Anda di halaman 1dari 15

Makalah Pengantar Bimbingan dan Konseling Islam

“Hakikat Manusia dan Problematikanya Menurut Al-Qur’an”


Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Bimbingan dan Konselign Islam
Dosen Pengampu : Bpk. Sya’ban Maghfur, M. Pd. I

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Fifin Royyana Rosyada (23080210004)
2. Leni Dwi Sayekti (23080210048)
3. Mela Rizky Acmelia (23080210083)
4. Muhammad Fatur Setiawan (23080210091)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


PENDIDIKAN ISLAM (BKPI)
FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
TAHUN 2022
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menghilangkan masa
kejahiliyahan menjadi masa yang terang akan ilmu.
Makalah ini dibuat dengan pembahasan yang sesuai dengan tema mata kuliah
Pengantar Bimbingan dan Konseling Islam yang membahas Hakikat Manusia dan
Problematikannya dalam Al-Qur’an. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk.
Bpk. Sya’ban Maghfur, M. Pd. I selaku Dosen Pengampu mata kuliah Pengantar
BK yang sudah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan penulis.
Tak lupa juga kepada semua pihak yang sudah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih bermanfaat. Di dalam
makalah ini pasti banyak kesalahan, untuk itu penulis meminta maaf karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Salatiga, 07 Maret 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar..............................................................................................................................ii

Daftar Isi.......................................................................................................................................iii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.............................................................................................................................3

A. Pengertian Hakikat Manusia.................................................................................................3

B. Hakikat Manusia Menurut Al-Qur’an..................................................................................4

C. Problematika Manusia Menurut Al-Qur’an..........................................................................8

BAB III.........................................................................................................................................10

PENUTUP....................................................................................................................................10

A. Kesimpulan.........................................................................................................................10

B. Saran...................................................................................................................................11

Daftar Pustaka.............................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Allah menciptkan manusia sebagai makhluk dan hambanya yang paling sempurna
baik rohani maupun jasmani. Diciptakan dari saripati tanah yang kemudian menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnya menjadi yang sekarang ini. salah satu
kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya yakni akal untuk
berfikir. Dengan adanya akal manusia dapat mempelajari makna serta hakikat kehidupan
dimuka bumi ini, karena jika tanpa akal manusia tidak mempunyai perbedaan sedikitpun
dengan makhluk yang lainnya. Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak
pernah menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang, selama manusia itu
mempergunakan akal pikiran serta karunia yang Allah swt. berikan. Namun jika manusia
tidak mempergunakannya maka derajat manusia akan turun bahkan jauh lebih rendah dari
binatang, hal ini telah dijelaskan oleh Allah dalam firmannya QS. Al-A’raf: 179.
Kesempurnaan manusia lainnya bisa dilihat dari segi kemampuanya untuk
menentukan tujuan hidup dan cita-citanya. Manusia sebagai makhluk tuhan memilik ruh
atau jiwa yang digunakan untuk proses berfikir, merasa, bersikap, serta berserah diri
dihadapan Tuhan-Nya. Menurut kodratnya manusia itu merupakan makhluk yang cinta
kesucian dan cenderung kepada kebenaran selain itu juga manusia merupakan makhluk
yang sangat menarik. Para ahli juga memberikan sebutan yang berbeda-beda untuk
manusia, ada yang menyebut sebagai homo sapiens (binatang yang berfikir), homo
volens (binatang yang berkeinginan), homo mechanicus (binatang yang mekanis), dan
homo ludens (binatang yang bermain).
Sebagai makhluk Tuhan manusia tentu memiliki sebuah kewajiban, dan
kewajiban yang utama adalah beribadah kepada Allah swt.. yang merupakan tugas utama
dalam kehidupan manusia hingga apapun tingkah laku serta perbuatan manusia harus
sesuai dengan perintah Allah swt.. Makalah ini disusun untuk mengetahui lebih jelas lagi
mengenai hakekat manusia serta problematikannya menurut Al-Qur’an.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka penulis mengambil
beberapa rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut :
1. Apa pengertian hakikat manusia?
2. Bagaimana hakikat manusia menurut Al-Qur’an?
3. Bagaimana problem manusia menurut prespektif Al-Qur’an?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan
penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui apa itu hakikat manusia
2. Mengetahui hakikat manusia menurut Al-Qur’an
3. Mendeskripsikan problem manusia menurut prespektif Al-Qur’an

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat Manusia


Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya
dari segala sesuatu. Dapat juga dikatakan, bahwa hakikat itu adalah inti dari segala
sesuatu. Hakikat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai
makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Secara umum ada beberapa Hakikat
manusia yang harus kita pahami yaitu : 1
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3. Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai selama
hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
6. Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.

Hakikat manusia menurut pandangan umum mempunyai arti bermacam-macam,


karena tedapat berbagai ilmu dan perspektif yang memaknai hakekat manusia itu
sendiri. Seperti dalam perspektif filsafat menyimpulkan bahwa manusia merupakan
hewan yang berpikir karena memiliki nalar intelektual. Dalam perspektif ekonomi
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi. Perspektif Sosiologi melihat
1
Eliana, “Hakikat Manusia (Tela’ah Istilah Manusia Versi Al-Qur’an dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam)”,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengertian+hakikat+manusia&oq=pengertian+hakikat+#d=gs_qabs&u=%23p%3Dtx-
_IJ7GTOwJ, Hlm. 47
3
bahwa manusia adalah makhluk sosial yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah
lepas dari manusia lainnya. Dalam perspektif antropologi berpendapat manusia adalah
makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi. Dan dalam perspektif
psikologi, manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. Sedangkan alam andangan
Islam hakikat manusia itu adalah, sebagai berikut:2
1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT.
2. Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita).
3. Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas

B. Hakikat Manusia Menurut Al-Qur’an


Berbicara mengenai manusia merupakan suatu pembahasan yang sangat
kompleks, karena dimana kita akan menemuhi banyak sekali definisi yang berbeda-
beda dari banyak pendapat para ahli ahli. Dalam pandangan ilmuan Muslim seperti
yang dikemukakan oleh Fahruddin Ar-Razi sebagaimana yang dikutip oleh Adnin
Atmas bahwa, manusia memiliki beberapa krakteristik yang khas. Manusia berbeda
dengan makhluk yang lain, termasuk dengan malaikat, iblis dan juga binatang, adalah
karena manusia memiliki akal dan hikmah serta tabiat dan nafsu. Menurut Ibnul Jauzi
manusia itu terdiri dari dua unsur yaitu jasad dan roh. Menurut Ibnul Jauzi ini,
perubahan roh lebih penting karena esensi manusia adalah makhluk rohani atau
berjiwa, berdasarkan hadis dari Abi Hurairah yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa
Allah tidak memandang jasad dan bentuk manusia , tapi Allah memandang hati dan
amal manusia.3 Namun dalam Al-Qur’an ada tiga istilah yang digunakan untuk
menunjukkan arti pokok manusia :
1. Insan (‫)آإلنسان‬, ins, dan Al-Nas (‫ )الناس‬yang memiliki akar kata yang sama yakni
hamzah/alif, nun, dan sin (a-na-sa/‫)أنس‬.

2
Eliana, “Hakikat Manusia (Tela’ah Istilah Manusia Versi Al-Qur’an dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam)”,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengertian+hakikat+manusia&oq=pengertian+hakikat+#d=gs_qabs&u=%23p%3Dtx-
_IJ7GTOwJ, Hlm. 47
3
Afrida, “Hakikat Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an”,
https://www.researchgate.net/publication/334678263_Hakikat_Manusia_dalam_Perspektif_Al-Quran, hlm. 56
4
Kata ins dan insan meskipun berasal dari akar kata yang sama tetapi dalam
penggunaannya memiliki makna yang berbeda. Dalam Alquran kata ins
dijumpai sebanyak 18 kali dalam 9 surat. Kata ins digunakan untuk
dihadapkan dengan kata jinn yang berarti jin atau makhluk halus, atau
dihadapkan dengan kata jaan yang juga bermakna jin. Penyebutan kata ins
yang berlawanan dengan jinn atau jaan ini memberikan arti bahwa kedua
makhluk Allah ini memiliki dua unsur yang berbeda, yakni manusia dapat
diindera dan jin tidak dapat diindera, manusia tidak liar sedang jin liar 4.
Sedangkan kata insan dijumpai dalam Alquran sebanyak 65 kali. kata insan ini
mengacu pada peningkatan manusia ke derajat yang dapat memberinya
potensi dan kemampuan untuk memangku jabatan khalifah, dan memikul
tanggung jawab serta amanat manusia di muka bumi (Q.S. al-Ahzab (33):72),
karena sebagai khalifah manusia dibekali dengan berbagai potensi seperti
ilmu, persepsi, akal, dan nurani. Dengan potensi-potensi ini manusia mampu
menghadapi segala permasalahan sekaligus mengantisipasinya. Di samping
itu, manusia juga dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang
mulia dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk lain dengan
berbekal potensi-potensi tadi. Jadi, kata insan digunakan dalm Al-Qur’an
untuk menyebut manusia dengan segala totalitasnya, jiwa dan raganya.
Selain itu kata insan juga digunakan untuk membicarakan tentang proses
penciptaan manusia dari tanah, yang kemudian dihubungkan dengan sifat dan
watak manusia. Al-Insan (manusia) yang diciptakan dari sari pati tanah dalam
bentuk/zat al’alaq, dapat dididik untuk memperoleh ilmu pengetahuan (Q.S.
al-Alaq, 96: 1-8; Q.S. alMu’minun, 23: 12-14), memiliki kemampaaun bekerja
yang terdapat dalam (Q.S. anNaziat, 79: 35), memikul amanah sekalipun
kadang berbuat bodoh atau zalim sesuai dengan (Q.S. al-Ahzab, 33: 72),
diberi beban tanggung jawab, berbuat baik, memperoleh balasan sesuai apa
yang dikerjakan terdapat pada (Q.S. al Qiyamah 75: 3 dan 6, Q.S. al-Ankabut

4
Marzuki, “Manusia Dan Problematikannya Dalam Pembentukan Karakter Mulia Perspektif Islam”,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hakikat+manusia+dan+problematikanya+menurut+alquran+&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DpnkZF6q25hgJ, hal. 2
5
29: 8, Q.S. al-Najm 53:39, Q.S. Qaf; 5: 16). Manusia adalah makhluk yang
sering lupa dan kufur nikmat ketika manusia itu berhasil, dan sebaliknya
banyak mengeluh ketika mendapat kesusahan sesuai yang dijelaskan pada
(Q.S. Yunus; 10: 14), memiliki sifat yang tergesa-gesa, berbuat ingkar, jika
memperoleh kenikmatan maka ia berpaling dan sombong, mendapat
kesusahan berputus asa, berbuat syirik, kufur dan ingkar nikmat (Q.S. al-Isra
17: 11 67 83, Q.S. Asy-Syura 42: 48, Q.S. al-Zumar 39: 8 dan 49), berbuat
durhaka dan membantah, tidak pandai bersyukur (Q.S. an-Nahl 16: 4, Q.S.
Maryam 19: 67- 68, Q.S. al-Intifar 82: 6-8).5
Makna-makna tentang al-Insan dalam Al-Qur’an memberikan penegasan
bahwa manusia sesungguhnya memiliki potensi-potensi, berupa daya pikir,
emosi, dorongan-dorongan atau daya untuk berkehendak, dorongan untuk
melakukan pilihan-pilihan baik atau buruk. Memiliki kemampuan untuk
membentuk sikap dan perilaku. Manusia memiliki kemampuan untuk menilai
suatu perbuatan baik atau buruk. Hal itu disebabkan karena Allah memberi
manusia berupa ilmu pengetahuan, sekaligus potensi-potensi dan kemampuan
dalam dirinya untuk menciptakan, menemukan, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki manusia kemudian
disebut juga sebagai makhluk psikologis.6
Kata nas merupakan bentuk jamak dari kata insan yang tentau saja
memiliki makna yang sama. Alquran menyebutkan kata nas sebanyak 240
kali. Penyebutan manusia dengan nas lebih menonjolkan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan dan
bersama-sama manusia lainnya. Alquran menginformasikan bahwa penciptaan
manusia menjadi berbagai suku dan bangsa bertujuan untuk bergaul dan
berhubungan antar sesamanya (ta’aruf) sesuai dengan (Q.S. al-Hujurat [49]:
13), saling membantu dalam melaksanakan kebajikan seperti yang dijelaskan
pada (Q.S. al-Maidah [5]: 2), saling menasihati agar selalu dalam kebenaran
dan kesabaran (Q.S. al-‘Ashr [103]: 3), dan menanamkan kesadaran bahwa
5
Askar, dkk, “Book Chapter Desain Pembelajaran Agama Islam”, (Sumatra Barat : Insan Cendekia Mandiri), hlm. 4
6
Askar, dkk, “Book Chapter Desain Pembelajaran Agama Islam”, (Sumatra Barat : Insan Cendekia Mandiri), hlm. 5
6
kebahagiaan manusia hanya mungkin terwujud bila mereka mampu membina
hubungan antarsesamanya (Q.S. Ali Imran [3]: 112).
2. Basyar (‫)بشرا‬
Menurut Quraish Shihab, kata basyar mengandung makna penampakan
sesuatu dengan baik dan indah, yang kemudian melahirkan kata basyarah
yang berarti kulit. Manusia disebut basyar karena kulitnya yang berbeda
dengan kulit binatang. Kata Basyar dalam Al-Qur’an secara keseluruhan ada
37 ayat. Ada 25 ayat yang berbicara tentang kemanusiaan rasul dan nabi, dan
kesamaan sifat manusia dan kebutuhan para nabi dan rasul dengan manusia
termasuk orang-orang kafir, seperti antara lain terdapat dalam (Q.S. al-Anbiya
21: 3, Q.S. Ibrahim 14: 10, Q.S. alSyuara 26: 154, Q.S. Yusuf 36: 15 31, Q.S.
al-Mudassir 74: 25). Ada 11 ayat yang menerangkan secara tegas bahwa
manusia mempunyai bentuk yang sama secara fisik, butuh makan dan minum,
hubungan seks.7
Manusia dalam konsep basyar, adalah makhluk yang memiliki
kecenderungan dan aktivitas biologis sama seperti mahluk biologis lainnya.
Basyar menunjukkan siklus kehidupan manusia sebagai makhluk biologis,
yang tumbuh dan berkembang, mulai dari masa pembuahan, janin, bayi, anak,
remaja, dewasa, tua dan kemudian mati. Manusia memiliki kebutuhan
biologis, seperti makan, minum, hubungan suami istri, kebutuhan sandang dan
pangan. Basyar juga menunjukkan adanya konsep-konsepsi secara tersirat
tentang manusia secara fisik-biologis, kuat-lemah, tinggi-pendek, gemuk-
kurus, cantik-jelek, warna kulit putih-hitam, yang menentukan saling
ketertarikan manusia yang berlawanan jenis secara biologis.8
3. Banu dan zurriyat, kedua kata ini dikaitkan dengan Nabi Adam.
Maksudnya adalah anak cucu atau keturunan Adam. Kedua istilah itu
digunakan untuk menyebut manusia karena dikaitkan dengan kata Adam,
yakni sebagai bapak manusia atau manusia pertama yang diciptakan Allah dan
mendapatkan penghormatan dari makhluk lainnya selain iblis. Secara umum
7
Askar, dkk, “Book Chapter Desain Pembelajaran Agama Islam”, (Sumatra Barat : Insan Cendekia Mandiri), hlm. 2
8
Askar, dkk, “Book Chapter Desain Pembelajaran Agama Islam”, (Sumatra Barat : Insan Cendekia Mandiri), hlm. 3
7
ini menunjukkan arti keturunan yang berasal dari Adam, atau dengan kata asal
usul manusia adalah satu, yakni dari Nabi Adam. Semua manusia di dunia ini
sama, yakni keturunan Adam yang lahir melalui proses secara biologis sesuai
yang terdapat dalam (Q.S. al-Sajdah [32]: 8). Kata bani Adam disebutkan
Alquran sebanyak 7 kali, di antaranya dalam surat al-A’raf (7): 26, 27, 31, dan
35. Dalam QS. Al-A’raf (7): 31 Allah Swt. berfirman: “Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. al-A’raf [7]: 31).
Sedang kata dzurriyati Adam hanya disebut sekali, yakni dalam Q.S. Maryam
(19): 58.9

C. Problematika Manusia Menurut Al-Qur’an


Problematika sering diartikan dengan permasalahan. Ketika ada suatu
permasalahan yang diinginkan adalah agar setiap masalah dapat diselesaikan dengan
baik, tetapi yang terjadi adalah masalah yang diatasi masih menimbulkan masalah
lagi, atau masalah yang sama belum dapat dipecahkan padahal sudah berupaya
diatasi. Dalam kenyataannya manusia sering mengalami problematika tersebut, yang
tak berujung selesai. Oleh karena itu, orang yang berproblematika pada dasarnya
adalah orang yang lagi zalim. Pada awalnya arti kata zalim adalah menempatkan
sesuatu bukan pada tempatnya, misalnya mengganti perintah Allah swt. dengan
menjalankan apa yang tidak diperintahkan (QS. al-Baqarah [02]: 59). Tidak
menempatkan sesuatu pada tempatnya itulah yang menimbulkan masalah. Seharusnya
menurut fitrahnya manusia beriman kepada Allah Swt., tetapi ia tidak beriman
dengan mengabaikan fitrah itu sehingga ia menzalimi dirinya (QS. Al- A’raf [07]:
172). Menzalimi diri berarti berarti membuat diri bermasalah dan menyakiti diri
dalam jangka panjang karena ingkar pada perintah Allah swt. Oleh karena itulah al-

9
Marzuki, “Manusia Dan Problematikannya Dalam Pembentukan Karakter Mulia Perspektif Islam”,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hakikat+manusia+dan+problematikanya+menurut+alquran+&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DpnkZF6q25hgJ, hal. 4
8
Qur’an menyebut orang yang paling zalim adalah orang yang mengingkari
peringatan-peringatan Allah swt. Dengan demikian, orang zalim adalah orang yang
masalah-masalahnya tak berujung pada penyelesaian, karena terus menerus
mengalami problematika.10
Manusia dapat mengalami situasi problematika, yakni mengalami masalah yang
belum dapat diatasi (padahal sudah diusahakan), sehingga penuh dengan masalah dan
tak yakin dapat hidup dengan bahagia. Orang seperti itu disebut zalim dan sesat,
karena tidak mendapat petunjuk Tuhan dan tidak ditolong oleh-Nya sehingga
masalahnya tidak berujung pada penyelesaian.
Inti problematika manusia terletak pada kezaliman karena ingkar pada Tuhan,
tidak adanya iman di hati, atau belum masuk ke hati. Bila tidak beriman, maka akan
salah dalam mengarahkan hidup. Tanpa beriman kepada Allah Swt., manusia telah
salah mengenali diri, salah dalam mengenali masalahnya, dan dalam menyikapi
hidupnya, sehingga salah arah dalam menetapkan tujuan hidup. Menurut al-Qur’an
permasalahan manusia muncul pertama kali adalah karena membangkang atau
membantah perintah Tuhan akibat godaan iblis, hal ini tercantum pada QS. al-
Baqarah [02]: 36. 11
Ibarat sumber api, membantah Allah swt. adalah sumber api yang menjadikan
seseoramg itu mengalami masalah. Dari sumber satu ini kemudian memercikkan api
masalah ke mana-mana dan menimbulkan masalah pada spiritual, mental, moral,
fisik, masalah sosial, masalah di keluarga, di jalan, di masyarakat, di sekolah, dan lain
sebagainya. Bila dibuatkan daftar masalah, maka dapat muncul ratusan masalah atau
bahkan ribuan, dari satu sumber tersebut. 12
BAB III
PENUTUP

10
Ridwan, “Pengembangan Konseling Dan Psikoterapi Komprehensif Qur’ani Untuk Mengatasi Problenatika
Manusia”, https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hakikat+manusia+dan+problematikanya+menurut+alquran+&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DdrTaeYZfsRgJ, Hlm. 3
11
Ibid, Hlm. 4
12
Ibid, Hlm. 5
9
A. Kesimpulan
Dari pembahasan/uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hakikat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk
yang diciptakan oleh Allah SWT
2. Hakikat manusia menurut Al Qur’an, manusia merupakan satu hakikat yang
mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial
(ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan kematian,
sedangkan unsur jiwa akan tetap dan bangkit kembali pada hari kiamat. Ada tiga
hakekat manusia dalam Al Qur’an yakni Basyar, bahwa manusia adalah makhluk
biologis, Al- Insan/ Al-Nas bahwa manusia adalah khalifah atau pemikul amanah
sekaligus makhluk sosial, dan Banu/Zurriyat yakni keturunan atau anak cucu Nabi
Adam.
3. Problematika manusia menurut Al-Qur’an yaitu terletak pada kezaliman karena
ingkar pada Tuhan, tidak adanya iman di hati, atau belum masuk ke hati. Bila
tidak beriman, maka akan salah dalam mengarahkan hidup. Tanpa beriman
kepada Allah Swt., manusia telah salah mengenali diri, salah dalam mengenali
masalahnya, dan dalam menyikapi hidupnya, sehingga salah arah dalam
menetapkan tujuan hidup. Menurut al-Qur’an permasalahan manusia muncul
pertama kali adalah karena membangkang atau membantah perintah Tuhan akibat
godaan iblis, hal ini tercantum pada QS. Al-Baqarah [02]: 36. Adapun juga ayat-
ayat dalam Al Qur’an yang mencela manusia benar-benar telah berada dalam
problematika atau bermasalah ayat-ayat tersebut diantaranya: Sesungguhnya
manusia itu sangatlah dzalim dan amat bodoh” (QS. Al-Ahzab (33). 72.
“Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena
melihat dirinya serba cukup” (QS. Al-’alaq (96). 6-7).“… Adalah manusia
bersifat tergesa-gesa (QS. Al-Isra’ (17). 11).“Apabila manusia ditimpa bahaya,
dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring atau berdiri, tetapi setelah
Kami hilangkan bahanya, dia (kembali) melalui (jalan yang sesat), seolah-olah
dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah
menimpanya (QS. Yunus (10). 12. Dari ayat-ayat diatas nampak jelas, bahwa
perangai manusia digambarkan oleh al-Qur’an adakalanya baik dan adakalanya
10
tidak baik, kadang dipuji dan kadang dicaci. Manusia memiliki kesempurnaan
yang potensial dan mereka harus mengarahkan diri mereka kepada
“kesempurnaan positif”, dan tidak sebaliknya. Modal untuk malaksanakannya
telah diberikan oleh Dzat yang menciptakannya, yaitu, fitrah, nafsu,hati/qold, ruh
dan akal. Itulah sedikit gambaran bahwa manusia itu benar-benar dalam keadaan
bermasalah.

B. Saran
Pembahasan yang dibahas penulis sudah sesuai dengan tema dan judul
yang telah ditentukan sebelumnya, namun penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangannya. Penulis membuat makalah ini tidak bermaksud merasa
paling benar, dan sudah penulis sadari sebelumnya pasti ada ketidak tepatan
dalam menyampaikan materi di atas. Untuk itu penulis mengharap masukan,
saran, serta kritik yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki
makalah tersebut, sehingga nanti menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

11
Siregar, Eliana “Hakikat Manusia (Tela’ah Istilah Manusia Versi Al-Qur’an dalM
Perspektif Filsafat Pendidikan Ilam)”,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengertian+hakikat+manusia&oq=pengertian+hakikat+#d=gs
_qabs&u=%23p%3Dtx-_IJ7GTOwJ. Diakses pada 7 Maret 2022 pukul 20.39

Afrida, “Hakikat Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an”,


https://www.researchgate.net/publication/
334678263_Hakikat_Manusia_dalam_Perspektif_Al-Quran. Diakses pada 1 Maret 2022
pukul 21.34

Marzuki, “Manusia Dan Problematikannya Dalam Pembentukan Karakter Mulia


Perspektif Islam”,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hakikat+manusia+dan+problematikanya+menurut+alquran+&
btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DpnkZF6q25hgJ. Diakses pada 1 Maret 2022 pukul
21.05

Askar, dkk, “Book Chapter Desain Pembelajaran Agama Islam”, Sumatra Barat : Insan
Cendekia Mandiri, 2017, Cet. 2

Ridwan, “Pengembangan Konseling Dan Psikoterapi Komprehensif Qur’ani Untuk


Mengatasi Problenatika Manusia”,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hakikat+manusia+dan+problematikanya+menurut+alquran+&
btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DdrTaeYZfsRgJ. Diakses pada 1 Maret 2022 pukul 21.05

12

Anda mungkin juga menyukai