B A B I
B A B II
atau segala apapun yang terjadi dalam kehidupan dunia atau sesudah kehidupan
dunia ini.
``Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah hanyalah satu yakni agama tauhid
(Q.S;21:92). Dialah yang awal dan Dialah yang akhir Dialah yang nyata(adanya)
dan Dialah yang tersembunyi (ghaib) dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu
(Q.S; Al-Hadid ,3). Kedua ayat itu menginformasikan pada semua orang bahwa Dia
Tuhan itu ada dan keberaadaaNya ghaib namun dapat dibuktikan dengan adanya
segala sesuatu yang nyata (alam nyata).
Jika terjadi perbedaan- perbedaan ajaran tentang ketuhanan diantara agama
yang ada hal itu adalah karena perbuatan manusia yang merekayasa atau merubah
ajaran agamanya sesuai tuntutan nafsunya, karena ajarannya tidak sama lagi dengan
ajaran asli yang ada dalam kitab suci yang mereka pegangi.
adanya alam dimulai dengan tidak ada dan akan diakhiri oleh tidak adanya alam
tidak bersifat azali, sedangkan adanya Tuhan tidak dimulai dengan tidak ada dan
tidak akan diakhiri oleh tidak ada karena Dia bersifat azaly , tidak berawal dan
tidak akan berakhir. Tuhan itu tetap tidak akan berubah zat Nya dan. Dia berdiri
sendiri tidak membutuhkan yang lain dari diriNya, yang sering disebut dengan
istilah Qiyamuhu binafsih. Hal in berarti dengan memperhatikan diri sendiri atau
alam (manusia itu alam) akan terbukti Tuhan itu ada.
Manusia telah ada dialam ini, dia terjadi bukan atas kehendaknya. Bukan
dia yang menciptakan anaknya. Bumi tempat dia hidup ini bukan dia yang
menciptakannya Semenjak dia lahir telah lahir dia telah mendapatkan bumi
demikian adanya, langitpun telah menjadi atap tempat berlindung, dan dia tidak ikut
campur tangan dalam mewujudkan langit dan bumi itu. (Jamal Syarib Iberani
dskk,2003,.9)
Menurut analisa para teolog Islam, hukum akal itu ada tiga. Pertama Wajib,
kata wajib disini diberi makna ``pasti` hal ini dapat dianalogikan bahwa alam ini
telah ada maka wajib (pasti ) ada Tuhan yang mengadakannya. Allah itu
mempunyai sifat wajib, (sifat yang pasti ada padaNya) seperti sifat wujud, qidam,
baqa dan seterusnya sampai sifat kalam . Artimya Allah itu wajib wujud (pasti
ada) dengansendirinya, pasti kekal, dan seterusnya. Maka keberadaan alam pasti
ada yang mengadakannya. Kedua Mustahil, kata mustahil diartikan sesuatu atau
hal yang tidak akan pernah terjadi wujudnya atau sesuatu yang tidak akan terjadi
peristiwanya. Para ahli teolog Islam mengatakan : Allah mempunyai sifat
mustahil yaitu lawan dari semua sifat wajib yang ada apada Allah, seperti `Adam,
huduts, fana, serupa dengan makhluk, membutuhkan bantuan dari yang lain.
Semua sifat itu mustahil atau tiadak akan pernah terjadi pada Tuhan. Tuhan tidak
akan pernah tidak ada, tidak akan pernah menyerupai makhluk, tidak akan pernah
lenyap atau rusak binasa, demikian seterusnya sampai dengan sifat bisu yang
tidak akan pernah terjadi pada Tuhan (Allah). Dari penjelasan itu dapat
dianalogikan bahwa alam ini telah nyata adanya mustahil tidak ada Tuhan yang
8
menciptakannya, artinya tidak akan pernah terjadi Tuhan itu tidak ada. Ketiga
,mungkin, kata mungkin ini artinya adalah : sesuatu yang boleh jadi terjadi
adanya dan boleh jadi tidak terjadi adanya. Hal ini dapat pula di analogikan
bahwa adanya alam tidak mungkin tidak ada yang mengadakan atau lebih tegas
lagi alam ada tidak mungkin tidak ada penciptanya.
c. Pendekatan Fisika.
1. Pengertian Iman.
Kata Iman berasal dari kata kerja amina, yukmanu amanan yang berarti
percaya. Oleh karena itu iman yang berarti percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati. Akibatnya orang yang percaya kepada Allah dan selainnya
seperti yang dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak
mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya
masih di sebut orang beriman.
9
Aqidah Islam dalam al- Qur’an disebut dengan iman. Ia bukan hanya berarti
percaya, melaikan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berperilaku
Karena itu lapangan iman sangat luas bahkan mencakup segala sesuatu yang
dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh. Karena itu iman didefisikan :
Diucapkan dengan lidah, dibenarkan dengan hati dan dilaksanakan dengan anggota
badan .
Iman dalam arti percaya yaitu sikap mental atau jiwa yang mepercayai bahwa
sesuatu itu benar jika dikaitkan dengan Islam, berarti sikap mental dari seorang
muslim yang mempercayai pokok kepercayaan diatas dan menerima hal-hal itu
sebagai kebenaran yang tidak bias diragukan. Aqidah dengan demikian adalah iman,
kepercayaan atau keyakinan sungguh-sungguh dan murni yang tidak dicampuri oleh
rasa ragu-ragu, sehingga kepercayaan dan keyakinan itu mengikat sesorang di
dalam segala tindak tanduknya, sikap dan perilaku. Dengan akidah yang mengikat itu
justru sesorang yang berakidah menjadi bebas dan merdeka. Makin kuat aqidahnya,
makin luas kebebasannya. Karena orang yang berakidah hanya seamata-mata
mengikatkan diri hanya kepada Allah dengan demikian segala yang di luar ikatan
dengan Allah tidak sungguh sungguh mengikat.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia lahir membawa bekal fitrah dan bekal
syahwat. Terserah manusia sendiri untuk membawa dirinya kemana dia mau. Allah
menyediakan dua jalan yang dapat dipilih, baik untuk membina fitrahnya ataupun
syahwatnya. Dalam hal ini, Allah melengkapi manusia dengan kemampuan
membedakan kedua jalan yang berbeda. Oleh karena itu tidak bisa dan tidak perlu ada
pemaksaan dalam mengikuti jalan hidup yang mau dipilih. Fitrah itu mempunyai
banyak arti antara lain :
10
b. Fitrah berarti perasaan yang tulus (Ikhlash). Manusia lahir dengan membawa
sifat baik. Diantara sifat tersebut adalah ketulusan dan kemurnian dalam
menjalankan segala aktivitas. Makna tulus ini merupakan konsekuensi dalam
berIslam dan bertauhid. Sebab dengan berIslam berarti seseorang telah
menghambakan diri kepada Allah dan menghilangkan segala dominasi sesuatu
yang temporer dan nisbi.
c. Fitrah berarti sifat-sifat Allah yang ditiupkan kepada setiap manusia sebelum
dilahirkan. Bentuknya adalah asmaul husna yang berjumlah 99 nama. Tugas
manusia mengaktualisasikan fitrah asmaul husna itu sebaik-baiknya dengan cara
menginternalisasikan sifat itu kedalam kepribadiannya. Allah memiliki sifat al-
Rahman dan al-Rahim, maka manusia harus mengaktualisasikan sifat kasih
sayang itu kedalam dirinya sebatas kemampuannya, sehingga dia berkepribadian
ilahi/rabbani. Meskipun daya fitrah manusia terbatas dan tidak akan mampu
menyamai asmaul husna Allah, namun dia harus tetap berusaha untuk mencapai
kesempurnaan. ( Jamal Sysrif Iberani dkk.2003.32-33 ).
Begitulah keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sudah terbentuk pada saat
manusia dilahirkan kedunia. Berkembang tidaknya, fitrah keimanan tersebut
tergantung pada pendidikan, pengalaman dan pemahaman agama setiap manusia.
Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim menyatakan bahwa setiap manusia itu
dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau
Nasrani atau Majusi.
11
a. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka
bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya ( al-Anfal: 2).
b. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi
dengan do’a, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah
Rasul ( Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11,
Mujadalah: 10, dan at-Taghabun: 13).
d. Menafkahkan rezeki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mu’minun: 4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara
yang kaya dengan yang miskin.
f. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mu’minun, 6). Seorang mu`min tidak
akn berknianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
g. Berjihad dijalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74). Berjihad dijalan Allah
adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta
benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
12
h. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti
itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan
dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.
Semua bentuk ketaqwaan, seperti shalat, puasa, zakat dan haji merupakan bagian
dari kesempurnaan iman seseorang. Amin rais menyatakan bahwa amal soleh tersebut
merupakan konsekuensi keimanan seseorang. Seseorang harus menerjemahkan
keyakinannya menjadi kongkrit menjadi satu sikap budaya untuk mengembangkan
amal shaleh. Dalam al-Qur’an ada ratusan ayat yang menggandengkan antara “orang
yang beriman” dengan “orang yang beramal shaleh”. Iman dan amal shaleh atau iman
dan taqwa bergandengan sangat dekat. Seolah hampa dan kosong iman seseorang
kalau tanpa amal shaleh yang menyertainya, yang secara kongkrit membuktikan
bahwa ada iman dalam hatinya.
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi
menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid
yang membahas tentang keesaan zat, keesaan sifat, dan keesaan perbuatan Tuhan.
13
Pembahasan keesaan zat, sifat, dan perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan,
pengetahuan, persepsi dan pemikiraan atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis
tauhid teoritis adalah pengakuaan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya
Wujud Mutlak, yang menajadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan
amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat
Laa ilaaha illallah ( Tidak ada Tuhan selain Allah ) lebih menekankan pengertian
tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid Ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah.
Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah
hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala
gerak dan langkah.
b. Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau
Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat
mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada
satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan
keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan
sedang memegang kekuasaan. Menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-
benda keramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhayul, jampi-jampi dan
seabagainya. Pegangan orang beriman adalah firman Allah surat al-fatihah ayat 1-7
dalam Q.S; 11 (Hud ) : 6: Artinya : “ Dan tidak ada satu binatang melatapun di
bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang
nyata.( lauh mahfud)”
Acapkali, manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh
keraguan dan kebibimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan,
hatinya tentram dan jiwanya tenang, seperti dijelaskan firman Allah :” Yaitu orang-
orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.
Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”(Q.S; 13: 28).
Seorang mukmin yang dalam hidupnya mengalami masalah, baik materi,
kejiwaan, atau kemasyarakatan, mungkin masalah itu terasa berat untuk
ditanggulangi. Tetapi dekatnya dengan Allah dan rasa tawakkal atau penyerahan diri
kepada Allah serta iman kepada qodo dan qadar dapat meringankan pengaruh
tekanan berat. Dalam keadaan yang seperti ini, kalau seorang beriman ditimpa
malapetaka, ia akan bersabar dan memohon rahmat kepada yang memberinya rahmat.
Dengan demikian dia yakin bahwa Allah akan mengkabulkan do’anya, meneguhkan
hati serta memberikan ketenangan ( Q.S; Al-Ra’du ’28).
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian
orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Q.S 2 (al-Baqarah ) : 5: Artinya :” Mereka itulah yang
tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang
beruntung”.
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis
tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan
perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan,
minum, berdiri, melihat, dan berfikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan,
seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah, tidak lebih dari
serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh. Organ-organ tubuh
yang melaksanakan proses bio-kimia ini bekerja dibawah perintah hormon. Kerja
bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar
hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar
hipofise ditentukan oleh gen ( pembawa sifat ) yang dibawa manusia semenjak ia
masih berbentuk zygot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur
hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkahlaku dan akhlak manusia
Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya
18
sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang
mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat
terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman,
tentram, damai dan sejahtera.
19
EVALUASI
2. Allah itu pasti ada, banyak bukti keberadaanNya .Buktikanlah beberadaan Allah
tersebut menurut bukti –bukti yang ada itu
4. Apa sajakah yang menjadi tantangan bagi orang –orang mukmin itu dalam
kehidupan modern ini ?
DAFTAR PUSTAKA
Al-Furuqi, Ismail Rafi. 1999. Seni Tauhid. Yayasan Bintang Budaya. Yogyakarta.
BAB III
Tujuan Khusus :
tentang penciptaan manusia, antara lain dalam QS. 23: 12 yang berbunyi “ Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (tanah). Ayat tersebut
menjelaskan tentang asal penciptaan manusia tentang asal penciptaan manusia dari
“Sulalatin min thin” (sari pati tanah). Kata Sulalatin dapat diartikan dengan asil
akhir sesuatu yang disarikan, sedangkan thin berarti tanah.
Pada tahap berikutnya saripati tanah berproses menjadi nuthfah (air mani).
Kata nuthfah berarti air yang bercampur (setelah terjadi pembuahan antara
spermatozoa dengan ovum). Posisi nutfah ini berada pada tempat yang terpelihara dan
kokoh yaitu rahim. Allah berfirman dalam QS. 23: 14 yang berbunyi “Kemudian
mani itu Kami jadikan segumpul darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia mahluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, pencipta yang paling baik”.
Izham (tulang belulang) selanjutnya dibalut dengan lahm (daging). Pada fase
ini sudah mulai menampakkan bentuk bagian-bagian tubuh. Fase ini sampai pada
pencapaian kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan khalqan akhar,
berarti ciptaan baru yang jauh berbeda dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.
23
Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan
manusia. Allah meniupkan ruh tersebut setelah selesai proses penciptaan fisik. Hal ini
dijelaskan dalam surat Shaad : 71-72 “ (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman pada
malaikat : apabila telah Ku sempurnakan kejadiaannya dan Kutiupkan kepadanya
(ciptaan) Ku.
Mengenai hakikat ruh merupakan misteri besar yang dihadapi oleh manusia.
Secara jelas dalam Al-quran dinyatakan bahwa yang mengetahui hakikat ruh
hanyalah Allah SWT. Hal ini menjadi bukti keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh
manusia karena sampai saat ini masih ada dan bahkan tidak akan ada manusia yang
mampu mengungkap hakikat. Pernyataan ini dkemukakan oleh Allah dalam surat Al
Isra’ : 85 “Dan bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah : Roh itu termasuk
urusan Tuhan-Ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.
Ruh merupakan getaran Ilahiah atau sinyal ketuhanan sebagi rahmat, nikmat
dan hikmah yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar dipahami
hakikatnya. Sentuhan getaran ilahiyah itu menyebabkan manusia dapat mencerna
nilai-nilai belas kasih, kejujuran, keadilan dan sebagainya. Istilah nafs banyak
disebutkan dalam Al quran, meski termasuk dalam wilayah abstrak yang sukar
dipahami, istilah nafs memiliki pengertian yang sangat terkait dengan aspek fisik
manusia. Gejolak nafs dapat dirasakan menyebar keseluruh bagian tubuh manusia
karena tubuh manusia merupakan kumpulan bermilyar-milyar sel hidup yang saling
berhubungan. Nafs bekerja sesuai dengan bekerjanya system biologis manusia. (QS.
39:42) berbunyi “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa
(orang) yang belum mati diwaktu tidurnya; maka Dia tahanlah kiwa (orang) yang
telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu
yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.
Hubungan antara nafs dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk
diketahui dengan pasti bagaimana hubungan itu berjalan. Dua hal yang berbeda,
25
mental dan fisik dapat menjalin interrelasi sebab akibat. Kesedihan dapat
menyebabkan mata mengeluarkan cairan, kesengsaraan membuat badan kurus.
Dikenal pula istilah psikosomatik, yaitu penyakit-penyakit fisik yang disebabkan oleh
masalah kejiwaan. Perpisahan antara nafs dan fisik disebut maut dan ini adalah
peristiwa yang paling misterius dalam kehidupan manusia sebelum ia menjumpai
peristiwa-peristiwa lainnya didunia yang lain pulan yang dijelakan dalam Surat Al
An’aam : 93 “ ……Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang-
orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maupun, sedang para
malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) keluarkanlah nyawamu).
Fitrah Manusia
Kata fitrah merupakan deviasi dari kata fatara yang berarti ciptaan, suci dan
seimbang. Arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal manusia
yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung pada kebenaran (hanif).
Fitrah dalam hanif ini sejalan dengan isyarat Al quran dalam surat Ar ruum : 30 “
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubaha
atas fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Kata fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan
fisik, melainkan juga dalam arti rohania, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik
karena fitrah itu disebabkan dalam konotasi nilai. Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar
kebaikan manusia itu dapat dirujukkan pada Al A’raf : 172
Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat
dilahirkan kedunia. Potensi yang dimiliki manusia tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua hal, yaitu potensi fisik dan rohaniah.
1. Fungsi Manusia
Fungsi manusia dimuka bumi adalah sebagai khalifah. Khalifah berarti
pemimpin, wakil. pengelola dan pemelihara. Tentang fungsi manusia sebagai khalifah
ini dijelaskan dalam firman Allah QS 2: 30 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat, seseungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi, Mereka berkata : mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?
Tuhan berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Khalifah Allah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Allah
untik mewujudkan kemakmuran dimuka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada
27
manusia itu bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya untuk mengolah serta
mendaya gunakan apa yang ada dimuka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai wakil Allah, manusia dibekali dengan potensi untuk memahami dan
menguasai hukum Allah yang terkandung dalam ciptaanya. Dengan pemahaman
terhadap kebenaran tersebut manusia dapat menyusun konsep dan melakukan
rekayasa. Pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang baru dalam perkembangan
budaya manusia yang dinamis.
Fungsi manusia sebagai khalifah juga dipahami sebagai mahluk yang bertugas
mengurus dan menjaga alam dengan baik agar terciptanya kehidupan yang baik bagi
semua mahluk Allah. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam QS Al Anbiya’: 107 “Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmad bagi semesta
alam.
Tujuan hidup manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT (ibadah).
Tujuan hidup manusia ini dijelaskan oleh Allah SWT dala QS 51: 56 “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
Ibadah yang dilakukan manusia didasari oleh kebutuhan terhadap Allah SWT,
karena manusia diciptakan, diatur dan akan kembali kepadanya. Oleh karena itu,
ibadah harus dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, karena Allah tidak
membutuhkan sedikitpun kepada manusia termasuk ritual-ritual penyembahannya.
Keikhlasan manusia dalam melaksanakan ibadah merupakan nilai tertinggi dalam
pengabdian yang dilakukan. Tuntutan pelaksanaan ibadah dengan ikhlas ini
dijelaskan oleh Allah dalam QS 98: 5 “ Dan maunusia tidak diperintahkan untuk
semata-mata untuk menyembah Allah secara ikhlas dalam (menjalankan) agama
dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, an
demikian itulah agama yang kokoh.
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Depag RI. 2000. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Direktorat
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Jakarta
Ibrani, Jamal Syarif. 2003. Mengenal Islam. Al-Kahfi. Jakarta
Shihab, M Quraish. 1999. Wawasan Al-Quran. Mizan. Jakarta
Gazalba, Sidi. 1983. Mesjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. Pustaka Antara.
Jakarta
31
BAB IV
Tujuan Umum
Tujuan Khusus.
1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian dan sifat hukum Islam.
2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang tujuan dan sumber hukum Islam.
3. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang kontribusi umat Islam dalam
perumusan dan penegakkan Hukum Islam.
4. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang hak asasi manusia dalam Islam
5. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang demokrasi dalam Islam.
A. Hukum Islam
b. Pengertian Fiqih
Dalam bahasa arab, perkataan fiqih yang ditulis fikih, artinya faham atau
pengertian. Jika perkataan fikih itu dihubungkan dengan perkataan ilmu, maka
disebut Ilmu fikih. Ilmu fikih adalah ilmu yang bertugas menentukan dan
menguraikan norma-norma hukum dasar yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
ketentuan yang terdapat dalam hadits Nabi Saw. dalam redaksi yang lain, fikih
adalah mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliah yang dikaji dari
dalil-dalilnya yang terinci. Rumusan pengertian diatas menjelaskan bahwa fikih
adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat untuk menentukan dan
menjelaskan norma-norma hukum yang diambil atau dikeluarkan dari Al-Qur’an
dan hadits untuk diaktualkan dalam kehidupan keseharian.
Bila kita berbicara tentang hukum, maka yang terlintas dalam fikiran adalah
peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia
dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang
dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Contoh hukum Fikih
Islam yang ditulis dalam Bahasa Indonesia adalah fikih Islam karya
Di dalam kepustakaan Hukum Islam berbahasa inggris Syari’at Islam
diterjemahkan dengan Islamic Law sedang fikih Islam diterjemahkan dengan
Islamic Juris Prudence, dalam bahasa Indonesia untuk Syari’at Islam sering
dipergunakan istilah hukum syari’at atau hukum syara’ untuk fikih Islam
33
c. Syari’at adalah ketetapan Allah dan ketentuan rasulnya, karena itu berlaku abadi.
Fikih adalah karya manusia yang tidak berlaku abadi dapat berubah dari masa
kemasa.
d. Syari’at hanya satu, sedang fikih mungkin lebih dari satu seperti yang terlihat
dalam aliran-aliran hukum disebut dengan istilah mashab.
e. Syari’at menunjukkan pada kesatuan dalam Islam, sedang fikih menunjukkan
keragamannya (M.Daud Ali, 2006-50-51).
Hukum Islam mempunyai tiga macam sifat yaitu : pertama, bidi mensional
artinya hukum Islam itu mengandung segi ketuhanan dan segi kemanusiaan,
disamping itu hukum Islam itu komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur satu
aspek kehidupan saja tetapi juga mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Kedua,
Adil, sifat yang kedua ini mempunyai hubungan yang erat sekali lagi dengan sifat
Bidim ensional. Dalam hukum Islam keadilan bukan saja merupakan tujuan, tetapi
merupakan sifat yang melelekat sejak kaidah-kaidah dalam syari’at Islam ditetapkan.
Keadilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap manusia baik sebagai
individu maupun masyarakat. Ketiga, ada individualistik dan kemasyarakatan yang
diikat oleh nilai-nilai transedental yaitu wahyu Allah yang disampaikan kepada
Muhammad Saw. Dengan sifat ini hukum Islam memiliki validitas baik bagi
perorangan maupun masyarakat
35
Ketiga macam sifat tersebut menyatu dengan hukum Islam sehingga hukum
Islam itu memiliki kesempurnaan yang membuat ia berbeda dengan hukum yang lain.
Ketaatan orang Islam menegakkan dan menerima hukum Islam hanya karena Allah
semata,dan hukum Islam itu dibeban oleh Allah kepada hambanya sesuai dengan
kemampuan hamba tersebut. Sifat adil dalam hukum Islam dapat berarti tidak
memihak kepada yang batil dan tidak pilih kasih. Membela kebenaran dan
melenyapkan kebatilan. Hukum Islam melindungi orang perorangan, maupun
kelompok orang. Umat Islam tidak dibolehkan mengambil hukum selain hukum yang
ditetapkan Allah. Dalam Al-Qur’an surat al-Maidah Allah menegaskan sebagai berikut
“Barang siapa yang tidak memutuskan (menetapkan hukum menurut yang telah
diluruskan Allah, mereka itulah orang-orang yang kafir”(Q.S;5;44” maka
putuskanlah prahara mereka menurut apa yang Allah turunkan, janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran telah datang
kepadamu’’Q.S; 5:48)”
Disamping sifat-sifat tersebut hukum Islam mempunyai cirri-ciri khas
karakteristik. Dalam membahas karakteristik tersebut para pakar hukum Islam sepakat
untuk berpedoman pada surat Al-A’raf ayat 157 yang artinya yaitu “yaitu orang-
orang yang mengikuti Rasul”Nabi yang ummi mereka dapati tertulis dalam Taurat
dan Injil yang ada di sisi mereka yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf
dan melarang mereka berbuat yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala
yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari
merekabeban-beban dan belengu-belenggu yang ada pada mereka.Maka orang-orang
yang beriman kepedanya,memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an).Mereka itulah orang-orang yang
beruntung’’.
Ayat ini menyatakan bahwa semula manusia dibatasi untuk berperilaku,
kemudian Allah memberikan batasan-batasan supaya manusia berperilaku baik serta
terarah dalam perilakunya agar manusia memiliki dan berperilaku baik,Allah memberi
kelonggaran dan kemudahan (rukhshoh) sehingga segala yang diperintahkan Allah
dapat dengan mudah mereka laksanakan.
36
Menelaah firman Allah dalam surat Al –A’raf ayat 157 diatas dalam dan
beberapa karakteristik yang dirumuskan oleh Hasbi As-Shiddieqy dan Muhammad
Ali,secara singkat terumus karakteristik hukum Islam yaitu bahwa hukum Islam itu
mengarahkan manusia muslim pada perilaku yang baik, memberi rukhshoh atau
kemudahan (tidak mempersulit), sempurna, harmonis, dinamis, mewujudkan maslahah
dan adil.
Tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan pada
manusia dan mendatangkan kemaslahatan,mengarahkan manusia pada kebenaran
untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat dengan jalan mengambil
segala yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudharat yang tidak
berguna bagi hidup dan kehidupan manusia.
Para ahli hukum Islam menyetujui pengembangan tujuan hukum Islam
(Maqashid Syari’ah), tetapi pada prinsipnya maqashid syari’ah terbagi dalam tiga
macam inti pokok, yaitu : pertama maqashid al-dhoruriyat yaitu maqashid untuk
memelihara lima unsur pokok kehidupan manusia yang meliputi, memelihara agama,
jiwa, keturunan, akal dan harta, kedua maqashid al-hajjiyat, yaitu maqashid untuk
menghilangkan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan terhadap lima unsur pokok
menjadi lebih baik lagi,ketiga maqashid al-takshiniyah,yaitu maqashid (tujuan) yang
dimaksudkan agar manusia melakukan yang terbaik menyempurnakan pemeliharaan
lima unsur pokok tersebut
kehidupan bersama, maka hak milik seseorang atas suatu benda di akui dengan
pengertian bahwa hak milik itu di peroleh secara halal dan berfungsi sosial.
Jika diperhatikan dengan sungguh ketentuan hukum islam yang di tetapkan
Allah, maka yang halal dan yang haram itu sudah jelas dan yang hak serta yang batil
juga jelas maka Allah melarang mencampur adukkan keduanya dan tidak boleh
memakan harta orang lain secara batil. Dalam ayat berikut Allah menegaskan larangan
disebut dalam ayat berikut. Artinya: ”Dan janganlah kamu memakan harta sebagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta
orang lain dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui” (Q.S;2:188).
a. Fungsi Ibadah
Tujuan penciptaan manusia oleh Allah adalah untuk beribadah,aturan tata cara
dan pelaksaan upacara ibadah harus sesuai dengan aturan yang di tetapkan oleh Allah.
Kepatuhan dan ketaatan mengikuti aturan hukum Islam bernilai ibadah,dan sekaligus
indikasi keimanan seorang muslim,setiap pelaksanaan hukum Islam di beri pahala
dengan imbalan surga. Sebaliknya keingkaran dan pelanggaran terhadap hukum Allah
akan di ancam dengan siksaan.
Dalam hal ini hukum Islam fungsinya terlihat dalam pembunuhan dan
penzinaan yang disertai dengan sangsi hukum qishash dan ”diyat” diterapkan untuk
tindak pidana terhadap jiwa / badan, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian,
perzinaan, qadzaf, hirabah dan riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua
macam tindak pidana tersebut. Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum
Islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga masyarakat dari segala bentuk
ancaman dan perbuatan yang membahayakan. Fungsi ini di namakan Zawazir.
d. Fungsi Tanzim wa Islah Al-Ummah
Fungsi ini adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan
memperlancar proses interaksi sosial sehingga terwujud masyarakat yang harmonis,
aman, sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hukum Islam menetapkan aturan yang cukup,
rinci, dan mendetail sebagaimana terlihat dalam hukum yang berkenaan dengan
masalah yang lain, yakni masalah mu’ammalah yang pada umumnya hukum Islam
dalam masalah ini hanya menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya.
Perinciannya diserahkan kerpada para ahli dan pihak-pihak yang berkompeten pada
bidang masding-masing, dengan tetap memperhatikan dan berpegang teguh pada
aturan pokok dan nilai –nilai dasar tersebut.Fungsi ini disebut dengan tanzim wa islah
al- ummah.
42
sumber hukum Islam adalah al-Qur’an – sunnah / hadist Nabi dan akal pikiran ra’yu
yang memenuhi syarat untuk beridjitihad.
Akal pikiran dalam kepustakaan hukum Islam di sebut dengan ar-ra’yu atau
pendapat orang-orang yang memenuhi persyaratan untuk menentukan nilai dan norma
pengatur tingkah laku manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Al-Qur’an
dan sunnah yang terdapat dalam kitab-kitab hadist merupakan sumber
utama,sedangkan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk beridjitihad
menentukan norma benar salahnya suatu perbuatan merupakan sumber tambahan atau
sumber pengembangan. Selain itu, dari hadist Muaz bin jabal itu dapat pula difahami
bahwa:
a. Al-Qur’an bukan kitab hukum yang memuat kaedah-kaedah hukum secara
lengkap terinci. Pada umumnya hanya memuat kaedah-kaedah hukum
fundamental yang harus di kaji dengan teliti dan dikembangkan oleh pikiran
manusia yang memenuhi syarat untuk di terapkan dalam masyarakat.
b. Sunnah nabi Muhammad dalam hadist pun sepanjang mengenai soal
muammalah yaitu soal hubungan antara manusia dengan manusia,pada
umumnya hanya mengandung kaedah-kaedah umum yang harus dirinci oleh
orang-orang yang memenuhi syarat untuk di terapkan dalam kasus-kasus
tertentu.
c. Hukum islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah atau hadist perlu di
kaji, dirinci lebih lanjut.
d. Hakim tidak boleh menolak untuk menyelesaikan suatu masalah atau sengketa
dengan alasan bahwa hukumnya tidak ada
Dari penjelasan diatas menjadi jelas bahwa sumber hukum Islam yang selain
al-Qur’an dan sunnah adalah ra’yu atau Ijtihad. Untuk mengenali secara umum
masing suber itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sunnah dikenal juga dengan hadist,menurut arti harfiah kata sunnah berarti
jalan, tabiat, perikehidupan, adat istiadat. Menurut istilah,sunnah ialah
perkataan,perbuatan atau penetapan (Takrir) rasulullah Saw Kata sunnah sering di
artikan dengan kata al-Hadist,kata al-Hadist sering di gunakan oleh para ahli hadist
dengan maksud yang sama dengan kata ”sunnah” menurut pengertian yang digunakan
oleh para ahli usul,dikalangan ulama ada yang membedakan al-Sunnah dengan al-
Hadist. Kata hadist lebih banyak mengarah pada ucapan Nabi Muhammaad Saw,
sedang kata al-Sunnah mengarah pada perbuatan dan tindakan Nabi Muhammad Saw
yang sudah menjadi tradisi dalam kehidupan beragama.
Sunnah atau hadist ditinjau dari bentuknya terdiri dari tiga macam seperti
terlihat dalam pengertian hadist sebelumnya yaitu: Qauliyah (Perkataan),Fi’liyah
(perbuatan) dan taqririyh ( pengakuan / persetujuan terhadap perkataan atau
perbuatan orang lain).
Sunnah kauliyah sering dinamakan hadist perkataan (Sunnah ini keluar dari
Nabi Muhammad Saw dalam bentuk ajaran atau ucapan yang menyangkut dengan
syariat).
Sunnah fi’liyah atau amaliyah adalah seperti hadist-hadist yang diriwayat
tentang perbuatan Nabi,seperti perbuatan dalam menunaikan shalat,melaksanakan
haji,keputusan terhadap suatu perkara dengan seorang saksi dan sumpah yang
terdakwah, dipotong tangan pencuri dan sebagainya.
Sunnah taqriyah adalah pengakuan / pembenaran Nabi Muhammad Saw
terhadap perbuatan atau perkataan yang bersumber dari sahabatnya,baik dengan
diamnya maupun dengan tidak diingkarinya atau dengan menyatakan
persetujuannya,baik perkataan atau perbuatan sahabat itu dilakukan didepan Nabi
Muhammad Saw ataupun di belakangnya. Pembenarannya terhadap perkataaan atau
perbuatan sahabat dipandang sebagai hadist beliau juga,karena sekiranya perkataan
dan perbuatan sahabat itu mungkar tentu beliau akan melarangnya,karena Nabi
Muhammad Saw itu bertugas pula mencegah yang mungkar.
47
Dari penjelasan singkat di atas dapat di pahami bahwa hadist sebagai sumber
hukum Islam yang kedua di samping al-Qur’an punya kelemahan.Kelemahan itu
tersebab karena sejarah pembukuannya berbeda dengan al-Qur’an. Al-Qur’an semenjak
di turunkan Allah langsung dihapal oleh Nabi dan sahabat-sahabatnya dan juga
langsung ditulis oleh juru tulis Nabi Muhammad Saw yaitu Zaid Bin Tsabit,sedangkan
hadist yang di keluarkan / di sampaikan Nabi Muhammad Saw. Semasa hidupnya tidak
ditulis, hanya dihafal saja. Karena Nabi Muhammad Saw khawatir tercampurnya hadist
dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang dalam proses turun.
Tepatnya usaha penulisan hadist secara resmi baru dimulai pada sekitar tahun
100 Hijriyah yaitu pada masa pemerintahan Umar bin Abdil Aziz, kholifah ke delapan
dari bani Umaiyah. Buku-buku yang ditulis saat itu tidak sampai ketangan kita
sakarang,buku-buku yang sampai ketangan kita sekarang adalah kitab-kitab hadist yang
lahir pada periode berikutnya.
Kalangan ahli Hadist telah melakukan penelitian yang seksama tentang hadist,
mereka membuat klasifikasi berdasarkan cara pemberitaannya atau dari segi sedikit
atau banyaknya rawi yang menjadi sumber berita dari hadist tersebut. Ada (hasil
penelitian itu) yang membuahkan keyakinan dan ada pula yang melahirkan sangkaan-
sangkaan (dugaan kuat) saja. Dalam menjelaskan hubungan “yakin” dan sangkaan-
sangkaan suatu hadist, para ulama Hadist memberi nama dengan ”Mutawatir dan
Ahad”.
Hadist Mutawatir yaitu hadist yang diriwayatkan oleh orang banyak yang
menurut akal,mustahil mereka bersepakat berbohong. Hal demikian itu mesti dapat
dibuktikan dalam segala tingkatan baik dalam permulaannya (kalangan tabi’in) maupun
akhirnya (perawi dikalangan tabi’ tabi’in) demikian seterusnya sampai kepada rawi
yang mengkodifikasikan hadist tersebut. Hadist mutawatir ini bernilai yakin bahwa ia
datang dari Rasulullah SAW.
Untuk menentukan suatu hadist menempati derajat mutawatir para ulama
hadist menetapkan tiga syarat yang perlu dipenuhi yaitu:
a. Pewartaan oleh para rawi harus beardasarkan tanggapan panca indra.
b. Jumlah para rawi harus mencapai suatu ketentuan yang tidak meamungkinkan
mereka bersepakat untuk berbohong.
49
c. Adanya keseimbangan jumlah antara para rawi dilapisan( thabaqot) pertama dengan
para rawi dalam lapisan berikutnya .
Hadist ahad adalah hadist-hadist yang tidak maemenuhi syarat-syarat hadist
mutawatir. Jumlah para rawi dalam lapisan (thabaqat),kedua dan ketiga dan seterusnya
pada hadist ahad mungkin terdiri dari tiga orang atau lebih,dua orang atau seorang.
Para ulama (ahli Hadist) memberikan nama tertentu bagi hadist,meningat hanya sedikit
para rawi yang berada pada tiap lapisan.
Kedudukan sunnah sebagai sumber asasi dan sebagai sumber hukum islam
yang kedua setelah al-Qur’an’an adalah karena ia berfungsi sebagai penafsir dan
pedoman pelaksanaan otentik terhadap al-Qur’an. Ia menafsirkan dan menjelaskan
ketentuan-ketentuan yang masih dalam garis besar atau membatasi keumuman atau
menyusukl apa yang disebut al-Qur’an. Sebab itu sunnah sebagai sumber
hukum,kadang-kadang membawa hukum yang tidak disebut oleh al-Qur’an,tetapi dari
segi lain sunnah tidak berdiri sendiri,sebab sifat perikatannya terhadap Al-Qur’an pada
hakekatnya sumber sunnah adalah nash di samping Al-qur’an al-Qur’an. Cukup banyak
ayat Al-al-Qur’an yang menerangkan bahwa sunnah atau hadist sebagai sumber hukum
islam yang kedua,diantaranya Allah berfirman, Artinya: ”Demi tuhanmu (Muhammad)
mereka pada hakekatnya tidak beriman sehinga mereka menjadikan engkau hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam
hati mereka suatu keberatan terhadap keputusan yang engkau berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya” (Q.S;4:65).
Apabila sunnah atau hadist tidak diakui sebagai sumber hukum Islam yang
kedua dan segala fungsinya terhadap al-Qur’an, maka umat Islam akan kesulitan dalam
memahami dan melaksanakan perintah / tuntutan dalam al-Qur’an,seperti cara-cara
melaksanakan shalat, puasa, zakat, haji, karena cara-cara pelaksanaan ibadah-ibadah
tersebut memerlukan penjelasan dan contoh (praktek) melaksanakan ibadah tersebut.
Ayat-ayat al-Qur’an dalam hal-hal tersebut hanya memeberikan pedoman secara garis
besar dan umum, dan hadist menjelaskan secara rinci, sehingga umat Islam mudah
mengaflikasikannya dalam berhubungan dengan Allah, dengan sesama manusia dan
dengan alam lingkungan sekitar.
50
Sumber hukum Islam yang ketiga ialah ra’yu atau akal manusia yang
memenuhi syarat untuk berusaha, berikhtiar dengan seluruh kemampuan yang ada
padanya. memahami kaedah hukum yang fundamental yang terdapat dalam al-Qur’an,
kaedah-kaedah hukum yang bersifat umum yang terdapat dalam sunnah Nabi
Muhammad Saw dan merumuskannya menjadi garis-garis hukum yang dapat
diterapkan pada garis tertentu.
Al-ra’yu berasal dari kata ra’a yang berarti melihat,maka kata ra’yu dapat di
artikan sebagai penglihatan. Yang di maksud penglihatan di sini adalah penglihatan
akal bukan penglihatan mata.
Itjihad berasal dari kata ijtahada,yajtahidu,ijtihadan yang artinya melakukan
kesungguhan dan ketekunan optimal untuk menetapkan hukum-hukum syara’.
Kesungguhan memahami sumber Islam (al-Qur’an dan sunnah) yang di lakukan oleh
para mujtahid dengan memahami apa yang tersirat di dalam nash dengan
memperhatikan jiwa,rahasia-rahasia hukum,illat sebab dan unsur-unsur kemaslahatan
yang terkandung dalam nash tersebut.
Para ulama menetapkan syarat-syarat tertentu yang menjadi rambu-rambu
peringatan untuk tidak melakukan ijtihad dalam hal-hal berikut:
a. Ijtihad tidak boleh di lakukan terhadap keberadaan Allah,sesungguhnya telah di
yakini Allah itu ada. Upaya apapun dilakukan untuk memikirkan wujud Allah,tak
akan mampu bahkan akan mengakibatkan kekhufuran.
b. Ijtihad tidak di perkenankan terhadap kebenaran Nabi Allah,karena juga akan
menuju pada kekafiran.
c. Ijtihad tidak boleh di lakukan untuk menguji kebenaran al-Qur’an.
a. Ijma`
Artinya konsensus atau kesepakatan. Menurut ahli ushul fiqih adalah
kesepakatan para imam mujtahid dikalangan umat islam tentang hukum islam, Pada suatu
masa pasca Rasulullah SAW wafat, ijmah harus memiliki empat unsur yaitu:
• Sejumlah mujtahid terlibat langsung dalam menetapkan suatu consensus.
• Konsensus lahir tanpa mendatangkan perbedaan.
• Konsensus diiringi pendapat masing-masing secara jelas baik secara tertulis
(ijma`kitabi), perkataan (ijma`qauli), dan tindakan (Ijma`fi’li).
• Konsensus semua mujtahid dapat di wujudkan dalam suatu keputusan dan bentuk
hukum.
b. Qiyas
Qiyas (Reasoning Bay analogi) yaitu menerapkan hukum perbuatan tertentu
pada perbuatan lain yang memiliki kesamaan. Misalnnya al-Qur’an melarang jual beli
ketika jum’at, dan hukum selain dagang juga terlarang,karena sama-sama mengganggu
shalat jum’at.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Jumu’ah ayat 9, Allah berfirman, Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman apabila diseru untuk melaksanakan shalat jum’at
maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S;62:9).
Dalam ayat ini setiap muslim diperintah untuk menunaikan shalat jum’at dan
meninggalkan jualbeli (dagang),maka aktifitas selain dagang juga di terlarang (haram)
53
c. Istishab
Istishab ialah menjadikan lestari keadaan sesuatu yang sudah ditetapkan pada
masa lalu sebelum ada dalil yang mengubahnya. Jadi apabila sudah di tetapkan suatu
perkara pada sesuatu waktu, maka ketentuan hukumnya tetap seperti itu,sebelum ada
dalil yang mengubahnya. Sebaliknya apabila sesuau perkara telah ditolak oleh sesuatu
waktu,maka persoalan itu tetap berlaku sampai akhir masa,sebelum ada dalil yang
menerima (menstabilkan) perkara itu.
Argumentasi para ulama bahwa istishab itu menjadi salah satu hujjah syariah
adalah:
Pertama, bahwa kelestarian suatu hal yang sudah ada di masa lalu adalah
suatu yang fitri yang selalu di praktek manusia. Mereka tetap menghukum hidupnya
seseorang yang berpisah dari mereka dan bepergian ke tempat lain,mereka tetap
berkirim surat sambil menantikan kepulangannya,sampai ada petunjuk tentang bahwa
orang tersebut telah meninggal, apabila tidak ada petunjuk tentang kematiannya,sedang
mereka tidak mengetahui keadaan sebenarnya apakah dia masih hidup atau telah mati,
maka dihukumkan tetap hidup di masa sekarang berdasarkan istishab dengan
kehidupannya dimasa lalu. Demikian juga di tetapkan bahwa ia tetap memiliki sesuatu
yang tsabit (tetap) baginya dimasa lalu tetap berhubungan istri dengan suami yang di
kawininya masa lalu, sebelum dapat keterangan atau hukum yang meniadakannya.
Kedua, bahwa penelitian terhadap hukum syara’ membuktikan bahwa syari’
memutuskan hukum tetapnya keadaan yang sudah ditetapkan sebelum ketentuan yang
terjadi mengubahnya. Khamar tetap haram sebelum ia menjadi cuka. Perasan anggur
tetap halal sebelum menjadi khamar, pergaulan suami istri tetap halal antara dua orang
suami istri sebelum hilang hubungan suami istri itu
54
d. Istihsan
Yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip umum
agama islam, seperti prinsip keadilan dan kasih sayang, misalnya seseorang harus
memilih satu dari alternatif perbuatan yang sama-sama buruk, maka ia mengambil salah
satu yang diyakini paling ringan keburukannya (Istihsan adalah cara menetukan hukum
dengan jalan menyimpang dari ketentuan yang telah ada demi keadilan dan kepentingan
sosial. Istihsan merupakan metode yang unik dalam mempergunakan akal fikiran
dengan mengesampingkan analogi yang ketat dan bersifat lahiriyah demi kepentingan
masyarakat dan keadilan. Didalam praktek seorang ahli hukum sering kali terpaksa
melepaskan diri dari aturan yang mengikat karena pertimbangan tertentu. yang lebih
berat dan yang lebih perlu diperhatikan. Istihsan adalah suatu cara untuk mengambil
keputusan yang tepat menurut suatu keadaan. Misalnya, hukum Islam melindungi dan
menjamin hak milik seseorang. Hak milik seseorang hanya dapat dicabut apabila
pemiliknya telah menyetujuinya,dalam keadaan tertentu,untuk kepentingan umum yang
mendesak. Penguasa dapat mencabut hak milik seseorang dengan paksa dengan ganti
rugi tertentu kecuali kalau ganti rugi itu tidak memungkinkan. Contohnya adalah
pencabutan hak milik seseorang atas tanah untuk pelebaran jalan,pembuatan
irigasi,untuk mengairi sawah- sawah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial
e. Istislah
Yaitu menetapkan hukum berdsarkan tinjauan atau kemanfaatannya sesuai
dengan tujuan syariat. Menurut istilah ulama ushul ,adalah menetapkan hukum suatu
peristiwa hukum yang tidak disebutkan nashnya. Ijmak berlandaskan pada
pemeliharaan maslahah mursalah, yaitu maslahah yang tidak ada dalil syara’ yang
menunjukkan diakuinya atau ditolaknya. Menurut al-syahbi, setiap prinsip hukum
Islam (maslahah) yang tidak di tunjukkan oleh nash tertentu,dan ia sejalan dengan
tindakan syara’ maknanya di ambil dari dalil-dalil syara’, maka maslahah itu benar
dapat dijadikan landasan hukum Islam dan dijadikan tempat kembali. Demikian
apabila prinsip tersebut (maslahat) berstatus pasti berdasarkan kumpulan dalil-dalil
55
syara’, sebab dalil tidak harus menunjukkan dalil yang pasti secara berdiri sendiri tanpa
digabungkan dengan yang lain, termasuk dalam hal ini adalah istidlal mursal
(maslahah mursalah) dibenarkan oleh Malik dan Syafi’i
g. ‘Urf
’Urf adalah perkataan atau perbuatan yang di kenal di kalangan masyarakat dan
menjadi adat kebiasaan diantara mereka. Para ulama ushul mengklasifikasikan ’urf
terbagi menjadi dua, yaitu al-’urf al- shahih dan al-’urf fasid. Al-’urf shahih adalah adat
istiadat yang telah diterima dan berlaku di masyarakat luas, tidak bertentangan dengan
syara’ dan di benarkan oleh pertimbangan akal sehat, serta membawa kebaikan dan
menghindarkan kerusakan. Sedangkan ’urf yang fasid adalah adat istiadat yang berlaku
dikalangan masyarakat, namun tidak dapat diterima oleh pertimbangan akal sehat dan
pertimbangan dengan syara’.
’Urf, ialah apa yang sudah terkenal dikalangan umat manusia dan selali
diikuti,baik urf perkataan maupun perbuatan. ’Urf dan adat dalam pandangan ahli
syariat adalah dua kata yang sinonim ,berarti sama,contoh urf perkataan ialah kebiasaan
orang yang menggunakan kata-kata”anak” (walad) untuk anak laki-laki bukan untuk
anak perempuan,kebiasaan orang menggunakan kata-kata daging pada selain daging
ikan. Contoh `urf perbuatan ialah kebiasaan orang-orang melakukan jual beli dengan
saling memberikan barang-barang tanpa menyebutkan lafal ijab kabul,kebiasaan bahwa
si istri belum diserahkan kepada suaminya sebelum istri menerima sebagian maharnya
Dalam literatur yang membahas ke hujjahan urf sebagai sumber hukum dapat
diketahui bahwa ’urf itu telah diamalkan oleh semua para ahli hukum islam terutama
dikalangan mazhab Hanafiah dan Malikiyah. Ulama Hanafiah menggunakan ihtisan
dalam berijtihad dan salah satu bentuk ihtisan ini adalah ihtisan al-’urf (istihsan yang
menyandarkan pada ’urf). Ulama makkiyah juga menggunakan ’urf sebagai sumber
hukum islam terutama ’urf yang hidup dikalangan masyarakat Madinah sebagai dasar
dalam menentuka hukum dan mendahulukannya dari hadist ahad. Ulama syafi’iyah
banyak menggunakan`urf dalam hal-hal yang tidak ditemukan ketentuannya dalam
hukum syara’. Mereka menggunakan kaedah; ”setiap yang datangnya dengan syara’
secara mutlak dan tidak ada ukurannya dalam syara’ maupun dalam bahasanya maka
hal tersebut di kembalikan kepada ’urf”.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini akan banyak
ditemukan berbagai produk ilmu yang dibutuhkan umat manusia guna memenuhi
kebutuhan sesuai kemajuan zaman, maka supaya produk ilmu pengetahuan (berupa
57
teknologi) dapat digunakan manusia khususnya umat islam,terlebih dahulu harus jelas
hukumnya, apakah halal atau haram atau mubah,supaya umat islam dapat
menggunakan produk tersebut tanpa ada rasa berdosa. Oleh karena itu pendalaman dan
pengembangan hukum Islam menjadi sangat penting sebagai panduan bagi umat Islam.
Disinilah pentingnya ijtihad sebagai sebagai sumber hukum Islam guna menyelesaikan
permasalahan umat.
Khusus bagi penganut agama Islam dapat beribadah tanpa rintangan dari pemerintah,
bahkan pemerintah memfasilitasi pelaksanaan beribadah seperti perjalanan dan
pelaksanaan ibadah haji.
Cukup banyak peraturan undang-undang,peraturan pemerintah,keputusan /intruksi
presiden yang berkaitan dengan hukum Islam,di antaranya adalah:
a. Undang-undang No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan
tidak sehat dilarang melakukan tindakan penetapan harga yang sering disebut sebagai
price fixing. Larangan ini nampak dari bunyi pasal 5 ayat 1, yang berbunyi: ”Pelaku
usaha dilarang untuk menetapkan harga suatu barang atau jasa yang harus dibangun
oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”
b. Undang-undang No .1 tahun 1974 tentang perkawinan terdapat cukup banyak pasal
dalam Undang-undang ini berasal dari hukum islam seperti pasal 2, ayat 1,
perkawinan sah, apabila dilakukan menurut agama dan kepercayaan itu. Ayat 2: tiap-
tiap perkawinan di catat menurut peraturan perundang-undangan, demikian sehingga
pasal 3, pasal 4, pasal 5 tentang poligami. Peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 10 tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri
sipil. Dalam pasal 2 berisi ”kewajiban bagi pegawai negeri sipil untuk
memberitahukan secara tertulis kepada pejabat tentang pernikahannya paling lama 1
tahun setelah pernikahannya. Pasal 3 tentang perizinan perceraian dari pegawai
negeri sipil, demikian seterusnya”.
c. Undang-undang nomor 7 tahun 1984 tentang peradilan agama merupakan salah satu
perundang-undangan pelaksanaan dari undang-undang nomor 14 tahun 1970 tentang
pokok-pokok kekuasaan kehakiman. Dalam pasal 1 ayat 1 di sebutkan: Peradilan
agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama islam. Pada pasal 2 di
sebutkan: peradilan agama adalah merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara
perdata tertentu yang di atur dalam undang-undang ini.
d. Instruksi presiden nomor 1 tahun 1991 tentang kompilasi hukum Islam (KHI)
merupakan salah satu keberhasilan besar umat Islam Indonesia dalam upaya
menegakkan hukum Islam menjadi hukum positif di Indonesia. KHI berisi tentang
himpunan hukum Islam yang berkenaan dengan perkawinan,waris dan wakaf.
59
menurut undang-undang. Hal ini memerlukan usaha yang gigih dan jenius dan
membutuhkan pengorbanan waktu dan tenaga.
Konsepsi HAM dikalangan sejarawan Eropa tumbuh dari konsep hak (right)
pada yurisprudensi Romawi, kemudian meluas pada etika teori hukum alam (Natural
Low).
Secara ringkas uraian berikut menggambarkan kronologis konseptualisasi
penegakan HAM yang diakui secara yuridis formal. Perkembangan berikut
menggambarkan pertumbuhan kesadaran pada masyarakat Barat. Tonggak-tonggak
sosialisasinya adalah sebagai berikut, Pertama, dimulai yang paling dini oleh
munculnya perjanjian agung magna charta di Inggris pada 15 juni 1215, sebagai
bagian dari pemberontakan para baron terhadap raja john (Saudara raja Richard
berhati singa, pemimpin tentara salib). Isi pokok dokumen itu adalah hendaknya raja
tak melakukan pelanggaran terhadap hak milik dan kebebasan pribadi seorangpun dari
rakyat (sebenarnya cukup ironis bahwa pendorong pemberontakan para baron antara
lain, dikenakannya pajak yang sangat besar dan dipaksakannya para baron untuk
membolehkan anak-anak perempuan mereka kawin dengan rakyat biasa). Kedua,
Keluarnya Bill of Rights 1628 yang berisi penegasan tentang pembatasan kekuasaan
raja dan di hilangkannya hak raja untuk melaksanakan kekuasaan terhadap siapapun,
atau untuk memenjarakan, menyiksa, dan mengirimkan tentara kepada siapapun tanpa
dasar hukum. Ketiga, Deklarasi kemerdekaan amerika serikat 6 juli 1779, yang
memuat penegasan bahwa setiap orang dilahirkan dalam persamaan dan kebebasan
dengan hak untuk hidup dan mengejar kebahagiaan serta keharusan mengganti
pemerintah yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan dasar tersebut. Keempat,
Deklarasi hak asasi manusia dan warga negara (Declaration des droits del homne etdu
citiyen/Deelaration of the rights of the man and of the citizen) dari prancis 4 agustus
1798, dengan titik berat lima hak asasi pilihan harta (propiete), kebebasan (liberte),
persamaan (egalite), keamanan (securie) dan perlawanan terhadap
penindasan(resitence of appression)”. Kelima, Deelarasi universal tentang hak-hak
asasi manusia (Universal Declaration of Human Rights / UDHR pada 10 desenber
1948 yang memuat tentang pokok-pokok kebebasan, pemilihan harta, hak-hak dalam
perkawinan, pendidikan, hak kerja, dan kebebasan beragama (termasuk pindah
agama)”. Deelarasi itu di tambah dengan berbagai instrument lainnya yang datang
62
susul menyusul, telah memperkaya umat manusia tentang hak-hak asasi manusia dan
menjadi bahan rujukan yang tidak mungkin diabadikan.
2. Perbedaan Prinsip Antara Konsep HAM Dalam Pandangan Islam dan Barat
dengan menguatnya kesadaran global atau arti pentingnya HAM dewasa ini,
persoalan tentang universalitas HAM dan hubungannya dengan berbagai sistem nilai
atau tradisi agama terus menjadi pusat perhatian dalam pembicaraan wacana HAM
kontemporer. Harus di akui bahwa agama berperan dalam memberikan landasan etik
kehidupan manusia.
Menurut Supriyanto Abdi, setidaknya terdapat tiga varian pandangan tentang
hubungan Islam dan HAM, baik yang dikemukakan oleh para sarjana barat atau
pemikir muslim sendiri, yakni, Pertama, Menegaskan bahwa Islam tidak sesuai
dengan gagasan-gagasan dan konsepsi HAM modern. Kedua,menyatakan bahwa Islam
menerima semangat kemanusiaan modern, tetapi pada saat yang sama,menolak
landasan sekulernya dan menggantikannya dengan landasan Islami (bisa dan
seharusnya) memberikan landasan normative yang sangat kuat.
Ungkapan di atas menampakkan bahwa konsepsi HAM dalam dunia Barat
berbeda dengan konsep HAM dalam Islam. Islam tidak menerima konsep HAM
sekuler, namun Islam sangat mendukung semangat HAM. Islam memberikan landasan
normatif yang sangat kuat dan sakral bagi HAM itu sendiri.
Hak asasi msnusia menurut pemikiran Barat semata-mata bersifat
antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian
manusia sangat dipentingkan, hak asasi manusia ditilik dari sudut pandangan Islam
bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat pada tuhan. Dalam hal ini A.K
Brohi mengatakan: ”Berbeda dengan pendekatan Barat, strategi Islam sangat
mementingkan hak asasi dan kemerdekaan dasar manusia sebagai sebuah aspek
kualitas dari kesadaran keagamaan yang terpatri dalam hati,fikiran dan jiwa
penganutnya..
Pemikiran barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah yang
menjadi tolok ukur segala sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk
63
Pasal 4
Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhambakan, perhambaan dan
perdagangan budak dalam bentuk apa pun mesti dilarang.
Pasal 5
Tidak seorang pun boleh dianiaya atau diperlakukan secara kejam, dengan
tidak mengingat kemanusiaan ataupun jalan perlakuan atau hukum yang menghinakan.
Pasal 6
Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi terhadap undang-
undang dimana saja dia berada.
Pasal 7
Sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas
perlindungan hukum yang sama dengan tak ada perbedaan.
Pasal 8
Setiap orang berhak atas pengadilan yang efektif oleh hakim-hakim nasional
yang kuasa terhadap tindakan perkosaan hak-hak dasar yang diberikan kepadanya
yang diberikan oleh undang-undang dasar Negara atau undang-undang.
Pasal 9
Tidak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang secara semenah-
menah.
Pasal 10
Setiap orang berhak dalam persamaan yang sepenuhnya didengarkan suaranya
di muka umum dan secara adil oleh pengadilan yang adil dan tidak memihak. Dalam
hal menetapkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dalam setiap tuntutan pidana
yang di tujukan kepadanya.
Pasal 11
1. Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu pelanggaran pidana
dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikannya kesalahannya menurut undang-
undang dalam suatu pengadilan yang terbuka, dan dia dalam sidang itu diberi
segala jaminan yang perlu untuk pembelaannya.
65
Pasal 14
1. Setiap orang berhak mencari dan mendapat tempat pelarian di Negeri-negeri lain
untuk menjauhi pengejaran.
2. Hak ini tidak dapat di pergunakan dalam pengejaran yang benar-benar timbul dari
kejahatan-kejahatan yang berhubungan dengan perkara atau perbuatan-perbuatan
yang bertentangan dengan tujuan-tujuan dan dasar-dasar perserikatan bangsa-
bangsa.
Bila ditelaah prinsip-prinsip HAM yang dipergunakan dalam undang-
undang internasional kemudian dibandingkan dengan HAM yang terdapat dalam
ajaran Islam,maka apa yang telah dirumuskan dalam prinsip-prinsipHAM
internasional, jauh sebelumnya sudah ada dalam Islam.Adapun prinsip- prinsip HAM
yang terdapat dalam ajaran agama Islam tersebut di antaranya adalah:
dan martabat yang sama, cacat atau tidak, manusia yang satu sama mulianya dengan
manusia yang lain. Kelebihan dan kekurangan ada pada setiap manusia, namun itu
dalam ajaran Islam bukan merupakan perbedaan yang menyebabkan hilangnya derajat
seseorang. Maka setiap orang harus menempatkan dirinya dan orang lain pada derajat
yang sama, seperti yang di tegaskan Allah dalam firmannya: ”Dan janganlah kamu
memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan
dimuka bumi ini dengan angkuh. Ssesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong lagi membanggakan diri, dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai“
(Q.S;31:18-19).
Islam atau tetap dalam agama mereka. Ini adalah bukti bahwa umat Islam tidak
melakukan paksaan, namun tetap menghormati kemerdekaan beragama walaupun
terhadap golongan minoritas.
Di samping itu, ayat-ayat Al-Qur’an, Menegaskan bahwa Islam meletakkan
satu system konkrit yang menjamin penghapusan perbudakan secara berangsur-angsur
dengan mempersempit sebab-sebab perbudakan. Usaha itu perlu dilakukan agar
terjamin hal-hal pribadi seseorang dan mendapat perlindungan dari pebuatan-
perbuatan aniaya. Allah melarang antar sesama manusia berlaku aniaya yang dapat
menyebabkan hak hidupnnya terganggu. Dalam hal ini Allah berfirman: ”Tidak ada
paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya sudah jelas jalan yang benar
dan jalan yang sesat. Barang siapa yang ingkar kepada taghut dan beriman kepada
Allah, Maka sesungguhnya ia telah berpegang pada bukul tali yang kokoh yang tidak
akan putus. Dan Allah maha mendengar lagi maha melihat.” (Q.S;2:256) . ”Dan
tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain) kecuali
karena tersalah (tidak sengaja) dan barang siapa membunuh seorang mukmin tanpa
sengaja, hendaklah ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diat yang diserahkan kepada keluarga (siterbunuh itu), kecuali jka mereka
(keluarga siterbunuh) bersedekah. Jika ia (siterbunuh) dari kaum yang memusuhimu,
padahal dia mukmin (maka hendaklah sipembunuh) memerdekakan hamba sahaya
yang mukmin. Dan jika ia (siterbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai)
antara mereka dengan kamu, (maka hendaklah si pembunuh) membayar diat yang
diserahkan kepada keluarganya (siterbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya ,maka hendaklah ia (si
pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara bertaubat kepada Allah
dan Allah Maha mengetahui dan Maha bijaksana.” (Q.S;4:92).
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat melindungi hak-hak
hidup dan kemerdekaan dan kebebasan dan keselamatan setiap orang siapapun dan
apapun agamanya atau tidak beragama. Islam juga menghapus perbudakan dan
mengutamakan kebebasan sesuai koridor hukum yang diatur dalam ajaran agama
Islam tersebut.
68
10. Setiap Orang sebagai Anggota Masyarakat berhak atas Jaminan Sosial.
Setiap orang terutama sebagai anggota masyarakat mempunyai kemampuan
yang berbeda, tingkat kehidupan yang tidak sama mujurnya.Supaya tingkat kehidupan
71
yang berbeda itu tidak menjadi jurang pemisah, maka agama Islam mensyariatkan
orang yang mempunyai tingkat kehidupannya lebih, diwajibkan untuk membantu yang
lain dalam segala aspek kehidupan seperti kelebihan dibidang skil, ilmu pengetahuan,
spesialisasi, khususnya kelebihan dibidang ekonomi,harus ditransfer kepada orang lain
untuk meningkatkan taraf hidup orang lain guna mencerahkan kehidupannya. Dalam
Al-Qur’an Allah berfirman: ”Bukanlah kewajibanmu membuat mereka mendapat
petunjuk, tetapi Allah lah yang memberi petunjuk siapa yang di kehendakiNya. dan
apa saja yang baik yang kamu kerjakan (dijalan Allah), maka pahalanya untuk kamu,
dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan harus mencari keridho’an
Allah. dan apa saja harta baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu diberi pahala
yang cukup,sedangkan mereka sedikitpun tidak akan dianiaya’’ (Q.S;2:272).
11. Hak atas Pengadilan Efektif oleh Hakim yang Diberikan Undang-Undang
Kepadanya.
Dalam ajaran Islam setiap orang harus diperlakukan adil oleh pengadilan,
sehingga pengadilan tidak dibenarkan berlaku berat sebelah atau memihak atau
penyelewengan yang bertentangan dengan prinsip keadilan sehingga orang terzalimi.
Seorang hakim harus berpegang teguh pada undang-undang yang berlaku, tidak terayu
oleh bujukan-bujukan yang membuat dia mengingkari perbuatan adil. Allah
menyuruh pengadilan berlaku adil terhadap semua orang.Dia berfirman : ”Dan Allah
menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil.” (Q.S;4:581).
Hak diperlakukan dengan adil diantara manusia merupakan kebutuhan mutlak,
perilaku menyimpang dari prinsip keadilan dapat menimbulkan gejolak dan
permusuhan dan bentrokkan antara umat manusia yang dapat menimbulkan akibat
yang fatal.
dan keluarganya. Karena seseorang berdaulat tehadap keluarga dan rumah tangganya.
Dalam hal ini Allah berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu selalu ingat.
jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk
sebelum mendapat izin, jika di katakan kepadamu ”kembali sajalah” maka hendaklah
kamu kembali, itu lebih baik bagimu dan Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.’’ (Q,S;24:27-28).
Ayat diatas menetapkan dengan tegas bahwa seseorang tidak dapat dengan
sewenang-wenang memasuki rumah orang lain, karena halitu akan mengganggu
ketenangan dan kedamaian dalam keluarga orang lain.
Pada tanggal 21 zulhijjah atau tanggal 19 september 1981 para ahli hukum
Islam mengemukakan Universal Islamic Delaration of Human Righgts yang di angkat
dari Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Saw. Pernyataan HAM menurut ajran
Islam ini, terdiri dari XXIII dan 63 pasal yang meliputi seluruh aspek hidup dan
kehidupan manusia, khususnya umat Islam.
Beberapa hal pokok yang di sebutkan dalam deklarasi tersebut antara lain:
12. Hak untuk bebas mempunyai keluarga dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya.
13. Hak bagi wanita dalan kehidupan rumah tangga
14. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan sebagainya
Islam mempunyai way of life yang fundamental dan itu harus disampaikan
pada seluruh umat manusia. Perkembangan prinsip-prinsip Islam, itu akan terhambat
apabila tidak ada suatu pemerintahan yang melindunginya. Dari itu ada semacam
kriteria tentang kepemimpinan. Pemerintah adalah tulang punggung Agama di dalam
mengarungi peraturan politik dunia manusia..
Pemerintahan Islam didirikan atas dasar musyawarah (demokrasi) Dalam hal
ini Allah menegaskan: ”Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara
mereka.” (Q.S;42:38).
Demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu demos (rakyat) dan kratos
(kekuasaan) yang berarti kekuasaan oleh rakyat. Karena itu demokrasi merupakan
suatu system politik dimana para anggotanya saling memandang antara satu dengan
yang lainnya sebagai orang yang sama dari segi politik,mereka bersama-sama
berdaulat. (Sukron Kamil,2002,16).
Sebuah Negara modern mempunyai suatu system politik yang demokratis
hingga tingkat dimana pembuat-pembuat kebijakannya yang paling mempengaruhi
ditentukan oleh pemilihan umum yang adil, jujur, diadakan secara berkala, para
kandidat secara bebas bersaing untuk memperoleh suara terbanyak dan praktis semua
penduduk yang telah memenuhi syarat dapat menyatakan pendapatnya.
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam,
banyak perhatian diberikan kepada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan
politik. Demokrasi Islam dianggap sebagai mengukuhkan konsep Islam yang sudah
lama berakar, yaitu musyawarah (syuro), persetujuan (ijmak), dan penilaian
74
interpretative yang mandiri (ijtihad). Seperti banyak konsep dalam tradisi politik
Barat, istilah-istilah ini tidak terlalu dikaitkan dengan pranata demokarasi dan banyak
mempunyai konteks dalam wacana muslim dewasa ini. Perlunya musyawarah
merupakan konsekwensi politik ke khalifaan manusia. Masalah musyawarah ini
dengan jelas disebutkan dalam Al-Qur’an surat 42;38 (yang sudah di sebutkan
sebelumnya), yang isinya perintah kepada para pemimpin dalam kedudukannya
dalam menyelesaikan urusan mereka yang dipimpin dengan cara musyawarah dengan
demikian tidak akan terjadi kesewenangan dari seorang pemimpin terhadap rakyat
yang dipimpinnya. Perwakilam rakyat dalam sebuah Negara Islam tercermin dalam
doktrin musyawarah (syuro) hal ini di sebabkan menurut ajaran Islam setiap muslim
yang dewasa dan berakal sehat, baik pria maupun wanita adalah khalifah di bumi.
Dalam bidang politik umat Islam mendelegasikan kekuasaannya kepada penguasa
dan pendapat mereka harus di perhatikan dalam menangangi masalah Negara.
Islam telah memberi contoh kepada semua bangsa, bahwa rakyatlah sebagai
badan konstitusi tertinggi. Merekalah yang menentukan dan mengangkat kepala
Negara, sebagaimana mereka berhak mencabut kekuasaanya apabila kepala negara
benar-benar sudah menyeleweng, tapi harus konstitusional. Mereka berhak memilih
pemimpin dari golongan mana saja dan siapa saja yang mereka sukai dengan cara
musyawarah (demokrasi).
Disamping musyawarah ada hal lain yang sangat penting dalam masalah
demokrasi, yakni konsensus atau ijma’. Selama ini ijma’ (konsensus) telah lama
diterima sebagai konsep resmi pengesahan hukum Islam. Kosensus memainkan
peranan yang menentukan dalam perkembangan hukum Islam dan memberikan
sumbangan sangat besar pada tafsir hukum. Namun hampir sepanjang sejarah Islam
konsensus menjadi salah satu sumber hukum Islam cenderung dibatasi pada
konsensus cendekiawan, sedangkan konsensus rakyat kebanyakan mempunyai makna
yang kurang begitu penting dalam kehidupan umat Islam. Dalam pengertian yang
lebih luas konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan yang efektif
bagi demokrasi Islam modern. Konsep konsensus memberikan dasar bagi penerimaan
system yang mengakui suara mayoritas.
75
Selain syuro dan ijma’ ada konsep yang sangat penting dalam proses
demokrasi Islam yakni Ijtihad. Bagi para pemikir muslim, upaya ini merupakan
langkah kunci menuju penerapan perintah tuhan disuatu tempat atau waktu. Pada
prinsipnya semua aspek yang menyangkut hak-hak asasi manusia yang mengarah
pada kebaikan dan kemaslahatan umat manusia adalah menjadi hak-hak asasi
manusia dalam Islam.
Dalam konteks modern, Ijtihad dapat berbentuk seruan untuk melakukan
pembaharuan radikal. Dalam hal ini Altaf Gautar mengatakan bahwa dalam Islam
kekuasaan berasal dari kerangka Al-Qur’an bukan dari sumber lain. Tugas para
cendekiawan muslim saat ini adalah melakukan Ijtihad Universal disemua tingkatan.
Prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis. Pendekatan kitalah yang menjadi statis.
Oleh karena itu sudah selayaknya saat ini dilakukan pemikiran ulang yang mendasar
untuk membuka jalan bagi munculnya eksprolasi, inovasi dan kreatifitas.
Ijma’ dan suro merupakan satu kesatuan yang saling menyempurnakan dalam
system konstitusi apa lagi pada masa kini. Syuro dan ijma’ mempunyai hubungan
yang sangat erat, karena keduanya memerlukan Ijtihad. Ijma’ merupakan kumpulan
dari berbagai Ijtihad yang mengeluarkan banyak pendapat secara dialogis
dimusyawarahkan. Bersama untuk menghasilkan sesuatu kesepakatan dan
meluruskan adanya perbedaan.
76
EVALUASI
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan syari’ah dan fiQih itu dan apa perbedaannya?
2. Ada tiga macam sifat hukum Islam, sebutkan dan jelaskan masing-masing?
3. Apa sajakah yang menjadi tujuan Hukum Islam itu?
4. Apa sajakah yang kamu ketahui tentang Al-Qur’an dan Hadist?
5. Apakah yang di maksud dengan Ijtihad itu?
6. Apakah yang di maksud dengan qiyas,Istihsan dan masalihul mursalah/ itu?
7. Ada tiga konsep yang sudah lama ada dalam domokrasi, sebutkan dan jelaskan
masing-masing?
8. Apakah yang kamu ketahui tentang istilah, Qiyas dan Ijma’?
9. Apakah yang dimaksud dengan HAM itu?
77
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Daud, 2006, Hukum Islam, Pengantar Hukum Islam di Indonesia, Raja
Grapindo Persada..Jakarta
Abdullah, Sulaiman, 2004, Sumber Hukum Islam, Sinar Grafi. Jakarta
Departemen Agama 2000, Buku Teks Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, .
Direktorat Jendral Pembinaan Agma Islam.Jakarta.
Drajat, Zakiah, Dkk, 1986, Dasar-dasar Agama Islam, Buku Daras Pendidikan Agama
Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Departemen Agama.Jakarta
Departemen Agama RI, 2000, Buku Daras Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum Prodi Sosiologi, Direktorat Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam. Jakarta
Forsithe, David, 1993, Hak Asasi Manusia dan Politik Dunia, Angkasa .Bandung
Iberani,Jamal Syarif,MM,Hidayat ,2003,Mengenal Islam.El-Kahfi. jakarta
IKatan, Koelany. HD, 2000, Islam dan Aspek-aspek Kemsyarakatan, PT Bumi
Aksara.Jakarta
Kamil, Sukran, 2002, Islam dan Demokrasi, PT Raja Grapindo Pratama. jakarta
Manan, Abdul, 2006, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, PT Raja Grapindo
Persada.Jakarta
Muhtaj, Majda El,2006, Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia, Prenada
Media. jakarta
Mansyur, Hamdan, Dkk, 2004, Materi Insruksional Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi Umum, Dirjen Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen
Agama. Jakarta
Rosyada, Dede, 1999, Hukum Islam dan Pranata Sosial, PT Raja Grapindo Persada.
Jakarta
Sabiq, Sayid, 1981, AnashiruQualifil islam, Alih Bahasa, Haryanos S. Yusuf, Jakarta PT
Inter Masa. Jakarta
Shihab, Quraish, 1999, Wawasan Al-Qur’an, Mizan. Bandung
Syaukani, Imam, 2006, Efistemologi Hukum Islam Indonesia, PT Raja Grapindo Persada.
Jakarta
78
BAB V
1. Pengertian Etika
Etika, perkataan ini berasal dari bahasa Yunani ethos yang dalam bentuk
tunggal mempunyai arti tempat tinggal biasa, padang rumput, kebiasaan, akhlak,
watak, perasaan, sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak taetha artinya latar
kebiasaan.
Etika oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Karena etika
merupakan filsafat, maka etika mencari kebenaran dan filsafat mencari keterangan
(benar) yang sedalam-dalamnya, sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari baik
dan buruknya sesuatu tingkah laku manusia.
79
Orang yang mau menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dan
mengaktualisasikan segala sifat dan perilaku yang baik dalam dirinya serta
melindungi dirinya dari segala sesuatu mendekati yang buruk ,maka ia akan beroleh
sebutan sebagai orang yang baik. Kemudian dalam upaya membersihkan diri dari
segala bentuk keburukan. Ajaran etika Islam mendorong individu untuk memiliki
sifat malu yang merupakan kepantasan dalam masyarakat. Rasa malu menekan
seseorang untuk tidak menampakkan hal-hal pencinta moralitas luhur risih
terhadapnya.
2. Pengertian Moral
Perkataan ”moral” berasal dari bahasa latin mores kata jamak dari mos yang
berarti kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diartikan dengan arti susila. yang
dimaksud dengan moral ialah sesuai dengan ide-ide yang diterima tentang tindakan
manusia mana yang baik dan wajar, disesuaikan dengan ukuran-ukuran yang oleh
umum diterima yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Dengan
demikian jelaslah persamaan antara etika dan moral. Namun ada pula
perbedaannya, yaitu etika lebih banyak bersifat teori, Sedangkan moral lebih
banyak bersifat praktis.
Dengan demikian moral adalah ajaran tentang kebaikan dan keburukan
dengan ukuran tradisi yang berlaku dalam suatu masyarakat. Karena itu adat
istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu
perbuatan.
3. Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa, pengertian akhlak adalah bentuk jamak dari kata
khuluk, arti segi budi pekerti perangai tingkah laku, atau tabiat.
Ahmad Amin memberi pengertian akhlak itu ialah: ”Suatu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh
setengah manusia kepada lainya, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh manusia
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat.
81
Islam adalah agama yang mengandung ajaran akhlak yang berbeda dengan
akhlak dalam agama lain. Akhlak Islam mempunyai karakteristik yang unik
(istimewa), yaitu adanya ciri khas yang menjadikan ajaran akhlak Islami sesuai
dengan kebutuhan rohani manusia.
Yusuf Qardowi mengemukakan tujuh karakteristik etika Islam yaitu sebagai :
1. Moral yang beralasan dan dapat difahami.
Moral atau etika Islam sesungguhnya selalu bersandar pada penilaian yang logis
dan alasan yang dapat diterima oleh akal lurus dan naluri yang sehat, yaitu dengan
menjelaskan masalah dibalik apa yang dilarang. Dalam Al-Qur’an Allah
mengatakan: ”Dirikanlah sholat ,sesungguhnya sholat itu mencegah dari
perbuatan –perbuatan keji dan mungkar”. (Q.S;29:45).
2. Moral Universal
Moral dalam Islam berdasarkan karakter manusiawi yang universal,yaitu larangan
bagi semua manusia. Artinya berlaku bagi setiap umat islam dan umat-umat lain
.dalam Al-Qur’an Allah menegaskan: ”janganlah sekali-sekali kebencianmu
terhadap suatu kaum mendorong kami untuk berlaku tidak adil, belaku adillah
kamu karena adil lebih dekat dengan taqwa.’’ (QS;5:8).
3. Sesuai Dengan Fitrah
Islam datang membawa ajaran yang sesuai dengan fitrah dan tabiat
manusia serta menyempurnakannya. Islam mengakui ekssistensi manusia yang
telah diciptakan Allah dengan segala dorongan kejiwaan, kecendrungan fitra serta
segala yang telah digariskan-Nya. Islam membuatkan balasan hukum agar dapat
memelihara kebaikan masyarakat dan individu manusia.
Islam membolehkan manusia untuk menikmati barang atau hal-hal yang
baik, dan menegaskan kepemilikan pribadi. Namun syariat Islam tidak
membenarkan hasrat insting, jika barang-barang dan hal-hal yang najis atau
merupakan perbuatan maksiat, dalam hal ini Allah berfirman: ”Katakanlah; siapa
yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
83
6. Komprehemsifitas (Menyeluruh)
Jika sebagian orang menyangka moral agama hanyalah menyangkut
pelaksanaan ibadah-ibadah saja, maka hal ini sangat keliru, karena etika Islam
tidak membicarakan konsep moral dengan kaidah tertentu bahkan menggariskan
hubungan seseorang dengan dirinya sendiri dan hubunganya dengan umat. Moral
Islam itu mengatur hubungan manusia dengan alam secara global maupun detail,
oleh karena itu ajaran moral Islam meletakkan atau memberikan adab susila yang
tinggi dan ajaran luhur.
7. Tawazun (Keseimbangan)
Karakteristik ajaran moral Islam selanjutnya ialah dengan menggabungkan
sesuatu dengan penuh keserasian dan keharmonisan, tanpa sikap berlebihan
maupun berkekurangan., contohnya adalah: sikap seimbang antara hak tubuh dan
hak roh (rohani/ jiwa), contoh lainnya adalah sikap seimbang dalam mengejar
dunia dan akhirat. Islam menjadikan dunia ladang untuk akhirat dan Allah
menjadikan manusia sebagai khafilah dibumi, maka tidaklah pantas mereka
merusak atau menyia-nyiakan kehidupan dunia, karena Islam menyuruh umatnya
meraih keberuntungan dalam kehidupan dunia dan keberuntungan dalam
kehidupan akhirat secara seimbang. Hal itu Allah tegas dalam ayatnya: ”Dan
diantara mereka ada yang berdo’: Ya, Allah berikanlah kepada kami kebaikan
didunia dan diakhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.’’ (Q.S;2;201).
Ayat ini menunjukkan adanya tuntan kepada orang mukmin untuk menjalani
hidup dengan penuh keserasian dan keseimbangan dan menghindari kehidupan
yang bersifat ekstrim.
Sangat cukup banyak karakteristik yang dimiliki oleh etika islam, selain
yang tersebut diatas yaitu :pertama, ia bersumber dari kitab suci al-Qur’an dan
hadist Nabi Nabi Saw. Dasar itulah yang melandasi etika Islam sebagai pola
hidup dan menetapkan norma yang baik dan norma yang buruk, Setiap muslim
menyakini kebenaran yang terkandung didalamnya , tidak ada sumber lain yang
menan dinginya. Kedua, bukan bersumber dari akal manusia. Berbeda dengan
teori etika lain yang memandang akal yang menjadi dasar menentukan baik
buruknya akhlak. Etika atau akhlak Islam mendatang bahwa akal adalah anugrah
85
Allah, dan akal itu mempunyai keterbatasan sehingga tak akan mampu
memecahkan seluruh masalah yang terjadi.
Dalam hal ini Allah menjelaskan; ”Mereka akan bertanya kepadamu (Nabi
Muhammad) tentang roh, katakanlah: ”Roh itu termasuk urusan Allah dan
tidaklah kamu diberi ilmu, Melainkan sedikit.” (QS;17,85). Ketiga dalam
pandangan islam pendorong yang paling mendalam dan kuat untuk melakukan
suatu amal adalah aqidah/imam. Imam itulah yang membuat seseorang muslim
ikhlas dan mau beramal dan bekerja keras, imam menjadi motivitas dan kekuatan
penggerak yang paling ampuh yang membuat penganutnya berbuat kebaikan dan
amal saleh. keempat ajaran aklhak Islamiah mengarahkan orang pada tujuan yang
luhur. Jika seseorang muslim mencari reski bukan hanya untuk mengisi perut saja,
pada hakikatnya ia mempunyai tujuan yang paling tinggi atau tujuan filosafis.
Dia mencari reski untuk memenuhi hajat hidupnya dan itu tujuan yang dekat pda
tujuan yang lebih tinggi. Dia mencari reski untuk mendapatkan makanan guna
membina rohani dan jasmani, sedang tujuan membina kesehatan supaya kuat
beribadah.Itulah tujuan akhir hidup manusai.
Dan beribadah itulah tujuan terakhir untuk mendapatkan keridaan Allah.Ridho
Allah menjadi kunci kebahagiaan yang kekal dan abadi. Tanpa ridho Allah maka
kebahagian abadi dan sejati tidak akan mampu meraihnya.
mendekatkan diri kepada Allah, mensucikan jiwa dengan menjauhi hawa nafsu. Ibnu
khaldum mendefenisikan tasawuf sebagai salah satu ilmu syariat yang baru dalam
agama Islam. Cikal bakal bermula dari praktek-praktek para pemuka generasi
pertama umat Islam, baik dari kalangan sahabat, tabi’in dan generasi sesudahnya,
sebagai cara untuk mencapai kebenaran dan hidayah (Allah). Asal usulnya adalah
memusatkan diri. hanya untuk ibadah, menghadapkan diri kepada Allah,
menghindarkan diri dari hiasan dan pesona dunia. Bersikap zuhud terhadap kelezatan,
harta, pangkat yang dikejar-kejar orang banyak dan memisahkan diri. Dari khalayak
untuk khlawat demi beribadah
Ada beberapa pendapat tentang asal- usul kata tasawuh ada yang menyatakan
bahwa f tasawuf berasal dari kata shafa, artinya suci, bersih atau murni. Memang jika
di lihat dari segi niat maupun tujuannya dari setiap tindakan dan ibadah kaum sufi,
jelas bahwa semua itu di lakukan dengan niat suci untuk membersihkan jiwa dalam
mengabdi kepada Allah.
Adalagi yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari saff, yang artinya saf
atau baris. Mereka di namakan sebagai para sufi, demikian menurut pendapat sufi ini,
karena berada pada baris (saff) pertama depan Allah, karena besarnya keinginan
mereka akan Dia, kecendrungan hati mereka tehadapNya dan tinggalnya bagian-
bagian rahasia dalam diri mereka di hadapaNnya. Tasawuf adalah proses pendekatan
diri kepada Allah dengan cara mensucikan hati. Hati yang suci bukan hanya dekat
kepada Allah malah dapat melihat Allah. Dalam tasawuf disebutkan bahwa tuhan
Yang Maha suci tidak dapat didekati keculi dengan hati yang suci.
Sekurang-kurang nya ada dua situasi yang sering disebut sebagai faktor
pendorong sekelompok umat Islam memesuki dunia tasawuf. yaitu gaya hidup
mewah dikalangan pemangku jabatan pasca Nabi wafat dan Kulafaurasyidin di satu
pihak dan sebagai saksi atas faham khawarij dan pertentangan politik yang
ditimbulkan pihak lain di lain pihak
Para analis baik pada masa terdahulu maupun masa sekarang hampir
bersepakat bahwa tasawuf produk gerakan zuhud yang terdapat di Kuffah maupun di
Basrah, mereka juga sepakat bahwa para ahli zuhud baik di Kuffah maupun di Basrah
cendrung memakai pakaian shuf.
87
Hati yang zuhud terhadap sesuatu adalah hati yang tidak menghendakinya,
tetapi ia tidak membenci dan tidak lari dari padanya tidak menginginkan dan tidak
mencintai. zuhud artinya tidak menghendaki sesuatu, kadang-kadang disertai rasa
tidak suka pada sesuatu, sebagai mana juga disertai ketidak bencian dan tidak lari
darinya, barang siapa mencintai sesuatu namun dia tidak menghendakinya, berarti dia
tergolong ahli zuhud, baik sesuatu itu terwujud seiring dengan rasa tidak suka karna
benci, maupun tidak.
Membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela, oleh orang-orang sufu di
pandang penting karena sifat-sifat itu merupakn najis maknawi (Najis ma’nawiyah).
adanya najis ini pada diri seseorang menyebabkan dia tidak mungkin dekat dengan
Tuhan,sebagai mana kalau mempunyai najis zati, ia tidak mungkin mendakati Tuhan
dalam melakukan ibadah kepada Tuhan.
Namun sering kali manusia sadar kalau hatinya sakit. kalau dia sadar tentang
kesakitan hatinya, ia tidak berusaha untuk mengobatinaya.pada hal penykit hati jauh
lebih berbahaya dari penyakit fisik.
Indikator manusia berakhlak (husn al-khuluk) kata al-Ghzali, adalah
tertanamnya iman dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak berahlak (su’al-
khuluq) adalah manusia yang ada “Nifoq” di dalam hati. Nifaq artinya sikap mendua
terhadap Tuhan. Tidak ada kesusaian antara hati dan perbuatanKalau berbicara
tentang hubungan tasawuf dengan ahklak, maka menurut Zun Num al-Misri
menyebutkan tiga macam pengetahuan tentang Tuhan :
1. Pengetahuan awam : Tuhan satu dengan peraturan ucapan syahadat.
2. Pengetahuan ulama : Tuhan satu menurut logika akal.
3. Pengetahuan kaum sufi : Tuhan satu dengan perantaraan hati sanubari
kotor oleh dosa-dosa dan sifat-sifat yang buruk maka yang muncul dalam perilakunya
adalah akhlak yang buruk.(Akhlak al-mazmumah).
Kalau ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan mana yang buruk,
juga bagaimana mengembalikan akhlak buruk menjadi baik secara lahiriyah, yakni
dengan cara-cara yang yang nampak seperti ke ilmuan, keteladanan pembiasaan dan
lain, maka ilmu tasawuf menerangkan bagaimana caranya mensucikan hati (tashfiat
al-Qalbi), agar setelah hati suci yang muncul dari pelakunya adalah akhlak Al-
karimah. Perbaikan ahlak menurut ilmu tasawuf harus berawal dari persucian hati
persoalan yang muncul adalah, bagaimana caranya mensucikan hati. Dalam tasawuf?
Metode tasfiat Al-Qalbi menurut pendapat para ahli sufi adalah dengan :
-. Al-`ijtinab al-manhiyat
-. Ada Al-wajibat
-. Ada al nafilat
-. Al riyadlah
Al-riyadloh (latihan spiritual), seperti yang dijelaskan Nabi adalah menjauhi
yang di larang, ebab yang mengotori kati adalah kemaksiatan yang dilakukan
manusia, karena bujukan hawa nafsu dan setan. Kemaksiatan menyebabkan hati
manusia kotor, kelam dan berkarat sehingga hati tak berfungsi malah menjadi mati.
Menurut ajaran sufi selama manusia belum bisa keluar dari kekangan jasmani
atau materi, selama itu pula dia tidak akan menemukan nilai-nilai rohani yang
didambakan, untuk itu dia harus berusaha melepaskan rohnya dari kekangan
jasmaninya. Untuk itu harus ditempuh dengan jalan Al-riyadlah (latihan) yang
memakan waktu cukup lama. Riyadloh juga bertujuan untuk mengasah roh supaya
tetap suci. Naluri manusia selalu ingin mencapai yang baik dan sempurna dalam
mengarungi kehidupan .Untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan tidak dapat di
lalui dengan mempergunakan ilmu pengetahuan saja. Karena ilmu adalah produk
manusia dan merupakan alat terbatas. Manusia akan kehilangan dan mengalami
kekosongan batin kalau hanya mengandalkan ilmu materi saja. Jalan menuju
kebahagiaan yang hakiki hanya dengan imam yang kokoh, perasaan hidup yang aman
bersama Tuhan.
89
a. Pemerintah berzikir dalam Al-Qu’ran datang secara mutlak dalam arti tidak
dihayati dengan pernyataan yang tidak dikayidi dengan pernyataan yang lain dan
ada perintah dengan kayid-hayid yang lain.
b. Larangan lupa atau lalai berzikir
c. Kebahagiaan yang diperoleh manusia banyak banyak berdo’a dan istiqamah
dalam berzikir
d. Pujian Allah kepada orang yang berzikir dan menjanjikan ampunan dan surga
e. Rugi orang yang tidak berzikir
f. Zikir para hamba Allah menjadi syarat bagi zikirnya Allah kepada hambaNya
g. Zikir adalah pahala yang besar dan merupakan ketaatan utama.
terhadap norma masyarakat tetapi terhadap norma tuhan. Lebih lanjut Al Ghazali
mengatakan bahwa tujuan pendidikan secara individual ialah membersihkan kalbu
dari godaan hawa nafsu (Syahwat) dan amarah (ghalhab), hingga ia jernih bagaikan
cermin yang dapat menerima cahaya dari tuhan.
Berakhlak baik atau akhlak terpuji, artinya menghilangkan adat-adat kebiasaan
yang tercela yang telah dirincikan oleh agama islam serta menjauhkan diri dari
padanya, sebagaimana menjauhkan diri dari tiap-tiap najis dan kotoran, kemudian
membiasakan kebiasaan yang baik, menggemariya melakukannya dan mencintainya.
Terkait dengan ruang lingkup akhlak Islamiyah yang telah dikemukakan
sebelumnya maka pada kajian berikut ini adalah menyajikan beberapa aspek ruang
lingkup akhlak tersebut sebagai berikut :
1.Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Setiap orang mempunyai kewajiban moral terhadap dirinya sendiri yang harus
ia tunaikan, diantaranya ialah:
a. Memelihara Kesucian Diri
Setiap muslim,harus mensucikan jasmani maupun rohaninya. dia harus
senantiasa memelihara dirinya secara utuh, yakni jasmaninya bersih dari kotoran dan
najis. rohaninya harus bersih dari sifat-sifat tercela seperti: takabur, sombong,
dengki, dendam, marah, tipu daya dan bermuka dua. Dalam hal ini Allah berfirman.
Artinya: ”Di dalamnya ada beberapa orang yang ingin membersihkan jiwa dan
Allah menyukai orang yang membersihkan diri.’’ (Q.S;9:108).
b. Memelihara keindahan diri
Disamping memelihara kesucian diri keindahan harus diciptakan pula. karena
Allah itu indah dan ia menyukai keindahan. Allah melarang umatnya membiasakan
diri kusut dan tidak teratur, dalam firmannya Allah menegaskan: “Hai anak cucu
Adam pakailah pakaianmu yang indah-indah ketika kamu menunaikan ibadah
shalat.’’ (Q.S;7:31).
c. Berlaku Tegas dan Tidak Tergesa-gesa
Menjalani hidup dengan tenang dan tidak tergesa-gesa merupakan rangkaian
dalam akhlaqul mahmudah, keluh kesah, terburu-buru adalah perbuatan tercela.
banyak kerugian yang ditimbulkan oleh sikap terburu-buru, seperti penyesalan dan
92
gelisah. Seperi ditegaskan oleh Allah: ”Dan para hamba Allah yang berjalan di
muka bumi dengan tenang, dan bila ditegur oleh orang yang bodoh mereka berkata
”Selamat”. (Q.S;25:63).
d. Meningkatkan Ilmu Pengetahuan
Kehidupan umat manusia penuh dengan persaingan, pergulatan dan kesulitan.
untuk menghadapi segala tantangan dan kesulitan hidup, umat Islam harus senantiasa
meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga ia senantiasa
meningkatkan taraf kehidupannya. Dalam hal ini Allah baeerfirman: ”Bukankah
tidak sama orang yang bearilmu dengan orang yang tidak memiliki ilmu’’.
(Q.S;39:9).
e. Sabar
Sabar berarti tidak cepat putus asa, rajin, tekun, ulet tidak takut dengan
rintangan-rintangan betapa pun beratnya. sifat sabar menjadi perintah Allah dalam
firmannya: ”Hai orang-orang beriman, mintalah pertolongahn dengan Allah dengan
sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S;2:153).
Sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil pengendalian
nafsu dan penerimaan terhadap apapun yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika
melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan dan ketika ditimpa musibah.
segala perintah Allah dilaksanakan dengan ikhlas. Segala musibah yang menimpanya,
diterimanya sebagai ujian dan cobaan dari Allah yang harus di terima dengan baik
sangka.
f. Syukur
Syukur adalah sikap berterima kasih atas nikmat dan rahmat Allah. syukur di
ungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. syukur dengan perkataan adalah
memuji Allah dengan ucapan hamdalah. syukur dengan dengan perbuatan adalah
dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan ketentuan
syariatnya. Orang yang bersyukur akan ditambah Allah rahmat dan nikmatnya, seperti
ditegaskan Allah: ”Jika kamu besyukur niscaya akan ditambah Allah (nikmatnya) dan
jika kamu kafir niscaya azabku sangat pedih.’’ (Q.S;14:7).
93
g. Tawadlu’
Tawadlu’ adalah sikap rendah hati, menghargai siapa saja yang di hadapinya,
orang tua atau muda, kaya atau miskin. sifat ini lahir dari kesadaran akan hakikat
dirinya sebagai manusia yang lemah, serba terbatas yang tidak layak bersikap
sombong. Dalam hal ini Allah berfirman: ”Janganlah kamu memalingkan mukamu
dari orang lain, dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
meambanggakan diri.’’ (Q.S;31:18).
Sikap tawadlu’ melahirkan sikap ramah, jauh dari sifat hasad dan zolim, dapat
bersahabat dengan siapa saja, memiliki banyak teman dan disenangi dalam pergaulan.
2.Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
a. Beribadah kepadanya dengan ikhlas
Yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah Allah sesuai dengan
perintahnya. Seorang muslim adalah membuktikan ketundukan dan kepatuhannya
terhadap perintah Allah. Berakhlak kepada Allah dilakukan melalui media
komunikasi yang telah disediakan yang diantaranya beribadah shalat. Perintah
beribadah dengan ikhlas ditegaskan Allah dalam firmannya: ”Pada hal mereka tidak
disuruh kecuali supaya menyambah Allah dengan memurnikan ketaqwaan
kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, demikianlah agama yang lurus’’.
(Q.S;98:5).
b. Mentauhidkan Allah.
Allah itu maha esa setiap mukmin yang memiliki pengetahuan tentang
keMahaesaanNya, maka aktivitas kesehariannya tertuju hanya kepada Allah semata.
Dia juga akan terhindar dari perkataan yang berbau syirik. Allah memang
memerintahkan kepada setiap hambaNya untuk mengesakanNya dan tidak
mensyarikatkanNya. dalam Al-Qur’an ditegaskan: ”Katakanlah dialah Allah yang
Maha Esa, Allah adalah Ttuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu Dia
94
tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada satupun yang setara
denganNya’’. (Q.S;112:1-4).
c. Bertawakal
Yaitu mempercayakan diri kepada Allah di kala melakukan sesuatu perbuatan.
bertawakal kepada Allah adalah gambaran orang yang bersungguh-sungguh bekerja
keras untuk melaksanakan rencana atau program yang sudah dirancang dengan teori-
teori ilmiah, sedang ketika telah bertekad untuk mengerjakan dia percayakan
semuanya kepada Allah. Dalam hal ini Allah berfirman: ”Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu apabila disebut nama Allah hatinya beargetar dan apabila di
bacakan ayat-ayat Al-Qur’an bertambahlah imannya dan kepada Allah lah mereka
bertawakal.”
menyuruh manusia berdoa seperti dalam ayat berikut.: ”Hanya kepada engkau kami
menyembah dan kepada engkau kami meminta pertolongan.’’ (Q.S;1:5). Orang-orang
yang tidak pernah berdoa adalah orang-orang yang tidak menerima keterbatasan
dirinya, karena itu dia adalah orang yang sombong.
f. Berzikir Kepada Allah
Yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi. Baik berzikir
dengan mulut maupun dengan hati. Dengan berzikir kepada Allah akan
mententramkan hati dan menyejukkan perasaan dan pikiran. Dalam hal ini Allah
berfirman. ”Ingatlah dengan berzikir kepada Allah hati menjadi tentram.
(Q.S;13:28).
Allah berikan kepada laki-laki dari pada perempuan dan dengan sebab (nafkah) yang
laki-laki keluarkan dari hartanya untuk perempuan-perempuan.’’ (Q.S;4:34).
b. Melayani Suami
Sebagai seorang istri punya kewajiban yang harus ditunaikan terhadap
suaminya, yaitu memberi pelayanan secara maksimal sesuai apa yang di ingini
suaminya. Dalam suatuhadits Nabi Saw menjelaskan. ”Apabila seorang suami
mengajak istrinya tidur lalu istrinya enggan memenuhinya lalu suaminya tidur dalam
keadaan marah, maka malaikat mengutuknya menjelang subuh.” (H.R Muttafad
Alaih).
istrinya. Hadisnya Nabi menyatakan, “Allah sangat benci kepada wanita (istri) yang
tidak berterima kasih kepada suaminya padahal dia butuh pada suaminya. “ (HR.An
Nasai).
”Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyambah selain dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik baiknya.”
(Q.S;17:23).
c. Berkata Dengan Lemah Lembut
Setiap anak wajib berkata sopan dan baik terhadap orang tuanya, tidak boleh
berkata kasar, tidak boleh berkata lebih tinggi suaranya dari suara orang tuanya,
apalagi memarahi dan menyakitinya, apalagi membunuhnya dia tidak akan
mendapatkan hak waris apapun dari harta orang tuanya. Dalam Al-Qur’an Allah tegas
mengatakan: ”Jika salah seorang dari orang tuamu atau keduanya sampai usia lanjut
dalam pemeliharannya maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan pada keduanya
perkataan ”ah” dan janganlah kamu membentak-bentak mereka, ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.” (Q.S;17:23).
d. Merendahkan Diri Di Hadapan Mereka
Setiap anak dilarang sombong atau merasa hebat atau merasa lebih berkuasa dari
orang tuanya, siapapun dia, baik dia pejabat, pengusaha, punya kekuasaan atau
wewenang, namun kedua orang tuanya lebih dari dia. Selanjutnya dia harus
menghormati dan memuliakannya, seperti diperintahkan Allah dalam firmannya:
”Dan hendak kamu memuliakan ibu bapakmu dengan penuh kasih saying.”
(Q.S;17:24).
e. Berterima Kasih Kepada Keduanya
Berterima kasih kepada Ibu Bapak menjadi ketetapan dalam ajaran agama yang
dilakukan seseorang kepada orang lain khususnya terhadap ibu bapak. Orang yang
tidak mau bearterima kasih kepada orang lain berarti dia juga tidak mau berterima
kasih kepada Allah. Bersyukur kepada ibu bapak sudah menjadi kewajiban dalam
Islam. Firman Allah yang memerintahkan yang demikian itu adalah: ”Dan telah kami
wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah
mengandungnya dengan menderita kelemahan yang sangat dan menyusukannya
selama dua tahun. Berterima kasihlah kepada ku dan kepada ke dua orang tuamu
dan kepadKku tempat kembalimu.” (Q.S;17:14).
101
f. Mendo’akan Keduanya
Orang tua harus mendo’akan keselamatan bagi anak-anaknya dan anak-ananya
diharuskan oleh Allah untuk mendo’akan kedua orang tuanya supaya Allah
melimpahkan rahmat dan ampunan bagi ke dua ibu bapaknya. Do`a yang dimaksud
adalah seperti yang ditegaskan Allah dalam firmannya: ”Hai tuhanku ampunilah
kedua ibu bapakku dan kasihinilah keduanya sebagaimana keduanya mengasihi aku
dimasa kecil.” (Q.S;17:24). Orang tua menjadi sebab adanya anak-anak, karena itu
akhlak terhadap orang tua sangat ditekankan oleh ajaran Islam. Bahkan berdosa
kepada orang tua termasuk dosa besar yang siksanya tidak hanya di peroleh di akhirat
tetapi juga selagi hidup didunia (A.Toto Suryama AF,Dkk,1997,195).
7. Akhlak Terhadap Alam Lingkungan
Misi agama islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada
manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup.Nabi Muhammad tidak diutus
melainkan menjadi rahmat bagi alam semestai.(Q.S;21:107).
Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah
di bumi yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan,
mengelola,melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin
dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitar. Memakmurkan
alam adalah mengelola sumber daya alam shingga dapat memberi manfaat bagi
ksejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri. Allah menyediakan bumi
yang subur ini untuk di sikapi oleh manusia dengan kerja keras mengolah dan
memeliharanya nilai tambah yang tinggi.
Berakhlak terhadap alam adalah menyikapinya dengan cara memelihara
kelangsungan hidup dan kelestariannya. Agama Islam menekankan agar manusia
mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam.sebab alam yang rusak dan
merugikan, bahkan menghancurkan kehidupan manusia
Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan di angkatnya manusia sebagai khalifah
dibumi yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas mengelola, memakmurkan,
melestarikan alam.berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menyalin dan
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitar.
102
Akhlak dari suatu bangsa itulah yang menentukan sikap hidup dan perilaku
perbuatannya. Intelektualitas suatu bangsa tidak besar pengaruhnya dalam hal
kebangunan dan keutuhan. Sejarah mencatat betapa kerajaan romawi yang yang
besar yang mempunyai peradaban dan kemajuan yang tinggi di Barat, telah dapat di
gulingkan oleh kaum Indo jerman yang masih setengah biadap. Demikian juga
kerajaan Abasiyah di Timur yang memiliki tamaddum yang tinggi, telah di runtuhkan
oleh bangsa mongol yang tidak mengenal kebudayaan. Seluruh sejarah bangsa-bangsa
mengajarkan kepada bangsa, bahwa tidak ada suatu bangsa yang jatuh karena terjadi
krisis intelektual.,tetapi suatu bangsa jatuh adalah karena krisis akhlak.
Begitulah keutmaan akhlakul karimah, bila di miliki setiap orang, masyarakat
dan bangsa, akan mewujudkan keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan dalam
kehidupan di alam semesta ini. Intelektual yang tinggi tidak bermakna apa-apa, kalau
tidak di landasi oleh akhlak yang mulia, bahkan hanya akan mendatangkan
malapetaka saja.
Kalangan sufi adalah sosok yang tingkat aktualisasi akhlak dalam kehidupan
mereka sangat tinggi.seseorang yang tingkat pengetahuan agamanya tinggi di
kalangan orang sufi belum merupakan pengetahuan hakiki. Bagi orang yang sufi
pengetahuan yang hakiki itu adalah pengetahuan tentang Tuhan melalui hati sanubari.
Bagi imam al-Ghazali untuk mencapai akhlak yang baik ada tiga
cara,pertama, akhlak yang merupakan anugerah dan kasih sayang Allah yakni orang
memiliki akhlak baik secara alamiah (bi al- tabiah wa al- fitrah) sebagai sesuatu yang
di berikan Allah kepadanya sejak ia di lahirkan. Kedua, dengan mujahadah (menahan
diri). Ketiga, dengan riyadhah, melaith diri secara spiritual dan bentuk riyadhah yang
di sepakati para sufi,yang antara lain dengan dawam al zikr. Bagi kalangan ahli etika
upaya untuk mengubah kebiasaan yang buruk menurut Ahmad Amin adalah seperti
yang di kutip Ishak Solih adalah sebagai berikut:
1. Menyadari perbuatan buruk, bertekad untuk meninggalkannya.
2. Mencari waktu yang baik untuk mengubah kebiasaan buruk dan mewujudkannya
dengan niat atau tekad semula.
3. Menghindarkan diri dari segala yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk itu
terulang.
104
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
BAB VI
IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM
Pengetahuan pada hakikatnya adalah salah satu sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Pengetahuan tinggi yang dimiliki sesorang bukan untuk kesombongan
tetapi untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Agar ilmu pengetahuan itu dapat diri
kepada Tuhan, maka pengisian diri dengan ilmu tersebut harus dengan unsur-unsur
fitrah manusia seperti roh, kalbu, akal dan nafsu.
Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian.
Sebab itu seseorang memperdalam ilmu tentu disebut sebagai spesialis, sedangkan
orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis.Karena keterbatasan
manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara
mendalam.
disamakan dengan kebaikan. Yang indah adalah yang nyata dan yang nyata adalah
yang baik.
Keindahan seni dalam Islam adalah seni yang tidak terlepas dari nilai-nilai
ketuhanan seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan menjadi semu, tidak akan mampu
menimbulkan nilai-nilai aestetik dalam perasaan batin sipengamat dan seni tidak
memiliki daya tarik atau tidak akan beralaku abadi.
Demikian pula halnya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditemukan
dan dikembangkan harus tidak bertentangan dengan nilai - nilai ketuhanan, sehingga
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut membawa manfaat bagi kehidupan umat
manusia.
1. Sumber Ilmu Pengetahuan.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang mengajak menusia yang berfikir cerdas untuk
membaca dan mengamati semua realita dialam ini.Ayat –ayat Al-Qur’an yang
diturunkan pertama kali adalah berisi perintah belajar dan menemukan ilmu
pengetahuan.Perintah tersebut berbunyi : ’’Bacalah dengan menyebut nama
Tuahanmu Yang Maha Mulia .Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia yang mengajar amanusia dengan
perantaraan kalam . Dan Dia mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak
diuketahuinya. (Q.S:96:1-5).
Demikianlah Alllah menjelaskan pentingnya mempelajari ilmu pengetahuan,
dengan ilmu pengetahuan segala kebutuhan akan dapat dipenuhi.
Al-Qur’an sebagai sumber informasi dan sumber ilmu tentang ajaran-ajaran
Islam mengajak para ahli fakir untuk memperhatikan alam jagat raya ini. Sehingga
antara alam dengan wahyu tidak dapat dipisahakan, karena keduanya saling
menafsirkan dan saling memberi petunjuk kepada manusia mengenai jalan yang harus
ditempuh untuk menciptakan progress dalam kehiudupanb duniawi dan
kesejahteraan ukhrawi.
Selanjutnya dari wahyu pertma yang telah disebutkan sebelumnya diperoleh
isyarat bahwa ada cara memeperoleh dan mengembangkan ilmu yaitu Allah
mengajarkan dengan pena yang telah diketahui manusia sebnelumnya, dan
mengajarkan manusia tanpa pena tentang hal yang belum diketahhuinya . Cara
110
pertama adalah mengajar dengan alat atasa dasar usaha manusia . Cara kedua adalah
dengan mengajar tanpa alat dan tanpa ada usaha manusia.Walaupun berbeda
,keduanya berasal dari satu sumber yaitu Allah Swt.
Setiap pengetahuan mempunyia subjek dan objek. Secara umum subjek
ditenyukan peranannya untuk memahami objek. Pengalaman ilmiah menunjukkan
bahwa objek tersebut kadang-kadang memperkenalkan diri kepada subjek tanpa
usaha sang subjek. Misalnya Komet Holley yang memasuki cakrawala hanya sejenak
setiap 76 tahun, pada kasus ini walaupun paara astronom menyiapkan diri dengan
peralatan mutkhir untuk mengamnati dan mengenalinya , sesungguhnya yang lebih
berperan adalah kehadiran komet itu dalam memperkrnalkan diri. Wahyu, ilham,
intuisi firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya, atau apa yang
diduga sebagai kebetulan yang dialami oleh ilmuan yang tekun, semuanya tidak
lain adalah bentuk –bentuk pengajaran yang dapat dianalogikan dengan kasus komet
diatas. Itulah pengajaran tanpa kalam yang ditegaskan Allah dalam wahyu pertama
tersebut.
Berbagai macam fikiran yang didorong pengembangannya oleh wahyu
dapat disebutkan contohnya yaitu antara lain :
a. Pemikiran tentang benda-benda alangit dan angkasa raya yang melahirkan ilmu-
ilmu astronomi, metereologi, alam falaq, geologi.
b. Pemikiran tentang alam tumbuh-tumbuhan yang merangsang ilmu-ilmu pertanian.
c. Pemikiran tentang alam hewani yang melahirkan ilmu-ilmu tentang kehewanan.
d. Pemikiran tentang dunia obat-obatan yang melahirkan ilmu kefarmasian.
e. Pemikiran tentang ekonomi atau perdagangan dalam arti luas
f. Pemikiran tentang masalah kemasyarakatan yang melahirkan ilmu –ilmu social.
g. Pemikiran tentang masalah -masalah hukum .
h. Pemikiran tentang masalah-masalah moral dan etika.
i. Pemikiran tentang masalah filsafat.
secara tidak langsung betapa agung dan indahnya pencipta alam mini yang
merupakan sumber dari segala keindahan.
Karya seni yang diciptakan seseorang haruslah sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.Seni dibuat seseorang pada dirinya haruslah bernuansa Islami tidak
merangsang seperti model pakaian yang memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh, atau
menampilkan keseksian tubuh. Demikian juga keindahan yang diwujudkan dalam
bentuk lain seperti film, music, lukis, ukir dan satra yang bernuasa Islami.
4. Keutamaan orang yang Berilmu.
Islam sangat mengutamakan orang yang berilmu pengetahuan, karena itu
setiap orang wajib belajar dan menigkatkan ilmu pengetahuan tanpa batas. Wahyu
pertama yang diturunkan Allah adalah perintah untuk mencari ilmu pengetahuan
dengan cara banyak membaca dan menulis.
Orang-orang yang berilmu adalah orang yang berakal dalam Al-Qur’an
disebut dengan uli albab.Al-Qur’an banyak menyebut keutamaan orang berilmu.
Seperti difirmankan Allah: ’’Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka terdapat
pengajaran bagim orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitan yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum beriman.
(Q,S;12,111). Dalam ayat diatas digambarkan bahwa hanya orang-orang yang
berilmu yang dapat menangkap pelajaran dari kisah-kisah Al-Qur’an dan hukum-
hukum Allah, sedang orang –orang yang tidak cerdas atau bodoh ataumlali
meskipun mereka lansung mengalami kejadian tersebut, tetap saja kelalaian dan
kebodohan mereka tidak daapat menangkappelajaran dari kejadian yang terjadi.
Orang-orang yang berilmulah yang dapat membaca dan mengambil pelajaran dari
kisah-kisah al-Qur’an dan pelajaran sejarah serta membaca realita kehidupan.
Menjelaskan keutamaan orang-orang berilmu, memimbing manusia dan
memanfaatkan ilmua bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya
juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kasturi yang harum dan
menyebarkan keharuman kepada yang berpapasan dengannya. Akal adalah
perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (hati manusia), antara pikiran dan
emosi manusia. Intelek adalah akal untuk memperoleh pengetahuan alam nyata.
115
Dalam membentuk pengetahuan, intelek terikat oleh yang komplit, oleh kerana itu ia
hanya mungkin berjalan selangkah demi selangkah, menyelesaikan arah demi arah.
Intuisi adalah alat untuk alam tidak nyata. Dalam membentuk pengetahuan ia dapat
melakukan lompatan dari tidak tahu tiba-tiba menjadi tahu.
Dalam penjelasan diatas terlihat akal dan hati merupakan alat untuk
memperoleh pengetahuan. Akal mengarah pada analisis terhadap alam nyata untuk
memperoleh ilmu sedang hati mengarah pada merasakan sesuatu yang dibalik alam
nyata. Seperti sesesorang yang melihat sekilas keindahan sekuntum bunga atau
keindahan alam dia segera dapat melihat keindahan bunga atau keindahan alam
tersebut seperti seoranga seniman baik.
Orang yang berilmu itu adalah orang yang mampu melihat kebenaran yang
disampaikan Tuhan melalui para rasulnya dan mereka menyadari bahwa apa saja
yang diturunkan Allah kepada rasulNya tersebut mengandung kebenaran yang pasti
seperti yang difirmankan Allah : “adakah orang-orang yang mengetahui
bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan
orang yang buta? Hanya orang-orang yang berakallah yang dapar mengambil
pelajaran. (Q.S.,13:19).
Ayat ini menmpatkan orang-orang cerdas dan berilmu sebagai orang yang
mampu menemukan kebenaran yang disampaikan Allah melalui para rasulnya.
Orang-orang yang lalai dan tidak mau menggunakan akalnya tidak akan menemukan
kebenaran yang disampaikan pada mereka.
Islam menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan itu bagaikan cahaya yang
menyinari hidup manusia sehingga hidupnya menjadi cerah dan sejahtera, sedangkan
kebodohan dilambangkan dengan kegelapan. Perumpamaan itu adalah bahwa betapa
pentingnya ilmu dan betapa terhormatnya orang-orang yang berilmu, dan sebaliknya
kebodohan menimbulkan kesulitan dan penderitaan dan betapa rugi dan malangnya
orang-orang yang tidak berilmu itu.
Terdapat ayat-ayat al-Qur’an yang menempatkan orang-orang yang berilmu
pada derajat yang tinggi, firman Allah berikut menjelaskan : “Allah mengangkat
derajat orang orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu diatara kamu
beberapa derajat”. (Q.S.,58:11).
116
pendengaran, penglihatan dan segala anggota tubuh lainnya yang lebih sempurna
dari mahkluk lainnya. Kemampuan manusia lebih baik, maka manusia ditawari oleh
Allah untuk memikul amanah dan manusia menyatakan sanggup memikul amanah
tersebut seperti yang dinyatakan Allah dalam firmannya : “Sesungguhnya kami telah
menawarkan amanah kepada langit dan bumi dan gunung-gunung maka semuanya
engga untuk memikul amanah tersebut, mereka khawatir akan menghianatinya dan
dipikullah amanah itu oleh manusia, sesungguhnya manusia itu zolim lagi bodoh.
(Q.S., 33:72).
Kehadiran manusia dimuka bumi adalah untuk memikul amanah berupa
kewajiban dan tanggung jawab terhadap Allah dan dirinya sendiri serta terhadap
sesama manusia dan terhadap alam lingkungan.
Kehidupan semua jenis mahkluk saling berkaitan. Bila terjadi gangguan yang
luar biasa terhadap salah satunya, maka mahkluk yang berada dalam lingkungan
hidup itu akan terganggu. Tuhan menciptakan segala sesuatu dalam keseimbangan
dan keserasian yang harus dijaga dan dipelihara agar tidak mengakibatkan
kerusakan.
Manusia jangan hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri atau
kelompoknya saja. Dia harus memikirkan dan bertindak untuk kepentingan dan
kemaslahatan semua pihak dia tidak boleh bersikap sebagai penakluk alam atau
berlaku sewenang-wenang terhadap makhluk sekitar, karena yang menundukkan
alam hanya Allah.
Manusia dengan akalnya dianjurkan mengelola alam tanpa merusaknya.
Manusia harus memikirkan bagaimana supaya lingkungan hidup tetap lestari
sehingga dapat memanfaatkan dan juga dapat manfaatkan oleh generasi seterusnya.
(Jamal Syarif Ibrani, 2003, 105).
Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksploitasi alam serta mengenali
sumber-sumber daya alam tersebut dan memanfaatkannyasebesar-besar kemanfaatan
bagi manusia. Karena alam diciptakan untuk kehidupan manusia. Untuk menggali
potensi alam diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang-orang yang
memiliki ilmu yang cukup atau para intelektua yang sanggup mengeksploitasi
sumber daya alam. Akan tetapi para ilmua itu harus sadar bahwa potensi sumber
118
daya alam akan habis dikuras untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia, apabila
tidak dijaga keseimbangannya tentu membawa malapetaka. Oleh sebab itu tanggung
jawab kekhalifahanan banyak bertumpu pada ilmuan dan cendekiawan. Mereka
mempunyai tanggung jawab yang jauh lebih besar dibanding dengan manusia yang
tidak memiliki ilmu pengetauhan. Bagi mereka yang tidak memiliki ilmu tidak
mungkin mengeksploitasi alam secara berlebihan. Mungkin hanya sekadar
kebutuhan primer bukan untuk pemenuhan hawa nafsunya, karena mereka tidak
memiliki kemampuan untuk mengeksploitasi alam secara besar-besaran, dan mereka
tidak sanggup menjaga keseimbangan dan kelestarian alam secara sistematis.
Kerusakan lingkungan hidup pada dasarnya adalah karena ulah perilaku
manusia. Karena itu manusia harus memperhatikan segala dampak baik buruk dari
tindakan yang diambil manusia dalam menggunakan sumber daya alam mini.
Akibat akhlak yang buruk terhadap alam lingkuangan dapat disaksikan
dengan jelas bagaimana hutan yang dieksploitasi tanpa batas melahirkan
malapeteaka, kebakaran hutan yang menghancurkan habitat hewan-hewan yang ada.
Eksploitasi kekayaan laut yang tampa memperhitungkan kelestarian ekologi laut
melahirkan kerusakan hebat habitat hewan laut.
119
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Abudin, Nata, dkk 2005 Integrasi Ilmu Agama dan Umum. PT Grafindo. Jakarta
Azra, Asyu Mardi, dkk 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum.Dirjen Dikti Agama Islam Departemen Agama RI, Jakarta
Departemen, Agama RI. 2000. Buku Daras Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum, Fakultas/Jurusan Prodi Filsafat, Depertemen Agama RI Jakarta
Depertemen, Agama RI 2000. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada perguruan
Tinggi Umum. Direktorat Jendral Pembinaan Kelebagaan Agama Islam, Jakarta
Mustofo, Habib, 1983, Ilmu Budaya Dasar. Usaha Nasional. Surabaya
Mansur, Hamdan, dkk 2004 materi intruksional Pendidikan Agama Islam Di Perguruan
Tinggi Umum, Departemen Agama RI. Jakarta
Rasyidi, HM dkk, 1984. Islam Filsafat. Buku Daras Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum. CV Kuning Emas. Jakarta
Shihab, Quraish, 1999. Wawasan al-Qur’an, Mizan Bandung
Syarif, Jamal Ibrani, dkk 2003. Mengenal Islam, El-Kahfi. Jakarta
Sumarwoto, Oto, 1984. Ekologi lingkungan Hidup dan Pembagunan. Jambatan. Jakarta
Salim, Emir 1985. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Mutiara simber widya. Jakarta
121
BAB VII
Agar mahasiswa dapat mengetahui makna ajaran Islam dan dapat menerakannya
dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebuthannya.
Islam sebagai nama dari agama yang Allah turunkan sebelum dinyatakan
sebagai eksplisit pada masa kerasullan sebelum Muhammad SAW, tetapi makna dan
substansi ajarannya secara implisit memiliki persamaan yang dapat dipahami dari
pernyataan sikap para Rasul sebagaiman Allah berfirman dalam QS. 2: 132 “Dan
Ibrahim telah mewariskan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub,
(Ibrahim berkata) : Hai anak-amakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memluk agama Islam.
Ajaran agama Islam memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Sesuai dengan fitrah hidup manusia, artinya : ajaran agama Islam mengandung
petunjuk yang sesuai dengan sifat dasar manusia, baik dari aspek keyakinan,
perasaan, maupun pemikiran. Sesuai dengan kebutuhan hidup manusia.
Memberikan manfaat tanpa menimbulkan komplikasi dan menempatkan manusia
dalam posisi yang benar.
2. Ajarannya sempurna, artinya, materi ajaran Islam berisi petunjuk-petunjuk pada
seluruh kehidupan manusia. Petunjuk itu adakalanya disebut seca eksplisit dan
implisit. Untuk memahami petunjuk yang bersipat implisit dilakukan dengan
ijtihad.
3. Kebenarannya mutlak. Kebenaran itu dapat dipahami karena ajaran Islam berasal
dari Allah yang Maha Benar, dan dapat pula dipahami dari bukti-bukti materil,
serta bukti rillnya.
4. Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Sekalipun menurut
ajaran Islam manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah, tetapi nilai
ibadah manusia terdapat dalam seluruh aspek kehidupan, dan manusia harus
memperhatikan berbagai aspek kepentingan dalam kehidupannya.
5. Fleksibel dan ringan, artinya ajaran Islam memperhatikan dan menghargai kondisi
masing-masing individu dalam menjalankan aturannya, dan tidak memaksakan
orang Islam untuk melakukan sesuatu diluar batas kemampuannya.
6. Berlaku secara universal, artinya ajaran Islam berlaku untuk seluruh umat
manusia didunia sampai akhir masa.
7. Sesuai dengan akal pikiran dan memotivaasi manusia untuk menggunaka akal
pikirannya.
123
3. Fungsi islam sebagai rahmat Allah tidak tergantung pada penerimaan atau
penilaian manusia.
Subtansi rahmat terletak pada fungsi ajaran tersebut, dan fungsi itu baru akan
dirasakan, baik oleh mahluk-mahluk yang lain apabila manusia sebagai pengemban
amanah Allah telah mentaati ajaran tersebut. Fungsi Islam sebagai rahmat Allah bagi
semua alam itu dijelaskan oleh Allah dalam QS. 21 : 107 “ Dan tidaklah kami
mengutus kam, melainkan untuk menjadi Rahmad bagi semesta alam”
Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam yaitu :
1. Islam menunjuki manusia jalan hidup yang benar. Ajaran Islam sebagiannya
bersifat supra rasional, artinya di atas kemampuan akal manusia untik
mengetahuinya. Ajaran itu diperlukan manusia, baik sebagai substansi
pengetahuan maupun sebagai sarana pengabdian, seperti kemahaesaan Allah,
ajaran shalat dan lain-lain. Sebagian ajaran Islam yang lain bersifat rasional,
124
artinya mampu difahami rasionalitasnya, tetapi tanpa bimbingan Islam tidak ada
jaminan kalau manusia sendiri dengan akalnya mampu menemukannya, ajaran
Islam memberikan kemudahan sehingga kerja akal lebih effisien, seperti bersikap
adil terhadap sesame manusia, memanfaatkan alam secara proporsional, dan lain-
lain.
2. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang
diberikan oleh Allah secara bertanggung jawab. Sekalipun Allah memberikan
petunjuk kebenaran bagi manusia, tetapi Allah tidak memaksakan kehendakNya
itu. Allah hanya mengingatkan konsekuensi-konsekuensi yang harus diterima
manusia dengan pilihan hidupnya itu. Manusia bebas untuk menerima atau
menolaknya. Penilaian dan balasan Allah terhadap pilihan hidup manusia secara
mutlak akan diberikan dihari kiamat nanti. Dalam QS. 10: 99 “ Dan jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang berada diseluruh
bumi. Maka apakah kamu (hendak)memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya”.
3. Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah, baik
mereka muslim maupun non muslim. Dihadapan Allah manusia itu sama. Yang
membedakan manusia yang satu dengan yang lain hanya ketakwaannya. Asas
persamaan itu mengharuskan perlakuan adil kepada setiap manusia dan tidak
boleh menyakiti, menzalimi satu sama lain. Apabila terjadi konsekuensi-
konsekuensi dalam kehidupan, seperti harus dikenakan sanksi hukum.
4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional.
5. Islam menghormati kondisi fisisk individu manusia dan memberikan perlakuan
yang spesifik pula.
perasaan itu menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain
mengalami kesulitan, dan sikap untuk membagi kesenangan kepada pihak lain bila
salah satu pihak menemukan kesenangan.
Ukhwah atau persaudaraan berlaku sesame umat Islam, yang disebut dengan
Ukhwah Islamiyah, dan berlaku pula pada semua umat manusia secara universal
tanpa membedakan agama, suku dan aspek-aspek kekhususan lainny, yang disebut
Ukhwah insaniyah.
Persaudaraan sesama muslim, berarti saling menghormati dan salaing
menghargai relativitas masing-masing sebagai sifat dasar kemanusian, seperti
perbedaan pemikiran, sehingga tidak menjadi penghalang untuk saling tolong
menolong karena diantara mereka terikat oleh suatu keyakinan dan jalan hidup , yaitu
Islam. Agama Islam memberikan petunjuk yang jelas untuk menjaga agar
persaudaraan sesame muslim itu dapat terjalin sengan kokoh sebagaimana disebutkan
dalam QS 49: 10 “ Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu
mendapatkan rahmad.
Dalam praktek, ketegangan yang sering timbul intern umat beragama, antar
umat beragama, dan antara umat beragama dengan pemerintah yang disebabkan oleh :
▪ Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau missi.
▪ Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama
pihak lain.
▪ Para pemeluk agamatidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati
bahkan memandang rendah agama lain.
▪ Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi
dalam kehidupan masyarakat.
▪ Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama,
antar umat beragama dengan pemerintah.
▪ Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
Dalam pembinaan umat beragama, para pemimpin dan tokoh agama
mempunyai peranan yang besar, yaitu :
• Menerjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama dalam kehidupan masyarakat.
• Menerjemahkan gagasan pembangunan kedalam bahasa yang dimengerti
masyarakat.
• Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara
yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan.
• Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta
dalam usaha pembanguna.
Perbedaan agama yang terjadi diantara umat manusia merupakan konsejuensi
dari kebebasan yang diberikan oleh Allah, maka perbedaan agama tidak menjadi
penghalang bagi manusia untuk saling berinteraksi social dan saling membantu,
sepanjang masih dalam kawasan kemanusian.
127
➢ Mendirikan masjid
➢ Menyelenggarakan pengajian
➢ Mendirikan lembaga wakaf
➢ Memdirikan lembaga pendidikan Islam
➢ Mendirikan lembaga keuangan dan perbankan syariah
➢ Mendirikan media masa Islam : Koran, radio, televise, dll
➢ Mendirikan panti rehabilitasi anak-anak nakal
➢ Menmbuat jaringan informasi social
Sebagai agama yang universal dan komprehensif, Islam mengandung ajaran
yang integral dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia. Islam tidak hanya
mengajarkan tentang akidah dan akhlaq semata, tetapi Islam juga mengandung ajaran
dibidang IPTEKs dan bidang-bidang kehidupan lainnya.
Keberadaan agama Islam menjadi wujud kasih saying Allah bagi makhluknya.
Karena itu Islam disebut agama rahmat bagi semesta alam karena menghormati
semua manusia sebagai manusia sebagai mahluk Allah dan bahkan semua makhluk-
Nya. Islam melarang menyakiti orang non Islam, dan juga Islam melarang berbuat
yang merusak alam lingkungannya. Ketidak stabilan alam akan berakibat buruk bagi
alam itu sendiri dan juga bagi manusia
130
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Daud Ali, Mohammad, Prof., H., Pendidikan Agama Islam, Jakarta,: Rajawali Pers,
Cetakan ke satu,1998.
Depertemen Agama RI, buku Teks Pendidikan Agam Islam pada Perguruan Tinggi
Umum, Jakarta: 2000
Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, Jakarta: Depag RI,
1980.
Imarah, Muhammad, Dr., Islam dan Prularitas, Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattanie,
Jakarta: Gema insani, Cetakan ke satu, 1999.
Nurcholis Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta: Paramadina, Cetakan keenam,
2002.
al-Qardhawy, Yusuf, Dr., Anatomi Masyarakat Isalam, Penerjemah Setiawan, Budi
utomo, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, Cetakan ke satu, 1999
Tarmizi Taher, Kerukunan Hidup Umat beragama dan Studi Agama-agama, Mekalah,
Yogyakarta: LPKUB IAIN Sunan Kalijaga, 1998.
132
BAB VIII
MASYARAKAT MADANI
2. Mahasiswa dapat mengetahui kondissi SDM umat Islam, parameternya dan konsep
peningkatan kualitasnya
3. Mahasiswa dapat mengetahui konsep zakat dan wakaf dan fungsinya bagi
kesesejahteraan umat.
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengelolaan zakat dan wakaf yang dapat
mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial.
1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep masyarakat madani menurut ajran islam dan
karakteristiknya.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan kondisi SDM umat Islam, parameternya dan konsep
peningkatan kualitasnya.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep zakat dan wakaf dan fungsinya bagi
kesejahteraan umat.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan dan melaksanakan cara pengelolaan zakat dan wakaf
yang dapat meningkatkan kesejaheraan umat.
133
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan
Renaisans, gerkan masyarakat sekuler yang memingirkan Tuhan. Sehingga civil society
mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan
masyarakat Madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alas an ini
Maarif mendefinisikan masyarakat maani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka,
egalitar dan toleran atas landasan nilai-nilai etik morala trasendental yang bersumber
dari wahyu Allah
a. Istilah ujtama’al madani digunakan oleh seorang ahli sejarah dan peradaban islam
dari Malaysia, Naquib Al-Attas. Kemudian diperkenalkan oleh Anwar ibrahim
(mantasn wakil perdana menteri Malaysia) kepada masyarakat Indonesia dalam
ceramah Simposium Nasional dalam rangka Festival Istiqlal, 26 September 1995. ia
merumuskan masyarakat madani adalah suatu sitem social yang subur yang
didasarkan pada prinsip moral yang menjamin keseimbanagn antara kebebasan
perorangan dengan kestabilan masyarakat, serta masyarakat mendorong daya usaha
dan inisiatif indifidu, baik dari segi pemikiran seni, ekonomi, maupun teknologi.
System social yang subur dalam pelaksanaan pemerintahan mengikuti undang-
undang, bukan nafsu atau keinginan individu, serta menjadi kecenderungan dan
ketulusan satu sistemnya. Oleh karena itu konsep masyarakat Madani mengacu
pada model ideal kehidupan masyarakat madinah pada zaman Nabi Muhammad
SAW, yang berdasarkan pada suatu konstitusi yang bernama piagam madinah,
maka karakteristik masyarakat madani diukur dengan piagam madinah yang
berjumlah 47 pasal.
b. Menurut Komaruddin Hidayat, bagi kalangan intelektual muslim kedua istilah
antara masyarakat agama dan Madani memiliki akar normative dan keagamaam
sebagaimana yang diwujudkan oleh Muhammad SAW di Madinah, yang berarti
kota “peradaban”, kota yang semula bernaba Yatrib ke Madinah difahami oleh umat
islam sebagai manifesto konsptual mengenai upaya Rasullah dengan masyarakat
Madawi dan Nomad
c. Menurut Mufid, menyatakan bahwa masyarakat madani terdiri dari berbagai warga
yang beraneka “warna”, bakat dan potensi. Karena itulah masyarakat madani
disebut sebagai masyarakat “multi-kuota” (a multi quata society).
1. Masyarakat Saba’. Yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman. Nama Saba’ yang
terdapat dalam Al- Quran itu bahkan dijadikan nama salah satu surat Al-Quran,
135
yaitu surat ke-34. Keadaan masyarakat Saba’ yang dikisahkan dalam Al-Quran itu
mendiami negeri yang baik, yang subur dan nyaman. Ditempat itu terdapat kebun
dan tanamannya yang subur, yang menyediakan rezki, memenuhi kebutuhan hidup
madyarakat. Negeri yang indah itu meruoakan wujud dari kasih saying Allah yang
disediakan bagi masyarakat Saba’. Allah SWT juga Maha Pengambpun bila terjadi
kealpaan pada masyarakat tersebut. Karena itu Allah memerintahkan masyarakat
Saba’ untuk bersyukur kepada Allah SWT yang telah menyediakan kebutuhan
hidup mereka. Kisah kehidupan masyrakat Saba’ ini sangat populerdengan
ungkapan Al-Quran. : Baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur
2. Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjian dengan penduduk Madinah
yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aum dan Kharaj.
Madinah adalah nama kota dinegara Arab Saudi, tempat yang didiami Rasullulah
sampai akhir ayat beliau. Kota itu sangat popular karena menjadi pusat lahir dan
berkembangnya agama Islam setelah Mekah. Dikota itu pertama kali kali
Rasullulah membangun masjid yang dikenal dengan nama Masjid Nabawi.
Perjanjian Madinah aberisi kesepakatan ketiga unsure masyarakat untuk saling
saling tolong menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan social,
menjadikan al-Quran sebagai konstitusi, menjadikan Rasulullah SAW sebagai
pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan-keputusannya dan
memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah
ssuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Landasan hokum Tuhan dalam kehidupan social itu lebihobyektif dan adil, karena
tidak adanya kepentingan kelompok tertentu yang diutamakan dan tidak ada
kelompok lain yang diabaikan.
b. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun
secara kelompok menghormatib pihak lain secara adil. Kelompok social mayoritas
hidup berdampingan dengan kelompok minoritas sehingga tidak muncul
kecemburuan social. Kelompok yang kuat tidak menganiaya kelompok yang lemah,
sehingga tirani minoritas dan anarkhi mayoritas dapat dihindarkan.
c. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya. Prinsip tolong menolong antar anggota masyarakat
didasarkan pada aspek kemanusian serta kesulitan hidup yang dihadapi oleh
sebagian anggota masyarakat tertentu, sedangkan pihak lian mempunyai
kemampuan membantu untuk meringankan kesulitan hidup tersebut.
d. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan
oleh Allah SWT sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa tergangu oleh
aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut. Masalah yang menonjol dari dari sikap
toleran ini adalah sikap keagamaan, dimana setiap manusia memilki kebebasan
beragama dan tidak ada hak bagi orang lain yang berbeda agama untuk
mencampuri. Keyakinan beragama tidak dapat dipaksakan. Rasio dan pengalaman
hidup keagamaan manusia mampu menentukan sendiri agama yang dianggapnya
benar.
e. Keseimbangan antara hak dan kewajiban social. Setiap anggota masyarakat
memuliki hak dan kewajiban yang seimbang untuk menciptakan kedamaian,
kesejahteraan dan keutuhan masyarakatnya sesuai dengan kondisi masing-masing.
Konsep zakat, infak, sedekah dan hibah bagi umat Islam serta “jizayah” dan
“kharaj” bagi non Islam, merupakan salah satu wujud keseimbangan yang adil
dalam masalah tersebut. Keseimbangan hak dan kewajiban itu berlaku pada seluruh
aspek kehidupan social, sehingga tidak ada kelompok social tertentu yang
diiistimewakan dari kelompok social lainnya sekedar karena ia mayoritas. Kasus
pengusiran kaum Yahudi dari kota Madinah didasari oleh penghianatan mereka
137
yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau telah menjadi suatu kaidah yang
abadi didalam Al-Quran. Pluralitas juga pada dasarnya ketentuan Allah SWT
(sunnatullah), sebagaimana tertuang dalam Al-Quran surat Al-Hujarat (49) ayat 13,
dengan kata lain pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam kehidupan.
Dalam ajaran Islam, pluralisme merupaka karunia Allah yang bertujuan mencerdaskan
umat manusia melalui perbedaan konstruktif dan dinamis. Satu hal yang menjadi
catatan penting bagi kita adalah sebuah peradaban yang kosmopolit akan tercipta
manakala umat islam memilki sikapp inklusif fan mempunyai kemampuan (ability)
menyesuaikan siri terhadap lingkungan sekitar. Namun, dengan catatan identitas sejati
atas parameter-parameter autentik agama tetap terjaga.
Ketiga, adalah tegaknya prinsip demokrasi atau dalam dunia Islam lebih
dikenal dengan istilah musyawarah. Terlepas sari perdebatan mengenai perbedaan
konsep demokrasi dengan musyawarah, saya memandang dalam arti membatasi hanya
pada wilayah termonologi saja, tidak lebih. Mengingat di dalam Al-Quran juga
terdapat nilai-nilai demokrasi (surat As-Sura:38, surat Al-Mujadilah: 11)
Ketiga prinsip dasar setidaknya menjadi refleksi bagi kita yang menginginkan
terwujudnya sebuah tatanan social masyarakat madani dalam korteks hari ini. Paling
tidak hal tersebut menjadi modal dasar untuk mewujudkan masyarakat yang dicita-
citakan.
139
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam
adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia ynag Allah ciptakan. Di antara
aspek kebaikan umat Islam atu adalah keunggulan kualitas SDMnya disbanding umat
non Islam. Keunggulan kualitas umat yang dimaksud dalam Al-Quran itu sifatnya
normative, potensial, bukan rill. SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan
kualitas yang unggul. Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik,
ekonomi, militer dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu menunjukkan
perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam lebih dari 85% tetapi
karena kualitas SDM nya masih rendah, juga belum mampu memberikan peran yang
proporsional. Hukum positif yang berlaku di negeri ini bukan hokum Islam. System
social politik dan ekonomi juga belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-
tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.
sejarah bahwa negara-negara Islam yang dimulai dari kepemimpinan Rasulullah SAW
di Madinah, Khalifaurrasyidin dan sampai negara-negara islam sesudahnya terlihat
sekali adanya pencapaian-pencapaian peradaban besar dimuka bumi yang manfaatnya
dinikmati oleh segenap masyarakat.
Pada saat sekarang ini, dapat diketahui bahwa hampir semua negara Islam,
ekonominya tidak dikelola secara islam. Pengelolaan ekonomi cenderung memakai
system ekonomi kapitalis dengan mengikuti pola pengembangan ekonomi negara yang
terlibat pada organisasi APEC, AFTA, NAFTA, IMF dan Bank dunia. Realitas ini
berakibat pada kesenjangan segi kemakmuran dan kedamaian karena hanya dinikmati
oleh kelompok minoritas saja sedangkan banyak rakyat miskin semakin sulit kondisi
ekonomi mereka.
(keesaan) Allah SWT tanpa ilmu pengetahuan datau petunjuk da tanpa kitab yang
memberi penerangan
c. Alam merupakan karunia Allah SWT untuk dinikmati dan dan dimanfaatkan
manusia. Dalam surat Al-A’raf (7;31) Allah SWT menjelaskan tentang
pemanfaatan alam bagi manusia haruslah secara baik serta tidak melampaui bata-
batas ketentuan “Hai anak Adam, kenakanlah pakaian kamu yan indah disetiap
(memasuki) masjid, serta makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
d. Hak milik perorangan diakui sebagi hasil jerih payah dengan usaha yang halal dan
hanya boleh dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula. Hal ini dijelaskan dalam
surat Al-Baqarah (2;267) “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan
Allah) sebaagian dari hasil usaha mu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah,
bahwa Allah yang Maha Terpuji”
e. Alllah SWT melarang menimbun kekayaan tanpa ada manfaat bagi sesame
manusia. Larangan menimbulkan kekayaan sin dijelaskan oleh Allah SWT dalam
surat Al-Baqarah (2;200) “ Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka
berzikirlah dengan menyebut nama Allah SWT sebagaimana kamu menyebut-
menyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau ada orang yang
mendoa”ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) didunia”.Dan tiadalah bgi
bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.
f. Di dalam harta orang kaya itu terdapat hak orang misin, fakir dan lain sebagainya.
Penjelasnya tentang hal tersebut dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Al-Isra’
(17:26) “ Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. Prinsip ekonomilaba versus
zakat/tauhid adalah berkorban secara hemat dan tidak boros rangka mendapatkan
keuntungkan yang layak. Artinya hindari hal-hal muubazir dan unsure-unsur lain
142
yang dilarang Allah SWT seperti dari unsure promosi yang tidak benar atau tidak
memakai akhlak karimah.
Pembagian kerja dan spesialisasi dibolehkan dalam Islam bahkan hal itu
menurut pendaapt ulama hukumnya fardhu kifayah. Sedangkan inflasi adalah gejala
naiknya harga barang karena permintaan yang selalu melebihi penawaran atau sebab
lainnya. Melonjaknya permintaan dapat diakibatkan oleh pola konsumsi masyarakat
yang konsumtif, yaitu adanya tambahan pendapatan yang selalu diikuti oleh tambahan
konsumsi yang tinggi (Marginal Property to Consumse) yang tinggi.
Efisiensi perputaran uang dlam prinsip ekonomi Islam, mutlak harus dilakukan.
Pola perputarannya dapat ditempuh dengan beberapa cara seperti : 1) perputaran
langsung dilakukan oleh pemilik, 2) dilakukan oleh orang lain yang tidak punya usaha,
dengan pola kerjasama bagi keuntungan dan kerugian, 3) dilakukan secara berantai oleh
lembaga keuangan yang netral contohnya perbangkan kepada badan-badan usaha untuk
diproduktifkan dengan system bunga. 4) dilakukan dengan jual beli saham, 5)
dilakukan melalui jual beli barang yang pembayarannya dilakukan secara langsung,
sementara penyerahan barangnya kemudian.
Islam memberi petunjuk agar melakukan kegiatan ekonomi yang efektif dan
terbaik. Ini merupakan karakteristik ekonomi Islam yang mengedepankan akhlak, tidak
hanya profit oriented. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT surah Al-
Baqarah (2;195) “Berinfaklah kamu dijalan Allah SWT dan jangan menggantungkan
tangan ke tengkukmu dan berbuat tepat guna” (Q.S.AL-Baqarah [2]:195)
144
a. Didasari atas suka sama suka, dan tidak ada unsur paksaan.
b. Memberi peluang untuk meneruskan atau membatalkan transaksi.
c. Menyempurnakan takaran dan timabangan.
d. Tidak boleh menyembunyikan cacat barang.
e. Dilarang jual beli tipuan (jual beli gharar)
145
a. Tidak mengambil laba lebih banyak, seperti yang lazim dalam dunia dagang
b. Membayar harga agak lebih mahal kepada penjual yang miskin, ini adalah
amal yang baik dari pada sedekah biasa
c. Memurahkan harga atau memberi korting kepada pembeli yang miskin, ini
memiliki pahala berlipat ganda
d. Bila membayar utang, pembayarannya dipercepat dari waktu yang telah
ditentukan.
e. Menggunakan prinsip Khiyar, yaitu adanya peluang untuk melangsungkan
atau membatalkan aqad jual beli. Dalam ekonomi islam dikenal tiga jenis
khiyar, yaitu : 1) ikhiyar majlis (peluang untuk melangsungkan aqad atau
mwmbatalkannya selama dilokasi transaksi), 2) khiyar syarat (peluang
untuk melangsungkan aqad atau membatalkannya yang diawali dengan
persyaratan atau kesepakatan antara penjual dan pembeli),3) khiyar’aib
(peluar untuk melangsung aqad membatalkannya disebabkan terdapat
terdapatnya cacat pada benda yang dibeli).
a.Zakat
Zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT, diserahkan
kepada orang-orang yang berhak. Sedangkan menurut BAZIS DKI Jakarta (1987:XIII),
146
zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan ibadah kepada Allah SWT
sekaligus merupakan amal social kemasyarakatan dan kemanusian dalam wujud
mengkhususkan jumlah harta atau nilainya milik perorangan atau badan hokum untuk
memberikan kepada yang berhak dengan syarat-syarat tertentu.
b. Infak
Infak adalah membelanjakan, menggunakan atau mengeluarkan harta secara
suka rela yang dilkukan seseorang setiap kali ia memperoleh rezki, sebanyak
dikehendaki sendiri.
c. Sedekah
Sedekah adalah derma atau pemberian yang dilakukan dengan harapan
memperoleh ridha Allah SWT. Sedangkan menurut M. Daud Ali (1988:23), sedekah
adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama
kepada orang-orang miskin, setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan baik
jenis, jumlah, maupun waktunya.
Wakaf
Wakaf adalah memberikan harta yang tahan lama serta dapat memberikan
manfaat untuk kepentingan umum. Harta wakaf tidak boleh dijual hanya boleh diambil
manfaatnya, karena lazimnya harta wakaf dalam bentuk tanah, kebun, masjid/mushala,
lembaga pendidikan, rumah, kendaraan dan lain-lain.
1. Ruang lingkup kerja amil zakat juga meliputi infak, sedekah, wakaf, hibah dan
kifarat.
2. Sanksi terhadap amil dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Struktur amil mulai tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan
disemua tingkatan memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif
dan informative (pasal 6:3)
4. Pengurus amil zakat terdiri atas unsure masyarakat dan pemerintah yang
memenuhi persyaratan tertentu (pasal 6:4)
5. Struktur amil zakat terdiri atas pertimbangan, pengawas dan pelaksana (pasal 6:5)
6. Tugas-tugas amil zakat meliputi : mengumpulkan, mendistribusikan dan
memberdayagunakannya sesuai dengan ketentuan agama dan bertangung jawab
kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya (pasal 8 dan 9)
148
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Fuadi, Anwa. 2008. Pendidikan Agama Islam di PErguruan Tinggi Umum. Universitas
Negeri Padang Press. Padang
Suito, Deny. 2006. MEmbangun Masyarakat Madani. Center for Moderate Muslim
Indonesia. Jakarta.
Mansur, Hamdan. 2004. Materi Intruksional Pendidikan Agama Islam. Depag RI:
Jakarta.
Soerasidiro, Endang Rudiatan. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Regioni. MUI: Jakarta
Suryana, A. Tato, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Tiga Mutiara : Bandung
Tim Icce UIN Jakarta. 2000. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Prenada Media: Jakarta
151
BAB IX
b. Mahasiswa dapat mengetahui tata cara pembagian harta warisan menurut ajaran
Islam
b. Mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami tata cara pembagian harta warisan
menurut ajaran Islam
c. Mahasiswa dapat menjelaskan hikmah yang terkandung dalam kewarisan dan dapat
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
A. PERNIKAHAN
Salah satu aturan Allah SWT berkenaan dengan penuhan keburuhan biologis
manusia itu adalah syari’at tentang perkawinan. Perkawinan dalam ajaran Islam
ditempatkan pada tempat yang mulia, ia tidak hanya legalisasi hubungan laki-laki
dengan perempuan semata-mata, melainkan wahana mewujudkan kasih saying yang
diberikan Allah SWT pada proses penciptaan pertama kali.
Pernikahan adalah sunnah Rasul, tetapi dilihat dari niat dan kasus yang terjadi
pada calon pasangan, pernikahan dapat digolongkan kepada lima macam hokum,
yaitu :
1. Wajib
Pernikahanhukumnya wajib bagi orang yang sudah berkeinginan untuk
menikah, mampu menanggung resiko dan tanggung jawab serta merasa
kuatir dirinya terjerumus kepada perzonaa apabila tidak menikah.
2. Sunnat
Penikahan hukumnya sunnat bagi orang yang berkeinginan untuk menikah,
mampu menanggung resiko dan tanggung jawab, tetapi ia tidak kuatir diriny
terjerumus kepada perzinaan apabila tidak nikah.
153
3. Haram
Pernikahan hukumnya haram bagi orang yang mengetahui bahwa dirinya
tidak mampu hidup berumah tangga, melaksanakan kewajibannya sebagai
suami atau istri. Demikian juga haram menikah bagi orang yang memiliki
tujuan menikah untuk menyakiti istrinya.
4. Makruh
Pernikahan hukumnya makruh bagi orang yang tidak mampu memberikan
nafkah dan pelayanan yang selayaknya, sementara ia belum mempunyai
keinginan untuk menikah
5. Mubah
Perkawinan dihukumkan mubah (boleh) bagi orang yan berkeinginan untuk
menikah sedang ia sendiri mampu menjaga dirinya untuk tidak berzina.
2. Pra Pernikahan
b. Meminang
Meminag adalah menunjukkan atau menyatakan permintaan untuk
penjodohan dari seorang laki-laki kepada seorang perempuan atau sebaliknya baik
secara langsung maupun dengan perantara seseorang yang dipercayainya.
Meminang hukumnya mubah (boleh): tidak termasuk wajib, sunat atau haram,
sebagaimana diungkapkan dalam firman Allah: ´Dalam tidak ada dosa bagi kamu
untuk meminang wanita-wanita itu (wanita yang telah meninggal suaminya) dengan
sindiran (karena dalam masa iddah) atau kamu menyembunyikan isi hatimu. Allah
mengetahui bahwa kamu akan mengingat-ingat mereka. Janganlah kamu
mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar
mengucapkan perkataan yang ma’ruf (sindiran yang baik). Janganlah kamu berkeras
hati untuk bertekad nikah sebelum habis masa iddahnya. Dan ketahuilah bahwa
Allah SWT mengetahui isi hatimu, maka takutlah kepada Nyaa dan ketahuilah bahwa
Allah SWT maha Pengampun dan Maha Penyantun (QS. 2:35)
dikemudian hari. Kendatipun demikian hokum melihat calon perempuan pada saat
meminang ini tidak dapat dijadikan sebagi dasar hukum yang melegalisir seseorang
untuk melihatnya secara bebas dan sewenang-wenang, hal ini diperbolehkan jika
semata-mata mencari perjodohan, sebagaimana disabdakan Nabi: Apabila salah
seorang diantara kamu meminang seorang wanita, maka tidaklah berdosa baginya
untuk melihat perempuan itu ia lakukan semata-mata untuk mencari perjodohan baik
diketaui oleh perempuan itu ataupun tidak. (HR. Ahmad)
1. Ibu, termasuk nenek dari pihak ibu dan bapak seterusnya keatas
a. Pertalian nikah, yaitu perempuan yang masih berada dalam ikatan pernikahan, kalu
sudah dicerai serta telah habis masa iddahnya boleh menikah
b. Talaq bain kubra, yaitu perempuan yang ditalaq dengan talaq tiga, haram dinikahi
kembali oleh bekas suaminya, kecuali ia telah dinikahi oleh orang lain dan sudah
digauli, kemudian dicerai. Setelah habis masa iddahnya, perempuan itu boleh
dinikahi oleh bekas suaminya yang pertama.
e. Berlainan agama
3. Pelaksanaan Pernikahan
Pernikahan dinyatakan sah menurut syaria’t Islam apabila terpenuhi syarat-
syarat sebagai berikut
1. Adanya wali, yaitu orang yang bertanggung jawab untuk mengawinkan anak
ganisnya, sabda Rasulullah SAW yang berbunyi : “ Barangsiapa diantara wanita
yang menikah tidak atas izin walinya, maka pernikahan itu dianggap tidak sah”.(
HR. Empat Ahli Hadits) dan Sabda lagi yang berbunti : “Tidaklah dianggap sah
nikah itu, kecuali dengan adanya (izin) wali (HR. Abu Darimi)
Dari kedua hadits tersebut diatas, para ahli fiqih berlainan pendapat
tentang kedudukan seorang wali dalam suatu pernikahan. Imam Syafi’I dan Imam
Ahmad berpendapat bahwa tidak sah suatu pernikahan, kecuali atas izin wali.
Kedua ulama besar ini berpegang kepada dua hadits tersebut tadi. Sedangkan
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa seorang perempuan pada dasarnya
157
Walaupun adanya wali asalnya bukan suatu yang mutlak, tetapi melihat
perannya tidak hanya sebatas urusab perkawinan saja, tetapi ada juga kewajiban
lainnya, misalnya biruul walidain (berbuat baik kepada orang tua), terutama untuk
wali bapak kandung, maka izin wali wajib adanya, jika tanpa izin itu
menyebabkan anak berbuat dosa, misalnya anak yang menikah tanpa meminta
izin terlebih dahulu kepada bapaknya sebagai wali, bapaknya tersinggung dan
putus silaturrahmi antara anak dan bapak. Dalam kasus semacam itu, jika alas an
wali tidak melanggar syari’at, maka anak berdosa karena durhaka kepada orang
tua.
Oleh karena itu, selain pada kasus tertentu, misalnya wali tidak mengizinkan
dengan alas an yang tidak sesuai dengan syara’, maka anak dapat melakukan
perkawinan dengan mengabaikan kehendak orang tuanya, tetapi kendatipun
demikian, anak tetap diwajibkan bergaul dan bersilaturrahmi dengan orang tuanya
secara baik.
Orang tua atau wali bagi anak pada hakekatnya adalah pembimbing dan
pengarah agar anak dapat memiliki pertimbangan yang matang terutama dalam
mengambil keputusan dalam memilih pasangan hidupnya. Disinilah sebenarnya
wali berperan tidak hanya sebatas keabsahan suatu pernikahan.Wali memiliki
syarat-syarat, yaitu 1) laki-laki, 2) Islam, 3) Baligh, 4) Merdeka, 5) Adil, 6)
Berakal dan 7) Tidak sedang melaksanakan ihram
2. Sighat nikah atau ijab qabul, yaitu penyerahan dari wali perempuan dan
penerimaan dari pihak pengantin laki-laki. Contoh, kata wali pihak perempuan
“pulan!....saya (bapak) nikahkan kamu dengan/anak saya
(bapak)bernama…..dengan masa kawin…..dibayar tunai. Lalu diterima oleh calon
158
suami : “saya terima nikah dengan anak bapak bernama …..dengan mas
kawin….dibayar kontan.
3. Saksi, yaitu dua orang laki-laki yang menjadi saksi pernikahan dan bertanggung
jawab atas sah tidaknya suatau aqad nikah yang dilaksanakan. Saksi disyaratkan
1) beragama Islam, 2) baligh, 3) berakal, 4) merdeka, 5) laki-laki dan 6) adil
4. Mas kawin (mahar), yaitu pemberian laki-laki kepada perempuan pada saat
pernikahan. Mahar adalah milik perempuanyang tidak bias diminta kembali oleh
suaminya, kecuali kalau istri merelakannya.
1) Kematian
Bila salah diantara suami istri meninggal dunia, maka putuslah ikatan
perkawinan nya. Seorang suami bias melakukan pernikahan lagi dengan wanita
lain, begitu pula dengan sang istri. Istri boleh melakukan pernikahan lagi dengan
laki-laki lain setelah masa iddahnya (menunggu) yang lamanya telah ditentukan
oleh syaria’t
Masa iddah atau masa menunggu bagi seorang istri yang ditinggal mati
suaminya adalah :
Nabi Muhammad SAW, berbunyi : “Barang halal yang amat dibenci oleh Allah
SWT adalah thalaq”( HR. Abu Daud dan Ibnu Majjah)
Dilihat dari segi keadaan istri yang dijatuhi thalaq, maka thalaq itu ada
dua macam, yaitu ;
1. Thalaq Sunni, yaitu thalaq yang dijatuhkan suami kepada istrinya dam keadaan
suci dan belum dicampuri oleh suami
2. Thalaq Bid’i, yaitu thalaq yang dilakukan suami kepada istirinya dalam
keadaan haid datu dalam keadaan suci tetapi sudah dicampurinya. Thalaq ini
hukumnya haram.
Dari segi bolehtidaknya suami merujuk bekas istrinya, thalaq dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Thalaq Raj’I, yaitu thalaq yang membolehkan bekas suami untuk merujuk
bekas istrinya sebelum masa iddahnya habis. Kembalinya suami kepada istri
pada masa ini tidak perlu pernikahan baru dan hanya berlaku pada thalaq satu
dan dua.
2. Thalaq Bain, yaitu thalaq yang tidak membolehkan suami untuk merujuk
bekas istrinya, tetapi harus dengan pernikahan baru. Thalaq ini terbagi dua
160
yaitu ;1) thalaq bai’n sugra, yaitu thalaq yang tidak membolehkan bekas
suami merujuk bekas istrinya, tetapi harus melakukan perkawinan baru.
Thalaq ini adalah yhalaq yang dijatuhkan kepada istri dengan disertau ‘idwadl
(pengganti). 2) Bain kubra, yaitu thalaq tiga, dimana bekas suami tidak boleh
mengawini kembali bekas istrinya, kecuali bekas istrinya telah dinikahi
terlebih dahulu oleh orang lain, telah bergaul dengan suami barunya dan
kemudian dicerai.
3) Khul’u
Khul’u adalah perceraian antara suami istri dengan cara istri membayar
uang ‘idwadl (pengganti). Istri dibolehkan meminta khul’u pada suaminya dengan
syarat :
4) Fasakh
Fasakh adalah perceraian yang diputuskan oleh hakim atas permintaan
pihak istri. Hal ini diperbolehkan dengan syarat :
a. Suaminya gila
b. Suaminya berpenyakit kusta, sopak
c. Suaminya sakit kelamin, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan
biologis istri
d. Suaminya tidak dapat memberikan nafkah
e. Suaminya hilang tidak tentu adanya.
5) Syiqaq
Syiqaq adalah perceraian yang diakibatkan oleh pertengkaran diantara
suami istri dan tidak dapat didamaikan lagi
161
5. Iddah
Iddah adalah masa menunggunya bagi perempuan yang diceraikan atau ditinggal
mati suaminya untuk dapat menikah lagi dengan laki-laki lain. Masa iddah yang
dijalani perempuan itu beraneka ragam, yakni:
a. Iddah istri yang dicerai dan ia masih haid, lama iddahnya tiga kali quru’ (suci)
sebagimana firman Allah SWT “Wanita-wanita yang di thalaq hendaknya menahan
diri tiga kali quru (suci). Tidak boleh mereka meyembunyikan apa yang diciptakan
Allah didalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Dan
suaminya berhak rujuk dalam masa menunggu itu jika mereka menghendaki ishlah.
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkat kelebihan dari
pada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( QS. 2:228) ulama
162
giqih berbeda pendapat tentang arti tiga kali quru. Imam Syafi’I dan Imam Maliki
berpendapat tiga kali quru makna nya tiga kali suci. Sedangkan Imam Hambali
menafsirkan tiga kali haid.
b. Iddah istri yang dicerai dan sudah tidak haid (monopause), iddahnya tiga bulan,
sesuai dengan firman Allah SWT “ Dan perempuan-perempuan yang telah berhenti
haid (menopause) diantara perempuan-perempuan, jika kamu ragu ( tentang masa
iddahnya), maka iddah mereka adalah tiga bulan, dan begitu pula perempuan-
perempuan yang belum haid (belum baligh). Dan perempuan-permpuan yang
hamil iddahnya sampai mereka melahirkan. Dan barangsiapa yang bertaqwa
kepada Allah, niscaya Allah akan memberi kemudahan baginya dalam urusannya.
(QS:55:4) Yang dimaksut perempuan-perempuan tidak haid pada ayat diatas adalah
perempuan yang masih belum haid (belum dewasa), perempuan yang sudah dewasa
tapi memang tidak haid karena ada kelainan dan perempua yang sudah tua (sudah
berhenti haidnya).
c. Iddah istri yang ditinggal mati suami, lamanya empat bulansepuluh hari, seperti
firman Allah SWT “orang-orang yang meninggal dunia diantara kamu dengan
meninggalkan istri-istri (hendaknya para istri) menunggu selama empat bulan
sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis iddahnya maka tidak berdosa bagimu
(para wali) membiarkan mereka berbuat untuk diri mereka (berhias, bepergian,
menerima pinangan) menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat (QS. 2:234)
d. Iddah istri yang diceraia dalam keadaan hamil, lamanya sampai melahirkan.
Firman Allah SWT yang berbunyi :” Perempuan-perempuan yang mengandung,
waktu iddahnya sampai melahirkan anak yang mereka kandung”.
5. Hikmah Pernikahan
rumah tangga yang Islami adalah basis pertama dari masyarakat yang berdiri
diatas dasar percintaan dan kasih saying. Ikatan rumah tangga lebih kuat da kokoh
dari pada ikatan-ikatan lainnya yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Oleh
karena nya, tatanan hidup dalam rumah tangga hendaknya dibangun atas dasar
cinta kasih dan saling pengertian diantara kedua belah pihak.
Dari sisi lain, nikah merupakan suatu fundamental yang mampu menjaga
manusia dari kejahatan dan kekerasan yang diakibatkan oleh dorongan nafsu
seksual. Menurut ajaran islam, manusia dilahirkan dalam keadaan yan lemah, hal
ini diungkapkan oleh firman Allah SWT (QS. 4: 280 yang menyatakan bahwa
manusia adalah mahluk yang lemah terutama jika ia berhadapan dengan nafsu.
keluarga. Karena dalam konsep Islam suami adalah pemimpin dalam keluarga,
sebagaimana difirman kan Alllah SWT bahwa laki-laki adalah pemimpin atas
wanita (QS.4: 4)
B. KEWARISAN
1. Hukum Waris
Islam sangat memperhatikan aspek kehidupan manusia yang berhubungan
dengan hak-hak pemilikan harta benda dari orang-orang yang meninggal dunia.
Peraturan tentang pembagian harta peninggalan (pusaka) ini dinamai hokum waris
atau faraidl.
Faraidl dalam istilah mewaris dikhususkan untuk suatu bagian ahli wali
waris yang telah ditentukan besar kecilnya oleh syara’, sedangkan ilmu faraidl
dita’rifkan sebagai berikut:
Bagi umat islam melaksanakannya hokum syari’at yang ditunjuk oleh nash-
nash yang jelas adalah suatu kewajiban. Demikian pula melaksanakan ketentuan
Allah mengenai warisan adalah wajib hukumnya, seperti di firmankan Allah:
Belajar ilmu faraidl menurut kesepakatan ulama adalah fardlu kifayah, yaitu
wajib untuk untuk sebagian dan apabila sebagian orang telah melakukannya, maka
sebagian yang lain menjadi gugur kewajiban mempelajarinya.
1. Sebab-sebab pusaka :
• Perkawinan, yaitu ikatan yang sah menurut syaria’t antara laki-laki dan
perempuandalam suatu ikatan keluarga. Suami istri karena kedudukanya itu
terjihab (terhalang) sama sekali hak warisnya oleh ahli waris manapun.
• Kekerabatan, ialah hubungan nasab antara orang yang mewariskan dengan orang
yang mewarisi yang disebabkan olh kelahiran. Kekerabatan ini tidak bias hilang,
karena merupakan sebab akibat adanya seseorang yang tidak bisa dihilangkan,
lain halnya dengan perkawinan, ia dapat saja hilang misalnya bercerai
• Wala’, yaitu perwalian yang mengandung dua pengertian, yaitu: (a) Kekerabatan
menurut hukum yang timbul karena membebaskan budak, (b) kekerabatan
menurut hukum yang timbul karenanya adanya perjanjian tolong menolong dan
sumpah setia antara seseorang dengan orang lain.
Pembagian harta pusaka dengan sebab-sebab diatas, masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Pusaka Istri
Istri dalam mempusakai harta peninggalan suaminya mempunyaidua macam
bagian, yaitu :
• Seperempat, istri memperoleh bagian seperempat bila suami yang diwarisnya tidak
mempunyai far’ul waist, yait anak turun si mayit yang berhak waris baik secara
bagian (fardl), seperti anak perempuan dan cucu perempuan pancar laki-laki terus
167
kebawah, maupun secara ‘ushubah, seperti anak lak-laki dan cucu laki-laki pancar
laki-laki terus kebawah.
• Seperdelapan. Istri memperoleh seperdelapan, bila yang lahir melalui istri pewris
ini maupun istri yang lain.
Istri tidak terjihab (hijab hirman) olrh ahli waris manapun, tetapi dapat terkurangi
bagiannya (hijab nuqshan) oleh Anak laki-laki/ perempuan dan oleh cucu laki-laki/
perempuan yang bagian yang bagiannya seperti telah di sebutkan diatas.
b. Pusaka suami
Dalam mempusakai harta peninggalan istrinya, suami mempunyai dua macam
bagian, yaitu :
• Separoh. Suami mempusakai harta istrinya dengan setengah bagian bila istrinya
tidak mempunyaifar’ul waris
• Seperempat, suami mempunyai bagian seperempat bila istrinya meninggalkan
far’ul waris. Far’ul waris yang dimaksutkan adalah anak yang lahir dari suami
yang menjadi pewaris atau suami lain (terdahulu). Sesuai dengan firman Allah
SWT dalam QS 4:12 “Dan bagimu ( suami-suami) seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh istri-istrimu jika mereka tidak mempunyai anak. Jika
mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkan
mereka sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat dan sesudah dibayar hutang
mereka. Para istri yang memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika
kamu tidak punya anak. Jika kamu punya anak maka istri memperoleh
168
seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat dan
dibayar hutang-hutang nu. Jika seseorang baik laki-laki atau perempuan yang
meninggalkan ayah dan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu
saja) atau saudara perempuan (seibu saja) maka masing-masing saudara itu
adalah seperenam harta. Tapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang
maka bersekutu dalam yang sepertiga itu sesudah dipenuhi wasiat dan hutang-
hutangnya, dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). Allah
menetapkan yang demikian itu sebagai syariah yang benar dari Allah dan Allah
MAha Mengetahui lagi Maha Penyantun.
Sumi tidak terhijab (hirman) oleh siapapun, tetapi terkena pengurangan
(hijab nuqshan), yang bagiannya seperti tersebut diatas.
a. Setengah, bila iya hanya seorang diri dan tidak mewarisi bersama-sama dengan
saudara laki-laki yang menjadikan dia sebagai ashabah. Aturan ini didasarkan
kepada firman Allah :”……..Jika ia hanya seorang diri bagiannya separoh”. (QS.
4:11)
b.Dua pertiga, bila anak perempuan itu dua orang atau lebih dan tidak bersama-
sama dengan saudara laki-laki yang menjadikannya sebagai ashabah bersama
(‘asbah bilgair). Aturan ini tercantum dalam firman Allah “….maka jika mereka
itu perempuan-perempuan lebih dari dua orang, bagi mereka dua pertiga dari
harta peninggalannya” (QS.4:11)
2. Anak laki-laki
Anak laki-laki tidak termasuk ashabul furudh, ahli waris yang
mendapatkan bagian yang sudah ditentukan kadarnya, tetapi ia termasuk ahli waris
ashabah, penerima sisa peninggalan dari ashabul furudh atau penerima seluruh harta
peninggalan bila tidak ada dzawil furudh seorangpun. Sebagai ahli waris utama,
kendatipun kedudukannya dalam mewarisi hanya sebagai penerima sisa, ia tidak
pernah dirugikan. Sebab ia dapat menghalangi ahli waris lain untuk mempusakai
dengan hijab nuqsannya, sedangkan ia sendiri tidak dapat dihijab oleh ahli waris
manapun dan bahkan ia dapat menarik saudarinya untuk menerima ushubah
bersama dengan penerimaan yang berlipat dua dari pada penerimaan saudarinya.
1. Jika orang yang mati hanya meninggalkan seorang atau beberapa orang anak
laki-laki saja, maka anak laki-laki mewarisi selruh harta secara ta’shib.
2. Jika orang yang mati meninggalkan seorang atau beberapa orang anak laki-laki
san tidak meninggalkan anak perempuan seorangpun.
3. Jika orang yang mati meninggalkan anak laki-laki dan anak perempuan atau
atau ashabul furudh, maka seluruh harta atau sisa harta peninggalan setelah
diambil oleh ashabul furudh dibai dua, dengan ketentuan anak laki-laki
mendapat dua kali lipat anak perempuan. Kebanyakan ahli waris dapat dihijab
oleh anak laki-laki, kecuali :
e. Ibu
f. Bapak
g.Suami
h.Istri
i. Anak perempuan
j. Kakek
k.Nenek
170
a) Jika si mati tidak mempunyai anak dan tidak ada ahli warist yang lain, ia
menerima seluruh harta peninggalan secara ‘ushubah. Dan jika ada ahli
waristashabul furudh, ia menerima sisa ashabul furudh.
b) Jika cucu itu mewarisi bersama-sama dengan saudari-saudarinya, ia membagi
seluruh harta peninggalan atau sisia harta dari ashbul furudh dengan saudari-
saudarinya menurut perbandingan 2:1. Untuk laki-laki menerima dua kali lipat
bagian perempuan.
Kebanyakan ahli warist dapat dihijab oleh cucu laki-laki pancar laki-laki,
kecuali:
1. Ibu
2. Ayah
3. Suami
4. Istri
5. Anak perempuan
6. Cucu perempuan pancar laki-laki
7. Kakek shalih dan
8. Nenek shalihah
Ia sendiri dapat dihiajab oleh setiap orang laki-laki yang lebih tinggi
derajatnya. Selain yang telah disebutkan diatas ada dua ahli waris yang
termasuk juga kepada furu’ul waris, yaitu anak dalam kandungan, anak zina
dan anak li’an. Anak dalam kandungan tergolong ahli warisyang berhak
menerima warisan dengan syarat-yarat :
172
a. Sudah mempunyai ujud pada saat orang yang mewariskan mati dengan
asumsi bahwa sperma yang berada dalam rahim apabila tidak hancur,
mempunyai zat hidup, karena itu dihukumkan hidup.
b. Dilahirkan dalam keadaan hidup dengan tanda-tanda hidup, seperti
menangis, bergerak dan lain-lain, seperti disabdakan Nabi : “Apabila anak
yang dilahirkan itu berteriak, maka diberi pusaka” (Riwayat Ashabus
Sunah).
Oleh karena anak dalam kandungan tergolong ahli waris dan menerima
pusaka apabila dilahirkan dalam keadaan hidup, apabila dalam keadaan begini
sebaiknya harta pusaka tidak dibagikan dahulu sampai anak dalam kandungan
dilahirkan, agar dapat secara jelas diketahui bagiannya, jika ia laki-laki atau
perempuan, sendiri atau kembar.
Anak zina ialah anak yang dilahirkan diluar perkawinan menurut syariat.
Para ahli sepakat bahwa anak sepertiitu tidak dinasabkan kepada bapak nya
sebagai anak sah kalau anak itu dilahirkan kurang dari 6 bulan dari akad
perkawinan.
Adapun anak li’an ialah anak yang dihukumi tidak bernasab dengan
ayahnya setelah terjadi tuduh menuduh zina antara kedua suami istri menurut
sifat-sifat yang telah dijelaskan didalam al-quran.
1. Pusaka Ibu
Bagain ibu ada tiga macam :
Tidak ada ahli warits yang dapat menghijab hirman terhadap ibu, tetapi
ada 2 ahli warits yang dapat menghijab muqshan padanya, yaitu :
1. Ibu
2. Ayah
3. Kakek shalih
4. Nenek yang dekat
3. Pusaka Ayah
Seseorang ayah mempusakai harta peninggalan anaknya dengan tiga macam
bagian, yaitu:
1. Seperenam, dengan ketentuan bila anak yang diwarisi mempunyai far’u warist
mudzakkar (anak turun si mati yang berhak mewarisi yang laki-laki), yaitu anak
laki-laki dan cucu laki-laki pancar laki-laki sampai ke bawah.
2. Seperenam dan ‘ushubah, dengan ketentuan bila anak yang diwarisi mempunyai
far’u warits muannats (anak turun simati yang perempuan), yakni anak perempuan
dan cucu perempuan pancar laki-laki sampai kebawah. Hal ini didasarkan pada
firman Allah SWT : “……Dan untuk ibu bapak, masing-masing seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal mempunyai anak….(QS. 4:11)
3. ‘Ushubah, bila anak yang diwarisi harta peninggalannya tidak mempunyai far’u
warits sama sekali, baik laki-laki maupun perempuan, sesuai firman Allah
“……(tetapi) jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi
oleh ibu dan bapaknya (saja), maka untuk ibunya sepertiga bagian….”(QS 4:11)
4. Pusaka Kakek
Istilah kakek dalam ilmu ilmu faraidl ada dua arti, yaitu kakek shahih dan kakek
ghair shahih. Kakek shahih, ialah kakek yang hubungan nasabnya dengan si mati
tanpa diselangi oleh perempuan. Seperti ayahnya ayah (abul ab) dan ayah dari
ayahnya ayah (abul abil ab) sampai ke atas.
175
Kakek ghair sahih, yaitu kaek yang hubungan nasabnya dengan si mati diselingi
oleh perempuan. Seperti ayahnya ibu (abul um) dan ayah dari ibunya ayah (abu
umi ab). Kakek dapat menduduki statusnya ayah bila tidak ada ayah dan saudara-
saudara atau saudari-saudari sekandung atau seayah, karena itu ia mendapat
bagian pusaka seperti bagian ayah, yaitu :
a. Seperenam bila si mati mempunyai anak turun yang berhak waris yang laki-laki
(far’warits-mudzkkar)
b. Seperenam dan sisa dengan jalan ‘ushubah bila si mati mempunyai anak turun
yamg berhak waris yang perempuan (far’warits-muannats)
c. ‘Ushubah, bila simati tidak mempunyai far’ul warits secara mutlak, baik laki-laki
maupun perempuan, atau bila ia mempunyai anak turun yang tidak berhak
menerima usaka (far’u ghairu waits), seperti cucu perempuan pancar laki-laki.
1. Saudara-saudara sekandung
2. Saudara-saudara seayah
3. Saudara-saudara seibu
4. Anak laki-laki saudara sekandung
5. Anak laki-laki nya saudara
6. Paman sekandung
7. Paman seayah
8. Anak laki-laknya paman sekandung
9. Anak laiki-lakinya seayah
1. Ayah
2. Kakaek shahih yang lebih dekat dengan si mati
176
1. Separoh, yaitu bila ia hanya seorang diri dan tidak mewarisi bersama dengan
saudara kandung yang menjadikannya ‘ashabah (bilghair)
2. Dua pertiga, yaitu bila saudari tersebut dua orang atau lebih dan tidak mewarisi
bersama-sama dengan saudara kandung yang menjadikannya ‘ashabah (bilghair)
3. ‘Ushubah (bilghair), yaitu, baik tunggal maupun banyak. Mereka semuanya
dapat menerima seluruh harta peninggalan atau sisa dari dzawik furudh dengan
ketentuan bahwa penerimaan saudara adalah dua kali kipat peneimaan saudari
4. ‘Ushubah (ma’al ghair), yaitu bila ia mewarisi bersama-sama:
a. Seorang atau beberapa orang anak perempuan
b. Seorang atau beberapa orang cucu perempuan pancar laki-laki
c. Anak perempuan dan cucu perempuan pancar laki-laki, dengan ketentuan
saudari kandung tersebut tidak bersama-sama degan saudara kandung yang
menjadi ma’ashibnya. Tetapi bila ada saudara kandung. Sebagai
konsekuensinya andaikata sudah tidak ada sisa yang tinggal setelah setelah
pembagian kepada dzawil furudh, ia tidak menerima apa-apa.
Bila seorang atau beberapa orang saudari kandung bersama-sama
dengananak perempuan atau cucu perempuan pancar laki-laki, mereka dapat
menghijab ahli warits :
1. saudara seayah
2. anak laki-laki saudara seayah seibu
3. anak laki-laki saudara seayah
4. paman seayah seibu
5. paman seayah
6. anak laki-laki paman seayah seibu
7. anak laki-laki paman seayah
8. saudari seayah
177
Bila saudari kandung atau lebih, mereka dapat menghijab seorang atau
beberapa orang saudari seayah. Adapun ahli waris yang menghijab saudari
kandung, bail tunggal atau beberapa orang baik bersama-sama dengan saudara
kandung maupun tidak ialah :
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki dan
3. Ayah
1. Separoh, yaitu bila ia hanya seorang diri dan tidak mewarisi bersama-sama
denga saudari kandung atau saudara seayah yang menjadikannya ‘ashabah (bil
ghair)
2. Dua pertiga, yaitu dalam keadaan bila saudari tersebut dua orang atau lebih
yang tidak mewarisi bersam-sama dengan saudari kandung atau saudara
seayah yang menjadikan ‘ashabah (bil ghair)
3. ‘Ushubah (bil ghair), yaitu baik seorang diri maupun banyak bila ia mewarisi
bersama-sama dengan saudara tunggal seayah. Dalam hal ini saudara
memperoleh dua kali lipat bagian saudari.
4. ‘Ushubah (ma’al ghair), yaitu bila ia mewarisi bersama-sama dengan anak
perempuan pancar laki-laki betapa pun menurunnya, serta anak perempuan
dan cucu perempuan pancar laki-laki dalam hal ini ia mendapat ia mendapat
sisa peninggalan setelah para ahli warits tersebut mengambil bagiannya.
Apabila tidak ada sisa sama sekali, ia tidak menerima apa-apa.
5. Seperenam sebagai pelengkap dua pertiga, bila ia mewarisi bersama-sama
dengan saudari kandung. Kalau ia mewarisi bersama dengan saudara seayah,
ia menjadi ‘ashabah bil ghair, yaitu menerima sisa dari ‘ashabah furudh dan
jika ternyata sudah tidak ada sisa sama sekali terpaksa mereka keduanya tidak
mendapat bagian sedikitpun.
178
Saudari seayah jika bersama-sama dengan saudara seayah tidak dapat menghijab
ahli waris manapun. Jika bersama-sama dengan saudara seayah ia dapat
menghijab :
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Ayah
4. Saudara (laki-laki) seayah seibu
5. Saudara sekandung yang menjadi ‘ashabah ma’al ghair
6. Dua orang saudari sekandung, jika saudari seayah tidak mewarisi bersama-
sama dengan muashibnya.
Anak-anak ibu (saudara-sudari tiri simati) ini tidak dapat menghijab siapa
pun, bahkan mereka dapat menghijab oleh :
a. Kalau tidak ada ahli waris selain seorang saudara, maka ia mendapat seluruh
harta.
b. Kalau ahli waris semuanya terdiri dari saudara-saudara kandung, maka seluruh
harta peninggalan dibagi rata antar mereka.
c. Kalau ahli waris nya terdiri dari saudara dan saudari sekandung, seluruh harta
peninggalan dibagi antar mereka dengan ketentuan yang laki-laki mendapat sua
kali perempuan
d. Kalau mereka mewarisi bersama-sama dengan saudara-saudara seibu dan
kebetulan tidak ada sisa yang tinggal untuknya, maka ia menggabunggkan diri
dengan saudara-saudara ibu dalam menerima 1/3
e. Kalau mereka mewaris bersama-sama dengan ahli waris selain dari golongan
ashabul furudh, mereka menerima sisa dari ashabul furudh.
Para ahli waris yang terhijab oleh saudara laki-laki sekandung adalah :
1. Saudara seayah
2. Anak laki-laki saudara sekandung
3. Anak laki-laki saudara seayah
4. Paman sekandung
180
5. Paman seayah
6. Anak laki-laki paman sekandung
7. Anak laki-laki paman seayah
Sedangkan yang menghijab saudara sekandung adalah :
1. Ayah
2. Anak laki-laki
3. Cucu laki-laki pancar laki-laki
1. Saudara sekanng
2. Ayah
3. Anak laki-laki
4. Cucu laki-laki pancar laki-laki
181
5. Saudari sekandung bila bersama anak perempuan atau cucu perempuan pancar
laki-laki
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Bapak
4. Kakek
5. Saudara (laki-laki)
6. Saudara seayah
7. Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ‘ashabah ma’al ghair bersama-sama
dengan anak perempuan atau cucu perempuan.
1. Paman sekandung
2. Paman seayah
182
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Ayah
4. Kakek
5. Saudara sekandung
6. Saudara seayah
7. anak laki-laki saudara sekandung
8. Saudara sekandung atau seayah yang menjadi ‘ashabag m’al ghair bersama-
sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan
Paman dapat menghijab ahli waris:
1. Paman seayah
2. Anak laki-laki paman sekandung
3. Anak laki-laki paman seayah
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Ayah
4. Kakek
5. Saudara sekandung
6. Saudara seayah
7. Anak laki-laki saudara sekandung
8. Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ‘ashabah ma’al ghair bersama-
sama anak perempuan
9. Anak laki-laki saudara seayah
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Ayah
4. Kakak
5. Saudara sekandung
6. Saudara seayah
7. Anak laki-laki saudara sekandung
8. Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ‘ashabah ma’al ghair bersama-
sama anak perempuan atau cucu perempuan
9. Anak laki-laki saudara seayah
10. Paman sekandung
Anak laki-laki paman sekandung dapat menghijab anak laki-laki paman
seayah saja. Sedangkan ahli waris yang dapat menghijab anak laki-laki paman
sekandung adalah :
1. Anak laki-laki
3. Cucu laki-laki pancar laki-laki
4. Ayah
5. Kakek
6. Saudara sekandung
7. Saudara seayah
8. Anak laki-laki saudara kandung
9. Saudara sekandung atau seayah yang menjadi ‘ashabah ma’al ghair
bersama sama sengan anak perempuan atau cucu perempuan
10. Anak laki-laki saudara seayah
11. Paman seayah
184
Anak laki-laki paman seayah tidak dapat menghijab ahli waris manapun,
sedangkam yang dapat menghijabnya adalah :
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Ayah
4. Kakek
5. Saudara laki-laki sekandung
6. Saudara laki-laki seayah
7. Anak laki-laki saudara sekandung
8. Saudari sekandung atau seayah yang enjadi ‘ashabah ma’al ghair bersama
anak perempuan
9. Anak laki-laki saudara seayah
10. Paman sekandung
11. Paman seayah
12. Anak laki-laki paman sekandung
Sistem kewarisan diatur dan ditetapkan dalam ajran Islam untuk
melindungi keluarga dari persilisihan dan perpecahan serta menjamis hak-hak
anggota keluarga atas harta yang ditinggalkan. Dengan demikian hak-hak pemilikan
atas harta pusaka dapat diserahkan kepada ahli warisya secara adil.
185
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Depag. 2000. Pendidikan Agama Islam Pada Perguuruan Tinggi Umum. Direktorat
Jendral Kelembagaan Agama Islam. Jakarta
Muslim, Nurdin. 1992. Moral dan Kognisi Islam. Alpha betha. Jakarta.
Syarifuddi, Amir. 1984. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat
Minang Kabau. Gunung Agung. Jakarta
187
BAB X
2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai-nilai dasar system politik dalam Al- Quran
3. Mahasiswa dapat mengetahui kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional dan
luar negri
2. Mahasiswa dapat menjelaskan nilai-nilai dasar system politik dalam Al- Quran
3. Mahasiswa dapat menjelaskan kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional dan
luar negri dan melaksanakannya untuk mencapai kehidupan kehidupan yang stabil
dan harmonis.
A. Pengertian Politik
Kata politik berasal dari Bahasa Latin politicus yang berarti relating to citizen
(hubungan warga Negara), keduanya berasal dari kata polis yang berarti kota. Dalam
bahasa Arab, politik biasa diterjemahkan dengan kata siyasah,kata ini diambil kata
sasa-yasuusu yang diartikan mengemudi, mengendalikan dan mengatur. Jadi kata
politik diartikan mengurus, mengatur kepentingan seseorang.
Istilah politik pertama kali dikenal melalui buku Plato yang berjudul
”Republi”. Kemudian muncul karya Aristolteles yang juga berjudul Politeia. Kedua
karya ini dipandang sebagai pangkal pemikiran politik yang berkembang kemudian.
Dari karya tersebut dapat diketahui bahwa politik merupakan istilah yang
dipergunakan untuk konsep pengaturan masyarakat, sebab yang dibahas dalam kedua
buku itu adalah soal-soal yang berkenaan dengan masalah bagaimana pemerintah
188
dijalankan agar terwujud sebuah masyarakat atau negara yang baik. Dengan
demikian, dalam konsep tersebut terkandung berbagai unsure, seperti lembaga yang
menjalankan aktivitas pemerintahan, masyarakat sebagai pohak yang berkepentingan,
kebijaksanaan dan hokum-hukum yang menjadi sarana pengaturan masyarakat dan
cita-cita yang hendak dicapai.
Dalam Al-quran tidak dibahas secara teknis permasalahan politik, karena Al-
quran ditujukan kepada semua manusia yang lintas ras, etnis, waktu dan tempat.
Sehingga dengana hanya mengemukakan prinsip dan norma-norma politik umat islam
mampu menterjemahkannya disetiap waktu, tempat dan kebutuhan yang berkembang.
Namun walaupun dalam Islam terdapat peluang untuk berpolitik secara lebih luas
dalam kekuasaan harus tunduk kepada hokum dan aturan Allah, artinya Allah adalah
penguasa terhadap segala sesuatu dialam semesta ini. Hal ini dijelaskan oleh Allah
dalam surah Al-Maidah : 8 “ Dan kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi seta
apa yang terdapat didalamnya”
Khalifah berarti pemimpin atau wakil Allah di bumi. Oleh karena itu dituntut
untuk melakukan tugas kekhalifahan dengan baik dan maksimal sebagai aturan-aturan
yang ditetapkan oleh Allah.
4. Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur ala mini secara
bijak
5. Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah
6. Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan
Rasul.
7. Islam tidak menetukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara.
Jadi pada ayat diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa syarat
kepemimpinan politik dalam Islam antara lain: amanah, yaitu bertanggung jawab
dengan tugas dan kewenangan yangdiemban, adil yaitu mampu menepatkan segala
sesuatu secara provisional dan tepat, taat kepada Allah dan menjadikan Quran dan
sunnah sebagai referensi utama.
191
menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kamu sanggupi, dari kuda-kuda
yang ditampat untuk berperang, (yang dengan persiapan itu) kamu dapat
mengetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain yang kamu tidak
ketahui sedangkan Allah mengetahuinya”
9. Keharusan menepati janji, sebagaimana firman Allah dalam QS 16 (an-nahahl):
91 “ Dan tepatilah perjanjian dengan Allah, apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membetalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah meneguhkannya”
10. Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa sebagaimana firman Allah
dalam QS 49 (alhujarat) : 13 “ Hei manusia, sesungguhnya kami telah
mencuptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”
11. Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat. Dalam QS 59 (al-
hasyr) : 7 “ Supaya harta itu tidak beredar diantara orang-orang kaya diantara
kamu”.
12. Keharusan mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan hokum, dalam hal :
a. Menyidikitkan beban (taqlil al-takalif)
b. Berangsur-angsur (al-tadarruj)
c. Tidak menyulitkan (‘adam al-Haraj)
Yang harus diperhatikan dalam politik luar negeri adalah bangsa-bangsa yang
berpengaruh, terutama yang berkaitan dengan masyarakat, bangsa dan keyakinan.
Dengan demikian, politik luar negeri berkaitan dengan kebijakan bangsa yang
berpengaruh, terutama yang memberikan pengaruh kepada bangsa dan masyarakat,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh sebab itu, seluruh umat Islam harus dibekali dengan sikap kehati-hatian
terhadap berbagai bentuk ancaman luar. Mereka harus dibekali dengan kemampuan
berpolitik didunia internasional, dimulai dengan meningkatkan kesadaran dan
mengamati dari dekat kepentingan negara lain, serta mengawasi berbagai
kemungkinan munculnya bahaya.
Politik luar negeri dalam Islam terdiri atas dasar-dasar kuat yang mempunyai
tujuan yang jelas. Tujuan-tujuan itu adalah :
Politik luar negeri ini akan mempengaruhi secara besar bagi perjalanan Negara,
seperti pertahanan, keamanan, ekonomi dan sisi kehidupan lainnya. Dari sini terlihat
bahwa politik luar negeri merupakan salah satu tugas penting yang harus dijalankan
oleh puncuk pimpinan Negara. Oleh karena itu, politik membutuhkan adanya
kementerian luar negeri, duta-duta besar dan konsulat-konsulat dinegara-negara
didunia yang mempunyai hubungan antara kedua Negara, karena tidak ada satu
negarapun yang dapat hidup terasing dari Negara lain. Oleh karena itu, harus ada
undang-undang yang mengatur hubungan antara Negara-negara tersebut, serta
mengatur hak dan kewajibannya. Tujuan dan hasil undang-undang tersebut semata-
mata untuk menjaga hubungan antar negara, bukan dalam bentuk permusuhan.
6. ketika mengumumkan perang kepada Negara lain agar tidak melakukan khianat,
tidak menggunakan senjata pemusnah masal yang menambah penderitaan
manusia, serta memperlakukan orang yang terluka dan tahana dengan baik.
Politik luar negeri in bermakna strategis yang dilakukan oleh Negara dalam
hubungannya dengan Negara lain, baik dalam keadaan damai maupun perang. Berikut
akan dijelaskan tentang politik luar negeri Islam dalam keadaan damai dan perang.
Dalam keadaan damai, hubungan antara Negara dengan Negara lain harus
dipenuhi dengan keamanan, kepercayaan serta tidak diisi dengan segala macam
ketegangan dan mengintai kelengahan apalagi sampai pada permusuhan. Islam tidak
menghendaki suatu Negara memerangi Negara lain. Namun ada beberapa sebab yang
membolehkan dilakukan perang antar Negara, diantaranya adalah memerangi islam,
menghalangi dakwah dan mereka yang menyerukan untuk tidak mendengarkan
dakwah.
a. Menjaga perdamaian
Hubungan yang dikehendaki antara Negara yang satu negan Negara yang
lain adalah dalam keadaan damai. Perang adalah suatu keadaan yang sangat tidak
dikehendaki. Perang hanya mendatangkan penderitaan dan penyesalan yang
berkepanjangan.
b. Menegakkan keadilan
Seluruh hubungan kemanusian dalam Islam berlangsung diatas keadilan.
Keadilan adalah bagi semua orang, baik terhadap orang-orang segolongan
maupun dengan orang-orang yang berada diluar golongan
c. Memenuhi janji
Memenuhi janji berkaitan erat dengan konsep perdamaian dan keadilan.
Ketika dicapai perdamaian, maka dapat diwujudkan keadilan. Perdamaian dan
keadilan tidak akan mungkin terjadi kecuali dengan adanya perjanjian dan
kesepakatan yang ditunaikan
197
2. Melakukan persiapan
Suatu Negara dituntut mempersiapkan diri dan menyiapkan segala
persipan yang dpat dilakukan untuk menghadapi suatu permusuhan dari mana
pun. Suatu Negara harus selalu berada dalam kekuatan dan kesiapan.
Kesiapan ini dimaksudkan untuk menahan dan permusuhan terhadap orang
lain tanpa adanya permusuhan dengan mereka.
1. Dilarang membunuh wanita, anak kecil an orang tua, kecuali jika orang tua
yang turut memerangi umat Islam dengan tipu daya, pemikiran dan
strateginya.
2. Dilarang membunuh seseorang dengan khianat tanpa mengumumkan terlebih
dahilu sikap perang.
3. Silarang merusak jenazah musuh walaupun mereka melakukan terhadap umat
Islam.
4. Menguburkan mayat-mayat musuh sebagai penghormatan terhadap
kemanusian mereka.
5. Memperlakukan tawanan dengan baik.
201
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Gazalba, Sidi. 1983. Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Pustaka Antara. Jakarta
Koto, Alaidin. 2009. Islam, Indonesia dan Kepemimpinan Nasional. Ciputat Press.
Jakarta
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
RINGKASAN BUKU.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
1. Fungsi Manusia............................................................................................................. 26
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
5. Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakan Hukum Islam ................. 57
2. Perbedaan Prinsip Antara Konsep HAM Dalam Pandangan Islam dan Barat.............. 62
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian Etika............................................................................................................ 78
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
3. Fungsi islam sebagai rahmat Allah tidak tergantung pada penerimaan atau
penilaian manusia. ................................................................................................ 123
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
206
C. Manajemen Pengelolaan Ekonomi Islam (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf)................... 145
b. Infak146
D. Perbedaan Konsep Ekonomi Kapitalis dan Sosialis dengan Ekonomi Islam ..................... 148
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
EVALUASI
208
DAFTAR PUSTAKA
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
209