Anda di halaman 1dari 209

1

B A B I

PENGANTAR KULIAH PAI

A. Konsep Umum Perkuliahan MPK PAI


Untuk tahap pertama dalam pendidikan Agama Islam adalah mengkaji
tentang ketuhanan dalam Islam yang meliputi : pengertian tentang Tuhan, eksistensi
Tuhan, bukti –bukti adanya Tuhan, keiamana dan ketaqwaan dan implementasi iman
dan taqwa dalam kehidupan modern. Kedua membahas tentang : hakikat manusia
menurut Islam yang meliputi tentang konsep manusia, eksisatensi dan mastabat
manusia dan tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah. Ketiga,
tentang Hak Asasi Manusia dan Denokrasi dalam Islam, meliputi tentang : hukum
Islam, ruang lingkup hukum Islam, sumber hukum Islam, kontibusi umat Islam
dalam perumusan dan penegakan hukum Islam dalam kehidupan masyarakat, hak
asasi manusia menurut ajaran Islam dan mengenai demokrasi dalam Islam. Keempat
nmengenai etika, moral dan akhlak, yang meliputi tentang : konsep etika, moral dan
akhlak, hubungan tasawuf dengan akhlak, indikator manusia berakhlak dan mengenai
akhlak dan aktualisasinya dalam kehidupan. Kelima mengenai Ilmu pengetahuan
teknologi dan seni dalam Islam yang menliputi tentang : konsep iptek dalam Islam,
integrasi iman, ilmu dan amal serta mengenai tanggung jawab para ilmuan terhadap
alam lingkungan. Keenam mengenai kerukunan antar umat beragama yang meliputi
tentang : Agama Islam sebagai rahmat bagi alam semesta, ukhwah Islamiyah dan
ukhwah insaniyah serta tentang kebersamaan umat beragama dalam kehidupanb
sosial. Ketujuh mengenai masyarakat madani dan kesejahteraan umat yang meliputi
tentang : Konsep masyarakat madani, peran umat Islam dalam mewujudkan
masyarakat madani, sistem ekonomi Islam dan kesejahteraan umat, manajemen zakat
dan wakaf.. Kedelapan mengenai kebudayaan Islam yang meliputi tentang : Definisi
kebudayaan Islam, sejarah intelektual Islam, nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia
dan masjid sebagai pusat peradaban Islam.
Kesembilan tentang politik Islam yang meliputi : Pengertian Politik Islam,
nilai-nilai dasar sistem politik dalam al-Qur’an.
2

Pendekatan dalam pembelajaran PAI ialah menempatkan mahasiswa seabagai


subjek pendidkan, mitra dalam pembelajaran, serta sebagai umat, anggota keluarga
masyarakat dan warga Negara.
Strategi pembelajaran PAI adalah dengan melakukan pembahasan materi
intruksional secara kritis, analisis, induktif dan reflektif melalui dialog kreatif yang
bersifat partisipatoris untuk meyakini kebenaran subtansi dasar kajian agama Islam.
Evaluasi hasil belajar PAI dilaksanakan dalam bentu ujian tertulis, ujian lisan
dan penilain tugas. Dan jika memungkinkan akan dilakukan dengan mengadakan
pengamatan terhadap keseluruhan kerja mahasiswa.

B . Kedudukan MPK PAI dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi.

Kedudukan MPK PAI diperguruan Tinggi umum adalah termasuk dalam


mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa. Perkuliahan PAI
disajikan pada sisterm pertama atau pada semester kedua tergantung pada masing-
masing fakultas yang menyusun jadwal perkuliahan di prodi masing-masing.
Jumlah jam perminggu ada dua jam dengan bobot dua SKS atau 100 menit pertatap
muka.Disamping itu mahasiswa diharuskan mengerjakan tugas-tugas terstruktur dan
tugas mandiri yang dibebankan oleh tenaga pengajar atau dosen yang bersangkutan.

C. Tujuan MPK PAI


Tujuan penyelenggaran Pendidikan agama bagi para mahasiswa adalah
mengantarkan mereka untuk menguasai ajaran Islam dan mampu menjadikannya
seabagai sumber nilai dan pedoman serta landasan berfikir dan berperilaku dalam
menerapkan ilmu dan profesi yang dikuasai. Dan mengantarkan para mahasiswa
menjadi orang yang beriman dan bertaqwah kepada Allah berakhlak mulia dan
berkepribadian yang Islami. Dan mengantarkan mereka untuk dapat menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dengan rasa penuh tanggungjawab dan
berakhlak mulia.
3

B A B II

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Tujuan Intruksional Umum :

Mahasiswa dapat mengetahui dan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam


nalar dan fikiran sehingga pintu spritualitas ajaran Islam tercermin dalam kehidupan
sehari-hari.

Tujuan Intruksional Khusus.

1. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menghayati pengertian tentang


Tuhan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menghayati tentang keimanan dan
ketaqwaan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan manghayati implementasi iman dan
taqwa dalam kehidupan modern.

A. Filsafat Ketuhanan Dalam Islam.


Kecendrungan manusia dalam mencari Tuhan mulai hadir ketika manusia
menyadari eksistensi diri dan lingkungannya. Berbagai tanda tanya muncul dalam
dirinya, dan hatinya berbisik mempertanyakan penguasa tertinggi di alam ini.
Manusia dapat mempersaksikan alam ini dalam segala sifat perilakunya dengan akal
dan panca indranya. Ada kebesaran dan ada keajaiban dan keindahan dan ada
perubahan-perubahan tetap yang terjadi dialam ini.
Perasaan yang pertama muncul dalam diri manusia bahwa ada yang
menguasai alam ini. Dia mengatur dan menyusun perjalannannya. Dia yang
menjadikan segalanya. Dia Yang Maha Kuasa atas setiap sesuatu yang ada. Kesan
inilah yang muncul ketika akal mulai berproses, bahwa ada sesuatu kekuatan
tersembunyi dibalik semua yang tampak, tetapi tidak dapat ditunjukkan subtansinya,
Dialah Tuhan.
4

Walaupun manusia telah merasakan dan menghayati wujud Tuhan melalui


ciptaan Nya, pengalaman batin atau firasatnya, namun dia masihingin juga
pembuktian secara lansung bertemu muka. Perkataan ilah, yang sering diterjemahkan
`Tuhan` dalam al-Qur’an dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan
atau dipentingkan manusia.
Dalam ayat berikut terlihat penggunaan arti kata ilah itu: Maka pernakah
kamu melihat orang yang menjadikan hawanafsunya sebagai Tuhan..?. (Q.S;45:
23)``.Dan Fir`aun berkata : Wahai pembesar kaumku aku tidak mengetahui tuhan
selain aku.`` (Q.S;28:38)
Arti kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung
arti berbagai benda, baik abstrak ( nafsu.keinginan ) atau benda nyata (fir`aun atau
penguasa yang dipatuhi atau dipuja). Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai
dalam bentuk tunggal (mufrad :ilaahun), ganda(mutsanna :ilaahaini) dan banyak
(jamak: aalihatun). Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau ilah yang
tepat, berdasarkan logika al-Qur’an adalah sebagai berikut :
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting ) oleh
manusia, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehNya. Perkataan
dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup didalamnya, yang dipuja,
yang dicintai, diagungkan, diharapkan dapat memberikan kemasalahatan atau
kegembiraan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau
kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut : Al- Ilah ialah:
yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri
dihadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika
berada dalam kesulitan , berdo`a dan bertawakkal kepadanya untuk kemasalahatan
diri, meminta perlindungan daripadanya, dan menimbulkan ketenangan di saat
mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.
Definisi tentrang tuhan tersebut memberi pemahaman bahwa pada kita
bahwa tuhan itu dapat berupa apa saja yang berkuasa memberikan, mengabulkan
atau yang berkuasa mendatangkan malapetaka dan ujian dalam kehidupan manusia
5

atau segala apapun yang terjadi dalam kehidupan dunia atau sesudah kehidupan
dunia ini.

1. Sejarah Pemikiran Tentang Tuhan.

Musa Asyari menggambarkan perkembangan fikiran manusia tentang Tuhan


sebagai berikut : Awalnya konsepsi manusia tentang Tuhan masih bersifat kebendaan,
yang berasumsi bahwa Tuhan difahami sebagai asal usul kejadian semua yang ada.
Seperti yang dirumuskan oleh para filosopi Yunani pra Socrates (yakni Thales,
Anaximenes, Anaximandros ) yang berpandangan monistis, menganggap kosmos
didasari oleh satu prinsip atau azas; Thales menyatakan bahwa prinsip itu adalah air;
menurut Aximenes, prinsip itu adalah udara; menurut Anaximandros prinsip itu
adalah Theapeiron(tidak terbatas), dan bagi Herakleito prinsip itu adalah api. Pada
perkembangan berikutnya, ketika manusia sampai tingkat peradaban tinggi dengan
membangun simbol-simbol yang merefleksikan kekuatan, kekayaan keesaan, konsep
tuhan atau yang dipertuhan adalah bentuk simbolisasi benda- benda hasil karya
sendiri seperti patung-patung dan berhala.
Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas pengamatan
dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar. SebabTuhan
adalah sesuatu yang gaib, tidak terjangkau oleh panca indra manusia, sehingga
informasi tentang Tuhan yang hanya berasal dari manusia tidak akan menjangkau
pada titik yang benar, Informasi yang pasti benar tentang Tuhan adalah yang berasal
dari Tuhan itu sendiri yaitu informasi yang dibawa oleh orang dipilih oleh Tuhan
(Rasul) untuk menyampaikan kepada manusia tentang bahwa Dia adalah Tuhan
yang sebenar benarnya. Informasi tersebut ada dalam kitab suci yang di bawa oleh
orang yang dipercaya oleh Tuhan untuk menyampaikan informasi kepada manusia
tentang siapa Dia itu dan bagaimana Dia ada dan bagaimana hubungan Dia dengan
segala yang ada ini. Dalam kitab suci sebelum al-Qur’an dan dalam al-qur’an sangat
banyak informasi tentang Tuhan dan informasi tersebut mengandung kebenaran yang
pasti tentang keberadaan Tuhan tersebut, seperti terlihat dalam ayat- ayat berikut :
6

``Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah hanyalah satu yakni agama tauhid
(Q.S;21:92). Dialah yang awal dan Dialah yang akhir Dialah yang nyata(adanya)
dan Dialah yang tersembunyi (ghaib) dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu
(Q.S; Al-Hadid ,3). Kedua ayat itu menginformasikan pada semua orang bahwa Dia
Tuhan itu ada dan keberaadaaNya ghaib namun dapat dibuktikan dengan adanya
segala sesuatu yang nyata (alam nyata).
Jika terjadi perbedaan- perbedaan ajaran tentang ketuhanan diantara agama
yang ada hal itu adalah karena perbuatan manusia yang merekayasa atau merubah
ajaran agamanya sesuai tuntutan nafsunya, karena ajarannya tidak sama lagi dengan
ajaran asli yang ada dalam kitab suci yang mereka pegangi.

2. Bukti-bukti Adanya Tuhan.

Sangat banyak argumentasi tentang kepastian adanya Tuhan (Allah) diantaranya


adalah :
a. Keberadaaan Alam.
Alam realita merupakan kenyataan yang ada, manusia sendiri adalah bagian
dari unsur alam realita tersebut. Yang disebut alam adalah segala sesuatu selain
Tuhan, keberadaannya karena diciptakan, dan alam tersebut mengalami perubahan
dan akan lenyap. Tuhan adalah zat yang Maha ada, keberadaanNya tidak terjangkau
oleh indra manusia. Dia bersifat ghaib, Dia berbeda dari segala yang ada Dia tidak
berubah dan tidak akan lenyap, keberadaan zat Nya tidak dapat dirasionalkan
karena keterbatasan fikiran mausia. Manusia pun tidak bisa mengetahui hakikat
rohnya sendiri. Demikianlah uniknya zat Tuhan tersebut, maka keberadaanNya
harus diyakini dengan keiman dalam hati. Untuk membuktikan keberadaan Tuhan
hanya melalui pengamatan terhadap adanya alam nyata ini.
Untuk membuktikan Tuhan ada manusia harus melihat kepada dirinya
sendiri sehingga dengan memperhatikan diri sendiri manusia dapat membuktikan
Tuhan itu ada. Ada ungkapan yang mengatakan : Barang siapa yang mengenal
dirinya maka dia akan kenal dengan Tuhannya. Manusia itu adalah unsur dari alam,
7

adanya alam dimulai dengan tidak ada dan akan diakhiri oleh tidak adanya alam
tidak bersifat azali, sedangkan adanya Tuhan tidak dimulai dengan tidak ada dan
tidak akan diakhiri oleh tidak ada karena Dia bersifat azaly , tidak berawal dan
tidak akan berakhir. Tuhan itu tetap tidak akan berubah zat Nya dan. Dia berdiri
sendiri tidak membutuhkan yang lain dari diriNya, yang sering disebut dengan
istilah Qiyamuhu binafsih. Hal in berarti dengan memperhatikan diri sendiri atau
alam (manusia itu alam) akan terbukti Tuhan itu ada.
Manusia telah ada dialam ini, dia terjadi bukan atas kehendaknya. Bukan
dia yang menciptakan anaknya. Bumi tempat dia hidup ini bukan dia yang
menciptakannya Semenjak dia lahir telah lahir dia telah mendapatkan bumi
demikian adanya, langitpun telah menjadi atap tempat berlindung, dan dia tidak ikut
campur tangan dalam mewujudkan langit dan bumi itu. (Jamal Syarib Iberani
dskk,2003,.9)

b. Argumen Hukum Akal.

Menurut analisa para teolog Islam, hukum akal itu ada tiga. Pertama Wajib,
kata wajib disini diberi makna ``pasti` hal ini dapat dianalogikan bahwa alam ini
telah ada maka wajib (pasti ) ada Tuhan yang mengadakannya. Allah itu
mempunyai sifat wajib, (sifat yang pasti ada padaNya) seperti sifat wujud, qidam,
baqa dan seterusnya sampai sifat kalam . Artimya Allah itu wajib wujud (pasti
ada) dengansendirinya, pasti kekal, dan seterusnya. Maka keberadaan alam pasti
ada yang mengadakannya. Kedua Mustahil, kata mustahil diartikan sesuatu atau
hal yang tidak akan pernah terjadi wujudnya atau sesuatu yang tidak akan terjadi
peristiwanya. Para ahli teolog Islam mengatakan : Allah mempunyai sifat
mustahil yaitu lawan dari semua sifat wajib yang ada apada Allah, seperti `Adam,
huduts, fana, serupa dengan makhluk, membutuhkan bantuan dari yang lain.
Semua sifat itu mustahil atau tiadak akan pernah terjadi pada Tuhan. Tuhan tidak
akan pernah tidak ada, tidak akan pernah menyerupai makhluk, tidak akan pernah
lenyap atau rusak binasa, demikian seterusnya sampai dengan sifat bisu yang
tidak akan pernah terjadi pada Tuhan (Allah). Dari penjelasan itu dapat
dianalogikan bahwa alam ini telah nyata adanya mustahil tidak ada Tuhan yang
8

menciptakannya, artinya tidak akan pernah terjadi Tuhan itu tidak ada. Ketiga
,mungkin, kata mungkin ini artinya adalah : sesuatu yang boleh jadi terjadi
adanya dan boleh jadi tidak terjadi adanya. Hal ini dapat pula di analogikan
bahwa adanya alam tidak mungkin tidak ada yang mengadakan atau lebih tegas
lagi alam ada tidak mungkin tidak ada penciptanya.

c. Pendekatan Fisika.

Hukum ini dikenal dengan hukum keterbatasan energi, atau teori


pembatasan. perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya alam tidak
mungkin bersifat azaly. Hukum tersebut menerangkan bahwa energi panas
sealalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak panas. Sedangkan
sebaliknya tidak mungkin, yakni energi panas tidak mungkin berubah dari
keadaan yang tidak panas menjadi panas. ``Energi panas dikendalikan oleh
keseimbangan antara ``energi yang ada`` dengan dengan energi yang tidak ada.
Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus
berlansung serta kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti
bahwa alam tidak bersifat azaly Seandainya alam ini azaly, maka sejak dahulu
alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tentu tidak
akan ada lagi keindahan di alam ini. Oleh kareana itu pasti ada yang menciptakan
alam ini.

B. Keimanan Dan Ketaqwaan.

1. Pengertian Iman.
Kata Iman berasal dari kata kerja amina, yukmanu amanan yang berarti
percaya. Oleh karena itu iman yang berarti percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati. Akibatnya orang yang percaya kepada Allah dan selainnya
seperti yang dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak
mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya
masih di sebut orang beriman.
9

Aqidah Islam dalam al- Qur’an disebut dengan iman. Ia bukan hanya berarti
percaya, melaikan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berperilaku
Karena itu lapangan iman sangat luas bahkan mencakup segala sesuatu yang
dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh. Karena itu iman didefisikan :
Diucapkan dengan lidah, dibenarkan dengan hati dan dilaksanakan dengan anggota
badan .

Iman dalam arti percaya yaitu sikap mental atau jiwa yang mepercayai bahwa
sesuatu itu benar jika dikaitkan dengan Islam, berarti sikap mental dari seorang
muslim yang mempercayai pokok kepercayaan diatas dan menerima hal-hal itu
sebagai kebenaran yang tidak bias diragukan. Aqidah dengan demikian adalah iman,
kepercayaan atau keyakinan sungguh-sungguh dan murni yang tidak dicampuri oleh
rasa ragu-ragu, sehingga kepercayaan dan keyakinan itu mengikat sesorang di
dalam segala tindak tanduknya, sikap dan perilaku. Dengan akidah yang mengikat itu
justru sesorang yang berakidah menjadi bebas dan merdeka. Makin kuat aqidahnya,
makin luas kebebasannya. Karena orang yang berakidah hanya seamata-mata
mengikatkan diri hanya kepada Allah dengan demikian segala yang di luar ikatan
dengan Allah tidak sungguh sungguh mengikat.

Dengan demikian iman adalah keyakinan dalam batin manusia terhadap


adanya sesuatu zat yang Maha ghaib keyakinan mana mendorong orang bersangkutan
untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang diyakini. Keyakinan mana mengikat
orang tersebut dalam berperilaku sehingga perilakunya terarah dan berarti.

2. Proses Terbentuknya Iman.

Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia lahir membawa bekal fitrah dan bekal
syahwat. Terserah manusia sendiri untuk membawa dirinya kemana dia mau. Allah
menyediakan dua jalan yang dapat dipilih, baik untuk membina fitrahnya ataupun
syahwatnya. Dalam hal ini, Allah melengkapi manusia dengan kemampuan
membedakan kedua jalan yang berbeda. Oleh karena itu tidak bisa dan tidak perlu ada
pemaksaan dalam mengikuti jalan hidup yang mau dipilih. Fitrah itu mempunyai
banyak arti antara lain :
10

a. Fitrah berarti mengakui keEsan Allah.Manusia. Manusia lahir membawa


potensi tauhid, atau paling tidak dia berkecendrungan untuk mengesakan Tuhan
dan berusaha secara terus menerus untuk mencari dan mencapai ketauhidan
tersebut.

b. Fitrah berarti perasaan yang tulus (Ikhlash). Manusia lahir dengan membawa
sifat baik. Diantara sifat tersebut adalah ketulusan dan kemurnian dalam
menjalankan segala aktivitas. Makna tulus ini merupakan konsekuensi dalam
berIslam dan bertauhid. Sebab dengan berIslam berarti seseorang telah
menghambakan diri kepada Allah dan menghilangkan segala dominasi sesuatu
yang temporer dan nisbi.

c. Fitrah berarti sifat-sifat Allah yang ditiupkan kepada setiap manusia sebelum
dilahirkan. Bentuknya adalah asmaul husna yang berjumlah 99 nama. Tugas
manusia mengaktualisasikan fitrah asmaul husna itu sebaik-baiknya dengan cara
menginternalisasikan sifat itu kedalam kepribadiannya. Allah memiliki sifat al-
Rahman dan al-Rahim, maka manusia harus mengaktualisasikan sifat kasih
sayang itu kedalam dirinya sebatas kemampuannya, sehingga dia berkepribadian
ilahi/rabbani. Meskipun daya fitrah manusia terbatas dan tidak akan mampu
menyamai asmaul husna Allah, namun dia harus tetap berusaha untuk mencapai
kesempurnaan. ( Jamal Sysrif Iberani dkk.2003.32-33 ).

Begitulah keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sudah terbentuk pada saat
manusia dilahirkan kedunia. Berkembang tidaknya, fitrah keimanan tersebut
tergantung pada pendidikan, pengalaman dan pemahaman agama setiap manusia.
Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim menyatakan bahwa setiap manusia itu
dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau
Nasrani atau Majusi.
11

3. Tanda-tanda Orang Beriman.

Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut :

a. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka
bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya ( al-Anfal: 2).

b. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi
dengan do’a, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah
Rasul ( Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11,
Mujadalah: 10, dan at-Taghabun: 13).

c. Tertib dalam melakasanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal:


3 dan al-Mu`minun: 2, 7 ). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu
shalat, dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.

d. Menafkahkan rezeki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mu’minun: 4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara
yang kaya dengan yang miskin.

e. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan ( al-


Mu’minun: 3, 5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang
berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.

f. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mu’minun, 6). Seorang mu`min tidak
akn berknianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.

g. Berjihad dijalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74). Berjihad dijalan Allah
adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta
benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
12

h. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti
itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan
dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.

4. Keimanan dan Ketaqwaan.

Taqwa adalah mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala


laranganNya. Keimanan dan ketaqwaan tidak bisa dipisahakan. Untuk membina
pribadi yang sehat dan kuat dan untuk kebahagiaan hidup sebagaimana yang yang
digariskan dalam agama ,manusia berhajat kepada iman dan taqwa.

Keimanan dan ketaqwaan pada hakikatnya saling memerlukaan. Artinya


keimanan diperlukan oleh manusia supaya Allah dapat menerima ketaqwaannya.
Setiap amalan /pekerjaan yang baik tidak akan diterima Allah tanpa didasarkan
kepada iman. Shalat orang munafiq misalnya, tidak ada faedahnya karena Allah tidak
akan menerimanya, sebab ibadah yang dilakukannya karena sesuatu sebab selain
Allah.

Semua bentuk ketaqwaan, seperti shalat, puasa, zakat dan haji merupakan bagian
dari kesempurnaan iman seseorang. Amin rais menyatakan bahwa amal soleh tersebut
merupakan konsekuensi keimanan seseorang. Seseorang harus menerjemahkan
keyakinannya menjadi kongkrit menjadi satu sikap budaya untuk mengembangkan
amal shaleh. Dalam al-Qur’an ada ratusan ayat yang menggandengkan antara “orang
yang beriman” dengan “orang yang beramal shaleh”. Iman dan amal shaleh atau iman
dan taqwa bergandengan sangat dekat. Seolah hampa dan kosong iman seseorang
kalau tanpa amal shaleh yang menyertainya, yang secara kongkrit membuktikan
bahwa ada iman dalam hatinya.

5. Korelasi Iman Dan Taqwa.

Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi
menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid
yang membahas tentang keesaan zat, keesaan sifat, dan keesaan perbuatan Tuhan.
13

Pembahasan keesaan zat, sifat, dan perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan,
pengetahuan, persepsi dan pemikiraan atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis
tauhid teoritis adalah pengakuaan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya
Wujud Mutlak, yang menajadi sumber semua wujud.

Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan
amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat
Laa ilaaha illallah ( Tidak ada Tuhan selain Allah ) lebih menekankan pengertian
tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid Ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah.
Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah
hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala
gerak dan langkah.

Seorang beriman yang melakukan kewajiban dan menjauhi larangan agama,


maka dia adalah orang mukmin sempurna. Keimanan seseorang bisa bertambah dan
bisa pula berkurang tingkat kesempurnaanya. Penghayatan keimanan dalam segala
aspek kehidupan sangat diperlukan oleh seorang yang beragama dalam upaya
membangun jati dirinya untuk menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Iman adalah
pondasi dasar seseorang hamba yang menghendaki bangunan kesempurnaan taqwa
dirinya.

Iman yang kokoh akan menimbulkan keseimbangan dalam kehidupan seseorang


dan akan memberikan suatu pegangan batin yang membuatnya lebih berani dan lebih
mampu menghadapi tantangan hidup. Sebaliknya iman yang lemah akan membuat
seseorang cepat kecewa dan berputus asa yang bisa menimbulkan banyak penyakit
mental yang disebabkan kegagalan dalam menghadapi tantangan hidup.
14

6. Implementasi Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan.


a. Problema, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern.

Berbicara tentang masalah sosial budaya, berarti berbicara tetang masalah


alam fikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam fikiran bangsa Indonesia adalah
majemuk, sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi oleh konflik baik sesama
orang Islam dengan non-Islam.

Pada millenium ketiga, bangsa Indonesia dideskripsikan sebagai masyarakat


yang antara satu dengan lainnya saling bermusuhan. Hal itu digambarkan sebagai
kehidupan yang terlibat dalam wujud saling bermusuhan, yaitu suatu wujud
kehidupan yang berada pada ancaman kehancuran.

Adopsi modernisme, kendatipun tidak secara total, yang dilakukan bangsa


Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
semi naturalis. Disisi lain, diadopsinya idealisme juga telah menjadikan bangsa
Indonesia menjadi pengkhayal. Adanya tarik menarik antara kekuatan idealisme dan
naturalisme menjadikan bangsa Indonesia bersikap tidak menentu. Oleh karena itu,
kehidupannya selalu terombang-ambing oleh isme-isme tersebut.

Dibidang sosial banyak muncul masalah. Berbagai tindakan kriminal sering


terjadi dan pelanggaran terrhadap norma-norma bisa dilakukan oleh anggota
masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi adalah tindakan penyalagunaan NARKOBA
oleh anak-anak sekolah, mahasiswa serta masyarakat. Disamping itu masih terdapat
bermacam-macam masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dalam kehidupan
modern.

Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai persoalan diatas, perlu


diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan
dalam menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.
15

b. Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern

Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini


dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia
▪ Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau
Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat
mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada
satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan
keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan
sedang memegang kekuasaan. Menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-
benda keramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhayul, jampi-jampi dan
seabagainya. Pegangan orang beriman adalah firman Allah surat al-fatihah ayat 1-7

▪ Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak


diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut
menghadapi resiko.Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian ditangan
Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah
dalam Q.S; 4 ( al-Nisa`): 78: Artinya : “ Dimana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkan kamu kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”

▪ Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan

Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan


manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan
penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip,
menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena
kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah
16

dalam Q.S; 11 (Hud ) : 6: Artinya : “ Dan tidak ada satu binatang melatapun di
bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang
nyata.( lauh mahfud)”

▪ Iman memberikan Ketentraman Jiwa

Acapkali, manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh
keraguan dan kebibimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan,
hatinya tentram dan jiwanya tenang, seperti dijelaskan firman Allah :” Yaitu orang-
orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.
Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”(Q.S; 13: 28).
Seorang mukmin yang dalam hidupnya mengalami masalah, baik materi,
kejiwaan, atau kemasyarakatan, mungkin masalah itu terasa berat untuk
ditanggulangi. Tetapi dekatnya dengan Allah dan rasa tawakkal atau penyerahan diri
kepada Allah serta iman kepada qodo dan qadar dapat meringankan pengaruh
tekanan berat. Dalam keadaan yang seperti ini, kalau seorang beriman ditimpa
malapetaka, ia akan bersabar dan memohon rahmat kepada yang memberinya rahmat.
Dengan demikian dia yakin bahwa Allah akan mengkabulkan do’anya, meneguhkan
hati serta memberikan ketenangan ( Q.S; Al-Ra’du ’28).

▪ Iman mewujudkan Kehidupan Yang Baik.

Kehidupan yang baik ialah kehidupan orang yang selalu melakukan


kebaikan dan mengerjakan perbuatan baik. Dalam hal ini Allah berfirman: “ Barang
siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan kami meberikan kepada mereka balasan dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan “(Q.S;16:97).
17

▪ Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.

Iman memberikan pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan


ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa
konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun
dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam Q.S 6 (al-
An’am) :162 : Artinya : “ Katakanlah : “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku,
dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

▪ Iman memberikan keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian
orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Q.S 2 (al-Baqarah ) : 5: Artinya :” Mereka itulah yang
tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang
beruntung”.

▪ Iman mencegah penyakit

Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis
tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan
perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan,
minum, berdiri, melihat, dan berfikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan,
seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah, tidak lebih dari
serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh. Organ-organ tubuh
yang melaksanakan proses bio-kimia ini bekerja dibawah perintah hormon. Kerja
bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar
hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar
hipofise ditentukan oleh gen ( pembawa sifat ) yang dibawa manusia semenjak ia
masih berbentuk zygot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur
hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkahlaku dan akhlak manusia
Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya
18

sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang
mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat
terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman,
tentram, damai dan sejahtera.
19

EVALUASI

1. Berdasarkan logika al-Qur’an, setiap manusia pasti mempunya sesuatu yang


dipertuhan. Apa saja yang dipertuhan oleh amanusia menurut al-Qur’an tersebut ?

2. Allah itu pasti ada, banyak bukti keberadaanNya .Buktikanlah beberadaan Allah
tersebut menurut bukti –bukti yang ada itu

3. Bagaiamanakah hubungan iman dengan taqwa itu ?

4. Apa sajakah yang menjadi tantangan bagi orang –orang mukmin itu dalam
kehidupan modern ini ?

5. Apa sajakah tanda-tanda orang mukmin itu ?

6. Apa sajakah langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menghadapi tantangan


iman dalam kehidupan modern ini ?

7. Apa sajakah tanda-tanda orang beriman itu ?


20

DAFTAR PUSTAKA

Masoer, Hamdan, dkk. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam Di


Perguruan Tinngi:Depag RI. Jakarta

Al-Akkad, Abbas Mahmud. 1981. Ketuhan Sepanjang Ajaran Agma-agama dan


Pemikiran Manusia. Jakarta : Bula bintang. Jakarta.

Al-Furuqi, Ismail Rafi. 1999. Seni Tauhid. Yayasan Bintang Budaya. Yogyakarta.

Shihab, M Quraish. 1999. Wawasan Al-Quran. Mizan. Jakarta

Ash Shiddiqi, TM Hasbi. 1970. Al-Islam. Bulan bintang. Jakarta


21

BAB III

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM


Tujuan Umum :

1. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan pandangan Al- Quran dengan pendapat


ulama tentang konsep manusia

2. Mahasiswa mengetahui tujuan penciptaan manusia untuk beribadah

3. Mahasiswa mengetahui fungsi dan peranannya sebagai khalifah di bumi

4. Mahasiswa dapat mengetahui tangung jawab manusia didunia

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan pandangan Al Quran dengan pendapat


ulama tentang konsep manusia

2. Mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami tujuan penciptaan manusia dan


mau melaksanakan ibdah dengan benar

3. Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan peranan manusia didunia

4. Mahasiswa dapat menjelaskan tanggung jawab manusia sebagai hamba dan


khalifah di bumi

A. Proses Penciptaan Manusia


Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figure Adam
sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah dimuka bumi dengan segala karakter
kemanusiannya. Figure Adam tidak dilihat dari sisi fisik semata, tapi yang lebih
penting adalah bahwa Adam adalah manusia sempurna lengkap dengan
kebudayaannya sehingga diangkat sebagai khalifah dimuka bumi.

Dalam logika sederhana, dapat dipahami bahwa yang mengerti tentang


penciptaan manusia adalah Sang Pencipta itu sendiri. Allah merupakan Sang Maha
Pencipta, jadi Allah yang lebih memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam
Al Quran dijelaskan tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al Quran dijelaskan
22

tentang penciptaan manusia, antara lain dalam QS. 23: 12 yang berbunyi “ Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (tanah). Ayat tersebut
menjelaskan tentang asal penciptaan manusia tentang asal penciptaan manusia dari
“Sulalatin min thin” (sari pati tanah). Kata Sulalatin dapat diartikan dengan asil
akhir sesuatu yang disarikan, sedangkan thin berarti tanah.

Pada tahap berikutnya saripati tanah berproses menjadi nuthfah (air mani).
Kata nuthfah berarti air yang bercampur (setelah terjadi pembuahan antara
spermatozoa dengan ovum). Posisi nutfah ini berada pada tempat yang terpelihara dan
kokoh yaitu rahim. Allah berfirman dalam QS. 23: 14 yang berbunyi “Kemudian
mani itu Kami jadikan segumpul darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia mahluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, pencipta yang paling baik”.

Pada ayat 14 diatas dijelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah


nutfah secara berturut-turut menjadi ‘alaqah, mudhghah, ‘izham, lahm dan khalqan
akhar ( manusia sempurna).

Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah yang mengental sebagai


kelanjutan dari nutfah dan kedua sesuatu yang menempel didinding rahim. Pengertian
pertama dipahami dari segi bentuk atau materi perubahan setelah nutfah sedangkan
yang kedua dari segi posisinya.

Mudhghah berarti segumpal daging yang merupakan proses penciptaan


manusia sebagai kelanjutan dari ‘alaqah. Daging tersebut masih belum berbentuk
sampai akhirnya diberi kerangka dengan proses berikutnya yaitu ‘izham (tulang-
belulang).

Izham (tulang belulang) selanjutnya dibalut dengan lahm (daging). Pada fase
ini sudah mulai menampakkan bentuk bagian-bagian tubuh. Fase ini sampai pada
pencapaian kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan khalqan akhar,
berarti ciptaan baru yang jauh berbeda dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.
23

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim dijelaskan bahwa


penciptaan manusia sebagai nutfah berlangsung selama 40 hari dan sebagai mudghah
selama 40 hari. Pada tahap berikutnya baru ditiupkan ruh kedalam diri manusia. Pada
tahap ini, disebut sebagai makhluk sempurna yaitu manusia yang memiliki jasad san
ruh. Didalam Al Quran juga dikenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan
tentang asal kejadian manusia antara lain sebagai berikut :

a. Turrab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam surat Al Kahfi : 37


“Seseorang berkata kepada sahabatnya saat keduanya sedang berdialog :
“Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah,,
kemudian dari tetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang
sempurna?
b. Tiin, yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam surat As Sajadah : 7 “
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah.
c. Tinul Laazib,yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana disebut dalam surat
Ash Shaffat : 11 “Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekkah) :
“Apabila mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang kami ciptakan
itu? ” sesugguhnya kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.
d. Shalshalun, yaitu lempung yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar). Citra ayat
ini menunjukkan bahwa manusia dimodelkan.
e. Shalshalin min hamain masnuun (lempug dari lumpur yang dicetak/deiberi
bentuk) sebagaimana disebut dalam suratAl-Hijr{15}:26:“Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia (Adam)dari tanah liat(yang berasal)dari
lumpur hitamyang diberi bentuk. (Q.S.15:26)
f. Sulalatin min tiin, yaitu dari sari pati lempung. Sulalat berarti sesuatu yang di
sarikan dari sesuatu yang lain.
g. Air yang dianggap sebagai asal usul seluruh kehidupan sebagaimana disebutkan
dalam QS. 25 : 54 “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia
jadikan manusia itu (punya)keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu
Maha Kuasa”
24

Ruh dan nafs

Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan
manusia. Allah meniupkan ruh tersebut setelah selesai proses penciptaan fisik. Hal ini
dijelaskan dalam surat Shaad : 71-72 “ (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman pada
malaikat : apabila telah Ku sempurnakan kejadiaannya dan Kutiupkan kepadanya
(ciptaan) Ku.

Mengenai hakikat ruh merupakan misteri besar yang dihadapi oleh manusia.
Secara jelas dalam Al-quran dinyatakan bahwa yang mengetahui hakikat ruh
hanyalah Allah SWT. Hal ini menjadi bukti keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh
manusia karena sampai saat ini masih ada dan bahkan tidak akan ada manusia yang
mampu mengungkap hakikat. Pernyataan ini dkemukakan oleh Allah dalam surat Al
Isra’ : 85 “Dan bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah : Roh itu termasuk
urusan Tuhan-Ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.

Ruh merupakan getaran Ilahiah atau sinyal ketuhanan sebagi rahmat, nikmat
dan hikmah yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar dipahami
hakikatnya. Sentuhan getaran ilahiyah itu menyebabkan manusia dapat mencerna
nilai-nilai belas kasih, kejujuran, keadilan dan sebagainya. Istilah nafs banyak
disebutkan dalam Al quran, meski termasuk dalam wilayah abstrak yang sukar
dipahami, istilah nafs memiliki pengertian yang sangat terkait dengan aspek fisik
manusia. Gejolak nafs dapat dirasakan menyebar keseluruh bagian tubuh manusia
karena tubuh manusia merupakan kumpulan bermilyar-milyar sel hidup yang saling
berhubungan. Nafs bekerja sesuai dengan bekerjanya system biologis manusia. (QS.
39:42) berbunyi “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa
(orang) yang belum mati diwaktu tidurnya; maka Dia tahanlah kiwa (orang) yang
telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu
yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.

Hubungan antara nafs dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk
diketahui dengan pasti bagaimana hubungan itu berjalan. Dua hal yang berbeda,
25

mental dan fisik dapat menjalin interrelasi sebab akibat. Kesedihan dapat
menyebabkan mata mengeluarkan cairan, kesengsaraan membuat badan kurus.
Dikenal pula istilah psikosomatik, yaitu penyakit-penyakit fisik yang disebabkan oleh
masalah kejiwaan. Perpisahan antara nafs dan fisik disebut maut dan ini adalah
peristiwa yang paling misterius dalam kehidupan manusia sebelum ia menjumpai
peristiwa-peristiwa lainnya didunia yang lain pulan yang dijelakan dalam Surat Al
An’aam : 93 “ ……Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang-
orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maupun, sedang para
malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) keluarkanlah nyawamu).

Fitrah Manusia

Kata fitrah merupakan deviasi dari kata fatara yang berarti ciptaan, suci dan
seimbang. Arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal manusia
yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung pada kebenaran (hanif).
Fitrah dalam hanif ini sejalan dengan isyarat Al quran dalam surat Ar ruum : 30 “
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubaha
atas fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.

Kata fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan
fisik, melainkan juga dalam arti rohania, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik
karena fitrah itu disebabkan dalam konotasi nilai. Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar
kebaikan manusia itu dapat dirujukkan pada Al A’raf : 172

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam


dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “ Bukankah aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (engkau Tuhan
kami, kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat
kamu tidak mengatakan: sesungguhnya kami (bani adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).
26

Ayat diatas merupakan penjelasan dari fitrah yang berarti hanif


(kecenderungan kepada kebaikan) yang dimiliki manusia karena terjadi proses
persaksian sebelum digelar dimuka bumi. Persaksian ini merupakan proses fitrah
manusia yang selalu memiliki kebutuhan terhadap agama, sehingga manusia dianggap
sebagai mahluk yang religius. Ayat diatas juga menjadi dasar bahwa manusia
memiliki potensi baik sejak awal kelahirannya ia bukanlah mahluk amoral, tetapi
memiliki potensi moral.

Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat
dilahirkan kedunia. Potensi yang dimiliki manusia tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua hal, yaitu potensi fisik dan rohaniah.

Pembahasan diatas menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan


Allah yang sangat berbeda dengan mahluk lainya dialam ini. Ia memiliki karakter
yang khas bahkan dibangkan dengan mahluk lain yang paling ‘mirip’ sekalipun.
Kekhasan inilah yang menurut kitap suci menyebabkan konsekuensi-konsekuensi
kemunusian diantaranya, kesadaran, tanggung jawab dan adanya pembalasan.

B. Fungsi dan Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam

1. Fungsi Manusia
Fungsi manusia dimuka bumi adalah sebagai khalifah. Khalifah berarti
pemimpin, wakil. pengelola dan pemelihara. Tentang fungsi manusia sebagai khalifah
ini dijelaskan dalam firman Allah QS 2: 30 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat, seseungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi, Mereka berkata : mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?
Tuhan berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

Khalifah Allah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Allah
untik mewujudkan kemakmuran dimuka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada
27

manusia itu bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya untuk mengolah serta
mendaya gunakan apa yang ada dimuka bumi untuk kepentingan hidupnya.

Sebagai wakil Allah, manusia dibekali dengan potensi untuk memahami dan
menguasai hukum Allah yang terkandung dalam ciptaanya. Dengan pemahaman
terhadap kebenaran tersebut manusia dapat menyusun konsep dan melakukan
rekayasa. Pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang baru dalam perkembangan
budaya manusia yang dinamis.

Segala yang dihasilkan manusia dalam konteks sebagai khalifah dilandasi


dengan ketundukan dan ketaatan kepada Allah SWT. Ketundukan dan ketaatan ini
tidak lain adalah refleksi dari fungsi penciptaan sebagai khalifah yang diberikan oleh
Allah dan akan dipertanggung jawabkan oleh manusia. Hal ini dijelaskan dalam
firman Allah SWT dalam QS 35:39 “Dia-lah yang menjadikann kamu khalifah-
khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang khafir, maka (akibat) kekafirannya
menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain
hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang
yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.

Fungsi manusia sebagai khalifah juga dipahami sebagai mahluk yang bertugas
mengurus dan menjaga alam dengan baik agar terciptanya kehidupan yang baik bagi
semua mahluk Allah. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam QS Al Anbiya’: 107 “Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmad bagi semesta
alam.

Penjelasan mengenai fungsi manusia sebagai khalfah diatas memberikan


pemahaman bahwa jabatan khalifah adalah tugas berat yang mesti dipikul dan
dipertanggungjawabkan. Potensi yang dimiliki manusia harus dikerahkan secara
optimal dan dinamis untuk mencapai tujuan hidup deperti yang digariskan oleh Zat
yang Maha Pencipta.
28

2. Tujuan Hidup Manusia

Tujuan hidup manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT (ibadah).
Tujuan hidup manusia ini dijelaskan oleh Allah SWT dala QS 51: 56 “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

Penciptaan manusia sebagai pengabdi atau untuk beribadah dipahami dengan


kepatuhan, ketundukan, dan pengabdian manusia kepada Allah. Jadi, semua aktivitas
hidup yang dilakukan oleh seorang manusia yang dilandasi dengan sikap ketundukan
jiwa terhadap Sang Khalik merupakan ibadah.

Ibadah yang dilakukan manusia didasari oleh kebutuhan terhadap Allah SWT,
karena manusia diciptakan, diatur dan akan kembali kepadanya. Oleh karena itu,
ibadah harus dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, karena Allah tidak
membutuhkan sedikitpun kepada manusia termasuk ritual-ritual penyembahannya.
Keikhlasan manusia dalam melaksanakan ibadah merupakan nilai tertinggi dalam
pengabdian yang dilakukan. Tuntutan pelaksanaan ibadah dengan ikhlas ini
dijelaskan oleh Allah dalam QS 98: 5 “ Dan maunusia tidak diperintahkan untuk
semata-mata untuk menyembah Allah secara ikhlas dalam (menjalankan) agama
dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, an
demikian itulah agama yang kokoh.

Ayat diatas menjelaskan tentang kunci pelaksanaan ibadah yang merupakan


tujuan hidup manusia bahwa dalam pelaksanaanya harus didasari oleh keikhlasan
semua ibadah yang dilakukan tidak akan bernilai apapun dihadapan Allah SWT.
29

EVALUASI

1. Jelaskan pengertian manusia menurut Al Quran!


2. Apa maksut manusia diciptakan dari tanah?
3. Sebutkanlah bunyi ayat yang menyatakan bahwa Allah yang meniupkan ruh manusia!
4. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang fitrah manusia.
5. Jelaskanlah fungsi manusia sebagai khalifah dan sebagai hamba Allah !
30

DAFTAR PUSTAKA

Depag RI. 2000. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Direktorat
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Jakarta
Ibrani, Jamal Syarif. 2003. Mengenal Islam. Al-Kahfi. Jakarta
Shihab, M Quraish. 1999. Wawasan Al-Quran. Mizan. Jakarta

Masoer, Hamdan, dkk. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam Di


Perguruan Tinngi:Depag RI. Jakarta

Gazalba, Sidi. 1983. Mesjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. Pustaka Antara.
Jakarta
31

BAB IV

HUKUM HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

Tujuan Umum

Agar mahasiswa mengetahui, memahami dan menghayati aspek-aspek yang


berhubungan dengan hukum Islam Hak asasi manusia dan Demokrasi dalam Islam.

Tujuan Khusus.

1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian dan sifat hukum Islam.
2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang tujuan dan sumber hukum Islam.
3. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang kontribusi umat Islam dalam
perumusan dan penegakkan Hukum Islam.
4. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang hak asasi manusia dalam Islam
5. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang demokrasi dalam Islam.

A. Hukum Islam

1. Pengertian Syari’ah dan Fiqih


a. Pengertian Syari’ah

Istilah syari’ah dalam konteks kajian hukum Islam lebih menggambarkan


kumpulan norma-norma hukum yang merupakan hasil dari tasyri, oleh karena itu
ada baiknya lebih dahulu istilah tasyri’ ini dibahas sebelum memaparkan tentang
makna syariah.
Kata tasyri’ merupakan bentuk masdhar dari syari’ah yang berarti
menciptakan dan menetapkan syari’ah. Dalam istilah para ulama fiqih syari’ah
bermakna ’’menetapkan norma-norma hukum untuk menata kehidupan manusia
baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan umat manusia dan dengan
alam lingkungan“ Dalam redaksi yang lain syari’ah diartikan ”Seperangkat norma
Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan
manusia lain dalam kehidupan sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam
32

lingkungan hidupnya” Rumusan pengertian syari’ah tersebut, menunjukkan bahwa


syariah itu adalah ketentuan yang mengatur hidup manusia dalam berhubungan
dengan Allah seperti mengimani dan beribadah kepada Nya, dan mengatur
hubungan manusia dengan sesama manusia seperti muamalah dan munakahat serta
mengatur hubungan manusia dengan benda-benda alam lingkungan sekitar, seperti
penggunaan atau pemanfaatan sumber daya alam yang harus sesuai dengan
ketentuan atau peraturan Allah, maka syari’ah merupakan pedoman atau panduan
bagi manusia dalam menjalani kehidupan didunia ini sehingga terwujud kehidupan
yang harmonis.

b. Pengertian Fiqih

Dalam bahasa arab, perkataan fiqih yang ditulis fikih, artinya faham atau
pengertian. Jika perkataan fikih itu dihubungkan dengan perkataan ilmu, maka
disebut Ilmu fikih. Ilmu fikih adalah ilmu yang bertugas menentukan dan
menguraikan norma-norma hukum dasar yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
ketentuan yang terdapat dalam hadits Nabi Saw. dalam redaksi yang lain, fikih
adalah mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliah yang dikaji dari
dalil-dalilnya yang terinci. Rumusan pengertian diatas menjelaskan bahwa fikih
adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat untuk menentukan dan
menjelaskan norma-norma hukum yang diambil atau dikeluarkan dari Al-Qur’an
dan hadits untuk diaktualkan dalam kehidupan keseharian.
Bila kita berbicara tentang hukum, maka yang terlintas dalam fikiran adalah
peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia
dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang
dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Contoh hukum Fikih
Islam yang ditulis dalam Bahasa Indonesia adalah fikih Islam karya
Di dalam kepustakaan Hukum Islam berbahasa inggris Syari’at Islam
diterjemahkan dengan Islamic Law sedang fikih Islam diterjemahkan dengan
Islamic Juris Prudence, dalam bahasa Indonesia untuk Syari’at Islam sering
dipergunakan istilah hukum syari’at atau hukum syara’ untuk fikih Islam
33

dipergunakan istilah hukum fikih atau kadang-kadang dipergunakan istilah hukum


Islam. Dalam praktik seringkali kedua istilah itu dirangkum dalam kata hukum
Islam tampa menjelaskan apa yang dimaksud. Hal ini dapat difahami karena
keduanya sangat erat hubungannya,dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.
Namun yang harus dimengerti adalah bahwa syari’at atau Syari’at Islam itu
sebenarnya adalah wahyu Allah dan hadits Rasulullah Saw yang merupakan
sumber dari segala sumber hukum Islam sedangkan fikih adalah pemahaman
manusia terhadap syari’at (wahyu) itu sendiri. Fikih tersebut bersifat instrumental,
ruang lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan manusia yang
biasanya disebut pembuatan hukum. Artinya fikih itu adalah hasil temuan fikiran
manusia setelah menelaah wahyu secara mendalam.
Fikih berisi rincian syari’at, ia dapat dikatakan suatu hasil kegiatan ijtihad
dengan menggunakan akal atau al-ra’yu, maka ia tidak berlaku abadi dan dapat
berubah dari masa ke masa dan berbeda antara satu tempat dengan tempat lain.
Saat ini mulai dilakukan orang kajian ulang terhadap berbagai hal yang
berhubungan dengan teori fikih, karena teori ini hasil pemikiran manusia yang bisa
berubah sesuai dengan kondisi dan situasi,sedang hukum syari’at mayoritas turun
berdasarkan wahyu yang tidak bisa berubah sebab dia bukan produk fikiran
manusia.
Dari penjelasan-penjelasan diatas menjadi jelas yang mana syari’at dan
yang mana pula yang disebut dengan fikih itu. Secara rinci perbedaan antara
syari’at dengan fikih itu adalah seperti berikut :
a. Syari’at seperti telah disinggung sebelumnya adalah wahyu Allah yang terdapat
dalam al-Qur’an dan kitab-kitab hadits. Fikih adalah pemahaman manusia yang
memenuhi syarat untuk berijtihad tentang syari’at dan hasil pemahaman itulah
yang disebut fikih.
b. Syari’at bersifat fundamental dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas
yang oleh banyak ahli dimasukkan juga akidah dan akhlak. Fikih bersifat
instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan
manusia yang biasa disebut dengan perbuatan hukum.
34

c. Syari’at adalah ketetapan Allah dan ketentuan rasulnya, karena itu berlaku abadi.
Fikih adalah karya manusia yang tidak berlaku abadi dapat berubah dari masa
kemasa.
d. Syari’at hanya satu, sedang fikih mungkin lebih dari satu seperti yang terlihat
dalam aliran-aliran hukum disebut dengan istilah mashab.
e. Syari’at menunjukkan pada kesatuan dalam Islam, sedang fikih menunjukkan
keragamannya (M.Daud Ali, 2006-50-51).

Sesuai dengan pengertian-pengertian tentang syari’ah dan pengertian tentang


fikih serta perbedaan antara keduaannya maka kajian fikih itu adalah hukum-hukum
syara’ yang bersifat amalia yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dalam
bentuk ibadah dan hubungan manusia sesama manusia dalam bentuk mu’amalah,dan
hubungan manusia dengan alam lingkungan sekitar dalam bentuk pembudayaan dan
pelestarian alam. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan akidah atau prinsip-prinsip
keimanan bukanlah objek kajian fikih.

2. Sifat dan Tujuan Hukum Islam


a. Sifat Hukum Islam

Hukum Islam mempunyai tiga macam sifat yaitu : pertama, bidi mensional
artinya hukum Islam itu mengandung segi ketuhanan dan segi kemanusiaan,
disamping itu hukum Islam itu komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur satu
aspek kehidupan saja tetapi juga mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Kedua,
Adil, sifat yang kedua ini mempunyai hubungan yang erat sekali lagi dengan sifat
Bidim ensional. Dalam hukum Islam keadilan bukan saja merupakan tujuan, tetapi
merupakan sifat yang melelekat sejak kaidah-kaidah dalam syari’at Islam ditetapkan.
Keadilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap manusia baik sebagai
individu maupun masyarakat. Ketiga, ada individualistik dan kemasyarakatan yang
diikat oleh nilai-nilai transedental yaitu wahyu Allah yang disampaikan kepada
Muhammad Saw. Dengan sifat ini hukum Islam memiliki validitas baik bagi
perorangan maupun masyarakat
35

Ketiga macam sifat tersebut menyatu dengan hukum Islam sehingga hukum
Islam itu memiliki kesempurnaan yang membuat ia berbeda dengan hukum yang lain.
Ketaatan orang Islam menegakkan dan menerima hukum Islam hanya karena Allah
semata,dan hukum Islam itu dibeban oleh Allah kepada hambanya sesuai dengan
kemampuan hamba tersebut. Sifat adil dalam hukum Islam dapat berarti tidak
memihak kepada yang batil dan tidak pilih kasih. Membela kebenaran dan
melenyapkan kebatilan. Hukum Islam melindungi orang perorangan, maupun
kelompok orang. Umat Islam tidak dibolehkan mengambil hukum selain hukum yang
ditetapkan Allah. Dalam Al-Qur’an surat al-Maidah Allah menegaskan sebagai berikut
“Barang siapa yang tidak memutuskan (menetapkan hukum menurut yang telah
diluruskan Allah, mereka itulah orang-orang yang kafir”(Q.S;5;44” maka
putuskanlah prahara mereka menurut apa yang Allah turunkan, janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran telah datang
kepadamu’’Q.S; 5:48)”
Disamping sifat-sifat tersebut hukum Islam mempunyai cirri-ciri khas
karakteristik. Dalam membahas karakteristik tersebut para pakar hukum Islam sepakat
untuk berpedoman pada surat Al-A’raf ayat 157 yang artinya yaitu “yaitu orang-
orang yang mengikuti Rasul”Nabi yang ummi mereka dapati tertulis dalam Taurat
dan Injil yang ada di sisi mereka yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf
dan melarang mereka berbuat yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala
yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari
merekabeban-beban dan belengu-belenggu yang ada pada mereka.Maka orang-orang
yang beriman kepedanya,memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an).Mereka itulah orang-orang yang
beruntung’’.
Ayat ini menyatakan bahwa semula manusia dibatasi untuk berperilaku,
kemudian Allah memberikan batasan-batasan supaya manusia berperilaku baik serta
terarah dalam perilakunya agar manusia memiliki dan berperilaku baik,Allah memberi
kelonggaran dan kemudahan (rukhshoh) sehingga segala yang diperintahkan Allah
dapat dengan mudah mereka laksanakan.
36

Menelaah firman Allah dalam surat Al –A’raf ayat 157 diatas dalam dan
beberapa karakteristik yang dirumuskan oleh Hasbi As-Shiddieqy dan Muhammad
Ali,secara singkat terumus karakteristik hukum Islam yaitu bahwa hukum Islam itu
mengarahkan manusia muslim pada perilaku yang baik, memberi rukhshoh atau
kemudahan (tidak mempersulit), sempurna, harmonis, dinamis, mewujudkan maslahah
dan adil.

b. Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan pada
manusia dan mendatangkan kemaslahatan,mengarahkan manusia pada kebenaran
untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat dengan jalan mengambil
segala yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudharat yang tidak
berguna bagi hidup dan kehidupan manusia.
Para ahli hukum Islam menyetujui pengembangan tujuan hukum Islam
(Maqashid Syari’ah), tetapi pada prinsipnya maqashid syari’ah terbagi dalam tiga
macam inti pokok, yaitu : pertama maqashid al-dhoruriyat yaitu maqashid untuk
memelihara lima unsur pokok kehidupan manusia yang meliputi, memelihara agama,
jiwa, keturunan, akal dan harta, kedua maqashid al-hajjiyat, yaitu maqashid untuk
menghilangkan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan terhadap lima unsur pokok
menjadi lebih baik lagi,ketiga maqashid al-takshiniyah,yaitu maqashid (tujuan) yang
dimaksudkan agar manusia melakukan yang terbaik menyempurnakan pemeliharaan
lima unsur pokok tersebut

Tujuan hukum Islam yang dikemukakan oleh Sayid Sabiq adalah :


1. Membentuk pribadi dari segi fisik, akal dan mental dengan jalan pendidikan dan
pengajaran.
2. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan menegakkan keadilan sosial.
3. Kedua hal tersebut diatas akan mendorong terpeliharanya agama, jiwa, akal dan
keturunan serta harta yang semuanya itu berarti. Terwujudnya kesejahteraan pribadi
dan kesejahteraan masyarakat umum
37

Pada prinsipnya tujuan hukum Islam itu adalah :


a. Untuk Memelihara Agama
Untuk tetap terpeliharanya atau tegaknya agama dalam diri setiap orang dan
ajaran agama itu secara nyata teraktualkan dalam kehidupan keseharian dan dalam
kehidupan keluarga serta dalam bermasyarakat,dan pada gilirannya agama islam harus
dibela dari ancaman orang-orang yang bermaksud menghinanya atau merusak
ajarannya dengan cara-cara mencampuradukkan dengan faham atau ajaran-ajaran yang
lain atau ingin melenyapkan ajaran Islam dari kehidupan para penganutnya.
Allah Swt tidak memaksakan seseorang untuk memasuki atau menganut agama
Islam, hal itu dengan tegas Allah katakan dalam Al-qur`an surat Al-baqarah ayat 256 :
Artinya” Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam,sesungguhnya sudah jelas
jalan yang benar dari jalan yang salah”. Namun bila seseorang telah menyatakan diri
untuk masuk menganut agama Islam,maka orang tersebut wajib menjalani dan
mentaati agama Islam itu secara utuh.

b. Untuk memelihara jiwa


Dalam hukum Islam setiap orang wajib menjaga dan memelihara dan
melindungi jiwanya. Pembunuhan atau bunuh diri haram hukumnya,orang yang
menderita penyakit yang menurut pakar kesehatan (Dokter) sangat kecil kemungkinan
dia bisa sembuh,haram hukumnya meminta dibunuh atau bunuh diri. Yang berhak
menghidupkan dan mematikan hanya Allah. Sehingga dalam ajaran Islam
pembunuhan sengaja atau tidak disengaja tetap ada sangsinya yang ditetapkan dalam
hukum Islam. Jika pembunuhan itu disengaja maka ditetapkan hukum qishas. Dalam
Al-qur`an Allah tegaskan seperti berikut : ”Hai orang-orang yang beriman
diwajibkan atasmu qishas berkenaan orang yang dibunuh orang merdeka dengan
orang yang merdeka,hamba dengan hamba wanita dengan wanita. Maka barang
siapa yang mendapat pemaafan dari saudaranya,hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat)
kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik. Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Dan barang siapa yang melampaui
batas sesudah itu,maka baginya siksaan yang sangat berat” (QS ; 2 ; 178)
38

Begitu besarnya pemberitahuan hukum Islam untuk melindungi jiwa manusia,


seseorang yang mencabut nyawa orang lain maka harus pula mau tidak mau nyawanya
harus dicabut pula. Dan bila pembunuhan itu terjadi dengan tidak sengaja Allah juga
tetap menetapkan sangsi bagi pelaku walaupun itu hanya berupa kifarat dalam
firmannya Allah menjelaskan sebagai berikut : “Dan tidak layak bagi seorang mukmin
membunuh seorang mukmin (yang lain ) kecuali karena bersalah (tidak sengaja)
barang siapa yang membunuh seorang mukmin karena tersalah (tidak sengaja)
hendaklah dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
(diyat) yang diserahkan kepada keluarga (si terbunuh),kecuali jika mereka (keluarga
terbunuh)bersedekah. Jika siterbunuh itu dari kaum yang memusuhimu,padahal dia
mukmin,maka (hendaklah sipembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin.
Dan jika dia (siterbunuh ) dari kaum kafir yang ada perjanjian (damai) antara mereka
dengan kamu,maka (hendaklah sipembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada
keluarga (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barang
siapa yang tidak menperolehnya, maka hendaklah ia (sipembunuh ) berpuasa dua
bulan berturut-turut sebagai cara taubat kepada Allah. Dan adalah Allah maha
mengetahui lagi maha bijaksana’’ (QS;4:92).
Ketentuan hukum Islam untuk melindungi jiwa setiap orang sangat tegas
walaupun seseorang tersebut bukan orang mukmin,pelakunya tetap diberi sangsi
berupa kifarat karena pembunuhan tanpa sengaja.

c. Untuk memelihara akal


Akal sesuatu yang sangat berharga dan mulia sehingga dengan akal itu manusia
mulia dan bermartabat,dan membuat manusia menguasai ilmu dan bekuasa sebagai
khalifah dialam ini.
Hukum Islam memberi ketetapan yang pasti dan tidak seorang pun boleh
melanggarnya, bahwa akal di jaga kesehatan dan kecemerlangannya. Oleh karena itu
lah Allah melarang mengkonsumsi segala obat atau minuman yang dapat merusak
akal. Secara tegas Allah melarang perbuatan tersebut dalam firmannya : artinya: ”Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya khomar,berjudi(berkorban) untuk
berhala,mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
39

syetan,maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat


keberuntungan”(Q.S;5:960). Segala perbuatan yang melanggar hukum yang telah di
tetapkan Allah itu,cepat atau lambat di sadari atau tidak,pasti akibatnya akan di
rasakan oleh si pelanggar hukum Allah tersebut.

d. Untuk Memelihara Keturunan


Dalam Islam setiap penganutnya wajib menjaga kesucian keturunannya. Dalam
al-Qur’an setiap orang di larang melakukan perbuatan zina. Seorang wanita yang telah
di cerai oleh suaminya tidak boleh menikah sebelum masa iddahnya sampai,seorang
wanita tidak boleh memiliki suami lebih dari satu. Ketentuan itu adalah untuk menjaga
kesucian dan kemurnian keturunan. Pengharaman perbuatan zina di katakan Allah
dalam ayat berikut;
Artinya: ”Janganlah kamu mendekati zina,sesungguhnya zina itu adala hsuatu
perbuatan keji dan seburuk-buruknya jalan” (Q.S;17:32). Sedangkan wanita yang di
cerai suami dilarang nikah sebelum habis masa iddahnya di tegaskan Allah dalam ayat
berikut. Artinya: ”Wanita-wanita yang di talak hendaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quru’ tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang di ciptakan Allah dalam
rahimnya,jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir,dan suami mereka lebih
berhak merujukinya dalam masa menanti itu jika mereka itu menghendaki islam”
(Q.S;2:228).
Kedua ayat di atas mengingatkan kepada umat islam untuk memelihara
kesucian dan kesempurnaan keturunan dengan menjauhi zina dan bagi wanita di
tetapkan bila dia dicerai suaminya harus menunggu tiga kali suci baru boleh menikah
dengan laki-laki lain,tetapi suaminya lebih berhak rujuk pada istri yang di cerainya itu
sebelum masa iddahnya (masa menunggu) habis. Itulah ketetapan Allah dan tidak
seorang pun boleh mempermainkan ketentuan Allah ini karena sangat buruk
akibatnya.

e. Untuk Memelihara Harta


Segala harta yang di miliki seseorang adalah anugrah Allah,namun di perlukan
adanya kepastia hukum dalam masyarakat,untuk menjamin kedamaian dalam
40

kehidupan bersama, maka hak milik seseorang atas suatu benda di akui dengan
pengertian bahwa hak milik itu di peroleh secara halal dan berfungsi sosial.
Jika diperhatikan dengan sungguh ketentuan hukum islam yang di tetapkan
Allah, maka yang halal dan yang haram itu sudah jelas dan yang hak serta yang batil
juga jelas maka Allah melarang mencampur adukkan keduanya dan tidak boleh
memakan harta orang lain secara batil. Dalam ayat berikut Allah menegaskan larangan
disebut dalam ayat berikut. Artinya: ”Dan janganlah kamu memakan harta sebagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta
orang lain dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui” (Q.S;2:188).

3. Fungsi Hukum Islam


Hukum Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,segala aturan yang
mengatur hubungan manusia dengan penciptanya,dan hubungan antar manusia serta
hubungan dengan mahkluk alam sekitar telah terdapat dalam hukum Islam itu
sendiri,karena hukum Islam memberikan rambu-rambu yang harus di taati oleh setiap
umat Islam. Peranan hukum Islam itu dalam kehidupan bermasyarakat sangat banyak,
di antaranya adalah seperti berikut ini:

a. Fungsi Ibadah

Tujuan penciptaan manusia oleh Allah adalah untuk beribadah,aturan tata cara
dan pelaksaan upacara ibadah harus sesuai dengan aturan yang di tetapkan oleh Allah.
Kepatuhan dan ketaatan mengikuti aturan hukum Islam bernilai ibadah,dan sekaligus
indikasi keimanan seorang muslim,setiap pelaksanaan hukum Islam di beri pahala
dengan imbalan surga. Sebaliknya keingkaran dan pelanggaran terhadap hukum Allah
akan di ancam dengan siksaan.

b. Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar


41

Hukum islam bersentuhan dengan hukum masyarakat. Proses pengharaman


riba dan khamar merupakan bentuk keterkaitan penetapan hukum (Allah) dengan
subjek dan objek hukum (pembuatan mukallaf). Ketika suatu hukum lahir,yang
terpenting adalah bagaimana agar hukum tersebut di patuhi dan di laksanakan dengan
kesadaran yang penuh. Hukum Islam itu berfungsi pula sebagai salah saatu sarana
pengendali sosial (social control). Akibat buruk riba dan khamar memang menimpa
pelakunya secara langsung,namun secara tidak langsug lingkungan juga terancam.
Fungsi hukun Islam dalam hal ini adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Dengan fungsi
ini tercapailah tujuan hukum Islam yaitu mencegah kemaksiatans dan mendatangkan
kemaslahatan
c. Fungsi Zawazir

Dalam hal ini hukum Islam fungsinya terlihat dalam pembunuhan dan
penzinaan yang disertai dengan sangsi hukum qishash dan ”diyat” diterapkan untuk
tindak pidana terhadap jiwa / badan, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian,
perzinaan, qadzaf, hirabah dan riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua
macam tindak pidana tersebut. Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum
Islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga masyarakat dari segala bentuk
ancaman dan perbuatan yang membahayakan. Fungsi ini di namakan Zawazir.
d. Fungsi Tanzim wa Islah Al-Ummah

Fungsi ini adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan
memperlancar proses interaksi sosial sehingga terwujud masyarakat yang harmonis,
aman, sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hukum Islam menetapkan aturan yang cukup,
rinci, dan mendetail sebagaimana terlihat dalam hukum yang berkenaan dengan
masalah yang lain, yakni masalah mu’ammalah yang pada umumnya hukum Islam
dalam masalah ini hanya menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya.
Perinciannya diserahkan kerpada para ahli dan pihak-pihak yang berkompeten pada
bidang masding-masing, dengan tetap memperhatikan dan berpegang teguh pada
aturan pokok dan nilai –nilai dasar tersebut.Fungsi ini disebut dengan tanzim wa islah
al- ummah.
42

4. Sumber Hukum Islam


Sumber hukum Islam adalah wahyu Allah yang di sampaikan kepada Nabi
Muhammad Saw. Wahyu Allah itu di turunkan dalam bahasa arab yang secara
autentik terhimpun dalam mushaf Al-Quran.
Untuk mengetahui apa saja yang menjadi sumber hukum Islam tersebut dapat
di simak dalam firman Allah sebagai berikut. Artinya:’’ Hai orang-orang yang
beriman taatlah kepada Allah dan kepada RasuNya dan ulil amri di antara kamu
,kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu ,maka kembalikanlah hal
itu kepada Allah (Al-Qur’an) dan RrasulNya (Hadist),jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya
(Q.S;4:59).
Dalam ayat di atas telah di tegaskan oleh Allah bahwa sumber hukum islam
itu ada tiga macam yaitu al-Qur’an, Hadist / Sunnah,dan idjitihad. Yang di maksud
dengan kata ulil amri dalam ayat di atas adalah orang-orang yang memenuhi syarat
untuk beridjitihad karena ”Kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan untuk mengalirkan
(ajaran) hukum Islam dari sumber utamanya yakni al-Qur’an dan dari kitab-kitab
hadist yang memuat sunah Nabi Muhammad Saw. ditetapkan Allah dalam al-
Qur’an,kemudian di turunkan dengan jelas dalam percakapan antara nabi Muhammad
dengan salah seorang sahabatnya yang di tugaskan untuk menjadi gubernur di
Yaman. Nabi menanyakan sumber hukum yang akan di pergunakan untuk
menyelesaikan masalah atau sengketa yang di hadapi di daerah yang baru. Pertanyaan
itu di jawab oleh Muaz bahwa dia akan menggunakan al-Qur’an,lalu Nabi
Muhammad bertanya lagi jika tidak terdapat petunjuk khusus dalam al-
Qur’an?”Muaz menjawab;Saya akan mencarinya dalam sunah Nabi
Muhammad,kemudian Nabi bertanya kalau engkau tidak menemukan petunjuk
dalam hadist Nabi Muhammad, bagaimana? ”muaz menjawab: ”Jika demikian aku
berusaha sendiri mencari sumber pemecahan dengan menggunakan akal saya”. Nabi
Muhammad sangat senang dengan jawaban Muaz itu dan berkata: ”Aku bersyukur
kepada Allah yang menuntun utusan Rasulnya.
Dari penjelasan di atas yaitu percakapan antara Nabi Muhammad dengan
Muaz yang akan menjadi pemimpin pemimpin di Yaman dapat di pahami bahwa
43

sumber hukum Islam adalah al-Qur’an – sunnah / hadist Nabi dan akal pikiran ra’yu
yang memenuhi syarat untuk beridjitihad.
Akal pikiran dalam kepustakaan hukum Islam di sebut dengan ar-ra’yu atau
pendapat orang-orang yang memenuhi persyaratan untuk menentukan nilai dan norma
pengatur tingkah laku manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Al-Qur’an
dan sunnah yang terdapat dalam kitab-kitab hadist merupakan sumber
utama,sedangkan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk beridjitihad
menentukan norma benar salahnya suatu perbuatan merupakan sumber tambahan atau
sumber pengembangan. Selain itu, dari hadist Muaz bin jabal itu dapat pula difahami
bahwa:
a. Al-Qur’an bukan kitab hukum yang memuat kaedah-kaedah hukum secara
lengkap terinci. Pada umumnya hanya memuat kaedah-kaedah hukum
fundamental yang harus di kaji dengan teliti dan dikembangkan oleh pikiran
manusia yang memenuhi syarat untuk di terapkan dalam masyarakat.
b. Sunnah nabi Muhammad dalam hadist pun sepanjang mengenai soal
muammalah yaitu soal hubungan antara manusia dengan manusia,pada
umumnya hanya mengandung kaedah-kaedah umum yang harus dirinci oleh
orang-orang yang memenuhi syarat untuk di terapkan dalam kasus-kasus
tertentu.
c. Hukum islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah atau hadist perlu di
kaji, dirinci lebih lanjut.
d. Hakim tidak boleh menolak untuk menyelesaikan suatu masalah atau sengketa
dengan alasan bahwa hukumnya tidak ada
Dari penjelasan diatas menjadi jelas bahwa sumber hukum Islam yang selain
al-Qur’an dan sunnah adalah ra’yu atau Ijtihad. Untuk mengenali secara umum
masing suber itu dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam Pertama

Al-Qur’an secara harfiah berarti bacaan sempurna,merupakan suatu nama


pilihan Allah yang sungguh tepat,karena tiada suatu bacaan sejak manusia mengenal
tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an
44

(Qurashishihab,1999,3) al-Qur’an adalah kitab suci yang demikian masyhur


sehingga sulit untuk menemukan suatu definisi yang mencakup keseluruhan al-
Qur’an,karena itu definisi yang ada masih bersifat parsial.
Al Qur’an sebagai sumber nilai mengandung pokok-pokok ajaran sebagai berikut:
a. Prinsip-prinsip keimanan kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari
akhir,Qodho dan Qadar dan sebagainya.
b. Prinsip-prinsip syariah,tentang ibadah khas (shalat, zakat, puasa, haji)dan ibadah
umum(Perekonomian, Pernikahan, hukum dan sebagainya.
c. Janji dan ancaman, eperti tentang janji kepada orang yang baik dan ancaman
kepada orang yang berbuat jahat.
d. Sejarah, seperti tentang Nabi-nabi terdahulu, masyarakat dan bangsa terdahulu.
e. Ilmu pengetahuan, seperti mengenai ilmu ketuhanan, agama, hal-hal yang
menyangkut manusia, masyarakat dan hal-hal yang berhubungan dengan alam
Segala aspek kehidupan manusia pada hakekat tidak luput dari aturan atau
norma hukum Islam terutama yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah serta
muamalah. Dalam aspek aqidah dan ibadah mahdha Allah mengaturnya secara rinci,
sedang dalam bidang mu’amalah kebanyakannya diatur secara garis besarnya, seperti
ketatanegaraan, perekonomian,dan keuangan dan tidak diterangkan secara rinci.
Ayat-ayat Al-Qur’an bila ditinjau dari aspek dhalalahnya atas hukum yang di
kandungnya dapat dibagi atas dua bagian,yaitu Pertama: nash Qath’i dholalahnya
atas hukum,maksudnya nash yang di tunjukkan kepada makna yang bisa dipahami
secara tertentu tidak bisa menerima ta’wil,tidak ada tempat bagi arti selain itu seperti
yang terdapat dalam Q.S; 4:12, yaitu: Bagi suami seperdua dari harta yang
ditinggalkan istri, jika mereka tidak mempunyai anak.’’ Ayat ini pasti tidak ada
interpretasi dalam mengartikannya. Kedua : nash yang zhanni dholalahnya atas
hukum, maksudnya ayat-ayat ini menunjukkan atas makna yang memungkinkan
untuk dita’wilkan atau dipalingkan dari makna asalnya (Iughawi) kepada makna
yang lain seperti yang di sebut dalam Q.S:2:228. Dalam ayat tersebut pengertian
.quru’ bisa mempunyai arti suci dan bisa juga berarti haid. Jadi bisa diartikan tiga kali
suci juga bisa diartikan tiga kali haid
45

Dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 7,Allah berfirman,Artinya: ”Dialah


yang menurunkan al-kitab (Al-Qur’an) kepadamu,diantara isinya ada ayat-ayat yang
muhkamat”. Itulah pokok-pokok al-Qur’an dan yang lain (Ayat-ayat) mutasyabihat.
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,maka mereka
mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk
mencari-cari ta’wilnya,padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya kecuali Allah.
Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: ”Kami beriman kepaada ayat-
ayaat mutasyabihat,semuanya itu dari Tuhan kami,dan tidak dapat mengambil
pelajaran (dari padanya) melainkan orang-orang yang berakal”.
Menurut ayat diatas diantara ayat-ayat dalam al-Qur’an itu ada yang
mukhamat (Mukhan) dan ada pula yang mutasyabihat (Mutasyabih). Ayat-ayat yang
muhkamat adalah ayat-ayat yang memuat ketentuan-ketentuan pokok yang jelas
artinya,dapat dipahami dengan mudah oleh orang yang mempelajarinya. Sedang ayat-
ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang perumpamaan yang mengandung kiasan. Ia
hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang luas
dan mendalam tentang al-Qur’an.
Mematuhi hukum syara’, berarti memenuhi kebutuhan umat,baik pengaturan
kepentingan sebagai hamba Allah maupun kepentingan pribadi,kepentingan tata
susila, pengaturan kemasyarakatan,kepentingan ekonomi,kepentingan perjuangan
atau kepentingan perang dan politik. Semua itu dalam rangka menciptakan
pengaturan umat. Dengan diaturnya cara menjalankan syariat dalam berbagai
segi,berarti hukum syara’ akan menjadi tegak,tak terkalahkan oleh yang lain.
Karena Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama dalam menetapkan
hukum,maka bila seseorang ingin menemukan hukum bagi suatu masalah,maka
tindakan pertama adalah mencari jawaban dalam Al-Qur’an. Selama hukumnya dapat
diselesaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an,maka sangat
tidak boleh mencari jawabannnya dari sumber lain.
46

b. Hadist atau Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam Kedua

Sunnah dikenal juga dengan hadist,menurut arti harfiah kata sunnah berarti
jalan, tabiat, perikehidupan, adat istiadat. Menurut istilah,sunnah ialah
perkataan,perbuatan atau penetapan (Takrir) rasulullah Saw Kata sunnah sering di
artikan dengan kata al-Hadist,kata al-Hadist sering di gunakan oleh para ahli hadist
dengan maksud yang sama dengan kata ”sunnah” menurut pengertian yang digunakan
oleh para ahli usul,dikalangan ulama ada yang membedakan al-Sunnah dengan al-
Hadist. Kata hadist lebih banyak mengarah pada ucapan Nabi Muhammaad Saw,
sedang kata al-Sunnah mengarah pada perbuatan dan tindakan Nabi Muhammad Saw
yang sudah menjadi tradisi dalam kehidupan beragama.
Sunnah atau hadist ditinjau dari bentuknya terdiri dari tiga macam seperti
terlihat dalam pengertian hadist sebelumnya yaitu: Qauliyah (Perkataan),Fi’liyah
(perbuatan) dan taqririyh ( pengakuan / persetujuan terhadap perkataan atau
perbuatan orang lain).
Sunnah kauliyah sering dinamakan hadist perkataan (Sunnah ini keluar dari
Nabi Muhammad Saw dalam bentuk ajaran atau ucapan yang menyangkut dengan
syariat).
Sunnah fi’liyah atau amaliyah adalah seperti hadist-hadist yang diriwayat
tentang perbuatan Nabi,seperti perbuatan dalam menunaikan shalat,melaksanakan
haji,keputusan terhadap suatu perkara dengan seorang saksi dan sumpah yang
terdakwah, dipotong tangan pencuri dan sebagainya.
Sunnah taqriyah adalah pengakuan / pembenaran Nabi Muhammad Saw
terhadap perbuatan atau perkataan yang bersumber dari sahabatnya,baik dengan
diamnya maupun dengan tidak diingkarinya atau dengan menyatakan
persetujuannya,baik perkataan atau perbuatan sahabat itu dilakukan didepan Nabi
Muhammad Saw ataupun di belakangnya. Pembenarannya terhadap perkataaan atau
perbuatan sahabat dipandang sebagai hadist beliau juga,karena sekiranya perkataan
dan perbuatan sahabat itu mungkar tentu beliau akan melarangnya,karena Nabi
Muhammad Saw itu bertugas pula mencegah yang mungkar.
47

Di tinjau dari segi jumlah orang yang menyampaikannya terbagi kepada:


a. Hadist Muttawatir, yaitu hadist yang di riwayatkan orang banyak yang menurut
akal tidak mungkin orang banyak tersebut bersepakat bohong.
b. Hadist masyhur, yaitu hadist yang di riwayatkan orang banyak kepada orang
banyak lain tetapi tidak sampai pada derajat muttawatir.
c. Hadist ahad, yaitu hadist yang di riwayatkan seseorang atau lebih tetapi tidak
sampai pada derajat masyhur.

Ditinjau dari segi kualitasnya hadist terbagi kepada:


a. Hadist shahih, yaitu hadist yang sehat di riwayatkan oleh orang baik,diriwayatkan
kepada orang yang kuat kepadanya,materinya baik dan persambungan sanadnya
dapat di pertanggung jawabkan.
b. Hadist hasan, yaitu hadist yang memenuhi pearsyaratan hadist shahih,kecuali dari
segi hapalan,pembawaanya kurang baik.
c. Hadist dla’if, yaitu hadist lemah baik karaena terputusnya salah satu sanadnya
atau salah seorang pembawanya kurang baik.
d. Hadist maudlu’, yaitu hadist palsu, hadist yang di buat-buat oleh seseorang dan
dikatakan sebagai sabda atau perkataan rasul.

Kedudukan sunnah sebagai sumber hukum Islam mempunyai peranan penting


dalam memahami arti ,makna dan maksud dari ayat-ayat Al-Qur’an,sebab sunnah
merupakan penafsir,pensyarah dan penjelas terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Disamping
berfungsi sebagai sumber hukum Islam yang berdiri sendiri, menetapkan hukum baru
yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Namun perlu disadari sunnah sama-sama sebagai
sumber hukum disamping Al-Qur’an, tapi punya perbedaan dalam proses kodifikasinya.
Al-Qur’an telah ditulis (selain di hafal) sejak Nabi Mihammad Saw masih hidup dan al-
Qur’an telah sampai kepada kita dengan sangat meyakinkan,sedang sunnah tidak
sempat ditulis pada zaman Nabi, tetapi baru di tulis setelah Nabi Muhammad Saw
wafat,sehingga tidak jarang dalam hadist tedapat kelemahan-kelemahan dalam isi dan
sejarahnya atau materinya,(Matan dan Sanad). Hadist tersebut dinamai hadist dha’if
dan sebaliknya yang kuat di sebut hadist shahih.
48

Dari penjelasan singkat di atas dapat di pahami bahwa hadist sebagai sumber
hukum Islam yang kedua di samping al-Qur’an punya kelemahan.Kelemahan itu
tersebab karena sejarah pembukuannya berbeda dengan al-Qur’an. Al-Qur’an semenjak
di turunkan Allah langsung dihapal oleh Nabi dan sahabat-sahabatnya dan juga
langsung ditulis oleh juru tulis Nabi Muhammad Saw yaitu Zaid Bin Tsabit,sedangkan
hadist yang di keluarkan / di sampaikan Nabi Muhammad Saw. Semasa hidupnya tidak
ditulis, hanya dihafal saja. Karena Nabi Muhammad Saw khawatir tercampurnya hadist
dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang dalam proses turun.
Tepatnya usaha penulisan hadist secara resmi baru dimulai pada sekitar tahun
100 Hijriyah yaitu pada masa pemerintahan Umar bin Abdil Aziz, kholifah ke delapan
dari bani Umaiyah. Buku-buku yang ditulis saat itu tidak sampai ketangan kita
sakarang,buku-buku yang sampai ketangan kita sekarang adalah kitab-kitab hadist yang
lahir pada periode berikutnya.
Kalangan ahli Hadist telah melakukan penelitian yang seksama tentang hadist,
mereka membuat klasifikasi berdasarkan cara pemberitaannya atau dari segi sedikit
atau banyaknya rawi yang menjadi sumber berita dari hadist tersebut. Ada (hasil
penelitian itu) yang membuahkan keyakinan dan ada pula yang melahirkan sangkaan-
sangkaan (dugaan kuat) saja. Dalam menjelaskan hubungan “yakin” dan sangkaan-
sangkaan suatu hadist, para ulama Hadist memberi nama dengan ”Mutawatir dan
Ahad”.
Hadist Mutawatir yaitu hadist yang diriwayatkan oleh orang banyak yang
menurut akal,mustahil mereka bersepakat berbohong. Hal demikian itu mesti dapat
dibuktikan dalam segala tingkatan baik dalam permulaannya (kalangan tabi’in) maupun
akhirnya (perawi dikalangan tabi’ tabi’in) demikian seterusnya sampai kepada rawi
yang mengkodifikasikan hadist tersebut. Hadist mutawatir ini bernilai yakin bahwa ia
datang dari Rasulullah SAW.
Untuk menentukan suatu hadist menempati derajat mutawatir para ulama
hadist menetapkan tiga syarat yang perlu dipenuhi yaitu:
a. Pewartaan oleh para rawi harus beardasarkan tanggapan panca indra.
b. Jumlah para rawi harus mencapai suatu ketentuan yang tidak meamungkinkan
mereka bersepakat untuk berbohong.
49

c. Adanya keseimbangan jumlah antara para rawi dilapisan( thabaqot) pertama dengan
para rawi dalam lapisan berikutnya .
Hadist ahad adalah hadist-hadist yang tidak maemenuhi syarat-syarat hadist
mutawatir. Jumlah para rawi dalam lapisan (thabaqat),kedua dan ketiga dan seterusnya
pada hadist ahad mungkin terdiri dari tiga orang atau lebih,dua orang atau seorang.
Para ulama (ahli Hadist) memberikan nama tertentu bagi hadist,meningat hanya sedikit
para rawi yang berada pada tiap lapisan.
Kedudukan sunnah sebagai sumber asasi dan sebagai sumber hukum islam
yang kedua setelah al-Qur’an’an adalah karena ia berfungsi sebagai penafsir dan
pedoman pelaksanaan otentik terhadap al-Qur’an. Ia menafsirkan dan menjelaskan
ketentuan-ketentuan yang masih dalam garis besar atau membatasi keumuman atau
menyusukl apa yang disebut al-Qur’an. Sebab itu sunnah sebagai sumber
hukum,kadang-kadang membawa hukum yang tidak disebut oleh al-Qur’an,tetapi dari
segi lain sunnah tidak berdiri sendiri,sebab sifat perikatannya terhadap Al-Qur’an pada
hakekatnya sumber sunnah adalah nash di samping Al-qur’an al-Qur’an. Cukup banyak
ayat Al-al-Qur’an yang menerangkan bahwa sunnah atau hadist sebagai sumber hukum
islam yang kedua,diantaranya Allah berfirman, Artinya: ”Demi tuhanmu (Muhammad)
mereka pada hakekatnya tidak beriman sehinga mereka menjadikan engkau hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam
hati mereka suatu keberatan terhadap keputusan yang engkau berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya” (Q.S;4:65).
Apabila sunnah atau hadist tidak diakui sebagai sumber hukum Islam yang
kedua dan segala fungsinya terhadap al-Qur’an, maka umat Islam akan kesulitan dalam
memahami dan melaksanakan perintah / tuntutan dalam al-Qur’an,seperti cara-cara
melaksanakan shalat, puasa, zakat, haji, karena cara-cara pelaksanaan ibadah-ibadah
tersebut memerlukan penjelasan dan contoh (praktek) melaksanakan ibadah tersebut.
Ayat-ayat al-Qur’an dalam hal-hal tersebut hanya memeberikan pedoman secara garis
besar dan umum, dan hadist menjelaskan secara rinci, sehingga umat Islam mudah
mengaflikasikannya dalam berhubungan dengan Allah, dengan sesama manusia dan
dengan alam lingkungan sekitar.
50

3. Ra’yu / Itjihad Sumber Hukum Islam yang ketiga.

Sumber hukum Islam yang ketiga ialah ra’yu atau akal manusia yang
memenuhi syarat untuk berusaha, berikhtiar dengan seluruh kemampuan yang ada
padanya. memahami kaedah hukum yang fundamental yang terdapat dalam al-Qur’an,
kaedah-kaedah hukum yang bersifat umum yang terdapat dalam sunnah Nabi
Muhammad Saw dan merumuskannya menjadi garis-garis hukum yang dapat
diterapkan pada garis tertentu.
Al-ra’yu berasal dari kata ra’a yang berarti melihat,maka kata ra’yu dapat di
artikan sebagai penglihatan. Yang di maksud penglihatan di sini adalah penglihatan
akal bukan penglihatan mata.
Itjihad berasal dari kata ijtahada,yajtahidu,ijtihadan yang artinya melakukan
kesungguhan dan ketekunan optimal untuk menetapkan hukum-hukum syara’.
Kesungguhan memahami sumber Islam (al-Qur’an dan sunnah) yang di lakukan oleh
para mujtahid dengan memahami apa yang tersirat di dalam nash dengan
memperhatikan jiwa,rahasia-rahasia hukum,illat sebab dan unsur-unsur kemaslahatan
yang terkandung dalam nash tersebut.
Para ulama menetapkan syarat-syarat tertentu yang menjadi rambu-rambu
peringatan untuk tidak melakukan ijtihad dalam hal-hal berikut:
a. Ijtihad tidak boleh di lakukan terhadap keberadaan Allah,sesungguhnya telah di
yakini Allah itu ada. Upaya apapun dilakukan untuk memikirkan wujud Allah,tak
akan mampu bahkan akan mengakibatkan kekhufuran.
b. Ijtihad tidak di perkenankan terhadap kebenaran Nabi Allah,karena juga akan
menuju pada kekafiran.
c. Ijtihad tidak boleh di lakukan untuk menguji kebenaran al-Qur’an.

Sebelum seseorang dapat di sebut mutjahid, maka ia harus memiliki


pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Dinul Islam. al-Qur’an, hadits Fiqh,dan
Usul Al -Fiqh. Selain itu seseorang itu harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Harus memahami al-Qur’an dengan baik,faham sebab-sebab turun ayat dan surah-
surah dalam al-Qur’an dan kapan diwahyukan.
51

b. Sangat memahami hadist Nabi Muhammad Saw sehingga dapat membedakan


antara hadist yang shahih dan hadist-hadist penting lainnya. Mengetahui hadist
hasan,hadist dla’if,dan seterusnya.
c. Mengetakui dengan baik prinsip ijma`
d. Mengetahui dengan baik bentuk-bentuk dan perintah-perintah qiyas berserta
persyaratan yang melingkupinya.
Ra’yu atau ijtihad merupakan sumber hukum Islam yang sangat kuat
kedudukannya setelah al-Qur’an dan sunnah,dan juga berlandaskan atau tidak terlepas
dari prinsip-prinsip al-Qur’an dan sunnah. Secara harfiyah ra’yu berarti pendapat dan
pertimbangan seseorang yang memiliki persepsi mental dan pertimbangan yang
bijaksana disebut orang yang mempunyai ra’yu. Al-Qur’an sendiri berulang-ulang kali
berseru agar manusia berfikir mendalam dan merenungkan ayat-ayatNya. Dia mengajak
manusia untuk menggunakan fikiran dan pendalamannya mengenai persoalan-persoalan
hukum. Dasar hukum menggunakan akal fikiran atau ra’yu untuk berijtihad dalam
mengembangkan hukum Islam seperti terlihat dalam surat al- Nisa’ ayat 59 (yang telah
di sebutkan di atas).
Objek ijtihad adalah perbuatan yang secara eksplisit tidak terdapat dalam al-
Qur’an dan sunnah. Hal ini memberikan pengertian bahwa sesuatu perbuatan yang
hukumnya telah ditunjuk secara jelas, tegas, dan teratur oleh ayat-ayat al-Qur’an dan
Sunnah tidak termasuk objek ijtihad. Reaktualisasi hukum atas sesuatu perbuatan
tertentu yang telah diatur secara final oleh Al-Qur’an dan Sunnah termasuk kategori
tahrif (pengubahan) dan tabdil (penggantian) alias penyelewengan dari dari al-Qur’an.
Keputusan hukum berijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah.
Ada beberapa metode atau cara untuk melakukan ijtihad, baik ijtihad
dilakukan sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain. Diantara metode
atau cara berijtihad itu adalah, ijma`, Qiyas istishab, istihsan, istislah, saddal zari’ah
dan ‘UrF.
52

Untuk dapat memahami secara singkat masing-masing metode tersebut


penulis mencoba menjelaskan masing-masing sebagai berikut:

a. Ijma`
Artinya konsensus atau kesepakatan. Menurut ahli ushul fiqih adalah
kesepakatan para imam mujtahid dikalangan umat islam tentang hukum islam, Pada suatu
masa pasca Rasulullah SAW wafat, ijmah harus memiliki empat unsur yaitu:
• Sejumlah mujtahid terlibat langsung dalam menetapkan suatu consensus.
• Konsensus lahir tanpa mendatangkan perbedaan.
• Konsensus diiringi pendapat masing-masing secara jelas baik secara tertulis
(ijma`kitabi), perkataan (ijma`qauli), dan tindakan (Ijma`fi’li).
• Konsensus semua mujtahid dapat di wujudkan dalam suatu keputusan dan bentuk
hukum.

Secara istilah pengertian ijma’ masih diperselisihkan oleh para ulama.


Disamping dikemukakan dengan redaksi yang berbeda. Ijma’ juga memiliki subtansi
yang diperdebatkan oleh para ulama. Pada kesempatan ini penulis tidak memasuki
perdebatan tersebut. Maka yang dimaksud ijma’ secara sederhana adalah konsensus
para ulama terhadap suatu masalah hukum.

b. Qiyas
Qiyas (Reasoning Bay analogi) yaitu menerapkan hukum perbuatan tertentu
pada perbuatan lain yang memiliki kesamaan. Misalnnya al-Qur’an melarang jual beli
ketika jum’at, dan hukum selain dagang juga terlarang,karena sama-sama mengganggu
shalat jum’at.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Jumu’ah ayat 9, Allah berfirman, Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman apabila diseru untuk melaksanakan shalat jum’at
maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S;62:9).
Dalam ayat ini setiap muslim diperintah untuk menunaikan shalat jum’at dan
meninggalkan jualbeli (dagang),maka aktifitas selain dagang juga di terlarang (haram)
53

untuk dilakukan karena menghambat atau mengganggu aktivitas shalat jum’at.


Larangan meminum khamar juga dilarang secara tegas dalam Al-Qur’an Surah Al-
Maidah ayat 90, sebab dilarangnya adalah illatnya yakni memabukkan. Minuman yang
memabukkan dari apapun di buat, hukumnya sama dengan khamar yaitu di larang
(haram) untuk di minum.

c. Istishab
Istishab ialah menjadikan lestari keadaan sesuatu yang sudah ditetapkan pada
masa lalu sebelum ada dalil yang mengubahnya. Jadi apabila sudah di tetapkan suatu
perkara pada sesuatu waktu, maka ketentuan hukumnya tetap seperti itu,sebelum ada
dalil yang mengubahnya. Sebaliknya apabila sesuau perkara telah ditolak oleh sesuatu
waktu,maka persoalan itu tetap berlaku sampai akhir masa,sebelum ada dalil yang
menerima (menstabilkan) perkara itu.
Argumentasi para ulama bahwa istishab itu menjadi salah satu hujjah syariah
adalah:
Pertama, bahwa kelestarian suatu hal yang sudah ada di masa lalu adalah
suatu yang fitri yang selalu di praktek manusia. Mereka tetap menghukum hidupnya
seseorang yang berpisah dari mereka dan bepergian ke tempat lain,mereka tetap
berkirim surat sambil menantikan kepulangannya,sampai ada petunjuk tentang bahwa
orang tersebut telah meninggal, apabila tidak ada petunjuk tentang kematiannya,sedang
mereka tidak mengetahui keadaan sebenarnya apakah dia masih hidup atau telah mati,
maka dihukumkan tetap hidup di masa sekarang berdasarkan istishab dengan
kehidupannya dimasa lalu. Demikian juga di tetapkan bahwa ia tetap memiliki sesuatu
yang tsabit (tetap) baginya dimasa lalu tetap berhubungan istri dengan suami yang di
kawininya masa lalu, sebelum dapat keterangan atau hukum yang meniadakannya.
Kedua, bahwa penelitian terhadap hukum syara’ membuktikan bahwa syari’
memutuskan hukum tetapnya keadaan yang sudah ditetapkan sebelum ketentuan yang
terjadi mengubahnya. Khamar tetap haram sebelum ia menjadi cuka. Perasan anggur
tetap halal sebelum menjadi khamar, pergaulan suami istri tetap halal antara dua orang
suami istri sebelum hilang hubungan suami istri itu
54

d. Istihsan
Yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip umum
agama islam, seperti prinsip keadilan dan kasih sayang, misalnya seseorang harus
memilih satu dari alternatif perbuatan yang sama-sama buruk, maka ia mengambil salah
satu yang diyakini paling ringan keburukannya (Istihsan adalah cara menetukan hukum
dengan jalan menyimpang dari ketentuan yang telah ada demi keadilan dan kepentingan
sosial. Istihsan merupakan metode yang unik dalam mempergunakan akal fikiran
dengan mengesampingkan analogi yang ketat dan bersifat lahiriyah demi kepentingan
masyarakat dan keadilan. Didalam praktek seorang ahli hukum sering kali terpaksa
melepaskan diri dari aturan yang mengikat karena pertimbangan tertentu. yang lebih
berat dan yang lebih perlu diperhatikan. Istihsan adalah suatu cara untuk mengambil
keputusan yang tepat menurut suatu keadaan. Misalnya, hukum Islam melindungi dan
menjamin hak milik seseorang. Hak milik seseorang hanya dapat dicabut apabila
pemiliknya telah menyetujuinya,dalam keadaan tertentu,untuk kepentingan umum yang
mendesak. Penguasa dapat mencabut hak milik seseorang dengan paksa dengan ganti
rugi tertentu kecuali kalau ganti rugi itu tidak memungkinkan. Contohnya adalah
pencabutan hak milik seseorang atas tanah untuk pelebaran jalan,pembuatan
irigasi,untuk mengairi sawah- sawah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial

e. Istislah
Yaitu menetapkan hukum berdsarkan tinjauan atau kemanfaatannya sesuai
dengan tujuan syariat. Menurut istilah ulama ushul ,adalah menetapkan hukum suatu
peristiwa hukum yang tidak disebutkan nashnya. Ijmak berlandaskan pada
pemeliharaan maslahah mursalah, yaitu maslahah yang tidak ada dalil syara’ yang
menunjukkan diakuinya atau ditolaknya. Menurut al-syahbi, setiap prinsip hukum
Islam (maslahah) yang tidak di tunjukkan oleh nash tertentu,dan ia sejalan dengan
tindakan syara’ maknanya di ambil dari dalil-dalil syara’, maka maslahah itu benar
dapat dijadikan landasan hukum Islam dan dijadikan tempat kembali. Demikian
apabila prinsip tersebut (maslahat) berstatus pasti berdasarkan kumpulan dalil-dalil
55

syara’, sebab dalil tidak harus menunjukkan dalil yang pasti secara berdiri sendiri tanpa
digabungkan dengan yang lain, termasuk dalam hal ini adalah istidlal mursal
(maslahah mursalah) dibenarkan oleh Malik dan Syafi’i

f. Zadd al- Zari’ah


Menurut bahasa zari’ah adalah wasilah / sarana. Menurut istilah ulama ushul
ialah sesuatu yang menjadi jalan bagi yang diharamkan atau yang dihalalkan,maka
ditetapkan hukum sarana itu menurut yang ditujunya. Sarana / jalan kepada yang haram
adalah haram dan sarana / jalan yang mubah adalah mubah. Sesuatu yang tidak bisa
dilaksanakan kecuali dengan dia, maka wajib pula mengerjakan sesuatu itu. Zina
haram, maka melihat kepada aurat wanita yang bisa membawa kepada zina adalah
haram pula. Shalat jum’at adalah wajib, maka meninggalkan jual beli karena hendak
melaksanakannya adalah wajib pula.
Menurut ibnu Qayyim pengertian al-Zari’ah tidak saja di artikan kepada
sesuatu yang dilarang, tetapi mempunyai pemahaman juga kepada sesuatu yang di
anjurkan,dengan demikian menurut ibnu Qayyim pengertian al-Zari’ah mempunyai dua
konotasi yaitu: yang dilarang disebut dengan sadd al-Zari’ah sedangkan yang di
anjurkan untuk dilaksanakan dinamakan fath al-Zari’ah. Dalam wacana ushul fiqh sadd
al-Zari’ah dalah tidakan preventif menutup jalan kearah jalan yang mendatangkan
kerusakan atau menjurus kepada sesuatu yang dilarang, kendati pun misalnya hukum
aslinya adalah boleh.
Dari pengertian sadd al-Zari’ah di atas,maka pada dasarnya adalah untuk
memudahkan tercapainya kemaslahatan atau jauhnya kemungkinan terjadinya
kerusakan serta terhindar dari perbuatan maksiat. Hal ini sesuai dengan tujuan
ditetapkannya hukum atas mukhallaf yaitu untuk mencapai kemaslahatan, terhindar dari
kerusakan. Untuk mencapai tujuan ini, syariat menetapkan perintah dan larangan-
larangan. Dalam memenuhi perintah dan larangan tersebut ada yang bisa di tetapkan
secara langsung dan ada pula yang tidak dapat din tegakkan secara langsung. Perlu ada
hal yang harus kerjakan sebelumnya,ini yang disebut dengan semua yang
menyempurnakan perbuatan wajib maka ia menjadi wajib pula.
56

g. ‘Urf
’Urf adalah perkataan atau perbuatan yang di kenal di kalangan masyarakat dan
menjadi adat kebiasaan diantara mereka. Para ulama ushul mengklasifikasikan ’urf
terbagi menjadi dua, yaitu al-’urf al- shahih dan al-’urf fasid. Al-’urf shahih adalah adat
istiadat yang telah diterima dan berlaku di masyarakat luas, tidak bertentangan dengan
syara’ dan di benarkan oleh pertimbangan akal sehat, serta membawa kebaikan dan
menghindarkan kerusakan. Sedangkan ’urf yang fasid adalah adat istiadat yang berlaku
dikalangan masyarakat, namun tidak dapat diterima oleh pertimbangan akal sehat dan
pertimbangan dengan syara’.
’Urf, ialah apa yang sudah terkenal dikalangan umat manusia dan selali
diikuti,baik urf perkataan maupun perbuatan. ’Urf dan adat dalam pandangan ahli
syariat adalah dua kata yang sinonim ,berarti sama,contoh urf perkataan ialah kebiasaan
orang yang menggunakan kata-kata”anak” (walad) untuk anak laki-laki bukan untuk
anak perempuan,kebiasaan orang menggunakan kata-kata daging pada selain daging
ikan. Contoh `urf perbuatan ialah kebiasaan orang-orang melakukan jual beli dengan
saling memberikan barang-barang tanpa menyebutkan lafal ijab kabul,kebiasaan bahwa
si istri belum diserahkan kepada suaminya sebelum istri menerima sebagian maharnya
Dalam literatur yang membahas ke hujjahan urf sebagai sumber hukum dapat
diketahui bahwa ’urf itu telah diamalkan oleh semua para ahli hukum islam terutama
dikalangan mazhab Hanafiah dan Malikiyah. Ulama Hanafiah menggunakan ihtisan
dalam berijtihad dan salah satu bentuk ihtisan ini adalah ihtisan al-’urf (istihsan yang
menyandarkan pada ’urf). Ulama makkiyah juga menggunakan ’urf sebagai sumber
hukum islam terutama ’urf yang hidup dikalangan masyarakat Madinah sebagai dasar
dalam menentuka hukum dan mendahulukannya dari hadist ahad. Ulama syafi’iyah
banyak menggunakan`urf dalam hal-hal yang tidak ditemukan ketentuannya dalam
hukum syara’. Mereka menggunakan kaedah; ”setiap yang datangnya dengan syara’
secara mutlak dan tidak ada ukurannya dalam syara’ maupun dalam bahasanya maka
hal tersebut di kembalikan kepada ’urf”.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini akan banyak
ditemukan berbagai produk ilmu yang dibutuhkan umat manusia guna memenuhi
kebutuhan sesuai kemajuan zaman, maka supaya produk ilmu pengetahuan (berupa
57

teknologi) dapat digunakan manusia khususnya umat islam,terlebih dahulu harus jelas
hukumnya, apakah halal atau haram atau mubah,supaya umat islam dapat
menggunakan produk tersebut tanpa ada rasa berdosa. Oleh karena itu pendalaman dan
pengembangan hukum Islam menjadi sangat penting sebagai panduan bagi umat Islam.
Disinilah pentingnya ijtihad sebagai sebagai sumber hukum Islam guna menyelesaikan
permasalahan umat.

5. Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakan Hukum Islam


Dalam kenyataan yang ada penduduk dalam negara kesatuan republik Indonesia
ini mayoritas menganut agama Islam jauh sebelum indonesia merdeka. Sangat besar
partisipasi mereka dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia ini, sehingga
tokoh-tokoh perumus piagam Jakarta UUD 1945, menyebutkan kalimat yang kalimat
tersebut menjadi keyakinan umat Islam. Kalimat tersebut tercantum dalam alenia ketiga
yang berbunyi: ”Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan
dengan keinginan luhur untuk berkebangsaan yang bebas”, demikian juga dalam alenia
ke empat yang berbunyi: ”.....maka disusunlah kemerdekaan itu dalam suatu hukum
dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan yang maha Esa dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya”.
Penelitian yang dilakukan secara nasional oleh Universitas Indonesia dan BPHN
1977/1978 menunjukkan dengan jelas kecendrungan umat Islam Indonesia untuk
kembali ke ideantitas dirinya sebagai muslim dengan mentaati dan melaksanakan
hukum islam (Hamdan Mansur,Dkk,2004,57).
Teuku Muhammad Rodhi mengemukakan bahwa salah satu syarat agar hukum
dapat berlaku dengan baik dalam masyarakat antara lain,hukum tersebut harus sesuai
dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Ini dapat dipahami bila masyarakat
Indonesia muslim menghendaki agar dalam penyusunan hukum nasional hendaknya
memperhatikan hukum Islam dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam (Jika diamati
pembukaan UUD 1945 serta isi dalam masing-masing pasalnya tidak ada yang
bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan UUD 1945 memberi peluang setiap agama
untuk berkembang,sehingga suasana keagamaan di Indonesia cukup baik dan semarak.
58

Khusus bagi penganut agama Islam dapat beribadah tanpa rintangan dari pemerintah,
bahkan pemerintah memfasilitasi pelaksanaan beribadah seperti perjalanan dan
pelaksanaan ibadah haji.
Cukup banyak peraturan undang-undang,peraturan pemerintah,keputusan /intruksi
presiden yang berkaitan dengan hukum Islam,di antaranya adalah:
a. Undang-undang No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan
tidak sehat dilarang melakukan tindakan penetapan harga yang sering disebut sebagai
price fixing. Larangan ini nampak dari bunyi pasal 5 ayat 1, yang berbunyi: ”Pelaku
usaha dilarang untuk menetapkan harga suatu barang atau jasa yang harus dibangun
oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”
b. Undang-undang No .1 tahun 1974 tentang perkawinan terdapat cukup banyak pasal
dalam Undang-undang ini berasal dari hukum islam seperti pasal 2, ayat 1,
perkawinan sah, apabila dilakukan menurut agama dan kepercayaan itu. Ayat 2: tiap-
tiap perkawinan di catat menurut peraturan perundang-undangan, demikian sehingga
pasal 3, pasal 4, pasal 5 tentang poligami. Peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 10 tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri
sipil. Dalam pasal 2 berisi ”kewajiban bagi pegawai negeri sipil untuk
memberitahukan secara tertulis kepada pejabat tentang pernikahannya paling lama 1
tahun setelah pernikahannya. Pasal 3 tentang perizinan perceraian dari pegawai
negeri sipil, demikian seterusnya”.
c. Undang-undang nomor 7 tahun 1984 tentang peradilan agama merupakan salah satu
perundang-undangan pelaksanaan dari undang-undang nomor 14 tahun 1970 tentang
pokok-pokok kekuasaan kehakiman. Dalam pasal 1 ayat 1 di sebutkan: Peradilan
agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama islam. Pada pasal 2 di
sebutkan: peradilan agama adalah merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara
perdata tertentu yang di atur dalam undang-undang ini.
d. Instruksi presiden nomor 1 tahun 1991 tentang kompilasi hukum Islam (KHI)
merupakan salah satu keberhasilan besar umat Islam Indonesia dalam upaya
menegakkan hukum Islam menjadi hukum positif di Indonesia. KHI berisi tentang
himpunan hukum Islam yang berkenaan dengan perkawinan,waris dan wakaf.
59

e. Undang-undang nomor 7 tahun1992 tentang peraturan pemerintah nomor 70 dan 72


tahun 1992 tentang bank bagi hasil berdasarkan sari’at. Sedangkan penjelasan pasal 7
ayat 1 disebutkan bahwa prinsip bagi hasil dalam PP ini adalah pribsip muamalat
berdasarkan sari’at dalam melakukan kegiatan usaha bank.
f. Undang-undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Berdasarkan
undang-undang ini,dibentuk badan amil zakat sampai tingkat / kecamatan,bertujuan
meningkatkan manfaat zakat baik bagi pembayar zakat maupun penerima.
g. Undang-undang nomor 17 tahun 1999 tantang penyelenggaraan ibadah haji. Dengan
undang-undang ini maka pemerintah Mentri agama dibantu Departemen Agama
pusat dan daerah mempunyai tanggung jawab dalam penyelenggaraan ibadah haji.
h. Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1977 tentang perwakafan dan tanah
milik peraturan pelaksanaan pasal 49 ayat 3 undang-undang nomor 5 tahun 1960
dalam pasal 1 dinyatakan berwakap adalah perbuatan hukum seseorang atau badan
hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik
dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau
kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam. Dengan berbagai
macam undang-undang dan peraturan pemerintah yang telah terwujud itu,terlihat
adanya keberhasilan umat Islam di Indonesia dalam perumusan dan penegakan
hukum di Indonesia. Maka umat Islam harus meningkatkan upayanya untuk
menegakkan hukum islam dalam praktek bermasyarakat dan bernegara. Apabila umat
Islam telah memakai atau mempraktekkan hukum Islam dalam masarakat maka
konsekuensinya hukum Islam harus ditegakkan.
Upaya untuk menegakkan hukum islam dalam praktek masyarakat harus
melalui proses yakni proses cultural,dakwah,melalui lembaga pendidikan pada
sekolah-sekolah agama khususnya atau lembaga lain yang berbasiskan Islam.
Dalam negara kesatuan Republik Indonesia yang mayoritas Islam ini
kebebasan menyampaikan aspirasi dan kebebasan berfikir dilindungi oleh undang-
undang. Hal ini menjadi sangat penting untuk mengembangkan pikiran khususnya
dibidang hukum Islam. Dalam agama Islam ditetapkan bahwa umat Islam wajib
mentaati hukum Islam dan langkah selanjutnya yang harus menjadi usaha umat Islam
adalah bagaimana sesuatu yang di wajibkan oleh hukum Islam itu menjadi wajib pula
60

menurut undang-undang. Hal ini memerlukan usaha yang gigih dan jenius dan
membutuhkan pengorbanan waktu dan tenaga.

B. Hak Asasi Manusia Menurut Islam

1. Sejarah Ringkas Hak Asasi Manusia


Kehidupan manusia yang bersinggungan dalam pergaulan sering menimbulkan
konflik. Upaya memperoleh kebutuhan hidup yang kompetitf sering melahirkan
pelanggaran berbagai hak asasi manusia, kedudukan sederajat dimuka hukum adalah
sama tanpa ada perbedaan etnis, warna kulit, agama, bangsa, keturunan, kelas maupun
kekayaan, tidak ada perbedaan diantara seorang manusia yang lain.
Sesungguhnya hak asasi manusia lahir bersama-sama dengan manusia, artinya
sejak manusia ada permasalahan hak asasi manusia sudah timbul. Membicarakan hak
asasi manusia, berarti membicarakan dimensi kehidupan manusia. HAM ada bukan
karena di berikan oleh mayarakat atau kebaikan dari Negara, melainkan berdasarkan
martabatnya sebagai manusia. pengakuan atas eksistensi manusia sebagai mahkluk
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Menurut Jan Materson dari komisi hak asasi manusia PBB, hak asasi manusia
adalah hak-hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil
dapat hidup sebagai manusia. Menurut Baharuddin Lopa,kalimat ”mustahil dapat
hidup sebagai manusia” hendaklah diartikan” mustahil dapat hidup sebagai manusia
yang bertanggung jawab”. Alasan penambahan istilah bertanggung jawab ialah
disamping manusia memiliki hak, juga memiliki tanggung jawab atas segala yang
dilakukannya Secara historis, usaha-usaha untuk memecahkan persoalan kemanusiaan
telah dirintis sedemikian rupa. Hampir seluruh pemikiran yang telah berkembang
menguatkan pendirian akan pentingnya citra manusia, yakni kemerdekaan dan
kebebasan. Selain itu, upaya tersebut dilakukan karena hak-hak asasi manusia
merupakan tujuan dari hakekat kemanusiaan yang paling instrinsik, maka sejarah
pertumbuhan konsep-konsepnya dan perjuangan penegakannya sekaligus menyatu
dengan sejarah peradaban manusia itu sendiri.
61

Konsepsi HAM dikalangan sejarawan Eropa tumbuh dari konsep hak (right)
pada yurisprudensi Romawi, kemudian meluas pada etika teori hukum alam (Natural
Low).
Secara ringkas uraian berikut menggambarkan kronologis konseptualisasi
penegakan HAM yang diakui secara yuridis formal. Perkembangan berikut
menggambarkan pertumbuhan kesadaran pada masyarakat Barat. Tonggak-tonggak
sosialisasinya adalah sebagai berikut, Pertama, dimulai yang paling dini oleh
munculnya perjanjian agung magna charta di Inggris pada 15 juni 1215, sebagai
bagian dari pemberontakan para baron terhadap raja john (Saudara raja Richard
berhati singa, pemimpin tentara salib). Isi pokok dokumen itu adalah hendaknya raja
tak melakukan pelanggaran terhadap hak milik dan kebebasan pribadi seorangpun dari
rakyat (sebenarnya cukup ironis bahwa pendorong pemberontakan para baron antara
lain, dikenakannya pajak yang sangat besar dan dipaksakannya para baron untuk
membolehkan anak-anak perempuan mereka kawin dengan rakyat biasa). Kedua,
Keluarnya Bill of Rights 1628 yang berisi penegasan tentang pembatasan kekuasaan
raja dan di hilangkannya hak raja untuk melaksanakan kekuasaan terhadap siapapun,
atau untuk memenjarakan, menyiksa, dan mengirimkan tentara kepada siapapun tanpa
dasar hukum. Ketiga, Deklarasi kemerdekaan amerika serikat 6 juli 1779, yang
memuat penegasan bahwa setiap orang dilahirkan dalam persamaan dan kebebasan
dengan hak untuk hidup dan mengejar kebahagiaan serta keharusan mengganti
pemerintah yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan dasar tersebut. Keempat,
Deklarasi hak asasi manusia dan warga negara (Declaration des droits del homne etdu
citiyen/Deelaration of the rights of the man and of the citizen) dari prancis 4 agustus
1798, dengan titik berat lima hak asasi pilihan harta (propiete), kebebasan (liberte),
persamaan (egalite), keamanan (securie) dan perlawanan terhadap
penindasan(resitence of appression)”. Kelima, Deelarasi universal tentang hak-hak
asasi manusia (Universal Declaration of Human Rights / UDHR pada 10 desenber
1948 yang memuat tentang pokok-pokok kebebasan, pemilihan harta, hak-hak dalam
perkawinan, pendidikan, hak kerja, dan kebebasan beragama (termasuk pindah
agama)”. Deelarasi itu di tambah dengan berbagai instrument lainnya yang datang
62

susul menyusul, telah memperkaya umat manusia tentang hak-hak asasi manusia dan
menjadi bahan rujukan yang tidak mungkin diabadikan.

2. Perbedaan Prinsip Antara Konsep HAM Dalam Pandangan Islam dan Barat

dengan menguatnya kesadaran global atau arti pentingnya HAM dewasa ini,
persoalan tentang universalitas HAM dan hubungannya dengan berbagai sistem nilai
atau tradisi agama terus menjadi pusat perhatian dalam pembicaraan wacana HAM
kontemporer. Harus di akui bahwa agama berperan dalam memberikan landasan etik
kehidupan manusia.
Menurut Supriyanto Abdi, setidaknya terdapat tiga varian pandangan tentang
hubungan Islam dan HAM, baik yang dikemukakan oleh para sarjana barat atau
pemikir muslim sendiri, yakni, Pertama, Menegaskan bahwa Islam tidak sesuai
dengan gagasan-gagasan dan konsepsi HAM modern. Kedua,menyatakan bahwa Islam
menerima semangat kemanusiaan modern, tetapi pada saat yang sama,menolak
landasan sekulernya dan menggantikannya dengan landasan Islami (bisa dan
seharusnya) memberikan landasan normative yang sangat kuat.
Ungkapan di atas menampakkan bahwa konsepsi HAM dalam dunia Barat
berbeda dengan konsep HAM dalam Islam. Islam tidak menerima konsep HAM
sekuler, namun Islam sangat mendukung semangat HAM. Islam memberikan landasan
normatif yang sangat kuat dan sakral bagi HAM itu sendiri.
Hak asasi msnusia menurut pemikiran Barat semata-mata bersifat
antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian
manusia sangat dipentingkan, hak asasi manusia ditilik dari sudut pandangan Islam
bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat pada tuhan. Dalam hal ini A.K
Brohi mengatakan: ”Berbeda dengan pendekatan Barat, strategi Islam sangat
mementingkan hak asasi dan kemerdekaan dasar manusia sebagai sebuah aspek
kualitas dari kesadaran keagamaan yang terpatri dalam hati,fikiran dan jiwa
penganutnya..
Pemikiran barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah yang
menjadi tolok ukur segala sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk
63

mengabdi kepadanya. Disinilah letaknya perbedaan fundamental antara hak-hak asasi


manusia menurut pemikiran Barat dengan hak-hak asasi manusia menurut ajaran
Islam.
Dalam konsep Islam seseorang hanya mempunyai kewajiban-kewajiban atau
tugas-tugas kepada Allah karena harus mematuhi hukumnya. Namun secara paradoks,
didalam tugas-tugas inilah letak semua hak dan kemerdekaannya. Menurut ajaran
Islam manusia mengakui hak-hak manusia lain karena merupakan kewajiban yang
dibebankan oleh hukum agama untuk mematuhi Allah sebagai pencipta.
Aspek khas dalam konsep HAM Islam adalah tidak adanya orang lain yang
dapat mema’af kan pelanggaran hak-hak. Jika pelanggaran itu terjadi atas seseorang
yang harus di penuhi haknya, bahkan suatu negara, Islam pun tidak dapat memaafkan
pelanggaran hak-hak yang dimiliki oleh seseorang. Negara harus terikat memberi
hukuman kepada pelanggaran HAM dan memberi bantuan kepada pihak yang
dilanggar HAMnya, kecuali pihak yang di langgar HAMnya telah memaafkan
pelanggar HAM tersebut.
Dalam undang-undang Internasional tentang hak-hak asasi manusia banyak
terdapat pasal yang di dalamnya tertuang hak-hak asasi manusia (Human Rights).
Prinsip-prinsip human rights yang terdapat dalam pasal-pasal tersebut di antaranya
adalah sebagai berikut:
Pasal 1
Sekalian orang yang merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang
sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan kehendaknya satu sama lain dalam
persaudaraan,
Pasal 2
Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum
dalam pernyataan ini dengan tak ada perkecualian apapun, seperti misalnya bangsa,
warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal mula
kebangsaan atau kemasyarakatan, milik kelahiran ataupun kedudukan lain.
Pasal 3
Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan
seseorang.
64

Pasal 4
Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhambakan, perhambaan dan
perdagangan budak dalam bentuk apa pun mesti dilarang.
Pasal 5
Tidak seorang pun boleh dianiaya atau diperlakukan secara kejam, dengan
tidak mengingat kemanusiaan ataupun jalan perlakuan atau hukum yang menghinakan.
Pasal 6
Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi terhadap undang-
undang dimana saja dia berada.
Pasal 7
Sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas
perlindungan hukum yang sama dengan tak ada perbedaan.
Pasal 8
Setiap orang berhak atas pengadilan yang efektif oleh hakim-hakim nasional
yang kuasa terhadap tindakan perkosaan hak-hak dasar yang diberikan kepadanya
yang diberikan oleh undang-undang dasar Negara atau undang-undang.
Pasal 9
Tidak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang secara semenah-
menah.
Pasal 10
Setiap orang berhak dalam persamaan yang sepenuhnya didengarkan suaranya
di muka umum dan secara adil oleh pengadilan yang adil dan tidak memihak. Dalam
hal menetapkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dalam setiap tuntutan pidana
yang di tujukan kepadanya.
Pasal 11
1. Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu pelanggaran pidana
dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikannya kesalahannya menurut undang-
undang dalam suatu pengadilan yang terbuka, dan dia dalam sidang itu diberi
segala jaminan yang perlu untuk pembelaannya.
65

2. Tidak seorang pun boleh dipersalahkan melakukan pelanggaran pidana karena


perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan suatu pelanggaran undang-undang
nasional atau internasional.
Pasal 12
Tidak seorang pun dapat diganggu sewenang-wenang dalam urusan pribadinya,
keluarganya, rumah tangganya, atau hubungan surat-menyuratnya, juga tidak
diperkenankan pelanggaran atas kehormatannya dan nama baiknya. Setiap orang
berhak mendapatkan perlindungan undang-undang terhadap gangguan-gangguan atas
pelanggaran-pelanggaran demikian.
Pasal 13
1. Setiap orang berhak atas kebebasan, bergerak dan berdiam didalam lingkungan
batas-batas tiap negara.
2. Setiap orang berhak meninggalkan suatu negeri, termasuk negerinya sendiri, dan
berhak kembali ke negerinya

Pasal 14
1. Setiap orang berhak mencari dan mendapat tempat pelarian di Negeri-negeri lain
untuk menjauhi pengejaran.
2. Hak ini tidak dapat di pergunakan dalam pengejaran yang benar-benar timbul dari
kejahatan-kejahatan yang berhubungan dengan perkara atau perbuatan-perbuatan
yang bertentangan dengan tujuan-tujuan dan dasar-dasar perserikatan bangsa-
bangsa.
Bila ditelaah prinsip-prinsip HAM yang dipergunakan dalam undang-
undang internasional kemudian dibandingkan dengan HAM yang terdapat dalam
ajaran Islam,maka apa yang telah dirumuskan dalam prinsip-prinsipHAM
internasional, jauh sebelumnya sudah ada dalam Islam.Adapun prinsip- prinsip HAM
yang terdapat dalam ajaran agama Islam tersebut di antaranya adalah:

1. Tentang Martabat Manusia


Ajaran Islam menempatkan manusia pada martabat dan harkat yang tinggi,
manusia memiliki akal budi kehendak, manusia itu tanpa kecuali mempunyai harkat
66

dan martabat yang sama, cacat atau tidak, manusia yang satu sama mulianya dengan
manusia yang lain. Kelebihan dan kekurangan ada pada setiap manusia, namun itu
dalam ajaran Islam bukan merupakan perbedaan yang menyebabkan hilangnya derajat
seseorang. Maka setiap orang harus menempatkan dirinya dan orang lain pada derajat
yang sama, seperti yang di tegaskan Allah dalam firmannya: ”Dan janganlah kamu
memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan
dimuka bumi ini dengan angkuh. Ssesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong lagi membanggakan diri, dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai“
(Q.S;31:18-19).

2. Hak Persamaan dan Kebebasan


Kedudukan sederajat termasuk sederajat dimuka umum adalah persamaan yang
di miliki oleh manusia di hadapan hukum tanpa ada perbedaan di antara mereka, baik
karena perbedaan etnis, warna kulit, agama, bangsa, keturunan, kelas maupun
kekayaan. Di samping itu tanpa dibedakan antara muslim, nasrani, atau lainnya
antara cendekiawan dengan yang bukan, antara kuat dengan yang lemah. Dalam hal
ini Allah berfirman: ”Dan apabila kamu menghukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil” (Q.S;4:58). ”Hai manusia sesungguhnya kami
menciptakankamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kanu berbangsa-bangsa,bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang-orang
yang paling bertaqwa.’’ Mahmengenal” (Q.S;49:13).
Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa Allah menempatkan manusia sebagai
mahluk yang mulia dan bermartabat dan tidak ada perbedaan manusia yang satu
dengan manusia lain. Ini berarti bahwa ajaran Islam lebih dahulu mengakui HAM,
dalam hal persamaan dan kebebasan serta saling menghormati.

3. Hak hidup , Kemerdekaan dan Keselamatan


Di daerah yang dikuasai Islam, bagi orang yang belum menganut agama Islam
diberi hak dan kemerdekaan untuk memilih agama, apakah mereka memeluk agama
67

Islam atau tetap dalam agama mereka. Ini adalah bukti bahwa umat Islam tidak
melakukan paksaan, namun tetap menghormati kemerdekaan beragama walaupun
terhadap golongan minoritas.
Di samping itu, ayat-ayat Al-Qur’an, Menegaskan bahwa Islam meletakkan
satu system konkrit yang menjamin penghapusan perbudakan secara berangsur-angsur
dengan mempersempit sebab-sebab perbudakan. Usaha itu perlu dilakukan agar
terjamin hal-hal pribadi seseorang dan mendapat perlindungan dari pebuatan-
perbuatan aniaya. Allah melarang antar sesama manusia berlaku aniaya yang dapat
menyebabkan hak hidupnnya terganggu. Dalam hal ini Allah berfirman: ”Tidak ada
paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya sudah jelas jalan yang benar
dan jalan yang sesat. Barang siapa yang ingkar kepada taghut dan beriman kepada
Allah, Maka sesungguhnya ia telah berpegang pada bukul tali yang kokoh yang tidak
akan putus. Dan Allah maha mendengar lagi maha melihat.” (Q.S;2:256) . ”Dan
tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain) kecuali
karena tersalah (tidak sengaja) dan barang siapa membunuh seorang mukmin tanpa
sengaja, hendaklah ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diat yang diserahkan kepada keluarga (siterbunuh itu), kecuali jka mereka
(keluarga siterbunuh) bersedekah. Jika ia (siterbunuh) dari kaum yang memusuhimu,
padahal dia mukmin (maka hendaklah sipembunuh) memerdekakan hamba sahaya
yang mukmin. Dan jika ia (siterbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai)
antara mereka dengan kamu, (maka hendaklah si pembunuh) membayar diat yang
diserahkan kepada keluarganya (siterbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya ,maka hendaklah ia (si
pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara bertaubat kepada Allah
dan Allah Maha mengetahui dan Maha bijaksana.” (Q.S;4:92).
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat melindungi hak-hak
hidup dan kemerdekaan dan kebebasan dan keselamatan setiap orang siapapun dan
apapun agamanya atau tidak beragama. Islam juga menghapus perbudakan dan
mengutamakan kebebasan sesuai koridor hukum yang diatur dalam ajaran agama
Islam tersebut.
68

4. Tidak Seorangpun yang boleh Diperbudak


Islam sangat melarang perbudakan karena bertentangan dengan prinsip
kesamaan derajat dan prinsip kemanusiaan. Dalam Islam setiap orang berada dalam
derajat yang sama dan setiap orang kurang yang beruntung hidupnya dalam segala
aspeknya, menjadi kewajiban orang lain untuk memberi pertolongan kepadanya
sehingga terwujud keserasian dan kesamaan derajat.

5. Tidak seorangpun boleh diniaya atau diperlakukan secara kejam.


Islam sangat menentang kezaliman dan tindakan kekejaman, sangat banyak
ayat Al-Qur’an yang melarang perbuatan-perbuatan kezaliman ,dan pelakunya dian
diancam dengan neraka. Dalam hal ini Allah berfirmannya: ”Janganlah kalian
mempunyai kecendrungan membenarkan orang-orang yang aniaya (zalim), Karena
kelak kalian akan dibakar api neraka”. (Q.S;11:113). Dalam sebuah hadist Qudsinya
Allah berfirman: ”Allah mewahyukan kepada Nabi Daud AS: ”Katakanlah kepada
orang-orang yang melakukan perbuatan kezaliman, Janganlah kalian berzikir
kepadaKu (kecuali setelah bertaubat). Karena Aku selalu memperhatikan orang yang
berzikir kepadaKu, tetapi perhatianKu terhadap (orang yang melakukan ke zaliman)
berupa laknat terhadap mereka.
Ayat dan hadist Qudsi di atas menunjukkan larangan Allah atas perbuatan
Zalim atau kekejaman dan Allah menunjukan kebencian atas perbuatan zalim dan
kekejaman tersebut, dengan melarang orang yang zolim untuk berzikir kepadaNya.
Dan mengancam pelaku perbuatan zolim tersebut dengan neraka.

6. Hak Untuk Diakui Sebagai Manusia Pribadi Dihadapan Undang-Undang


Tidak ada suatu ayat atau hadistpun yang menempatkan manusia dihadapan
hukum berbeda. Semua umat Islam dalam ajaran Islam wajib mempatkan manusia
sebagai manusia, bahkan dalam pergaulan masyarakat setiap orang harus menghargai
orang lain. Dalam ayat ini Allah menjelaskan; ”Sesungguhnya kami telah
menurunkan Al-Qur’an kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya menghukum
di antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah
kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah) karena (memebela) orang yang
69

berkhianat.’’ (Q.S;4:105). Ketetapan Allah adalah bahwa manusia adalah makhluk


termulia dan sesama manusia sama mulianya. Orang yang melakukan pelanggaran
hukum siapapun orangnya, baik dia rakyat biasa maupun penegak hukum sendiri
sama-sama mendapat sangsi hukum tidak ada perbedaan manusia dengan manusia
lain.

7. Setiap orang sama terhadap Undang-Undang dan berhak atas Perlindungan


Hukum tanpa ada Perbedaan.
Undang-undang merupakan seperangkat aturan yang berguna untuk menata
kehidupan sosial manusia dan untuk melindungi manusia serta mengarahkannya
kepada kedamaian, sehingga terwujud keserasian dalam kehidupan, tidak seorang pun
yang boleh melanggar peraturan tersebut karena bisa berakibat terganggunya hak-hak
orang lain. Karena itu setiap umat islam diperintahkan oleh Allah untuk mematuhi
undang-undang atau peraturan tersebut seperti Allah tegaskan dalam ayat berikut:
”Hai orang-orang yang beriman patuhilah kamu kepada Allah (Al-Qur’an) dan
patuhlah kamu kepada rasul(Hadist) dan patuhlah kamu kepada ulil amri (pemimpin)
diantara kamu.jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu hal kembalikan kepada
Allah (Al-Qur’an) dan rasulnya (Hadist), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari akhir ,yang demikian itulah yang lebih baik akibatnya.” (Q.S;43:58).
Perintah Allah di atas berisi tentang suruhan mematuhi peraturan-peraturan dan
ketentuan Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan dalam hadist. Semua peraturan
dan ketentuan tersebut pastilah untuk melindungi dan menyelamatkan para hambaNya,
disamping itu Allah juga memerintahkan untuk patuh pada pemimpin. yang dimaksud
adalah mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang ditegakkan oleh para
pemimpin untuk mengatur dan melindungi masyarakat dan umat.

8. Hak Kebebasan Mempunyai dan Menyampaikan Pendapat


Setiap orang punya peluang yang sama untuk menyampaikan pandangan atau
pendapatnya asal tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam serta dapat di
pertanggung jawabkan. Dalam sidang musyawarah untuk merumuskan suatu program
untuk kepentingan umat diperlukan pendapat orang banyak. Apalagi musyawarah
70

untuk menyelesaikan suatu permasalahan penting umat. Allah menyuruh untuk


bermusyawarah, penyelesaian masalah, merumuskan program untuk kemaslahatan
umat sangat perlu pendapat atau pandangan orang lain. Untuk itu musyawarah
diperintahkan Allah dalam ayat berikut: ”Dan urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah diantara mereka.” (Q.S;42:38).” Dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah bulat tekad, maka
bertawakallah kepada Allah, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepadaNya. (Q.S;3:159).
Demikianlah petingnya pendapat atau pandangan orang lain dalam kehidupan
umat islam. Bermusyawarah adalah bentuk kebersamaan menuju kekompakan.

9. Kebebasan Menganut Agama.


Islam sebagai agama universal tidak memaksa orang untuk menganutnya.
Semua rasul-rasul yang di utus oleh Allah hanya bertugas untuk menyampaikan
petunjuk agama dari Allah, mereka itu diutus bukan untuk memaksa orang menganut
agama yang dibawanya.mereka para rasul itu menyampaikan risalahnya dan mengajak
orang dengan suka rela untuk menganutnya tapi tidak memaksa. Islam tidak memaksa
orang kepada keselamatan tetapi menawarkan orang untuk beralih kepada
keselamatan. Islam tidak suka orang terjerumus dalam kesengsaraan. Karena itu Islam
menawarkan jalan keselamatan, dalam hal ini Allah berfirman: ” Tidak ada paksaaan
menganut agama Islam, Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang
sesat. Karena itu barang siapa yang engkar kepada taghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang kokoh yang tidak akan
putus, dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui. (Q.S;2:256).
Memilih agama memang menjadi hak asasi setiap orang, maka setiap orang
harus memilih agama dengan cerdas, bila salah memilih tentu akan berakibat yang
buruk.

10. Setiap Orang sebagai Anggota Masyarakat berhak atas Jaminan Sosial.
Setiap orang terutama sebagai anggota masyarakat mempunyai kemampuan
yang berbeda, tingkat kehidupan yang tidak sama mujurnya.Supaya tingkat kehidupan
71

yang berbeda itu tidak menjadi jurang pemisah, maka agama Islam mensyariatkan
orang yang mempunyai tingkat kehidupannya lebih, diwajibkan untuk membantu yang
lain dalam segala aspek kehidupan seperti kelebihan dibidang skil, ilmu pengetahuan,
spesialisasi, khususnya kelebihan dibidang ekonomi,harus ditransfer kepada orang lain
untuk meningkatkan taraf hidup orang lain guna mencerahkan kehidupannya. Dalam
Al-Qur’an Allah berfirman: ”Bukanlah kewajibanmu membuat mereka mendapat
petunjuk, tetapi Allah lah yang memberi petunjuk siapa yang di kehendakiNya. dan
apa saja yang baik yang kamu kerjakan (dijalan Allah), maka pahalanya untuk kamu,
dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan harus mencari keridho’an
Allah. dan apa saja harta baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu diberi pahala
yang cukup,sedangkan mereka sedikitpun tidak akan dianiaya’’ (Q.S;2:272).

11. Hak atas Pengadilan Efektif oleh Hakim yang Diberikan Undang-Undang
Kepadanya.
Dalam ajaran Islam setiap orang harus diperlakukan adil oleh pengadilan,
sehingga pengadilan tidak dibenarkan berlaku berat sebelah atau memihak atau
penyelewengan yang bertentangan dengan prinsip keadilan sehingga orang terzalimi.
Seorang hakim harus berpegang teguh pada undang-undang yang berlaku, tidak terayu
oleh bujukan-bujukan yang membuat dia mengingkari perbuatan adil. Allah
menyuruh pengadilan berlaku adil terhadap semua orang.Dia berfirman : ”Dan Allah
menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil.” (Q.S;4:581).
Hak diperlakukan dengan adil diantara manusia merupakan kebutuhan mutlak,
perilaku menyimpang dari prinsip keadilan dapat menimbulkan gejolak dan
permusuhan dan bentrokkan antara umat manusia yang dapat menimbulkan akibat
yang fatal.

12. Tidak Boleh Mengganggu Seseorang dan Kelurganya


Dalam ajaran Islam dilarang mengganggu seseorang,keluarga, dan rumah
tangganya. Seorang muslim punya hak atas dirinya dan keluarga serta rumah
tangganya. Sehingga orang lain tidak boleh berlaku sewenang-wenang terhadapnya
72

dan keluarganya. Karena seseorang berdaulat tehadap keluarga dan rumah tangganya.
Dalam hal ini Allah berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu selalu ingat.
jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk
sebelum mendapat izin, jika di katakan kepadamu ”kembali sajalah” maka hendaklah
kamu kembali, itu lebih baik bagimu dan Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.’’ (Q,S;24:27-28).
Ayat diatas menetapkan dengan tegas bahwa seseorang tidak dapat dengan
sewenang-wenang memasuki rumah orang lain, karena halitu akan mengganggu
ketenangan dan kedamaian dalam keluarga orang lain.
Pada tanggal 21 zulhijjah atau tanggal 19 september 1981 para ahli hukum
Islam mengemukakan Universal Islamic Delaration of Human Righgts yang di angkat
dari Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Saw. Pernyataan HAM menurut ajran
Islam ini, terdiri dari XXIII dan 63 pasal yang meliputi seluruh aspek hidup dan
kehidupan manusia, khususnya umat Islam.

Beberapa hal pokok yang di sebutkan dalam deklarasi tersebut antara lain:

1. Hak untuk hidup


2. Hak untuk mendapatkan kebebasan
3. Hak atas persamaan kedudukan
4. Hak untuk mendapatkan keadilan
5. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap penyalah gunaan kekuasaan
6. Hak untuik mendapatkan perlindungan kehormatan dan nama baik.
7. Hak bebas berfikir
8. Hak untuk memilih Agama
9. Hak untuk bebas berkumpul dan berorganisasi
10. Hak untuk mengatur tata kehidupan ekonomi.
11. Hak atas jaminan social.
73

12. Hak untuk bebas mempunyai keluarga dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya.
13. Hak bagi wanita dalan kehidupan rumah tangga
14. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan sebagainya

C. DEMOKRASI DALAM ISLAM

Islam mempunyai way of life yang fundamental dan itu harus disampaikan
pada seluruh umat manusia. Perkembangan prinsip-prinsip Islam, itu akan terhambat
apabila tidak ada suatu pemerintahan yang melindunginya. Dari itu ada semacam
kriteria tentang kepemimpinan. Pemerintah adalah tulang punggung Agama di dalam
mengarungi peraturan politik dunia manusia..
Pemerintahan Islam didirikan atas dasar musyawarah (demokrasi) Dalam hal
ini Allah menegaskan: ”Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara
mereka.” (Q.S;42:38).
Demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu demos (rakyat) dan kratos
(kekuasaan) yang berarti kekuasaan oleh rakyat. Karena itu demokrasi merupakan
suatu system politik dimana para anggotanya saling memandang antara satu dengan
yang lainnya sebagai orang yang sama dari segi politik,mereka bersama-sama
berdaulat. (Sukron Kamil,2002,16).
Sebuah Negara modern mempunyai suatu system politik yang demokratis
hingga tingkat dimana pembuat-pembuat kebijakannya yang paling mempengaruhi
ditentukan oleh pemilihan umum yang adil, jujur, diadakan secara berkala, para
kandidat secara bebas bersaing untuk memperoleh suara terbanyak dan praktis semua
penduduk yang telah memenuhi syarat dapat menyatakan pendapatnya.
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam,
banyak perhatian diberikan kepada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan
politik. Demokrasi Islam dianggap sebagai mengukuhkan konsep Islam yang sudah
lama berakar, yaitu musyawarah (syuro), persetujuan (ijmak), dan penilaian
74

interpretative yang mandiri (ijtihad). Seperti banyak konsep dalam tradisi politik
Barat, istilah-istilah ini tidak terlalu dikaitkan dengan pranata demokarasi dan banyak
mempunyai konteks dalam wacana muslim dewasa ini. Perlunya musyawarah
merupakan konsekwensi politik ke khalifaan manusia. Masalah musyawarah ini
dengan jelas disebutkan dalam Al-Qur’an surat 42;38 (yang sudah di sebutkan
sebelumnya), yang isinya perintah kepada para pemimpin dalam kedudukannya
dalam menyelesaikan urusan mereka yang dipimpin dengan cara musyawarah dengan
demikian tidak akan terjadi kesewenangan dari seorang pemimpin terhadap rakyat
yang dipimpinnya. Perwakilam rakyat dalam sebuah Negara Islam tercermin dalam
doktrin musyawarah (syuro) hal ini di sebabkan menurut ajaran Islam setiap muslim
yang dewasa dan berakal sehat, baik pria maupun wanita adalah khalifah di bumi.
Dalam bidang politik umat Islam mendelegasikan kekuasaannya kepada penguasa
dan pendapat mereka harus di perhatikan dalam menangangi masalah Negara.
Islam telah memberi contoh kepada semua bangsa, bahwa rakyatlah sebagai
badan konstitusi tertinggi. Merekalah yang menentukan dan mengangkat kepala
Negara, sebagaimana mereka berhak mencabut kekuasaanya apabila kepala negara
benar-benar sudah menyeleweng, tapi harus konstitusional. Mereka berhak memilih
pemimpin dari golongan mana saja dan siapa saja yang mereka sukai dengan cara
musyawarah (demokrasi).
Disamping musyawarah ada hal lain yang sangat penting dalam masalah
demokrasi, yakni konsensus atau ijma’. Selama ini ijma’ (konsensus) telah lama
diterima sebagai konsep resmi pengesahan hukum Islam. Kosensus memainkan
peranan yang menentukan dalam perkembangan hukum Islam dan memberikan
sumbangan sangat besar pada tafsir hukum. Namun hampir sepanjang sejarah Islam
konsensus menjadi salah satu sumber hukum Islam cenderung dibatasi pada
konsensus cendekiawan, sedangkan konsensus rakyat kebanyakan mempunyai makna
yang kurang begitu penting dalam kehidupan umat Islam. Dalam pengertian yang
lebih luas konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan yang efektif
bagi demokrasi Islam modern. Konsep konsensus memberikan dasar bagi penerimaan
system yang mengakui suara mayoritas.
75

Selain syuro dan ijma’ ada konsep yang sangat penting dalam proses
demokrasi Islam yakni Ijtihad. Bagi para pemikir muslim, upaya ini merupakan
langkah kunci menuju penerapan perintah tuhan disuatu tempat atau waktu. Pada
prinsipnya semua aspek yang menyangkut hak-hak asasi manusia yang mengarah
pada kebaikan dan kemaslahatan umat manusia adalah menjadi hak-hak asasi
manusia dalam Islam.
Dalam konteks modern, Ijtihad dapat berbentuk seruan untuk melakukan
pembaharuan radikal. Dalam hal ini Altaf Gautar mengatakan bahwa dalam Islam
kekuasaan berasal dari kerangka Al-Qur’an bukan dari sumber lain. Tugas para
cendekiawan muslim saat ini adalah melakukan Ijtihad Universal disemua tingkatan.
Prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis. Pendekatan kitalah yang menjadi statis.
Oleh karena itu sudah selayaknya saat ini dilakukan pemikiran ulang yang mendasar
untuk membuka jalan bagi munculnya eksprolasi, inovasi dan kreatifitas.
Ijma’ dan suro merupakan satu kesatuan yang saling menyempurnakan dalam
system konstitusi apa lagi pada masa kini. Syuro dan ijma’ mempunyai hubungan
yang sangat erat, karena keduanya memerlukan Ijtihad. Ijma’ merupakan kumpulan
dari berbagai Ijtihad yang mengeluarkan banyak pendapat secara dialogis
dimusyawarahkan. Bersama untuk menghasilkan sesuatu kesepakatan dan
meluruskan adanya perbedaan.
76

EVALUASI

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan syari’ah dan fiQih itu dan apa perbedaannya?
2. Ada tiga macam sifat hukum Islam, sebutkan dan jelaskan masing-masing?
3. Apa sajakah yang menjadi tujuan Hukum Islam itu?
4. Apa sajakah yang kamu ketahui tentang Al-Qur’an dan Hadist?
5. Apakah yang di maksud dengan Ijtihad itu?
6. Apakah yang di maksud dengan qiyas,Istihsan dan masalihul mursalah/ itu?
7. Ada tiga konsep yang sudah lama ada dalam domokrasi, sebutkan dan jelaskan
masing-masing?
8. Apakah yang kamu ketahui tentang istilah, Qiyas dan Ijma’?
9. Apakah yang dimaksud dengan HAM itu?
77

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud, 2006, Hukum Islam, Pengantar Hukum Islam di Indonesia, Raja
Grapindo Persada..Jakarta
Abdullah, Sulaiman, 2004, Sumber Hukum Islam, Sinar Grafi. Jakarta
Departemen Agama 2000, Buku Teks Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, .
Direktorat Jendral Pembinaan Agma Islam.Jakarta.
Drajat, Zakiah, Dkk, 1986, Dasar-dasar Agama Islam, Buku Daras Pendidikan Agama
Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Departemen Agama.Jakarta
Departemen Agama RI, 2000, Buku Daras Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum Prodi Sosiologi, Direktorat Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam. Jakarta
Forsithe, David, 1993, Hak Asasi Manusia dan Politik Dunia, Angkasa .Bandung
Iberani,Jamal Syarif,MM,Hidayat ,2003,Mengenal Islam.El-Kahfi. jakarta
IKatan, Koelany. HD, 2000, Islam dan Aspek-aspek Kemsyarakatan, PT Bumi
Aksara.Jakarta
Kamil, Sukran, 2002, Islam dan Demokrasi, PT Raja Grapindo Pratama. jakarta
Manan, Abdul, 2006, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, PT Raja Grapindo
Persada.Jakarta
Muhtaj, Majda El,2006, Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia, Prenada
Media. jakarta
Mansyur, Hamdan, Dkk, 2004, Materi Insruksional Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi Umum, Dirjen Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen
Agama. Jakarta
Rosyada, Dede, 1999, Hukum Islam dan Pranata Sosial, PT Raja Grapindo Persada.
Jakarta
Sabiq, Sayid, 1981, AnashiruQualifil islam, Alih Bahasa, Haryanos S. Yusuf, Jakarta PT
Inter Masa. Jakarta
Shihab, Quraish, 1999, Wawasan Al-Qur’an, Mizan. Bandung
Syaukani, Imam, 2006, Efistemologi Hukum Islam Indonesia, PT Raja Grapindo Persada.
Jakarta
78

BAB V

ETIKA MORAL DAN AHLAK


Tujuan Intruksional Umum

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami ajaran akhlak islamiyah dalam


kehidupan sehari-hari baik terhadap Allah,manusia maupun mahluk lain termasuk mengubah
kebiasaan buruk menjadi baik.

Tujuan Intruksional Khusus

1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan etika, moral dan akhlak


2. Agar mahasiwa dapat menjelaskan karakteristik etika Islam
3. Agar mahasiswa dapat menjelaskan dan mengaplikasikan akhlak dalam
kehidupan sehari-hari
4. Agar manusia dapat menjelaskan hubungan tasawuf dengan akhlak
5. Mahasiswa dapat menjelaskan akhlaknya terhadap Allah
6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang akhlaknya terhadap diri sendiri
7. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang akhlaknya terhadap orang lain
8. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang akhlaknya terhadap lingkungan
9. Mahasiswa mampu mengaktualisasikan ajaran akhlak dalam kehidupan

A. Pengertian Etika, Moral, dan Akhlak

1. Pengertian Etika
Etika, perkataan ini berasal dari bahasa Yunani ethos yang dalam bentuk
tunggal mempunyai arti tempat tinggal biasa, padang rumput, kebiasaan, akhlak,
watak, perasaan, sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak taetha artinya latar
kebiasaan.
Etika oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Karena etika
merupakan filsafat, maka etika mencari kebenaran dan filsafat mencari keterangan
(benar) yang sedalam-dalamnya, sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari baik
dan buruknya sesuatu tingkah laku manusia.
79

Hamzah yakub menyatakan pengertian etika sebagai berikut :


a. Ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang disistimatisir tentang
tindakan moral yang betul.
b. Bagian filsafat yang memperkebangkan teori tentag tindakan, hujah-hujahnya dan
tujuan yang diarahkan kepada makna tindakan.
c. Ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak
mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya, karena itu bukan ilmu
yang positif tetapi ilmu yang formatif.
d. Ilmu tentang moral prinsip-prinsip kaidah-kaidah moral tentang tindakan dan
kelakuan.

Sesuai dengan pengertian-pengertian di atas, Maka etika menurut


pemahaman ini adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang
buruk, dengan memperhatikan amal baik manusia, sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran.
Menurut Rafik Issa Beekum, etika adalah seperangkat prinsip moral yang
membedakan yang baik dan yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat
normative karena ia berperan menentukan apa yang harus di lakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan oleh seseorang individu.
Dalam kehidupan seseorang, tingkahlakunya akan dinilai. Penilaian
tersebut mungkin akan menimbulkan pujian dan mungkin pula celaan. Dan orang
tersebut menperoleh sebutan orang baik atau buruk. Didorong oleh kesadaran akan
penilaian orang lain terhadap dirinya, maka timbul pertanyaan dalam pikirannya.
Bagaimana saya mengatur hidup saya agar dikatakan orang yang baik? dan
bagaimana seharusnya saya bertingkah laku?
Allah telah membimbing manusia untuk memahami mana yang baik dan
mana yang buruk, serta mengarahkannya kepada yang baik dan mencegahnya
terjerumus kepada keburukan. Dalam ayat berikut Allah mengatakan : “ Katakan
tidak sama yang buruk dengan yang baik meskipun banyaknya yang buruk itu
menaruh hatimu, maka bertawakal kepada Allah hai orang-orang yang berakal
agar kamu beruntung.” (Q.S;5:100).
80

Orang yang mau menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dan
mengaktualisasikan segala sifat dan perilaku yang baik dalam dirinya serta
melindungi dirinya dari segala sesuatu mendekati yang buruk ,maka ia akan beroleh
sebutan sebagai orang yang baik. Kemudian dalam upaya membersihkan diri dari
segala bentuk keburukan. Ajaran etika Islam mendorong individu untuk memiliki
sifat malu yang merupakan kepantasan dalam masyarakat. Rasa malu menekan
seseorang untuk tidak menampakkan hal-hal pencinta moralitas luhur risih
terhadapnya.

2. Pengertian Moral
Perkataan ”moral” berasal dari bahasa latin mores kata jamak dari mos yang
berarti kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diartikan dengan arti susila. yang
dimaksud dengan moral ialah sesuai dengan ide-ide yang diterima tentang tindakan
manusia mana yang baik dan wajar, disesuaikan dengan ukuran-ukuran yang oleh
umum diterima yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Dengan
demikian jelaslah persamaan antara etika dan moral. Namun ada pula
perbedaannya, yaitu etika lebih banyak bersifat teori, Sedangkan moral lebih
banyak bersifat praktis.
Dengan demikian moral adalah ajaran tentang kebaikan dan keburukan
dengan ukuran tradisi yang berlaku dalam suatu masyarakat. Karena itu adat
istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu
perbuatan.

3. Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa, pengertian akhlak adalah bentuk jamak dari kata
khuluk, arti segi budi pekerti perangai tingkah laku, atau tabiat.
Ahmad Amin memberi pengertian akhlak itu ialah: ”Suatu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh
setengah manusia kepada lainya, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh manusia
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat.
81

Dari pengertian akhlak diatas dapat diketahui bahwa pokok pembahasannya


adalah tingkah laku manusia untuk menetapkan nilai-nilai baik atau buruknya
perbuatan itu. Baik atau buruk apabila dilakukan sesuai atau bertentengan dengan
norma-norma akhlak tersebut.
Berbicara tentang akhlak berarti berbicara tentang konsep al-husnah dan al-
kubh. Menurut Muktazilah al-husn adalah suatu yang menurut akal bernilai baik dan
al-kubh adalah sesuatu sesuatu yang bernilai buruk. Bagi Muktazilah baik dan buruk
itu ukurannya akal manusia. Berbeda dengan Muktazilah, ahl al-Sunnah berpendapat
bahwa yang menentukan baik dan buruk bukan akal tapi wahyu, oleh karena itu ahl
Al-qubh adalah sesuatu yang menurut Al-Qur’an dan sunnah buruk.
Secara subtansial etika, moral dan akhlak memang sama, yakni ajaran tentang
kebaikan dan keburukan, menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama manusia dan atau dalam arti luas, yang membedakan yang satu
dengan yang lainnya adalah ukuran kebaikan dan keburukan itu sendiri.
Perbuatan baik adalah perbuatan yang mengandung kriteria - kriteria
kebaikan. Kriteria kebaikan itu adalah sesuatu yang dicintai Islam dan Islam
menganjurkan untuk melakukan itu.Perbuatan buruk adalah perbuatan yang
mengandung kriteria-kriteria buruk. Sedangkan kriteria buruk itu adalah sesuatu yang
dilarang oleh Islam untuk dilakukan.
Ukuran atau batasan tersebut, adalah dari Allah. Karena itulah ukuran yang
pasti. yang tidak membedakan orang dan tidak pula berubah oleh perubahan kondisi
dan situasi.
Berbeda dengan ukuran-ukuran lain yang diberikan oleh para ahli yang terdiri
dari bermacam -macam ukuran yang berbeda dan masing- masing menurut penilaian
mereka sendiri-sendiri. Mereka akan terus mempertahankannya selama ukuran itu
dapat dijadikan pegangan.
Kebenaran objektif adalah kebenaran yang pasti dan tentu didasarkan pada
peraturan yang didibuat oleh Yang Maha Benar,sehingga peraturan yang di buat oleh
manusia bersifat relative, menjadi benar apabila tidak bertentangan dengan wahyu
Tuhan.
82

B. Karakteristik Etika Islam

Islam adalah agama yang mengandung ajaran akhlak yang berbeda dengan
akhlak dalam agama lain. Akhlak Islam mempunyai karakteristik yang unik
(istimewa), yaitu adanya ciri khas yang menjadikan ajaran akhlak Islami sesuai
dengan kebutuhan rohani manusia.
Yusuf Qardowi mengemukakan tujuh karakteristik etika Islam yaitu sebagai :
1. Moral yang beralasan dan dapat difahami.
Moral atau etika Islam sesungguhnya selalu bersandar pada penilaian yang logis
dan alasan yang dapat diterima oleh akal lurus dan naluri yang sehat, yaitu dengan
menjelaskan masalah dibalik apa yang dilarang. Dalam Al-Qur’an Allah
mengatakan: ”Dirikanlah sholat ,sesungguhnya sholat itu mencegah dari
perbuatan –perbuatan keji dan mungkar”. (Q.S;29:45).
2. Moral Universal
Moral dalam Islam berdasarkan karakter manusiawi yang universal,yaitu larangan
bagi semua manusia. Artinya berlaku bagi setiap umat islam dan umat-umat lain
.dalam Al-Qur’an Allah menegaskan: ”janganlah sekali-sekali kebencianmu
terhadap suatu kaum mendorong kami untuk berlaku tidak adil, belaku adillah
kamu karena adil lebih dekat dengan taqwa.’’ (QS;5:8).
3. Sesuai Dengan Fitrah
Islam datang membawa ajaran yang sesuai dengan fitrah dan tabiat
manusia serta menyempurnakannya. Islam mengakui ekssistensi manusia yang
telah diciptakan Allah dengan segala dorongan kejiwaan, kecendrungan fitra serta
segala yang telah digariskan-Nya. Islam membuatkan balasan hukum agar dapat
memelihara kebaikan masyarakat dan individu manusia.
Islam membolehkan manusia untuk menikmati barang atau hal-hal yang
baik, dan menegaskan kepemilikan pribadi. Namun syariat Islam tidak
membenarkan hasrat insting, jika barang-barang dan hal-hal yang najis atau
merupakan perbuatan maksiat, dalam hal ini Allah berfirman: ”Katakanlah; siapa
yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
83

hamba-hamba Nya dan siapapulalah yang mengharamnkan reski yang baik.”


(Qs;7:32).
Islam dengan segala yang diperbolehkannya demi tabiat manusiawi telah
meletakkan konsep aturan dan batasan - batasan yang netral atau moderat, sikap
berlebih - lebihan dan ekstrim akan menjurus kepada perangai yang tercela.
4. Memperhatikan Realita.
Karakteristik akhlak Islam merupakan akhlak realistik, tidak
mengeluarkan perintah dan larangannya kepada orang tak berakal kecuali pada
orang yang mempunyai dorongan nafsu, keinginan dan cita-cita, kepentingan dan
kebutuhan, juga memiliki kecendrunagn dan hasrat biologis terhadap kesenangan
duniawi sebagai mana mereka juga memiliki kerinduan jiwa kepada Allah.
Al-Qur’an tidak membebankan kepada mereka suatu kewjiban untuk
mencintai musuh-musuhnya, karena hal ini meupakan suatu hal yang tidak
dimiliki jiwa manusia, akan tetapi Al-Qur’an memerintahkan orang-orang
mukmin untuk berlaku adil terhadap musuh-musuhnya, supaya rasa permusuhan
dan kebencian mereka terhadap musuh - musuhnya tidak mendorong untuk
melakukan pelanggaran terhadap musuh - musuhnya tersebut
5. Moral Positif.
Islam tidak menyukai orang-orang yang telah memiliki akhlak mulia
mengikuti trend sosial atau menghadapi peristiwa yang mengendalikan hidupnya.
Moral Islam menganjurkan untuk menggalang kekuatan. Perjuangan dan
meneruskan amal soleh dengan penuh cita-cita ,melawan sikap ketidak berdayaan
pesismisme (Putus asa), dan segala bentuk penyebab kelemahan. Dalam hal ini
Allah berfirman : “Ambilah kitab itu (hai yahya) dengan sungguh–sungguh
(penuh kekuatan). Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi masih anak-
anak.” (Qs:19;12)
Islam menolak sifat pasif (apatis) dalam menghadapi kerusakan moral,
sosial dan politik, bahkan Islam memerintahklan kepada muslim untuk merubah
suatu kemungkaran dengan “tanganya“ jika ia tidak mampu maka dengan
lisannya, jika ia tidak mampu maka dengan hatinya.
84

6. Komprehemsifitas (Menyeluruh)
Jika sebagian orang menyangka moral agama hanyalah menyangkut
pelaksanaan ibadah-ibadah saja, maka hal ini sangat keliru, karena etika Islam
tidak membicarakan konsep moral dengan kaidah tertentu bahkan menggariskan
hubungan seseorang dengan dirinya sendiri dan hubunganya dengan umat. Moral
Islam itu mengatur hubungan manusia dengan alam secara global maupun detail,
oleh karena itu ajaran moral Islam meletakkan atau memberikan adab susila yang
tinggi dan ajaran luhur.
7. Tawazun (Keseimbangan)
Karakteristik ajaran moral Islam selanjutnya ialah dengan menggabungkan
sesuatu dengan penuh keserasian dan keharmonisan, tanpa sikap berlebihan
maupun berkekurangan., contohnya adalah: sikap seimbang antara hak tubuh dan
hak roh (rohani/ jiwa), contoh lainnya adalah sikap seimbang dalam mengejar
dunia dan akhirat. Islam menjadikan dunia ladang untuk akhirat dan Allah
menjadikan manusia sebagai khafilah dibumi, maka tidaklah pantas mereka
merusak atau menyia-nyiakan kehidupan dunia, karena Islam menyuruh umatnya
meraih keberuntungan dalam kehidupan dunia dan keberuntungan dalam
kehidupan akhirat secara seimbang. Hal itu Allah tegas dalam ayatnya: ”Dan
diantara mereka ada yang berdo’: Ya, Allah berikanlah kepada kami kebaikan
didunia dan diakhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.’’ (Q.S;2;201).
Ayat ini menunjukkan adanya tuntan kepada orang mukmin untuk menjalani
hidup dengan penuh keserasian dan keseimbangan dan menghindari kehidupan
yang bersifat ekstrim.
Sangat cukup banyak karakteristik yang dimiliki oleh etika islam, selain
yang tersebut diatas yaitu :pertama, ia bersumber dari kitab suci al-Qur’an dan
hadist Nabi Nabi Saw. Dasar itulah yang melandasi etika Islam sebagai pola
hidup dan menetapkan norma yang baik dan norma yang buruk, Setiap muslim
menyakini kebenaran yang terkandung didalamnya , tidak ada sumber lain yang
menan dinginya. Kedua, bukan bersumber dari akal manusia. Berbeda dengan
teori etika lain yang memandang akal yang menjadi dasar menentukan baik
buruknya akhlak. Etika atau akhlak Islam mendatang bahwa akal adalah anugrah
85

Allah, dan akal itu mempunyai keterbatasan sehingga tak akan mampu
memecahkan seluruh masalah yang terjadi.
Dalam hal ini Allah menjelaskan; ”Mereka akan bertanya kepadamu (Nabi
Muhammad) tentang roh, katakanlah: ”Roh itu termasuk urusan Allah dan
tidaklah kamu diberi ilmu, Melainkan sedikit.” (QS;17,85). Ketiga dalam
pandangan islam pendorong yang paling mendalam dan kuat untuk melakukan
suatu amal adalah aqidah/imam. Imam itulah yang membuat seseorang muslim
ikhlas dan mau beramal dan bekerja keras, imam menjadi motivitas dan kekuatan
penggerak yang paling ampuh yang membuat penganutnya berbuat kebaikan dan
amal saleh. keempat ajaran aklhak Islamiah mengarahkan orang pada tujuan yang
luhur. Jika seseorang muslim mencari reski bukan hanya untuk mengisi perut saja,
pada hakikatnya ia mempunyai tujuan yang paling tinggi atau tujuan filosafis.
Dia mencari reski untuk memenuhi hajat hidupnya dan itu tujuan yang dekat pda
tujuan yang lebih tinggi. Dia mencari reski untuk mendapatkan makanan guna
membina rohani dan jasmani, sedang tujuan membina kesehatan supaya kuat
beribadah.Itulah tujuan akhir hidup manusai.
Dan beribadah itulah tujuan terakhir untuk mendapatkan keridaan Allah.Ridho
Allah menjadi kunci kebahagiaan yang kekal dan abadi. Tanpa ridho Allah maka
kebahagian abadi dan sejati tidak akan mampu meraihnya.

C. Hubungan Tasawuf Dengan Akhlak


Memahami agama Islam dari sudut hukum hanya akan menjangkau aspek
formal dan aturan yang lahir saja. Sedangkan dari formalisme rasional belum bisa
menjangkau aspekmoral yang merupakan aspek kejiwaan dan kemasyarakatan dalam
Islam. Sehingga muncul upaya segolongan ulama mencoba mengembangkan cara
pendekatan mistik untuk menjangkau kedalaman agama Islam. Dari usaha dan ijtihad
batin ini lahirlah konsep moral.
Manusia berahlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya. Sedang
manusia yang tidak berahlak adalah manusia yang kotor dan sakit hatinya.
Istilah Tasawuf atau sufi baru muncul pada abad ke 2 hijrah. Pada dasarnya
tasawuf merupakan pola hidup sederhana memperbanyak ibadah dengan
86

mendekatkan diri kepada Allah, mensucikan jiwa dengan menjauhi hawa nafsu. Ibnu
khaldum mendefenisikan tasawuf sebagai salah satu ilmu syariat yang baru dalam
agama Islam. Cikal bakal bermula dari praktek-praktek para pemuka generasi
pertama umat Islam, baik dari kalangan sahabat, tabi’in dan generasi sesudahnya,
sebagai cara untuk mencapai kebenaran dan hidayah (Allah). Asal usulnya adalah
memusatkan diri. hanya untuk ibadah, menghadapkan diri kepada Allah,
menghindarkan diri dari hiasan dan pesona dunia. Bersikap zuhud terhadap kelezatan,
harta, pangkat yang dikejar-kejar orang banyak dan memisahkan diri. Dari khalayak
untuk khlawat demi beribadah
Ada beberapa pendapat tentang asal- usul kata tasawuh ada yang menyatakan
bahwa f tasawuf berasal dari kata shafa, artinya suci, bersih atau murni. Memang jika
di lihat dari segi niat maupun tujuannya dari setiap tindakan dan ibadah kaum sufi,
jelas bahwa semua itu di lakukan dengan niat suci untuk membersihkan jiwa dalam
mengabdi kepada Allah.
Adalagi yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari saff, yang artinya saf
atau baris. Mereka di namakan sebagai para sufi, demikian menurut pendapat sufi ini,
karena berada pada baris (saff) pertama depan Allah, karena besarnya keinginan
mereka akan Dia, kecendrungan hati mereka tehadapNya dan tinggalnya bagian-
bagian rahasia dalam diri mereka di hadapaNnya. Tasawuf adalah proses pendekatan
diri kepada Allah dengan cara mensucikan hati. Hati yang suci bukan hanya dekat
kepada Allah malah dapat melihat Allah. Dalam tasawuf disebutkan bahwa tuhan
Yang Maha suci tidak dapat didekati keculi dengan hati yang suci.
Sekurang-kurang nya ada dua situasi yang sering disebut sebagai faktor
pendorong sekelompok umat Islam memesuki dunia tasawuf. yaitu gaya hidup
mewah dikalangan pemangku jabatan pasca Nabi wafat dan Kulafaurasyidin di satu
pihak dan sebagai saksi atas faham khawarij dan pertentangan politik yang
ditimbulkan pihak lain di lain pihak
Para analis baik pada masa terdahulu maupun masa sekarang hampir
bersepakat bahwa tasawuf produk gerakan zuhud yang terdapat di Kuffah maupun di
Basrah, mereka juga sepakat bahwa para ahli zuhud baik di Kuffah maupun di Basrah
cendrung memakai pakaian shuf.
87

Hati yang zuhud terhadap sesuatu adalah hati yang tidak menghendakinya,
tetapi ia tidak membenci dan tidak lari dari padanya tidak menginginkan dan tidak
mencintai. zuhud artinya tidak menghendaki sesuatu, kadang-kadang disertai rasa
tidak suka pada sesuatu, sebagai mana juga disertai ketidak bencian dan tidak lari
darinya, barang siapa mencintai sesuatu namun dia tidak menghendakinya, berarti dia
tergolong ahli zuhud, baik sesuatu itu terwujud seiring dengan rasa tidak suka karna
benci, maupun tidak.
Membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela, oleh orang-orang sufu di
pandang penting karena sifat-sifat itu merupakn najis maknawi (Najis ma’nawiyah).
adanya najis ini pada diri seseorang menyebabkan dia tidak mungkin dekat dengan
Tuhan,sebagai mana kalau mempunyai najis zati, ia tidak mungkin mendakati Tuhan
dalam melakukan ibadah kepada Tuhan.
Namun sering kali manusia sadar kalau hatinya sakit. kalau dia sadar tentang
kesakitan hatinya, ia tidak berusaha untuk mengobatinaya.pada hal penykit hati jauh
lebih berbahaya dari penyakit fisik.
Indikator manusia berakhlak (husn al-khuluk) kata al-Ghzali, adalah
tertanamnya iman dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak berahlak (su’al-
khuluq) adalah manusia yang ada “Nifoq” di dalam hati. Nifaq artinya sikap mendua
terhadap Tuhan. Tidak ada kesusaian antara hati dan perbuatanKalau berbicara
tentang hubungan tasawuf dengan ahklak, maka menurut Zun Num al-Misri
menyebutkan tiga macam pengetahuan tentang Tuhan :
1. Pengetahuan awam : Tuhan satu dengan peraturan ucapan syahadat.
2. Pengetahuan ulama : Tuhan satu menurut logika akal.
3. Pengetahuan kaum sufi : Tuhan satu dengan perantaraan hati sanubari

Pengetahuan yang disebut pertama dan kedua, menurut Harun Nasution,


belum merupakan pengetahuan hakiki tenteng Tuhan, keduanya masih disebut ilmu.
Pengetahuan. Dalam arti ketigalah yang merupakan pengetahuan hakiki tentang
Tuhan (ma’rifat). Telah dijelaskan bahwa akhlak adalah gambaran hati, yang dari
padanya timbul perbuatan-perbuatan, jika hatinya bersih dan suci maka yang timbul
adalah perbuatan-perbuatn yang baik (akhlak al-mahmudah). Sebalik nya jika hatinya
88

kotor oleh dosa-dosa dan sifat-sifat yang buruk maka yang muncul dalam perilakunya
adalah akhlak yang buruk.(Akhlak al-mazmumah).
Kalau ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan mana yang buruk,
juga bagaimana mengembalikan akhlak buruk menjadi baik secara lahiriyah, yakni
dengan cara-cara yang yang nampak seperti ke ilmuan, keteladanan pembiasaan dan
lain, maka ilmu tasawuf menerangkan bagaimana caranya mensucikan hati (tashfiat
al-Qalbi), agar setelah hati suci yang muncul dari pelakunya adalah akhlak Al-
karimah. Perbaikan ahlak menurut ilmu tasawuf harus berawal dari persucian hati
persoalan yang muncul adalah, bagaimana caranya mensucikan hati. Dalam tasawuf?
Metode tasfiat Al-Qalbi menurut pendapat para ahli sufi adalah dengan :
-. Al-`ijtinab al-manhiyat
-. Ada Al-wajibat
-. Ada al nafilat
-. Al riyadlah
Al-riyadloh (latihan spiritual), seperti yang dijelaskan Nabi adalah menjauhi
yang di larang, ebab yang mengotori kati adalah kemaksiatan yang dilakukan
manusia, karena bujukan hawa nafsu dan setan. Kemaksiatan menyebabkan hati
manusia kotor, kelam dan berkarat sehingga hati tak berfungsi malah menjadi mati.
Menurut ajaran sufi selama manusia belum bisa keluar dari kekangan jasmani
atau materi, selama itu pula dia tidak akan menemukan nilai-nilai rohani yang
didambakan, untuk itu dia harus berusaha melepaskan rohnya dari kekangan
jasmaninya. Untuk itu harus ditempuh dengan jalan Al-riyadlah (latihan) yang
memakan waktu cukup lama. Riyadloh juga bertujuan untuk mengasah roh supaya
tetap suci. Naluri manusia selalu ingin mencapai yang baik dan sempurna dalam
mengarungi kehidupan .Untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan tidak dapat di
lalui dengan mempergunakan ilmu pengetahuan saja. Karena ilmu adalah produk
manusia dan merupakan alat terbatas. Manusia akan kehilangan dan mengalami
kekosongan batin kalau hanya mengandalkan ilmu materi saja. Jalan menuju
kebahagiaan yang hakiki hanya dengan imam yang kokoh, perasaan hidup yang aman
bersama Tuhan.
89

Menurut kalangan sufi tanda-tanda berakhlak adalah memiliki budaya malu


dalam interaksi dengan sesama, tidak menyakiti orang lain, banyak kebaikannya,
benar dan jujur dalam ucapan, tidak hanya banyak bicara, banyak bekerja, penyabar,
hatinaya selalu bersama Allah, tenang, suka berterima kasih, ridho terhadap
ketentuan, bijaksana dan hati-hati dalam bertindak di senangi teman dan lawan,tidak
pemalu dan ,tidak pelit dan hasad,cinta karma Allah dan benci karena Allah.
Untuk menjadi seseorang berahklak mulia orang sufi menempuh jalan dengan
cara mensucikan hati, hati yang suci dan cendrung mendekatkan diri kepada Tuhan,
orang yang selalu dekat dengan Tuhan pastilah dia selalu berzikir (ingat) akan
Tuhannya . Orang hatinya selalu zikir (ingat kepada Tuhan), maka pasti pulalah
dalam setiap amal ibadah kepada Allah yang dia lakukan penuh dengan khusuk (zikir)
kepada Allah, yang pada gilirannya ia akan selalu zikir kapan dan dimana saja dia
berada. Setiap orang yang dalam hati nya selalu ingat kepada Allah pastilah dia jauh
dari larangan Allah. Dan dia tidak akan meniggalkan segala yang diwajibkan Allah ke
padanya. Dengan kata lain orang yang selalu ingat Allah hatinya bersih dan akhlak
nya mulia.
Perbaikan akhlak adalah merupakan bagian dari tujuan pendidikan
Islam,pendidikan yang hanya berorientasi pada keindahan intelektual telah gagal
membawa manusia pada pemungsian diri sebagai khalifah fil ard. Socrate
mengingatkan bahwa tujuan pendidikan adalah menyalurkan warisan sosial dari suku
bangsa sejenis. Al-Ghazali menyatakan bahwa tujuan penyesuaian diri tidak sekedar
di jalankan terhadap norma masyarakat, tetapi terhadap norma Tuhan, AL-Ghozali
selanjutnya mengatakan bahwa tujuan pendidikan secara individual ialah
membersihkan khalbu dari godaan hawa nafsu (syahwat) dan amarah (ghadhob),
hingga ia jernih bagaikan cermin yang dapat menerima cahaya Tuhan.
Tasawaf adalah upaya spritual bagaimana agar manusia memilih akhlak al-
karimah. Caranya yaitu dengan tasfiat al-gaib. Metode tasfiat al-ghaib yang
disepakati orang Sufi adalah dawam al-Zikri (selalu ingat pada Tuhan). Zikir adalah
rohnya amal saleh. Jika sebuah amal soleh lepas dari zikir maka laksana jasat tanpa
roh. Mengapa zilir menjadi pola tasfiat al-qalbi yang disepakati oleh para sufi? Paling
tidak ada tujuh alasan yang mereka majukan ;
90

a. Pemerintah berzikir dalam Al-Qu’ran datang secara mutlak dalam arti tidak
dihayati dengan pernyataan yang tidak dikayidi dengan pernyataan yang lain dan
ada perintah dengan kayid-hayid yang lain.
b. Larangan lupa atau lalai berzikir
c. Kebahagiaan yang diperoleh manusia banyak banyak berdo’a dan istiqamah
dalam berzikir
d. Pujian Allah kepada orang yang berzikir dan menjanjikan ampunan dan surga
e. Rugi orang yang tidak berzikir
f. Zikir para hamba Allah menjadi syarat bagi zikirnya Allah kepada hambaNya
g. Zikir adalah pahala yang besar dan merupakan ketaatan utama.

D. Akhtualisasi Akhlak Dalam Kehidupan


Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, maka manusia berakhlak
adalah manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam
hubungan dengan Tuhan dan alam lingkungan.
Memperbaiki akhlak menjadi bagian dari tujuan agama Islam. Apa yang
menjadi tujuan akhlak sebenarnya adalah tujuan Islam itu sendiri. Karena pada
dasarnya akhlak adalah aktualisasi ajaran Islam secara keseluruhan. Dalam kaca mata
akhlak, tidaklah cukup iman seseorang hanya dalam bentuk pengakuan, apalagi hanya
dalam bentuk pengetahuan. yang kaffah ialah iman, ilmu dan amal. Amal itulah yang
di maksud akhlak. Tujuan yang hendak dicpai dicapai daengan ilmu adalah
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.
Memperhatikan tujuan yang hendak dicapai dengan ilmu akhlak itu, maka
ruang lingkup kajian akhlak itu meliputi akhlak diri sendiri. Seperti al-taubah, al
muqarobah, al-muhasabah, dan mujahadah (mendekati Allah). Akhlak terhadap
Allah, akhlak terhadap rasulullah dan terhadap sesama, Manusia terhadap makhluk
dan sekitar.
Perbaikan akhlak merupakan bagian dari tujuan pendidikan Islam. Pendidikan
yang hanya berorientasi pada kecaerdasan intelektual telah gagal membawa manusia
dalam pemungsian diarinya saebagai khalifah Fil-arld. Socrates telah mengingatkan
bahwa tujuan peadidikan ialah kebaikan sifat dan budi, yaitu kasih sayang dan
kerelaan. Al Ghazali mengatakan bahwa penyesuaian diri tidak hanya dijalankan
91

terhadap norma masyarakat tetapi terhadap norma tuhan. Lebih lanjut Al Ghazali
mengatakan bahwa tujuan pendidikan secara individual ialah membersihkan kalbu
dari godaan hawa nafsu (Syahwat) dan amarah (ghalhab), hingga ia jernih bagaikan
cermin yang dapat menerima cahaya dari tuhan.
Berakhlak baik atau akhlak terpuji, artinya menghilangkan adat-adat kebiasaan
yang tercela yang telah dirincikan oleh agama islam serta menjauhkan diri dari
padanya, sebagaimana menjauhkan diri dari tiap-tiap najis dan kotoran, kemudian
membiasakan kebiasaan yang baik, menggemariya melakukannya dan mencintainya.
Terkait dengan ruang lingkup akhlak Islamiyah yang telah dikemukakan
sebelumnya maka pada kajian berikut ini adalah menyajikan beberapa aspek ruang
lingkup akhlak tersebut sebagai berikut :
1.Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Setiap orang mempunyai kewajiban moral terhadap dirinya sendiri yang harus
ia tunaikan, diantaranya ialah:
a. Memelihara Kesucian Diri
Setiap muslim,harus mensucikan jasmani maupun rohaninya. dia harus
senantiasa memelihara dirinya secara utuh, yakni jasmaninya bersih dari kotoran dan
najis. rohaninya harus bersih dari sifat-sifat tercela seperti: takabur, sombong,
dengki, dendam, marah, tipu daya dan bermuka dua. Dalam hal ini Allah berfirman.
Artinya: ”Di dalamnya ada beberapa orang yang ingin membersihkan jiwa dan
Allah menyukai orang yang membersihkan diri.’’ (Q.S;9:108).
b. Memelihara keindahan diri
Disamping memelihara kesucian diri keindahan harus diciptakan pula. karena
Allah itu indah dan ia menyukai keindahan. Allah melarang umatnya membiasakan
diri kusut dan tidak teratur, dalam firmannya Allah menegaskan: “Hai anak cucu
Adam pakailah pakaianmu yang indah-indah ketika kamu menunaikan ibadah
shalat.’’ (Q.S;7:31).
c. Berlaku Tegas dan Tidak Tergesa-gesa
Menjalani hidup dengan tenang dan tidak tergesa-gesa merupakan rangkaian
dalam akhlaqul mahmudah, keluh kesah, terburu-buru adalah perbuatan tercela.
banyak kerugian yang ditimbulkan oleh sikap terburu-buru, seperti penyesalan dan
92

gelisah. Seperi ditegaskan oleh Allah: ”Dan para hamba Allah yang berjalan di
muka bumi dengan tenang, dan bila ditegur oleh orang yang bodoh mereka berkata
”Selamat”. (Q.S;25:63).
d. Meningkatkan Ilmu Pengetahuan
Kehidupan umat manusia penuh dengan persaingan, pergulatan dan kesulitan.
untuk menghadapi segala tantangan dan kesulitan hidup, umat Islam harus senantiasa
meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga ia senantiasa
meningkatkan taraf kehidupannya. Dalam hal ini Allah baeerfirman: ”Bukankah
tidak sama orang yang bearilmu dengan orang yang tidak memiliki ilmu’’.
(Q.S;39:9).
e. Sabar
Sabar berarti tidak cepat putus asa, rajin, tekun, ulet tidak takut dengan
rintangan-rintangan betapa pun beratnya. sifat sabar menjadi perintah Allah dalam
firmannya: ”Hai orang-orang beriman, mintalah pertolongahn dengan Allah dengan
sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S;2:153).
Sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil pengendalian
nafsu dan penerimaan terhadap apapun yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika
melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan dan ketika ditimpa musibah.
segala perintah Allah dilaksanakan dengan ikhlas. Segala musibah yang menimpanya,
diterimanya sebagai ujian dan cobaan dari Allah yang harus di terima dengan baik
sangka.
f. Syukur
Syukur adalah sikap berterima kasih atas nikmat dan rahmat Allah. syukur di
ungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. syukur dengan perkataan adalah
memuji Allah dengan ucapan hamdalah. syukur dengan dengan perbuatan adalah
dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan ketentuan
syariatnya. Orang yang bersyukur akan ditambah Allah rahmat dan nikmatnya, seperti
ditegaskan Allah: ”Jika kamu besyukur niscaya akan ditambah Allah (nikmatnya) dan
jika kamu kafir niscaya azabku sangat pedih.’’ (Q.S;14:7).
93

g. Tawadlu’
Tawadlu’ adalah sikap rendah hati, menghargai siapa saja yang di hadapinya,
orang tua atau muda, kaya atau miskin. sifat ini lahir dari kesadaran akan hakikat
dirinya sebagai manusia yang lemah, serba terbatas yang tidak layak bersikap
sombong. Dalam hal ini Allah berfirman: ”Janganlah kamu memalingkan mukamu
dari orang lain, dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
meambanggakan diri.’’ (Q.S;31:18).
Sikap tawadlu’ melahirkan sikap ramah, jauh dari sifat hasad dan zolim, dapat
bersahabat dengan siapa saja, memiliki banyak teman dan disenangi dalam pergaulan.
2.Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
a. Beribadah kepadanya dengan ikhlas
Yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah Allah sesuai dengan
perintahnya. Seorang muslim adalah membuktikan ketundukan dan kepatuhannya
terhadap perintah Allah. Berakhlak kepada Allah dilakukan melalui media
komunikasi yang telah disediakan yang diantaranya beribadah shalat. Perintah
beribadah dengan ikhlas ditegaskan Allah dalam firmannya: ”Pada hal mereka tidak
disuruh kecuali supaya menyambah Allah dengan memurnikan ketaqwaan
kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, demikianlah agama yang lurus’’.
(Q.S;98:5).

b. Mentauhidkan Allah.
Allah itu maha esa setiap mukmin yang memiliki pengetahuan tentang
keMahaesaanNya, maka aktivitas kesehariannya tertuju hanya kepada Allah semata.
Dia juga akan terhindar dari perkataan yang berbau syirik. Allah memang
memerintahkan kepada setiap hambaNya untuk mengesakanNya dan tidak
mensyarikatkanNya. dalam Al-Qur’an ditegaskan: ”Katakanlah dialah Allah yang
Maha Esa, Allah adalah Ttuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu Dia
94

tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada satupun yang setara
denganNya’’. (Q.S;112:1-4).

c. Bertawakal
Yaitu mempercayakan diri kepada Allah di kala melakukan sesuatu perbuatan.
bertawakal kepada Allah adalah gambaran orang yang bersungguh-sungguh bekerja
keras untuk melaksanakan rencana atau program yang sudah dirancang dengan teori-
teori ilmiah, sedang ketika telah bertekad untuk mengerjakan dia percayakan
semuanya kepada Allah. Dalam hal ini Allah berfirman: ”Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu apabila disebut nama Allah hatinya beargetar dan apabila di
bacakan ayat-ayat Al-Qur’an bertambahlah imannya dan kepada Allah lah mereka
bertawakal.”

d. Bertaqwa Kepada Allah


Bertaqwa kepada Allah adalah akhlak yang paling mulia disisi Allah dan ini
pulalah yang harus dicapai oleh setiap muslim dalam kehidupannya. Bertaqwa sering
diartikan dengan menjalankan ketaatan kepada Allah dalam bentuk atau menunaikan
segala yang diwajibkannya dan ketaatan menjauhi larangannya. dalam Al-Qur’an
sangat banyak ditemukan ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk bertaqwa.
Diantaranya Allah berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu
kepada Allah yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan Allah
menciptakan dari diri yang satu itu istrinya dan dari keduanya Allah menciptakan
laki-laki dan perempuan yang banyak,bertaqwalah kepadaNya yang dengan atas
namaNya). Kamu saling membutuhkanNya.(Q.S;4:1)

e. Berdo`a Kepada Allah Saja


Orang mukmin merasa dirinya lemah, mereka tidak mampu mewujudkan
segala sesuatu yang diinginkannya kecuali dengan pemberian dan pertolongan dari
Allah. Mereka merasa lemah dan tidak mampu menyalesaikan segala urusan yang
sedang dihadapi atau yang akan sedang dihadapi. Maka mereka berdoa memohon
pertolongan dari Allah. Allah dalam banyak ayat dalam Al-Qur’an memang
95

menyuruh manusia berdoa seperti dalam ayat berikut.: ”Hanya kepada engkau kami
menyembah dan kepada engkau kami meminta pertolongan.’’ (Q.S;1:5). Orang-orang
yang tidak pernah berdoa adalah orang-orang yang tidak menerima keterbatasan
dirinya, karena itu dia adalah orang yang sombong.
f. Berzikir Kepada Allah
Yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi. Baik berzikir
dengan mulut maupun dengan hati. Dengan berzikir kepada Allah akan
mententramkan hati dan menyejukkan perasaan dan pikiran. Dalam hal ini Allah
berfirman. ”Ingatlah dengan berzikir kepada Allah hati menjadi tentram.
(Q.S;13:28).

3. Akhlak suami kepada istri


Keluarga adalah persekutuan hidup yang diikat oleh pernikahan yang sah
secara agama. terdiri dari suami dan istri dan anak yang dilahirkan. Untuk membina
keluarga yang sejahtera,prinsip-prinsip akhlak perlu ditegakkan dengan melaksanakan
kewajiban-kewajiban moral yang menjadi kemestian baginya. Dalam hal ini meliputi
kewajiban suami terhadap istri, kewajiban istri kepada suami, kewajiban orang tua
kepada anaknya dan kewajiban anaknya kepada orang tua.
Jika semua kewajiban moral sepanjang ajaran etika Islam ini dilaksanakan
dengan baik, sementara masing-masing pihak mewujudkan keluarga yang sejahtera.
Adapun akhlak suami terhadap istri antara lain adalah :
a. Menggauli Istri Dengan Sopan
Perilaku baik dalam bergaul dengan istri menjadi ketetapan Allah yang harus
di patuhi oleh suami dalam rumah tangga, seperti ditegaskan Allah dalam firmannya.
”Bergaualh dengan istri-istri kalian dengan cara yang sopan, sekiranya kalian benci
kepada mereka itu, (janganlah kalian sia-siakan), karena bolehjadi kalian benci
kapada sesatu, tapi Allah adakan padanya kebaikan yang banyak’’. (Q.S;4:19).
Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga berdasarkan statusnya sebagai
pria yang lebih kuat (nafkah dan fisik). Sebagai pemimpin dia menjadi pembimbing
dan tauladan dalam rumah tangga dan Allah menegaskan dalam Al-Qur’an: ”Laki-
laki lebih kuat (berkuasa) atas perempuan-perempuan dengan sebab (kekuatan) yang
96

Allah berikan kepada laki-laki dari pada perempuan dan dengan sebab (nafkah) yang
laki-laki keluarkan dari hartanya untuk perempuan-perempuan.’’ (Q.S;4:34).

b. Memberi Nafkah Batin


Kewajiban lain suami adalah memberi nafkah batin sebagai suatu kesenangan
yang diberikan suami kepada istri secara wajar. Seperti dapat dipahami dalam surat
an-nisah ayat 34 yang telah disebutkan di atas.

c. Memberikan Nafkah Lahir


Memberi nafkah lahir (belanja rumah tangga) berupa sandang, pangan dan
papan dan kesehatan dan keamanan, semuanya itu menjadi kewajiban suami untuk
mewujudka kebutuhan rumah tangga. Dalam hal ini Allah berfirman. ”Hendaklah
orang yang mampu itu memberikan nafkah kepada istrinya sesuai kemampuannya,
dan orang yang sempit rezkinya. Hendaklah memberi nafkah menurut yang diberikan
Allah kepadanya.” (Q.S;65:7).
Seorang istri tidak patut untuk memaksa suaminya untuk meamberi nafkah
diluar kemampuannya. Berdasarkan ayat di atas seorang suami yang keadaan
ekonominya terbatas, dia wajib memberinafkah sesuai kemampuan ekonominya.

d. Menyimpan Rahasia Istri


Tidak ada seorang pun manusia yang sempurna secara utuh baik pria maupun
wanita. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka jika suami
melihat suatu kekurangan pada pasangannya, dia harus merahasiakannya. Tidak di
bolehkan membeberkannya keluar rumah tannga. Dalam sabdanya Nabi Muhammad
Saw: ”Bahwasanya sejelek-jelek derajat manusia disisi Allah pada hari kiamat ialah
laki-laki (suami) yang bersendirian dengan istrinya dan istrinya bersendirian dengan
suaminya, kenudian suaminya membuka rahasia istrinya (pada orang lain).’’ H.R.
Muslim.
97

4. Akhlak Istri Terhadap Suami


Sementara istri berhak memperoleh pelayanan dari suaminya, maka diapun
mempunyai kewajiban moral yang harus ditunaikan dengan baik, yang meliputi :
a. Patuh Terhadap Suami
Mematuhi suami menjadi ketetapan Allah terhadap seorang istri selama yang
dipatuhi dalam hal-hal yang baik sesuai dengan norma-norma atau syariat-syariat
islam. Kepatuhan tersebut memang sudah ditetapkan Allah. ”Perempuan-perempuan
yang baik itu ialah yang taat dan menjaga kehormatan dan harta suaminya diwaktu
suaminya tidak ada di rumah’’. (Q.S;4:34). Allah menggambar bagaimana wanita
yang patuh terhadap suaminya untuk menjaga diri dan kehormatan serta harta
suaminya, tidak menyimpang dari ketentuan agama sebagai istri dari suami yang
melindunginya.

b. Melayani Suami
Sebagai seorang istri punya kewajiban yang harus ditunaikan terhadap
suaminya, yaitu memberi pelayanan secara maksimal sesuai apa yang di ingini
suaminya. Dalam suatuhadits Nabi Saw menjelaskan. ”Apabila seorang suami
mengajak istrinya tidur lalu istrinya enggan memenuhinya lalu suaminya tidur dalam
keadaan marah, maka malaikat mengutuknya menjelang subuh.” (H.R Muttafad
Alaih).

c Mengurus harta suami


Seorang istri menjadi pemimpin dalam rumah tangga suaminya. Dia diberikan
kepercayaan oleh suaminya untuk mengurus ekonomi rumah tangganya. Kelak akan
diminta tanggung jawab atas kepemimpinannya seperti yang disabdakan oleh
Rasulullah SAW. “Perempuan-perempuan itu adalah pengurus dalam rumah tangga
suaminya, dia akan diminta tanggung jawab atas kepengurusannya.’’ (HR. Bukhari).

d. Berterima Kasih atas pemberian Suami


Dalam agama Islam bersukur merupakan sifat yang sangat penting sebagai
pertanda pernyataan penghargaaan atas perhatian atau pemeliharaan suami terhadap
98

istrinya. Hadisnya Nabi menyatakan, “Allah sangat benci kepada wanita (istri) yang
tidak berterima kasih kepada suaminya padahal dia butuh pada suaminya. “ (HR.An
Nasai).

e. Tinggal Bersama dan Tidak Keluar Rumah Tanpa Izin.


Dalam ketentuan ajaran Islam istri harus tinggal serumah dan para istri tidak
boleh keluar meninggalkan rumah tanpa izin suami. Setiap suami merasa bertanggung
jawab atas keamanan dan keselamatan istri-istrinya dari gangguan orang lain. Justru
itulah seorang suami yang baik mengwasi istri-istrinya dan menjadi kewajiban bagi
setiap istri mematuhi nasehat-nasehat suaminya. Dalam sebuah hadisnya Rasulullah
bersabda. “Istri-istri mana saja yang keluar rumah tanpa izin suaminya, tetaplah dia
dalam murka Allah hingga ia kembali dan suami ridho kepadanya’’. (HR.Al
Khatib).

f. Menyimpan Rahasia Suami.


Sama halnya dengan manusia lain bahwa seorang suami tidak luput dari
adanya kekurangan-kekurangan atau ketidak sempurnaan. Maka setiap istri dilarang
membeberkan aib atau kekurangan para suaminya untuk menjaga ke utuhan rumah
tangga. Semua kekurangan yang terdapat diantara keduanya dapat di atasi dengan
saling memerbaiki dan menyesuaikan diri. Karena dalam kenyataan tidak seorangpun
yang memiliki kesempurnaan secara utuh.

5. Akhlak Orang Tua Kepada Anak


Untuk mewujudkan anak yang shaleh dan sholehah diperlukan perhatian yang
serius dari ke dua orang tuanya sejak awal mengarahkan pendidikan anak-anaknya,
sesuai dengan ajaran Islam. Kesalahan mengarahkan pendidikan anak akan menimbul
akibat yang sangat buruk bagi keluarga,masyarakat dan bangsa ini. Untuk membina
anak-anak menjadi anak yang baik, maka orang tua mempunyai tanggung jawab
moral yang harus di tunaikan oleh kedua orang tua, yang diantaranya :
a. Menjaga keselamatan anak, dimulai sejak dalam kandungan ibunya
99

Mendo’akan keselamatan anak-anak, semoga nak-anak menjadi shaleh kelak


menjadi generasi bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam al Qur’an
Allah menunjukkan do’a yang harus mononkan kepada Allah untuk anak-anaknya
seperti berikut.: ”WahaiTuhan kami berilah kami istri dan keturunan yang
menyenangkan hati,dan jadilah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.”
(Q.S;25:74).
b. Menyusukan dan memberi makan selama lebih kurang dan tahun, selanjutnya rang tua
memberi makan secara wajar menjelang dewasa sehingga bisas mandiri.
c. Mengaqiqahkan pada hari ke tujuh dari kelahirannya, mencukur ranbut dan memberi
nama yang baik.
d. Memberi pakaian dan tempat tidur yang layak.
e. Mengkhitankannya.
f. Mendidik dan memberkahinya dengan ilmu pengetahuan.
g. Menikahkan jika sudah mencapai baqligh dan mampu

6. Akhlak anak terhadap kedua orang Tua


Ibu dan bapak adalah orang yang paling di hormati dalam konsep ajaran Islam
sehingga anak-anaknya dilarang berbuat durhaka terhadap keduanya.dalam hal
berbakti kepada ke duanya menjadi kewajiban yang tidak dapat diabaikan. Ada
bebeapa prinsip penerapan berakhlak terhadap ke dua orang tua, yaitu :
a. Patuh Kepada Keduanya
Yaitu mentaati ajaran dan nasehat mereka, dengan penuh rasa senang dan
ikhlas, kecuali dalam hal-hal yang dilarang oleh agama. Menantang atau melawan
nasehat ibu bapak dalam ajaran Islam tergolong berbuat dosa besar yang tidak
diampuni. Kecuali dengan bertaubat dan memang orang tuanya bersedia memaafkan
dosa anaknya.
b. Berbuat Baik Kepada Ke Duanya
Berbakti kepada keduanya dapat direalisasikan dalam bentuk manjaga atau
memelihara keduanya terutama setelah berusia lanjut dengan memberi pengobatan
dikala sakit, memberi makan dan minum, member pakaian dan smua kebutuhannya
secara yang pantas. Dalam Al-Qur’an Allah menegaskan hal tersebut sebagai berikut:
100

”Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyambah selain dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik baiknya.”
(Q.S;17:23).
c. Berkata Dengan Lemah Lembut
Setiap anak wajib berkata sopan dan baik terhadap orang tuanya, tidak boleh
berkata kasar, tidak boleh berkata lebih tinggi suaranya dari suara orang tuanya,
apalagi memarahi dan menyakitinya, apalagi membunuhnya dia tidak akan
mendapatkan hak waris apapun dari harta orang tuanya. Dalam Al-Qur’an Allah tegas
mengatakan: ”Jika salah seorang dari orang tuamu atau keduanya sampai usia lanjut
dalam pemeliharannya maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan pada keduanya
perkataan ”ah” dan janganlah kamu membentak-bentak mereka, ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.” (Q.S;17:23).
d. Merendahkan Diri Di Hadapan Mereka
Setiap anak dilarang sombong atau merasa hebat atau merasa lebih berkuasa dari
orang tuanya, siapapun dia, baik dia pejabat, pengusaha, punya kekuasaan atau
wewenang, namun kedua orang tuanya lebih dari dia. Selanjutnya dia harus
menghormati dan memuliakannya, seperti diperintahkan Allah dalam firmannya:
”Dan hendak kamu memuliakan ibu bapakmu dengan penuh kasih saying.”
(Q.S;17:24).
e. Berterima Kasih Kepada Keduanya
Berterima kasih kepada Ibu Bapak menjadi ketetapan dalam ajaran agama yang
dilakukan seseorang kepada orang lain khususnya terhadap ibu bapak. Orang yang
tidak mau bearterima kasih kepada orang lain berarti dia juga tidak mau berterima
kasih kepada Allah. Bersyukur kepada ibu bapak sudah menjadi kewajiban dalam
Islam. Firman Allah yang memerintahkan yang demikian itu adalah: ”Dan telah kami
wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah
mengandungnya dengan menderita kelemahan yang sangat dan menyusukannya
selama dua tahun. Berterima kasihlah kepada ku dan kepada ke dua orang tuamu
dan kepadKku tempat kembalimu.” (Q.S;17:14).
101

f. Mendo’akan Keduanya
Orang tua harus mendo’akan keselamatan bagi anak-anaknya dan anak-ananya
diharuskan oleh Allah untuk mendo’akan kedua orang tuanya supaya Allah
melimpahkan rahmat dan ampunan bagi ke dua ibu bapaknya. Do`a yang dimaksud
adalah seperti yang ditegaskan Allah dalam firmannya: ”Hai tuhanku ampunilah
kedua ibu bapakku dan kasihinilah keduanya sebagaimana keduanya mengasihi aku
dimasa kecil.” (Q.S;17:24). Orang tua menjadi sebab adanya anak-anak, karena itu
akhlak terhadap orang tua sangat ditekankan oleh ajaran Islam. Bahkan berdosa
kepada orang tua termasuk dosa besar yang siksanya tidak hanya di peroleh di akhirat
tetapi juga selagi hidup didunia (A.Toto Suryama AF,Dkk,1997,195).
7. Akhlak Terhadap Alam Lingkungan
Misi agama islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada
manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup.Nabi Muhammad tidak diutus
melainkan menjadi rahmat bagi alam semestai.(Q.S;21:107).
Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah
di bumi yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan,
mengelola,melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin
dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitar. Memakmurkan
alam adalah mengelola sumber daya alam shingga dapat memberi manfaat bagi
ksejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri. Allah menyediakan bumi
yang subur ini untuk di sikapi oleh manusia dengan kerja keras mengolah dan
memeliharanya nilai tambah yang tinggi.
Berakhlak terhadap alam adalah menyikapinya dengan cara memelihara
kelangsungan hidup dan kelestariannya. Agama Islam menekankan agar manusia
mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam.sebab alam yang rusak dan
merugikan, bahkan menghancurkan kehidupan manusia
Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan di angkatnya manusia sebagai khalifah
dibumi yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas mengelola, memakmurkan,
melestarikan alam.berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menyalin dan
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitar.
102

Memakmurkan adalah mengelola sumber daya alam sehingga dapat member


manfaat bagi kesejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri. Allah
menyediakan bumi yang subur ini untuk disikapi oleh manusia dengan kerja keras
mengolah dan memeliharanya sehingga melahirkan nilai tambah yang tinggi.
Berakhlak terhadap alam adalah menyikapinya dengan cara memelihara
kelangsungan hidup dan kelestariannya.Agama islam menekankan agar manusia
mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam, sebab alam yang rusak dan
merugikan, bahkan menghancurkan kehidupan manusia. Allah melarang manusia
merusak alam dengan firmannya: ”Janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi,sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Q.S;28:77). Telah muncul kerusakan di darat dan di laut di sebabkan oleh ulah
tangan manusia Allah menimpakan kepada manusia sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar. (Q.S;30:41).
Yang termasuk dalam kategori berbuat kerusakan sebagaimana yang di
tegaskan dalam ayat di atas adalah merusak lingkungan hidup, baik itu flora, maupun
fauna. Dan Allah menjelaskan bahwa kerusakan di alam itu terjadi karena manusia itu
sendiri yang merusaknya.
Dengan demikian,sekalipun ala mini di ciptakan untuk manusia, agar dapat di
ambil manfaatnya, mereka tetap bekewajiban memelihara dan melestarikannya, di
samping harus meerenungkian yang menciptakannya yaitu Allah Swt, untuk
meningkatkan ketaqwaan kepadanya. Dan menurut ayat di atas kerusakan yang di
buat manusia di muka bumi ini akan berakibat kepada manusia itu sendiri. Maka
dengan sendirinya ia tidak dapat lagi memberi manfaat sebagaiman mestinya.jadi
kerusakan alam sama dengan kerusakan manusia itu sendiri. Akibat akhlak buruk
terhadap alam lingkungan dapat di saksikan dengan jelas bagaimana hutan yang di
eksploitasi tanpa batas.melahirkan malapetaka kebakaran huta yang menghancurkan
hutan, dan hasbitat hewan-hewannya. Eksploitasi kekayaan laut yang tanpa
memperhitungkan kelestarian okosistem laut melahirkan kerusakan hebat habitat laut.
Semua itu karena semata-mata mengejar keuntungan ekonomis yang bersifat
sementara, mendatangkan kerusakan hebat bagi alam yang tidak biasa direhabilitasi
dalam waktu puluhan bahkan ratusan tahun.
103

Akhlak dari suatu bangsa itulah yang menentukan sikap hidup dan perilaku
perbuatannya. Intelektualitas suatu bangsa tidak besar pengaruhnya dalam hal
kebangunan dan keutuhan. Sejarah mencatat betapa kerajaan romawi yang yang
besar yang mempunyai peradaban dan kemajuan yang tinggi di Barat, telah dapat di
gulingkan oleh kaum Indo jerman yang masih setengah biadap. Demikian juga
kerajaan Abasiyah di Timur yang memiliki tamaddum yang tinggi, telah di runtuhkan
oleh bangsa mongol yang tidak mengenal kebudayaan. Seluruh sejarah bangsa-bangsa
mengajarkan kepada bangsa, bahwa tidak ada suatu bangsa yang jatuh karena terjadi
krisis intelektual.,tetapi suatu bangsa jatuh adalah karena krisis akhlak.
Begitulah keutmaan akhlakul karimah, bila di miliki setiap orang, masyarakat
dan bangsa, akan mewujudkan keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan dalam
kehidupan di alam semesta ini. Intelektual yang tinggi tidak bermakna apa-apa, kalau
tidak di landasi oleh akhlak yang mulia, bahkan hanya akan mendatangkan
malapetaka saja.
Kalangan sufi adalah sosok yang tingkat aktualisasi akhlak dalam kehidupan
mereka sangat tinggi.seseorang yang tingkat pengetahuan agamanya tinggi di
kalangan orang sufi belum merupakan pengetahuan hakiki. Bagi orang yang sufi
pengetahuan yang hakiki itu adalah pengetahuan tentang Tuhan melalui hati sanubari.
Bagi imam al-Ghazali untuk mencapai akhlak yang baik ada tiga
cara,pertama, akhlak yang merupakan anugerah dan kasih sayang Allah yakni orang
memiliki akhlak baik secara alamiah (bi al- tabiah wa al- fitrah) sebagai sesuatu yang
di berikan Allah kepadanya sejak ia di lahirkan. Kedua, dengan mujahadah (menahan
diri). Ketiga, dengan riyadhah, melaith diri secara spiritual dan bentuk riyadhah yang
di sepakati para sufi,yang antara lain dengan dawam al zikr. Bagi kalangan ahli etika
upaya untuk mengubah kebiasaan yang buruk menurut Ahmad Amin adalah seperti
yang di kutip Ishak Solih adalah sebagai berikut:
1. Menyadari perbuatan buruk, bertekad untuk meninggalkannya.
2. Mencari waktu yang baik untuk mengubah kebiasaan buruk dan mewujudkannya
dengan niat atau tekad semula.
3. Menghindarkan diri dari segala yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk itu
terulang.
104

4. Berusaha untuk tetap berada dalam keadaan baik.


5. Menghindarkan diri dari kebiasaan yang buruk dan meninggalkanna sekaligus.
6. Menjaga dan memelihara baik-baik kekuatan penolok dalam jiwa, yaitu perbuatan
penolok terhadap perbuatan buruk, perbuatan baik di pelihara secara istiqomah,
ikhlas dan jiwa yang tenang.
7. Memilih teman bergaul yang baik, sebab pengaruh teman itu besar sekali terhadap
pembentukan watak pribadi.
8. Menyibukkan diri dengan pekerjaan yang bermanfaat.
Imam Al Ghazali berpendapat bahwa upaya mengubah akhlak yang buruk
adalah dengan kesadaran seseorang akan akhlaknya yang buruk pada dirinya. Ada
empat cara untuk membantu setiap orang dalam masalah ini. Pertama, dengan
menjadi murid seorang pembimbing spiritual (syaikh). Kedua,meminta bantuan
seorang teman yang tulus, ta’at dan punya pengertian. Teman ini diminta mengamati
keadaan dan kondisi orang tersebut dengan teliti dan mengatakan kepadanya tentang
kekurangan-kekurangan yang nyata dan tersembunyi pada dirinya. Ketiga,
mengetahui kekurangan kita dari seseorang yang kurang menyenangi kita. Orang
yang tidak senang kepada kita lebih banyak mengetahui kekurangan kita. Keempat,
ialah bergaul dengan bersama orang banyak dan memisalkan kekurangan kekurangan
yang ada pada orang lain bagaikan terjadi pada diri kita. Selanjutnya ia mengatakan
bahwa keburukan jiwanya dapat di pulihkan secara permanen dan subtansinya
dihancurkan. Ini hanya dapat dilaksanakan dengan menghilangkan penyebab
keburukan itu. Oleh karena itu penyembuhan penyakit hati tergantung pada
penghalang dan faktor penyebabnya. Carilah penyebabnya dan sembuhkan dengan
obat rohani yang tepat dan cocok.
105

EVALUASI

1. Jelaskan perbedaan etika, moral dan akhlak?


2. Saudara sebutkan apa saja yang menjadi karakteristik etika islam itu?
3. Bagaimana cara mensucikan hati menurut orang-orang sufi?
4. Orang sufi berpendapat bahwa zikir adalah rohnya ibadah. Saudara jelaskan
apakah maksudnya?
5. Para ahli tasawuf menyebutkan cara-cara untuk menyebutkan kebiasaan-kebiasaan
buruk. Saudara sebutkan dan jelaskan cara-cara tersebut?
6. Ahmad amin juga menyebut langkah-langkah untuk mengubah kebiasaan buruk.
Saudara sebutkan langkah-langkah yang di maksud?
7. Coba saudara jelaskan bagaimana seseorang berakhlak terhadap kedua orang
tuanya?
8. Di dalam Al Qur’an Allah menyebutkan bahwa kerusakan di alam adalah karena
perbuatan manusia. Saudara kemukakan contoh kerusakan di sungai atau di alut
yang di lakukan oleh manusia?
9. Seperti apakah seharusnya bertanggung jawab terhadap alam lingkungan
10. Nabi Muhammad di utus Allah untuk membawa rahmat bagi alam semesta.
Saudara jelaskan apa yang di maksud dengan rahmat itu?
106

DAFTAR PUSTAKA

AS,Asmarani,2002,Pengantar studi Akhlak, Jakarta, PT. Raja Grapindo Persada


Ahmad,Mudhar,tt. Etika dalam Islam, Al Ikhlas Surabaya,
Amin,Ahmad,1977. Akhlak, Alih Bahasa Farij,Ma’ruf, Bulan Bintang, Jakarta.
Departemen Agama,2002, Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, Jakarta
Galin,Muhammad,As-Sayyid Dkk,2003 Qodhoya At-Tasawuf fi Dhauru Al Kitab wa as-
sunnah.Alih Bahasa M.Abdullah Al-Amiri, CendekiaSentra Muslim, Jakarta
Iberani,Jamal Syarif,MM Hidayat,2003, Mengenal Islam,El-Kahfi’Jakarta.
Mansur,Hamdan 2004. Mentri instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi Umum,Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Departemen Agama
RI’Jakarta
Ma’lub,Luis.Al-Munjid,Al-Mahtaba,Bairut
Razak,Nazaruddin,1977.Dienul Islam, PT.AL-Ma’arifBandung.
Sabiq,Sayid,1981.Anashiru Quwah Fi’al-Islam,Alihbahasa,Haryono S.Yusuf, PT.Jaya
Pirusa.Jakarta
Suryana A Toto,Dkk,1997,Pendidikan Agama Islam,.Tiga Mutiara,Bandung
Ya’kub,Hamzah,1983,Etika Islam, Diponegoro.Bandung.
107

BAB VI
IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

Tujuan Intruksional umum


Mahasiswa dapat memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologidan seni yang bermanfaat bagi masyarakat, menjauhkan diri dari
kesombongan intelektual dan menyadari bahwa semua ilmu adalah amanat Allah.

Tujuan Intruksional Khusus.


a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian IPTEK dan seni menurut Islam
b. Mahasiswa dapat menjelaskan sumber ilmu pengetahuan menurut Islam.
c. Mahasiswa dapat menjelasakan cara menghindari diri dari kesombongan intelektual.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan cara berperilaku bijaksana dalam mengembangkan
dan memanfaatkan produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari sesuai ajaran
Islam.

A. Konsep IPTEK Dalam Islam.


1. Definisi IPTEK.
Selain di Indonesia diartikan menjadi ilmu pengetahuan. Dalam sudut
pandangan filsafat pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui manusian melalui tangkapan panca indra, intuisi,
dan firasat. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi,
diorganisasi, disistimatisasi dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran
objehtif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara
etimologi kata ilmu berarti kejelasan ,karena itu segala yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai cirri nkejelasan.
Teknologi, dalam kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kemampuan
teknik yang berlandaskan pengetahuan iulmu eksakta dan berdasarkan proses
teknis.Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sain untuk memanfaatkan alam
bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.
108

Pengetahuan pada hakikatnya adalah salah satu sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Pengetahuan tinggi yang dimiliki sesorang bukan untuk kesombongan
tetapi untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Agar ilmu pengetahuan itu dapat diri
kepada Tuhan, maka pengisian diri dengan ilmu tersebut harus dengan unsur-unsur
fitrah manusia seperti roh, kalbu, akal dan nafsu.
Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian.
Sebab itu seseorang memperdalam ilmu tentu disebut sebagai spesialis, sedangkan
orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis.Karena keterbatasan
manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara
mendalam.

IPTEK dengan segala hasil-hasilnya, disamping harus mengingatkan manusia


kepada Allah, juga harus mengingatkan diri sendiri bahwa manusia adalah khalifah
yang kepadanya semua yang ada dialam ini tunduk. Berdasarkan petunjuk Al-Qur’an
manusia dapat menerima hasil-hasil IPTEK yang tidak menyebabkan maksiat, serta
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Seandainya penggunaan hasil IPTEK akan
melalaikan seseorang dari zikir dan tafakkur, serta mengantarkannya kepada
keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan, maka bukan hasil teknologi yang ditolak melaikan
manusianya yang harus diperingatkan dan diarahkan dalam menggunakan teknologi
itu. Jika hasil IPTEK sejak semula diduga dapat menggeser manusia dari jati diri dan
tujuan penciptaan,sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh Islam. Karena itu menjadi
persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara memadukan kemampuan
mekanik demi penciptaan IPTEK dengan memelihara nilai-nilai fitrahnya, IPTEK
dapat mengarahkan seiring sejalan dengan nilai –nilai Ilahiyah.
Seni adalah hasil ungkapan akal budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasdil ekspresi jiwa tersebut berkembang
menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang
hakiki identik dengan kebenaran. keduanya mempunyai nilai abadi.

Menurut Wichelmann, keindahan itu dapat terlepas sama sekali dari


kebaikan.Dan menurut Shaftesbury, yang indah itu adalah yang memiliki proporsi
yang harmonis, karena yang proporsinya harmonis itu nyata, maka keindahan dapat
109

disamakan dengan kebaikan. Yang indah adalah yang nyata dan yang nyata adalah
yang baik.
Keindahan seni dalam Islam adalah seni yang tidak terlepas dari nilai-nilai
ketuhanan seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan menjadi semu, tidak akan mampu
menimbulkan nilai-nilai aestetik dalam perasaan batin sipengamat dan seni tidak
memiliki daya tarik atau tidak akan beralaku abadi.
Demikian pula halnya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditemukan
dan dikembangkan harus tidak bertentangan dengan nilai - nilai ketuhanan, sehingga
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut membawa manfaat bagi kehidupan umat
manusia.
1. Sumber Ilmu Pengetahuan.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang mengajak menusia yang berfikir cerdas untuk
membaca dan mengamati semua realita dialam ini.Ayat –ayat Al-Qur’an yang
diturunkan pertama kali adalah berisi perintah belajar dan menemukan ilmu
pengetahuan.Perintah tersebut berbunyi : ’’Bacalah dengan menyebut nama
Tuahanmu Yang Maha Mulia .Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia yang mengajar amanusia dengan
perantaraan kalam . Dan Dia mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak
diuketahuinya. (Q.S:96:1-5).
Demikianlah Alllah menjelaskan pentingnya mempelajari ilmu pengetahuan,
dengan ilmu pengetahuan segala kebutuhan akan dapat dipenuhi.
Al-Qur’an sebagai sumber informasi dan sumber ilmu tentang ajaran-ajaran
Islam mengajak para ahli fakir untuk memperhatikan alam jagat raya ini. Sehingga
antara alam dengan wahyu tidak dapat dipisahakan, karena keduanya saling
menafsirkan dan saling memberi petunjuk kepada manusia mengenai jalan yang harus
ditempuh untuk menciptakan progress dalam kehiudupanb duniawi dan
kesejahteraan ukhrawi.
Selanjutnya dari wahyu pertma yang telah disebutkan sebelumnya diperoleh
isyarat bahwa ada cara memeperoleh dan mengembangkan ilmu yaitu Allah
mengajarkan dengan pena yang telah diketahui manusia sebnelumnya, dan
mengajarkan manusia tanpa pena tentang hal yang belum diketahhuinya . Cara
110

pertama adalah mengajar dengan alat atasa dasar usaha manusia . Cara kedua adalah
dengan mengajar tanpa alat dan tanpa ada usaha manusia.Walaupun berbeda
,keduanya berasal dari satu sumber yaitu Allah Swt.
Setiap pengetahuan mempunyia subjek dan objek. Secara umum subjek
ditenyukan peranannya untuk memahami objek. Pengalaman ilmiah menunjukkan
bahwa objek tersebut kadang-kadang memperkenalkan diri kepada subjek tanpa
usaha sang subjek. Misalnya Komet Holley yang memasuki cakrawala hanya sejenak
setiap 76 tahun, pada kasus ini walaupun paara astronom menyiapkan diri dengan
peralatan mutkhir untuk mengamnati dan mengenalinya , sesungguhnya yang lebih
berperan adalah kehadiran komet itu dalam memperkrnalkan diri. Wahyu, ilham,
intuisi firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya, atau apa yang
diduga sebagai kebetulan yang dialami oleh ilmuan yang tekun, semuanya tidak
lain adalah bentuk –bentuk pengajaran yang dapat dianalogikan dengan kasus komet
diatas. Itulah pengajaran tanpa kalam yang ditegaskan Allah dalam wahyu pertama
tersebut.
Berbagai macam fikiran yang didorong pengembangannya oleh wahyu
dapat disebutkan contohnya yaitu antara lain :
a. Pemikiran tentang benda-benda alangit dan angkasa raya yang melahirkan ilmu-
ilmu astronomi, metereologi, alam falaq, geologi.
b. Pemikiran tentang alam tumbuh-tumbuhan yang merangsang ilmu-ilmu pertanian.
c. Pemikiran tentang alam hewani yang melahirkan ilmu-ilmu tentang kehewanan.
d. Pemikiran tentang dunia obat-obatan yang melahirkan ilmu kefarmasian.
e. Pemikiran tentang ekonomi atau perdagangan dalam arti luas
f. Pemikiran tentang masalah kemasyarakatan yang melahirkan ilmu –ilmu social.
g. Pemikiran tentang masalah -masalah hukum .
h. Pemikiran tentang masalah-masalah moral dan etika.
i. Pemikiran tentang masalah filsafat.

Dalan Al-Qur’an terdapat dasar-dasar tentang seluruh permasalahan hidup


yang dihadapi manusia dan amanusia dianugerahi akal dan perangkat hidayah
lainnya untuk mengembangkan dan menyebarkan prinsip-prinsip dasar itu untuk
keselamatan dan kesejahteraan mereka.
111

Dalam pandangan Islam, ilmu merupakan salah satu perantara untuk


memantapkan dan menguatakan iman.Iman akan bertambah dan menguat jika
disertai ilmu pengetajhuan.Albert Einstein mengatakan bahwa, ilmu tanpa agama
buta dan agama tanpa ilmu lumpuh.
Islam tidak pernah mendiskriminasikan ilmu yang satu dengan ilmu yang
lain, karena dalam pandangan Islam, ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum sama-
sama bersumber dari Allah. oleh karena itu dalam pengertian lebih lanjut ilmu itu
emempunyai pengertian yang luas yang meliputi semua ilmu pengetahuan , seperti
ilmu al-Qur’an, ilmu hadits, fiqih, biologi, kedokteran, matematik, astronomi, dan
ilmu pengetahuan kealaman
Semua pandangan di atas pada dasarnya menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan berasal dari sumber yang satu yaitu Allah. Ilmu-ilmu yang digali dari
al-Qur’an dan hadits yang sering disebut dengan ilmu ilmu keagamaan adalah
anugerah Allah. Ilmu-ilmu tersebt berguna sebagai petunjuk untuk mengatur
hubunbgan manusia denga Allah dan hubungan mabnusia dengan sesama manusia
dan hubungan manusia dengan alam lingkungan.
Ilmu-ilmu penbetahuan yang diperoleh sebagai hasil kajian terhadap alam
realita ini adalah juga anugerah Allah untuk menjamin kesejahteraan hidup manusia
dan sebagai bukti kasih saying Allah kepada manusia.

3. Integrasi Iman Ilmu Teknologi dan Seni.


Dengan potensi yang ada, manusia dapat emembaca, meneliti dan memahami
fenomena-fenomena alam yang dapat menimbulkan pengetahuan. Fenomena alam
ini disebut juga ayat-ayat kauniyah. Ia bukan sekadar buku atau dokumen sejarah ia
merupakan kenyataan yang berlaku dalam kehidupan manusia . Al-Qur’an berbicara
tentang alam yang dapat merasang ilmu pengetahuan bagi manusia yang mau
membaca, memahami, meneliti dan menghahayati fenomena-fenomena tersebut.
Salah satu istilah yang paling populer dipakai dalam konteks integrasi ilmu-
ilmuagama dan ilmu –ilmu umum adalah kata Islamisasi. Menurut Echois dan Hasan
Sadily,kataIslamisasi berasal dari bahasa Ingris ``Islamization``yang berarti
pengislaman
112

Dalam konteks Islamisasi ilmu pengetahuan yang harus mengaitkan dirinya


pada prinsip tauhid adalah pencari ilmunya, bukan ilmu itu sendiri, begitu pula yang
harus mengakui bahwa manusia berada dalam suasana dominasi ketentuan Tuhan
secara metafisik dan aksiologis bahwa manusia selaku pencari ilmu pengetahuan.
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
seniterdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi kedalam suatu
system yang disebut dinul Islam. Didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu
aqidah, syari’ah dan akhlak.
Dalam Al-Qur’an digambarkan terintegrasinya iman ,ilmu dan amal yang
digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :’’Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (Dinul Islam )
seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghunjam kebumi) dan
cabangnya menjulang kelangit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim
dengan izin Allah. Allah membuat perumpamaan-perumpaman itu untuk manusia
selalu ingat.
Ayat ini menjelaskan kestuan dan keutuhan antara iman, ilmu dan amal
dengan menganalogikan agama Islam bagaikan sebatang pohon yang subur yang
kuat dan rindang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kelansungan dan
kesejahteraan kehidupan manusia.
Suatu ketegasan yang dapat difahami dalam ayat ialah bahwa dengan iman
ilmu pengetahuan dan teknologi akan terarah pemanfaatannya, degan ilmu iman akan
semakin kokoh dan teknologi iman akan semakin cerah dan amal ibadah semakin
sempurna.
Ilmu pengetahuan yang berkembang didunia Barat berdiri diatas pandangan
yang mengatakan bahwa alam memiliki hukumnya sendiri dalam bentuk keteraturan
dan harmoni dialam. Padndangan ini memisahkan antara hokum alam dengan hukum
tuhan sehingga ilmu pengetahuan menjadi kering. Hal ini berbeda dengan pandangan
Islam yang tidak memisahkan antara hukum alam dengan hukum tuhan. Yang benar
adalah hukum alam itu hukum tuhan yang tidak akan pernah berubah.
Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan secara sistematis untuk
memanfaatkan alam sekelilingnya dan mengandalikan gejala-gejala yang dapat
113

dikemudikan manusia dalam proses-proses produktif yang ekonomis. Teknologi


sebagai penerapan ilmu pengetahuan diarahkan kepada kepentingan dan
kesejahteraan manusia. Kesejahteraan manusia tidak terletak kepada pemenuhan
kebutuhan material semata melainkan juga untuk kebutuhan rohaniah.
Melalui ilmu pengetahuan manusia dapat mengahayati kekuasaan Allah yang
tidak terbatas sehingga manusia dapat merasakan keterbatasan dan kelemahan yang
ada padanya dihadapan Allah. Karena itu manusia merasa menghormati, mengabdi
atau beriabadah kepadaNya.
Terkait dengan keindahan seni dalam Islam maka Allah itu adalah maha
Indah dan Dia menyukai keindahan. Maka ketika seseorang muslim melakukan
ibadah maka dia harus bersih dari hadast dan najis serta beribadah pada tempat yang
bersih serta memakai pakaian yang indah-indah. Dalam al-Qur’an Allah menuju
hamba-hambanya untuk memakai yang indah yang bernilai seni seperti difirmankan
Allah dalam ayat berikut : “Hai anak adam pakailah pakaian-pakaianmu yang indah
dosetiap memasuki mesjid, makan dan minumlah dan jangan berlebihan, Allah tidak
menyukai orang yang berlebihan. Katakanlah siapa yang mengharamkan perhiasan
dari Allah yang telah dikeluarkannya untuk hamba-hambaNya dan siapakah yang
mengharamkan rezeki yang baik? Katakanlah: semuanya itu disediakan bagi orang-
orang yang beriman dalam kehidupan dunia khususnya dihari kiamat”.(Q.S.,7:31-
32).
Apabila seni membawa manfaat bagi manusia, memperindah hidup dan
merupakan hiasan yang dibenarkan agama, mengabadikan nilai-nilai dan
mensucikannya serta mengembangkannya dan memperhalus rasa keindahan dalam
jiwa manusia, maka sunnah Nabi mendukung dan tidak menentangnya. Karena
ketika itu ia telah menjadi salah satu nikmat yang dilimpahkan kepada manusia.
(Quraish Shihab, 1999, 394). Perasaan seni atau perasaan keindahan yang dimiliki
seseorang mengantarkannya kepada suatu perasaan yang lebih tinggi yaitu suatu
seniman yang Maha tinggi dan Maha agung yang merupakan sumber dari segala
macam seni dan keidahan yang ada dialam ini. Semua seniman sepakat mengatakan
bahwa alam semesta ini sangat indah, tersusun dengan indah rapi dan harmonis.
Maka melalui pengamatan terhadap keindahan alam ini manusia dapat menyaksikan
114

secara tidak langsung betapa agung dan indahnya pencipta alam mini yang
merupakan sumber dari segala keindahan.
Karya seni yang diciptakan seseorang haruslah sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.Seni dibuat seseorang pada dirinya haruslah bernuansa Islami tidak
merangsang seperti model pakaian yang memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh, atau
menampilkan keseksian tubuh. Demikian juga keindahan yang diwujudkan dalam
bentuk lain seperti film, music, lukis, ukir dan satra yang bernuasa Islami.
4. Keutamaan orang yang Berilmu.
Islam sangat mengutamakan orang yang berilmu pengetahuan, karena itu
setiap orang wajib belajar dan menigkatkan ilmu pengetahuan tanpa batas. Wahyu
pertama yang diturunkan Allah adalah perintah untuk mencari ilmu pengetahuan
dengan cara banyak membaca dan menulis.
Orang-orang yang berilmu adalah orang yang berakal dalam Al-Qur’an
disebut dengan uli albab.Al-Qur’an banyak menyebut keutamaan orang berilmu.
Seperti difirmankan Allah: ’’Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka terdapat
pengajaran bagim orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitan yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum beriman.
(Q,S;12,111). Dalam ayat diatas digambarkan bahwa hanya orang-orang yang
berilmu yang dapat menangkap pelajaran dari kisah-kisah Al-Qur’an dan hukum-
hukum Allah, sedang orang –orang yang tidak cerdas atau bodoh ataumlali
meskipun mereka lansung mengalami kejadian tersebut, tetap saja kelalaian dan
kebodohan mereka tidak daapat menangkappelajaran dari kejadian yang terjadi.
Orang-orang yang berilmulah yang dapat membaca dan mengambil pelajaran dari
kisah-kisah al-Qur’an dan pelajaran sejarah serta membaca realita kehidupan.
Menjelaskan keutamaan orang-orang berilmu, memimbing manusia dan
memanfaatkan ilmua bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya
juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kasturi yang harum dan
menyebarkan keharuman kepada yang berpapasan dengannya. Akal adalah
perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (hati manusia), antara pikiran dan
emosi manusia. Intelek adalah akal untuk memperoleh pengetahuan alam nyata.
115

Dalam membentuk pengetahuan, intelek terikat oleh yang komplit, oleh kerana itu ia
hanya mungkin berjalan selangkah demi selangkah, menyelesaikan arah demi arah.
Intuisi adalah alat untuk alam tidak nyata. Dalam membentuk pengetahuan ia dapat
melakukan lompatan dari tidak tahu tiba-tiba menjadi tahu.
Dalam penjelasan diatas terlihat akal dan hati merupakan alat untuk
memperoleh pengetahuan. Akal mengarah pada analisis terhadap alam nyata untuk
memperoleh ilmu sedang hati mengarah pada merasakan sesuatu yang dibalik alam
nyata. Seperti sesesorang yang melihat sekilas keindahan sekuntum bunga atau
keindahan alam dia segera dapat melihat keindahan bunga atau keindahan alam
tersebut seperti seoranga seniman baik.
Orang yang berilmu itu adalah orang yang mampu melihat kebenaran yang
disampaikan Tuhan melalui para rasulnya dan mereka menyadari bahwa apa saja
yang diturunkan Allah kepada rasulNya tersebut mengandung kebenaran yang pasti
seperti yang difirmankan Allah : “adakah orang-orang yang mengetahui
bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan
orang yang buta? Hanya orang-orang yang berakallah yang dapar mengambil
pelajaran. (Q.S.,13:19).
Ayat ini menmpatkan orang-orang cerdas dan berilmu sebagai orang yang
mampu menemukan kebenaran yang disampaikan Allah melalui para rasulnya.
Orang-orang yang lalai dan tidak mau menggunakan akalnya tidak akan menemukan
kebenaran yang disampaikan pada mereka.
Islam menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan itu bagaikan cahaya yang
menyinari hidup manusia sehingga hidupnya menjadi cerah dan sejahtera, sedangkan
kebodohan dilambangkan dengan kegelapan. Perumpamaan itu adalah bahwa betapa
pentingnya ilmu dan betapa terhormatnya orang-orang yang berilmu, dan sebaliknya
kebodohan menimbulkan kesulitan dan penderitaan dan betapa rugi dan malangnya
orang-orang yang tidak berilmu itu.
Terdapat ayat-ayat al-Qur’an yang menempatkan orang-orang yang berilmu
pada derajat yang tinggi, firman Allah berikut menjelaskan : “Allah mengangkat
derajat orang orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu diatara kamu
beberapa derajat”. (Q.S.,58:11).
116

Manusia diciptakan Allah sebagai mahluk yang sempurna dan dianugrahi


potensi utama yaitu akal. Akal berfungsi untuk berpikir, hasil dari berpikir itu adalah
ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni.
Ilmu pengetahun yang ditemukan dan dikembangkan atas dasar iman dan
taqwa akan memberi jaminan bagi kemaslahatan kehidupan umat manusia dan bagi
mahluk lain dialam sekitar.

5. Tanggung Jawab Ilmuan Terhadap Lingkungan


Manusia merupakan bagian dari segala hal yang ada dalam lingkungan hidup.
Antara manusia dengan segala zat, unsur dan segala keadaan yang ada dialam
lingkungan terdapat hubungan timbal balik sehingga membentuk suatu ekosistem.
Hubungan timbal balik atara manusia dan berbagai hal dalam ekosistem ini
berada dalam lingkungan yang senangtiasa tumbuh, menganggu keseimbangan.
Tetapi ekosistem ini mempunyai kemampuan untuk menemukan keseimbangannya
kembali.
Semula lingkungan hidup hanya mencakup lingkungan yang sudah ada secara
alamiah, tetapi lambat laun manusia memiliki kemampuan merobah keadaan
lingkungan. Kota dibangun sungai dibendung, hewan dijinakkan dan diternakkan.
Cara pertanian memakai bahan kimia dan lain-lain hal yang menimbulkan
lingkungan hidup baru buatan manusia. (Emil Salim, 1985, 60-61).
Makhluk hidup yang lain itu bukanlah sekadar kawan hidup yang hidup
bersama secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu
terkait erat pada mereka. Tampa mereka manusia tidak dapat hidup. Kenyataan ini
dengan mudah dapat kita lihat dengan mengandaikan dibumi ini tidak ada tumbuhan
dan hewan. Darimanakah kita mendapatkan oksigen dan makanan?. Sebaliknya
seandainya manusia tidak ada, tumbuhan, hewan, dan jasad renik akan dapat
melangsungkan kehidupnnya seoerti terklihat dari sejarah bumi sebelum ada
manusia. Karena itu anggapan bahwa manusia adalah mahkluk yang paling berkuasa
adalah tidak benar.
Manusia adalah mahkluk yang paling mulia dan yang paling mulia dan
sempurna disbanding dengan mahkluk lain karena dia dianugrahi akal, hati,
117

pendengaran, penglihatan dan segala anggota tubuh lainnya yang lebih sempurna
dari mahkluk lainnya. Kemampuan manusia lebih baik, maka manusia ditawari oleh
Allah untuk memikul amanah dan manusia menyatakan sanggup memikul amanah
tersebut seperti yang dinyatakan Allah dalam firmannya : “Sesungguhnya kami telah
menawarkan amanah kepada langit dan bumi dan gunung-gunung maka semuanya
engga untuk memikul amanah tersebut, mereka khawatir akan menghianatinya dan
dipikullah amanah itu oleh manusia, sesungguhnya manusia itu zolim lagi bodoh.
(Q.S., 33:72).
Kehadiran manusia dimuka bumi adalah untuk memikul amanah berupa
kewajiban dan tanggung jawab terhadap Allah dan dirinya sendiri serta terhadap
sesama manusia dan terhadap alam lingkungan.
Kehidupan semua jenis mahkluk saling berkaitan. Bila terjadi gangguan yang
luar biasa terhadap salah satunya, maka mahkluk yang berada dalam lingkungan
hidup itu akan terganggu. Tuhan menciptakan segala sesuatu dalam keseimbangan
dan keserasian yang harus dijaga dan dipelihara agar tidak mengakibatkan
kerusakan.
Manusia jangan hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri atau
kelompoknya saja. Dia harus memikirkan dan bertindak untuk kepentingan dan
kemaslahatan semua pihak dia tidak boleh bersikap sebagai penakluk alam atau
berlaku sewenang-wenang terhadap makhluk sekitar, karena yang menundukkan
alam hanya Allah.
Manusia dengan akalnya dianjurkan mengelola alam tanpa merusaknya.
Manusia harus memikirkan bagaimana supaya lingkungan hidup tetap lestari
sehingga dapat memanfaatkan dan juga dapat manfaatkan oleh generasi seterusnya.
(Jamal Syarif Ibrani, 2003, 105).
Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksploitasi alam serta mengenali
sumber-sumber daya alam tersebut dan memanfaatkannyasebesar-besar kemanfaatan
bagi manusia. Karena alam diciptakan untuk kehidupan manusia. Untuk menggali
potensi alam diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang-orang yang
memiliki ilmu yang cukup atau para intelektua yang sanggup mengeksploitasi
sumber daya alam. Akan tetapi para ilmua itu harus sadar bahwa potensi sumber
118

daya alam akan habis dikuras untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia, apabila
tidak dijaga keseimbangannya tentu membawa malapetaka. Oleh sebab itu tanggung
jawab kekhalifahanan banyak bertumpu pada ilmuan dan cendekiawan. Mereka
mempunyai tanggung jawab yang jauh lebih besar dibanding dengan manusia yang
tidak memiliki ilmu pengetauhan. Bagi mereka yang tidak memiliki ilmu tidak
mungkin mengeksploitasi alam secara berlebihan. Mungkin hanya sekadar
kebutuhan primer bukan untuk pemenuhan hawa nafsunya, karena mereka tidak
memiliki kemampuan untuk mengeksploitasi alam secara besar-besaran, dan mereka
tidak sanggup menjaga keseimbangan dan kelestarian alam secara sistematis.
Kerusakan lingkungan hidup pada dasarnya adalah karena ulah perilaku
manusia. Karena itu manusia harus memperhatikan segala dampak baik buruk dari
tindakan yang diambil manusia dalam menggunakan sumber daya alam mini.
Akibat akhlak yang buruk terhadap alam lingkuangan dapat disaksikan
dengan jelas bagaimana hutan yang dieksploitasi tanpa batas melahirkan
malapeteaka, kebakaran hutan yang menghancurkan habitat hewan-hewan yang ada.
Eksploitasi kekayaan laut yang tampa memperhitungkan kelestarian ekologi laut
melahirkan kerusakan hebat habitat hewan laut.
119

Evaluasi

1. Pengembangan IPTEK dan seni yang bagaimanakah yang dikehendaki oleh


agama Islam?
2. Ilmu pengetauan adalah salah satu perantara yang dapat memantapkan
keimanan sesorang, jelaskan bagaimanakh hal itu bisa terjadi?
3. Ada tiga inti ajaran Islam yaitu iman, islam dan ikhsan. Bagaimanakah
keterkaitan masing-masingnnya?
4. Orang-orang yang berilmu diangkat derajatnya oleh Allah sehingga seseorang
ilmuan mempunyai keutamaan. Apakah yang dimaksud dengan keutamaan
tersebut?
5. Al-Qur’an menggambarkan bahwa ilmu itu laksana cahaya, dan kebodohan itu
laksana kegelapan. Apakah maksud ungkapan diatas?
6. Kerusakan dialam ini menurut al-Qur’an adalah karena perbuatan manusia.
Apa sajakah bentuk kerusakan itu diantaranya?
7. Apa saja yang menjadi tanggung jawab seseorang ilmuan dalam menjaga dan
melestarikan alam?
8. Manusia menjadi khalifah di bumi. Apakah peranannya dalam
menyelamatkan alam dari kerusakan?
9. Al-Qur’an menjelaskan bahwa bencana alama yang terjadi disebabkan oleh
kecerobohan dan kerakusan manusia. Bagaimanakah pandangan saudara
tentang hal ini?
120

DAFTAR PUSTAKA

Abudin, Nata, dkk 2005 Integrasi Ilmu Agama dan Umum. PT Grafindo. Jakarta

Azra, Asyu Mardi, dkk 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum.Dirjen Dikti Agama Islam Departemen Agama RI, Jakarta
Departemen, Agama RI. 2000. Buku Daras Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum, Fakultas/Jurusan Prodi Filsafat, Depertemen Agama RI Jakarta
Depertemen, Agama RI 2000. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada perguruan
Tinggi Umum. Direktorat Jendral Pembinaan Kelebagaan Agama Islam, Jakarta
Mustofo, Habib, 1983, Ilmu Budaya Dasar. Usaha Nasional. Surabaya
Mansur, Hamdan, dkk 2004 materi intruksional Pendidikan Agama Islam Di Perguruan
Tinggi Umum, Departemen Agama RI. Jakarta
Rasyidi, HM dkk, 1984. Islam Filsafat. Buku Daras Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum. CV Kuning Emas. Jakarta
Shihab, Quraish, 1999. Wawasan al-Qur’an, Mizan Bandung
Syarif, Jamal Ibrani, dkk 2003. Mengenal Islam, El-Kahfi. Jakarta
Sumarwoto, Oto, 1984. Ekologi lingkungan Hidup dan Pembagunan. Jambatan. Jakarta
Salim, Emir 1985. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Mutiara simber widya. Jakarta
121

BAB VII

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Tujuan instruksional Umum

Agar mahasiswa dapat mengetahui makna ajaran Islam dan dapat menerakannya
dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebuthannya.

Tujuan Instruksional Khusus

1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan makna agama Islam dan karakteristiknya.


2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan makna ukhwah islamiah dan ukhwah
insaniah.
3. Agaar mahasiswa dapat menjelaskan paandangan Islam terhadap non Islam.
4. Agar mahasiswa dapat menjelaskan bentuk-bentuk tanggung jawab social
umat Islam sesamanya dan terhadap non muslim dengan sekap amar makruf
dan nahi munkar.

A. Agama Islam Merupakan Rahmad Bagi Seluruh Alam

1. Makna Agama Islam


Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera. Penyerahan diri, taat dan patuh.
Pengetian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam merupakan agama yang
mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan
kehidupan umat manusia pada khususnya, dan semua mahluk Allah pada khususnya.
Kondisi itu akan terwujud apabila manusia sebagai penerima amanah Allah dapat
menjalankan aturan tersebut secara benar dan kaafah.
Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi
pertama yaitu nabi Adam. Agama Islam itu kemudian Allah turunkan secara
berkesinambungan kepada para nabi dan rasul-rasul berikutnya. Akhir dari proses
penurun agama Islam ini baru terjadi pada masa kerasullan Muhammad SAW pada
awal abad VII Masehi.
122

Islam sebagai nama dari agama yang Allah turunkan sebelum dinyatakan
sebagai eksplisit pada masa kerasullan sebelum Muhammad SAW, tetapi makna dan
substansi ajarannya secara implisit memiliki persamaan yang dapat dipahami dari
pernyataan sikap para Rasul sebagaiman Allah berfirman dalam QS. 2: 132 “Dan
Ibrahim telah mewariskan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub,
(Ibrahim berkata) : Hai anak-amakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memluk agama Islam.
Ajaran agama Islam memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Sesuai dengan fitrah hidup manusia, artinya : ajaran agama Islam mengandung
petunjuk yang sesuai dengan sifat dasar manusia, baik dari aspek keyakinan,
perasaan, maupun pemikiran. Sesuai dengan kebutuhan hidup manusia.
Memberikan manfaat tanpa menimbulkan komplikasi dan menempatkan manusia
dalam posisi yang benar.
2. Ajarannya sempurna, artinya, materi ajaran Islam berisi petunjuk-petunjuk pada
seluruh kehidupan manusia. Petunjuk itu adakalanya disebut seca eksplisit dan
implisit. Untuk memahami petunjuk yang bersipat implisit dilakukan dengan
ijtihad.
3. Kebenarannya mutlak. Kebenaran itu dapat dipahami karena ajaran Islam berasal
dari Allah yang Maha Benar, dan dapat pula dipahami dari bukti-bukti materil,
serta bukti rillnya.
4. Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Sekalipun menurut
ajaran Islam manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah, tetapi nilai
ibadah manusia terdapat dalam seluruh aspek kehidupan, dan manusia harus
memperhatikan berbagai aspek kepentingan dalam kehidupannya.
5. Fleksibel dan ringan, artinya ajaran Islam memperhatikan dan menghargai kondisi
masing-masing individu dalam menjalankan aturannya, dan tidak memaksakan
orang Islam untuk melakukan sesuatu diluar batas kemampuannya.
6. Berlaku secara universal, artinya ajaran Islam berlaku untuk seluruh umat
manusia didunia sampai akhir masa.
7. Sesuai dengan akal pikiran dan memotivaasi manusia untuk menggunaka akal
pikirannya.
123

8. Inti ajarannya Tauhid dan seluruh ajarannya mencerminkan ketauhidan Allah


SWT.
9. Menciptakan rahmat, kasih sayanga Allah terhadap mahlukNya, seperti
ketenangan hidup bagi orang yang meyakini dan mentaatinya.

2. Kerahmatan Islam Bagi Seluruh Alam


Ketika islam mulai disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada masyarakat
Arab dan beliau mengajak masyarakat untuk menerima dan mentaati ajaran ajaran
tersebut, tanggapan yang mereka sampaikan kepada Rasulullah adalah sikap heran,
aneh dan ganjil. Islam dianggapnya sebagai sebagai ajaran menyimpang dari tradisi
leluhur yang telah mendarah daging bagi masyarakat Arab yang telah mereka taati
secara turun temurun dan mereka tidak mau tahu apakah tradisi tersebut salah atau
benar, hal itu itu dijelaskan oleh Allah dalam QS 2 : 170 “Dan apabila dikatakan
kepada mereka, ikutilah apa yang telah diturunkan Allah, mereka menjawab,( Tidak),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek
moyang kami, (apakah mereka akan mengikutinya juga, walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapatkan petunjuk.

3. Fungsi islam sebagai rahmat Allah tidak tergantung pada penerimaan atau
penilaian manusia.
Subtansi rahmat terletak pada fungsi ajaran tersebut, dan fungsi itu baru akan
dirasakan, baik oleh mahluk-mahluk yang lain apabila manusia sebagai pengemban
amanah Allah telah mentaati ajaran tersebut. Fungsi Islam sebagai rahmat Allah bagi
semua alam itu dijelaskan oleh Allah dalam QS. 21 : 107 “ Dan tidaklah kami
mengutus kam, melainkan untuk menjadi Rahmad bagi semesta alam”
Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam yaitu :
1. Islam menunjuki manusia jalan hidup yang benar. Ajaran Islam sebagiannya
bersifat supra rasional, artinya di atas kemampuan akal manusia untik
mengetahuinya. Ajaran itu diperlukan manusia, baik sebagai substansi
pengetahuan maupun sebagai sarana pengabdian, seperti kemahaesaan Allah,
ajaran shalat dan lain-lain. Sebagian ajaran Islam yang lain bersifat rasional,
124

artinya mampu difahami rasionalitasnya, tetapi tanpa bimbingan Islam tidak ada
jaminan kalau manusia sendiri dengan akalnya mampu menemukannya, ajaran
Islam memberikan kemudahan sehingga kerja akal lebih effisien, seperti bersikap
adil terhadap sesame manusia, memanfaatkan alam secara proporsional, dan lain-
lain.
2. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang
diberikan oleh Allah secara bertanggung jawab. Sekalipun Allah memberikan
petunjuk kebenaran bagi manusia, tetapi Allah tidak memaksakan kehendakNya
itu. Allah hanya mengingatkan konsekuensi-konsekuensi yang harus diterima
manusia dengan pilihan hidupnya itu. Manusia bebas untuk menerima atau
menolaknya. Penilaian dan balasan Allah terhadap pilihan hidup manusia secara
mutlak akan diberikan dihari kiamat nanti. Dalam QS. 10: 99 “ Dan jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang berada diseluruh
bumi. Maka apakah kamu (hendak)memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya”.
3. Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah, baik
mereka muslim maupun non muslim. Dihadapan Allah manusia itu sama. Yang
membedakan manusia yang satu dengan yang lain hanya ketakwaannya. Asas
persamaan itu mengharuskan perlakuan adil kepada setiap manusia dan tidak
boleh menyakiti, menzalimi satu sama lain. Apabila terjadi konsekuensi-
konsekuensi dalam kehidupan, seperti harus dikenakan sanksi hukum.
4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional.
5. Islam menghormati kondisi fisisk individu manusia dan memberikan perlakuan
yang spesifik pula.

B. Ukhwah Islamiyah dan Ukhwah Insaniyah

1. Makna Ukhwah Islamiyah


Kata ukhwah berarti persaudaran, maksutnya perasaan empati dan simpati
antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki satu kondisi atau
perasaan yang sama, baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan
125

perasaan itu menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain
mengalami kesulitan, dan sikap untuk membagi kesenangan kepada pihak lain bila
salah satu pihak menemukan kesenangan.
Ukhwah atau persaudaraan berlaku sesame umat Islam, yang disebut dengan
Ukhwah Islamiyah, dan berlaku pula pada semua umat manusia secara universal
tanpa membedakan agama, suku dan aspek-aspek kekhususan lainny, yang disebut
Ukhwah insaniyah.
Persaudaraan sesama muslim, berarti saling menghormati dan salaing
menghargai relativitas masing-masing sebagai sifat dasar kemanusian, seperti
perbedaan pemikiran, sehingga tidak menjadi penghalang untuk saling tolong
menolong karena diantara mereka terikat oleh suatu keyakinan dan jalan hidup , yaitu
Islam. Agama Islam memberikan petunjuk yang jelas untuk menjaga agar
persaudaraan sesame muslim itu dapat terjalin sengan kokoh sebagaimana disebutkan
dalam QS 49: 10 “ Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu
mendapatkan rahmad.

2. Makna Ukhwah Insaniyah


Konsep persaudaraan sesame manusia, ukhwah insaniyah dilandasi oleh
ajaran bahwa semua umat manusia adalah mahluk Allah. Sekalipun Allah
memberikan petunjuk kebenaran melalui ajran Islam, tetapi Allah juga memberikan
kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidup berdasarkan rasionya.
Karena itu sejak awal penciptaan, Allah tidak tetapkan manusia sebagai satu
umat, padahal Allah bias bila mau. Itulah fitrah manusia, sebagaimana Allah jelaskan
dalam QS. 5:48 “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu”
Prinsip kebebasan itu dihalangi pemaksaan suatu agama oleh otoritas manusia
manapun, bahkan Rasulpun dilarang melakukannya, sebagaimana firman Allah dalam
QS 10:99 “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang
dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu(hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”
126

Dalam praktek, ketegangan yang sering timbul intern umat beragama, antar
umat beragama, dan antara umat beragama dengan pemerintah yang disebabkan oleh :
▪ Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau missi.
▪ Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama
pihak lain.
▪ Para pemeluk agamatidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati
bahkan memandang rendah agama lain.
▪ Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi
dalam kehidupan masyarakat.
▪ Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama,
antar umat beragama dengan pemerintah.
▪ Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
Dalam pembinaan umat beragama, para pemimpin dan tokoh agama
mempunyai peranan yang besar, yaitu :
• Menerjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama dalam kehidupan masyarakat.
• Menerjemahkan gagasan pembangunan kedalam bahasa yang dimengerti
masyarakat.
• Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara
yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan.
• Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta
dalam usaha pembanguna.
Perbedaan agama yang terjadi diantara umat manusia merupakan konsejuensi
dari kebebasan yang diberikan oleh Allah, maka perbedaan agama tidak menjadi
penghalang bagi manusia untuk saling berinteraksi social dan saling membantu,
sepanjang masih dalam kawasan kemanusian.
127

C. Kebersamaan Umat Beragama dalam Kehidupan Sosial

1. Pandangan Agama Islam Terhadap Umat Non Islam


Dari segi akidah, setiap orang yang tidak mau menerima Islam sebagai
agamanya disebut kafir atau non muslim. Kata kafir berarti orang yang menolak, yang
tidak mau menerima atau mentaati aturan Allah yang diwujudkan kepada manusia
melalui ajaran Islam. Sikap kufur, penolakan terhadap perintah Allah pertama kali
ditunjukan oleh iblis ketika diperintahkan untuk sutuk sujud kepada Adam as.
Ketika Rasulullah SAW mulai menyampaikan ajaran Islam kepada
masyarakat Arab, sebagian dari mereka ada yang mau menerima ajaran tersebut dan
sebagian lagi menolak. Orang yang menolak ajakan tersebut disebut kafir, mereka
terdiri dari orang-orang musyrik yang menyembah berhala yang disebut orang
Watsani, dan orang-orang ahli kitab, baik orang yahudi maupun nasrani.
Diantara orang-orang kafir tersebut ada yang menggangu, mnyakiti, dan
memusuhi orang Islam dan diantaranya hidup rukun bersama orang Islam. Orang
kafir yang menggangu, menyakiti dan memusuhi orang Islam boleh diperangi oleh
orang Islam disebut kafir harbi dan orang kafir yang hidup rukun dengan orang Islam
disebut kafir dzimmi.
Kebersamaan hidup antara orang Islam dengan non muslim telah dicontohkan
oleh Rasulullah ketika beliau dan sahabat mengawali hidup dimadinah setelah hijrah.
Rasulullah mengikat perjanjian penduduk madinah yang terdiri dari orang-orang kafir
dan muslim untuk saling Bantu dan menjaga keamanan kota madinah dari gangguan
musuh. Rasulullah juga pernah menggadaikan baju besinya dengan gandum kepada
orang yahudi ketika umat Islam kekurangan makanan.

2. Tanggung Jawab Sosial Umat Islam


Umat islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan Allah dalam kehidupan
dunia ini. Kebaikan umat Islam bukan sekedar simbolik, karena telah mengikrarkan
keyakinan Allah sebagai Tuhannya dan Muhammad SAW sebagai Rasulullah, tetapi
karena identifikasi diri sebagai muslim memberikan konsekuensi untuk menunjukkan
komitmenya dalam beribadah kepada Allah dan berlaku social. Dalam Alquran kedua
komitmen itu disebut hablun minallah dan hablun minannas. Allah mengingatkan
128

akan resiko kehinaan bagi manusia yang tidakmau menunjukkan komitmen


kehidupannya pada kedua aspek tersebut.
Bentuk tanggung jawab social umat Islam meliputi berbagai aspek kehidupan,
diantaranya adalah :
i. Menjalin silaturrahmi dengan tetangganya menjadi salah satu indicator keimanan.
ii. Memberikan infak sebagian dari harta yang dimilikinya, baik yan wajib dalam
bentuk zakat maupun yang sunah dalam bentuk sedekah.
iii. Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta’ziah bila ada anggota
masyarakat yang meninggal dan mengantarkan jenazahnya sampai kekubur.
iv. Memberi bantuan menurut kemampuan bila ada anggota masyarakat yang
memerlukan bantuan.
v. Penyusunan system social yang effektif dan efisien untuk membangun
masyarakat, baik mental spiritual maupun fisik materialnya.

3. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar


Amal ma’ruf dan nahi mungkar artinya memerintahkan orang lain untuk
berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat. Sikap amal ma’ruf dan nahi mungkar
akan selektif apabila orang yang melakukannya juga memberikan contoh. Karena itu
diperlukan kesiapan secara secara sistemik dan melibatkan kelompok orang dengan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan secara terorganisasi. Perintah amar
ma’ruh dan nahi mungkar itu diperintahkan oleh Allah dalam QS 3: 104 “Dan
hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
meyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar; mereka lah orang-orang
yang beruntung”.
Disamping system dan sarana pendukung, amar ma’ruf dan nahi mungkar
juga memerlukan kebijakan dalam bertindak. Karena itu Rasululah memberikan tiga
tingkatan yaitu:
1. Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila mampu
2. Menggunakan lisan
3. Dalam hati apabila langkah pertama dan kedua tidak memungkinkan
Bentuk amar ma’ruf dan nahi mungkar yang tersistem diantaranya adalah:
129

➢ Mendirikan masjid
➢ Menyelenggarakan pengajian
➢ Mendirikan lembaga wakaf
➢ Memdirikan lembaga pendidikan Islam
➢ Mendirikan lembaga keuangan dan perbankan syariah
➢ Mendirikan media masa Islam : Koran, radio, televise, dll
➢ Mendirikan panti rehabilitasi anak-anak nakal
➢ Menmbuat jaringan informasi social
Sebagai agama yang universal dan komprehensif, Islam mengandung ajaran
yang integral dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia. Islam tidak hanya
mengajarkan tentang akidah dan akhlaq semata, tetapi Islam juga mengandung ajaran
dibidang IPTEKs dan bidang-bidang kehidupan lainnya.
Keberadaan agama Islam menjadi wujud kasih saying Allah bagi makhluknya.
Karena itu Islam disebut agama rahmat bagi semesta alam karena menghormati
semua manusia sebagai manusia sebagai mahluk Allah dan bahkan semua makhluk-
Nya. Islam melarang menyakiti orang non Islam, dan juga Islam melarang berbuat
yang merusak alam lingkungannya. Ketidak stabilan alam akan berakibat buruk bagi
alam itu sendiri dan juga bagi manusia
130

Evaluasi

1. Jelaskan makna agama Islam dan bagaimana fungsinya bagi manusia!


2. Jelaskan karakteristik ajaran Islam!
3. Jelaskan bentuk-bentuk kerahmatan Islam bagi semua alam!
4. Jelaskan makna ukhwah islamiah dan ukhwah insaniah!
5. Bagaimana pelaksanaan amar makruf dan nahi munkar?
131

DAFTAR PUSTAKA

Daud Ali, Mohammad, Prof., H., Pendidikan Agama Islam, Jakarta,: Rajawali Pers,
Cetakan ke satu,1998.
Depertemen Agama RI, buku Teks Pendidikan Agam Islam pada Perguruan Tinggi
Umum, Jakarta: 2000
Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, Jakarta: Depag RI,
1980.
Imarah, Muhammad, Dr., Islam dan Prularitas, Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattanie,
Jakarta: Gema insani, Cetakan ke satu, 1999.
Nurcholis Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta: Paramadina, Cetakan keenam,
2002.
al-Qardhawy, Yusuf, Dr., Anatomi Masyarakat Isalam, Penerjemah Setiawan, Budi
utomo, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, Cetakan ke satu, 1999
Tarmizi Taher, Kerukunan Hidup Umat beragama dan Studi Agama-agama, Mekalah,
Yogyakarta: LPKUB IAIN Sunan Kalijaga, 1998.
132

BAB VIII

MASYARAKAT MADANI

Tujuan Instruksional Umum

1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep masyarakat madani menurut ajaranIslam dan


karakeristiknya.

2. Mahasiswa dapat mengetahui kondissi SDM umat Islam, parameternya dan konsep
peningkatan kualitasnya

3. Mahasiswa dapat mengetahui konsep zakat dan wakaf dan fungsinya bagi
kesesejahteraan umat.

4. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengelolaan zakat dan wakaf yang dapat
mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial.

Tujuan Instruksional khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep masyarakat madani menurut ajran islam dan
karakteristiknya.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan kondisi SDM umat Islam, parameternya dan konsep
peningkatan kualitasnya.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep zakat dan wakaf dan fungsinya bagi
kesejahteraan umat.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan dan melaksanakan cara pengelolaan zakat dan wakaf
yang dapat meningkatkan kesejaheraan umat.
133

A. Konsep Masyarakat Madani


Konsep “ masyarakat madani” merupakan penerjamahan atau pengislaman
konsep “civil society” orang yang pertama kali menggungkapkan istilah ini adalah
Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia Nurcholish Madjid. Pemaknaan
civilsociety sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat
Madinah yang dibangus Nabi Muhammad. Masyarakat madinah dianggap sebagai
legitimasi histories ketidak bersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat
muslim modern.

Antara masyarakat Madani dan civil society sebagaimana yang telah


dikemukakan diatas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk
menerjamahkan konsep diluar menjadi “Islami”. Menilik dari substansi civil society
lalu membandingkannya dengan tatanan masyarkat Madinah yang dijadikan
pembenaran atas pembentukan civil society di masyarkat Muslim modern akan
ditemukan persamaan sekaligus perbedaan diantara keduanya.

Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan
Renaisans, gerkan masyarakat sekuler yang memingirkan Tuhan. Sehingga civil society
mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan
masyarakat Madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alas an ini
Maarif mendefinisikan masyarakat maani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka,
egalitar dan toleran atas landasan nilai-nilai etik morala trasendental yang bersumber
dari wahyu Allah

1. Pengertian Masyarakat Madani


Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nila-
nilai kemanusian, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masyarakat madani menjadi symbol idealisme yang diharapkan setiap masyarakat.

Secara etimologis, masyarakat madani berate masyarakat kota (mujtama’al


madani) atau masyarakat utama (Mujtama al-fadhilah/khaira ummah).
134

a. Istilah ujtama’al madani digunakan oleh seorang ahli sejarah dan peradaban islam
dari Malaysia, Naquib Al-Attas. Kemudian diperkenalkan oleh Anwar ibrahim
(mantasn wakil perdana menteri Malaysia) kepada masyarakat Indonesia dalam
ceramah Simposium Nasional dalam rangka Festival Istiqlal, 26 September 1995. ia
merumuskan masyarakat madani adalah suatu sitem social yang subur yang
didasarkan pada prinsip moral yang menjamin keseimbanagn antara kebebasan
perorangan dengan kestabilan masyarakat, serta masyarakat mendorong daya usaha
dan inisiatif indifidu, baik dari segi pemikiran seni, ekonomi, maupun teknologi.
System social yang subur dalam pelaksanaan pemerintahan mengikuti undang-
undang, bukan nafsu atau keinginan individu, serta menjadi kecenderungan dan
ketulusan satu sistemnya. Oleh karena itu konsep masyarakat Madani mengacu
pada model ideal kehidupan masyarakat madinah pada zaman Nabi Muhammad
SAW, yang berdasarkan pada suatu konstitusi yang bernama piagam madinah,
maka karakteristik masyarakat madani diukur dengan piagam madinah yang
berjumlah 47 pasal.
b. Menurut Komaruddin Hidayat, bagi kalangan intelektual muslim kedua istilah
antara masyarakat agama dan Madani memiliki akar normative dan keagamaam
sebagaimana yang diwujudkan oleh Muhammad SAW di Madinah, yang berarti
kota “peradaban”, kota yang semula bernaba Yatrib ke Madinah difahami oleh umat
islam sebagai manifesto konsptual mengenai upaya Rasullah dengan masyarakat
Madawi dan Nomad
c. Menurut Mufid, menyatakan bahwa masyarakat madani terdiri dari berbagai warga
yang beraneka “warna”, bakat dan potensi. Karena itulah masyarakat madani
disebut sebagai masyarakat “multi-kuota” (a multi quata society).

2. Masyarakat Madani Dalam Sejarah


Ada dua masyarakt dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat
Madani, yaitu :

1. Masyarakat Saba’. Yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman. Nama Saba’ yang
terdapat dalam Al- Quran itu bahkan dijadikan nama salah satu surat Al-Quran,
135

yaitu surat ke-34. Keadaan masyarakat Saba’ yang dikisahkan dalam Al-Quran itu
mendiami negeri yang baik, yang subur dan nyaman. Ditempat itu terdapat kebun
dan tanamannya yang subur, yang menyediakan rezki, memenuhi kebutuhan hidup
madyarakat. Negeri yang indah itu meruoakan wujud dari kasih saying Allah yang
disediakan bagi masyarakat Saba’. Allah SWT juga Maha Pengambpun bila terjadi
kealpaan pada masyarakat tersebut. Karena itu Allah memerintahkan masyarakat
Saba’ untuk bersyukur kepada Allah SWT yang telah menyediakan kebutuhan
hidup mereka. Kisah kehidupan masyrakat Saba’ ini sangat populerdengan
ungkapan Al-Quran. : Baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur
2. Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjian dengan penduduk Madinah
yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aum dan Kharaj.
Madinah adalah nama kota dinegara Arab Saudi, tempat yang didiami Rasullulah
sampai akhir ayat beliau. Kota itu sangat popular karena menjadi pusat lahir dan
berkembangnya agama Islam setelah Mekah. Dikota itu pertama kali kali
Rasullulah membangun masjid yang dikenal dengan nama Masjid Nabawi.
Perjanjian Madinah aberisi kesepakatan ketiga unsure masyarakat untuk saling
saling tolong menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan social,
menjadikan al-Quran sebagai konstitusi, menjadikan Rasulullah SAW sebagai
pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan-keputusannya dan
memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah
ssuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

3. Karektristik Masyarakat Madani


Masyarakat Madani sebagai masyarakat ideal memiliki karakteristik sebagai
berikut :

a. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama,


yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hokum Tuhan sebagai landasan
yang mengatur kehidupan social. Manusia secara universal mempunyai posisi yang
sama menurut fitrah kebebasan dalam kehidupannya, sehingga komitmen terhadap
kehidupan sosisal yang juga dilandasi oleh relativitas manusia dihadapan Tuhan.
136

Landasan hokum Tuhan dalam kehidupan social itu lebihobyektif dan adil, karena
tidak adanya kepentingan kelompok tertentu yang diutamakan dan tidak ada
kelompok lain yang diabaikan.
b. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun
secara kelompok menghormatib pihak lain secara adil. Kelompok social mayoritas
hidup berdampingan dengan kelompok minoritas sehingga tidak muncul
kecemburuan social. Kelompok yang kuat tidak menganiaya kelompok yang lemah,
sehingga tirani minoritas dan anarkhi mayoritas dapat dihindarkan.
c. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya. Prinsip tolong menolong antar anggota masyarakat
didasarkan pada aspek kemanusian serta kesulitan hidup yang dihadapi oleh
sebagian anggota masyarakat tertentu, sedangkan pihak lian mempunyai
kemampuan membantu untuk meringankan kesulitan hidup tersebut.
d. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan
oleh Allah SWT sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa tergangu oleh
aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut. Masalah yang menonjol dari dari sikap
toleran ini adalah sikap keagamaan, dimana setiap manusia memilki kebebasan
beragama dan tidak ada hak bagi orang lain yang berbeda agama untuk
mencampuri. Keyakinan beragama tidak dapat dipaksakan. Rasio dan pengalaman
hidup keagamaan manusia mampu menentukan sendiri agama yang dianggapnya
benar.
e. Keseimbangan antara hak dan kewajiban social. Setiap anggota masyarakat
memuliki hak dan kewajiban yang seimbang untuk menciptakan kedamaian,
kesejahteraan dan keutuhan masyarakatnya sesuai dengan kondisi masing-masing.
Konsep zakat, infak, sedekah dan hibah bagi umat Islam serta “jizayah” dan
“kharaj” bagi non Islam, merupakan salah satu wujud keseimbangan yang adil
dalam masalah tersebut. Keseimbangan hak dan kewajiban itu berlaku pada seluruh
aspek kehidupan social, sehingga tidak ada kelompok social tertentu yang
diiistimewakan dari kelompok social lainnya sekedar karena ia mayoritas. Kasus
pengusiran kaum Yahudi dari kota Madinah didasari oleh penghianatan mereka
137

terhadap Piagam Madinah yang membantu kaum musyrik memerangi kaum


muslimin dalam perang Kahndak, bukan karena mereka minoritas.
f. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan
terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk
kemaslahatan hidup umat manusia. Ilmu pengetahuan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Ilmu pengtahuan memberikan
kemudahan dan meningkatkan harkat dan martabat manusia, disamping
memberikan kesadaran akan posisinya sebagai khalifah Allah SWT. Namun disisi
lain ilmu pengetahuan bisa menjadi ancaman yang membahayajan kehidupan umat
manusia, bahkan lingkungan hidup bila pemanfaatannya tidak disertai dengan nilai-
nilai akhlak manusianya.
g. Berakhlak mulia. Sekalipun pembentukan akhlak masyarakat dapat dilakukan
berdasarkan nilai-nilai kemanusian semata, tetapi relativitas manusia dapat
menyebabkan terjebaknya konsep akhlak yang relative. Sifat subyektif manusia
sering sukar dihindarkan. Karena itu konsep akhlak tidak boleh dipisahkan dengan
nilai-nilai Ketuhanan, sehingga substansi dan aplikasinya tidak terjadinya
penyimpangan. Aspek Ketuhanan dalam aplikasi akhlak memotivasi manusia untuk
berbuat tanpa menggantungkan reaksi serupa dari pihak lain.

Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang skslusif dan dipandang


sebagai dokumen usang. Ia merupakan konsep yang senantiasa hidup dan dapat
berkembang dalam setiap ruang dan waktu. Mengingat landasan dan motivasi utama
dalam masyarakat madani adalah Al-Quran, meski dalam Al-Quran tidak
menyebutkan secara kangsung bentuk masyarakat yang ideal namun tetap memberikan
arahan atau petunjuk mengenai prinsip-prisnsip dasar dan pilar-pilar yang terkandung
dalam sebuah masyarakat yang baik. Secara factual, sebagai cerminan masyarakat
yang ideal kita dapat meneladani perjuangan Rasulullah mendirikan dan menumbuh
kembangkan konsep masyarakat madani di Madinah.

Setidaknya ada tiga karakteristik dasar dalam masayarakat madani. Pertama,


diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas sudah menjadi sebuah keniscayaan
138

yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau telah menjadi suatu kaidah yang
abadi didalam Al-Quran. Pluralitas juga pada dasarnya ketentuan Allah SWT
(sunnatullah), sebagaimana tertuang dalam Al-Quran surat Al-Hujarat (49) ayat 13,
dengan kata lain pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam kehidupan.
Dalam ajaran Islam, pluralisme merupaka karunia Allah yang bertujuan mencerdaskan
umat manusia melalui perbedaan konstruktif dan dinamis. Satu hal yang menjadi
catatan penting bagi kita adalah sebuah peradaban yang kosmopolit akan tercipta
manakala umat islam memilki sikapp inklusif fan mempunyai kemampuan (ability)
menyesuaikan siri terhadap lingkungan sekitar. Namun, dengan catatan identitas sejati
atas parameter-parameter autentik agama tetap terjaga.

Kedua, adalah tingginya sikap toleransi (tasamuh). Baik terhadap saudara


sesama Muslim maupun terhadap non-Muslim. Secara sederhanan toleransi dapat
diartikan sebagai sikap suka mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang
lain. Senada dengan hal itu, Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan Islam
tidak semata-mata mempertahankan kelastariannya sebagai sebuah agama. Namun
juga mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup, berdampingan
seiring dan saling menghormati satu sama lain. Sebagaimana hal itu pernah
dicontohkan Rasullullah SAW di Madinah. Setidaknya landasan normative dan sikap
toleransi dapat kita tilik dalam firman Allah SWT yang termaktub dalam surah Al-
An’am ayat 108.

Ketiga, adalah tegaknya prinsip demokrasi atau dalam dunia Islam lebih
dikenal dengan istilah musyawarah. Terlepas sari perdebatan mengenai perbedaan
konsep demokrasi dengan musyawarah, saya memandang dalam arti membatasi hanya
pada wilayah termonologi saja, tidak lebih. Mengingat di dalam Al-Quran juga
terdapat nilai-nilai demokrasi (surat As-Sura:38, surat Al-Mujadilah: 11)

Ketiga prinsip dasar setidaknya menjadi refleksi bagi kita yang menginginkan
terwujudnya sebuah tatanan social masyarakat madani dalam korteks hari ini. Paling
tidak hal tersebut menjadi modal dasar untuk mewujudkan masyarakat yang dicita-
citakan.
139

4. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani


Dalam sejarah Islam, realisaasi keunggulan normative atau potensial umat Islam
terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan
dibidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan tekhnologi, militer, ekonomi, politik
dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat islam menjadi kelompok umat terdepan
dan terunggul. Nama-nama ilmuan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina,
Ubud Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain. Kualitas SDM Umat Islam
dalam Q.S. Ali imran ayat 110 : Artinya: kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam
adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia ynag Allah ciptakan. Di antara
aspek kebaikan umat Islam atu adalah keunggulan kualitas SDMnya disbanding umat
non Islam. Keunggulan kualitas umat yang dimaksud dalam Al-Quran itu sifatnya
normative, potensial, bukan rill. SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan
kualitas yang unggul. Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik,
ekonomi, militer dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu menunjukkan
perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam lebih dari 85% tetapi
karena kualitas SDM nya masih rendah, juga belum mampu memberikan peran yang
proporsional. Hukum positif yang berlaku di negeri ini bukan hokum Islam. System
social politik dan ekonomi juga belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-
tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.

B. Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat

1. Sistem Ekonomi Islam


Islam sebagai suatu agama mempunyai caranya sendiri dalam mengorganisir
berbagai kehidupan penganutnya, baik individu maupun masyarakat. Tercatat dalam
140

sejarah bahwa negara-negara Islam yang dimulai dari kepemimpinan Rasulullah SAW
di Madinah, Khalifaurrasyidin dan sampai negara-negara islam sesudahnya terlihat
sekali adanya pencapaian-pencapaian peradaban besar dimuka bumi yang manfaatnya
dinikmati oleh segenap masyarakat.

Pada saat sekarang ini, dapat diketahui bahwa hampir semua negara Islam,
ekonominya tidak dikelola secara islam. Pengelolaan ekonomi cenderung memakai
system ekonomi kapitalis dengan mengikuti pola pengembangan ekonomi negara yang
terlibat pada organisasi APEC, AFTA, NAFTA, IMF dan Bank dunia. Realitas ini
berakibat pada kesenjangan segi kemakmuran dan kedamaian karena hanya dinikmati
oleh kelompok minoritas saja sedangkan banyak rakyat miskin semakin sulit kondisi
ekonomi mereka.

2. Prinsip Ekonomi Islam


Kamaruddin Hidayat, dkk (2000:26-34), menanamkan prinsip ekonomi Islam
dengan prinsip ekonomi laba versus zakat. Selain itu ekonomi Islam juga disebut
dengan ekonomi nur dalam system itu ada prinsip ketuhanan secara fungsional. Maksut
prinsip itu adalah kegiatan ekonomi ditetapkan berdasarkan aturan Allah dalam Al-
Quran sebagaimana yang dicontohkan Rasullah SAW, diantara prinsip-prinsip tersebut
adalah :

a. Alam mutlak milik Allah.


Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT surat Thaha (20:6) “kepunyaan Nya
lah semua yang ada di langit, semua yang dibumi, semua yang diantara keduanya
dan emua yanga dibawah tanah” dalam surat Al-Maidah (5:120) “kepunyaan Allah
lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada didalamnya dan dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu”

b. Alam merupakan karunia Allah SWT yang diperuntukkan bagi manusia.


Berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Luqman (31:20) “ Tidaklah kamu
perhatikan sesunggunya Allah SWT telah menundukkan untuk (kepentingan) mu
apa yang ada diangit dan apa yang ada dibumi dan menyempurnakan untuk mu
nikmat-Nya lahir dan batin. Dan diantara manusia ada yang membantah tentang
141

(keesaan) Allah SWT tanpa ilmu pengetahuan datau petunjuk da tanpa kitab yang
memberi penerangan
c. Alam merupakan karunia Allah SWT untuk dinikmati dan dan dimanfaatkan
manusia. Dalam surat Al-A’raf (7;31) Allah SWT menjelaskan tentang
pemanfaatan alam bagi manusia haruslah secara baik serta tidak melampaui bata-
batas ketentuan “Hai anak Adam, kenakanlah pakaian kamu yan indah disetiap
(memasuki) masjid, serta makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
d. Hak milik perorangan diakui sebagi hasil jerih payah dengan usaha yang halal dan
hanya boleh dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula. Hal ini dijelaskan dalam
surat Al-Baqarah (2;267) “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan
Allah) sebaagian dari hasil usaha mu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah,
bahwa Allah yang Maha Terpuji”
e. Alllah SWT melarang menimbun kekayaan tanpa ada manfaat bagi sesame
manusia. Larangan menimbulkan kekayaan sin dijelaskan oleh Allah SWT dalam
surat Al-Baqarah (2;200) “ Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka
berzikirlah dengan menyebut nama Allah SWT sebagaimana kamu menyebut-
menyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau ada orang yang
mendoa”ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) didunia”.Dan tiadalah bgi
bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.
f. Di dalam harta orang kaya itu terdapat hak orang misin, fakir dan lain sebagainya.
Penjelasnya tentang hal tersebut dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Al-Isra’
(17:26) “ Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. Prinsip ekonomilaba versus
zakat/tauhid adalah berkorban secara hemat dan tidak boros rangka mendapatkan
keuntungkan yang layak. Artinya hindari hal-hal muubazir dan unsure-unsur lain
142

yang dilarang Allah SWT seperti dari unsure promosi yang tidak benar atau tidak
memakai akhlak karimah.

Unsur-unsur dan Masalah Pokok Ekonomi

Menurut Endang Saefuddin Anshari (1982;172) bahwa unsure-unsur ekonomi


meliputi; 1) kekayaan alam yang terdiri dari air, tanah dan kekayaan didalamnya,
keadaan iklim dan hutan, 2) modal yaitu barang-barang yang di pergunakan dalam
proses produksi seperti peralatan, mesin, gedung, pabrik, alat pengangkutan, alat
pengolahan dan tempat penjualan, 3) tenaga kerja, 4) skill yaitu kepandaian, keahlian,
untuk mengerjakan usaha-usaha ekonomi.

Menurut Kamaruddin Hidayat dkk, (2000:35-41) masalah ekonomi pada


umumnya mencakup :

a. Jenis barang dan jasa yang dihasilkan


Barang dan jasa yangdihasilkan didalam agama tidak dibenarkan sari sesuatu
yang dilarang, seperti minuman keras, jasa hiburan yang melanggar kesusilaan dan
lainnya. Modal yang dihasilkan hendaknya juga modal yang tak dapat dipergunakan
untuk menghasilkan barang yang haram.

b. Sistem organisasi produksi barang dan jasa


Islam menganut system organisasi produksi yang menjamin kebebasan baik
secara individu maupun kelompok/lembaga, untuk mengelola produksi barang dan jasa
yang dimiliki. Bahkan dalam pengelolaan tersebut diperkenankan untuk mengambil
keuntungan secara wajar dan jelas.

c. Sistem distribusi yang dipakai

Islam mengakui adanya lembaga perdagangan sebagai system distribusi barang


dan jasa dengan menggunakan uang sebagai alat ukur. Namun perdagangan ini
dilaksanakan sengan menganut asas keadilan dan melarang berbagi bentuk penipuan
baik pada timbangan, kualitas maupun harga.
143

d. Pencapaian tingkat efisiensi dan pencegahan inflasi

Pembagian kerja dan spesialisasi dibolehkan dalam Islam bahkan hal itu
menurut pendaapt ulama hukumnya fardhu kifayah. Sedangkan inflasi adalah gejala
naiknya harga barang karena permintaan yang selalu melebihi penawaran atau sebab
lainnya. Melonjaknya permintaan dapat diakibatkan oleh pola konsumsi masyarakat
yang konsumtif, yaitu adanya tambahan pendapatan yang selalu diikuti oleh tambahan
konsumsi yang tinggi (Marginal Property to Consumse) yang tinggi.

Efisiensi perputaran uang dlam prinsip ekonomi Islam, mutlak harus dilakukan.
Pola perputarannya dapat ditempuh dengan beberapa cara seperti : 1) perputaran
langsung dilakukan oleh pemilik, 2) dilakukan oleh orang lain yang tidak punya usaha,
dengan pola kerjasama bagi keuntungan dan kerugian, 3) dilakukan secara berantai oleh
lembaga keuangan yang netral contohnya perbangkan kepada badan-badan usaha untuk
diproduktifkan dengan system bunga. 4) dilakukan dengan jual beli saham, 5)
dilakukan melalui jual beli barang yang pembayarannya dilakukan secara langsung,
sementara penyerahan barangnya kemudian.

e. Ikhtiar Pencegahan in-efisiensi

Keadaan monopoli dan ologopoli sering tidak dikehendaki karena menghambat


pencapaian keseimbangan perekonomian dalam titik pemakaian factor produksi pada
kapasitas penuh. Wujud dari in-efisiensi dalam keadaan monopolistic dan oligopolistik
yang dirasakan masyarakat adalah tingginya tingkat harga jual bagi konsumen. Karena
harga jual dikuasai oleh para pelaku monopolis dan oligopolies, maka efisiensi
pemakaian factor-faktor produksi sulit tercapai.

Islam memberi petunjuk agar melakukan kegiatan ekonomi yang efektif dan
terbaik. Ini merupakan karakteristik ekonomi Islam yang mengedepankan akhlak, tidak
hanya profit oriented. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT surah Al-
Baqarah (2;195) “Berinfaklah kamu dijalan Allah SWT dan jangan menggantungkan
tangan ke tengkukmu dan berbuat tepat guna” (Q.S.AL-Baqarah [2]:195)
144

Rasullullah SAW bersabda:

“janganlah kamu mencegat orang-orang yang meangkut makanan ke kota dan


jangan pula orang kota menjualkan barang orang desa”(H.R.Buakhari)

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hubungan kasih saying diantaramu


adalah seperti satu badan merasakannya dengan rasa panas dan tidak dapat
tidur”.(H.R.Bukhari)

3. Perdagangan dalam Ekonomi Islam


Pada sistem masyarakat yang sudah terbuka, apalagi pada masyarakat yang
digolongkan masyarakat modern kebutuhan akan barang dan jasa telah meningkat
sedemikian rupa sehingga mereka tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan mereka
sendiri. Namun, bersamaan dengan itu, barang yang mampu dihasilkan makin banyak,
sebagai akibat kemajuan teknologi. Islam telah mendorong masyarakat untuk
memanfaatkan berbagai fasilitas teknologi dalam praktik ekonomi. Hal ini secara
umum dibolehkan oleh agama, berdasarkan hadist Rasul SAW ; “ Kamu lebih
mengetahui tentang (cara-cara) urusan dirimu”.

Kegiatan perdagangan akan sangat terpuji bila dilakukan dengan tidak


mengandung unsure-unsur yang dilarang dalam ajaran islam, sepertitenaga kerja dalam
mengadakan akan menyerap banyak tenaga kerja, seperti tenaga kerja dalam pengadaan
dan pengolahan barang di berbagai sector dasar, tenaga transportasi, tenaga
dipabrik/pengolahan dan perdagangan itu sendiri. Abdul MuhsinS.Th dalam Muslim
Nurdin, dkk (1995:167), menjelaskan bahwa Sembilan sepersepuluh rizki terdapat pada
perdagangan.

Dalam perdagangan Islam terdapat hal-hal yang harus diperhatikan :

a. Didasari atas suka sama suka, dan tidak ada unsur paksaan.
b. Memberi peluang untuk meneruskan atau membatalkan transaksi.
c. Menyempurnakan takaran dan timabangan.
d. Tidak boleh menyembunyikan cacat barang.
e. Dilarang jual beli tipuan (jual beli gharar)
145

f. Dilarang menimbun barang.


g. Dilarang menjual barang yang haram
h. Dilarang menjual barang dengan dua aqad
i. Dilarang menjual barang dengan manipulasi kualitas/harga
j. Dilarang jual beli barang yang sedang proses aqad
k. Dianjurkan perikatan itu secara tertulis dab pakai saksi

Menurut Imam Al-Gazali yang dikuti Muslim Nurdin, dkk (1995:177),


menjelaskan tentang beberapa perilaku terpuji dalam perdagangan menurut Islam, yaitu

a. Tidak mengambil laba lebih banyak, seperti yang lazim dalam dunia dagang
b. Membayar harga agak lebih mahal kepada penjual yang miskin, ini adalah
amal yang baik dari pada sedekah biasa
c. Memurahkan harga atau memberi korting kepada pembeli yang miskin, ini
memiliki pahala berlipat ganda
d. Bila membayar utang, pembayarannya dipercepat dari waktu yang telah
ditentukan.
e. Menggunakan prinsip Khiyar, yaitu adanya peluang untuk melangsungkan
atau membatalkan aqad jual beli. Dalam ekonomi islam dikenal tiga jenis
khiyar, yaitu : 1) ikhiyar majlis (peluang untuk melangsungkan aqad atau
mwmbatalkannya selama dilokasi transaksi), 2) khiyar syarat (peluang
untuk melangsungkan aqad atau membatalkannya yang diawali dengan
persyaratan atau kesepakatan antara penjual dan pembeli),3) khiyar’aib
(peluar untuk melangsung aqad membatalkannya disebabkan terdapat
terdapatnya cacat pada benda yang dibeli).

C. Manajemen Pengelolaan Ekonomi Islam (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf)

1. Konsep Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf.

a.Zakat
Zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT, diserahkan
kepada orang-orang yang berhak. Sedangkan menurut BAZIS DKI Jakarta (1987:XIII),
146

zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan ibadah kepada Allah SWT
sekaligus merupakan amal social kemasyarakatan dan kemanusian dalam wujud
mengkhususkan jumlah harta atau nilainya milik perorangan atau badan hokum untuk
memberikan kepada yang berhak dengan syarat-syarat tertentu.

Tujuan zakatt dalam ekonomi Islam untuk mensucikan dan mengembangkan


harta serta jiwa pribadi para wajib zakat, mengurangi penderitaan masyarakat,
memelihara keamana dan meningkatkan pembangunan

b. Infak
Infak adalah membelanjakan, menggunakan atau mengeluarkan harta secara
suka rela yang dilkukan seseorang setiap kali ia memperoleh rezki, sebanyak
dikehendaki sendiri.

Cholid Fadhulah merumuskan pengertian infak, yaitu pengeluaran derma


setiap kali seorang muslim menerima rezeki dari Allah SWT sejumlah yang
dikehendaki dan direlakan oleh sipenerima rezeki tersebut.

c. Sedekah
Sedekah adalah derma atau pemberian yang dilakukan dengan harapan
memperoleh ridha Allah SWT. Sedangkan menurut M. Daud Ali (1988:23), sedekah
adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama
kepada orang-orang miskin, setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan baik
jenis, jumlah, maupun waktunya.

Wakaf
Wakaf adalah memberikan harta yang tahan lama serta dapat memberikan
manfaat untuk kepentingan umum. Harta wakaf tidak boleh dijual hanya boleh diambil
manfaatnya, karena lazimnya harta wakaf dalam bentuk tanah, kebun, masjid/mushala,
lembaga pendidikan, rumah, kendaraan dan lain-lain.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa zakat hukumnya


wajib bagi orang Islam yang mempunyai harta yang sampai nisapnya, sedangkan infak,
shadaqah dan waqaf hikumnya sunnat.
147

2. Pengelolaan Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf


Zakat, infak, sedekah dan waqaf merupakan ibadah yang bernilai social dan
juga mengembangkan serta meningkatkan perekonomian umat Islam. Oleh karena itu
harus dikelola dengan managmen yang baik, serta terstruktur dan professional baik dari
segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap
pengumpulandan pendistribusian serta pendayagunaanya.

Diantara firman Allah SWTyang mengisyaratkan pengelolaan yang dimaksut


terdapat dalam surat At-Taubah (9;103) “Pungutlah zakat dari sebagaian mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dam berdo’a lah untuk
mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadiketentraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Undang-undang zakat nomor 38 tahun 1999 menjadi paying hokum untuk


pengelolaan zakat di Indonesia. Beberapa hal teknis diatur didalam UU tersebut antara
lain:

1. Ruang lingkup kerja amil zakat juga meliputi infak, sedekah, wakaf, hibah dan
kifarat.
2. Sanksi terhadap amil dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Struktur amil mulai tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan
disemua tingkatan memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif
dan informative (pasal 6:3)
4. Pengurus amil zakat terdiri atas unsure masyarakat dan pemerintah yang
memenuhi persyaratan tertentu (pasal 6:4)
5. Struktur amil zakat terdiri atas pertimbangan, pengawas dan pelaksana (pasal 6:5)
6. Tugas-tugas amil zakat meliputi : mengumpulkan, mendistribusikan dan
memberdayagunakannya sesuai dengan ketentuan agama dan bertangung jawab
kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya (pasal 8 dan 9)
148

D. Perbedaan Konsep Ekonomi Kapitalis dan Sosialis dengan Ekonomi Islam


Ekonomi kapitalis merupakan system ekonomi yang memberikan keluasaan
dan kebebasab yang tidak terbatas kepada individu dan swasta untuk
melaksanakandan mengelola sumber, kegiatan dan hasil produksi ekonomi. Jadi,
prinsip dasarsistem ekonomi kapitalis menekankan kepada kebebasab pelaku
ekonomi untuk melaksanakan praktik ekonomi.

Adapun ekonomi sosisalis merupakan system ekonomi yang dalam


prakteknya dikuasai serta diatur oleh pemerintah sedangkan masyarakat dan individu
tunduk kepada aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah

Sedangkan system ekonomi Islam berada ditengah atau diantara ekonomi


kapitalis dan sosialis. Ekonomi Islam bertujuan mencapai capital, akan tetapi tidak
kapitalis dan ekonomi Islam berfungsi sosisal tapi bukan sosialis. Jadi, ekonomi Islam
menegaskan pengakuan terhadap hak-hak individu dan masyarakat atau pemerintah
secara seimbang dan tidak terdapat dominasi yang brlebihan dari masing-masingnya.

Keistimewaan ekonomi Islam ini didasarkan kepada sumber rujukannya yaitu


wahtu dari Allah SWT dan Rasul yang sejalan dengan kebutuhan fitrah manusia. Hal
ini dapat dipahami dari beberapa ajaran agama dalam praktek ekonomi seperti
dilarang bersikap kikir tetapi tidak boleh boros kepada orang lain, diperintahkan
berusaha secara maksimal tetapi tidak melupakan hak orang lain.
149

EVALUASI

1.Jelaskan konsep masyarakat madani menurut ajaran Islam?


2. Jelaskan perbedaan masyarakat madani dan civil society?
3. Kemukakanlah contoh-contoh masyarakat Mmadani dalam Al-Quran
4. Bagaimanakah cara untuk mewujudkan masyarakat Madani
5. Jelaskalah system ekonomi Islam dan kesejahteraan Umat!
6. Jelaskan pengertian dan fungsi dari Zakat, Infak, Wakaf dan Sedekah!
7. Jelaskanlah lembaga-lembag Islam yang mengelola Zakat, Infak dan Sedekah untuk
meningkatkan kesejahteraan orang-orang yang lemah!
8. Apakah pengelola berbagai badan usaha dewasa ini telah mempertimbangkan prinsip-
prinsip ekonomi Islam? Jelaskanlah!
9. Bagaimanakah tanggapan anda tentang Bank Konvensional yang memakai bunga tetap
setiap bulannya bagi nasabahnya? Jelaskan!
150

DAFTAR PUSTAKA

Eko, Supriyitno. 2005. Ekonomi Islam. Graha Ilmu. Yogyakarta

Fuadi, Anwa. 2008. Pendidikan Agama Islam di PErguruan Tinggi Umum. Universitas
Negeri Padang Press. Padang

Said, Sa’ad Marthon. 2001. Ekonomi Islam. Anggota IKAPI. Jakarta

Suito, Deny. 2006. MEmbangun Masyarakat Madani. Center for Moderate Muslim
Indonesia. Jakarta.

Mansur, Hamdan. 2004. Materi Intruksional Pendidikan Agama Islam. Depag RI:
Jakarta.

Suharto, Edi. 2002. Masyarakat Madani: Aktualisasi Profesionalisme Community


Workers Dalam Mewujudkan Masyarakat Yang BErkeadilan, STKS Bandung.
Bandung.

Soerasidiro, Endang Rudiatan. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Regioni. MUI: Jakarta

Sutianto, Anen. 2004. Rektualisasi Masyarakat madani Dalam Kehidupan. Pikiran


rakyat: Bandung

Suryana, A. Tato, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Tiga Mutiara : Bandung

Sudarsono. 1992. Pokok-pokok Hukum Islam. Rineka Cipta : Jakarta

Tim Icce UIN Jakarta. 2000. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Prenada Media: Jakarta
151

BAB IX

PERNIKAHAN DAN WARISAN

Tujuan Instruksional Umum

a. Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan.

b. Mahasiswa dapat mengetahui tata cara pembagian harta warisan menurut ajaran
Islam

c. Mahasiswa dapat mengetahui hikmah warisan dalam kehidupan

Tujuan Intruksional Khusus

a. Mahasiswa dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan.

b. Mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami tata cara pembagian harta warisan
menurut ajaran Islam

c. Mahasiswa dapat menjelaskan hikmah yang terkandung dalam kewarisan dan dapat
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

A. PERNIKAHAN

1. Kedudukan dan Hukum Pernikahan


Mausia sebagai makhluk psiko-fisik dituntut untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan yang berkenaan dengan tuntunan fisiknya
maupun kebutuhan ruhaninya.

Kebutuhan-kebutuhan manusia itu telah disediakan Allah SWt di dunia ini


sedangkan tata caranya diatur melalui syariat Islam agar manusia dapat memenuhi
keperluan hidupnya dimuka bumi ini tanpa melupakan tujuanakhirnya, yaitu
kehidupan ahirat.
152

Pemenuhan kebutuhan hidup berlandaskan syaria’t akan memelihara


kehormatan manusia sebagai makhlik Allah SWT yang paling mulia dan
menghindarkannya dari dosa dan kehinaan.

Salah satu aturan Allah SWT berkenaan dengan penuhan keburuhan biologis
manusia itu adalah syari’at tentang perkawinan. Perkawinan dalam ajaran Islam
ditempatkan pada tempat yang mulia, ia tidak hanya legalisasi hubungan laki-laki
dengan perempuan semata-mata, melainkan wahana mewujudkan kasih saying yang
diberikan Allah SWT pada proses penciptaan pertama kali.

Tujuan perkawinan dalam Islam adalah sakinah, yaitu terwujudnya


ketenangan dan kelapangan jiwa, keluasan hidup dan kehidupan, dan terpenuhinya
kebutuhan fitrah jasmani dan rohani seperti yang tercantum dalam firman Allah SWT
(QS 30:21) ‘ Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Nya iyalah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya. Sesungguhnya paa yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berfikir”

Pernikahan adalah sunnah Rasul, tetapi dilihat dari niat dan kasus yang terjadi
pada calon pasangan, pernikahan dapat digolongkan kepada lima macam hokum,
yaitu :

1. Wajib
Pernikahanhukumnya wajib bagi orang yang sudah berkeinginan untuk
menikah, mampu menanggung resiko dan tanggung jawab serta merasa
kuatir dirinya terjerumus kepada perzonaa apabila tidak menikah.

2. Sunnat
Penikahan hukumnya sunnat bagi orang yang berkeinginan untuk menikah,
mampu menanggung resiko dan tanggung jawab, tetapi ia tidak kuatir diriny
terjerumus kepada perzinaan apabila tidak nikah.
153

3. Haram
Pernikahan hukumnya haram bagi orang yang mengetahui bahwa dirinya
tidak mampu hidup berumah tangga, melaksanakan kewajibannya sebagai
suami atau istri. Demikian juga haram menikah bagi orang yang memiliki
tujuan menikah untuk menyakiti istrinya.

4. Makruh
Pernikahan hukumnya makruh bagi orang yang tidak mampu memberikan
nafkah dan pelayanan yang selayaknya, sementara ia belum mempunyai
keinginan untuk menikah

5. Mubah
Perkawinan dihukumkan mubah (boleh) bagi orang yan berkeinginan untuk
menikah sedang ia sendiri mampu menjaga dirinya untuk tidak berzina.

Perkawinan berfungsi untuk : 1) mempertahankan keturunan dalam rangka


mendekatkan (tawarrub) kepada Allah dalam arti mengharapkan doa anak shaleh dan
meramaikan/memakmurkan bumi dan memperbanyak umat, 2) membentengi diri dari
dorongan syahwat yang illegal (zina), 3) Menenangkan hati, 4)mengatur dan
menertibkan hidup melalui istri shalihah. “ Hendaklah kalian memiliki hati yang
bersyukur, lidah yang selalu berzikir dan istri yang shalehah yang membantu
menyelesaikan urusan akhiratmu”. (Tarmidzi). Untuk sampai kepada perkawinan,
diawali dengan adanya daya tarik, pengenalan dan kesesuaian (kufu) diantara calon
pasangan.

2. Pra Pernikahan

a. Menilih Calon Pasangan


Islam mengajarkan agar orang yang ingin berkeluarga memilih calon
pasangannya dengan pertimbangan yang matang dan menjadikan agama sebagai
bahan pertimbangan utama, sebagaimana dinyatakan Nabi: Seorang perempuan
dikawini, karena empat hal: kecantikannya, hartanya, keturunannya dan agamanya.
Pilihlah karena agamanya, engkau akan memperoleh ketenangan” (HR. Bukhari
Muslim)
154

Yang dimaksut dengan pertimbangan agama adalah disamping pasangannya


sama-sama beragama Islam, juga kemampuasn, pengamalan dan sikap beragamanya.
Pertimbangan agama dalam memilih pasangan hidup merupakan hal yang mutlak,
karena agama menjadi titik berangkat yang mampu memberikan pemecahan masalah
yang akan terjadi dalam perjalanan berkeluarga, serta menjadi landasan dari
bangunan keluarga yang hendak didirikan itu.

b. Meminang
Meminag adalah menunjukkan atau menyatakan permintaan untuk
penjodohan dari seorang laki-laki kepada seorang perempuan atau sebaliknya baik
secara langsung maupun dengan perantara seseorang yang dipercayainya.

Meminang hukumnya mubah (boleh): tidak termasuk wajib, sunat atau haram,
sebagaimana diungkapkan dalam firman Allah: ´Dalam tidak ada dosa bagi kamu
untuk meminang wanita-wanita itu (wanita yang telah meninggal suaminya) dengan
sindiran (karena dalam masa iddah) atau kamu menyembunyikan isi hatimu. Allah
mengetahui bahwa kamu akan mengingat-ingat mereka. Janganlah kamu
mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar
mengucapkan perkataan yang ma’ruf (sindiran yang baik). Janganlah kamu berkeras
hati untuk bertekad nikah sebelum habis masa iddahnya. Dan ketahuilah bahwa
Allah SWT mengetahui isi hatimu, maka takutlah kepada Nyaa dan ketahuilah bahwa
Allah SWT maha Pengampun dan Maha Penyantun (QS. 2:35)

Meminang diperbolehkan dengan syarat perempuan yang dipinang itu tidak


bersuami, tidak dalam keadaan Thalak raj’i(wanita yang ditalak 1 atau 2 dan masih
dalam posisi iddah) dan tidak sedang berada dibawah pinangan orang lain,
sebagimana sabna Nabi : “ seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin lainnya.
Oleh karena itu tidak halal baginya menawar sesuatu yang sudah ditawar
saudaranya dan tidak halal pula baginya meminang seseorang yang telah dipinang
saudaranya sampai saudaranya itu melepaskannya”. (HR. Mutafaq’alaih)

Pada saat meminang seorang laki-laki atau wakilnya diperbolehkan untuk


melihat perempuan yang dipinangnya agar calon suaminya tidak merasa kecewa
155

dikemudian hari. Kendatipun demikian hokum melihat calon perempuan pada saat
meminang ini tidak dapat dijadikan sebagi dasar hukum yang melegalisir seseorang
untuk melihatnya secara bebas dan sewenang-wenang, hal ini diperbolehkan jika
semata-mata mencari perjodohan, sebagaimana disabdakan Nabi: Apabila salah
seorang diantara kamu meminang seorang wanita, maka tidaklah berdosa baginya
untuk melihat perempuan itu ia lakukan semata-mata untuk mencari perjodohan baik
diketaui oleh perempuan itu ataupun tidak. (HR. Ahmad)

c. Perempuan yang Haram Dinikahi (Muhrim)


1. Yang haram dinikahi selamanya, terdiri dari :

a. Dengan sebab pertalian saudara atau nasab, yaitu :

1. Ibu, termasuk nenek dari pihak ibu dan bapak seterusnya keatas

2. Anak perempuan termasuk cucu-cucu perempuan terus ke bawah

3. Saudara perempuan kandung, seayah ayau seibu

4. Saudara perempuan bapak, baik kandung baik seayah atau seibu

5. Saudara perempuan ibu baik sekandung, seayah atau seibu

6. Anak perempuan saudara laki-laki (keponakan)

7. Anak perempuan saudara perempuan

b. Dengan sebab pertalian pernikahan, yaitu

1. Ibu istri (mertua perempuan) termasuk mertua istri

2. Anak istri (anak tiri), jika istri telah digauli

3. Istri anak (menantu) termasuk bekas menantu

4. Istri bapak (ibu tiri) termasuk bila sudah dicerai


156

c. Dengan sebab pertalian susuan (radla’ah), yaitu

1. Perempuan yang menyusui (ibu susuan)

2. Saudara-saudara perempuan sesusuan, baik kandung, seayah maupun seibu.

2. Yang haram dinikahi sementara, terdiri dari :

a. Pertalian nikah, yaitu perempuan yang masih berada dalam ikatan pernikahan, kalu
sudah dicerai serta telah habis masa iddahnya boleh menikah

b. Talaq bain kubra, yaitu perempuan yang ditalaq dengan talaq tiga, haram dinikahi
kembali oleh bekas suaminya, kecuali ia telah dinikahi oleh orang lain dan sudah
digauli, kemudian dicerai. Setelah habis masa iddahnya, perempuan itu boleh
dinikahi oleh bekas suaminya yang pertama.

c. Menghimpun dua orang perempuan bersaudara

d. menghimpun perempuan lebih dari empat

e. Berlainan agama

3. Pelaksanaan Pernikahan
Pernikahan dinyatakan sah menurut syaria’t Islam apabila terpenuhi syarat-
syarat sebagai berikut

1. Adanya wali, yaitu orang yang bertanggung jawab untuk mengawinkan anak
ganisnya, sabda Rasulullah SAW yang berbunyi : “ Barangsiapa diantara wanita
yang menikah tidak atas izin walinya, maka pernikahan itu dianggap tidak sah”.(
HR. Empat Ahli Hadits) dan Sabda lagi yang berbunti : “Tidaklah dianggap sah
nikah itu, kecuali dengan adanya (izin) wali (HR. Abu Darimi)
Dari kedua hadits tersebut diatas, para ahli fiqih berlainan pendapat
tentang kedudukan seorang wali dalam suatu pernikahan. Imam Syafi’I dan Imam
Ahmad berpendapat bahwa tidak sah suatu pernikahan, kecuali atas izin wali.
Kedua ulama besar ini berpegang kepada dua hadits tersebut tadi. Sedangkan
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa seorang perempuan pada dasarnya
157

mempunyai hak untuk menikahkan dirinya, dan Imam Daud Adh-Dhahiri


mengungkapkan bahwa jika dinikah kan itu masih perawan, maka diperlukan
wali. Artinya tidak sah nikah seorang perawan tanpa adanya wali, sedangkan bagi
yang sudah janda, pernikah itu cukup dengan dirinya sendiri. Tanpa walipun
pernikahan dianggap sah

Walaupun adanya wali asalnya bukan suatu yang mutlak, tetapi melihat
perannya tidak hanya sebatas urusab perkawinan saja, tetapi ada juga kewajiban
lainnya, misalnya biruul walidain (berbuat baik kepada orang tua), terutama untuk
wali bapak kandung, maka izin wali wajib adanya, jika tanpa izin itu
menyebabkan anak berbuat dosa, misalnya anak yang menikah tanpa meminta
izin terlebih dahulu kepada bapaknya sebagai wali, bapaknya tersinggung dan
putus silaturrahmi antara anak dan bapak. Dalam kasus semacam itu, jika alas an
wali tidak melanggar syari’at, maka anak berdosa karena durhaka kepada orang
tua.

Oleh karena itu, selain pada kasus tertentu, misalnya wali tidak mengizinkan
dengan alas an yang tidak sesuai dengan syara’, maka anak dapat melakukan
perkawinan dengan mengabaikan kehendak orang tuanya, tetapi kendatipun
demikian, anak tetap diwajibkan bergaul dan bersilaturrahmi dengan orang tuanya
secara baik.

Orang tua atau wali bagi anak pada hakekatnya adalah pembimbing dan
pengarah agar anak dapat memiliki pertimbangan yang matang terutama dalam
mengambil keputusan dalam memilih pasangan hidupnya. Disinilah sebenarnya
wali berperan tidak hanya sebatas keabsahan suatu pernikahan.Wali memiliki
syarat-syarat, yaitu 1) laki-laki, 2) Islam, 3) Baligh, 4) Merdeka, 5) Adil, 6)
Berakal dan 7) Tidak sedang melaksanakan ihram

2. Sighat nikah atau ijab qabul, yaitu penyerahan dari wali perempuan dan
penerimaan dari pihak pengantin laki-laki. Contoh, kata wali pihak perempuan
“pulan!....saya (bapak) nikahkan kamu dengan/anak saya
(bapak)bernama…..dengan masa kawin…..dibayar tunai. Lalu diterima oleh calon
158

suami : “saya terima nikah dengan anak bapak bernama …..dengan mas
kawin….dibayar kontan.
3. Saksi, yaitu dua orang laki-laki yang menjadi saksi pernikahan dan bertanggung
jawab atas sah tidaknya suatau aqad nikah yang dilaksanakan. Saksi disyaratkan
1) beragama Islam, 2) baligh, 3) berakal, 4) merdeka, 5) laki-laki dan 6) adil
4. Mas kawin (mahar), yaitu pemberian laki-laki kepada perempuan pada saat
pernikahan. Mahar adalah milik perempuanyang tidak bias diminta kembali oleh
suaminya, kecuali kalau istri merelakannya.

4. Putusnya Aqad Perkawinan


Dalam ajaran Islam ada beberapa hal yang mengakibatkan putusnya
tali pernikahan, yaitu : 1) kematian, 2) thalaq, 3) khulu’, 4) fasakh,5) syiqaq dan
6) pelanggaran ta’liq thalaq

1) Kematian
Bila salah diantara suami istri meninggal dunia, maka putuslah ikatan
perkawinan nya. Seorang suami bias melakukan pernikahan lagi dengan wanita
lain, begitu pula dengan sang istri. Istri boleh melakukan pernikahan lagi dengan
laki-laki lain setelah masa iddahnya (menunggu) yang lamanya telah ditentukan
oleh syaria’t

Masa iddah atau masa menunggu bagi seorang istri yang ditinggal mati
suaminya adalah :

a. Sampai melahirkan, kalau ia sedang hamil.


b. Empat bulan sepuluh hari (empat kali sucian) bila oa ditinggak mati dalam
keadaan suci
2) Thalaq
Thalaq artinya lepasnya ikatan. Dalam arti syari’at berarti lepasnya
ikatan pernikahan dengan lafadh thalaq atau lafadh lain yang identik dengan
thalaq. Didalam Islam thalaq merupakan suatu hal yang tidak disukai malah
dibenci meskipun tidak diharamkan, sebagaimana yang diungkapkan dalam hadits
159

Nabi Muhammad SAW, berbunyi : “Barang halal yang amat dibenci oleh Allah
SWT adalah thalaq”( HR. Abu Daud dan Ibnu Majjah)

Hukum asal thalaq menurut Ulama Syaf’iyah dan Hambalillah adalah


makruh, dengan berdasarkan kepada hadits Nabi yang disebutkan diatas.
Sedangkan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa hokum thalaq itu pada dasarnya
adalah haram.

Setiap suami mempunyai hak untuk menjatuhkan thalw kepada


istrinya baik thalaq satu, dua atau tiga. Perbedaanya, kalau sami menjatuhkan
thalaq satu atau dua kepada istrinya, maka ia masih mempunyai peluang untuk
rujuk kembali. Sedangkan bila menjatuhkan thalaq tiga sekaligus atau satu-satu
sehingga menjadi tiga kali thalaq, maka suami tidak dapat rujuk atau mengawini
bekas istrinya sebelum bekas istrinya itu dinikahi terlebih dahulu oleh orang lain
serta sudah dicampuri dengan sempurna oleh suaminya dan dithalaq oleh
suaminya.

Dilihat dari segi keadaan istri yang dijatuhi thalaq, maka thalaq itu ada
dua macam, yaitu ;

1. Thalaq Sunni, yaitu thalaq yang dijatuhkan suami kepada istrinya dam keadaan
suci dan belum dicampuri oleh suami
2. Thalaq Bid’i, yaitu thalaq yang dilakukan suami kepada istirinya dalam
keadaan haid datu dalam keadaan suci tetapi sudah dicampurinya. Thalaq ini
hukumnya haram.
Dari segi bolehtidaknya suami merujuk bekas istrinya, thalaq dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :

1. Thalaq Raj’I, yaitu thalaq yang membolehkan bekas suami untuk merujuk
bekas istrinya sebelum masa iddahnya habis. Kembalinya suami kepada istri
pada masa ini tidak perlu pernikahan baru dan hanya berlaku pada thalaq satu
dan dua.
2. Thalaq Bain, yaitu thalaq yang tidak membolehkan suami untuk merujuk
bekas istrinya, tetapi harus dengan pernikahan baru. Thalaq ini terbagi dua
160

yaitu ;1) thalaq bai’n sugra, yaitu thalaq yang tidak membolehkan bekas
suami merujuk bekas istrinya, tetapi harus melakukan perkawinan baru.
Thalaq ini adalah yhalaq yang dijatuhkan kepada istri dengan disertau ‘idwadl
(pengganti). 2) Bain kubra, yaitu thalaq tiga, dimana bekas suami tidak boleh
mengawini kembali bekas istrinya, kecuali bekas istrinya telah dinikahi
terlebih dahulu oleh orang lain, telah bergaul dengan suami barunya dan
kemudian dicerai.

3) Khul’u
Khul’u adalah perceraian antara suami istri dengan cara istri membayar
uang ‘idwadl (pengganti). Istri dibolehkan meminta khul’u pada suaminya dengan
syarat :

a. Suaminya berzina dengan perempuan lain.


b. Suaminya pemabuk
c. Suaminya tidak melaksanakan ajaran Islam
d. Istri tidak senang lagi pada tingkah laku suami
Thalaq yang jatuh dengan ‘idwadl tidak bias dirujuk, kecuali dengan
perkawinan baru.

4) Fasakh
Fasakh adalah perceraian yang diputuskan oleh hakim atas permintaan
pihak istri. Hal ini diperbolehkan dengan syarat :

a. Suaminya gila
b. Suaminya berpenyakit kusta, sopak
c. Suaminya sakit kelamin, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan
biologis istri
d. Suaminya tidak dapat memberikan nafkah
e. Suaminya hilang tidak tentu adanya.
5) Syiqaq
Syiqaq adalah perceraian yang diakibatkan oleh pertengkaran diantara
suami istri dan tidak dapat didamaikan lagi
161

6) Pelanggaran Ta’liq Thalaq


Ta’liq thalaq adalah thalaq yang dikaitka dengan sesuatu, jika sesuatu
terjadi maka thalaq akan jatuh. Dalam pelaksanaan seorang istri meminta
suaminya berjanji dengan cara mengucapkan ta’liq thalaq, yaitu thalaq yang
dikaitkan (ta’liq) dengan perbuatan suami antara lain:

a.Jika meninggalkan istri selama dua tahun berturut-turut

b. Tidak memberi nafkah wajib kepada istri selama tiga bulan

c. menyakiti badan / jasmani istri

d. Membiarkan istri enam bulan berturut-turut

Apabila peristiwa itu terjadi, istri dapat mengadukan suaminya ke


pengadilan Agama, membayar uang I’wadl kepada suaminya dan jatuhlah
thalaq satu kepada istrinya. Ta’liq thalaq semacam ini sah, jika suami menerima
dan mau mengucapkan janjinya serta dibuktikan dengan membubuhkan tanda
tangannya.

5. Iddah
Iddah adalah masa menunggunya bagi perempuan yang diceraikan atau ditinggal
mati suaminya untuk dapat menikah lagi dengan laki-laki lain. Masa iddah yang
dijalani perempuan itu beraneka ragam, yakni:

a. Iddah istri yang dicerai dan ia masih haid, lama iddahnya tiga kali quru’ (suci)
sebagimana firman Allah SWT “Wanita-wanita yang di thalaq hendaknya menahan
diri tiga kali quru (suci). Tidak boleh mereka meyembunyikan apa yang diciptakan
Allah didalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Dan
suaminya berhak rujuk dalam masa menunggu itu jika mereka menghendaki ishlah.
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkat kelebihan dari
pada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( QS. 2:228) ulama
162

giqih berbeda pendapat tentang arti tiga kali quru. Imam Syafi’I dan Imam Maliki
berpendapat tiga kali quru makna nya tiga kali suci. Sedangkan Imam Hambali
menafsirkan tiga kali haid.
b. Iddah istri yang dicerai dan sudah tidak haid (monopause), iddahnya tiga bulan,
sesuai dengan firman Allah SWT “ Dan perempuan-perempuan yang telah berhenti
haid (menopause) diantara perempuan-perempuan, jika kamu ragu ( tentang masa
iddahnya), maka iddah mereka adalah tiga bulan, dan begitu pula perempuan-
perempuan yang belum haid (belum baligh). Dan perempuan-permpuan yang
hamil iddahnya sampai mereka melahirkan. Dan barangsiapa yang bertaqwa
kepada Allah, niscaya Allah akan memberi kemudahan baginya dalam urusannya.
(QS:55:4) Yang dimaksut perempuan-perempuan tidak haid pada ayat diatas adalah
perempuan yang masih belum haid (belum dewasa), perempuan yang sudah dewasa
tapi memang tidak haid karena ada kelainan dan perempua yang sudah tua (sudah
berhenti haidnya).
c. Iddah istri yang ditinggal mati suami, lamanya empat bulansepuluh hari, seperti
firman Allah SWT “orang-orang yang meninggal dunia diantara kamu dengan
meninggalkan istri-istri (hendaknya para istri) menunggu selama empat bulan
sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis iddahnya maka tidak berdosa bagimu
(para wali) membiarkan mereka berbuat untuk diri mereka (berhias, bepergian,
menerima pinangan) menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat (QS. 2:234)
d. Iddah istri yang diceraia dalam keadaan hamil, lamanya sampai melahirkan.
Firman Allah SWT yang berbunyi :” Perempuan-perempuan yang mengandung,
waktu iddahnya sampai melahirkan anak yang mereka kandung”.

5. Hikmah Pernikahan

Pernikahan adalah awal pembentukan keluarga dalam ruang lingkup


rumah tangga. Ia merupakan pintu masuk yang menghubungkan seseorang
dengan kehidupan dunia sesungguhnya sebagai insane yang sempurna. Sedangkan
163

rumah tangga yang Islami adalah basis pertama dari masyarakat yang berdiri
diatas dasar percintaan dan kasih saying. Ikatan rumah tangga lebih kuat da kokoh
dari pada ikatan-ikatan lainnya yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Oleh
karena nya, tatanan hidup dalam rumah tangga hendaknya dibangun atas dasar
cinta kasih dan saling pengertian diantara kedua belah pihak.

Kehidupan rumah tangga bagaikan bahtera disamudra luas. Suami aalah


nahkoda dan juru mudi, sementara istri sebagai pembantunya yang satu sama lain
berada dalam satu perasaan, senasip sepenanggungan, sehidup semati.

Dari sisi lain, nikah merupakan suatu fundamental yang mampu menjaga
manusia dari kejahatan dan kekerasan yang diakibatkan oleh dorongan nafsu
seksual. Menurut ajaran islam, manusia dilahirkan dalam keadaan yan lemah, hal
ini diungkapkan oleh firman Allah SWT (QS. 4: 280 yang menyatakan bahwa
manusia adalah mahluk yang lemah terutama jika ia berhadapan dengan nafsu.

Dengan demikian, memerangi dan mengendalikan nafsu merupak proses


yang tiada henti sela hidup. Oleh karenanya alangkah bahagia nya orang-orang
yang dapat mengendalikan nafsunya. Untuk mengendalikan hawa nafsu, Islam
menyaria’tkan kepada umatnya untuk menikah agar terhindar dari kejahatan nafsu
birahi.

Dilihat dari sudut lain, pernikahan merupakan proses pendidikan


ruhaniyah yang memberikan dampak yang kuat dalam mewujudkan pribadi yang
mandiri dan bertanggung jawab, sebab jika pasangan telah menginjak jenjang
pernikahan, terjadi perubahan dala jiwanya masing-masing. Suami memikirkan
cara mencari nafkah yang halal, sang istri berpikir bagaimana cara memanfaatkan
hasil jerih payah suami. Perubahan itu akan menimbulkan aktivitas suami istri
unruk bersungguh-sungguh, apalagi terlebih bila telah memperoleh keturunan.

Dalam ajaran Islam, seorang suami mempunyai kewajiban untuk


memberikan nafkah kepada istri dan keluarganya. Ia harus bersikap sungguh-
sungguh dan berlaku adil serta memiliki rasa bertanggung jawab dalam
melakukan kewajibannya. Karena dala konsep Islam suami adalah pemimpin
164

keluarga. Karena dalam konsep Islam suami adalah pemimpin dalam keluarga,
sebagaimana difirman kan Alllah SWT bahwa laki-laki adalah pemimpin atas
wanita (QS.4: 4)

B. KEWARISAN

1. Hukum Waris
Islam sangat memperhatikan aspek kehidupan manusia yang berhubungan
dengan hak-hak pemilikan harta benda dari orang-orang yang meninggal dunia.
Peraturan tentang pembagian harta peninggalan (pusaka) ini dinamai hokum waris
atau faraidl.

Faraidl dalam istilah mewaris dikhususkan untuk suatu bagian ahli wali
waris yang telah ditentukan besar kecilnya oleh syara’, sedangkan ilmu faraidl
dita’rifkan sebagai berikut:

“ilmu fiqh yang berkaitan dengan pembagian harta pusaka, pengetahuan


tentang cara perhitungan yang dapat menyampaikan kepada pembagian harta
pusaka dan pengetahuan tentang bagian baagian yang wajib dari harta peninggalan
untuk setiap pemilik hak pusaka.”

Sumber-sumber hukum waris dalam Q.S.4:7,11,12,176 dan lain-lain serta


hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas berbunnyi :

“Nabi Muhammad Saw. Bersabda :Berikanlah harta pusaka kepada orang-


orang yang berhak. Sesudah itu,sisanya untuk orang laki-laki yang lebih
utama”(HR.Bukhari Muslim)

Bagi umat islam melaksanakannya hokum syari’at yang ditunjuk oleh nash-
nash yang jelas adalah suatu kewajiban. Demikian pula melaksanakan ketentuan
Allah mengenai warisan adalah wajib hukumnya, seperti di firmankan Allah:

“dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya dan melanggar


ketentauan-ketentuanNya.Allah akan memasukkan nya ke dalam neraka sedang ia
kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan”.(Q.S.4:14)
165

Juga disebabkan Rasul tentang keharusan untuk membagikan harta


peninggalan sesuai dengan ketentuan Al-Quran dalam hadist berikut:

“Bagilah harta pusaka antara ahli waris menurut kitabullah (Al-


Quran)”(H.R.Muslim dan Abu Dawud)

Belajar ilmu faraidl menurut kesepakatan ulama adalah fardlu kifayah, yaitu
wajib untuk untuk sebagian dan apabila sebagian orang telah melakukannya, maka
sebagian yang lain menjadi gugur kewajiban mempelajarinya.

Berkenaan dengan pengurusan harta peninggalan apabila seseorang


meninggal dunia dan meninggalkan harta benda, keluarganya wajib menyelesaikan
kewajiban sang mayat yang berhubungan dengan hartanya, biaya pengurusan jenazah,
utang-utangnya serta membayar wasiat yang dimiliki orang itu dengan catatan wasiat
itu tidak melampaui sepertiga dari jumlah harta pusaka. Pengurutan hak-hak yang
harus dibayarkan itu diatur sebagai berikut:

1. Didahulukan membiayai perawatan jenazah dari pada hutang-hutang


2. Didahulukan pelunasan hutang-hutang dari pada pelaksanaan wasiat
3. didahulukan membayar wasiat dari pada mempusakakan harta peninggalan
kepada ahli waris.
Pusaka mempusakai terjadi apabilaada syarat-syarat sebagai berikut:

1. Matinya orang yang mempusakakan (muwaris), baik dalam pengertian mati


haqiqi, mati hukmi atau taqdiri. Mati haqiqi yaitu hilangnya nyawa dengan alat
pembuktian. Mati hukmi, yaitu kematian yang disebabkan adanya vonnis hakim,
baik ada akikatnya, seseorang benar-benar masih hidup, maupun dalam dua
kemungkinan antara hidup dan mati. Contoh orang yang telah divonnis karena
suatu tindak pidana,padahal ia benar-benar masih hidup, atau vonis mati bagi
orang yang hilang tidak di ketahui kabar beritanya, tidak di kenal domisilinya dan
tidak diketahui hidup matinya. Sedangkan Mati Taqdiri adalah kematian yang
hakiki dan hukmi, tetapi berdasarkan dugaan keras. Misalnya kematian bayi
dalam kandungan akibat kecelakaan ibu yang sedang hamil.
166

2. Hidupnya orang yang mempusakai (waris) di saat kematian muwaris


3. Tidak ada penghalang-penghalang mempusakai
Sesudah kewajiban-kewajiban tersebut dibayarkan, maka harta benda yang ada itu
dinmai tirkah atau maurust(harta peninggalan yang harta yang dibagikan kepada
para ahli warisnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah sebagai berikut :

1. Sebab-sebab pusaka :

Seseorang berhak mempusakai dan menerima pusaka disebabkan adanya


kaitan sebagai berikut:

• Perkawinan, yaitu ikatan yang sah menurut syaria’t antara laki-laki dan
perempuandalam suatu ikatan keluarga. Suami istri karena kedudukanya itu
terjihab (terhalang) sama sekali hak warisnya oleh ahli waris manapun.
• Kekerabatan, ialah hubungan nasab antara orang yang mewariskan dengan orang
yang mewarisi yang disebabkan olh kelahiran. Kekerabatan ini tidak bias hilang,
karena merupakan sebab akibat adanya seseorang yang tidak bisa dihilangkan,
lain halnya dengan perkawinan, ia dapat saja hilang misalnya bercerai
• Wala’, yaitu perwalian yang mengandung dua pengertian, yaitu: (a) Kekerabatan
menurut hukum yang timbul karena membebaskan budak, (b) kekerabatan
menurut hukum yang timbul karenanya adanya perjanjian tolong menolong dan
sumpah setia antara seseorang dengan orang lain.
Pembagian harta pusaka dengan sebab-sebab diatas, masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut :

2. Pusaka Dengan Sebab Perkawinan

a. Pusaka Istri
Istri dalam mempusakai harta peninggalan suaminya mempunyaidua macam
bagian, yaitu :

• Seperempat, istri memperoleh bagian seperempat bila suami yang diwarisnya tidak
mempunyai far’ul waist, yait anak turun si mayit yang berhak waris baik secara
bagian (fardl), seperti anak perempuan dan cucu perempuan pancar laki-laki terus
167

kebawah, maupun secara ‘ushubah, seperti anak lak-laki dan cucu laki-laki pancar
laki-laki terus kebawah.
• Seperdelapan. Istri memperoleh seperdelapan, bila yang lahir melalui istri pewris
ini maupun istri yang lain.

Dasar hukum pewariasn ini adalah firman Allah :

“para istri memperoleh seperempat harta peninggalan yang kamu tinggalkan,


jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri
memperoleh seperdelapan dari harta peninggalan yang kamu tinggalkan, setelah
dipenuhi wasiat yang kamu buat atau setelah dilunasi hutang (yang kamu ambil)..”
(Q.S.4:12)

Istri tidak terjihab (hijab hirman) olrh ahli waris manapun, tetapi dapat terkurangi
bagiannya (hijab nuqshan) oleh Anak laki-laki/ perempuan dan oleh cucu laki-laki/
perempuan yang bagian yang bagiannya seperti telah di sebutkan diatas.

b. Pusaka suami
Dalam mempusakai harta peninggalan istrinya, suami mempunyai dua macam
bagian, yaitu :

• Separoh. Suami mempusakai harta istrinya dengan setengah bagian bila istrinya
tidak mempunyaifar’ul waris
• Seperempat, suami mempunyai bagian seperempat bila istrinya meninggalkan
far’ul waris. Far’ul waris yang dimaksutkan adalah anak yang lahir dari suami
yang menjadi pewaris atau suami lain (terdahulu). Sesuai dengan firman Allah
SWT dalam QS 4:12 “Dan bagimu ( suami-suami) seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh istri-istrimu jika mereka tidak mempunyai anak. Jika
mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkan
mereka sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat dan sesudah dibayar hutang
mereka. Para istri yang memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika
kamu tidak punya anak. Jika kamu punya anak maka istri memperoleh
168

seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat dan
dibayar hutang-hutang nu. Jika seseorang baik laki-laki atau perempuan yang
meninggalkan ayah dan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu
saja) atau saudara perempuan (seibu saja) maka masing-masing saudara itu
adalah seperenam harta. Tapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang
maka bersekutu dalam yang sepertiga itu sesudah dipenuhi wasiat dan hutang-
hutangnya, dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). Allah
menetapkan yang demikian itu sebagai syariah yang benar dari Allah dan Allah
MAha Mengetahui lagi Maha Penyantun.
Sumi tidak terhijab (hirman) oleh siapapun, tetapi terkena pengurangan
(hijab nuqshan), yang bagiannya seperti tersebut diatas.

3. Pusaka Dengan Sebab Kekerabatan

a. Anak Turun Si Mati (Furu’ul Mayyit)


1. Anak perempuan shulbiyah
Anak perempuan shulbiyah adalah anak perempuan yang dilahirkan secara
langsung dari orang yang meninggal, baik yang meninggalkan itu ibunya atau
ayahnya. Bagian anak perempuan sulbiyah adalah

a. Setengah, bila iya hanya seorang diri dan tidak mewarisi bersama-sama dengan
saudara laki-laki yang menjadikan dia sebagai ashabah. Aturan ini didasarkan
kepada firman Allah :”……..Jika ia hanya seorang diri bagiannya separoh”. (QS.
4:11)

b.Dua pertiga, bila anak perempuan itu dua orang atau lebih dan tidak bersama-
sama dengan saudara laki-laki yang menjadikannya sebagai ashabah bersama
(‘asbah bilgair). Aturan ini tercantum dalam firman Allah “….maka jika mereka
itu perempuan-perempuan lebih dari dua orang, bagi mereka dua pertiga dari
harta peninggalannya” (QS.4:11)

c. Ushubah, bila ia mewarisi bersama-sama dengan saudara laki-lakinya, baik anak


perempuan itu tungal maupun banyak dan baik anak laki-lakinya tunggal atau
banyak. Ketentuan ini tercantum dalam firman Allah QS. 4: 7
169

2. Anak laki-laki
Anak laki-laki tidak termasuk ashabul furudh, ahli waris yang
mendapatkan bagian yang sudah ditentukan kadarnya, tetapi ia termasuk ahli waris
ashabah, penerima sisa peninggalan dari ashabul furudh atau penerima seluruh harta
peninggalan bila tidak ada dzawil furudh seorangpun. Sebagai ahli waris utama,
kendatipun kedudukannya dalam mewarisi hanya sebagai penerima sisa, ia tidak
pernah dirugikan. Sebab ia dapat menghalangi ahli waris lain untuk mempusakai
dengan hijab nuqsannya, sedangkan ia sendiri tidak dapat dihijab oleh ahli waris
manapun dan bahkan ia dapat menarik saudarinya untuk menerima ushubah
bersama dengan penerimaan yang berlipat dua dari pada penerimaan saudarinya.

Berdasarkan QS 4:11 bahwa anak laki-laki adalah ushubah. Adapun cara-


cara dalam mempusakai dirinci sebagai berikut :

1. Jika orang yang mati hanya meninggalkan seorang atau beberapa orang anak
laki-laki saja, maka anak laki-laki mewarisi selruh harta secara ta’shib.
2. Jika orang yang mati meninggalkan seorang atau beberapa orang anak laki-laki
san tidak meninggalkan anak perempuan seorangpun.
3. Jika orang yang mati meninggalkan anak laki-laki dan anak perempuan atau
atau ashabul furudh, maka seluruh harta atau sisa harta peninggalan setelah
diambil oleh ashabul furudh dibai dua, dengan ketentuan anak laki-laki
mendapat dua kali lipat anak perempuan. Kebanyakan ahli waris dapat dihijab
oleh anak laki-laki, kecuali :
e. Ibu
f. Bapak
g.Suami
h.Istri
i. Anak perempuan
j. Kakek
k.Nenek
170

3. Cucu Perempuan Pancar Laki-laki


Cucu perempuan pancar laki-laki ialah anak perempuan dari anak laki-laki
orang yang meninggal dunia (bintul ibni) dan anak perempuannya cucu laki-laki
pancar laki-laki (bintu-ibnil ibni) sampai ke bawah.

Hak pusaka cucu perempuan pancar laki-laki ada 6 macam :

1. Setengah, bila ia seorang diri


2. Dua pertiga, bila ia dua orang atau lebih. Penerimaan setengan setengah dan
dua pertiga ini bila bersama-sama dengan ahli waris yang menjadikan mereka
ashabah bersama (mu’ashabah ma’al ghair)
3. Ushubah, bila ia mewarisi bersama-sama dengan ahli waris yang
menjadikannya ‘asbah bersama. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan,yaitu :
a. Jika tidak ada ashabul furudh seorang pun, mereka menerima seluruh harta
peninggalm secara ‘ushubah, dengan ketentuan bahwa mereka yang laki-
laki mendapat bagian dua kali lipat bagian perempuan.
b. Jika ada ashabul furudh, mereka hanya menerima sisa harta dari ashabul
furudh juga dengan cara pembagian seperti diatas.
c. Jika harta peninggalan telah dihabiskan oleh ashabul furudh mereka tidak
menerima bagian sedikitpun.
Cucu perempuan pancar laki-laki dapat menghijab ahli waris :
1. Saudara (si mati) seibu dan
2. Saudari (si mati) seibu
Ia dapat dihijab oleh ahli waris :

1. Dua orang anak perempuan shulbiyah


2. Dua orang cucu perempuan pancar laki-laki yang lebih tinggi derajatnya,
bila tidak ada mu’ashib yang mendampinya.
3. Far’ul warist laki-laki yang lebih tinggi derajatnya, seperti anak laki-laki
atau cucu laki-laki yang lebih tinggi derajatnya, baik ia tunggal atau
banyak, baik bersama-sama dengan mua’ashib maupun tidak.
171

4. Cucu Laki-laki Laki-laki Pancar Laki-laki


Cucu laki-laki pancar laki-laki adalah termasuk far’ul warits, yaitu anak
turunan si mati yang mempunyai hak mewarisi. Hak pusaka far’ul warits itu
adakalanya dengan jalan fardh, seperti anak perempuan dan cucu perempuan
pancar laki-laki sampai kebawah, dan adakalanya dengan jalan ‘ushubah dengan
ketentuan sebagai berikut :

a) Jika si mati tidak mempunyai anak dan tidak ada ahli warist yang lain, ia
menerima seluruh harta peninggalan secara ‘ushubah. Dan jika ada ahli
waristashabul furudh, ia menerima sisa ashabul furudh.
b) Jika cucu itu mewarisi bersama-sama dengan saudari-saudarinya, ia membagi
seluruh harta peninggalan atau sisia harta dari ashbul furudh dengan saudari-
saudarinya menurut perbandingan 2:1. Untuk laki-laki menerima dua kali lipat
bagian perempuan.
Kebanyakan ahli warist dapat dihijab oleh cucu laki-laki pancar laki-laki,
kecuali:

1. Ibu
2. Ayah
3. Suami
4. Istri
5. Anak perempuan
6. Cucu perempuan pancar laki-laki
7. Kakek shalih dan
8. Nenek shalihah
Ia sendiri dapat dihiajab oleh setiap orang laki-laki yang lebih tinggi
derajatnya. Selain yang telah disebutkan diatas ada dua ahli waris yang
termasuk juga kepada furu’ul waris, yaitu anak dalam kandungan, anak zina
dan anak li’an. Anak dalam kandungan tergolong ahli warisyang berhak
menerima warisan dengan syarat-yarat :
172

a. Sudah mempunyai ujud pada saat orang yang mewariskan mati dengan
asumsi bahwa sperma yang berada dalam rahim apabila tidak hancur,
mempunyai zat hidup, karena itu dihukumkan hidup.
b. Dilahirkan dalam keadaan hidup dengan tanda-tanda hidup, seperti
menangis, bergerak dan lain-lain, seperti disabdakan Nabi : “Apabila anak
yang dilahirkan itu berteriak, maka diberi pusaka” (Riwayat Ashabus
Sunah).
Oleh karena anak dalam kandungan tergolong ahli waris dan menerima
pusaka apabila dilahirkan dalam keadaan hidup, apabila dalam keadaan begini
sebaiknya harta pusaka tidak dibagikan dahulu sampai anak dalam kandungan
dilahirkan, agar dapat secara jelas diketahui bagiannya, jika ia laki-laki atau
perempuan, sendiri atau kembar.

Anak zina ialah anak yang dilahirkan diluar perkawinan menurut syariat.
Para ahli sepakat bahwa anak sepertiitu tidak dinasabkan kepada bapak nya
sebagai anak sah kalau anak itu dilahirkan kurang dari 6 bulan dari akad
perkawinan.

Adapun anak li’an ialah anak yang dihukumi tidak bernasab dengan
ayahnya setelah terjadi tuduh menuduh zina antara kedua suami istri menurut
sifat-sifat yang telah dijelaskan didalam al-quran.

Kedua macam anak tersebut putus hubungan nasab dengan ayahnya,


tetapi pertalian nasap dengan ibunya masih tetap utuh. Oleh karena itu mereka
mempusakai orang yuanya dari pihak ibu dan keluarga-keluarga ibunya,
bukan dari puhak bapaknya. Hal ini didasarkan kepada Sabda Nabi : Dari Ibn
Umar RA. Menjelaskan bahwa seorang laki-laki yang li’an istrinya pada
zaman nabi Muhammad SAW dan mengingkari anak istri tersebut, maka Nabi
menceraikan keduanya dan mempertemukan nasab anaknya kepada ibunya’.
(Bukhari dan Abu Daud).
173

b. Leluhur Mayit (Ushulul Mayyit)

1. Pusaka Ibu
Bagain ibu ada tiga macam :

c. Seperenam dengan ketentuan bila ia mewarisi bersama-bersama sengan far’ul


warits bagi si mati, baik far’ul warits itu seorang atau lebih, laki-laki atau pun
perempuan atau ia bersama denga saudara-saudara simati baik kandung, seibu
maupun seayah, atau campuran seibu dan seayah. Aturan ini didasarkan
kepada firman Allah SWT “…..Dan untuk ibu bapak, masing-masing nya
seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal mempunyai
anak…..”QS. 4: 11
d. Sepertiga denga ketentuan tidak bersama-sama dengan far’ul warits bagi
simati ataupun bersama-sama dengan dua orang atau lebih sudari-saudari
simati yang mewarisi hanya ia sendiri dengan ayah simati tanpa salah seorang
suami-istri si mati.
Apabila si mati bersama dengan far’u ghairu warits bagi si mati atau
bersama dengan seorang saudari-saudari bagi simati, maka ia tidak terhijab dari
1/3 menjadi 1/6 fardh. Bila ia mewarisi bersama dengan ayah salah seorang
suami atau istri, ia mendapat 1/3 sisa peninggalan. Dasar hukun seperti ini
adalah : “……jika yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh
ibu bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga……” (QS. 4:11)

Tidak ada ahli warits yang dapat menghijab hirman terhadap ibu, tetapi
ada 2 ahli warits yang dapat menghijab muqshan padanya, yaitu :

1. Far’ul warits secara mutlak dan


2. Dua orang saudara, secara mutlak
Sedangkan Ibu dapat menghijab ahli warits, yaitu :

1. Ibunya Ibu (Ummul Umi)


2. Ibunya Ayah (Ummul Abi) keatas
174

2. Pusaka Nenek Shahihah


Nenek shalihah ialah leluhur perempuan (nenek) yang dipertalikan kepada si
mati tanpa memasukkan kakek ghairu shalih. Bagian nenek adalah seperenam dengan
ketentuan bila ia tidak bersama- sama ibu baik sendiri ataupun beberapa orang.Para
ahli waris yang dapat menghijab nenek adalah:

1. Ibu
2. Ayah
3. Kakek shalih
4. Nenek yang dekat

3. Pusaka Ayah
Seseorang ayah mempusakai harta peninggalan anaknya dengan tiga macam
bagian, yaitu:

1. Seperenam, dengan ketentuan bila anak yang diwarisi mempunyai far’u warist
mudzakkar (anak turun si mati yang berhak mewarisi yang laki-laki), yaitu anak
laki-laki dan cucu laki-laki pancar laki-laki sampai ke bawah.
2. Seperenam dan ‘ushubah, dengan ketentuan bila anak yang diwarisi mempunyai
far’u warits muannats (anak turun simati yang perempuan), yakni anak perempuan
dan cucu perempuan pancar laki-laki sampai kebawah. Hal ini didasarkan pada
firman Allah SWT : “……Dan untuk ibu bapak, masing-masing seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal mempunyai anak….(QS. 4:11)
3. ‘Ushubah, bila anak yang diwarisi harta peninggalannya tidak mempunyai far’u
warits sama sekali, baik laki-laki maupun perempuan, sesuai firman Allah
“……(tetapi) jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi
oleh ibu dan bapaknya (saja), maka untuk ibunya sepertiga bagian….”(QS 4:11)
4. Pusaka Kakek
Istilah kakek dalam ilmu ilmu faraidl ada dua arti, yaitu kakek shahih dan kakek
ghair shahih. Kakek shahih, ialah kakek yang hubungan nasabnya dengan si mati
tanpa diselangi oleh perempuan. Seperti ayahnya ayah (abul ab) dan ayah dari
ayahnya ayah (abul abil ab) sampai ke atas.
175

Kakek ghair sahih, yaitu kaek yang hubungan nasabnya dengan si mati diselingi
oleh perempuan. Seperti ayahnya ibu (abul um) dan ayah dari ibunya ayah (abu
umi ab). Kakek dapat menduduki statusnya ayah bila tidak ada ayah dan saudara-
saudara atau saudari-saudari sekandung atau seayah, karena itu ia mendapat
bagian pusaka seperti bagian ayah, yaitu :

a. Seperenam bila si mati mempunyai anak turun yang berhak waris yang laki-laki
(far’warits-mudzkkar)

b. Seperenam dan sisa dengan jalan ‘ushubah bila si mati mempunyai anak turun
yamg berhak waris yang perempuan (far’warits-muannats)

c. ‘Ushubah, bila simati tidak mempunyai far’ul warits secara mutlak, baik laki-laki
maupun perempuan, atau bila ia mempunyai anak turun yang tidak berhak
menerima usaka (far’u ghairu waits), seperti cucu perempuan pancar laki-laki.

Para ahli warits yang termahjub oleh kakek shahih ialah :

1. Saudara-saudara sekandung
2. Saudara-saudara seayah
3. Saudara-saudara seibu
4. Anak laki-laki saudara sekandung
5. Anak laki-laki nya saudara
6. Paman sekandung
7. Paman seayah
8. Anak laki-laknya paman sekandung
9. Anak laiki-lakinya seayah

Adapun ahli warits yang menghijabnya adalah

1. Ayah
2. Kakaek shahih yang lebih dekat dengan si mati
176

C. Kerabat Menyamping ( Al-Hawasyi)

1. Pusaka Saudari Sekandung


Pusaka saudari kandung di dalam pusaka mempusakau itu ada lima macam :

1. Separoh, yaitu bila ia hanya seorang diri dan tidak mewarisi bersama dengan
saudara kandung yang menjadikannya ‘ashabah (bilghair)
2. Dua pertiga, yaitu bila saudari tersebut dua orang atau lebih dan tidak mewarisi
bersama-sama dengan saudara kandung yang menjadikannya ‘ashabah (bilghair)
3. ‘Ushubah (bilghair), yaitu, baik tunggal maupun banyak. Mereka semuanya
dapat menerima seluruh harta peninggalan atau sisa dari dzawik furudh dengan
ketentuan bahwa penerimaan saudara adalah dua kali kipat peneimaan saudari
4. ‘Ushubah (ma’al ghair), yaitu bila ia mewarisi bersama-sama:
a. Seorang atau beberapa orang anak perempuan
b. Seorang atau beberapa orang cucu perempuan pancar laki-laki
c. Anak perempuan dan cucu perempuan pancar laki-laki, dengan ketentuan
saudari kandung tersebut tidak bersama-sama degan saudara kandung yang
menjadi ma’ashibnya. Tetapi bila ada saudara kandung. Sebagai
konsekuensinya andaikata sudah tidak ada sisa yang tinggal setelah setelah
pembagian kepada dzawil furudh, ia tidak menerima apa-apa.
Bila seorang atau beberapa orang saudari kandung bersama-sama
dengananak perempuan atau cucu perempuan pancar laki-laki, mereka dapat
menghijab ahli warits :

1. saudara seayah
2. anak laki-laki saudara seayah seibu
3. anak laki-laki saudara seayah
4. paman seayah seibu
5. paman seayah
6. anak laki-laki paman seayah seibu
7. anak laki-laki paman seayah
8. saudari seayah
177

Bila saudari kandung atau lebih, mereka dapat menghijab seorang atau
beberapa orang saudari seayah. Adapun ahli waris yang menghijab saudari
kandung, bail tunggal atau beberapa orang baik bersama-sama dengan saudara
kandung maupun tidak ialah :

1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki dan
3. Ayah

2. Pusaka Saudari Seayah


Bagian saudari seayah adalah sebagai berikut:

1. Separoh, yaitu bila ia hanya seorang diri dan tidak mewarisi bersama-sama
denga saudari kandung atau saudara seayah yang menjadikannya ‘ashabah (bil
ghair)
2. Dua pertiga, yaitu dalam keadaan bila saudari tersebut dua orang atau lebih
yang tidak mewarisi bersam-sama dengan saudari kandung atau saudara
seayah yang menjadikan ‘ashabah (bil ghair)
3. ‘Ushubah (bil ghair), yaitu baik seorang diri maupun banyak bila ia mewarisi
bersama-sama dengan saudara tunggal seayah. Dalam hal ini saudara
memperoleh dua kali lipat bagian saudari.
4. ‘Ushubah (ma’al ghair), yaitu bila ia mewarisi bersama-sama dengan anak
perempuan pancar laki-laki betapa pun menurunnya, serta anak perempuan
dan cucu perempuan pancar laki-laki dalam hal ini ia mendapat ia mendapat
sisa peninggalan setelah para ahli warits tersebut mengambil bagiannya.
Apabila tidak ada sisa sama sekali, ia tidak menerima apa-apa.
5. Seperenam sebagai pelengkap dua pertiga, bila ia mewarisi bersama-sama
dengan saudari kandung. Kalau ia mewarisi bersama dengan saudara seayah,
ia menjadi ‘ashabah bil ghair, yaitu menerima sisa dari ‘ashabah furudh dan
jika ternyata sudah tidak ada sisa sama sekali terpaksa mereka keduanya tidak
mendapat bagian sedikitpun.
178

Saudari seayah jika bersama-sama dengan saudara seayah tidak dapat menghijab
ahli waris manapun. Jika bersama-sama dengan saudara seayah ia dapat
menghijab :

1. Anak laki-laki saudara (kemenakan) seayah ibu


2. Kemenakan seayah
3. Paman seayah-ibu
4. Paman seayah
5. Anak laki-laki paman (saudara sepupu) seayah ibu
6. Saudara sepupu ayah
Ahli waris yang dapat menghijab saudara seayah adalah :

1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Ayah
4. Saudara (laki-laki) seayah seibu
5. Saudara sekandung yang menjadi ‘ashabah ma’al ghair
6. Dua orang saudari sekandung, jika saudari seayah tidak mewarisi bersama-
sama dengan muashibnya.

3. Pusaka Saudara-saudari Tunggal Ibu (Auladul Ummi)


Saudara-saudari tunggal ibu adalah anak-anaknya ibu si mati atau saudara tiri
si mati yang lahir dari ibu. Bagian mereka adalah :

1. Seperenam, bila mereka tunggal, baik laki-laki maupun perempuan


2. Sepertiga, bila mereka banyak, baik laki-laki maupun perempuan.
Mereka tidak memiliki ketentuan itu bila simati tidak dalam keadaan kalalah,
yaitu tidak beranak turun yang berhak mewarisi (far’ul warits) baik laki-laki maupun
perempuan mereka tidak mewarisi dalam kalalah, mereka tehijab oleh far’ul warits
atau ashlul warits mudzakkar.
179

Anak-anak ibu (saudara-sudari tiri simati) ini tidak dapat menghijab siapa
pun, bahkan mereka dapat menghijab oleh :

1. Anak laki-laki atau perempuan


2. Ayah
3. Kakek shahih

4. Pusaka Saudara Kandung


Hak pusaka saudara kandung adalah’ushubah, dengan ketentuan apabila
mereka tidak bersama-sama dengan ahli warits yang dapat menghijabnya dan tidak
bersama-sama kakek shahih. Kalau mereka bersama-sama kakek shahih mereka
membagi rata dengan kakek shahih. Secara terperinci pusaka mereka sebagai berikut :

a. Kalau tidak ada ahli waris selain seorang saudara, maka ia mendapat seluruh
harta.
b. Kalau ahli waris semuanya terdiri dari saudara-saudara kandung, maka seluruh
harta peninggalan dibagi rata antar mereka.
c. Kalau ahli waris nya terdiri dari saudara dan saudari sekandung, seluruh harta
peninggalan dibagi antar mereka dengan ketentuan yang laki-laki mendapat sua
kali perempuan
d. Kalau mereka mewarisi bersama-sama dengan saudara-saudara seibu dan
kebetulan tidak ada sisa yang tinggal untuknya, maka ia menggabunggkan diri
dengan saudara-saudara ibu dalam menerima 1/3
e. Kalau mereka mewaris bersama-sama dengan ahli waris selain dari golongan
ashabul furudh, mereka menerima sisa dari ashabul furudh.
Para ahli waris yang terhijab oleh saudara laki-laki sekandung adalah :

1. Saudara seayah
2. Anak laki-laki saudara sekandung
3. Anak laki-laki saudara seayah
4. Paman sekandung
180

5. Paman seayah
6. Anak laki-laki paman sekandung
7. Anak laki-laki paman seayah
Sedangkan yang menghijab saudara sekandung adalah :

1. Ayah
2. Anak laki-laki
3. Cucu laki-laki pancar laki-laki

5. Pusaka Saudara Seayah


Pusaka saudara seayah dengan cara ‘ushubah, bila tidak ada ahli waris yang
menghijabnya, sebagaimana halnya cara pusaka saudara kandung. Hanya kalau sudah
tidak ada sisa harta peninggalam, mereka tidak bias menggabungkan diri kepada
saudara-saudara seibu dalam mendapat 1/3, karena mereka tidak mempunyai garis
yang sama dalam mempertemukan nasabnya kepada ibu, seperti saudara-saudara
kandung.

Para ahli waris yang terhijab oleh saudara seayah adalah :

1. Anak laki-laki saudara sekandung


2. Anak laki-laki saudara seayah
3. Paman sekandung
4. Paman seayah
5. Anak laki-laki paman sekandung
6. Anak laki-laki paman seayah

Sedangkan ahli waris yang dapat menghijab saudara seayah adalah :

1. Saudara sekanng
2. Ayah
3. Anak laki-laki
4. Cucu laki-laki pancar laki-laki
181

5. Saudari sekandung bila bersama anak perempuan atau cucu perempuan pancar
laki-laki

6. Pusaka Anak-anak Saudara (Kemenakan laki-laki), paman-paman dan anak-


anak paman (Saudara sepupu laki-laki)
Mereka tergolong aahli waris ‘ashabah yang utama setelah anak laki-laki,
cucu laki-laki pancar laki-laki sampai kebawah, bapak, kakek terus keatas, saudara
kandung dan saudara seayah.

Anak laki-laki saudara sekandung dapat menghijab ahli waris :

1. Anak laki-laki saudara seayah


2. Paman sekandung
3. Paman seayah
4. Anak laki-laki paman sekandung
5. Anak laki-laki paman sekandung

Ahli waris yang dapat menghijabnya adalah:

1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Bapak
4. Kakek
5. Saudara (laki-laki)
6. Saudara seayah
7. Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ‘ashabah ma’al ghair bersama-sama
dengan anak perempuan atau cucu perempuan.

Anak laki-laki saudara seayah dapat menghijab ahli waris:

1. Paman sekandung
2. Paman seayah
182

3. Anak paman sekandung


4. Anak paman seayah
Ahli waris yang dapat menghijabnya adalah:

1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Ayah
4. Kakek
5. Saudara sekandung
6. Saudara seayah
7. anak laki-laki saudara sekandung
8. Saudara sekandung atau seayah yang menjadi ‘ashabag m’al ghair bersama-
sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan
Paman dapat menghijab ahli waris:

1. Paman seayah
2. Anak laki-laki paman sekandung
3. Anak laki-laki paman seayah

Ahli waris yang dapat menghijab paman adalah :

1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Ayah
4. Kakek
5. Saudara sekandung
6. Saudara seayah
7. Anak laki-laki saudara sekandung
8. Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ‘ashabah ma’al ghair bersama-
sama anak perempuan
9. Anak laki-laki saudara seayah

Paman seayah dapat menghijab ahli waris :


183

1. Anak laki-laki paman sekandung


2. Anak laki-laki paman seayah

Para ahli waris waris yang menghijab paman seayah adalah:

1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Ayah
4. Kakak
5. Saudara sekandung
6. Saudara seayah
7. Anak laki-laki saudara sekandung
8. Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ‘ashabah ma’al ghair bersama-
sama anak perempuan atau cucu perempuan
9. Anak laki-laki saudara seayah
10. Paman sekandung
Anak laki-laki paman sekandung dapat menghijab anak laki-laki paman
seayah saja. Sedangkan ahli waris yang dapat menghijab anak laki-laki paman
sekandung adalah :

1. Anak laki-laki
3. Cucu laki-laki pancar laki-laki
4. Ayah
5. Kakek
6. Saudara sekandung
7. Saudara seayah
8. Anak laki-laki saudara kandung
9. Saudara sekandung atau seayah yang menjadi ‘ashabah ma’al ghair
bersama sama sengan anak perempuan atau cucu perempuan
10. Anak laki-laki saudara seayah
11. Paman seayah
184

Anak laki-laki paman seayah tidak dapat menghijab ahli waris manapun,
sedangkam yang dapat menghijabnya adalah :

1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Ayah
4. Kakek
5. Saudara laki-laki sekandung
6. Saudara laki-laki seayah
7. Anak laki-laki saudara sekandung
8. Saudari sekandung atau seayah yang enjadi ‘ashabah ma’al ghair bersama
anak perempuan
9. Anak laki-laki saudara seayah
10. Paman sekandung
11. Paman seayah
12. Anak laki-laki paman sekandung
Sistem kewarisan diatur dan ditetapkan dalam ajran Islam untuk
melindungi keluarga dari persilisihan dan perpecahan serta menjamis hak-hak
anggota keluarga atas harta yang ditinggalkan. Dengan demikian hak-hak pemilikan
atas harta pusaka dapat diserahkan kepada ahli warisya secara adil.
185

EVALUASI

1. Jelaskanlah hukum perkawinan

2. Jelaskanlah faktor-faktor penting yang diperhatikan sebelum melakukan pernikahan

3. Jelaskanlah kewajiban suami-istri

4. Bagaimana tata cara mewujudkan rumah tangga sakinah, mawaddah, warahmah

5. Jelaskanlah yang dimaksut dengan ahli waris, warisan, dan kewarisan

6. Jelaskanlah ketentuan pembagian harta warisan menurut Islam

7. Jelaskanlah hikmah kewarisan dalam Islam


186

DAFTAR PUSTAKA

Sosroadmodjo, Arso. 1978. Hukum Perkawinan di Indonesia. Bulan Bintang. Jakarta

Shihab, Quraish. 1999. Wawasan Al-Quran. Mizan. Jakarta

Depag. 2000. Pendidikan Agama Islam Pada Perguuruan Tinggi Umum. Direktorat
Jendral Kelembagaan Agama Islam. Jakarta

Muslim, Nurdin. 1992. Moral dan Kognisi Islam. Alpha betha. Jakarta.

Syarifuddi, Amir. 1984. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat
Minang Kabau. Gunung Agung. Jakarta
187

BAB X

SISTEM POLITIK ISLAM

Tujuan Instruksional Umum

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan prinsip dasar politik Islam

2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai-nilai dasar system politik dalam Al- Quran

3. Mahasiswa dapat mengetahui kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional dan
luar negri

Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan prinsip dasar politik Islam

2. Mahasiswa dapat menjelaskan nilai-nilai dasar system politik dalam Al- Quran

3. Mahasiswa dapat menjelaskan kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional dan
luar negri dan melaksanakannya untuk mencapai kehidupan kehidupan yang stabil
dan harmonis.

A. Pengertian Politik
Kata politik berasal dari Bahasa Latin politicus yang berarti relating to citizen
(hubungan warga Negara), keduanya berasal dari kata polis yang berarti kota. Dalam
bahasa Arab, politik biasa diterjemahkan dengan kata siyasah,kata ini diambil kata
sasa-yasuusu yang diartikan mengemudi, mengendalikan dan mengatur. Jadi kata
politik diartikan mengurus, mengatur kepentingan seseorang.

Istilah politik pertama kali dikenal melalui buku Plato yang berjudul
”Republi”. Kemudian muncul karya Aristolteles yang juga berjudul Politeia. Kedua
karya ini dipandang sebagai pangkal pemikiran politik yang berkembang kemudian.
Dari karya tersebut dapat diketahui bahwa politik merupakan istilah yang
dipergunakan untuk konsep pengaturan masyarakat, sebab yang dibahas dalam kedua
buku itu adalah soal-soal yang berkenaan dengan masalah bagaimana pemerintah
188

dijalankan agar terwujud sebuah masyarakat atau negara yang baik. Dengan
demikian, dalam konsep tersebut terkandung berbagai unsure, seperti lembaga yang
menjalankan aktivitas pemerintahan, masyarakat sebagai pohak yang berkepentingan,
kebijaksanaan dan hokum-hukum yang menjadi sarana pengaturan masyarakat dan
cita-cita yang hendak dicapai.

Meskipun para pemikir dan ilmuan politik tidak memiliki kesepakatan


mengenai definisi politik, namun unsure-unsur tersebut diatas dapat ditemukan secara
parsial ataupun implicit dalam definisi yang mereka kemukakan.

Abdul Qadim Zallum menyatakan bahwa politik atau siyasah mempunyai


makna mengatur urusan rakyat baik dalam maupun luar negeri. Negara adalah
institusi yang mengatur urusan tersebut secara praktis, sedangkan rakyat mengoreksi
pemerintah dalam melakukan tugasnya.

Definisi diatas mengungkapkan bahwa politik merupakan pemikiran-


pemikiran yang berhubungan dengan mengurus kepentingan masyarakat. Pemikiran
tersebut dapat berupa pedoman, keyakinan, hokum atau aktivitas-aktivitas yang
terjadi maupun berupa informasi-informasi.

Seorang manusia dilihat dari keberadaanyan sebagai manusia atau individu


yang hidup didunia merupakan seorang politisi, menyukai politik, terlibat dalam
politik. Hal ini karena ia mengurus kepentingannya, atau kepentingan orang lain yang
menjadi tanggung jawabnya atau kepentingan rakyat serta mengurusi kepentingan
pemikiran dan ideologinya.

Sekurang-kurangnya ada lima kerangka konseptual yang dapat digunakan


dalam memahami ppolitik. Pertama, politik dipahami sebagai usaha warga Negara
dalam membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik sebagai
segala hal yang berkiatan dengan penyelenggaraan Negara dan pemerintah. Ketiga,
politik sebgai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan
kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politik sebagai kegiatan yang berkaitan
dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Kelima, politik sebagai konflik
dalam rangka mencari atau mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.
189

Dalam Al-quran tidak dibahas secara teknis permasalahan politik, karena Al-
quran ditujukan kepada semua manusia yang lintas ras, etnis, waktu dan tempat.
Sehingga dengana hanya mengemukakan prinsip dan norma-norma politik umat islam
mampu menterjemahkannya disetiap waktu, tempat dan kebutuhan yang berkembang.
Namun walaupun dalam Islam terdapat peluang untuk berpolitik secara lebih luas
dalam kekuasaan harus tunduk kepada hokum dan aturan Allah, artinya Allah adalah
penguasa terhadap segala sesuatu dialam semesta ini. Hal ini dijelaskan oleh Allah
dalam surah Al-Maidah : 8 “ Dan kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi seta
apa yang terdapat didalamnya”

B. Prinsip Dasar Politk Islam


Politik Islam didasarkan kepada tiga prinsip ,yaitu tauhid, risalah dan
khalifah. Tauhid berarti mengesakan Allah SWT selaku pemilik kedaulatan tertinggi.
Oleh karena itu manusia sebagai pengemban amanah, sehingga tindak tanduk politik
yang dilakukan musllim terkait erat dengan keyakinan kepada Allah SWT.

Risalah merupakan medium perentara penerimaan manusia terhadap hukum-


hukum Allah SWT. Sebagai orang yang beriman kepada risalah tersebut
berkewajiban menjadikannya sebagai pegangan hidup. Jadi, risalah berfungsi sebagai
fungsi norma dan nilai dalam melaksanakan politik.

Khalifah berarti pemimpin atau wakil Allah di bumi. Oleh karena itu dituntut
untuk melakukan tugas kekhalifahan dengan baik dan maksimal sebagai aturan-aturan
yang ditetapkan oleh Allah.

Dalam pelaksanaan politik, islam juga memiliki norma-norma yang harus


diperhatikan. Norma-norma itu merupakan karakteristik pembeda politik Islam dari
sitem politik lainnya. Diantara norma-norma itu adalah :

1. Politik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan


dijadikan sebagai tujuan akhir atau satu-satunya.
2. Politik Islam berhubungan dengan kemaslahatan umat.
3. Kekuasaan mutlak adalah milik Allah
190

4. Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur ala mini secara
bijak
5. Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah
6. Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan
Rasul.
7. Islam tidak menetukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara.

Kepemimpinan politik dalam Islam harus memenuhi syarat-syarat yang telah


digariskan oleh ajaran agama. Penjelasan itu terdapat dalam surat An-Nisa : 59-59
”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia
supaya kamu menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baik kepada kamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang
yang beriman taatilah Allah dan Rasull (Nya) dan ulil Amri diantara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia
kepada Allah (Quran) dan Rasul(Sunnahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemuadian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
akibatnya.

Jadi pada ayat diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa syarat
kepemimpinan politik dalam Islam antara lain: amanah, yaitu bertanggung jawab
dengan tugas dan kewenangan yangdiemban, adil yaitu mampu menepatkan segala
sesuatu secara provisional dan tepat, taat kepada Allah dan menjadikan Quran dan
sunnah sebagai referensi utama.
191

C. Nilai-nilai Dasar Sitem Politik Dalam Al-quran


Al-quran sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama Islam mengandung
ajarab tentang nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dalam pengembangan sistim
politik islam. Nilai-nilai dasar tersebut adalah :

1. Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan umat sebagaimana tercantum


dalam QS 23 (Al-Mu’minun) : 52 “Sesesungguhnya umat kamy ini umat yang
satu dan aku adalah Tuhan kamu, maka bertakwalah kamu kepada-Ku.
2. Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyyah.
Dalam QS 42 (al-Sura) : 38 dan QS 3 (Ali Imran) : 159 dijelaskan :
a) Urusan mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka.
b) Dan bermusyawarah dengan mereka dalam urusan itu
3. Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil. Dalam QS 4
(An-nisa) :58 Allah berfirman ; “Sesengguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu
apabila menetapkan hokum diantara manusia supaya kamu menetapkan secara
adil”
4. Kemestian menaati Allah dan Rasulullahdan ulil Amri (pemegang kekuasaan)
sebagaimana difirmankan dalam QS 4 (an-nisa) : 59 ” Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul (Nya, da orang-orang yang
memegang kekuasaan diantara kamu”
5. Keniscayaan mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat Islam,
sebagaimana difirmankan dalam QS 49 (al-hujarat) :9 “ Dan jika ada dua
golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah keduanya”
6. Kemestian mementingkan perdamaian dari pada permusuhan. Dalam QS 8 ( al-
anfal) : 61 Allah berfirman “ Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang
memerangi kamu, tetapi janganlah kamu melampaui batas”
7. Kemestian mementingkan perdamaian daripada permusuhan. Dalam QS (al-
anfal) : 61 “Apabila mereka condong kepada perdamaian, hendaklah kamu pun
condong kepadanya dan bertakwalah kepada Allah”
8. Keharusan meningkatkan kewaspadaan dalam bidang pertahanann dan keamanan,
sebagaimana firman Allah Allah dalam QS (al-anfal) : 60 “ Dan siapkanlah untuk
192

menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kamu sanggupi, dari kuda-kuda
yang ditampat untuk berperang, (yang dengan persiapan itu) kamu dapat
mengetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain yang kamu tidak
ketahui sedangkan Allah mengetahuinya”
9. Keharusan menepati janji, sebagaimana firman Allah dalam QS 16 (an-nahahl):
91 “ Dan tepatilah perjanjian dengan Allah, apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membetalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah meneguhkannya”
10. Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa sebagaimana firman Allah
dalam QS 49 (alhujarat) : 13 “ Hei manusia, sesungguhnya kami telah
mencuptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”
11. Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat. Dalam QS 59 (al-
hasyr) : 7 “ Supaya harta itu tidak beredar diantara orang-orang kaya diantara
kamu”.
12. Keharusan mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan hokum, dalam hal :
a. Menyidikitkan beban (taqlil al-takalif)
b. Berangsur-angsur (al-tadarruj)
c. Tidak menyulitkan (‘adam al-Haraj)

D. Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional


Kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional sudah dimulai semenjak
masa penjajahan (pra kemerdekaan). Didalam sejarah terbukti bahwa perjuangan
gigih untuk mendapatkan kemerdekaan yang digerakkan oleh tokoh-tokoh muslim
diberbagai daerah. Perjuanagan gigih ini dipicu oleh adanya keyakinan beragama
terhadap penolakan kezaliman yang sangat dilarang oleh agama dan penjajahan,
penindasan dan ketidak adilan. Diantara tokoh muslim pada era itu adalah Tuanku
Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Tuan Ku Nan Ranceh, Sultan
Badaruddin dan lainnya.
193

Pada fase kemerdekaan tokoh-tokoh muslim pun berperan aktif dalam


menetapkan dasr-dasr ideology berbangsa dan bernegara. Lahirnya Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 merupakan refleksi dari nilai –nilai ajaran Islam dalam
kehidupan berbangsa di Indonesia. Hal ini dapat di pahami dari sila-sila Pancasila
yang memuat prinsip-prinsip tauhid, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan
mufakat serta keadilan sosial. Begitu juga denagan dicantumkanmya pada pembukaan
UUD 1945 tentang kemerdekaan sebagai rahmat Allah SWT.

Selanjutnya pada masa Orde Baru tokoh-tokoh muslim juga memberikan


konstibusipolitik yang berarti sangat berarti bagi kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara seperti lahirnya Tri Kerukunan umat beragama yang mengatur tentang
kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah. Pada masa ini juga dikeluarkan
UU Peradilan Agama dan Komplikasi Hukum Indonesia (KHI) yang menjawab
kebutuhan masyarakat muslim terhadap hokum Islam positif di Indonesia.

Sedangkan pada Orde Reformasi perjuanagn politik umat Islam semakin


terbuka lebar, hal ini didukung oleh perkembangan demokrasi politik di Indonesia.
Perjuangan politik itu diiringi dengan menjamurnya partai-partai politik baru yang
berasaskan Islam yang dimotori oleh para politikus muslim. Selain itujuga
dikeluarkan berbagai peraturan perundangan negara yang berhubungan dengan
kebutuhan umat Islam seperti undang-undang Pengelolaan Zakat no 38 tahun 1999
dan disejajarkannya posisi Peradilan Agama dengan tiga peradilan lainnya (
Pengadilan Negeri, Pengadilan Militer dan PEngadilan Tata Usaha Negara) di bawah
Mahkamah Agung.

Beberapa contoh tentang perjuangan umat Islam dalam konteks bernegara


diatas menunjukkan bahwa Islam dan ajarannya mampu memberi kontribusi yan
berarti dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Ini terbukti
dalam kesuksesan Islam dengan ajarannya yang mampu merespon berbagai persoalan
kehidupan manusia untuk menjadi masyarakat dan individu yang memiliki peradaban
mulia dan terhormat.
194

E. Prinsip-prinsip Politik Luar Negeri


Politik luar negeri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari politik,
karena politik merupakan pemikiran tentang pemeliharaan urusan dan kepentingan
masyarakat di negeri sendiri serta kepentingan negara dan bangsa lain. Politik luar
negeri merupakan bagian yang dianggap sebagai komponen penting dari perpolitikan.

Yang harus diperhatikan dalam politik luar negeri adalah bangsa-bangsa yang
berpengaruh, terutama yang berkaitan dengan masyarakat, bangsa dan keyakinan.
Dengan demikian, politik luar negeri berkaitan dengan kebijakan bangsa yang
berpengaruh, terutama yang memberikan pengaruh kepada bangsa dan masyarakat,
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh sebab itu, seluruh umat Islam harus dibekali dengan sikap kehati-hatian
terhadap berbagai bentuk ancaman luar. Mereka harus dibekali dengan kemampuan
berpolitik didunia internasional, dimulai dengan meningkatkan kesadaran dan
mengamati dari dekat kepentingan negara lain, serta mengawasi berbagai
kemungkinan munculnya bahaya.

Politik luar negeri dalam Islam terdiri atas dasar-dasar kuat yang mempunyai
tujuan yang jelas. Tujuan-tujuan itu adalah :

a. Mengamankan penyebaran dakwah kepada manusoa, sehingga suara dakwah itu


dapat sampai keseluruh manusia.
b. Mengamankan batas-batas territorial Negara Islam dan umat Islam yang hidup
dinegara itu terhadap seluruh musuh yang berusaha menyebarkam fitnah terhadap
agama mereka atau menganggu negera mereka.
c. Mengaplikasikan system jihad fi sabilillah yang mask didalamnya pemahaman
tentang perang dan pertempuran secara islami atau tunduk pada tujuan Islam,
yakni menegakkan kalimat Allah SWT.
Politik luar negeri bermakna mengatur hubungan Negara dan rakyatnya serta
instansi-instansi yang ada dibawahnya, dengan Negara-negara lain dan oranisasi-
organisi kenegaraan lainnya. Secara umum, politik luar negeri bertujuan untuk
menjaga kedaulatan Negara, keamanannya serta menjaga kepentingan ekonominya.
195

Politik luar negeri ini akan mempengaruhi secara besar bagi perjalanan Negara,
seperti pertahanan, keamanan, ekonomi dan sisi kehidupan lainnya. Dari sini terlihat
bahwa politik luar negeri merupakan salah satu tugas penting yang harus dijalankan
oleh puncuk pimpinan Negara. Oleh karena itu, politik membutuhkan adanya
kementerian luar negeri, duta-duta besar dan konsulat-konsulat dinegara-negara
didunia yang mempunyai hubungan antara kedua Negara, karena tidak ada satu
negarapun yang dapat hidup terasing dari Negara lain. Oleh karena itu, harus ada
undang-undang yang mengatur hubungan antara Negara-negara tersebut, serta
mengatur hak dan kewajibannya. Tujuan dan hasil undang-undang tersebut semata-
mata untuk menjaga hubungan antar negara, bukan dalam bentuk permusuhan.

1. pokok dalam hubungan antar Negara adalah perdamaian. Dengan adanya


perdamaian, maka akan memungkinkan Negara-negara untuk saling menukar
manfaar dan tolong menolong.
2. tidak memutuskan hubungan damai antara satu Negara dengn Negara lain, kecuali
dalam keadaan darurat yang paling tinggi. Pertimbangan untuk memutuskan
hubungan damai itu pun setelah seluruh upaya damai telah dipergunakan untuk
memecahkan perselihan.
3. membuat kaidah-kaidah hubungan luar negeri yang menjamon seluruh Negara
dengan Negara lainnya dalam keadaan damai, dengan tujuan untuk
mengembangkan kondisi damai ini.
4. membuat-kaidah-kaidah yang menjamin seluruh Negara yang berada dalam
kondisi perang, dengan tujuan untuk mengurangi derita perang atau untuk
menghilangkan seluruh perselisihan.
5. membuat syarat-syarat bagi Negara yang ingin diakui oleh Negara lain. Diantara
syarat-syarat itu adalah :
a. memiliki kebebasan penuh dalam mengatur politik dalam negeri
b. memperlakukan penduduknya dengan baik dan menjaga hak-hak mereka
c. mempunyai batas-batas yan terjaga
d. berlaku adil terhadap para duta besar dan konsulat yang ada dinegara mereka.
196

6. ketika mengumumkan perang kepada Negara lain agar tidak melakukan khianat,
tidak menggunakan senjata pemusnah masal yang menambah penderitaan
manusia, serta memperlakukan orang yang terluka dan tahana dengan baik.
Politik luar negeri in bermakna strategis yang dilakukan oleh Negara dalam
hubungannya dengan Negara lain, baik dalam keadaan damai maupun perang. Berikut
akan dijelaskan tentang politik luar negeri Islam dalam keadaan damai dan perang.

Dalam keadaan damai, hubungan antara Negara dengan Negara lain harus
dipenuhi dengan keamanan, kepercayaan serta tidak diisi dengan segala macam
ketegangan dan mengintai kelengahan apalagi sampai pada permusuhan. Islam tidak
menghendaki suatu Negara memerangi Negara lain. Namun ada beberapa sebab yang
membolehkan dilakukan perang antar Negara, diantaranya adalah memerangi islam,
menghalangi dakwah dan mereka yang menyerukan untuk tidak mendengarkan
dakwah.

Adapun prinsip-rinsip politik luar negeri dalam keaadaan damai adalah :

a. Menjaga perdamaian
Hubungan yang dikehendaki antara Negara yang satu negan Negara yang
lain adalah dalam keadaan damai. Perang adalah suatu keadaan yang sangat tidak
dikehendaki. Perang hanya mendatangkan penderitaan dan penyesalan yang
berkepanjangan.

b. Menegakkan keadilan
Seluruh hubungan kemanusian dalam Islam berlangsung diatas keadilan.
Keadilan adalah bagi semua orang, baik terhadap orang-orang segolongan
maupun dengan orang-orang yang berada diluar golongan

c. Memenuhi janji
Memenuhi janji berkaitan erat dengan konsep perdamaian dan keadilan.
Ketika dicapai perdamaian, maka dapat diwujudkan keadilan. Perdamaian dan
keadilan tidak akan mungkin terjadi kecuali dengan adanya perjanjian dan
kesepakatan yang ditunaikan
197

d. Menjaga hak-hak dan kebebasan bagi non mulim


Islam wajib menjaga hak-hak non muslim disuatu Negara dan
menghormati kebebasan mereka. Diantara hak da kebebasan yang paling
mendasar adalah kebebasan beragama. Islam melarang umatnya memaksa orang
lain untuk memeluk agama Islam.

e. Melakukan tolong menolong kemanusian da saling toleransi


Islam adalah agama yang memiliki karakter kemanusian secara umum.
Islam memerintahkan untuk saling tolong menolong dalamkebajikan bukan tolong
menolong dalam kejahatan.

Sementara itu, Islam membenci peperangan. Perang hanya menimbulkan


kesedihan, kerusakan, penghancuran dan pembunuhan. Adapun prinsip-prinsip
politik luar negeri Islam dalam keadaan perang adalah :

1. Menentukan tujuan perang.


Perang dalam Islam bukan sekadar untuk berperang, bukan sebagai
sebuah ibadah yang dilakukan secara terus menerus seperti shalat. Namun ia
adalah ibadah yang mempunyai sebab, seperti zakat, puasa dan haji. Zakat
diwajibkan bagi orang yang memiliki harta yang telah mencapau nisab dan
telah lewat satu tahun. Haji dilakukan satu kali sepanjang masa. Dan perang
dilakukan ketika diperlukan, dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

Tujuan-tujuan perang perang dalam islam dapat disimpulkan dalam dua


tujuan besar, yakni : Pertama, menahan serangan musuh dan melawan
kekuatan kaum dzalim sehingga terujud keamanan. Seperti yang dilakukan
oleh Rasulullah SAW terhadap kaum musyrik Mekkah dan musyrik Arab
pada umumnya. Rasulluah terus mengajak mereka dengan hikmah dan nasehat
yang baik, sementara mereka terus memusuhi beliau, menentang dakwah
beliau, dan menganiaya beliau dan para pengikuti beliau. Rasulullah SAW dan
para sahabat belaku sabar melihat kenyataan itu dan terus menunggu datang
izin dari Allah SWT untuk memerangi mereka.
198

Kedua,mengamankan dakwah Islam, karena ia adalah dakwah kebenaran


dan membawa seluruh kebajikan kebajikan kepada manusia, baik bagi agama
maupun dunia mereka. Mengamankannya berarti menghilangkan rintangan di
jalannya hungga samapai kepada manusia. Namun itu tidak berarti bahwa
Islam disebarkan dengan pedang, seperti dikatan orang-orang yang tidak
mengetahuinya. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa Islam tidak
memaksakan orang lain untuk memeluk agama Islam. Oleh karena itu,
peperangan sama sekali bukan merupakan alat untuk memeluk Islam.

2. Melakukan persiapan
Suatu Negara dituntut mempersiapkan diri dan menyiapkan segala
persipan yang dpat dilakukan untuk menghadapi suatu permusuhan dari mana
pun. Suatu Negara harus selalu berada dalam kekuatan dan kesiapan.
Kesiapan ini dimaksudkan untuk menahan dan permusuhan terhadap orang
lain tanpa adanya permusuhan dengan mereka.

3. Tidak meminta bantuan musuh untuk mengalahkan musuh


Hal ini merupakan landasan yang menjadikan Negara Islam selalu
berada dalam keamanan dan ketenteraman. Umat Islam harus bersikap hati-
hati agar tidak tertipu oleh musuh yang menempakkan senang dengan
landasan-landasan Islam, mengaku ingin bertetangga dengan baik, padahal
mereka mempunyai tujuan yang lain dari itu. Kasus seperti harus diamankan.
Apalagi sampai meminta bantuan musuh dalam peperangan apa pun atau
kegiatan apa pun yang berhubungan dengan perang dan persiapannya.

Ayat-ayat Al-Quran (S. Ali Imran (3): 118-120) mengajarkan banyak


hal tentang bantuan musuh untuk memerangi musuh lainnya. Di antaranya
adalah:

a. Tidak mempercayai musuh yang menempakkan keakraban dalam bergaul,


dan berkata dengan perkataan yang tidak sesuai dengan apa yang ada
dalam hati mereka. Menolak menjanjikannya teman pendukung atau
pembantu.
199

b. Musuh akan berusha semampu mungkin untuk membuat kerusakan


terhadap umat Islam dengan seberat-beratnya.
c. Mereka selalu menyimpan kejahatan dan selalu berusaha untuk membuat
umat Islam celaka meskipun penampilan mereka terhadap umat Islam
seperti itu.
d. Mereka adalah kaum munafik yang menampakkan bahwa mereka
menyukai kebaikan bagi umat Islam.
e. Mereka merasa sakit hati jika melihat umat Islam mendapatkan kebaikan
dan kemenangan, sementara mereka gembira setiap kali umat Islam
ditimpa kesusahan.
Seluruh sifat-sifat yang diungkapkan oleh Al-Quran itu mengharuskan
umat Islam agar tidak menjadikan mereka sebagai pendukung dan pembantu.
Siapa yang melakukan selain itu, berarti dia telah melanggar apa yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya Muhammad SAW.

4. Menepati perjanjian atau persetujuan


Menepati perjanjian dan persetujuan dalam keadaan perang adalah sama
dalam keadaan damai, karena hal itu merupakan bagian dari nilai-nilai Islam dan
akhlak. Tidak boleh melakukan pelanggaran perjanjian kecuali dalam keadaan
darurat, misalnya saat musuh melanggar perjanjian yang telah dibuat bersama.

5. Menjalankan hukum dan adab Islam dalam perang


Islam tidak melihat perang sebagai sebuah tindakan pembunuhan masal,
pengrusakan, dan pembunuhan terhadap musuh, seperti yang dipahami oleh
barat dan Amerika Serikat, ketika menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki di Jepang pada akhir perang Dunia II, karena tindakan seperti itu tidak
manusiawi, tidak beradap dan amoral.

Islam membuat hokum-hukum, syarat-syarat, da etika-etika perang yang


tidak boleh dilanggar oleh umat Islam dan pemimpin Islam. Diantara hokum-
hukum itu adalah :
200

1. Dilarang membunuh wanita, anak kecil an orang tua, kecuali jika orang tua
yang turut memerangi umat Islam dengan tipu daya, pemikiran dan
strateginya.
2. Dilarang membunuh seseorang dengan khianat tanpa mengumumkan terlebih
dahilu sikap perang.
3. Silarang merusak jenazah musuh walaupun mereka melakukan terhadap umat
Islam.
4. Menguburkan mayat-mayat musuh sebagai penghormatan terhadap
kemanusian mereka.
5. Memperlakukan tawanan dengan baik.
201

EVALUASI

1. Apa yang dimaksut dengan politik menurut Islam

2. Jelaskanlah karakteristik politik Islam

3. Kemukakanlah nilai-nilai dasar system politik dalam Al-Quran

4. Jelaskanlah tujuan politik luar negri dalam Islam

5. Buatlah ayat Al-Quran yang berhubungan dengan politik


202

DAFTAR PUSTAKA

Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Materi Insruksional Pendidikan Agama Islam di


Perguruan Tinggi Umum. Depag. Jakarta

Gazalba, Sidi. 1983. Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Pustaka Antara. Jakarta

Koto, Alaidin. 2009. Islam, Indonesia dan Kepemimpinan Nasional. Ciputat Press.
Jakarta

Shihab, Quraish. 1999. Wawasan Al-Quran. Mizan. Jakarta

Ibrani, Syarif Jamal. 2003. Mengenal Islam. El-Kahfi. Jakarta


203

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

RINGKASAN BUKU.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

B A B I PENGANTAR KULIAH PAI

A. Konsep Umum Perkuliahan MPK PAI ................................................................................... 1

B . Kedudukan MPK PAI dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi. .............................................. 2

C. Tujuan MPK PAI. ................................................................................................................ 2

B A B II KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

A. Filsafat Ketuhanan Dalam Islam. .......................................................................................... 3

1. Sejarah Pemikiran Tentang Tuhan. ......................................................................................... 5

2. Bukti-bukti Adanya Tuhan. .................................................................................................... 6

B. Keimanan Dan Ketaqwaan. ................................................................................................... 8

1. Pengertian Iman. ............................................................................................................. 8

2. Proses Terbentuknya Iman. .......................................................................................... 9

3. Tanda-tanda Orang Beriman........................................................................................ 11

4. Keimanan dan Ketaqwaan. ........................................................................................... 12

5. Korelasi Iman Dan Taqwa. ........................................................................................... 12

6. Implementasi Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan. .................................................... 14

EVALUASI

DAFTAR PUSTAKA

B A B III HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

A. Proses Penciptaan Manusia .................................................................................................. 21

B. Fungsi dan Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam .............................................................. 26


204

1. Fungsi Manusia............................................................................................................. 26

2. Tujuan Hidup Manusia ................................................................................................. 28

EVALUASI

DAFTAR PUSTAKA

B A B IV HUKUM HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

A. Hukum Islam ........................................................................................................................ 31

1. Pengertian Syari’ah dan Fiqih ...................................................................................... 31

2. Sifat dan Tujuan Hukum Islam ..................................................................................... 34

3. Fungsi Hukum Islam .................................................................................................... 40

4. Sumber Hukum Islam ................................................................................................... 42

5. Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakan Hukum Islam ................. 57

B. Hak Asasi Manusia Menurut Islam ...................................................................................... 60

1. Sejarah Ringkas Hak Asasi Manusia ............................................................................ 60

2. Perbedaan Prinsip Antara Konsep HAM Dalam Pandangan Islam dan Barat.............. 62

C. DEMOKRASI DALAM ISLAM ...................................................................................... 73

EVALUASI

DAFTAR PUSTAKA

B A B V ETIKA MORAL DAN AHLAK

A. Pengertian Etika, Moral, dan Akhlak ................................................................................... 78

1. Pengertian Etika............................................................................................................ 78

2. Pengertian Moral ......................................................................................................... 80

3. Pengertian Akhlak ........................................................................................................ 80

B. Karakteristik Etika Islam ...................................................................................................... 82

C. Hubungan Tasawuf Dengan Akhlak ..................................................................................... 85


205

D. Akhtualisasi Akhlak Dalam Kehidupan .............................................................................. 90

EVALUASI

DAFTAR PUSTAKA

B A B VI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

A. Konsep IPTEK Dalam Islam. .............................................................................................. 107

Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

B A B VII KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

A. Agama Islam Merupakan Rahmad Bagi Seluruh Alam .................................................... 121

1. Makna Agama Islam ................................................................................................... 121

2. Kerahmatan Islam Bagi Seluruh Alam ................................................................. 123

3. Fungsi islam sebagai rahmat Allah tidak tergantung pada penerimaan atau
penilaian manusia. ................................................................................................ 123

B. Ukhwah Islamiyah dan Ukhwah Insaniyah ........................................................................ 124

1. Makna Ukhwah Islamiyah .......................................................................................... 124

2. Makna Ukhwah Insaniyah .......................................................................................... 125

C. Kebersamaan Umat Beragama dalam Kehidupan Sosial.................................................... 127

1. Pandangan Agama Islam Terhadap Umat Non Islam ................................................. 127

2. Tanggung Jawab Sosial Umat Islam........................................................................... 127

3. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar ...................................................................................... 128

Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA
206

B A B VIII MASYARAKAT MADANI

A. Konsep Masyarakat Madani .............................................................................................. 133

1. Pengertian Masyarakat Madani ................................................................................. 133

2. Masyarakat Madani Dalam Sejarah ........................................................................... 134

3. Karektristik Masyarakat Madani ................................................................................ 135

4. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani ..................................... 139

B. Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat ............................................................................ 139

1. Sistem Ekonomi Islam ................................................................................................ 139

2. Prinsip Ekonomi Islam ............................................................................................... 140

3. Perdagangan dalam Ekonomi Islam ........................................................................... 144

C. Manajemen Pengelolaan Ekonomi Islam (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf)................... 145

1. Konsep Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf.................................................................. 145

a.Zakat ............................................................................................................................ 145

b. Infak146

c. Sedekah ....................................................................................................................... 146

d. Wakaf ......................................................................................................................... 146

2. Pengelolaan Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf .......................................................... 147

D. Perbedaan Konsep Ekonomi Kapitalis dan Sosialis dengan Ekonomi Islam ..................... 148

EVALUASI

DAFTAR PUSTAKA

B A B IX PERNIKAHAN DAN WARISAN

A. PERNIKAHAN .................................................................................................................. 151

1. Kedudukan dan Hukum Pernikahan ........................................................................... 151

2. Pra Pernikahan ............................................................................................................ 153

a. Menilih Calon Pasangan ............................................................................................. 153


207

b. Meminang ................................................................................................................... 154

c. Perempuan yang Haram Dinikahi (Muhrim) .............................................................. 155

3. Pelaksanaan Pernikahan ............................................................................................. 156

4. Putusnya Aqad Perkawinan ........................................................................................ 158

5. Iddah ........................................................................................................................... 161

6. Hikmah Pernikahan .................................................................................................... 162

B. KEWARISAN .................................................................................................................... 164

1. Hukum Waris.............................................................................................................. 164

2. Pusaka Dengan Sebab Perkawinan ............................................................................. 166

a. Pusaka Istri ....................................................................................................... 166

b. Pusaka suami .................................................................................................... 167

3. Pusaka Dengan Sebab Kekerabatan............................................................................ 168

a. Anak Turun Si Mati (Furu’ul Mayyit) .................................................................. 168

b. Leluhur Mayit (Ushulul Mayyit) ...................................................................... 173

1. Pusaka Ibu ........................................................................................................ 173

2. Pusaka Nenek Shahihah ................................................................................... 174

3. Pusaka Ayah ..................................................................................................... 174

C. Kerabat Menyamping ( Al-Hawasyi).................................................................................. 176

1. Pusaka Saudari Sekandung ......................................................................................... 176

2. Pusaka Saudari Seayah ............................................................................................... 177

3. Pusaka Saudara-saudari Tunggal Ibu (Auladul Ummi) .............................................. 178

4. Pusaka Saudara Kandung ........................................................................................... 179

5. Pusaka Saudara Seayah .............................................................................................. 180

6. Pusaka Anak-anak Saudara (Kemenakan laki-laki), paman-paman dan anak-anak


paman (Saudara sepupu laki-laki) ............................................................................. 181

EVALUASI
208

DAFTAR PUSTAKA

B A B X SISTEM POLITIK ISLAM

A. Pengertian Politik ............................................................................................................... 187

B. Prinsip Dasar Politk Islam .................................................................................................. 189

C. Nilai-nilai Dasar Sitem Politik Dalam Al-quran................................................................. 191

D. Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional ......................................................... 192

E. Prinsip-prinsip Politik Luar Negeri ..................................................................................... 194

EVALUASI

DAFTAR PUSTAKA
209

Anda mungkin juga menyukai