Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Fifin Royyana Rosyada (23080210004)
2. Leni Dwi Sayekti (23080210048)
3. Mela Rizky Acmelia (23080210083)
4. Muhammad Fatur Setiawan (23080210091)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menghilangkan masa
kejahiliyahan menjadi masa yang terang akan ilmu.
Makalah ini dibuat dengan pembahasan yang sesuai dengan tema mata kuliah
Pengantar Bimbingan dan Konseling Islam yang membahas Hakikat Manusia dan
Problematikannya dalam Al-Qur’an. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk.
Bpk. Sya’ban Maghfur, M. Pd. I selaku Dosen Pengampu mata kuliah Pengantar
BK yang sudah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan penulis.
Tak lupa juga kepada semua pihak yang sudah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih bermanfaat. Di dalam
makalah ini pasti banyak kesalahan, untuk itu penulis meminta maaf karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar..............................................................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
BAB III.........................................................................................................................................10
PENUTUP....................................................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................................10
B. Saran...................................................................................................................................11
Daftar Pustaka.............................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka penulis mengambil
beberapa rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut :
1. Apa pengertian hakikat manusia?
2. Bagaimana hakikat manusia menurut Al-Qur’an?
3. Bagaimana problem manusia menurut prespektif Al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan
penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui apa itu hakikat manusia
2. Mengetahui hakikat manusia menurut Al-Qur’an
3. Mendeskripsikan problem manusia menurut prespektif Al-Qur’an
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Eliana, “Hakikat Manusia (Tela’ah Istilah Manusia Versi Al-Qur’an dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam)”,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengertian+hakikat+manusia&oq=pengertian+hakikat+#d=gs_qabs&u=%23p%3Dtx-
_IJ7GTOwJ, Hlm. 47
3
Afrida, “Hakikat Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an”,
https://www.researchgate.net/publication/334678263_Hakikat_Manusia_dalam_Perspektif_Al-Quran, hlm. 56
4
Kata ins dan insan meskipun berasal dari akar kata yang sama tetapi dalam
penggunaannya memiliki makna yang berbeda. Dalam Alquran kata ins
dijumpai sebanyak 18 kali dalam 9 surat. Kata ins digunakan untuk
dihadapkan dengan kata jinn yang berarti jin atau makhluk halus, atau
dihadapkan dengan kata jaan yang juga bermakna jin. Penyebutan kata ins
yang berlawanan dengan jinn atau jaan ini memberikan arti bahwa kedua
makhluk Allah ini memiliki dua unsur yang berbeda, yakni manusia dapat
diindera dan jin tidak dapat diindera, manusia tidak liar sedang jin liar 4.
Sedangkan kata insan dijumpai dalam Alquran sebanyak 65 kali. kata insan ini
mengacu pada peningkatan manusia ke derajat yang dapat memberinya
potensi dan kemampuan untuk memangku jabatan khalifah, dan memikul
tanggung jawab serta amanat manusia di muka bumi (Q.S. al-Ahzab (33):72),
karena sebagai khalifah manusia dibekali dengan berbagai potensi seperti
ilmu, persepsi, akal, dan nurani. Dengan potensi-potensi ini manusia mampu
menghadapi segala permasalahan sekaligus mengantisipasinya. Di samping
itu, manusia juga dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang
mulia dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk lain dengan
berbekal potensi-potensi tadi. Jadi, kata insan digunakan dalm Al-Qur’an
untuk menyebut manusia dengan segala totalitasnya, jiwa dan raganya.
Selain itu kata insan juga digunakan untuk membicarakan tentang proses
penciptaan manusia dari tanah, yang kemudian dihubungkan dengan sifat dan
watak manusia. Al-Insan (manusia) yang diciptakan dari sari pati tanah dalam
bentuk/zat al’alaq, dapat dididik untuk memperoleh ilmu pengetahuan (Q.S.
al-Alaq, 96: 1-8; Q.S. alMu’minun, 23: 12-14), memiliki kemampaaun bekerja
yang terdapat dalam (Q.S. anNaziat, 79: 35), memikul amanah sekalipun
kadang berbuat bodoh atau zalim sesuai dengan (Q.S. al-Ahzab, 33: 72),
diberi beban tanggung jawab, berbuat baik, memperoleh balasan sesuai apa
yang dikerjakan terdapat pada (Q.S. al Qiyamah 75: 3 dan 6, Q.S. al-Ankabut
4
Marzuki, “Manusia Dan Problematikannya Dalam Pembentukan Karakter Mulia Perspektif Islam”,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hakikat+manusia+dan+problematikanya+menurut+alquran+&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DpnkZF6q25hgJ, hal. 2
5
29: 8, Q.S. al-Najm 53:39, Q.S. Qaf; 5: 16). Manusia adalah makhluk yang
sering lupa dan kufur nikmat ketika manusia itu berhasil, dan sebaliknya
banyak mengeluh ketika mendapat kesusahan sesuai yang dijelaskan pada
(Q.S. Yunus; 10: 14), memiliki sifat yang tergesa-gesa, berbuat ingkar, jika
memperoleh kenikmatan maka ia berpaling dan sombong, mendapat
kesusahan berputus asa, berbuat syirik, kufur dan ingkar nikmat (Q.S. al-Isra
17: 11 67 83, Q.S. Asy-Syura 42: 48, Q.S. al-Zumar 39: 8 dan 49), berbuat
durhaka dan membantah, tidak pandai bersyukur (Q.S. an-Nahl 16: 4, Q.S.
Maryam 19: 67- 68, Q.S. al-Intifar 82: 6-8).5
Makna-makna tentang al-Insan dalam Al-Qur’an memberikan penegasan
bahwa manusia sesungguhnya memiliki potensi-potensi, berupa daya pikir,
emosi, dorongan-dorongan atau daya untuk berkehendak, dorongan untuk
melakukan pilihan-pilihan baik atau buruk. Memiliki kemampuan untuk
membentuk sikap dan perilaku. Manusia memiliki kemampuan untuk menilai
suatu perbuatan baik atau buruk. Hal itu disebabkan karena Allah memberi
manusia berupa ilmu pengetahuan, sekaligus potensi-potensi dan kemampuan
dalam dirinya untuk menciptakan, menemukan, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki manusia kemudian
disebut juga sebagai makhluk psikologis.6
Kata nas merupakan bentuk jamak dari kata insan yang tentau saja
memiliki makna yang sama. Alquran menyebutkan kata nas sebanyak 240
kali. Penyebutan manusia dengan nas lebih menonjolkan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan dan
bersama-sama manusia lainnya. Alquran menginformasikan bahwa penciptaan
manusia menjadi berbagai suku dan bangsa bertujuan untuk bergaul dan
berhubungan antar sesamanya (ta’aruf) sesuai dengan (Q.S. al-Hujurat [49]:
13), saling membantu dalam melaksanakan kebajikan seperti yang dijelaskan
pada (Q.S. al-Maidah [5]: 2), saling menasihati agar selalu dalam kebenaran
dan kesabaran (Q.S. al-‘Ashr [103]: 3), dan menanamkan kesadaran bahwa
5
Askar, dkk, “Book Chapter Desain Pembelajaran Agama Islam”, (Sumatra Barat : Insan Cendekia Mandiri), hlm. 4
6
Askar, dkk, “Book Chapter Desain Pembelajaran Agama Islam”, (Sumatra Barat : Insan Cendekia Mandiri), hlm. 5
6
kebahagiaan manusia hanya mungkin terwujud bila mereka mampu membina
hubungan antarsesamanya (Q.S. Ali Imran [3]: 112).
2. Basyar ()بشرا
Menurut Quraish Shihab, kata basyar mengandung makna penampakan
sesuatu dengan baik dan indah, yang kemudian melahirkan kata basyarah
yang berarti kulit. Manusia disebut basyar karena kulitnya yang berbeda
dengan kulit binatang. Kata Basyar dalam Al-Qur’an secara keseluruhan ada
37 ayat. Ada 25 ayat yang berbicara tentang kemanusiaan rasul dan nabi, dan
kesamaan sifat manusia dan kebutuhan para nabi dan rasul dengan manusia
termasuk orang-orang kafir, seperti antara lain terdapat dalam (Q.S. al-Anbiya
21: 3, Q.S. Ibrahim 14: 10, Q.S. alSyuara 26: 154, Q.S. Yusuf 36: 15 31, Q.S.
al-Mudassir 74: 25). Ada 11 ayat yang menerangkan secara tegas bahwa
manusia mempunyai bentuk yang sama secara fisik, butuh makan dan minum,
hubungan seks.7
Manusia dalam konsep basyar, adalah makhluk yang memiliki
kecenderungan dan aktivitas biologis sama seperti mahluk biologis lainnya.
Basyar menunjukkan siklus kehidupan manusia sebagai makhluk biologis,
yang tumbuh dan berkembang, mulai dari masa pembuahan, janin, bayi, anak,
remaja, dewasa, tua dan kemudian mati. Manusia memiliki kebutuhan
biologis, seperti makan, minum, hubungan suami istri, kebutuhan sandang dan
pangan. Basyar juga menunjukkan adanya konsep-konsepsi secara tersirat
tentang manusia secara fisik-biologis, kuat-lemah, tinggi-pendek, gemuk-
kurus, cantik-jelek, warna kulit putih-hitam, yang menentukan saling
ketertarikan manusia yang berlawanan jenis secara biologis.8
3. Banu dan zurriyat, kedua kata ini dikaitkan dengan Nabi Adam.
Maksudnya adalah anak cucu atau keturunan Adam. Kedua istilah itu
digunakan untuk menyebut manusia karena dikaitkan dengan kata Adam,
yakni sebagai bapak manusia atau manusia pertama yang diciptakan Allah dan
mendapatkan penghormatan dari makhluk lainnya selain iblis. Secara umum
7
Askar, dkk, “Book Chapter Desain Pembelajaran Agama Islam”, (Sumatra Barat : Insan Cendekia Mandiri), hlm. 2
8
Askar, dkk, “Book Chapter Desain Pembelajaran Agama Islam”, (Sumatra Barat : Insan Cendekia Mandiri), hlm. 3
7
ini menunjukkan arti keturunan yang berasal dari Adam, atau dengan kata asal
usul manusia adalah satu, yakni dari Nabi Adam. Semua manusia di dunia ini
sama, yakni keturunan Adam yang lahir melalui proses secara biologis sesuai
yang terdapat dalam (Q.S. al-Sajdah [32]: 8). Kata bani Adam disebutkan
Alquran sebanyak 7 kali, di antaranya dalam surat al-A’raf (7): 26, 27, 31, dan
35. Dalam QS. Al-A’raf (7): 31 Allah Swt. berfirman: “Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. al-A’raf [7]: 31).
Sedang kata dzurriyati Adam hanya disebut sekali, yakni dalam Q.S. Maryam
(19): 58.9
9
Marzuki, “Manusia Dan Problematikannya Dalam Pembentukan Karakter Mulia Perspektif Islam”,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hakikat+manusia+dan+problematikanya+menurut+alquran+&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DpnkZF6q25hgJ, hal. 4
8
Qur’an menyebut orang yang paling zalim adalah orang yang mengingkari
peringatan-peringatan Allah swt. Dengan demikian, orang zalim adalah orang yang
masalah-masalahnya tak berujung pada penyelesaian, karena terus menerus
mengalami problematika.10
Manusia dapat mengalami situasi problematika, yakni mengalami masalah yang
belum dapat diatasi (padahal sudah diusahakan), sehingga penuh dengan masalah dan
tak yakin dapat hidup dengan bahagia. Orang seperti itu disebut zalim dan sesat,
karena tidak mendapat petunjuk Tuhan dan tidak ditolong oleh-Nya sehingga
masalahnya tidak berujung pada penyelesaian.
Inti problematika manusia terletak pada kezaliman karena ingkar pada Tuhan,
tidak adanya iman di hati, atau belum masuk ke hati. Bila tidak beriman, maka akan
salah dalam mengarahkan hidup. Tanpa beriman kepada Allah Swt., manusia telah
salah mengenali diri, salah dalam mengenali masalahnya, dan dalam menyikapi
hidupnya, sehingga salah arah dalam menetapkan tujuan hidup. Menurut al-Qur’an
permasalahan manusia muncul pertama kali adalah karena membangkang atau
membantah perintah Tuhan akibat godaan iblis, hal ini tercantum pada QS. al-
Baqarah [02]: 36. 11
Ibarat sumber api, membantah Allah swt. adalah sumber api yang menjadikan
seseoramg itu mengalami masalah. Dari sumber satu ini kemudian memercikkan api
masalah ke mana-mana dan menimbulkan masalah pada spiritual, mental, moral,
fisik, masalah sosial, masalah di keluarga, di jalan, di masyarakat, di sekolah, dan lain
sebagainya. Bila dibuatkan daftar masalah, maka dapat muncul ratusan masalah atau
bahkan ribuan, dari satu sumber tersebut. 12
BAB III
PENUTUP
10
Ridwan, “Pengembangan Konseling Dan Psikoterapi Komprehensif Qur’ani Untuk Mengatasi Problenatika
Manusia”, https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hakikat+manusia+dan+problematikanya+menurut+alquran+&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DdrTaeYZfsRgJ, Hlm. 3
11
Ibid, Hlm. 4
12
Ibid, Hlm. 5
9
A. Kesimpulan
Dari pembahasan/uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hakikat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk
yang diciptakan oleh Allah SWT
2. Hakikat manusia menurut Al Qur’an, manusia merupakan satu hakikat yang
mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial
(ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan kematian,
sedangkan unsur jiwa akan tetap dan bangkit kembali pada hari kiamat. Ada tiga
hakekat manusia dalam Al Qur’an yakni Basyar, bahwa manusia adalah makhluk
biologis, Al- Insan/ Al-Nas bahwa manusia adalah khalifah atau pemikul amanah
sekaligus makhluk sosial, dan Banu/Zurriyat yakni keturunan atau anak cucu Nabi
Adam.
3. Problematika manusia menurut Al-Qur’an yaitu terletak pada kezaliman karena
ingkar pada Tuhan, tidak adanya iman di hati, atau belum masuk ke hati. Bila
tidak beriman, maka akan salah dalam mengarahkan hidup. Tanpa beriman
kepada Allah Swt., manusia telah salah mengenali diri, salah dalam mengenali
masalahnya, dan dalam menyikapi hidupnya, sehingga salah arah dalam
menetapkan tujuan hidup. Menurut al-Qur’an permasalahan manusia muncul
pertama kali adalah karena membangkang atau membantah perintah Tuhan akibat
godaan iblis, hal ini tercantum pada QS. Al-Baqarah [02]: 36. Adapun juga ayat-
ayat dalam Al Qur’an yang mencela manusia benar-benar telah berada dalam
problematika atau bermasalah ayat-ayat tersebut diantaranya: Sesungguhnya
manusia itu sangatlah dzalim dan amat bodoh” (QS. Al-Ahzab (33). 72.
“Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena
melihat dirinya serba cukup” (QS. Al-’alaq (96). 6-7).“… Adalah manusia
bersifat tergesa-gesa (QS. Al-Isra’ (17). 11).“Apabila manusia ditimpa bahaya,
dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring atau berdiri, tetapi setelah
Kami hilangkan bahanya, dia (kembali) melalui (jalan yang sesat), seolah-olah
dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah
menimpanya (QS. Yunus (10). 12. Dari ayat-ayat diatas nampak jelas, bahwa
perangai manusia digambarkan oleh al-Qur’an adakalanya baik dan adakalanya
10
tidak baik, kadang dipuji dan kadang dicaci. Manusia memiliki kesempurnaan
yang potensial dan mereka harus mengarahkan diri mereka kepada
“kesempurnaan positif”, dan tidak sebaliknya. Modal untuk malaksanakannya
telah diberikan oleh Dzat yang menciptakannya, yaitu, fitrah, nafsu,hati/qold, ruh
dan akal. Itulah sedikit gambaran bahwa manusia itu benar-benar dalam keadaan
bermasalah.
B. Saran
Pembahasan yang dibahas penulis sudah sesuai dengan tema dan judul
yang telah ditentukan sebelumnya, namun penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangannya. Penulis membuat makalah ini tidak bermaksud merasa
paling benar, dan sudah penulis sadari sebelumnya pasti ada ketidak tepatan
dalam menyampaikan materi di atas. Untuk itu penulis mengharap masukan,
saran, serta kritik yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki
makalah tersebut, sehingga nanti menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
11
Siregar, Eliana “Hakikat Manusia (Tela’ah Istilah Manusia Versi Al-Qur’an dalM
Perspektif Filsafat Pendidikan Ilam)”,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengertian+hakikat+manusia&oq=pengertian+hakikat+#d=gs
_qabs&u=%23p%3Dtx-_IJ7GTOwJ. Diakses pada 7 Maret 2022 pukul 20.39
Askar, dkk, “Book Chapter Desain Pembelajaran Agama Islam”, Sumatra Barat : Insan
Cendekia Mandiri, 2017, Cet. 2
12