Oleh:
Aisyah Putri Indah Lestari, S. Ked
712019068
Pembimbing:
dr. Asmarani Ma’mun, M.Kes
Oleh:
Aisyah Putri Indah Lestari, S. Ked
71.2019.099
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Pendekatan Pelayanan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Diabetus Melitus tipe 2
+ Hiperkolesterolemia Di Lingkungan Klinik Dokter Keluarga Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang“ sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang/
Puskesmas Merdeka Kota Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Saya menyadari bahwa dalam proses menyelesaikan laporan ini banyak
kendala yang dialami, namun berkat bantuan, bimbingan, kerja sama dari berbagai
pihak dan berkah Allah SWT sehingga kendala tersebut dapat diatasi. Saya
ucapkan banyak terima kasih kepada Pembimbing dan Penguji, yaitu dr.
Asmaranai Ma’mun, M.Kes yang telah membantu penyelesaian laporan ini. Dinas
Kesehatan Kota Palembang, atas kesempatan untuk melaksanakan kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Komunitas
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
dengan segala kerendahan hati, Saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Laporan kasus home visit.
Akhir kata, Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................... 3
iv
BAB IV PEMBAHASAN DAN PEMBINAAN KELUARGA
4.1. Analisa kasus ....................................................................................... 57
4.2. Identifikasi Fungsi Keluarga ................................................................ 64
4.3. Diagnosis Kedokteran Keluarga ........................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 70
LAMPIRAN ................................................................................................ 71
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Angka penderita Diabetes Mellitus (DM) yang tercatat pada tahun 2013
di seluruh dunia kurang lebih 382 juta orang hidup yang mana 44% belum
terdiagnosis dan diperkiran pada tahun 2035 akan meningkat sebesar 55%
menjadi 592 juta orang.2 Populasi terbesar penderita DM berada di bagian
pasifik barat, termasuk Indonesia. Di tahun 2013 tercatat, DM menyebabkan
5,1 juta meninggal.5
Hiperkolesterol adalah peningkatan kolesterol dalam darah karena kelainan
pada tingkat lipoprotein, yaitu partikel yang membawa kolesterol dalam aliran
darah. Hiperkolesterolemia merupakan gangguan metabolisme yang terjadi
secara primer atau sekunder akibat berbagai penyakit yang dapat berkontribusi
terhadap berbagai jenis penyakit Hiperkolesterolemia berhubungan erat
dengan hiperlipidemia dan hiperlipoproteinemia. Hiperkolesterolemia dapat
terjadi akibat kelainan kadar lipoprotein dalam darah yang dalam jangka
panjang mempercepat kejadian arteriosklerosis. 6
Mengingat cenderung meningkatnya angka kejadian diabetes mellitus dan
hiperkolesterolemia dari masa kemasa, apabila tidak terkontrol dengan baik
akan diikuti dengan munculnya berbagai komplikasi. Oleh karena itu,
diperlukan diagnosis dan tatalaksana dari diabetes mellitus dan
hiperkolesterolemia secara menyeluruh. Pelayanan kedokteran menyeluruh
(holistik) merupakan prinsip pokok pelayanan kedokteran keluarga. Untuk
dapat mewujudkan pelayanan kedokteran yang seperti ini, banyak upaya yang
dapat dilakukan. Salah satu di antaranya yang mempunyai peranan amat
penting adalah melakukan kunjungan rumah (home visit) serta melakukan
perawatan pasien di rumah (home care) terhadap keluarga yang
membutuhkan.7,8
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
7. Menangani penyakit yang masih belum jelas dalam fase dini, yang
mungkin memerlukan intervensi segera.
d. Deteksi dini
e. Kuratif medik
h. Etik medikolegal
d. Prognosis
e. Konseling
f. Konsultasi
g. Rujukan
7
h. Tindak lanjut
i. Tindakan
j. Pengobatan rasional
k. Pembinaan keluarga
b. Mitra dokter-pasien
d. Pendampingan
8
dibedakan atas dua macam. Pertama, atas inisiatif dokter keluarga yang
melaksanakan pelayanan dokter keluarga. Kedua, atas inisiatif pasien
yang memerlukan pertolongan kedokteran dari dokter keluarga. Hanya
saja, terlepas dari kategori tenaga yang akan melaksanakan dan atau
para pihak yang mengambil inisiatif, suatu kunjungan pasien di rumah
yang baik memang harus mengikuti suatu tata cara tertentu. Tata cara
yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam hal,
yaitu:16
A. Untuk Mengumpulkan Data tentang Pasien. Jika tujuan kunjungan
rumah adalah untuk mengumpulkan data tentang pasien, tata cara
yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
Apabila memang ada kemampuan, seyogyanya dokter keluarga
dapat melakukan kunjungan rumah kepada semua keluarga
yang menjadi tanggung jawabnya, terutama apabila keluarga
tersebut merupakan pasien baru. Tetapi apabila kemampuan
tersebut tidak dimiliki, kunjungan rumah untuk pengumpulan
data cukup dilakukan terhadap keluarga yang sangat
membutuhkan saja, yakni keluarga yang termasuk dalam
kelompok berisiko tinggi (high risk family), seperti misalnya
menderita penyakit menular, isteri sedang hamil, atau keluarga
dengan anak balita. Siapkanlah daftar nama keluarga yang
akan dikunjungi tersebut.
2. Mengatur jadwal kunjungan. Tidak ada gunanya melakukan
kunjungan rumah apabila kepala keluarga yang dapat
menjelaskan tentang kehidupan keluarga yang ingin diketahui
dan atau anggota keluarga yang ingin dikunjungi, sedang tidak
berada di tempat. Untuk menghindari kunjungan rumah yang
sia-sia ini, perlulah dilakukan pengaturan jadwal kunjungan
rumah yang sebaik- baiknya.
3. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan. Macam
data yang akan dikumpulkan banyak macamnya, yang
kesemuanyasangat tergantung dari masalah kesehatan yang ada
pada keluarga. Macam data minimal yang patut dikumpulkan
18
2.3. Keluarga
2.3.1 Bentuk Keluarga
Pembagian tipe atau bentuk keluarga menurut Anderson Carter,
yaitu :1,16
1. Keluarga inti (nuclear family), keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
2. Keluarga besar (extended family), keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3. Keluarga berantai (serial family), keluarga yang terdiri atas wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
4. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga ini terjadi
karena adanya perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi, keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama.
6. Keluarga kabitas, dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk satu keluarga.
22
12. Unmarried parent and child, ibu dan anak pernikahannya tidak
dikehendaki dan kemudian anaknya diadopsi.
13. Cohabitating couple, dua orang tua atau satu pasangan yang
bersama tanpa menikah.
14. Extended family, nuclear family dan anggota keluaraga yang lain
tinggal dalam satu rumah dan berorientasi pada satu kepala
keluarga.
2. SCREEM
SCREEM (Social Cultural Religion Economic Education
Medical). Jika APGAR family untuk melihat fungsi keluarga secara
fisiologis, maka SCREEM adalah untuk melihat fungsi keluarga
secara patologis.
Apakah antara anggota keluarga saling memberi perhatian, dan
saling membantu. Apakah interaksi dengan tetangga sekitarnya
juga berjalan baik dan tidak ada masalah (Social).
Apakah keluarga puas terhadap budaya yang berlaku di daerah itu
(Culture).
Apakah keluarga taat dalam beragama (Religion).
Apakah status ekonomi keluarga cukup (Economic)
Apakah pendidikan tergolong cukup (Education)
Apakah dalam mencari pelayanan kesehatan mudah dan ada alat
transportasi (Medical)
3. Genogram
Genogram secara istilah berasal dari dua kata, yaitu gen
(unsur keturunan) dan gram (gambar atau grafik). Dalam bahasa
Indonesia, genogram dapat dipadankan dengan gambar silsilah
keluarga. Secara konseptual, genogram berarti suatu model grafis
yang menggambarkan asal-usul klien dalam tiga generasi, yakni
generasi dirinya, orangtuanya, dan kakek-neneknya. Genogram
sebagai salah satu teknik dalam penyelenggaraan terapi keluarga
merupakan diagram sistem hubungan keluarga tiga generasi, di
mana simbol digunakan untuk mengidentifikasikan sistem,
subsistem, dan karakteristik mereka, kemudian memberikan bentuk
tentang karakter keluarga.16
27
b. Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus tipe-1 Diabetes mellitus tipe-1 adalah penyakit
kronis yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh untuk
menghasilkan atau memproduksi insulin yang diakibatkan oleh
rusaknya sel-β pada pancreas. Diabetes mellitus tipe-1 disebut
dengan kondisi autoimun oleh karena sistem imun pada tubuh
menyerang sel-sel dalam pankreas yang dikira membahayakan
29
c. Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup sehingga mengakibatkan terjadinya
penumpukan gula dalam darah yang menyebabkan terjadinya
hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu
dalam darah.Glukosa dalam tubuh dibentuk di dalam hati dari makanan
30
d. Faktor Risiko
1. Keturunan (Genetik)
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang besar dalam
meningkatnya resiko diabetes mellitus. Diabetes dapat diturunkan
oleh keluarga sebelumnya yang memiliki riwayat penyakit yang sama.
Kelainan pada gen ini dapat mengakibatkan tubuh tidak dapat
memproduksi insulin
2. Obesitas
Obesitas dan peningkatan berat badan pada orang dewasa dianggap
menjadi salah satu faktor risiko yang paling penting untuk diabetes
mellitus tipe-2. Obesitas menyebabkan terjadinya peningkatan masa
adipose yang dihubungkan dengan resistensi insulin yang akan
mengakibatkan terganggunya proses penyimpanan lemak dan sintesa
lemak.
3. Usia
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi diabetes
mellitus meningkat seiring dengan pertambahan usia. Sekitar 50%
lansia mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa
normal. Diabetes mellitus sering muncul pada usia lanjut pada usia
lebih dari 45 tahun dimana sensitifitas insulin berkurang.
4. Hipertensi (Tekanan darah tinggi)
Hipertensi telah diidentifikasi sebagai faktor risiko utama untuk
pengembangan diabetes.Penderita hipertensi memiliki risiko 2-3 kali
31
e. Diagnosis
Tabel 1. Tes Diagnosis dan Klasifikasi DM
32
f. Komplikasi
1. Komplikasi Macrovaskular Komplikasi makrovaskuler adalah
komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar,
sehingga menyebabkan atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara
lain timbul penyakit jantung koroner, hipertensi, dan
stroke.Komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada
penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner, penyakit
pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah
perifer.Komplikasi makrovaskular ini sering terjadi pada penderita
diabetes mellitus tipe-2 yang umumnya menderita hipertensi,
dislipidemia dan atau kegemukan.
2. Komplikasi Microvaskular Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi
pada penderita diabetes mellitus tipe-1.Hiperglikemia yang persisten
dan pembentukan protein yang terglikasi menyebabkan dinding
pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi
penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil.Hal inilah yang
33
g. Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas
hidup penyandang diabetes.
Tujuan penatalaksanaan meliputi :8
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui
pengelolaan pasien secara komprehensif.
A. Non Farmakologis
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu
dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan
bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik.
Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan tingkat
lanjutan.8
a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan
Kesehatan Primer yang meliputi:8
1. Materi tentang perjalanan penyakit DM.
2. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
3. Penyulit DM dan risikonya.
4. Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target
pengobatan.
5. Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.
34
B. Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis
terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. 8
1. Obat hipoglikemik oral Berdasarkan cara kerjanya, OHO
dibagi menjadi 5 golongan:8
a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan
glinid
b) Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan
tiazolidindion
c) Penghambat glukoneogenesis (metformin)
d) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidasealfa
e) DPP-IV inhibitor.
a. Pemicu Sekresi Insulin
- Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan
utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang. Namun
masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih.
37
3. Terapi Kombinasi
Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu
dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara
bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Terapi
kombinasi obat antihiperglikemia oral, baik secara terpisah ataupun
fixed dose combination, harus menggunakan dua macam obat
dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu
apabila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai dengan
kombinasi dua macam obat, dapat diberikan kombinasi dua obat
antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan
alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai,
terapi dapat diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral. 8
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai
dengan pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau
insulin kerja panjang). Insulin kerja menengah harus diberikan jam
10 malam menjelang tidur, sedangkan insulin kerja panjang dapat
diberikan sejak sore sampai sebelum tidur. Pendekatan terapi
tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali glukosa darah
yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal
insulin basal untuk kombinasi adalah 6-10 unit. kemudian
dilakukan evaluasi dengan mengukur kadar glukosa darah puasa
keesokan harinya.8
Dosis insulin dinaikkan secara perlahan (pada umumnya 2 unit)
apabila kadar glukosa darah puasa belum mencapai target. Pada
keadaaan dimana kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak
41
Pemantauan
B) Pemeriksaan HbA1c
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai
glikohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi (disingkat sebagai
HbA1c), merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek
perubahan terapi 8 - 12 minggu sebelumnya. Untuk melihat hasil
terapi dan rencana perubahan terapi, HbA1c diperiksa setiap 3 bulan.
Pada pasien yang telah mencapai sasran terapi disertai kendali
glikemik yang stabil HbA1c diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1
tahun.8
C) Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan
menggunakan darah kapiler. PGDM dianjurkan bagi pasien dengan
pengobatan suntik insulin beberapa kali perhari atau pada pengguna
obat pemacu sekresi insulin. Waktu yang dianjurkan adalah pada saat
sebelum makan, 2 jam setelah makan (untuk menilai ekskursi
glukosa), menjelang waktu tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia),
dan di antara siklus tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia
nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami gejala
seperti hypoglycemic spells. PDGM terutama dianjurkan pada
penyandang DM yang direncanakan mendapat terapi insulin.8
2.5. Hiperkolesterolemia
a. Definisi
Hiperkolesterol adalah peningkatan kolesterol dalam darah karena
kelainan pada tingkat lipoprotein, yaitu partikel yang membawa
kolesterol dalam aliran darah (Braunwald, 2008). Hiperkolesterolemia
merupakan gangguan metabolisme yang terjadi secara primer atau
sekunder akibat berbagai penyakit yang dapat berkontribusi terhadap
berbagai jenis penyakit Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan
hiperlipidemia dan hiperlipoproteinemia. Hiperkolesterolemia dapat
terjadi akibat kelainan kadar lipoprotein dalam darah yang dalam jangka
panjang mempercepat kejadian arteriosklerosis. 6
b. Klasifikasi
Tabel 4. Klasifikasi Kadar Lipid Plasma
44
c. Tatalaksana
Pada penanganan hiperkolesterolemia diharapkan terjadi
penurunan kadar kolesterol total yang berperan dalam pembentukan lesi
ateromatous pada pembuluh darah, sehingga perkembangannya menjadi
penyakit jantung koroner dapat dicegah.
Terapi awal hiperlipidemia termasuk hiperkolesterolemia adalah
terapi non farmakologi melalui perubahan gaya hidup yang terdiri dari
pengaturan diet, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik.
Berhenti merokok dapat meningkatkan kadar HDL, sedangkan
meningkatkan konsumsi makanan berserat dapat menurunkan kolesterol
sebesar 5-20%.
Bila terapi non farmakologi tidak cukup adekuat dalam menurunkan
kadar lipid plasma, maka terapi farmakologi menjadi langkah selanjutnya
yang harus dipilih. Saat ini terdapat beberapa golongan obat yang dapat
digunakan untuk terapi hiperlipidemia yaitu statin, resin pengikat asam
empedu, niasin, fibrat, inhibitor absorbsi kolesterol, dan minyak ikan.
Obat golongan statin cenderung menjadi pilihan utama karena umumnya
dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien.
Statin merupakan HMG-CoA reduktase inhibitor yang secara
kompetitif menghambat proses sintesis kolesterol di hati sehingga dapat
menurunkan kadar LDL darah. Obat ini menurunkan kadar kolesterol
dengan cara meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor LDL sehingga
katabolisme kolesterol semakin meningkat dan mengurangi simpanan
LDL di plasma. Obat ini juga dapat berpengaruh terhadap kadar
trigliserida dan HDL. Contoh obat golongan statin antara lain Lovastatin,
Pravastatin, Simvastatin, Fluvastatin, Atorvastatin, dan Rosuvastatin.
Efek samping statin yang paling berbahaya adalah miopati dan
rabdomiolisis, namun dengan insiden yang sangat rendah Selain itu, pada
kira-kira 1-2% pasien yang menggunakan agen hipolipidemik golongan
statin mengalami peningkatan kadar enzim transaminase hingga melebihi
3 kali nilai normal. Peningkatan kadar enzim transaminase serum
mengindikasikan kelainan yang terjadi pada hati. Mengingat hati
merupakan organ penting yang bertanggung jawab pada proses
detoksifikasi dan menjaga keseimbangan kolesterol dalam darah. maka
45
2.6. Prolanis
a. Definisi
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta,
fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien.
b. Tujuan Prolanis
Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas
hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke
Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik
terhadap penyakit Diabetes Melitus + Hiperkolesterolemia sesuai panduan
klinis terkait, sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.
c. Sasaran Prolanis
Sasaran Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis
(Diabetes Melitus + Hiperkolesterolemia).
1. Bentuk Pelaksanaan
Aktifitas dalam PROLANIS meliputi aktifitas konsultasi
medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas club dan pemantauan
status Kesehatan.
2. Penanggung jawab
46
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 60 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 02 Juni 1960
47
48
3.2 Subjektif
Autoanamnesis dengan penderita.
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Klinik Dokter Keluarga untuk kontrol gula dan
kolesterol.
E. Riwayat Pengobatan
F. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan manis seperti
sering mengkonsumsi kue kering dan kue basah yang mengandung
banyak gula dan kental manis, minum kopi manis dengan 2 sendok gula
dalam satu gelas sebanyak 1-2 gelas setiap hari, mengkonsumsi makanan
yang berminyak seperti gorengan, makan nasi dengan porsi 1 piring
penuh bahkan dalam 1 hari bisa makan nasi 3-4x. Pasien juga jarang
beraktivitas seperti berolahraga.
G. Riwayat Pekerjaan
Sehari-hari pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
H. Riwayat Hygiene
1. Pasien mandi 2x sehari dengan air PDAM dan menggunakan sabun
dan shampoo.
2. Pasien mengganti pakaian setiap hari 2-3x sehari.
3. Pasien menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak bercampur
dengan anggota keluarga yang lain.
I. Riwayat Nutrisi
Pasien makan tiga sampai empat kali sehari sebanyak 1 piring setiap
kali makan dengan nasi putih dan lauk yang beragam seperti ikan, ayam,
daging, tahu, tempe, dan sayuran, yang mana menu setiap hari berbeda
beda. Pasien juga terkadang mengkonsumsi buah-buahan sekitar satu
sampai dua kali dalam satu minggu. Makanan yang dikonsumsi oleh
pasien juga di konsumsi oleh anggota keluarga yang lain.
BB = 60 kg
TB = 156 cm
IMT = BB : (TB)2
51
= 60 : (1,56)2
= 24,6 (normoweight)
Interpretasi : saat ini berat badan pasien normal.
Kesan:
Sosial : Baik
Ekonomi : Baik
Lingkungan : Baik
K. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Perempuan diabetes
: Perempuan
: Laki-laki
53
3.3 Objektif
Status Generalis
Pernafasan : 19 x/menit
Suhu : 36,7 °C
Berat Badan : 60 kg
3.7 Tatalaksana
a) Promotif
Memberikan edukasi kepada pasien dan semua anggota keluarga
tentang:
1. Penyakitnya dan komplikasi. Penyakit ini adalah penyakit yang
sangat berbahaya apabila tidak di tatalaksana secara komprehensif.
2. Upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan. Cara hidup sehat:
diet yang sehat (kurangi konsumsi makanan manis, ganti gula
dengan gula khusus diabetes, konsumsi makanan rendah
karbohidrat, rendah lemak), aktivitas fisik teratur (rutin berolahraga
dengan olahraga aerobik 3x seminggu dengan frekuensi 30 menit
setiap kali olahraga seperti senam dan jalan kaki), istirahat yang
cukup, hindari stres.
3. Upaya menjaga higienitas kaki.
55
b) Preventif
1. Membatasi konsumsi makanan yang mengandung gula berlebih
dan lemak berlebih
2. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko timbulnya diabetes melitus
dan hiperkolesterolemia
3. Kontrol gula darah dan kolesterol ke KDK FK UMP
4. Olahraga yang rutin
c) Kuratif
1. Terapi non-farmakologis
Melakukan aktivitas aktif atau olahraga 3x seminggu selama 30
menit tiap kali olahraga.
2. Terapi Farmakologi
- Metformin 500 mg 2x/hari
- Pioglitazone Hydrochloride 30 mg 1x/hari
- Simvastatin tab 10 mg 1x/hari
d) Rehabilitatif
1. Kontrol ke KDK FK UMP untuk menilai efek pengobatan
walaupun penyakit dianggap sembuh
2. Mengidentifikasi disabilitas/hendaya yang muncul akibat
komplikasi kronik diabetus melitus
56
3.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN DAN PEMBINAAN KELUARGA
Tabel 4.1. Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu
rumah
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidika Pekerjaa Ket.
n n
1. Ny. S Kepala P 60 tahun SD IRT -
Keluarga
2. Tn. S Anak L 30 tahun S1 Karyawan -
3. Ny. K Menantu P 29 tahun S1 Guru -
4. An. A Cucu P 3 Tahun - - -
tetap terjaga. Anggota keluarga lain selalu siap membantu apabila salah satu
dari angota keluarga mengalami masalah.
60
2. Fungsi patologis
Tabel 4.6. SCREEM Keluarga Ny.Sriwelas
Sumber Patologis
Denah Rumah
W
C
Ruang Keluarga Kamar 1
Dapur
Ruang
makan Kamar 2 Ruang tamu
P1
Kamar 3 Teras
GAYA HIDUP
FAMILY
PERILAKU LINKUNGAN PSIKO-
KESEHATAN SOSIAL-EKONOMI
Pasien rajin kontrol Pendapatan anak dapat
ke KDK saat obat memenuhi kebutuhan primer
habis dan bila dan sekunder.
terdapat keluhan. Pendapatan keluarga
Pasien rutin dan menengah.
teratur minum obat Kehidupan sosial baik.
PELAYANAN
LINGKUNGAN
KESEHATAN
Pasien, perempuan 60 tahun, KERJA
Jarak rumah dan KDK
menguluh cepat capek, lesu, Tidak bekerja karena
lumayan dekat, pasien
mengambil obat kencing keringat tak sehat, makan seorang IRT. Tidak ada
manis dan obat banyak, BAK banyak, cepat masalah dengan
kolesterol haus dan pusing, serta BB pekerjaan
menurun, di Dx DM tipe II +
Hiperkoleterolemia
LINGKUNGAN FISIK
FAKTOR BIOLOGI
Tidak Terdapat anggota Cukup. Tidak ada masalah
yang ditemukan. Tinggal
keluarga yang menderita
bersama anak, mantu, dan
penyakit (DM) dan cucu yang terkesan baik
hiperkolesterolemia
P1
67
1) Diagnosis Kerja
Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol
2) Bentuk Keluarga
Extended family
3) Fungsi Keluarga yang Terganggu
Tidak ada
4) Faktor yang Mempengaruhi
Gaya hidup pasien (pola makan yang tidak sehat dan jarang
berolahraga)
5) Faktor yang Dipengaruhi
Gula darah meningkat dan kolesterol meningkat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pasien menderita kencing manis sejak ± 10 tahun yang lalu sehingga
pasien datang ke Klinik Dokter Kelurga FK UM Palembang untuk kontrol
dan meminta obat secara rutin. Dari pemeriksaan laboratorium saat di
didapatkan hasil pemeriksaan gula darah puasa pasien yaitu 151 mg/dl dan
terapi yang diberikan obat Metformin 500mg 2x sehari dan Pioglitazon 30 mg
1x sehari, simvastatin tab 10 mg 1x sehari.
Bentuk keluarga pada pasien ini adalah Extended Family yaitu keluarga
yang terdiri anak kandung, serta ada menantu dan cucu. Pada pasien
ditemukan penyakit DM Tipe 2, masalah psikologi dan masalah keluarga
tidak ada. Fungsi Keluarga pada pasien ini tergolong baik dan semua anggota
keluarga saling mendukung. Pada pasien ini tidak terdapat fungsi patologis,
sehingga dapat disimpulkan keluarga pasien ini tergolong sehat.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pasien
Pasien diharapkan untuk rutin mengunjungi Klinik Dokter
Keluarga FK UM Palembang agar mendapat penyuluhan mengenai
penyakit diabetes melitus dan Hiperkolesterolemia. Dan diharapkan
pasien lebih sadar akan kesehatannya agar tidak menimbulkan
komplikasi yang parah
5.2.2 Bagi Klinik Dokter Keluarga
Diharapkan KDK FK UM Palembang untuk tetap melanjutkan
kegiatan home visit agar lebih dapat memantau kondisi kesehatan
pasiennya. Dan diharapkan lebih sering untuk melakukan pendekatan
kepala masyarakat sekitar melalui penyuluhan maupun edukasi.
69
DAFTAR PUSTAKA
70
LAMPIRAN
71
Gambar 5. Ruang Tamu Gambar 6. Kamar Anak Ny. S
72
Gambar 8. Tempat Cuci Gambar 9. Kamar Mandi & WC
73
74