4
7. Manusia sebagai Makhluk Beragama
Dalam keberagamaan ini manusia akan merasakan hidupnya menjadi bermakna. Tata cara
hidup dalam berbagai aspek kehidupannya, jelas pula apa yang menjadi tujuan hidupnya
sebagai berikut.
a. Manusia adalah makhluk utama
b. Manusia adalah kemauan bebas.5
c. Manusia adalah makhluk yang sadar
d. Manusia adalah makhluk yang sadar diri.
e. Manusia adalah makhluk kreatif.
f. Manusia adalah makhluk idealis
g. Manusia adalah makhluk moral.
h. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami.
8. Manusia sebagai Makhluk yang Belum Selesai
Eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya (misal ia berada karena diciptakan Tuhan,
lahir ke dunia dalam keadaan tidak berdaya sehingga memerlukan bantuan orang tuanya atau
orang lain, dan seterusnya), serta sekaligus menjangkau masa depan untuk mencapai tujuan
hidupnya. Manusia berada dalam perjalanan hidup, perkembangan, dan pengembangan diri.
Ia adalah manusia, tetapi sekaligus "belum selesai" mewujudkan diri sebagai manusia.
5
1. Asas Potensialitas
Manusia akan dapat dididik karena ia memiliki berbagai potensi untuk dapat menjadi
manusia.
2. Asas Dinamika
Dimensi dinamika mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
3. Asas Individualitas
Asas individualitas manusia menandakan bahwa manusia akan dapat didik.
4. Asas Sosialitas
Upaya bantuan atau pengaruh pendidikan itu disampaikan justru melalui interaksi atau
komunikasi antar sesama manusia, dan bahwa manusia dapat menerima bantuan atau
pengaruh pendidikan juga melalui interaksi atau komunikasi dengan sesamanya.
5. Asas Moralitas
Manusia mempunyai kemampuan untuk membedakan mana yang baik
dan mana yang tidak baik, dan pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas
dasar kebebasan dan tanggung jawabnya atau disebut sebagai aspek moralitas.
6
B.MAKNA DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN
1. FILSAFAT IDEALISME
A.Konsep Dasar
7
Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan
sejarah pemikiran manusia.
8
1. Realitas Akal Pikiran
2. Kebenaran sebagai ide dan gagasan
3. Peranan filsafat menurut aliran idelaisme yang ditinjau nilai-nilai dari
dunia ide.
2. FILSAFAT MATERIALIS
B.Karakteristik Materialisme
9
Karekteristik umum materialisme pada abad delapan belas berdasarkan pada suatu asumsi
bahwa realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang mengalami perubahan gerak
dalam ruang (Randallet al, 1942).
E. Hukum-hukum Materi
Hukum I --> “materi itu ada, nyata dan konkret”.
Hukum II --> “materi itu terdiri dari materi-materi yang lebih kecil
dan saling berhubungan (dialektis)”
Hukum III --> “materi mengalami kontradiksi”
Hukum IV --> “materi selalu berubah dan akan selalu berubah”
10
11. Thomas Hobbes (1588-1679)10
11
objektif di pihak lain. Realisme adalah pandangan bahwa objek-objek indera adalah riil dan
berada sendiri tanpa bersandar kepada pengetahuan lain atau kesadaran akal.
12
pandangan filsafatnya yang sistematis dan banyak menggunakan metode empiris. Pandangan
filsafat Aristoteles berorientasi pada hal-hal yang konkret.
2. Realisme Klasik
Realisme klasik oleh Brubacher (1950) disebut humanisme rasional. Realisme klasik
berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki rasional. Dunia dikenal melalui akal,
13
dimulai dengan prinsip self evident, dimana manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Self
evident merupakan hal yang penting dalam filsafat realisme karena evidensi merupakan asas
pembuktian tentang realitas dan kebenaran. Self evident merupakan suatu bukti yang ada pada
diri (realitas, eksistensi) itu sendiri. Jadi, bukti tersebut bukan pada materi atau pada realitas yang
lain.
3. Realisme Religius
Realisme religius dalam pandangannya tampak dualisme. Ia berpendapat bahwa terdapat dua
order yang terdiri atas order naturaldan order supernatural. Kedua order tersebut berpusat pada
Tuhan. Tuhan adalah pencipta semesta alam dan abadi. Pendidikan merupakan suatuproses untuk
meningkatkan diri, guna mencapai yang abadi. Kemajuan diukur sesuai dengan yang abadi
tersebut yang mengambil tempat dalam alam. Hakikat kebenaran dan kebaikan memiliki makna
dalam pandangan filsafat ini.
14
4. FILSAFAT PRAGMATIVISME
A. Pengertian Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria
kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep
atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi
terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh
masyarakat yang kedua.
15
Sehubungan dengan usaha tersebut, pragmatisme akhirnya berkembang menjadi suatu
metoda untuk memecahkan berbagai perdebatan filosofis, metafisik yang tiada henti-
hentinya, yang hampir mewarnai seluruh perkembangan dan perjalanan filsafat sejak
zaman Yunani kuno. Dalam usahanya untuk memecahkan masalah-masalah metafisik
yang selalu menjadi pergunjingan berbagai filosofi itulah pragmatisme menemukan suatu
metoda yang spesifik, yaitu dengan mencari konsekwensi praktis dari setiap konsep atau
gagasan dan pendirian yang dianut masing-masing pihak.
16
D. John Dewey (1859-1952 M)
Sebagai pengikut pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah
memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-
pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya. John Dewey lebih suka
menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme.
17
5. FILSAFAT PROGRESIVISME
Pengertian Filsafat Progresivisme
Aliran Progresivisme ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa
kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
18
Aliran Progresivisme telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan
kepada anak didik.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal tidak pernah sampai pada yang paling
ekstrem, serta pluralistis.
Menurut aliran ini kehidupan manusia berkembang terus menurus dalam suatu arah
yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada masa yang
akan datang.
19
a. Positive and Remedial atau sifat positif, artinya adanya pernyataan dan
kepercayaan terhadap kemampuan manusia sebagai subjek yang memiliki
potensi-potensi alamiah, terutama regenerasi diri untuk menghadapi dan
mengatasi semua problem hidupnya. Kemampuan ini sudah diwarisi
semenjak lahir
o Ciri – Ciri Progresivisme
A Pendidikan (edukasi) dipercaya sanggup mengubah maksudnya membina
budaya baru yang bisa menyelamatkan manusia di masa depan
B Mempercayai manusia sebagai subjek yang mempunyai keahlian dan
kemampuan untuk menghadapi dunia dengan bakat dan kemampuan
diri sendiri
C Progres inti perhatian jadi ilmu yang bisa membangun kemajuan
merupakan pecahan utama dari kebudayaan
D Progresivisme ialah rasionalisasi mayor dari suatu budaya yakni
E Perubahan cepat dari bentuk budaya barat diwarisi dan dicapai masa ke
masa
F Perubahan cepat menuju bentuk budaya baru dalam proses binaan
masa depan
20
belajar mental (kejiwaan), dan kesusastraan klasik peradaban Barat. Pengaruh intelektual
utama yang melandasi pendidikan progresif adalah John Dewey, Sigmund Freud, dan Jean
Jacques Rousseau.
Progressivisme sebagai ajaran filsafat mempunyai watak yang dapat digolongkan
sebagai berikut:
G. Negative and diagnostic yang berarti: bersikap anti terhadap otoritarianisme dalam
absolutisme dalam segala bentuk baik yang kuno maupun yang modern, yang meliputi
semua bidang kehidupan manusia : agama, moral, social, politik dan ilmu
pengetahuan, dan ciri kedua
H. Positive and remedial, yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas kemampun
manusia sebagai subyek yang memiliki potensi-potensi alamiah, terutama kekuatan-
kekuatan self-regenerative untuk menghadapi dan mengatasi sebuah problem
hidupnya. Latar belakang ide-ide filsafat Yunani, baik Heraklitos maupun Socrates,
bahkan juga Protagoras amat mempengaruhi aliran ini.
21
Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan
Humanisme Baru. Ada beberapa pandangan filsafat progresivisme, antara lain.
22
Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Kilpatrick sebagaimana dikutip Jalaluddin
dan Abdullah Idi (2012:93) mengatakan suatu kurikulum dianggap baik dapat
didasarkan atas tiga prinsip, yaitu:
a. Kurikulum harus dapat meningkatkan kualitas hidup anak didik sesuai dengan
jenjang pendidikan.
Kurikulum yang dapat membina dan mengembangkan potensi anak didik.
Kurikulum yang mampu mengubah perilaku anak didik menjadi kreatif, adaptif, dan
mandiri. Kurikulum berbagai macam bidang studi itu bersifat fleksibel.
23
6. FILSAFAT EKSISTENSIALISME
A. Pengertian aliran filsafat eksistensialisme
Berikut merupakan beberapa definisi filsafat eksistensialisme :
● Eksistensialisme merupakan filsafat yang secara khusus mendeskripsikan eksistensi dan
pengalaman manusia dengan metedologi fenomenologi, atau cara manusia berada.
● Eksistensialisme adalah suatu reaksi terhadap materialisme dan idealisme Pandangan
eksistensialisme dapat disimpulkan:
1. Pandangan dari metafisika (hakikat kenyataan)
Pribadi manusia tak sempurna, dapat diperbaiki melalui penyadaran diri dengan menerapkan
prinsip & standar pengembangan ke pribadian
2. Epistimologi (hakekat pengetahuan)
Data-Internal–pribadi, acuannya kebebasan individu memilih
3. Logika: (hakikat penalaran)
Mencari pemahaman tentang kebutuhan & dorongan internal melaui analis & introfeksi diri
4. Aksiologi (hakikat nilai)
Standar dan prinsip yang bervariasi pada tiap individu bebas untuk dipilih- diambil
5. Etika (hakikat kebaikan)
Tuntutan moral bagi kepentingan pribadi tanpa menyakiti yang lain
6. Estetika (hakikat keindahan)
Keindahan ditentukan secara individual pada tiap orang oleh dirinya
7. Tujuan hidup
Menyempurnakan diri melalui pilihan standar secara bebas oleh tiap individu, mencari
kesempurnaan hidup.
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam filsafat yang didalamnya mengajarkan
bahwa manusia itu harus mampu berdiri sebagai dirinya sendiri . Maksudnya, manusia harus
mampu menemukan jati dirinya sendiri dengan berusaha melakukan hal-hal baru diluar
kemampuanya yang ada. Dengan begitu, ia akan bisa berinovasi dan terus berkembang, tidak
hanya terkurung dalam kepribadianya sendiri dan tertinggal.
24
sadarnya beberapa golongan filsuf yang menyadari bahwa manusia mulai terbelenggu dengan
aktifitas teknologi yang membuat mereka kehilangan hakekat hidupnya sebagai manusia atau
mahluk yang bereksistensi dengan alam dan lingkungan sekitar bukan hanya dengan semua serba
instant.
25
ada. Menurut Marcel eksistensi manusia itu bukan terletak pada bahwa ia ada tetapi lebih tertuju
pada kehendak yang dapat menerobos baik adanya maupun yang bukan adanya. Eksistensi itu
bergerak dalam dua kutub yaitu diantara tidak berada dengan berada.
f. Jean Paul Sartre (1905-1980)
Bagi Sartre pandangan eksistensialis adalah suatu doktrin yang
memungkinkan kehidupan manusia. Eksistensialisme mengajarkan bahwa tiap kebenaran dan
tiap tindakan mengandung keterlibatan lingkungan dan sebjektifitas manusia.
26
apapun yang dipakai harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang
baik. Diskusi merupakan metode utama dalam pandangan eksistensialisme. Pendidik atau guru
juga harus memperhatikan dan memastikan bahwa pengetahuan yang sudah diberikan dapat
menimbulkan umpan balik dari setiap siswa sehingga terjadi adanya diskusi. Dengan adanya
diskusi ini, diharapkan pendidik dapat merangsang siswa untuk berpikir sesuai dengan kebenaran
dan keberadaannya. Dan siswa memiliki hak untuk berpendapat,
memilih, dan bertanggung jawab atas pilihannya tersebut.
e. Evaluasi
Guru harus berhati-hati dalam penilaian dan evaluasinya karena
beberapa penilaian diperlukan baginya untuk menentukan kualitas dan
kuantitas pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Penilaian yang ceroboh dapat menghancurkan
individu anak dengan cara dia gegabah. Kata-kata emotif tertentu telah menjadi umum dalam
perbendaharaan kata guru untuk menggambarkan murid bodoh, berprestasi rendah, tidak
perhatian, berprestasi kurang, orang dungu, dan sebagainya. Masing-masing dari kata-kata itu
membangkitkan jumlah asosiasi yang tidak menguntungkan lainnya ketika digunakan untuk
mencari kelemahan siswa yang dirujuk berdasarkan satu aspek saja. Jika ia tidak unggul dalam
akademik, ia mungkin pandai dalam bidang kreatif, fisik, atau artistik lainnya. Kegagalan sistem
pendidikan untuk memberikan peluang bagi kemungkinan terbuka dan kegagalan guru untuk
menemukan titikkuatsiswa, kemudian siswa yang disalahkan. Guru harusnya bisa mengolah
sikap optimis khususnya terkait dengan opini terhadap siswa. (Rohmah, 2019)
27
Manusia yang sadar akan eksistensinya di dunia haruslah juga tahu bagaimana cara dia
menghadapi kehidupan sesuai zamannya. Dalam kehidupan masa kini (kontemporer) banyak
sekali problematika yang harus dihadapi, maka manusia yang tahu eksistensinya dan diberi
kebebasan pasti bisa menghadapi problematika tersebut. Namun, menjadi eksistensialisbukan
selalu harus menjadi seorang yang lain dari pada yang lain, sadar bahwa keberadaan dunia
merupakan sesuatu yang
berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu
yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan
atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah inti dari
eksistensialisme.
28
7. FILSAFAT ESSENSIALISME
A. Pengertian Aliran Esensialisme
Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential (Inti atau pokok dari
sesuatu), dan isme adalah berarti aliran, mazhab atau paham. Aliran filsafatesensialisme adalah
suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Yang
dimaksud dengan kebudayaan lama ialah peradapan yang sudah ada sejak manusia pertama.
Akan tetapi, yang paling meraka
pedomi ialah peradapan padazaman renaissance, yaitu yang tumbuh dan berkembang sekita abad
11, 12, 13, dan 14 Masehi. Menurut Brameld bahwa esensialisme ialah aliran yang lahir dari
perkawinan
dua aliran dalam filsafat yakni idealisme dan realisme. Aliran esensialisme bersumber dari
filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan yang diberikan keduanya bersifat eklektik, artinya
dua aliran tersebut bertemu untuk sebagai pendukung aliran esensialisme yang berpendapat
bahwa pendidikan harus bersendikan nilai- nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Artinya,
nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman, sehingga mendapat mencapai
kebahagiaan.
1. Ciri-ciri Aliran Esensialisme
a. Minat-minat yang kuat dan tahan lama yang sering tumbuh dari
upaya- upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan
karena dorongan dari dalam diri siswa.
b. Pengawasan pengarahan dan bimbingan orang dewasa yang melekat dalam masa balita yang
panjang atau adanya keharusan ketergantungan yang khusus.
c. Adanya cara untuk menegakkan disiplin
d. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang
pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah adalah pesaingnya memberikan teori yang lemah.
2. Sejarah Aliran Esensialisme
Aliran ini menginginkan munculnya kembali kejayaan yang pernah diraih, sebelum abad
kegelapan atau disebut “the dark middle age” (pada zaman ini akal terbelenggu, adanya stagnasi
dalam ilmu pengetahuan, dan kehidupan diwarnai oleh dogma-dogma gerejani).
Essensialisme dianggap oleh para ahli sebagai ”conservative road to
culture” karena ingin kembali kepada kebudayaan lama dan warisan
29
sejarah. Essensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan ciri-ciri utama yang berbeda
dengan progressive. Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai
yang jelas dan memberikan kestabilan dengan memberikan nilai-nilai terpilih.4041
Essensialisme pertama-tama muncul pada awal tahun 1930, yang dipelopori oleh William C
Bagley, Isaac L Kandel dan Frederick Breed. Dan pada tahun 1938 mereka mendirikan
organisasi dalam bentuk komite esensialis untuk pertimbangan pendidikan di Amerika.
Organisasi utama kedua didirikan padatahun 1950an berupa Dewan Pendidikan Dasar di
Amerika dengan juru bicara Himpunan organisasi ini adalah Mortimer Smith dan Arthur Bestor.
30
sebuah teori yg kokoh dan kuat dalam suatu pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya
memberikan teori yg lemah. Maksudnya adalah aliran esensialisme ini sudah menyediakan
banyak teori dalam pembelajaran yang kuat dan kokoh untuk pendidikan, tetapi pada
kenyataannya sekarangbanyak sekolah-42 sekolah yang progesivismenya atau cara
penyampaiannya itu lemah.
31
metode,
evalusi dan bertanggungjawab terhadap seluruh wilayah pembelajaran
Guru dianggap sebagai seseorang yang menguasai lapangan subjek
khusus dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk ditiru dan
digugu. Diane Lapp et all (1975 : 39).
32
8.FILSAFAT PERENIALISME
A. Pengertian Aliran Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20.
Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang
pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme
memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam
kehidupan moral, intelektual, dan sosikultural.
1. Plato
Menurut Plato, “dunia ideal”, bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan.
Kebenaran, pengetahuan, dan nilai sudah ada sebelum manusia lahir yang
semuanya bersumber dari ide yang mutlak tadi. Manusia tidak mengusahakan
dalam arti menciptakan kebenaran, pengetahuan, dan nilai moral, melainkan
bagaimana manusia menemukan semuanya itu. Dengan menggunakan akal dan
rasio, semuanya itu dapat ditemukan kembali oleh manusia.
2. Aristoteles
33
3. Thomas Aquinas
4. Mortimer J. Adler
34
C. Konsep Dasar Aliran Perenialisme
Tentang Pendidikan
Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan orang.
A Tujuan Pendidikan
35
2 Latihan karakter sebagai suatu cara mengembangkan manusia spiritual.
a. Hakikat Guru
Orang yang utama bertugas dalam pendidikan adalah guru-guru, di mana tugas
pendidik yang memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak.
4. Hakikat Murid
36
E. Learning through teaching
a. Kurikulum
37
besar bersejarah (Great Book) dan pembahasan buku-buku klasik.
Kegiatan ini dilakukan dalam seminarseminar kecil.
b) Tujuan pendidikan
Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi, inilah
yang harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan pendidikannya
adalah membantu peserta didik menyingkapkan dan menginternalisasikan nila-nilai
kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.
38
2. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Perenialisme
Kelebihannya:
39
a. Siswa belajar untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan
yang timbul di awal pembelajaran. Dengan mendapatkan sendiri jawaban itu,
siswa pasti akan lebih mengingat materi yang sedang dipelajari.
D. Kelemahannya:
40
9. FILSAFAT BEHAVIORISME
Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran
behaviorisme:
Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai
natural science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk
menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya
kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup psi.
Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.
41
Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi
reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari
intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsure O (organisma).
Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred),
efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa output. Karena pandangan ini
Hull dikritik karena bukan behaviorisme sejati.
E. B.F Skinner
● Behavior Modification
Adalah penerapan dari teori Skinner, sering juga disebut sebagai behavior
therapy. Merupakan penerapan dari shaping (pembentukan TL bertahap),
penggunaan positive reinforcement secara selektif, dan extinction. Pendektan ini
banyak diterapkan untuk mengatasi gangguan perilaku.
42
Prinsip yang terdapat pada Teori Belajar Behaviorisme
a. Reinforcers primer hampir selalu nyata. Hal ini biasanya berupa sesuatu yang
biasa anak pegang atau rasakan, tetapi seharusnya selalu melibatkan keinginan
langsung. Contoh yang termasuk reinforcers: bola favorit, terowongan, mainan,
video, atau hal-hal lain yang membangkitkan indra.
b. Reinforcers sekunder, Mereka intrinsik dan bermanfaat pada tingkat internal,
memberikan siswa perasaan atau anticiaption sesuatu yang mereka akhirnya
bergaul dengan suatu kegiatan. penguatan sekunder meliputi pujian verbal,
tersenyum, token, thumbs up, dan bertepuk tangan.
43
1. Schedules of Reinforcement
Jadwal penguatan adalah aturan yang tepat yang digunakan untuk menyajikan
(atau menghapus) reinforcers (atau punishers) mengikuti perilaku operant
tertentu.
2. Contingency Management
Kontrol stimulus dikatakan terjadi ketika organisme berperilaku dalam satu cara
dengan adanya stimulus yang diberikan dan cara lain dalam ketiadaan. Misalnya,
adanya tanda berhenti meningkatkan kemungkinan bahwa "pengereman" perilaku
akan terjadi.
Sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan sesuatu yang diterima oleh
pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat perubahan tingkah laku
tersebut terjadi atau tidak. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses
pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika
diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan
terhadap respons yang telah ditunjukkan).
44
o Implikasi Teori Belajar Behaviorisme
45
10. FILSAFAT KONSTRUKTIVISME
12.1 Pendahuluan
Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali
dikemukakan oleh Giambatista Vico tahun 1710, ia adalah seorang sejarawan
Italia yang mengungkapkan filsafatnya dengan berkata ”Tuhan adalah pencipta
alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia menjelaskan bahwa
“mengetahui” berarti “mengetahui bagaimana membuat sesuatu”. Ini berarti
bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur
apa yang membangun sesuatu itu.
46
membentuk kembali model relasi yang saling menguntungkan. Pengetahuan selalu
merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif dari realitas yang terjadi melalui
serangkaian aktivitas peserta didik. Dari serangkaian aktivitas peserta didik,
konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik harus menemukan sendiri
pengetahuannya melalui kemampuan berpikir dan tantangan yang dihadapinya,
menangkap dan membuat konsep mengenai keseluruhan pengalaman realistik atau
fakta, mengkaji informasi baru dengan klausul lama dan merevisinya apabila
klausul itu tidak relevan lagi.
47
akomodasi dalam proses yang terus menerus sampai ketika dewasa. Asimilasi
adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep, nilai-nilai ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang
sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses
kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan
yang baru dalam skema yang telah ada. Setiap orang selalu secara terus menerus
mengembangkan proses asimiliasi. Proses asimilasi bersifat individual dalam
mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru sehingga
pengertian orang berkembang. Dalam proses pembentukan pengetahuan dapat
terjadi seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman baru dengan skema
yang telah dipunyai. Dalam keadaan seperti ini orang akan mengadakan
akomodasi, yaitu (1) membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang
baru, atau (2) memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan
itu. Misalnya, seorang anak mempunyai skema bahwa semua binatang harus
berkaki dua atau empat. Skema ini didapat dari abstraksinya terhadap binatang-
binatang yang pernah dijumpainya. Pada suatu hari ia datang ke kebun binatang,
di mana ada puluhan bahkan ratusan binatang yang jumlah kakinya ada yang lebih
dari empat atau bahkan tanpa kaki. Anak tadi mengalami bahwa skema lamanya
tidak cocok dengan pengalaman yang baru, maka dia mengadakan akomodasi
dengan membentuk skema baru bahwa binatang dapat berkaki dua, empat atau
ledih bahkan ada yang tanpa kaki namun semua disebut binatang. Skema itu hasil
suatu konstruksi yang terus menerus diperbaharui, dan bukan tiruan dari
kenyataan dunia yang ada.
Menurut Piaget, proses asimilasi dan akomodasi ini terus berjalan dalam diri
seseorang, sampai pada pengetahuan yang mendekati para ilmuwan. Pendekatan
Piaget dalam proses pembentukan pengetahuan memang lebih 260. personal dan
individual, kendati dia juga bicara soal pengaruh lingkungan sosial terhadap
perkembangan pemikiran anak, tetapi tidak secara jelas memberikan model
bagaimana hal itu tejadi pada diri anak. Bagi Piaget, dalam taraf-taraf
perkembangan kognitif yang lebih rendah (sensori-motor, dan pra-operasional),
pengaruh lingkungan sosial lebih dipahami oleh anak sebagai sama dengan
48
objek-objek yang sedang diamati anak. Anak belum dapat menangkap ide-ide dari
masyarakatnya. Baru pada taraf perkembangan yang lebih tinggi (operasional
konkret, terlebih operasional formal), pengaruh lingkungan sosial menjadi lebih
jelas. Dalam taraf ini, bertukar gagasan dengan teman-teman, mendiskusikan
bersama pendirian masing-masing, dan mengambil konsensus sosial sudah lebih
dimungkinkan. Pandangan konstruktivisme personal sebenarnya mengandung
kelemahan.
Teori konstruktivisme di dalam bidang pendidikan terdiri dari dua aliran besar
yaitu konstruktivisme sosial dan konstruktivisme personal (KP). Konstruktivisme
sosial dan konstruktivisme personal sama-sama berpendapat bahwa ilmu
pengetahuan adalah hasil rekayasa manusia sebagai individu. Akan tetapi
keduanya memiliki perbedaan pandangan mengenai peranan individu dan
masyarakat dalam proses pembentukan ilmu pengetahuan itu. Pendukung
konstruktivisme sosial berpendapat bahwa di samping individu, kelompok di
49
mana individu berada, sangat menentukan proses pembentukan pengetahuan pada
diri seseorang. Melalui komunikasi dengan komunitasnya, pengetahuan seseorang
dinyatakan kepada orang lain sehingga pengetahuan itu mengalami verifikasi, dan
penyempurnaan. Selain itu, melalui komunikasi seseorang memperoleh informasi
atau pengetahuan baru dari masyarakatnya. Vygotsky menandaskan bahwa
kematangan fungsi mental anak justru terjadi lewat proses kerjasama dengan
orang lain, seperti dinyatakan oleh Newman (1993) sebagai berikut: ”The
maturation of the child’s higher mental functions occurs in this cooperative
process, that is, it occurs through the adult’s assistance and participation”.
Pandangan yang dianut oleh konstruktivisme sosial seperti dipaparkan di atas
sangat berbeda dengan pandangan yang dianut oleh para pendukung
konstruktivisme sosial personal. Konstruktivisme Personal kadang kala dikenal
sebagai konstruktivisme psikologis, yang memandang bahwa pembentukan
pengetahuan adalah sepenuhnya persoalan individu. Konstruktivisme Personal
sangat menekankan pentingnya peranan individu dalam proses pembentukan ilmu
pengetahuan (Suparno, 1997).
50
intellect is the social equilibrium resulting from the interplay of the operations
that enter into all cooperation”.
51
di dalam khasanah ilmu pengetahuan, konsepsi mereka tidak pertama-tama dilihat
sebagai sebuah konsep yang ‟salah‟, melainkan diakui sebagai sebuah konsep
alternatif (Sarkim, 2005).
Pengakuan terhadap konsepsi awal yang dibawa oleh peserta didik ketika
masuk ke dalam kelas juga berarti keterbukaan terhadap beragamnya hasil belajar.
Hasil belajar tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas di dalam kelas tetapi juga oleh
konsepsi awal yang dibawa oleh peserta didik ketika memulai belajarnya. Di
dalam kerangka berpikir demikian proses pembelajaran ilmu-ilmu sosial di
sekolah lebih dipandang sebagai proses ‟pembudayaan‟ daripada proses
‟penemuan‟. Maksudnya, kegiatan pembelajaran lebih dipandang sebagai
aktivitas pendampingan para peserta didik agar mereka memasuki ‟dunia‟ ilmu
pengetahuan dari pada membimbing para peserta didik ‟menemukan‟ ilmu
pengetahuan. Di dalam proses ini motivasi dan peran aktif dari peserta didik
memegang peranan yang penting. Pembelajaran ilmu-ilmu sosial bertugas
memberi pengalaman belajar kepada para peserta didik agar memiliki pengalaman
pribadi mengenai bagaimana ilmu pengetahuan diverifikasi dan divalidasi. Oleh
sebab itu pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting, dan peranan
pendidik di dalam menentukan pengalaman belajar itu bukanlah hal yang ringan.
Pendidik bertugas membimbing para peserta didik ke arah ilmu pengetahuan yang
sudah diakui kebenarannya oleh masyarakat keilmuan. Dengan mengamati, atau
mengalami langsung sebuah fenomena alam, konsepsi peserta didik yang tidak
sejalan dengan konsepsi yang diakui oleh komunitas ilmiah dapat ditantang.
Konfrontasi konsepsi alternatif dengan peristiwa konkret tersebut dapat
mengakibatkan goyahnya struktur pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta
didik. Goyahnya struktur pengetahuan ini sering pula disebut sebagai keadaan
disequilibrium. Hal demikian akan memaksa peserta didik untuk membangun
konsepsi yang lebih baik. Demikianlah konsepsi baru akan dibangun dan menjadi
bagian dari struktur pengetahuan yang baru melalui aktivitas, komunikasi dan
refleksi pribadi peserta didik. Konsepsi dan struktur pengetahuan yang baru
terbentuk tersebut akan semakin dikokohkan apabila peserta didik memperoleh
kesempatan untuk mengaplikasikannya ke dalam situasi yang baru.
52
12.3 Implementasi Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan
53
didik tetapi juga jangan sama seperti yang telah dimilikinya. Pengalaman sedapat
mungkin berada di ambang batas antara pengetahuan yang sudah diketahui dan
pengetahuan yang belum diketahui (Mukminan, dkk., 1998; Fosnot (ed), 1996)
sebagai zone of proximal development of knowledge.
D. Terkait dengan kedua hal di atas, maka dalam proses pembelajaran seorang
pendidik harus menciptakan pengalaman yang autentik dan alami secara sosial
kultural untuk para peserta didiknya. Materi pembelajaran sungguh harus kontekstual,
relevan. pengalaman sosio budaya setempat. Pendidik tidak dapat memaksakan suatu
materi yang tidak terkait dengan kehidupan nyata peserta didik. Pemaksaan hanya
akan menimbulkan penolakan atau menimbulkan kebosanan atau akan menghambat
proses perkembangan pengetahuan peserta didik.
54
pertanyaan, tugas-tugas yang terkait dengan topik tertentu, yang harus dipecahkan,
didalami secara individual ataupun kolektif, kemudian diskusi kelompok, menulis,
dialog dan presentasi di depan teman yang lain.
55
11. FILSAFAT NATURALISME
1. Makna dari Filsafat Naturalisme
Naturalisme berasal dari dua kata, yaitu Natural yang artinya alami dan Isme yang artinya
paham. Sehingga Aliran filsafat naturalisme disebut sebagai Paham Alami maksudnya adalah
bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan atau
pembawaan yang baik, dan tak ada seorangpun terlahir dengan pembawaan yang buruk.
Secaragaris besar dapat diartikan bahwa filsafat naturalisme merupakan hasil berlakunya hukum
alam fisik dan terjadinya menurut kodrat atau menurut wataknya sendiri.
2. Sejarah dan Perkembangan Filsafat Naturalisme
Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami perkembangan pada abad ke 18. Naturalisme
berkembang dengan cepat di bidang sains. Ia berpandangan bahwa “Learned heavily on the
knowledge reported by man’s sense”. Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau, seorang filsuf
Perancis yang hidup pada tahun 1712-1778. Rosseau berpendapat bahwa semua anak yang baru
dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena
dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa, justru dapat merusak
pembawaan baik anak itu, sehingga aliran ini sering disebut negativisme.
56
merupakan dasar semua mahluk. Sesudah mengetahui sesuatu hal menurut kedua prinsip internal
itu pengetahuan tentang hal itu perlu dilengkapi dengan memandang dua prinsip lain, yang
berada diluar hal itu sendiri, akan tetapi menentukan adanya juga. Prinsip ekstern yang pertama
adalah sebab yang membuat, yakni sesuatu yang menggerakan hal untuk mendapat bentuknya.
Prinsip ekstern yang kedua adalah sebab yang merupakan tujuan, yakni sesuatu hal yang menarik
hal kearah tertentu. Misalnya api adalah untuk membakar, jadi membakar merupakan prinsip
final dari api. Ternyata pandangan tentang prinsip ekstern kedua ini diambil dari hidup manusia,
dimana orang bertindak karena dipengaruhi oleh tujuan tertentu, pandangan ini diterapkan pada
semua mahluk alam. Seperti semua mahluk manusia terdiri atas dua prinsip, yaitu materi dan
bentuk.
C. William R. Dennes (Filsuf Modern)
Beberapa pandangannya menyatakan bahwa:
1. Kejadian dianggap sebagai ketegori pokok, bahwa kejadian merupakan hakekat terdalam dari
kenyataan.
2. Yang nyata ada pasti bereksistensi, sesuatu yang dianggap terdapat diluar ruang dan waktu
tidak mungkin merupakan kenyataan dan apapun yang dianggap tidak mungkin ditangani dengan
menggunakan metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam tidak mungkin merupakan
kenyataan.
3. Analisa terhadap kejadian-kejadian, bahwa faktor-faktor penyusun
segenap kejadian ialah proses, kualitas, dan relasi.
4. Masalah hakekat terdalam merupakan masalah ilmu, bahwa segenap kejadian baik kerohanian,
kepribadian, dan sebagainya dapat dilukiskan berdasarkan kategori- kategori proses, kualitas dan
relasi.
Pengetahuan ialah memahami kejadian-kejadian yang saling berhubungan, pemahaman suatu
kejadian, atau bahkan kenyataan, manakala telah mengetahui kualitasnya, seginya, susunanya,
satuan penyusunnya, sebabnya, serta akibat- akibatnya
57
12. FILSAFAT BENJAMIN SAMUEL BLOOM
1. Biografi Benjamin Samuel Bloom
Benjamin Samuel Bloom atau yang lebih dikenal dengan Bloom salah satu filosof yang menaruh
perhatian cukup besar terhadap filsafat pendidikan sehingga lahirlah yang saat ini dikenal dengan
Taksonomi Bloom. Lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di kota Lansford Pennsylvania dan
meninggal pada tanggal 13 September 1999. Menerima gelar sarjana dan gelar master dari
Pennsylvania State
University pada tahun 1935 dan Ph.D. Pendidikan dari University of Chicago Maret 1942. Ia
pernah menjadi anggota staff Board of Examinations di University of Chicago pada tahun 1940
dan bertugas sampai 1959. Ia juga adalah seorang guru, dosen, penasihat pendidikan dan
psikologi pendidikan. Pekerjaan sebagai pengajar di Jurusan Pendidikan University of Chicago
dimulai tahun 1944 untuk kemudian ditunjuk sebagai Distinguished Service Professor pada
tahun 1970. Ia
menjabat sebagai presiden American Educational Research
Association dari tahun 1965 sampai 1966. Ia menjadi penasihat pendidikan bagi pemerintahan
Israel, India, dan beberapa bangsa lain.
58
tergerak memperbaharui Taknosomi Bloom dengan harapan agar lebih mengikuti dan sesuai
dengan kemajuan pendididikan di abad ini. Taksonomi Bloom yang diperhaarui itu sekarang
telah dikenal dengan nama Revisi Taksonomi Bloom disingkat menjadi RTS. Adapun64
pembaharuan hanya terjadi pada ranah kognitif dimana pada versi baru pada ranah kognitif
diberi dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan kognitif. Dalam dimensi pengetahuan
terdapat empat
kategori dalam dimensi pengetahuan kognitif,yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Sedangkan, pada dimensi
proses kognitif terdapat enam tingkatan, yaitu: mengingat (remembering),
memahami (understanding), mengaplikasikan
(applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating),
dan mengkreasi (creating). Enam tingkatan inilah yang sering digunakan dalam merumuskan
tujuan belajar
yang di kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.
59
4. Memiliki Kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan belajar agar hasil yang diperoleh memuaskan
dan penggunaan waktu dan tenaga lebih efisien.
5. Ulangan dan Latihan
Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak,
sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Prinsip belajar yang paling penting
melandasi filsafat pendidikan taksonomi Bloom, “adanya perhatian dan motivasi baik itu berasal
dari orang
tua maupun pendidik”. Karena setiap manusia pada khakikatnya menyukai perhatian berupa
sokongan moril dari orang lain untuk menumbuhkan semangat dalam dirinya sendiri.
60
13. FILSAFAT KI HAJAR DEWANTARA
L. Hakikat pendidikan Ki Hadjar Dewantara
a. Pestalozzi
Menurut Pestalozzi pendidikan anak usia dini harus mampu membentuk anak supaya aktif
menolong atau mendidik dirinya sendiri. Selain itu, perkembangan anak berlangsung secara
teratur dan maju setahap demi setahap. Oleh karena itu, keluarga (orang tua) sebagai embrio atau
cikal bakal pendidikan anak harus berfungsi mendidik anak dengan kasih sayang. Sebab kasih
sayang yang diperoleh anak dalam lingkungan keluarga yang sangat membantu mengembangkan
potensi emosi anak selanjutnya.
b. Froebel
Froebel berpendapat bahwa pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar.
Froebel menggunakan “taman” sebagai simbol pendidikan anak. Apabila anak mendapatkan
pengasuhan yang tepat seperti halnya tanaman (tunas) muda akan berkembang secara wajar
mengikuti hukumnya sendiri.
c. Maria Montessori
61
Menurut Montessori Pendidikan anak tidak terlepas dari pengaruh pemikiran Rousseau dan
Pestalozzi yang menekankan pada kondisi lingkungan bebas dan penuh kasih agar potensi anak
dapat berkembang optimal. Montessori memandang perkembangan anak usia prasekolah/TK
sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Artinya, pendidikan merupakan aktivitas diri yang
mengarah pada pembentukan disiplin pribadi, kemandirian, dan pengarahan diri. Persepsi anak
tentang dunia merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Atas dasar itulah, Montessori
mengembangkan alat-alat belajar yang memungkinkan indra anak dikembangkan untuk
mengeksplorasi lingkungan.
62
Dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak, Ki Hadjar Dewantara memandang
adanya tiga pusat pendidikan yang memiliki peranan besar. Semua ini disebut “Tripusat
Pendidikan”. Tripusat Pendidikan mengakui adanya pusat-pusat pendidikan yaitu; 1)
Pendidikan di lingkungan keluarga, 2) Pendidikan di lingkungan perguruan, dan 3)
Pendidikan di lingkungan kemasyarakatan atau alam pemuda. Alam keluarga adalah
pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Sejak timbul adab kemanusiaan hingga
kini, hidup keluarga selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti atau karakter dari
tiap-tiap manusia. Alam perguruan merupakan pusat perguruan yang teristimewa
berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran (perkembangan intelektual) beserta
pemberian ilmu pengetahuan (balai-wiyata). Alam kemasyarakatan atau alam pemuda
merupakan kancah pemuda untuk beraktivitas dan beraktualisasi diri mengembangkan
potensi dirinya. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut sangat erat kaitannya satu dengan
lainnya, sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan, dan memerlukan kerjasama yang sebaik-
baiknya, untuk memperoleh hasil pendidikan maksimal seperti yang dicita-citakan.
Hubungan sekolah (perguruan) dengan rumah anak didik sangat erat, sehingga
berlangsungnya pendidikan terhadap anak selalu dapat diikuti serta diamati, agar dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pamong sebagai pimpinan harus
bertindak tutwuri handayani, ing madya mangun karsa, dan ing ngarsa sung tuladha
yaitu; mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, berada di tengah memberi
semangat, berada di depan menjadi teladan.
63
asrama bisa saling mengisi dalam menghadapi tantangan jaman. Dilihat dari konsep Taman
Siswa, SMA Taruna Nusantara merupakan konsep perguruan dari Ki Hadjar Dewantara dalam
skala nasional.
Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas
Soewandi Soeryaningrat. Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia
yang mengagas pendidikan karakter di tanah air. Tanggal lahirnya diperingati sebagai Hari
Pendidikan Nasional.
64
TAHUN KETERANGAN
1908 Menjadi anggota Budi Oetomo bagian seksi propaganda untuk
mensosialisasikan persatuan dan kesatuan bangsa
65
pengetahuan, belajar dengan pemahaman, umpan balik kognitif, penetapan tujuan, dan
berpikir devergen.
66
14. FILSAFAT PANCASILA
A. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Pancasila adalah jiwa dan seluruh
rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia dan dasar negara. Di
samping menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia, Pancasila juga merupakan
kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai puncak
kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dari keseimbangan, baik
dalam hidup manusia akan mencapai puncak kebahagiaan jika dapat
dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia
sebagai pribadi, sebagai makhluk sosial dalam mengajar hubungan dengan
masyarakat, lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.
Oleh karena itu, kuta perlu memahami, mengahayati, dan mengamalkan
pancasila dalam segi kehidupan. Tanpa upaya itu, pancasila hanya akan
menjadi rangkaian kata-kata indah dan rumusan yang beku dan mati serta
tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita. Pancasila yyang
dimaksud disini adalah pancasila yang dirumuskan dalam pembukaan UUD
1945 yang terdiri dari 5 sila dan penjabarannya sebanyak 36 butir yang
masing-masing tidak dapat dipahami secara terpisah melainkan satu
kesatuan.
Kedudukan pancasila sebagai sistem filsafat wajar dipahami secara
rasional berdasarkan alasan (rasional) dan justifikasi:
1) Secara material-substansial dan intrinsik nilai pancasila adalah
filosofis; intrinsik dalam kemanusiaan yang adil dan beradab,
apabila ketuhunan yang maha esa adalah filosofis/metafisis.
2) Secara praktis-fungsional, dalam tatanan-budaya masyarakat
indonesia pra-kemerdekaan nilai pancasila diakui sebagai filsafat
hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan manusia indonesia
dengan mengamalkan isi nilai sila-sila pancasila secara gradual
(menurut tingkat kesadaran pribadinya).
67
3) Secara formal-konstitusional, bangsa indonesia mengakui pancasila
adalah dasar negara (filsafat negara) ri, weltanschauung atau
ideologi negara.
4) Secara psikologis atau kultural, bangsa dan budaya indonesia
sederajat dengan bangsa dan budaya manapun. Karenanya, wajar
bangsa indonesia sebagaimana bangsa lain (cina, india, arab, eropa)
mewarisi sistem filsafat yang diwarisi dalam khasanah budaya
indonesia.
5) Secara potensial, filsafat pancasila akan berkembang bersaama
dinamika budaya; filsafat pancasila akan berkembang secara
konsepsional, kualitas dan kuantitas konsepsional dan
kepustakaannya. Filsafat pancasila merupkan bagian dari khasanah
budaya dan filsafat (timur) yang ada dan akan berjembang dalam
khasanah peradaban modern.
68
dengan tata suryanya. Alam semesta raya mempunyai hukum-hukum
alamnya dan menjadi sumber daya kehidupan semua makhluk hidup.
Manusia sering dipandang sebagai mikrokosmos sebab pada
manusia terdapat sifat-sifat atau unsur-unsur seperti yang ada pada
makrokosmos.
c. Asas tata ada yang selaras, serasi, seimbang (harmoni). Bahwa yang
ada di dunia merupakan hal yang serba berlawanan namun tetap
dapat berlangsung secara selaras.
d. Asas tata hidup manusia budaya (asas kultural/religius). Cipta, rasa
dan karsa manusia secara integratif mampu menciptakan
perlengkapanperlengkapan hidup yang secara keseluruhannya
disebut kebudayaan.
e. Asas persatuan dan kesatuan. Hidup budaya manusia membentuk
kesatuan-kesatuan secara menyeluruh mulai dari tingkat terbawah
yaitu keluarga sampai pada kehidupan berbangsa dan bernegara.
f. Asas tertib damai, kemerdekaan dan keadilan. Hidup membudaya
adalah hidup tertib, teratur dan damai menghindari pertengkaran dan
perselisihan
g. Asas bhineka tunggal ika. Asas ini memberi makna bahwa hidup
budaya manusia menunjukan variasi-variasi, seperti adanya ras-ras
manusia, macam-macam agama dan kebudayaan daerah dan
sebagainya.
h. Asas idealisme, realistis dan pragmatis. Hidup bangsa Indonesia
tidak tanpa arah, tetapi mempunyai arah yang ideal yakni hidup
masyarakat yang adil dan makmur.
Epistomologi Pancasila
69
rasio maupun pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan. Pengetahuan
datang dari intuisi dan juga bersumber pada kebenaran agama. Logika yang
dikembangkan dalam epistomologi Pancasila adalah logika formal
(deduksi), logika induksi, logika ilmiah dan logika intuisi.
Aksiologi Pancasila
70
A. Pancasila Sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989
bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Hal
tersebut sejalan dengan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan
dasar negara Indonesia. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut
jelaslah bahwa pancasila adalah Landasan Filosofi Sistem Pendidikan
Nasional.
Pendidikan nasional merupakan suatu sistem yang memuat teori
praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan
dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada
bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
Sedangkan Pendidikan Nasional Indonesia adalah suatu sistem yang
mengatur dan menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang
berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa Indonesia yang
diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna
memperlancar mencapai cita-cita nasional Indonesia.
Sehingga Filsafat pendidikan nasional Indonesia dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek
pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh
filsafat hidup bangsa “Pancasila” yang diabdikan demi kepentingan
bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita
bangsa dan negara Indonesia.
Pokok-pokok fikiran Pendidikan Nasional adalah:
1) Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan
disebut sistem Pendidikan Pancasila.
2) Tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal
71
semangat kebangsaan agar dapat memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan.
3) Fungsi pendidikan nasional Indonesia adalah untuk mengembangkan
warga negara Indonesia, baik sebagai pribadi maupun anggota
masyarakat, mengembangkan bangsa Indonesia dan mengembangkan
kebudayaan Indonesia.
4) Unsur-unsur pokok pendidikan nasional adalah pendidikan pancasila,
pendidikan agama, pendidikan watak dan kepribadian, pendidikan
bahasa, pendidikan kesegaran jasmani, pendidikan kesenian, pendidikan
ilmu pengetahuan, pendidikan keterampilan, pendidikan
kewarganegaraan dan pendidikan kesadaran bersejarah. 5) Asas-asas
pelaksanaan pendidikan nasional Indonesia adalah asas semesta, asas
pendidikan seumur hidup, asas tanggung jawab bersama, asas
pendidikan, asas keselarasan dan keterpaduan dengan ketahanan
nasional dan wawasan nasional, asas Bhineka Tunggal Ika, Asas
keselarasan, keseimbangan dan keserasian, asas manfaat adil dan
merata.
72