3. Peran keluarga mengontrol expresi emosi keluarga, seperti
mengkritik, bermusuhan dapat mengakibatkan tekanan pada klien,
pendapat serupa yang menyatakan bahwa kekacauan dan dinamika
keluarga memegang peranan penting dalam menimbulkan
kekambuhan.1,17
4. Peran keluarga sebagai upaya pencegahan kekambuhan kepedulian
ini diwujudkan cara meningkatkan fungsi efektif yang dilakukan
dengan memotivasi, menjadi pendengar yang baik, membuat
senang, memberi kesempatan rekreasi, memberi tanggung jawab
dan kewajiban peran dari keluarga pemberi asuhan. 1,17

2.3.5 Pengaruh Keluarga Terhadap Kesehatan


Keluarga sangat berpengaruh terhadap kesahatan diantaranya: 3
1. Penyakit keturunan
a. Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi) dan faktor
lingkungan (fungsi-fungsi keluarga lainnya).
28

b. Muncul dalam perkawinan (tahap awal dan siklus kehidupan


keluarga).
c. Perlu marriage counseling dan screening
2. Perkembangan bayi dan anak
Jika dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsi-
fungsi yang sakit akan mengganggu perkembangan fisik dan
perilaku.
3. Penyebaran penyakit
a. Penyakit infeksi
b. Penyakit neurosis
4. Pola penyakit dan kematian
Hidup membujang atau bercerai mempengaruhi angka
kesakitan dan kematian.
5. Proses penyembuhan penyakit
Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada
keluarga dengan fungsi keluarga yang sehat lebih baik
dibandingkan pada keluarga dengan fungsi keluarga sakit.

2.4. Diabetes Melitus


a. Definisi
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ
pancreas untuk memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin
pada sel target tersebut. Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang ditemukan pada penderita penyakit diabetes
mellitus terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas insulin pada sel target.18

b. Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus tipe-1 Diabetes mellitus tipe-1 adalah penyakit
kronis yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh untuk
menghasilkan atau memproduksi insulin yang diakibatkan oleh
rusaknya sel-β pada pancreas. Diabetes mellitus tipe-1 disebut
dengan kondisi autoimun oleh karena sistem imun pada tubuh
menyerang sel-sel dalam pankreas yang dikira membahayakan
29

tubuh. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi


pada tubuh.Diabetes mellitus tipe-1 sering terjadi pada masa anak-
anak tetapi penyakit ini dapat berkembang pada orang dewas.
2. Diabetes mellitus tipe-2 adalah jenis yang paling umum dari diabetes
mellitus .Diabetes tipe-2 ditandai dengan cacat progresif dari fungsi
sel-β pankreas yang menyebabkan tubuh kita tidak dapat
memproduksi insulin dengan baik. Diabetes mellitus tipe-2 terjadi
ketika tubuh tidak lagi dapat memproduksi insulin yang cukup untuk
mengimbangi terganggunya kemampuan untuk memproduksi
insulin. Pada diabetes mellitus tipe-2 tubuh kita baik menolak efek
dari insulin atau tidak memproduksi insulin yang cukup untuk
mempertahankan tingkat glukosa yang normal.
Beberapa pasien dengan diabetes tipe ini akan tetap tidak
terdiagnosis selama bertahun-tahun karena gejala jenis ini dapat
berkembang sedikit demi sedikit dan itu tergantung pada pasien .
Diabetes tipe-2 sering terjadi pada usia pertengahan dan orang tua,
tetapi lebih umum untuk beberapa orang obesitas yang memiliki
aktivitas fisik yang kurang.
3. Diabetes mellitus gestational adalah intoleransi glukosa pada waktu
kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan
toleransi glukosa setelah terminasi kehamilan.Diabetes melitus
gestational terjadi di sekitar 5–7% dari semua kasus pada kehamilan
4. Diabetes tipe lain ini disebabkan oleh karena kelainan genetic pada
kerja insulin, kelainan pada sel- β, penyakit pancreas,
endocrinopathies, infeksi, dank arena obat atau zat kimia dan juga
sindroma penyakit lain.18

c. Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup sehingga mengakibatkan terjadinya
penumpukan gula dalam darah yang menyebabkan terjadinya
hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu
dalam darah.Glukosa dalam tubuh dibentuk di dalam hati dari makanan
30

yang dikonsumsi ke dalam tubuh. Insulin merupakan hormon yang


diproduksi oleh pankreas yang berfungsi untuk memfasilitasi atau
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi
dan penyimpanannya. Defisiensi insulin ini menyebabkan penggunaan
glukosa dalam tubuh menurun yang akan menyebabkan kadar glukosa
darah dalam plasma tinggi atau hiperglikemi. Keadaan hiperglikemi ini
akan menyebabkan terjadinya glukosuria dikarenakan glukosa gagal
diserap oleh ginjal ke dalam sirkulasi darah dimana keadaan ini akan
menyebabkan gejala umum diabetes mellitus yaitu polyuria, polydipsia,
dan polyphagia.18

d. Faktor Risiko
1. Keturunan (Genetik)
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang besar dalam
meningkatnya resiko diabetes mellitus. Diabetes dapat diturunkan
oleh keluarga sebelumnya yang memiliki riwayat penyakit yang sama.
Kelainan pada gen ini dapat mengakibatkan tubuh tidak dapat
memproduksi insulin
2. Obesitas
Obesitas dan peningkatan berat badan pada orang dewasa dianggap
menjadi salah satu faktor risiko yang paling penting untuk diabetes
mellitus tipe-2. Obesitas menyebabkan terjadinya peningkatan masa
adipose yang dihubungkan dengan resistensi insulin yang akan
mengakibatkan terganggunya proses penyimpanan lemak dan sintesa
lemak.
3. Usia
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi diabetes
mellitus meningkat seiring dengan pertambahan usia. Sekitar 50%
lansia mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa
normal. Diabetes mellitus sering muncul pada usia lanjut pada usia
lebih dari 45 tahun dimana sensitifitas insulin berkurang.
4. Hipertensi (Tekanan darah tinggi)
Hipertensi telah diidentifikasi sebagai faktor risiko utama untuk
pengembangan diabetes.Penderita hipertensi memiliki risiko 2-3 kali
31

lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan pasien dengan tekanan


darah normal. Hipertensi adalah kondisi umum yang biasanya
berdampingan dengan diabetes mellitus dan memperburuk komplikasi
diabetes mellitus dan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
5. Merokok
Merokok dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan dalam
risiko diabetes. Merokok merupakan faktor risiko independen dan
dimodifikasi untuk diabetes.Berhenti merokok dikaitkan dengan
penambahan berat badan dan peningkatan berikunya dalam risiko
diabetes.
6. Ras Ada beberapa ras manusia di dunia ini yang punya potensi tinggi
untuk terserang diabetes melitus.Peningkatan penderita diabetes di
wilawah Asia jauh lebih tinggi dibanding di benua lainnya.Bahkan
diperkirakan lebih 60% penderita berasal dari Asia. 19

e. Diagnosis
Tabel 1. Tes Diagnosis dan Klasifikasi DM
32

Tabel 2. Glukosa Darah Sewaktu

Tabel 3. Glukosa Darah Puasa

f. Komplikasi
1. Komplikasi Macrovaskular Komplikasi makrovaskuler adalah
komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar,
sehingga menyebabkan atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara
lain timbul penyakit jantung koroner, hipertensi, dan
stroke.Komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada
penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner, penyakit
pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah
perifer.Komplikasi makrovaskular ini sering terjadi pada penderita
diabetes mellitus tipe-2 yang umumnya menderita hipertensi,
dislipidemia dan atau kegemukan.
2. Komplikasi Microvaskular Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi
pada penderita diabetes mellitus tipe-1.Hiperglikemia yang persisten
dan pembentukan protein yang terglikasi menyebabkan dinding
pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi
penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil.Hal inilah yang
33

mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler, antara


lain retinopati, nefropati, dan neuropati.20

g. Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas
hidup penyandang diabetes.
Tujuan penatalaksanaan meliputi :8
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui
pengelolaan pasien secara komprehensif.
A. Non Farmakologis
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu
dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan
bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik.
Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan tingkat
lanjutan.8
a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan
Kesehatan Primer yang meliputi:8
1. Materi tentang perjalanan penyakit DM.
2. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
3. Penyulit DM dan risikonya.
4. Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target
pengobatan.
5. Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.
34

6. Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa


darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah
mandiri tidak tersedia).
7. Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
8. Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
9. Pentingnya perawatan kaki.
10. Cara mempergunakan fasilitas perawatan Kesehatan.
b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan
Kesehatan Sekunder dan / atau Tersier, yang meliputi: 8
1. Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
2. Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.
3. Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.
4. Rencana untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga).
5. Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa).
6. Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi
mutakhir tentang DM.
7. Pemeliharaan/perawatan kaki.
8. Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes Melitus adalah
memenuhi anjuran:5
9. Mengikuti pola makan sehat
10. Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang
teratur
11. Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus
secara aman dan teratur
12. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan hasil pemantauan untuk menilai keberhasilan
pengobatan
13. Melakukan perawatan kaki secara berkala
14. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi
keadaan sakit akut dengan tepat
15. Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana,
dan mau bergabung dengan kelompok penyandang diabetes
serta mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan
penyandang DM.
35

16. Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.


2. Terapi Nutrisi Medis
Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari
penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM
adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter,
ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan
keluarganya).8
A. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari: 8
Karbohidrat
1. Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi.
2. Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang
berserat tinggi.
3. Gula dalam bumbu diperbolehkan
4. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi
5. Pemanis alternatif dapat digunakan pengganti gula.
6. Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan
karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan
makanan selingan buah atau makanan lain.
Lemak
1. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.
Tidak diperkenankan melebih 30% total asupan energi
2. Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
3. Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal.
4. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans
Protein
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DMT2 apabila tidak disertai adanya nefropati.
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara
secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45
menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak
36

lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan


pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila kadar
glukosa darah 250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan
jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas seharihari bukan
termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu
aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik dengan intensitas sedang (50- 70% denyut jantung
maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Pada penderita DM tanpa kontraindikasi dianjurkan juga
melakukan resistance training (latihan beban) 2-3 kali/perminggu
sesuai dengan petunjuk dokter.8

B. Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis
terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. 8
1. Obat hipoglikemik oral Berdasarkan cara kerjanya, OHO
dibagi menjadi 5 golongan:8
a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan
glinid
b) Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan
tiazolidindion
c) Penghambat glukoneogenesis (metformin)
d) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidasealfa
e) DPP-IV inhibitor.
a. Pemicu Sekresi Insulin
- Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan
utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang. Namun
masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih.
37

Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai


keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang
nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan
sulfonilurea kerja panjang.8
- Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin
fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat
fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian
secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini dapat
mengatasi hiperglikemia post prandial.8
b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin Tiazolidindion
Tiazolidindion (pioglitazon) berikatan pada Peroxisome
Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-g), suatu reseptor
inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek
menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah
protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan
glukosa di perifer.8
c. Penghambat glukoneogenesis
Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi
glukosa hati (glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki
ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada penyandang
diabetes gemuk. Metformin dikontraindikasikan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin >1,5 mg/dL) dan
hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia
(misalnya penyakit serebro-vaskular, sepsis, renjatan, gagal
jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk
mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau
sesudah makan. Selain itu harus diperhatikan bahwa pemberian
metformin secara titrasi pada awal penggunaan akan memudahkan
dokter untuk memantau efek samping obat tersebut. 8
38

d. Penghambat Glukosidase Alfa (Acarbose)


Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di
usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa
darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek samping
hipoglikemia. Efek samping yang paling sering ditemukan ialah
kembung dan flatulensi.8
e. DPP-IV inhibitor Glucagon-like peptide-1 (GLP-1)
Merupakan suatu hormon peptida yang dihasilkan oleh sel
L di mukosa usus. Peptida ini disekresi oleh sel mukosa usus bila
ada makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan. GLP-1
merupakan perangsang kuat pelepasan insulin dan sekaligus
sebagai penghambat sekresi glukagon. Namun demikian, secara
cepat GLP-1 diubah oleh enzim dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4),
menjadi metabolit GLP-1-(9,36)-amide yang tidak aktif. Sekresi
GLP-1 menurun pada DM tipe 2, sehingga upaya yang ditujukan
untuk meningkatkan GLP-1 bentuk aktif merupakan hal rasional
dalam pengobatan DM tipe2. Peningkatan konsentrasi GLP-1 dapat
dicapai dengan pemberian obat yang menghambat kinerja enzim
DPP-4 (penghambat DPP-4), atau memberikan hormon asli atau
analognya (analog incretin=GLP-1 agonis).8

Tabel 2.3 Mekanisme kerja, Efek samping utama, Pengaruh


penurun A1C.8
Cara Pemberian OHO, terdiri dari: 8
1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap
sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis
optimal
2. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan
39

3. Repaglinid, Nateglinid: sesaat sebelum makan


4. Metformin : sebelum /pada saat / sesudah makan
5. Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan
pertama
6. Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan.

Gambar 2.4 Pemberian Obat Hipoglikemik Oral. 8


2. Suntikan
Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:8
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetik
4. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
5. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
6. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
7. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
8. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasionalyang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
9. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
10. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
Jenis dan lama kerja insulin berdasar lama kerja, insulin terbagi
menjadi empat jenis, yakni:8
1. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
2. Insulin kerja pendek (short acting insulin)
3. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
4. Insulin kerja panjang (long acting insulin)
40

5. Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed


insulin).

Efek samping terapi insulin :8


1. Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya
hipoglikemia.
2. Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin
yang dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin

3. Terapi Kombinasi
Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu
dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara
bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Terapi
kombinasi obat antihiperglikemia oral, baik secara terpisah ataupun
fixed dose combination, harus menggunakan dua macam obat
dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu
apabila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai dengan
kombinasi dua macam obat, dapat diberikan kombinasi dua obat
antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan
alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai,
terapi dapat diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral. 8
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai
dengan pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau
insulin kerja panjang). Insulin kerja menengah harus diberikan jam
10 malam menjelang tidur, sedangkan insulin kerja panjang dapat
diberikan sejak sore sampai sebelum tidur. Pendekatan terapi
tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali glukosa darah
yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal
insulin basal untuk kombinasi adalah 6-10 unit. kemudian
dilakukan evaluasi dengan mengukur kadar glukosa darah puasa
keesokan harinya.8
Dosis insulin dinaikkan secara perlahan (pada umumnya 2 unit)
apabila kadar glukosa darah puasa belum mencapai target. Pada
keadaaan dimana kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak
41

terkendali meskipun sudah mendapat insulin basal, maka perlu


diberikan terapi kombinasi insulin basal dan prandial, sedangkan
pemberian obat antihiperglikemia oral dihentikan dengan hati-hati.8

Gambar 4. Algoritme Pengelolaan DM Tipe 2.8

Pemantauan

Pada praktek sehari-hari, hasil pengobatan DM tipe 2 harus


dipantau secara terencana dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan
jasmani, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan adalah:8
1. Pemeriksaan
A) Kadar Glukosa Darah
Tujuan pemeriksaan glukosa darah :8
1. Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai
2. Melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai sasaran
terapi.
Waktu pelaksanaan glukosa darah pada saat puasa, 1 atau 2 jam
setelah makan, atau secara acak berkala sesuai dengan kebutuhan.
Frekuensi pemeriksaan dilakukan setidaknya satu bulan sekali.8
42

B) Pemeriksaan HbA1c
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai
glikohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi (disingkat sebagai
HbA1c), merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek
perubahan terapi 8 - 12 minggu sebelumnya. Untuk melihat hasil
terapi dan rencana perubahan terapi, HbA1c diperiksa setiap 3 bulan.
Pada pasien yang telah mencapai sasran terapi disertai kendali
glikemik yang stabil HbA1c diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1
tahun.8
C) Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan
menggunakan darah kapiler. PGDM dianjurkan bagi pasien dengan
pengobatan suntik insulin beberapa kali perhari atau pada pengguna
obat pemacu sekresi insulin. Waktu yang dianjurkan adalah pada saat
sebelum makan, 2 jam setelah makan (untuk menilai ekskursi
glukosa), menjelang waktu tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia),
dan di antara siklus tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia
nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami gejala
seperti hypoglycemic spells. PDGM terutama dianjurkan pada
penyandang DM yang direncanakan mendapat terapi insulin.8

2. Prosedur Pemantauan Glukosa Darah


1. Tergantung dari tujuan pemeriksaan tes dilakukan pada waktu :8
a. Sebelum makan
b. 2 jam sesudah makan
c. Sebelum tidur malam
2. Pasien dengan kendali buruk/tidak stabil dilakukan tes setiap hari.
a. Pasien dengan kendali baik/stabil sebaiknya tes tetap dilakukan
secara rutin. Pemantauan dapat lebih jarang (minggu sampai bulan)
apabila pasien terkontrol baik secara konsisten.
3. Pemantauan glukosa darah pada pasien yang mendapat terapi
insulin, ditujukan juga untuk penyesuaian dosis insulin dan
memantau timbulnya hipoglikemia.
43

4. Tes lebih sering dilakukan pada pasien yang melakukan aktivitas


tinggi, pada keadaan krisis, atau pada pasien yang sulit mencapai
target terapi (selalu tinggi, atau sering mengalami hipoglikemia),
juga pada saat perubahan dosis terapi.

2.5. Hiperkolesterolemia
a. Definisi
Hiperkolesterol adalah peningkatan kolesterol dalam darah karena
kelainan pada tingkat lipoprotein, yaitu partikel yang membawa
kolesterol dalam aliran darah (Braunwald, 2008). Hiperkolesterolemia
merupakan gangguan metabolisme yang terjadi secara primer atau
sekunder akibat berbagai penyakit yang dapat berkontribusi terhadap
berbagai jenis penyakit Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan
hiperlipidemia dan hiperlipoproteinemia. Hiperkolesterolemia dapat
terjadi akibat kelainan kadar lipoprotein dalam darah yang dalam jangka
panjang mempercepat kejadian arteriosklerosis. 6

b. Klasifikasi
Tabel 4. Klasifikasi Kadar Lipid Plasma
44

c. Tatalaksana
Pada penanganan hiperkolesterolemia diharapkan terjadi
penurunan kadar kolesterol total yang berperan dalam pembentukan lesi
ateromatous pada pembuluh darah, sehingga perkembangannya menjadi
penyakit jantung koroner dapat dicegah.
Terapi awal hiperlipidemia termasuk hiperkolesterolemia adalah
terapi non farmakologi melalui perubahan gaya hidup yang terdiri dari
pengaturan diet, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik.
Berhenti merokok dapat meningkatkan kadar HDL, sedangkan
meningkatkan konsumsi makanan berserat dapat menurunkan kolesterol
sebesar 5-20%.
Bila terapi non farmakologi tidak cukup adekuat dalam menurunkan
kadar lipid plasma, maka terapi farmakologi menjadi langkah selanjutnya
yang harus dipilih. Saat ini terdapat beberapa golongan obat yang dapat
digunakan untuk terapi hiperlipidemia yaitu statin, resin pengikat asam
empedu, niasin, fibrat, inhibitor absorbsi kolesterol, dan minyak ikan.
Obat golongan statin cenderung menjadi pilihan utama karena umumnya
dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien.
Statin merupakan HMG-CoA reduktase inhibitor yang secara
kompetitif menghambat proses sintesis kolesterol di hati sehingga dapat
menurunkan kadar LDL darah. Obat ini menurunkan kadar kolesterol
dengan cara meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor LDL sehingga
katabolisme kolesterol semakin meningkat dan mengurangi simpanan
LDL di plasma. Obat ini juga dapat berpengaruh terhadap kadar
trigliserida dan HDL. Contoh obat golongan statin antara lain Lovastatin,
Pravastatin, Simvastatin, Fluvastatin, Atorvastatin, dan Rosuvastatin.
Efek samping statin yang paling berbahaya adalah miopati dan
rabdomiolisis, namun dengan insiden yang sangat rendah Selain itu, pada
kira-kira 1-2% pasien yang menggunakan agen hipolipidemik golongan
statin mengalami peningkatan kadar enzim transaminase hingga melebihi
3 kali nilai normal. Peningkatan kadar enzim transaminase serum
mengindikasikan kelainan yang terjadi pada hati. Mengingat hati
merupakan organ penting yang bertanggung jawab pada proses
detoksifikasi dan menjaga keseimbangan kolesterol dalam darah. maka
45

perlu dilakukan pemeriksaan kadar enzim transaminase sebelum dan 3


bulan setelah pemberian statin untuk memastikan keamanan obat tersebut
bagi pasien.
Simvastatin merupakan prodrug yang harus dihidrolisis terlebih dulu
di hati menjadi bentuk aktifnya yaitu asam β-hidroksi. Lebih dari 95%
hasil hidrolisis ini berikatan dengan protein plasma, sehingga konsentrasi
obat bebas di dalam sirkulasi sistemik hanya kurang dari 5%. Obat ini
memiliki waktu paruh sekitar 2 jam dan sebagian besar diekskresi
melalui hati. Dosis awal pemberian obat adalah sebesar 5-10 mg/hari,
dengan dosis maksimal 80 mg/hari. Obat efektif diberikan pada malam
hari.21

2.6. Prolanis
a. Definisi
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta,
fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien.
b. Tujuan Prolanis
Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas
hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke
Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik
terhadap penyakit Diabetes Melitus + Hiperkolesterolemia sesuai panduan
klinis terkait, sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.
c. Sasaran Prolanis
Sasaran Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis
(Diabetes Melitus + Hiperkolesterolemia).
1. Bentuk Pelaksanaan
Aktifitas dalam PROLANIS meliputi aktifitas konsultasi
medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas club dan pemantauan
status Kesehatan.
2. Penanggung jawab
46

Penanggungjawab adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan bagian


Manajemen Pelayanan Primer.
3. Langkah Pelaksanaan Prolanis
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
PROLANIS menurut BPJS Kesehatan (2014) adalah
sebagai berikut:
a. Persiapan pelaksanaan PROLANIS
b. Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan:
c. Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan atau
d. Hasil Diagnosa DM dan HT (pada Faskes Tingkat Pertama maupun
RS)
e. Menentukan target sasaran
f. Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/ Puskesmas
berdasarkan distribusi target sasaran peserta
g. Menyelenggarakan sosialisasi PROLANIS kepada Faskes
Pengelola.
h. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek,
Laboratorium)
i. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani
peserta PROLANIS.
j. Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta (instansi,
pertemuan kelompok pasien kronis di RS, dan lain-lain)
k. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus
Tipe 2 dan Hipertensi untuk bergabung dalam PROLANIS
l. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnose dengan form
kesediaan yang diberikan oleh calon peserta PROLANIS
m. Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan
kepada peserta terdaftar PROLANIS
n. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar
o. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag
peserta PROLANIS
p. Melakukan distribusi data peserta PROLANIS sesuai Faskes
Pengelola.
q. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan
status kesehatan peserta, meliputi pemeriksaan Gula Darah Puasa
(GDP), Gula Darah 2 jam Post-Prandial (GDPP), Tekanan Darah,
Indeks Massa Tubuh (IMT), Hemoglobin A1C (HbA1C)/
Glikohemoglobin. Bagi peserta yang belum pernah dilakukan
pemeriksaan, harus segera dilakukan pemeriksaan.
r. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal
peserta per Faskes Pengelola
s. Melakukan Monitoring aktifitas PROLANIS pada masing-masing
faskes pengelola:
t. Menerima laporan aktifitas PROLANIS dari Faskes
Pengelola
u. Menganalisa data
v. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
w. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/ Kantor Pusat
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 60 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 02 Juni 1960

Jenis Kelamin : Perempuan


Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Alamat : Lr. Banten II Seberang Ulu II, Palembang

Tanggal kunjungan rumah I : Selasa, 05 Mei 2021


Tanggal kunjungan rumah II : Rabu, 06 Mei 2021
Tanggal kunjungan rumah III : Kamis, 07 Mei 2021

47
48

3.2 Subjektif
Autoanamnesis dengan penderita.

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Klinik Dokter Keluarga untuk kontrol gula dan
kolesterol.

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Sepuluh tahun yang lalu, pasien datang berobat ke Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang dengan keluhan sering buang air kecil (BAK)
terutama pada malam hari sejak ± selama satu bulan. Buang air kecil
tidak disertai dengan nyeri, air kencing berwarna kuning jernih, dengan
frekuensi ± 6 kali pada malam hari. Keluhan ini disertai dengan rasa haus
dan rasa lapar yang berlebihan, selain itu pasien juga mudah merasa lelah
dengan aktivitas sehari-hari yang dilakukan. Pasien juga mengatakan
bahwa ia mengalami penurunan berat badan secara perlahan ± 10 kg.
Penurunan berat badan yang dialami pasien ini tanpa direncanakan
sebelumnya.
Pasien mengaku bahwa dahulu pasien tidak menjaga pola makan,
pasien sering mengkonsumsi makanan manis tinggi gula, makanan tinggi
karbohidrat dan tinggi lemak. Pasien juga jarang sekali berolahraga.
Pasien juga mengatakan sering pusing dan pundak terasa berat.
Saat ini pasien tidak mengeluhkan lagi keluhan yang dialami tersebut.
Pasien juga tidak mengalami komplikasi jangka pendek atau jangka
panjang dari penyakit yang diderita. Pasien mengatakan tidak pernah
mengalami penurunan kesadaran tiba-tiba terutama setelah
mengkonsumsi obat diabetes. Pasien juga mengatakan tidak pernah
mengalami kelainan mata seperti penglihatan mendadak terganggu,
pandangan seperti melihat titik atau benang tipis. Pasien juga tidak pernah
mengalami masalah pada kaki seperti kebas yang berkepanjangan, tidak
pernah mengalami amputasi jari atau kaki akibat luka yang sulit sembuh.
Selain itu, pasien juga tidak pernah mengalami stroke atau penyakit
jantung lainnya. Hal ini karena pasien sering kontrol gula darah dan
kolesterol serta mengambil obat di Klinik Kedokteran Keluarga Fakultas
49

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang dan pasien juga


sudah menjalankan pola hidup yang sehat.
Pasien saat ini mengkonsumsi obat Metformin HCL 500 mg 2x/hari
dan Pioglitazone Hydrocloride 30 mg 1x/hari, dan juga simvastatin tab 10
mg 1x sehari. Saat ini pasien sudah menjaga pola makan dengan
mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula berlebih dan
tinggi karbohidrat dan lemak. Pasien juga sudah memperbanyak aktivitas
fisik seperti berolahraga yaitu jalan santai pada pagi hari dan mengikuti
senam lansia disekitar lingkungan rumah pasien. Pasien kontrol ke Klinik
Dokter Keluarga FK UMP apabila obat habis, memeriksakan kadar gula
darahnya satu kali dalam satu bulan atau jika pasien memiliki keluhan.
Pasien mengatakan bahwa tidak terdapat riwayat penyakit serupa yang
diderita keluarga pasien. Riwayat penyakit hipertensi, penyakit asma,
penyakit jantung dan lain-lain disangkal.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi : (-)
Riwayat diabetes melitus : (+)
Riwayat alergi obat : (-)
Riwayat asma : (-)
Riwayat penyakit jantung : (-)
Riwayat penyakit TB paru : (-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga/ Lingkungan


Riwayat penyakit hipertensi : (+) Suami pasien
Riwayat penyakit diabetes mellitus : (-)
Riwayat penyakit asma : (-)
Riwayat jantung : (-)
Riwayat penyakit TB paru : (-)
Riwayat kusta : (-)
Riwayat HIV : (-)
50

E. Riwayat Pengobatan

Pasien kontrol ke Klinik Dokter Keluarga FK UMP hanya jika obat


habis, memeriksakan kadar gula darah dan kolesterol atau jika terdapat
keluhan. Obat yang dikonsumsi oleh pasien adalah Metformin dan
Pioglitazone Hydrochloride, simvastatin.

F. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan manis seperti
sering mengkonsumsi kue kering dan kue basah yang mengandung
banyak gula dan kental manis, minum kopi manis dengan 2 sendok gula
dalam satu gelas sebanyak 1-2 gelas setiap hari, mengkonsumsi makanan
yang berminyak seperti gorengan, makan nasi dengan porsi 1 piring
penuh bahkan dalam 1 hari bisa makan nasi 3-4x. Pasien juga jarang
beraktivitas seperti berolahraga.

G. Riwayat Pekerjaan
Sehari-hari pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.

H. Riwayat Hygiene
1. Pasien mandi 2x sehari dengan air PDAM dan menggunakan sabun
dan shampoo.
2. Pasien mengganti pakaian setiap hari 2-3x sehari.
3. Pasien menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak bercampur
dengan anggota keluarga yang lain.

I. Riwayat Nutrisi

Pasien makan tiga sampai empat kali sehari sebanyak 1 piring setiap
kali makan dengan nasi putih dan lauk yang beragam seperti ikan, ayam,
daging, tahu, tempe, dan sayuran, yang mana menu setiap hari berbeda
beda. Pasien juga terkadang mengkonsumsi buah-buahan sekitar satu
sampai dua kali dalam satu minggu. Makanan yang dikonsumsi oleh
pasien juga di konsumsi oleh anggota keluarga yang lain.
BB = 60 kg
TB = 156 cm
IMT = BB : (TB)2
51

= 60 : (1,56)2
= 24,6 (normoweight)
Interpretasi : saat ini berat badan pasien normal.

J. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dirumahnya sendiri. Hubungan pasien dengan anak-
anaknya terjalin dengan sangat baik dan harmonis. Saat ini satu dari lima
anak pasien tinggal bersama dengan pasien serta menantu dan satu cucu
pasien.
Pasien tinggal di daerah perumahan dengan kepadatan penduduk yang
cukup baik. Pasien tinggal di rumah satu tingkat dengan jumlah penghuni
4 orang dengan luas lantai tipe 8 x 9 m. Lantai tersusun dari keramik.
Dinding rumah terbuat dari batu bata. Atap rumah terbuat dari seng dan
memiliki plafon. Secara keseluruhan, terdapat satu ruang tamu berukuran
3m x 4m; tiga kamar tidur berukuran 2m x 2m. Satu kamar mandi ukuran
2m x 1,5m; dan satu dapur ukuran 4m x 4m. Terdapat jendela dan
ventilasi di beberapa ruangan. Terdapat tujuh jendela beserta ventilasi di
ruang tamu; dua jendela dan ventilasi pada masing-masing kamar tidur;
satu ventilasi pada kamar mandi; dan dua jendela dan ventilasi pada
dapur. Semua ruangan dibatasi dengan dinding batu bata. Terdapat satu
pintu masuk di depan dengan ukuran pintu berukuran 1m x 2m. Terdapat
jendela dan ventilasi di setiap ruangan. Rumah cukup mendapatkan
pencahayaan sinar matahari dan tidak terasa lembab.
Sumber air berasal dari air pam, didalam kamar mandi memiliki bak
mandi penampung air. Kebersihan rumah diluar rumah terlihat baik.
Kerapian tata letak barang-barang dirumah cukup rapi, namun pada
bagian dapur terlihat kurang baik sehingga terkesan berantakan.
Kebutuhan sehari hari berasal dari uang gaji anak pasien yaitu Tn. S
yang berprofesi sebagai karyawan PT Pertamina. Penghasilan Tn. S
sekitar 5.000.000/bulan dan penghasilan menantu pasien yaitu Ny. R
yang bekerja sebagai guru sekolah dasar dengan penghasilan sekitar Rp.
2.500.000/ bulan. Keperluan dapur, listrik, dan air PDAM dibiayai dari
penghasilan anak pasien. Di rumah tersebut terdapat 1 sepeda motor, 1
mobil perlengkapan rumah tangga, peralatan elektronik berupa 2 AC, 1
kipas angin, 1 televisi.
52

Kesan:
Sosial : Baik
Ekonomi : Baik
Lingkungan : Baik

K. Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan :
: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal

: Perempuan diabetes

: Perempuan

: Laki-laki
53

3.3 Objektif

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Pernafasan : 19 x/menit

Suhu : 36,7 °C

Berat Badan : 60 kg

Tinggi Badan : 156 cm

3.4 Keadaan Spesifik


Kepala : normocephali, rambut hitam tidak mudah dicabut.
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
- Telinga : nyeri tekan (-/-), sekret (-/-)
- Mulut : mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), tonsil T1-T1
- Leher : pembesaran KGB (-) JVP tidak meningkat.
Thoraks
Paru
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : stem fremitus kanan lebih dan kiri tidak sama.
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung
- Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis teraba, thrill (-)
- Perkusi :
54

 Batas atas : ICS II linea parasternalis dextra


 Batas kiri bawah : ICS III linea axilaris anterior
 Batas kanan bawah : ICS IV linea parasternalis dextra
- Auskultasi : BJ I dan II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : datar
- Palpasi : lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi : timpani, nyeri ketok CVA (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalis : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : akral hangat, edema tungkai (-/-), CRT < 2 detik.

3.5 Pemeriksaan Penunjang


Glukosa Darah Sewaktu : 151 mg/dL
Kolesterol : 205 mg/dL

3.6 Diagnosis Kerja


Diabetes Mellitus Tipe 2 + Hiperkolesterolemia

3.7 Tatalaksana

a) Promotif
Memberikan edukasi kepada pasien dan semua anggota keluarga
tentang:
1. Penyakitnya dan komplikasi. Penyakit ini adalah penyakit yang
sangat berbahaya apabila tidak di tatalaksana secara komprehensif.
2. Upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan. Cara hidup sehat:
diet yang sehat (kurangi konsumsi makanan manis, ganti gula
dengan gula khusus diabetes, konsumsi makanan rendah
karbohidrat, rendah lemak), aktivitas fisik teratur (rutin berolahraga
dengan olahraga aerobik 3x seminggu dengan frekuensi 30 menit
setiap kali olahraga seperti senam dan jalan kaki), istirahat yang
cukup, hindari stres.
3. Upaya menjaga higienitas kaki.
55

4. Pengobatan terhadap penyakitnya (terutama mengenai cara


penggunaan obat dengan cara yang benar dan lama
pengobatannya).
5. Pentingnya ketaatan menggunakan obat, karena penyakit ini tidak
dapat sembuh namun dapat dikontrol.
6. Besarnya kemungkinan penyakit ini diturunkan kepada
keturunannya sehingga harus diberikan promosi kepada seluruh
keluarga.

b) Preventif
1. Membatasi konsumsi makanan yang mengandung gula berlebih
dan lemak berlebih
2. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko timbulnya diabetes melitus
dan hiperkolesterolemia
3. Kontrol gula darah dan kolesterol ke KDK FK UMP
4. Olahraga yang rutin

c) Kuratif
1. Terapi non-farmakologis
Melakukan aktivitas aktif atau olahraga 3x seminggu selama 30
menit tiap kali olahraga.
2. Terapi Farmakologi
- Metformin 500 mg 2x/hari
- Pioglitazone Hydrochloride 30 mg 1x/hari
- Simvastatin tab 10 mg 1x/hari

d) Rehabilitatif
1. Kontrol ke KDK FK UMP untuk menilai efek pengobatan
walaupun penyakit dianggap sembuh
2. Mengidentifikasi disabilitas/hendaya yang muncul akibat
komplikasi kronik diabetus melitus
56

3.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN DAN PEMBINAAN KELUARGA

4.1 Analisis Kunjungan Rumah


4.1.1 Karakteristik Demografi Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Ny. S
Alamat : Lr. Banten II, Kec. Seberang Ulu II,
Palembang
Bentuk Keluarga : Extended Family (keluarga besar)

Tabel 4.1. Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu
rumah
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidika Pekerjaa Ket.
n n
1. Ny. S Kepala P 60 tahun SD IRT -
Keluarga
2. Tn. S Anak L 30 tahun S1 Karyawan -
3. Ny. K Menantu P 29 tahun S1 Guru -
4. An. A Cucu P 3 Tahun - - -

1. Fungsi fisiologis (APGAR) dalam keluarga


Tabel 4.2. APGAR Score Ny.S Terhadap Keluarga
Sering Kadang Jarang
APGAR Score Ny.Sriwelas terhadap keluarga / - / tidak
selalu kadang

A Ny.S selalu diingatkan oleh anaknya dalam meminum 


obat secara rutin dan ny. S selalu merasa tidak
diasingkan keberadaannya dalam keluarga
Ny.S tidak merasa kesepian karena ada anak dan cucu
P meneamni Ny.S berdiskusi dan bertukar pikiran 
dengan Ny, S dan pendapat ny. S dihargai dalam
keputusan keluarga
Ny.S merasa senang karena masih bisa membtu
G mengurusi rumahnya dan dapat berperan dalam 
tumbuh kembang anak cucu nya
Ny.S masih merasakan perhatian dan kasih sayang
A dari anak-anak dan cucunya dan berhubungan baik 
antar keluarga
R
Ny.S merasa puas dengan waktu yang telah diberikan 
anak-anaknya dan cucunya untuk Ny. S dan merasa
senang karena anaknya memperhatikan perawatan
fisik dan emosionalnya
Total 10
57
58

Tabel 4.3. APGAR Score Tn.S Terhadap Keluarga


Sering Kadang Jarang
APGAR Score Ny.Sriwelas terhadap keluarga / - / tidak
selalu kadang

A Tn. A selalu mengingatkan ibunya untuk rutin 


mengkonsumsi obat dan bersedia selalu
mengantarkan ibunya berobat ke KDK
tn. A selalu mengajak ibunya berkomunikasi dan
P selalu bermusyawarah antar keluarga untuk saling 
menghargai pendapat
Tn. A selalu menyempatkan untuk menghabiskan
G waktu bersama keluarganya 
Tn. A memberikan kasih sayang kepada keluarganya
A dan tidak membedakan kasih sayang antar ibu, istri 
dan anaknya
Tn. A merasa waktu untuk dirinya dari ibu, istri dan
R anaknya sangat puas saat bersama mereka 
Total 10

Tabel 4.4. APGAR Score Ny. K Terhadap Keluarga


Sering Kadang Jarang
APGAR Score Ny.Sriwelas terhadap keluarga / - / tidak
selalu kadang

A Ny. K selalu mengingatkan ibu mertuanya untuk rutin 


mengkonsumsi obat dan dapat membantu dalam
pekerjaan rumah
Ny. K merasa senang saat solusinya diterima dan
P dihargai serta mendapatkan solusi jika ada masalah 

Ny. K senang dengan keluarganya karena selalu


G memprioritaskan berkumpul dengan keluarga 
Ny. K merasakan kasih sayang dari ibu mertua dan
A tidak dibedakan dengan suaminya 
Ny. K puas dengan kebersamaan dan waktu yang
R diberikan keluarganya untuk menjalin keharmonisan 
rumah tangga
Total 10

APGAR Score keluarga Ny.S dinilai berdasarkan 3 dari 4 anggota


keluarga.
= (9+10+10)/3= 9,66
Kesimpulan: Keluarga dapat dinilai baik.
Fungsi fisiologis keluarga dikatakan sehat. Walaupun waktu untuk
berkumpul dengan anggota keluarga lainnya kurang, akan tetapi komunikasi
59

tetap terjaga. Anggota keluarga lain selalu siap membantu apabila salah satu
dari angota keluarga mengalami masalah.
60

2. Fungsi patologis
Tabel 4.6. SCREEM Keluarga Ny.Sriwelas
Sumber Patologis

Social Ny. S sehari-sehari selalu berkomunikasi baik dengan -


tetangga sekitar rumah dan masih bersosialisasi dengan
warga sekitar
Ny. S masih bisa mengikuti adat dan budaya dan juga menghadiri
Culture acara yang ada seperti masak bersama, kondangan, pengajian dan -
senam bersama teman-temannya

Religious Dalam keluarga ini pemahaman agama baik. Keluarga ini -


melakukan shalat magrib berjamaah dengan anaknya, dan
selalu sholat 5 waktu.
Economic Status ekonomi keluarga ini tergolong menengah.
-
Kebutuhan primer dan sekunder masih dapat terukupi
Educational Latar belakang pendidikan tergolong kurang. Ny. S lulusan
SD. -
Bila ada anggota keluarga yang sakit, segera dibawa
Medical berobat. Keluarga menggunakan BPJS untuk pembiayaan -
kesehatan.

Kesan : Tidak ada patologi pada fungsi keluarga.


Kesimpulan : Berdasarkan penilaian tersebut, artinya tidak ada patologi pada
fungsi keluarga Ny. S. Kebutuhan pimer dan sekunder cukup
terpenuhi.

4.1.2 Riwayat Sosioekonomi


Pasien merupakan seorang kepala keluarga dan tidak bekerja dan
sebagai IRT, sumber penghasilan untuk keluarga didapatkan dari
bedeng beberapa pintu yang dipunyai Ny.S sendiri. Untuk penghasilan
pertahun yang dihasilkan dari bedeng sekitar Rp. 8.000.000 /pintu
bedeng. Terkadang juga kebutuhan sehari-hari Ny. S berasal dari uang
gaji anak nya yaitu Tn. S yang berprofesi sebagai karyawan PT.
Pertamina, dengan penghasilan sekitar Rp. 5.000.000/bulan dan juga
penghasilan dari anak menantu yang bekerja sebagai guru SD dengan
penghasilan sekitar Rp. 2.500.000/bulan. Uang tersebut biasanya
digunakan untuk kepentingan sehari-hari. Pasien hidup dirumahnya
sendiri dengan keluarga memiliki perlengkapan rumah tangga,
61

peralatan elektronik seperti televisi dan kipas angin. Keperluan dapur,


listrik, dan air dibiayai dari penghasilan anaknya.
Kesan:
Sosial : Baik
Ekonomi : Baik
Lingkungan : Baik

4.1.3 Identifikasi Lingkungan Rumah

Denah Rumah

W
C
Ruang Keluarga Kamar 1
Dapur
Ruang
makan Kamar 2 Ruang tamu
P1

Kamar 3 Teras

4.1.4 Masalah Keluarga


 Masalah organobiologik
Ditemukan Diabetes Melitus + hiperkolesterolemia pada
penderita.
 Masalah psikologik
Tidak ada
 Masalah dalam keluarga
Tidak ada.
62

4.1.5 Pembinaan Keluarga


a. Edukasi Terhadap Pasien
1. Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi
dan edukasi tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala,
dampak, faktor penyebab, cara pengobatan, prognosis dan risiko
yang memperberat agar pasien tetap taat meminum obat dan rutin
kontrol ke dokter.
2. Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi pasien untuk
terus minum obat secara teratur dan rutin kontrol ke dokter serta
memiliki semangat untuk sembuh, sehingga kualitas hidup pasien
dapat meningkat.
3. Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi pasien untuk
pola makan yang sehat, serta berkeinginan untuk sembuh.

b. Edukasi Terhadap Keluarga


1. Informasi dan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien,
gejala, kemungkinan penyebab, dampak, faktor-faktor pemberat,
dan prognosis sehingga keluarga dapat memberikan dukungan
kepada penderita.
2. Meminta keluarga untuk mendukung penderita, mengajak
penderita berinteraksi dan beraktivitas.
3. Meminta keluarga untuk mengingatkan pasien minum obat secara
teratur.
4. Memberikan pengertian pada keluarga agar menjaga suasana
hubungan sosial dan keluarga dalam suasana yang harmonis

Saran dan Anjuran

a. Memberikan anjuran kepada pasien untuk rutin mengontrol gula


darah dan kolesterol tiap bulan atau setiap ada keluhan yang timbul
b. Meminta pasien untuk rutin dan patuh komkonsumsi obat yang
diberikan dokter
63

c. Menganjurkan pasien untuk mengatur pola makan yang sehat dan


mengurangi komsumsi karbohidrat dan lemak yang berlebih
d. Meminta pasien untuk konsul ke bagian gizi guna untuk
mengontrol kebutuhan gizi yang diperlukan pasien
e. Mengingatkan pasien untuk selalu rajin olahraga atau beraktivitas
ringan
f. Mengikuti anjuran dan arahan yang diberikan dokter
g. Memberitahu kepada anak pasien untuk selalu mengingatkan
pasien minum obat
h. Memberikan saran kepada anak pasien untuk selalu mengontrol
pola makan, gaya hidup pasien
i. Memberitahu anak pasien untuk selalu menjaga keharmonisan
keluarga

4.1.6 Pemantauan dan Evaluasi


Home visite pertama dilakukan pada tanggal 27 Juli 2021, Home
visite kedua dilakukan pada tanggal 28 Juli 2021, dan home visite
ketiga dilakukan pada tanggal 29 Juli 2021.
Pada kunjungan pertama, hal yang dilakukan yaitu melengkapi
status pasien, melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pembuatan
perangkat penilaian keluarga, membuat diagnosis holistik sesuai
dengan pendekatan kedokteran keluarga, termasuk profil kesehatan
keluarga.
Kunjungan rumah kedua, hal yang dilakukan yaitu melakukan
manajemen komprehensif kepada pasien dan keluarga
(edukasi/konseling terhadap masalah yang telah dianalisis).
Kunjungan rumah ketiga, hal yang dilakukan yaitu memfollow-
up keadaan pasien serta menanyakan dan menjelaskan lagi ke pasien
mengenai penyakitnya dan apa saja yang harus dilakukan pasien.
Lalu, dilihat apakah pasien sudah mampu mengatasi masalah-masalah
yang ada.
64

4.1.7 Identifikasi Fungsi Keluarga


1. Fungsi Biologis dan Reproduksi
Fungsi biologis dan reproduksi Ny.S baik. Di keluarga pasien
tidak ada yang mengalami keluhan ataupun penyakit yang sama
dengan pasien.
2. Fungsi Afektif
Hubungan antara anak dengan orang tua, orang tua dengan
anak, berlangsung baik. Dalam keluarga ini, juga diketahui
terdapat pemenuhan secara psikologi pada semua anggota
keluarga.
3. Fungsi Sosial
Pasien akrab dengan seluruh anggota keluarganya dan
tetangganya. Permasalahan antar keluarga dapat diselesaikan
dengan cara musyawarah dengan kepala keluarga sebagai
pengambil keputusan akhir dan hubungan kekeluargaan tetap
berjalan dengan baik sampai sekarang. Dalam pandangan
terhadap suatu masalah, keluarga ini menganggap masalah hal
yang harus dihadapi dan diselesaikan bersama.
4. Fungsi Penguasaan Masalah
Manajemen keluarga dalam menghadapi masalah internal atau
eksternal baik. Pembuatan keputusan akhir dalam menghadapi
masalah eksternal dan internal dan proses pengambilan keputusan
berlangsung secara musyawarah di antara semua anggota
keluarga.
5. Fungsi Ekonomi
Ny.S tidak berkerja lagi dan berprofesi sebagai ibu rumah
tangga. Fungsi ekonomi pada keluarga Ny.S cukup baik.
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari berasal dari anak-anak Ny. S.
6. Fungsi Religius
Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.
7. Fungsi Pendidikan
Pasien tamat sekolah dasar, fungsi pendidikan dinilai kurang
baik.
65

POLA MAKAN KELUARGA


Pasien biasa makan 3x sehari dengan menu makanan sehari-hari
keluarga ini tidak menentu. Menu makanan yang biasa disediakan
adalah nasi disertai lauk pauk seperti daging, ikan, ayam, tahu, tempe,
telur dan sayuran. Dikeluarga juga sering mengkonsumsi buah-
buahan.
PERILAKU KESEHATAN KELUARGA
Bila terdapat anggota keluarga yang mengeluh sakit, biasanya
langsung dibawa ke tempat faskes pertama BPJS pasien.
INTERPRETASI NILAI APGAR DAN SCREEM KELUARGA
APGAR Score = 9,66
Kesimpulan:
Fungsi fisiologis keluarga dikatakan sehat.
Fungsi Patologis (SCREEM) dalam Keluarga :
Keluarga Ny.S tidak memiliki fungsi patologis dalam keluarga.
Keluarga Ny.S dinilai sebagai keluarga yang baik.

4.1.8 Identifikasi Pengetahuan, Sikap, Perilaku (PSP)


a. Pencegahan Penyakit
Pengetahuan mengenai pencegahan penyakit pada keluarga pasien
ini dikatakan sudah baik. Hal tersebut dilihat dari pasien yang
rutin mengkonsumsi dan kontrol gula darah, selain itu pasien juga
sudah mengubah kebiasaan makan dan olahraga sehari-hari.
b. Gizi Keluarga
Pasien biasa makan 3x sehari dengan menu makanan sehari-hari
keluarga ini tidak menentu. Menu makanan yang biasa disediakan
adalah nasi disertai lauk pauk seperti daging, ikan, ayam, tahu,
tempe, telur dan sayuran. Selain itu, dikeluarga juga sering
mengkonsumsi buah-buahan.
c. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Hygiene personal sudah cukup baik, keadaan rumah juga cukup baik.
66

4.1.9 Diagnosis Holistik


Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi,
digunakan konsep Mandala of Health. Diagnosis holistik yang
ditegakan pada pasien adalah sebagai berikut:

GAYA HIDUP

Tidak rajin olahraga,


sudah mengurangi
mengkonsuumsi makan-
makanan manis dan
berlemak seperti gorengan.

FAMILY
PERILAKU LINKUNGAN PSIKO-
KESEHATAN SOSIAL-EKONOMI
Pasien rajin kontrol Pendapatan anak dapat
ke KDK saat obat memenuhi kebutuhan primer
habis dan bila dan sekunder.
terdapat keluhan. Pendapatan keluarga
Pasien rutin dan menengah.
teratur minum obat Kehidupan sosial baik.

PELAYANAN
LINGKUNGAN
KESEHATAN
Pasien, perempuan 60 tahun, KERJA
Jarak rumah dan KDK
menguluh cepat capek, lesu, Tidak bekerja karena
lumayan dekat, pasien
mengambil obat kencing keringat tak sehat, makan seorang IRT. Tidak ada
manis dan obat banyak, BAK banyak, cepat masalah dengan
kolesterol haus dan pusing, serta BB pekerjaan
menurun, di Dx DM tipe II +
Hiperkoleterolemia

LINGKUNGAN FISIK
FAKTOR BIOLOGI
Tidak Terdapat anggota Cukup. Tidak ada masalah
yang ditemukan. Tinggal
keluarga yang menderita
bersama anak, mantu, dan
penyakit (DM) dan cucu yang terkesan baik
hiperkolesterolemia

P1
67

Berdasarkan Mandala Of Health di atas, didapatkan beberapa masalah


yang berhubungan dengan kesehatan pasien , yaitu:
1. Aspek Personal
Alasan : Penderita datang dengan keluhan cepat lelah, keringat tak
sehat, sering BAK, mudah lapar dan haus disertai
penurunan BB.
Kekhawatiran : Penderita takut sakitnya tidak sembuh dan semakin parah.
Harapan : Penderita dan keluarga berharap penyakitnya dapat
sembuh atau terkontrol.
2. Aspek Klinis
Diagnosis kerja yang ditegakkan adalah Diabetes Mellitus Tipe 2 +
Hiperkolesterolemia
3. Aspek Internal
Ny. S saat ini berusia 61 tahun, Ny. S terdiagnosis Diabetes melitus tipe 2
sejak 10 tahun yang lalu. Dikeluarga Ny.S tidak ada yang mengalami
penyakit serupa. Pola makan Ny. S saat ini sudah mengikuti anjuran
dokter. Pola makan terdahulu yang menyukai makanan manis, tinggi
karbohidrat. Usia dan jenis kelamin berkontribusi besar dalam terjadinya
penyakit yang dialami Ny.S. Saat ini Ny.S sudah teratur dalam
mengkonsumsi obat.
4. Aspek Psikososial, Keluarga dan Lingkungan
Pasien akrab dengan seluruh anggota keluarganya dan tetangganya.
Permasalahan antar keluarga dapat diselesaikan dengan cara musyawarah
dengan kepala keluarga sebagai pengambil keputusan akhir dan hubungan
kekeluargaan tetap berjalan dengan baik sampai sekarang. Dalam
pandangan terhadap suatu masalah, keluarga ini menganggap masalah hal
yang harus dihadapi dan diselesaikan bersama. Untuk segi ekonomi,
pendapatan anak dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekunder.
Pendapatan keluarga menengah.
5. Skala Fungsional
Skala fungsional pasien derajat 1 yakni pasien tidak memiliki keterbatasan beraktifitas
dan masih dapat melakukan pekerjaan sendiri. Ny.S masih bisa melakukan kegiatan
sehari-hari sendiri, seperti mandi, berpakaian dan lain-lain.
68

4.1.10 Analisa Kasus


Berdasarkan hasil home visit yang telah dilakukan, didapatkan
pasien atas nama Ny. S dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2 +
Hiperkolesterolemia. Pasien diberikan obat Metformin 500 mg 2x
sehari, Pioglitazon 30 mg 1x1, Simvastatin tab 10 mg 1x sehari.
Pasien mengatakan selalu minum obat tersebut secara rutin dan
sudah mengontrol pola makannya.

Penyebab keadaan ini adalah dari usia, ia juga jarang


berolahraga. Diagnosis Diabetes Melitus + Hiperkolesterolemia
pada pasien ini ditegakkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
gula darah dan kolesterol.

4.1.11 Diagnosis Kedokteran Keluarga

1) Diagnosis Kerja
Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol
2) Bentuk Keluarga
Extended family
3) Fungsi Keluarga yang Terganggu
Tidak ada
4) Faktor yang Mempengaruhi
Gaya hidup pasien (pola makan yang tidak sehat dan jarang
berolahraga)
5) Faktor yang Dipengaruhi
Gula darah meningkat dan kolesterol meningkat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pasien menderita kencing manis sejak ± 10 tahun yang lalu sehingga
pasien datang ke Klinik Dokter Kelurga FK UM Palembang untuk kontrol
dan meminta obat secara rutin. Dari pemeriksaan laboratorium saat di
didapatkan hasil pemeriksaan gula darah puasa pasien yaitu 151 mg/dl dan
terapi yang diberikan obat Metformin 500mg 2x sehari dan Pioglitazon 30 mg
1x sehari, simvastatin tab 10 mg 1x sehari.
Bentuk keluarga pada pasien ini adalah Extended Family yaitu keluarga
yang terdiri anak kandung, serta ada menantu dan cucu. Pada pasien
ditemukan penyakit DM Tipe 2, masalah psikologi dan masalah keluarga
tidak ada. Fungsi Keluarga pada pasien ini tergolong baik dan semua anggota
keluarga saling mendukung. Pada pasien ini tidak terdapat fungsi patologis,
sehingga dapat disimpulkan keluarga pasien ini tergolong sehat.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pasien
Pasien diharapkan untuk rutin mengunjungi Klinik Dokter
Keluarga FK UM Palembang agar mendapat penyuluhan mengenai
penyakit diabetes melitus dan Hiperkolesterolemia. Dan diharapkan
pasien lebih sadar akan kesehatannya agar tidak menimbulkan
komplikasi yang parah
5.2.2 Bagi Klinik Dokter Keluarga
Diharapkan KDK FK UM Palembang untuk tetap melanjutkan
kegiatan home visit agar lebih dapat memantau kondisi kesehatan
pasiennya. Dan diharapkan lebih sering untuk melakukan pendekatan
kepala masyarakat sekitar melalui penyuluhan maupun edukasi.

69
DAFTAR PUSTAKA

1. Prasetyawati, A.E. Kedokteran Keluarga. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2010.


2. Ikatan Dokter Indonesia. Dokter Keluarga. Jakarta: IDI. 1982.
3. Murti. Keterampilan Kedokteran Keluarga: Kunjungan Pasien di Rumah. Pelayanan
Dokter Keluarga. http://usu.ac.id. 2011.
4. Sudoyo, Aru W. Et all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II ed 5. Jakarta: Interna
Publishing. 2009.
5. Kemenkes RI. RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) 2013. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil Riskesdas 2013.pdf
6. Bantas, K., Mutiarawaty, F., & Zakiyah, D. (2012). Risiko Hiperkolesterolemia pada
Pekerja di Kawasan Industri. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 6(5), 219–224.
7. Kemenkes RI, RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) 2018. Balai Penelitian Dan
Pengembangan. 2018.
8. PERKENI. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia. PERKENI, Jakarta. 2019.
9. Abrori. Perbedaan antara Dokter dan Dokter Keluarga. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia. 2010.
10. Family Medicine Team of FM-UGM, FM-UNS, FM-UI, and PDKI Pusat Jakarta.
Family Medicine Education and Development in National Health System. Yogyakarta
: Center of Family Medicine. 2009.
11. World Organization of National Colleges, Academies and Academic Associatons of
General Practitioner or Family Physicia (WONCA). Making Medical Practice and
Education More Relevant to People’s Needs: The Role of Family Doctor. 1991.
12. Ikatan Dokter Indonesia. Dokter Keluarga. Jakarta: IDI. 1983.
13. Kurniawan, H. Dokter di Layanan Primer dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga
dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 15(2). 2015.
14. Kekalih. Diagnosis Holistik Pada Pelayanan Kesehatan Primer Pendekatan Multi
Aspek. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FK UI. 2008.
15. PDKI (Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia). Peran Dokter Keluarga di Ranah
Pelayanan Primer. Disampaikan pada Perhimpunan Dokter Keluarga Jambi. 2006.
16. Azwar, A. Implementasi Kedokteran Keluarga pada Fakultas Kedokteran. Jakarta :
Orasi Ilmiah Dies Natalis UI ke-49. 1996.
17. Morton et all. Volume 1 Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta:
EGC. 2012.
18. Kerner W, Brückel J. Definition, classification and diagnosis of diabetes mellitus.
German Diabetes Association. Exp Clin Endocrinol Diabetes. 2014 Jul; 122(7): 384–
386. Published online 2014 Jul 11.
19. Choi, B. and Shi, F. (2001). Risk factors for diabetes mellitus by age and sex: results
of the National Population Health Survey. Diabetologia, 44(10), pp.1221-1231.
20. Fowler. M. J. (2011). Microvascular and macrovascular complications of diabetes.
Clinical Diabetes, 29(3): 116-122
21. Lacy et al., 2011. Amstrong, L, L. GoldMAN. Drug Information, 20th Ed. Canada

70
LAMPIRAN

Gambar 1. Anamnesis bersama Ny. S Gambar 2. Pemeriksaan Fisik Ny. S

Gambar 3. Pemeriksaan BSS Gambar 4. Follow UP

71
Gambar 5. Ruang Tamu Gambar 6. Kamar Anak Ny. S

Gambar 7. Ruang Keluarga Gambar 8. Dapur

72
Gambar 8. Tempat Cuci Gambar 9. Kamar Mandi & WC

Gambar 10. Kamar Tidur Ny. S

73
74

Anda mungkin juga menyukai