Npm : 20.12.5022
Lokal : 4A
Manusia merupakan satu hakekat yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi
material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, akal dansebagainya). Manusia adalah
makhluk mukallaf, yang dibebani kewajiban dan tanggung jawab. Dengan akal
pikirannya ia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan teknologi.
Keberadaan manusia di muka bumi ini mempunyai misiutama, yaitu beribadah
kepada Allah SWT. Semakin mantaplangkahnya dalam menjalankan ajaran Islam dan
semakin teguhhatinya dalam mengeimplementasikan tugas dan kewajibannya,maka ia
akan mampu memahami arti hidupnya.
Martabat saling berkaitan dengan maqam, yakni tingkatan martabat seseorang hamba
terhadap khalik-Nya. Maqam ini terdiridari beberapa tingkat atau tahapan seseorang
dalam hasil ibadahnyayang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan
maqam tersebut.
Pengertian al-'Ilm
Kata al-'Ilm berasal dari Bahasa Arab, bentuk definitif (ma'rifat) dari kata
'alima,ya'lamu, 'ilman, dengan wazan (timbangan) fa'ila, yaf'alu, fi'lan, yang berarti:
Pengetahuan.
Syarat seorang pendidik dalam pendidikan islam menurut Imam Al Ghazali adalah:
a. Kasih sayang
b. Pendidik tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mendidik
c. Pendidik berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar
dihadapan muridnya
d. Hendanya menggunakan cara yang simpatik, halus, dan tidak menggunakan
kekerasan, cacian, makian dan sebagainya
e. Pendidik yang baik tampil sebagai teladan dihadapan murid-murid nya
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberi
santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang
buruk. Oleh karena itu, anggapan tentang kedudukan pendidik, islam sangatlah
menghormatinya karena peranannya yang selalu berkaitan dengan ilmu dan islam
amat menghargai ilmu.
Peserta didik dalam pandangan Islam memang memiliki daya atau potensi untuk
berkembang dan siap pula untuk dikembangkan. Oleh karena itu setiap peserta didik
tidak dapat diperlakukan sebagai manusia yang sama sekali pasif, melainkan
memiliki kemampuan dan keaktifan yang mampu membuat pilihan dan penilaian,
menerima, menolak atau menemukan alternative lain yang lebih sesuai dengan
pilihannya.
Rasulullah Saw melalui salah satu hadis menegaskan: “Menuntut ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap Muslim dan Muslimat”. Proses menuntut atau mempelajari al-
„ilm itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca, baik yang tersurat
maupun tersirat; mengeksplorasi, meneliti, dan mencermati fenomenadiri, atau
menalar, berdialog.
a. Seorang murid harus berjiwa bersih, terhindar dari budi pekerti yang hina dina
dan sifat-sifat tercela lainnya.
b. Seorang murid yang baik, juga harusmenjauhkan diri dari persoalan persoalan
duniawi, mengurangi keterikatan kepada dunia
c. Seorang murid yang baik hendaknya mendahulukan mempelajari yang wajib.
Pengetahuan yang menyangkut berbagai segi (aspek) lebih baik dari pada
pengetahuan yang menyangkut hanya satu segi saja
d. Seorang murid hendaknya tidak mempelajri satu disiplin ilmu sebelum menguasai
disiplin ilmu sebelumnya. Sebab ilmu-ilmu itu tersusun dalam uraian tertentu
secara alami
Menurut Syekhh Muhammad Naquib AlAttas Istilah ta‟dib lebih tepat untuk
mengartikan pendidikan Islam. Dari pada menggunakan istilah tarbiyah atau ta‟lim.
AlAttas merujuk Hadist. “ Addabani rabbi fa aksana ta‟dibi” ( HR.Imam Muslim).
Tuhanku telah mendidikku (addabani, yang secara literal berarti telah menanamkan
adab pada diriku), maka sangat baiklah mutu pendidikanku (ta‟dibi).
Tujuan pendidikan Menurut Al-Attas, sebagaimana di kutip oleh Ismail SM. Bahwa
tujuan mencari pengetahuan dalam Islam ialah menanamkan kebaikan dalam diri
sendiri sebagai manusia maupun sebagai diri individu. tujuan pendidikan dalam Islam
adalah untuk membentuk dan menghasilkan manusia yang “baik”. Baik dalam konsep
manusia yang baik berarti tepat sebagai manusia adab yakni meliputi kehidupan
material dan spiritual manusia.
Adapun perwujudan tertinggi dan paling sempurna dari sistem pendidikan menurut
al Attas adalah universitas, karena dari universitaslah di bangun metode, konsep dan
tujuan, serta sistem pendidikan yang mencerminkan universal atau sempurna dan
target pencapaian out put nya adalah “manusia yang sempurna” (al-insanul-kamil).
Bagi Al-Attas, sistem pendidikan dibagi dalam tiga tahapan (rendah, menengah,
tinggi) ilmu fardlu „ain diajarkan tidak hanya pada tingkat primer (rendah) melainkan
juga pada tingkat sekunder (menengah) pra-universitas dan juga tingkat universitas.
Salah satu karakteristik pendidikan dan epistomologi Islam yang dijelaskan secara
tajam dan dipraktekkan oleh Al-Attas adalah apa yang dinamakannya sebagai metode
tauhid dalam ilmu pengetahuan. Gagasan pendidikan Islam al-Attas secara umum
dimulai dari gagasannya tentang manusia. Pada intinya, manusia menurut al-Attas
merupakan binatang rasional yang dilengkapi dengan berbagai potensi fakultas dan
“dīn” sebagai fitrah agar ia dapat menjalankan fungsinya yang di samping sebagai
„abdun li Allah (hamba Allah) juga sebagaikhalifatullah fi al-arḍ (khalifah Allah di
bumi), berupakepercayaan dan tanggung jawab (amanah) yang paling berat, yaitu
kepercayaan akan tanggung jawabnya untuk mengatur ekosistem dunia, sesuai
dengan kehendak dan maksudnya
Tentang metode ini, Al-Attas juga memberikan perumpamaan bahwa seorang arsitek
akan dapat bersikap obyektif jika mengetahui rumah yang telah didesain, seperti
bentuk, tinggi, lebar, panjang dari tiap bagian, sebagaimana materi dan segala sesuatu
yang diperlukan. Namun, dia tidak akan mengetahui keadaaan yang sebenarnya dari
rumah itu sebelum berdiam di rumah tersebut. Hanya dengan mendiami rumah
tersebut dia dapat mengetahui ruangan mana yang lebih nyaman pada saat itu.
Muhammad Atthiyah al-Abrasyi adalah seorang tokoh pendidikan yang hidup pada
masa pemerintahan Abd.Nasser yang memerintah Mesir pada tahun 1954-1970.
Beliau adalah penulis tentang pendidikan keislaman dan pemikiran, umurnya yang
mendekati 85 tahun akan selalu terasa pengaruhnya bagi generasi sesudahnya. Beliau
dilahirkan pada awal April tahun 1897 dan wafat pada tanggal 17 Juli 1981.
Secara umum, Pendidikan Nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar
memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkan secara
integral dalam kehidupan. Untuk sampai pada tujuan dimaksud, tindakan-tindakan
pendidikan yang mengarah pada perilaku yang baik dan benar perlu diperkenalkan
oleh para pendidik. Tujuan pendidikan nilai secara global adalah mencapai manusia
yang seutuhnya menjadi manusia purnawan, jika menggunakan bahasa Driyarkara.
Pendidikan nilai hendak mencapai manusia yang sehat, mencapai pribadi yang
terintegrasi.
Pada tataran fiosofis, para pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang
pendidikan moral. Berdasarkan kepada hasil pembahasan dengan para pendidik dan
alasan-alasan praktis dalam penggunaaannya di lapangan, kajian filosofis pendidikan
nilai ini dibagi menjadi lima pendekatan. Lima pendekatan tersebut adalah:
Fazlur Rahman lahir pada tanggal 21 September 1919 di daerah Hazara, yang
sekarang terletak di sebelah barat laut Pakistan. Pertama-tama ia dididik dalam
sebuah keluarga muslim yang taat beragama. Sehingga, pada usia sepuluh tahun,
Rahman telah hafal al-Qur‟an seluruhnya. Pendidikan dalam keluarganya benar-
benar efektif dalam membentuk watak dan kepribadiannya. Fazlur Rahman, adalah
tokoh intelektual Islam pada zaman modern. Karyanya dari berbagai bidang yaitu:
filsafat, teologi, mistik, hukum, dan juga perkembangan Islam zaman kontemporer.
Menurut Rahman, pendidikan saat ini banyak menghadapi banyak problem yang
diantaranya adalah problem ideologis, dualisme sistem pada pendidikan, bahasa, dan
tidak kalah pentingnya adalah masalah metode pendidikan.
Menurut Fazlur Rahman bahwa ilmu pengetahuan itu pada prinsipnya adalah satu
yaitu berasal dari Allah SWT.Hal ini sesuai degan apa yang dijelaskan di dalam al-
Qur‟an. Menurut Al-Qur‟an semua pengetahuan datangnya dari Allah. Sebagian
diwahyukan kepada orang yang dipilih-Nya melalui ayat-ayat Qur‟aniyah dan
sebagian lagi melalui ayat-ayat kauniyah yang diperoleh manusia dengan
menggunakan indera, akal dan hatinya. Pengetahuan yang diwahyukan mempunyai
kebenaran yang absolut sedangkan pengetahuan yang diperoleh, kebenarannya tidak
mutlak.
Menurut Fazlur Rahman anak didik harus diberikan pelajaran al- Qur‟an melalui
metode-metode yang memungkinkan kitab suci bukan hanya dijadikan sebagai
sumber inspirasi moral tapi juga dapat dijadikan sebagai rujukan tertinggi untuk
memecahkan masalah- masalah dalam kehidupan.
1. Merekrut dan mempersiapkan anak didik yang memiliki bakat-bakat terbaik dan
mempunyai komitmen yang tinggi terhadap lapangan agama (Islam).
2. Mengangkat lulusan madrasah yang relatif cerdas atau menunjuk sarjana-sarjana
modern yang telah memperoleh gelar doktor di universitas-universitas Barat dan
telah berada di lembaga-lembaga keilmuan tinggi sebagai guru besar-guru besar
bidang studi bahasa Arab, bahasa Persi, dan sejarah Islam.
3. Para pendidik harus dilatih di pusat-pusat studi keislaman di luar negeri
khususnya ke Barat.
Profesor Doktor Mastuhu Master of Education, lahir pada tanggal 6 september 1936
di Mojokerto. Pendidikan sarjananya diselesaikan di Fakultas Pendidikan Universitas
Gajah Mada (1962). Setelah beberapa lama mengajar di IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta ia melanjutkan pendidikannya pada Dapertemen of Education, The University
of Western Australia, dan berhasil meraih gelar Master of Education (M.Ed.) pada
tahun 1977. Kemudian pada tahun 1989, ia berhasil meraih gelar Doktor dalam
bidang Komunikasi Pembangunan pada Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor (IPB) dengan disertasi berjudul “Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren” yang
diterbitkan oleh INIS, Jakarta, 1994.
Berdasarkan pada analisis terhadap nilai-nilai positif dan negatif tersebut di atas, Prof.
Dr. Mastuhu, M.Ed sampai kepada pengajuan saran-saran sebagai berikut:
Penjelasan Mastuhu tentang sistem Pendidikan Islam berikut perubahan yang terjadi
di dalamnya, tampak masih manggunakan paradigm tradisional dan modern. Mastuhu
melihat bahwa di dalam sistem pendidikan Islam tersebut sudah mulai diwarnai oleh
corak pemikiran yang bersifat modern dan rasional.
Kelompok 11 (Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Langgulung dalam
Perspektif Falsafah Pendidikan Islam)
Hasan Langgulung dilahirkan di Rappang, Sulawesi Selatan pada hari Sabtu tanggal
16 Oktober 1934 dan meninggal dunia pada hari Jumat tanggal 2 Agustus 2008 di
Kuala Lumpur, Malaysia. Beliau sendiri adalah seorang pakar di bidang pendidikan,
filsafat dan psikologi. Beliau termasuk pemikir yang kreatif dan produktif. Beliau
merupakan salah seorang pemikir yang cukup berpengaruh beliau telah memberikan
kontribusi yang cukup signifikan bagi pengembangan pendidikan.
Tujuan pendidikan menurut Hasan Laggulung terbagi dari 3 tahap yaitu tujuan akhir,
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan Khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik
atau pengkhususan atau oprasional tujuan tertinggi atau tujuan akhir dan tujuan
umum. Tujuan khusus lebih bersifat operasional tujuan tertinggi dan tujuan umum,
tujuan ini bersifat operasional dan relatif sehingga dapat diadakan perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman bila diperlukan perubahan tersebut, selama berpijak
pada kerangka tujuan umum dan tujuan akhir. Tujuan khusus ini merupakan
penjabaran dari tujuan umum dan tujuan akhir dan memiliki kekhususan antara lain
mempertimbangkan khulture, dan cita-cita suatu bangsa yang berbeda,
memperhatikan minat dan bakat peserta didik, mempertimbangkan tuntutkan situasi,
kondisi dan kurun waktu tertentu.
Dalam hal ini terdapat beberapa asas-asas pendidikan yang dimajukan Hasan
Langgulung antara lain:
1. Asas Historis
Yaitu Asas yng berkaitan dengan pengalaman positif umat dimasa lalu dalam
bidang pendidikan yang masih relevan untuk diterapkan
2. Asas sosiologis
Yaitu asas yang berkaitan dengan kesesuaian pendidikan yang diberikan terhadap
perkembangan masyarakat.
3. Asas ekonomi
Agar penyelengaraan pendidikan dapat disesusuikan dengan keadaan ekonomi
masyarakat
4. Asas politik
Agar materi yang diajarkan tidak bertentangan dengan tujuan dan filsfat serta
idiologi ajaran Islam dan idiologi yang dianut oleh masyarakat.
5. Asas filsafat
Yaitu asas yang berkaitan dengan visi, misi dan tujuan pendidikan agar sesuai
dengan ajaran Islam