Anda di halaman 1dari 16

Nama : Ahmad Hafi

Npm : 20.12.5022

Lokal : 4A

Mata Pelajaran : Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Bapak Khalilurrahman, M. Pd

Kelompok 1 (Konsep Manusia Dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Iskam)

Manusia merupakan satu hakekat yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi
material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, akal dansebagainya). Manusia adalah
makhluk mukallaf, yang dibebani kewajiban dan tanggung jawab. Dengan akal
pikirannya ia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan teknologi.
Keberadaan manusia di muka bumi ini mempunyai misiutama, yaitu beribadah
kepada Allah SWT. Semakin mantaplangkahnya dalam menjalankan ajaran Islam dan
semakin teguhhatinya dalam mengeimplementasikan tugas dan kewajibannya,maka ia
akan mampu memahami arti hidupnya.

Hakekat Manusia Menurut Al-Qur'an :

1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapatmenggerakkan hidupnya untuk


memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dansosial yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuanyang positif
3) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang danterus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selamahidupnya
4) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkandirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinyasendiri, membantu orang lain dan membuat dunialebih baik
5) Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudannya merupakan keterdugaan
dengan potensi yang tak terbatas.
6) Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat.
7) Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa
hidup di dalam lingkungan sosial
8) Makhluk yang berpikir. Berpikir ialah bertanya, bertanya berarti mencari
jawaban, mencari jawaban berarti mencari kebenaran.

Martabat saling berkaitan dengan maqam, yakni tingkatan martabat seseorang hamba
terhadap khalik-Nya. Maqam ini terdiridari beberapa tingkat atau tahapan seseorang
dalam hasil ibadahnyayang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan
maqam tersebut.

Kelompok 2 (Konsep Masyarakat Dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam)

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling berinteraksi dan bertempat


tinggal dalam suatu wilayah yang bekerja sama untuk tujuan bersama.
Proses terbentuknya masyarakat didasari atas:
a. Pemenuhan dasar biologis
b. Kemungkinan bersatu dengan manusia
c. Keinginan bersatu dengan lingkungan
d. Untuk mempertahankan diri
e. Mengembangkan keturunan
f. Kecendrungan sosial
Adapun Ciri-ciri masyarakat islam :
a. Masyarakat yang cerdas
b. Masyarakat yang etis
c. Masyarakat yang menghormati keragaman
d. Masyarakatyang lepas dari penjajahan/perbudakan
e. Masyarakt dakwah alias mengajak kepada kebaikan, bukan kerusakan
f. Masyarakat yang berkeadilan sosial
g. Masyarakat yang mengedepankan musyawarah sebelum mengambil keputusan
Teori-teori masyarakat
1) Teori Atomistik
2) Teori Organisme
3) Teori Integralistik
Konsep masyarakat perspektif filsafat pendidikan islam
1. Masyarakat islam adalah sekumpulan ndividu yang di ikat oleh kebudayaan dan
agama, mempunyai ilmu agama untuk mencapai tujuan dunia dan agama.
2. Masyarakat islam memandang bahwa ilmu yang terbaik adalah iman dan akhlak
yang selalu mengikuti perubahan dan kemajuan zaman yang sesuai dengan nilai-
nilai islami dan tolong menolong dalam kebaikan.
Hubungan masyarakat dengan pengembangan islam
1) Masyarakat sebagai subjek dan objek dalam keberhasilan pendidikan islam
2) Masyarakat tempat mengaplikasikan nilai-nilai islam
3) Masyarakat adalah etika dan estetika dakwah islam
4) Masyarakat adalah wadah pengembangan islam
5) Masyarakat memberikan fungsi edukatif, sosial, kontrol dan transforma

Kelompok 3 (Konsep Ilmu Dalam Persfektif Falsafah Pendidikan Islam)

Pengertian al-'Ilm
Kata al-'Ilm berasal dari Bahasa Arab, bentuk definitif (ma'rifat) dari kata
'alima,ya'lamu, 'ilman, dengan wazan (timbangan) fa'ila, yaf'alu, fi'lan, yang berarti:
Pengetahuan.

Instrumen Meraih Ilmu Pengetahuan


Instrumen pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiyah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh. Perkembangan sain didorong oleh paham
humanisme, yaitu paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur
dirinya dan alam. Menurut mereka aturan itu harus dibuat berdasarkan dan bersumber
pada sesuatu yang ada pada manusia. Ada beberapa aliran yang berbicara tentang
instrumen meraih ilmu pengetahuan yaitu :
1) Rasionalisme
Aliran ini terlahir dari paham humanisme, yang mengatakan bahwa akal itulah
alat pencari dan pengukur pengetahuan. Manusia memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan akal menangkap objek.
2) Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos dari kata empeiria, artinya
pengalaman. Manusia mengetahui pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman
yang dimaksud adalah pengalaman indrawi.
3) Positivisme
Aliran ini merupakan lanjutan dari rasionalisme dan empirisme dalam filsafat
pengetahuan. indra itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus
dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.
4) Intusionisme
Menyadari keterbatasan indra dan akal, mengembangkan satu kemampuan tingkat
tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Kemampuan ini mirip dengan instinct,
tetapi berbeda dalam kesadaran dan kebebasannya.

Sumber Sumber Ilmu Pengetahuan


Al-Qur'an dan Hadits dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Besar alasannya
adalah disamping al-Qur'an sebagai pedoman hidup kaum Muslimin, didalamnya juga
ditemukan banyak ayat yang berbicara tentang fenomena alam dan manusia.

Validitas Ilmu Pengetahuan


Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa
yang disebut benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Setiap jenis
pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karna sifat dan watak pengetahuan itu
berbeda. Untuk menentukan kepercayaan apa yang benar, para filosof bersandar
kepada empat cara untuk menguji kebenaran, yaitu:
1) Teori Korespondensi
Eksponen utamanya adalah Bertrand Russel (1872-1970) Bagi penganut teori
korespondensi ini, suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut.
2) Teori Koherensi
Koherensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada
kriteriakebenaran tentang konsistensi dalam argumentasi. Sekiranya terdapat
konsistensi dalam alur berfikir
3) Teori Pragmatis
Pragmatis merupakan teori suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau
konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan preaktis dalam kehidupan
manusia.
4) Agama Sebagai Teori Kebenaran
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Salah satu cara untuk
menemukansuatu kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan
karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang
dipertanyakan manusia; baik tentang alam, manusia, maupun tentang Tuhan.
A. Implikasi Terhadap Pendidikan Islam
Upaya mengintegrasikan ilmu dan agama selama ini tampaknya dirasakan sebagai
suatu hal yang sulit dilakukan. Ilmu sesungguhnya adalah hasil dari kegiatan
observasi, eksperimen dan kerja rasio pada satu sisi dipisahkan dari agama (islam).
Ilmu pengetahuan dan pendidikan islam tidak dapat dipisahkan karena
perkembangan masyarakat islam, Dalam perspektif filsafat pendidikan islam,
ilmu tidak diatahkan kepada kemauan hawa nafsu, subyeklitas, bias dan fanatisme.
Pendidikan islam harus dijamaahkan dari sikap arogansi intelektual.
Kelompok 4 (Esensi Pendidik Dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam)

Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan


pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya,
mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT,
dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu
yang mandiri.

Adapun ungsi dan tugas pendidik :

1) Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program


2) Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkatan
kedewasaan dan kepribadian yang sempurna
3) Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri sendiri,
peserta didik dan masyarakat terkait

Tujuan pendidik adalah orang pertama yang bertanggung jawab terhadap


perkembangan anak atau pendidikan anak adalah orang tuanya. Karena adanya
pertalian darah secara langsung sehingga ia mempunyai rasa tanggung jawab
terhadap masa depan anaknya.

Syarat seorang pendidik dalam pendidikan islam menurut Imam Al Ghazali adalah:

a. Kasih sayang
b. Pendidik tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mendidik
c. Pendidik berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar
dihadapan muridnya
d. Hendanya menggunakan cara yang simpatik, halus, dan tidak menggunakan
kekerasan, cacian, makian dan sebagainya
e. Pendidik yang baik tampil sebagai teladan dihadapan murid-murid nya

Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberi
santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang
buruk. Oleh karena itu, anggapan tentang kedudukan pendidik, islam sangatlah
menghormatinya karena peranannya yang selalu berkaitan dengan ilmu dan islam
amat menghargai ilmu.

Kelompok 5 (Esensi Peserta Didik Dalam Perspektif PendidikanIslam)


Peserta didik adalah subyek pendidikan, karena merekalah yang belajar, memiliki
tujuan dan pewarisan masa depan. Dalam perspektif falsafah pendidikan Islami,
semua makhluk pada dasarnya adalah peserta didik. Sebab, dalam Islam, sebagai
murabbi, mu‟allim, atau muaddib, Allah Swt pada hakikatnya adalah pendidik bagi
seluruh makhluk ciptaan-Nya. Dialah yang mencipta dan memelihara seluruh
makhluk. dalam perspektif falsafah pendidikan Islam, peserta didik itu mencakup
seluruh makhluk Allah Swt,

Peserta didik dalam pandangan Islam memang memiliki daya atau potensi untuk
berkembang dan siap pula untuk dikembangkan. Oleh karena itu setiap peserta didik
tidak dapat diperlakukan sebagai manusia yang sama sekali pasif, melainkan
memiliki kemampuan dan keaktifan yang mampu membuat pilihan dan penilaian,
menerima, menolak atau menemukan alternative lain yang lebih sesuai dengan
pilihannya.

Rasulullah Saw melalui salah satu hadis menegaskan: “Menuntut ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap Muslim dan Muslimat”. Proses menuntut atau mempelajari al-
„ilm itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca, baik yang tersurat
maupun tersirat; mengeksplorasi, meneliti, dan mencermati fenomenadiri, atau
menalar, berdialog.

Adapun sifat yang harus dimiliki peserta didik yaitu :

a. Seorang murid harus berjiwa bersih, terhindar dari budi pekerti yang hina dina
dan sifat-sifat tercela lainnya.
b. Seorang murid yang baik, juga harusmenjauhkan diri dari persoalan persoalan
duniawi, mengurangi keterikatan kepada dunia
c. Seorang murid yang baik hendaknya mendahulukan mempelajari yang wajib.
Pengetahuan yang menyangkut berbagai segi (aspek) lebih baik dari pada
pengetahuan yang menyangkut hanya satu segi saja
d. Seorang murid hendaknya tidak mempelajri satu disiplin ilmu sebelum menguasai
disiplin ilmu sebelumnya. Sebab ilmu-ilmu itu tersusun dalam uraian tertentu
secara alami

Kelompok 6 (Pemikiran pendidikan islam “Syed Naquib alAttas” Menurut


persfektif falsafah pendidikan islam)

Syed Muhammad Naquib al-Attas lahir di Bogor, Indonesia. Ia menempuh


pendidikan dasar pada usia 5 tahun di Johor, Malaysia, namun saat pendudukan
Jepang ia pergi belajar ke Jawa untuk belajar Bahasa Arab di Madrasah Al-`Urwatu‟l-
wuthqa di Sukabumi. Setelah Perang Dunia II pada tahun 1946 ia kembali ke Johor
untuk menyelesaikan pendidikan menengahnya. Ia tertarik dan mempelajari sastra
Melayu, sejarah, dan kebudayaan Barat. Pada tahun 1962 Al-Attas melanjutkan studi
ke School of Oriental and African Studies, University of London di bawah bimbingan
Professor A. J. Arberry dari Cambridge dan Dr. Martin Lings. Thesis doktornya
adalah studi tentang dunia mistik Hamzah Fansuri. pada tahun 1987, Al-Attas
mendirikan sebuah institusi pendidikan tinggi bernama International Institute of
Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur. Melalui institusi ini Al-
Attas bersama sejumlah kolega dan mahasiswanya melakukan kajian dan penelitian
mengenai Pemikiran dan Peradaban Islam, serta memberikan respons yang kritis
terhadap Peradaban Barat.

Menurut Syekhh Muhammad Naquib AlAttas Istilah ta‟dib lebih tepat untuk
mengartikan pendidikan Islam. Dari pada menggunakan istilah tarbiyah atau ta‟lim.
AlAttas merujuk Hadist. “ Addabani rabbi fa aksana ta‟dibi” ( HR.Imam Muslim).
Tuhanku telah mendidikku (addabani, yang secara literal berarti telah menanamkan
adab pada diriku), maka sangat baiklah mutu pendidikanku (ta‟dibi).

Tujuan pendidikan Menurut Al-Attas, sebagaimana di kutip oleh Ismail SM. Bahwa
tujuan mencari pengetahuan dalam Islam ialah menanamkan kebaikan dalam diri
sendiri sebagai manusia maupun sebagai diri individu. tujuan pendidikan dalam Islam
adalah untuk membentuk dan menghasilkan manusia yang “baik”. Baik dalam konsep
manusia yang baik berarti tepat sebagai manusia adab yakni meliputi kehidupan
material dan spiritual manusia.

Adapun perwujudan tertinggi dan paling sempurna dari sistem pendidikan menurut
al Attas adalah universitas, karena dari universitaslah di bangun metode, konsep dan
tujuan, serta sistem pendidikan yang mencerminkan universal atau sempurna dan
target pencapaian out put nya adalah “manusia yang sempurna” (al-insanul-kamil).
Bagi Al-Attas, sistem pendidikan dibagi dalam tiga tahapan (rendah, menengah,
tinggi) ilmu fardlu „ain diajarkan tidak hanya pada tingkat primer (rendah) melainkan
juga pada tingkat sekunder (menengah) pra-universitas dan juga tingkat universitas.

Salah satu karakteristik pendidikan dan epistomologi Islam yang dijelaskan secara
tajam dan dipraktekkan oleh Al-Attas adalah apa yang dinamakannya sebagai metode
tauhid dalam ilmu pengetahuan. Gagasan pendidikan Islam al-Attas secara umum
dimulai dari gagasannya tentang manusia. Pada intinya, manusia menurut al-Attas
merupakan binatang rasional yang dilengkapi dengan berbagai potensi fakultas dan
“dīn” sebagai fitrah agar ia dapat menjalankan fungsinya yang di samping sebagai
„abdun li Allah (hamba Allah) juga sebagaikhalifatullah fi al-arḍ (khalifah Allah di
bumi), berupakepercayaan dan tanggung jawab (amanah) yang paling berat, yaitu
kepercayaan akan tanggung jawabnya untuk mengatur ekosistem dunia, sesuai
dengan kehendak dan maksudnya

Tentang metode ini, Al-Attas juga memberikan perumpamaan bahwa seorang arsitek
akan dapat bersikap obyektif jika mengetahui rumah yang telah didesain, seperti
bentuk, tinggi, lebar, panjang dari tiap bagian, sebagaimana materi dan segala sesuatu
yang diperlukan. Namun, dia tidak akan mengetahui keadaaan yang sebenarnya dari
rumah itu sebelum berdiam di rumah tersebut. Hanya dengan mendiami rumah
tersebut dia dapat mengetahui ruangan mana yang lebih nyaman pada saat itu.

Kelompok 7 (Pemikiran Pendidikan Islam Athiyyah Al-Abrasyi dalam


Perspektif Filsafat Pendidikan Islam

Muhammad Atthiyah al-Abrasyi adalah seorang tokoh pendidikan yang hidup pada
masa pemerintahan Abd.Nasser yang memerintah Mesir pada tahun 1954-1970.
Beliau adalah penulis tentang pendidikan keislaman dan pemikiran, umurnya yang
mendekati 85 tahun akan selalu terasa pengaruhnya bagi generasi sesudahnya. Beliau
dilahirkan pada awal April tahun 1897 dan wafat pada tanggal 17 Juli 1981.

Muhammad Athiyah al-Abrasyi adalah seorang ulama‟, cendekiawan yang telah


mendalami agama Islam dengan baik, menguasai beberapa bahasa asing, seorang
psikolog dan pendidik jebolan London, penulis yang produktif dan seorang guru
besar. Pada masa dahulu ketika beliau masih hidup beliau ingin mencoba
mengembalikan keagungan islam yaitu dengan cara pendidikan sistem modern yang
mana orang barat belum bisa memperaktikannya. Hal itu dilakukan karena seperti
yang terjadi pada masa modern ini yaitu masuknya budaya barat yang mana banyak
menimbulkan krisis di dalam kehidupan manusia, sehingga Athiyyah Al-Abrasyi
memunculkan ide kreatifnya yaitu ingin mengembalikan nilai-nilai islam dengan baik
dan benar dengan mengaktualisasikan lagi budaya zaman dahulu yang masih relevan
dan mengambil dengan menyaring budaya zaman modern.

Tujuan Athiyyah Al- Abrasyi dalam mengembangkan pendidikanislam yaitu sangat


mementingkan akhlak dan memelihara peserta didik dengan mengembangkan
potensinya, karena akhlak merupakan hakikat seseorang dalam bertindak dan
bersikap. Dalam pemikirannya, Athiyyah Al- Abrasyi dipengaruhi dan didukung oleh
Al- Ghazali dan Ibnu Sina.

Berdasarkan pernyataan Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, pendidikan Islam adalah


mempersiapkan individu agar ia dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna
dengan mengembangkan berfikir bebas dan mandiri serta demokratis dengan cara
memperhatikan kecenderungan peserta didik secara individu yang menyangkut aspek
kecerdasan akal, dan bakat dengan dititik beratkan pada pengembangan akhlak.

Konsep Pendidikan menurut Athiyyah Al-Abrasyi adalah pendidikan yang


mengutamakan Hak Asasi Manusia. Pendidikan tersebut memiliki prinsip kebebasan,
persamaan, dan kesempatan yang sama dalam pembelajaran. Adapun Prinsip
Pendidikan menurut Athiyyah Al-Abrasyi adalah sebagai berikut ini:

a. Pendidikan itu merupakan upaya untuk sampai pada kesempurnaan, atau


mendekatinya.
b. Pendidikan hendaknya bisa memanfaatkan karunia fitrah manusia yang
dibawanya sejak bayi, lantas mengarahkannya dengan baik.
c. Mengutamakan pendidikan watak atau tabiat dengan cara mendorongnya kearah
yang baik, dan mendidik apa yang perlu dididik.
d. Mengutamakan perhatian pada pancaindera, jasmani, akal, perasaan, kesadaran,
kehendak aspek-aspek ilmiah.
e. Mendayagunakan aktifitas yang ada pada anak hingga karunia Allah yang
diberikan kepadanya bisa bermanfaat.
f. Memberikan kesempatan pada anak untuk berlatih, sehingga ia dapat memperoleh
kebiasaan dan akhlak yang paling baik

Secara praktis Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menyimpulkan bahwa tujuan


pendidikan Islam terdiri atas5 sasaran yaitu:

1. Membentuk akhlak yang mulia.


2. Mempersiap kankehidupan dunia dan akhirat.
3. Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya.
4. Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan pesertadidik.
5. Mempersiapkan tenaga professional yang terampil.

Kelompok 8 (Konsep Pendidikan Akhlak Dan Pendidikan Nilai


DalamPerspektif Falsafah Pendidikan Islam)
Pemahaman terhadap konsep pendidikan terdiri dari dua aktifitas utama, pertama
yaitu pendidikan sebagai tindakan manusia sebagai usaha membimbing manusia yang
lain (educational practice), dan kedua pendidik sebagai ilmu pendidikan (educational
though).

Karena dengan melewati proses pendidikan di harapkan anak-anak akan di


matangkan untuk bisa menjadi anggota masyarakat yang baik dan potensial, hal ini
merupakan sebuah tanda bahwa generasi sudah siap untuk menggantikan
generasi sebelumnya.

UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menyebutkan bahwa


pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara (Undang-Undang Republik Indonesia. No. 20 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional).

Secara umum, Pendidikan Nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar
memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkan secara
integral dalam kehidupan. Untuk sampai pada tujuan dimaksud, tindakan-tindakan
pendidikan yang mengarah pada perilaku yang baik dan benar perlu diperkenalkan
oleh para pendidik. Tujuan pendidikan nilai secara global adalah mencapai manusia
yang seutuhnya menjadi manusia purnawan, jika menggunakan bahasa Driyarkara.
Pendidikan nilai hendak mencapai manusia yang sehat, mencapai pribadi yang
terintegrasi.

Pandangan Al-Ghazali tentang pendidikan meliputi pandangannya akan keutamaan


ilmu & keutamaan orang yang memilikinya, pembagian ilmu, etika belajar dan
mengajar.Tujuan pendidikan dalam pandang beliau dalah mencapai (Ridha Allah)
dan haruslah dihindari dari tujuan-tujuan duniawi.

Pada tataran fiosofis, para pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang
pendidikan moral. Berdasarkan kepada hasil pembahasan dengan para pendidik dan
alasan-alasan praktis dalam penggunaaannya di lapangan, kajian filosofis pendidikan
nilai ini dibagi menjadi lima pendekatan. Lima pendekatan tersebut adalah:

1. Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach)


2. Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development
approach)
3. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach)
4. Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach)
5. Pendekatan pembelajaran berbuat

Kelompok 9 (Pemikiran Pendidikan Islam Fazlur Rahman Dalam Persfektif


Falsafah Pendidikan Islam)

Fazlur Rahman lahir pada tanggal 21 September 1919 di daerah Hazara, yang
sekarang terletak di sebelah barat laut Pakistan. Pertama-tama ia dididik dalam
sebuah keluarga muslim yang taat beragama. Sehingga, pada usia sepuluh tahun,
Rahman telah hafal al-Qur‟an seluruhnya. Pendidikan dalam keluarganya benar-
benar efektif dalam membentuk watak dan kepribadiannya. Fazlur Rahman, adalah
tokoh intelektual Islam pada zaman modern. Karyanya dari berbagai bidang yaitu:
filsafat, teologi, mistik, hukum, dan juga perkembangan Islam zaman kontemporer.
Menurut Rahman, pendidikan saat ini banyak menghadapi banyak problem yang
diantaranya adalah problem ideologis, dualisme sistem pada pendidikan, bahasa, dan
tidak kalah pentingnya adalah masalah metode pendidikan.

Menurut Fazlur Rahman, al-Qur‟an berkali-kali menggunakan istilah ”ilm” yang


secara umum bermakna pengetahuan. Pada masa Nabi Muhammad saw, ilmu
(pengetahuan) dimaknai seperti itu. Kemudian setelah masa sahabat, Islam
berkembang menjadi suatu tradisi. Pada masa itu, kata ilmu mulai digunakan dengan
pengertian pengetahuan yang diperoleh melalui proses belajar. ujuan pendidikan
Islam yang bersifat defensif dan cenderung berorientasi hanya kepada kehidupan
akhirat harus segera diubah. Tujuan pendidikan Islam harus berorientasi kepada
kehidupan dunia dan akhirat sekaligus serta bersumber pada al- Qur‟an.

Menurut Fazlur Rahman bahwa ilmu pengetahuan itu pada prinsipnya adalah satu
yaitu berasal dari Allah SWT.Hal ini sesuai degan apa yang dijelaskan di dalam al-
Qur‟an. Menurut Al-Qur‟an semua pengetahuan datangnya dari Allah. Sebagian
diwahyukan kepada orang yang dipilih-Nya melalui ayat-ayat Qur‟aniyah dan
sebagian lagi melalui ayat-ayat kauniyah yang diperoleh manusia dengan
menggunakan indera, akal dan hatinya. Pengetahuan yang diwahyukan mempunyai
kebenaran yang absolut sedangkan pengetahuan yang diperoleh, kebenarannya tidak
mutlak.
Menurut Fazlur Rahman anak didik harus diberikan pelajaran al- Qur‟an melalui
metode-metode yang memungkinkan kitab suci bukan hanya dijadikan sebagai
sumber inspirasi moral tapi juga dapat dijadikan sebagai rujukan tertinggi untuk
memecahkan masalah- masalah dalam kehidupan.

Untuk mendapatkan kualitas pendidik yang berkualitas di lembaga-lembaga


pendidikan Islam dewasa ini sangat sulit sekali. Ia melihat bahwa pendidik yang
berkualitas dan profesional serta memiliki pikiran-pikiran yang kreatif dan terpadu
yang mampu menafsirkan hal-hal yang lama dalam bahasa yang baru sejauh
menyangkut substansi dan menjadikan hal-hal yang baru sebagai alat yang berguna
untuk idealita masih sulit ditemukan pada masa modern. Dalam mengatasi
kelangkaan itu

1. Merekrut dan mempersiapkan anak didik yang memiliki bakat-bakat terbaik dan
mempunyai komitmen yang tinggi terhadap lapangan agama (Islam).
2. Mengangkat lulusan madrasah yang relatif cerdas atau menunjuk sarjana-sarjana
modern yang telah memperoleh gelar doktor di universitas-universitas Barat dan
telah berada di lembaga-lembaga keilmuan tinggi sebagai guru besar-guru besar
bidang studi bahasa Arab, bahasa Persi, dan sejarah Islam.
3. Para pendidik harus dilatih di pusat-pusat studi keislaman di luar negeri
khususnya ke Barat.

Kelompok 10 (Pemikiran Pendidikan Islam Mastuhu dalam Presfektif Falsafah


Pendidikan Islam)

Profesor Doktor Mastuhu Master of Education, lahir pada tanggal 6 september 1936
di Mojokerto. Pendidikan sarjananya diselesaikan di Fakultas Pendidikan Universitas
Gajah Mada (1962). Setelah beberapa lama mengajar di IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta ia melanjutkan pendidikannya pada Dapertemen of Education, The University
of Western Australia, dan berhasil meraih gelar Master of Education (M.Ed.) pada
tahun 1977. Kemudian pada tahun 1989, ia berhasil meraih gelar Doktor dalam
bidang Komunikasi Pembangunan pada Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor (IPB) dengan disertasi berjudul “Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren” yang
diterbitkan oleh INIS, Jakarta, 1994.

Di antara karya ilmiah yang dihasilkannya adalah buku Dinamika Sistem


Pendidikan Pesantren yang diterbitkan oleh hasil kerja sama Studi Islam Indonesia-
Belanda (Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies-INIS), pada tahun
1994 Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, yang diterbitkan oleh Logos Wacana
Ilmu, pada tahun 1999. Berdasarkan informasi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
Prof. Dr. Mastuhu adalah seorang ahli dalam bidang pendidikan umum yang berada
di lingkungan Perguruan Tinggi Islam.

Gagasan dan pemikiran dalam Bidang Pendidikan:

a. Menurut pandangan pesantren bahwa manusia dilahirkan menurut fitrahnya


masing-masing.
b. Dunia pesantren menilai bahwa melaksanakan usaha pendidikan adalah
merupakan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Dunia pesantren amat menekankan adanya hubungan baik antara murid dan guru.
d. Dunia pesantren memandang bahwa bekerja di pesantren harus dipandang tempat
mencari ilmu dan mengabdi, dan bukan semata-mata tempat mencari rezeki.

Berdasarkan pada analisis terhadap nilai-nilai positif dan negatif tersebut di atas, Prof.
Dr. Mastuhu, M.Ed sampai kepada pengajuan saran-saran sebagai berikut:

1. Pesantren harus melakukan pengembangan dan pembaharuan terhadap pemikiran


dalam memahami ajaran Islam.
2. Pesantren perlu mengadopsi dan mengembangkan wawasan berfikir keilmuan
dari Sistem Pendidikan Nasional, yaitu dengan menerapkan metode berfikir:
Deduktif,Indikatif, Kausalitas,dan Kritis
3. Dalam rangka mengembangkan identitas pesantren dalam zaman modern ini,
maka dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan tekbologi, seharusnya pesantren
tidak mengambil ilmu-ilmu pengetahuan yang hanya bersumber pada hukum
alam, tetapi harus bersumber pada sunatullah.

Mastuhu mengajukan ide-ide modern dan inovatifnya sebagai jawaban terhadap


tantangan yang dihadapi dunia pendidikan Islam pada masanya:

a. Paragdima Baru Pendidikan Islam.


b. Sistem Pendidikan Islam.
c. Penyelenggaraan Pendidikan Islam di Indonesia.
d. Reorientasi Sistem Pendidikan Islam.

Penjelasan Mastuhu tentang sistem Pendidikan Islam berikut perubahan yang terjadi
di dalamnya, tampak masih manggunakan paradigm tradisional dan modern. Mastuhu
melihat bahwa di dalam sistem pendidikan Islam tersebut sudah mulai diwarnai oleh
corak pemikiran yang bersifat modern dan rasional.
Kelompok 11 (Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Langgulung dalam
Perspektif Falsafah Pendidikan Islam)

Hasan Langgulung dilahirkan di Rappang, Sulawesi Selatan pada hari Sabtu tanggal
16 Oktober 1934 dan meninggal dunia pada hari Jumat tanggal 2 Agustus 2008 di
Kuala Lumpur, Malaysia. Beliau sendiri adalah seorang pakar di bidang pendidikan,
filsafat dan psikologi. Beliau termasuk pemikir yang kreatif dan produktif. Beliau
merupakan salah seorang pemikir yang cukup berpengaruh beliau telah memberikan
kontribusi yang cukup signifikan bagi pengembangan pendidikan.

Corak pemikiran Hasan Langgulung adalah berbasis psikologi Islam yang


berdasarkan Al-Qur‟an dan Al-Sunnah, Corak atau ciri pendidikan Hasan
Langgulung mempunyai tiga pendekatan yaitu, pendekatan pertama menganggap
pendidikan sebagai pengembangan potensi, pendekatan kedua cenderung melihat
sebagai pewarisan budaya

Tujuan pendidikan menurut Hasan Laggulung terbagi dari 3 tahap yaitu tujuan akhir,
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan Khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik
atau pengkhususan atau oprasional tujuan tertinggi atau tujuan akhir dan tujuan
umum. Tujuan khusus lebih bersifat operasional tujuan tertinggi dan tujuan umum,
tujuan ini bersifat operasional dan relatif sehingga dapat diadakan perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman bila diperlukan perubahan tersebut, selama berpijak
pada kerangka tujuan umum dan tujuan akhir. Tujuan khusus ini merupakan
penjabaran dari tujuan umum dan tujuan akhir dan memiliki kekhususan antara lain
mempertimbangkan khulture, dan cita-cita suatu bangsa yang berbeda,
memperhatikan minat dan bakat peserta didik, mempertimbangkan tuntutkan situasi,
kondisi dan kurun waktu tertentu.

Dalam hal ini terdapat beberapa asas-asas pendidikan yang dimajukan Hasan
Langgulung antara lain:

1. Asas Historis
Yaitu Asas yng berkaitan dengan pengalaman positif umat dimasa lalu dalam
bidang pendidikan yang masih relevan untuk diterapkan
2. Asas sosiologis
Yaitu asas yang berkaitan dengan kesesuaian pendidikan yang diberikan terhadap
perkembangan masyarakat.
3. Asas ekonomi
Agar penyelengaraan pendidikan dapat disesusuikan dengan keadaan ekonomi
masyarakat
4. Asas politik
Agar materi yang diajarkan tidak bertentangan dengan tujuan dan filsfat serta
idiologi ajaran Islam dan idiologi yang dianut oleh masyarakat.
5. Asas filsafat
Yaitu asas yang berkaitan dengan visi, misi dan tujuan pendidikan agar sesuai
dengan ajaran Islam

Anda mungkin juga menyukai