Anda di halaman 1dari 3

BAB II

Manusia dan Pendidikan

Nama: Fakhri Muhammad Sudirman


NIM: 1903085
Kelas: 1B
A. Hakikat Manusia
1. Manusia adalah Mahluk Tuhan YME
Dua aliran filsafat yang menjawab pertanyaan mengenai asal-usul manusia dan alam semesta:
Evolusionisme: Manusia dan alam semesta ada dengan sendirinya, tanpa pencipta.
Kreasionisme: Manusia dan alam semesta adalah ciptaan suatu Creative Cause atau Personality, yaitu Tuhan YME.
Argumen yang memperkuat teori Kreasionisme (Manusia adalah Mahluk Tuhan YME) :
Argumen ontologis: Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan, sementara realitas lebih sempurna daripada ide manusia.
Argumen kosmologis: Di alam semesta terdapat rangkaian sebab-akibat, dan pastinya ada Sebab Pertama.
Argumen Taleologis: Segala sesuatu memiliki tujuan. Sebab itu segala sesuatu tidak terjadi dengan sendirinya.
Argumen Moral: Manusia bermoral, ini menunjukkan adanya tujuan Moralitas yaitu Tuhan YME.
2. Manusia sebagai Kesatuan Badani-Rohani
Beberapa pendapat mengenai manusia sebagai kesatuan badani-rohani:
Epiphenomenalisme: Esensi manusia semata-mata bersifat badani. Tubuhlah yang mempengaruhi jiwa.
Spiritualisme: Esensi manusia bersifat kejiwaan/spiritual/rohaniah. Jiwalah yang mempengaruhi tubuh.
Paralelisme: Setiap peristiwa kejiwaan selalu paralel dengan peristiwa badaniah, atau sebaliknya.
Namun seluruh pendapat diatas dibantah oleh E.F Schumacher dan Abdurahman Sholih Abdullah, mereka
berdua berpendapat bahwa manusia adalah kesatuan dari badani dan rohani.
3. Individualitas/Personalitas
Manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi, ia memiliki perbedaan dengan seluruh mahluk lainnya
bahkan manusia itu sendiri, sehingga ia bersifat unik dan merupakan subjek yang otonom.
4. Sosialitas
Untuk mendapatkan status dan eksistensinya di dunia, manusia membutuhkan pengakuan dari orang lain,
itulah sebab utama seorang manusia tidak dapat hidup sendiri.
5. Keberbudayaan
Manusia menciptakan dan menggunakan kebudayaan dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhannya atau
untuk mencapai berbagai tujuan. Karena dengan kebudayaan juga manusia akan lebih mengenal dirinya
sendiri, walaupun tidak semua kebudayaan yang diciptakan manusia itu akan berdampak baik bagi alam dan
manusia itu sendiri.
6. Moralitas
Manusia memiliki dimensi moralitas karena ia dapat membedakan antara baik dan buruk. Manusia juga
mempunyai kebebasan dalam bertindak/berbuat, maka didalam hidup manusia akan selalu ada penilaian
moral atau tuntutan pertanggungjawaban atas setiap perbuatan atau tindakannya.
7. Keberagaman
Keberagaman merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia, hal ini terdapat pada manusia
manapun, baik dalam seluruh rentang waktu dan rentang geografis dimana manusia tersebut berada. Dalam
keberagaman ini manusia dapat merasakan hidupnya menjadi bermakna.
8. Historisitas
Eksistensi manusia ada karena keberadaan sejarah masa lalunya. Masa lampau manusia yang historis adalah
faktor dasar yang tidak dapat dihindarkan bagi mada depannya.
9. Komunikasi/Interaksi
Dalam rangka mencapai tujuan hidupnya, manusia berinteraksi/berkomunikasi secara multi dimensional.
10. Dinamika
Manusia mempunyai dinamika yang berarti manusia tidak akan pernah berhenti atau selalu dalam keaktifan,
baik dalam aspek fisiologik maupun spiritual.
11. Eksisten Manusia adalah untuk Menjadi Manusia
Eksistensi manusia tiada lain adalah untu menjadi manusia. Tegasnya ia harus menjadi manusia ideal, idealitas
ini bersumber dari Tuhan melalui ajaran agama, bersumber dari sesama dan budayanya, bahkan dari diri
manusia itu sendiri.

B. Prinsip-Prinsip Antropologis Keharusan Pendidikan: Manusia sebagai Mahluk yang


Perlu Dididik dan Mendidik Diri
1. Prinsip Historiasitas
Eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya sekaligus mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan
hidupnya.
2. Prinsip Idealitas
Dalam eksistensinya manusia mengemban tugas untuk menjadi manusia yang ideal.
3. Prinsip Posibilitas/Aktualitas
Perkembangan manusia bersifat terbuka atau serba mungkin, jadi dapat dipahami bahwa kemampuan yang
seharusnya tidak di bawa sejak kelahirannya, melainkan harus diperoleh setelah kelahirannya. Karena sebab
itulah manusia memerlukan pendidikan untuk memanusiakan dirinya.

C. Prinsip-Prinsip Kemungkinan Pendidikan: Manusia sebagai Mahluk yang Dapat Dididik


1. Prinsip Potensialitas
Pendidikan bertujuan agar seseorang menjadi manusia yang ideal, dilain sisi manusia itu sendiri memiliki
berbagai potensi untuk menjadi manusia yang ideal. Sebab itulah manusia akan dapat dididik dan menjadi
manusia yang ideal.
2. Prinsip Dinamika
Manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya, ia selalu menginginkan dan mengejar
segala hal yang lebih dari apa yang telah ada atau telah dicapainya. Karena itu dinamika manusia
mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
3. Prinsip Individualitas
Manusia adalah individu yang memiliki subyektivitas, bebas dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri.
Sebab itu, individualitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
4. Prinsip Sosialitas
Manusia adalah mahluk sosial, ia hidup dengan sesamanya. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini
akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik di mana setiap individu akan menerima pengarh dari individu
yang lainnya. Sebab itu, sosialitas mengimpliasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
5. Prinsip Moralitas
Pendidikan bertujuan agar manusia berahlak mulia. Dilain sisi, manusia berdimensi moralitas, manusia mampu
membedakan yang baik dan buruk. Sebab itu, dimensi moralitas juga mengimplikasikan bahwa manusia akan
dapat dididik.

D. Pendidikan Sebagai Humanisasi


Definisi Pendidikan
Eksistensi manusia tiada lain adalah untuk menjadi manusia, dan manusia akan dapat menjadi manusia hanya
melalui pendidikan. Implikasinya maka pendidikan tiada lain adalah humanisasi.
Sasaran Pendidikan
Sasaran pendidikan hakikatnya adalah manusia sebagai kesatuan yang terintegrasi. Akan terjadi berbagai
fenomena manusia melakukan hal yang merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain jika terdapat kesalahan
konsep tentang hakikat manusia, sehingga sasaran pendidikannya tidak berkenaan dengan manusia secara
utuh.
Tujuan dan Fungsi Pendidikan
Pendidikan diupayakan dengan berawal dari manusia apa adanya (aktualitas) dengan mempertimbangkan
berbagai kemungkinan yang ada padanya (potensialitas), dan diarahkan menuju terwujudnya manusia yang
seharusnya/dicita-citakan (idealitas).
Sifat/Karakteristik Pendidikan
Pendidikan bersifat normatif. Implikasinya, sesuatu tindakan dapat digolongkan kedalam upaya pendidikan
apabila tindakan itu diarahkan menuju terwujudnya manusia ideal.

Anda mungkin juga menyukai