Anda di halaman 1dari 15

DINAMISME DAN ANIMISME

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ilmu Perbandingan Agama


Dosen Pembimbing : Nur Fajriyah, M.Pd

1. Fabrian Dicky 23010190386


2. Ratna Fitriyana 23010190394
3. Tias Winarni 23010190396

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2021
KATA PENGANTAR
  
Alhamdulillah, berkat rahmat, hidayah dan inayah Allah kami dapat merampungkan
makalah ini. Walaupun banyak hal yang harus ditempuh sebelumnya, namun hasil akhirnya
sudah membanggakan kami secara pribadi. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai peletak dasar Islam. Shalawat dan salam
juga semoga tercurahkan kepada sahabat dan kerabatnya yang telah membantu perjuangan
penyebaran agama Islam.
Dalam makalah yang berjudul Konsep Ketuhanan Animisme dan Dinamismme, kami
akan membahas sedikit banyak tentang perkembangan kepercayaan manusia pada awalnya.
Bagaimana kepercayaan mereka sebelum sampai pada apa yang ditemukan sekarang.
Animisme sebagai kepercayaan pada roh dan dinamisme sebagai kepercayaan pada kekuatan
gaib yang melekat pada benda-benda terus berkembang sesuai keadaan sosial
kemasyarakatan dan kebutuhan masing-masing.
Terakhir kali, kami ucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengajar dan teman-
teman yang telah ikut berpatisipasi baik aktif maupun pasif dalam merampungkan makalah
ini. Dan Sebagai manusia yang tidak lepas dari lupa dan salah, dalam makalah ini tentunya
banyak ditemukan berbagai kesalahan dan kelalaian. Maka dari itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dalam kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.
Harapan kami, semoga makalah ini memberikan kemanfaatan bagi para pembaca,
baik dari kalangan akademisi atau mereka yang ingin mengetahui sedikit banyak tentang
konsep ketuhanan menurut kepercayaan animisme dan dinamisme.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II ANIMISME DAN DINAMISME 3
A. Agama, Pengertian dan Sejarah 3
B. Pengertian Dinamisme dan Animisme 4
C. Konsep Ketuhanan dan Peribadatan 5
D. Dinamisme dan Animisme dalam Dunia Moderen 8
BAB III PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
B. Saran 11
Daftar Pustaka 12
A.

ii
BAB I
PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang
Proses perkembangan manusia tidak lepas dari sejarahnya. Berawal dari yang
paling kecil dan terkesan kekanak-kanakan sampai besar dengan kedewasaan. Semua
berjalan beriringan mengikuti alurnya waktu dan kebutuhan yang harus dipenuhinya.
Kebutuhan ini bisa berupa kebutuhan jasmani atau rohani yang mewarnai corak
perkembangannya masing-masing mengantarkan manusia ke pintu kesempurnaan.
Dalam sejarah peradaban, dikenal beberapa zaman dalam pemetaan. Ada zaman
batu, perunggu sampai pada zaman kontemporer yang segalanya tampak serba mudah dan
terpenuhi. Begitulah manusia dengan ketidakpuasannya melakukan perubahan dalam
efisiensi dan pemenuhan kebutuhan sesuai harapan.  Meskipun di balik semua itu banyak
juga yang dikorbankan sebagai nilai tukar dari perubahan dalam progresifitas sejarah
kehidupan.
Selain perkembangan peradaban, perkembangan kepercayaan atau keyakinan
dalam ranah spiritual juga tida bisa terpisahkan sebagai roh dari sekian perubahan.
Kepercayaan ini juga beralan seiring perkembangan pola piker manusia. Dan semakin
maju manusia, maka semakin sedikit Tuhan-Tuhan yang dipercayainya sebagai jawaban
dari kelemahannya.
Dalam sejarahnya banyak ditemukan berbagai kepercayaan sesuai kebutuhan
dalam perkembangan manusia. Berawal dari banyak Tuhan dalam menerangkan
ketidakmampuan dan kebodohan sampai pada kepercayaan akan satu Tuhan yang
mengungguli segalanya. Namun, akankah semua konsep kepercayaan lama ikut
terpendam dan tinggal sejarahnya?. Animisme dan Dinamisme misalnya, tidak adakah
pengaruh dan praktik-praktik mereka sekarang walau tidak dalam bungkus aliran
lamanya?. Terkait hal ini, kami merasa tertarik untuk menulis sebuah makalah yang
mencoba membongkar konsep-konsep ketuhanan lama, khususnya Dinamisme dan
Animisme agar apa yang dijalankan sekarang menjadi semakin  jelas dan terlepas dari
kepercayaan lama yang tidak diperlukan dengan wajah-wajah barunya.

B. Rumusan Masalah
1. Dalam makalah ini, kami akan membahas sedikit banyak tentang:
2. Apa itu agama, pengertian dan sejarahnya?
1
3. Apa itu Dinamisme dan Animisme?
4. Bagaimana konsep ketuhanan Dinamisme dan Animisme?
5. Bagaimana keadaan Dinamisme dan Animisme di dunia Moderen?
6. Adakah contoh konkret dari kepercayaan Animisme dan Dinamisme sekarang?

C. Tujuan
Setelah memabaca makalah ini, kami mengharapkan pembaca mengerti sedikit banyak
tentang:
1. Agama, pengertian dan sejarahnya.
2. Pengertian Dinamisme dan Animisme.
3. Konsep ketuhanan Dinamisme dan Animisme.
4. Dinamisme dan Animisme dalam dunia moderen.
5. Mengetahui contoh konkret Dinamisme dan Animisme dalam bentuk azimat.

2
BAB II
ANIMISME DAN DINAMISME
 
A. Agama, Pengertian dan Sejarah
Menurut sebagian pendapat, agama berasal dari bahasa sansekerta yang diartikan
dengan haluan dan jalan. Pendapat lain mengatakan bahwa agama berasal dari dua buah
kata, yaitu A yang artinya tidak, dan GAMA yang artinya kacau balau. Jadi agama adalah
tidak adanya kacau balau atau dengan kata lain teratur. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
hidup beragama adalah hidup yang teratur, sesuai dengan haluan atau jalan yang telah
dilimpahkan Tuhan dengan dijiwai oleh semangat kebaktian.
Pada dasarnya beragama merupakan kecenderungan manusia yang sesuai dengan
instink dan fitrahnya untuk mengakui adanya kekuatan yang luar biasa di atas alam yang
ada ini. Di sini memeluk sebuah agama merupakan tuntutan hati nurani manusia.
Mengingkari agama berarti mengingkari hati nuraninya sendiri. Hal ini bisa dibuktikan
dengan peristiwa-peristiwa mereka yang mengngkari agama ketika mendapat kesulitan
atau sesuatu yang di luar kemampuannya lalu menyebut nama Tuhan sebagai pelarian.
Walau terkadang Tuhan yang disebutnya bisa saja tanpa nama. Karena ketika Tuhan bisa
diungkapkan dengan banyak nama, maka otomatis Dia bisa diungkapkan tanpa nama.
Paham beragama ini terus berkembang seiring dengan perkembangan pikiran
manusia dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Semakin maju ilmu manusia yang berarti
lebih banyak yang dapat dilakukannya sendiri, maka semakin sedikit Tuhan yang
dipercayainya. Hali ini dapat dilihat dari perubahan berangsur-angsur dari keyakinan akan
banyak Tuhan (polytheisme) sampai pada keyakinan akan satu Tuhan (monotheisme).
Adapun unsur-unsur sebuah agama yang membangun dan dilestarikan adalah
sebagai berikut:
1. Adanya kekuatan gaib yang diyakini (Tuhan)
2. Adanya perasaan takut dan cinta (keimanan)
3. Paham adanya keyakinan yang disucikan (konsep ketuhanan)
4. Adanya keyakinan bahwa kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat tergantung dengan
adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang diyakini (Tuhan).1

B. Pengertian Dinamisme dan Animisme


1
Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, (PT. Rineka Cipta; Jakarta, 1991), 08

3
Sebelum masuk pada pembahasan konsep ketuhanan Dinamisme dan Animisme,
terlebih dahulu seseorang perlu mengetahui pengertian dari Dinamisme dan Animisme
untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kesalah pahaman dengan
menyelaraskan pemahaman dari pengertian yang mungkin saja sebelumnya berbeda. Dan
eksisnya suatu hal sebenarnya tidak jauh dari definisinya sendiri sebagai kata universal
yang mewakilinya dengan memasukkan cakupan dan pembersihan dari hal-hal luar yang
tidak berhubungan dalam mempertegas kategori dan ruang lingkupnya. Oleh karena itu,
makalah ini pun dimulai dari penjelasan sebuah definisi.
a) Dinamisme
Secara etimologis, dinamisme berasal dari kata Yunani dynamis atau
dynaomos yang artinya kekuatan atau tenaga. Dari sini dapatdiambil kata kunci dari
dinamisme yaitu kekuatan atau tenaga. Jika dikembangkan dalam sebuah pengertian
tentang aliran akan didapatkan sebagai kepercayaan (anggapan) akan adanya kekuatan
atau gaib yang terdapat pada berbagai barang, baik yang hidup atau mati di mana
kuatan gaib ini memancarkan pengaruhnya secara gaib pula pada apa yang ada di
sekitarnya.
Dalam Kamus Ilmiah Populer yang disusun Tim Pustaka Agung Harapan,
dinamisme diartikan sebagai kepercayaan primitif di mana semua benda mempunyai
kekuatan yang bersifat gaib.2 Orang primitif dengan pengetahuannya yang minim
mempercayai hal ini sebagi jawaban dari ketidakmampuannya dalam mengungkap
dan memahaminya lebih dalam. Sementara hal-hal tersebut dengan berbagai
kegunaannya tidak pernah llepas dari kehidupan. Dan kepercayaan akan kekuatan
gaib di dalamnya mungkin menjadi satu-satunya cara mereka menjelaskan dan
memahami berbagai kejadian dalam menghapus rasa penasaran yang selalu
memburunya.
b) Animisme
Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di
sini menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau dikembangkan,
animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap adanya makhluk halus
atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik benda hidup atau benda mati sekalipun.
Tidak hanya percaya, mereka bahkan memuliakan roh-roh tersebut. Penghormatan ini
dilakukan agar tidak mendapat gangguan mereka tetapi justru mendapat

2
Tim Pustaka Agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer (Pustaka Agung Harapan, Surabaya) 103

4
keberuntungan dari mereka dengan adanya penghormatan. Karena roh-roh ini dapat
memberi banyak manfaat (dalam keyakinan mereka) dan dapat dimintai pertolongan.
Sedangkan pengertian roh dalam masyarakat primitif tidak sama dengan
pengertian roh pada masyarakat modern. Masyarakat primitif belum bisa
membayangkan roh yang bersifat immateri. Karenanya, roh terdiri atas materi yang
sangat halus sekali. Sifat dari roh ini adalah memiliki bentuk, umur, dan mampu
makan.3 Hal ini dapat diketahui dari sesajen yang diberikan masyarakat primitif
sebagai bentuk hadiah pada roh-roh tersebut.
Teori animisme ini, pertama kali dikemukakan oleh taylor, seorang sarjana
aliran evolusionisme bangsa Inggris yang mengatakan bahwa segala seuatu yang ada
di dunia ini semuanya bernyawa (memiliki roh). Dan roh-roh ini ada yang melekat
pada diri manusia yang disebut jiwa, ada juga yang tidak melekat pada diri manusia
atau terpisah dari badan, seperti lelembut atau hantu, genderuwo dan lainnya.
Kepercayaan animisme ini merupakan asas kepercayaan agama manusia primitif.
Meskipun masih belum diakui sepenuhnya sebagai agama, menurut Tylor ada
empat tahap proses yang dilalui animisme untuk bisa diakui sebagai agama primitif.
Tahap pertama, masyarakat primitif mengkhayalkan adanya hantu jiwa (ghost-soul)
orang mati yang mengunjungi orang hidup. Hantu jiwa inilah yang mengganggu
orang-orang yang masih hidup. Tahap kedua, jiwa menampakkan diri. Tahap ketiga,
timbul kepercayaan dalam masyarakat tersebut bahwa segala sesuatu berjiwa. Tahap
keempat, dari yang berjiwa itu ada yang menonjol, seperti pohon besar atau batu yang
aneh. Akhirnya, yang paling menonjol dari kesemuanya itu disembah.4

C. Konsep Ketuhanan dan Peribadatan


Selain adanya hal yang dipyakini dan yang meyakini, salah satu syarat agama
adalah adanya konsep kepercayaan atau ketuhanan yang membedakannya dari yang lain.
Begitu pula dalam dinamisme dan animisme sebagai sebuah kepercayaan. Berangkat dari
berbagai pengertian di atas, dapat dimunculkan beberapa konsep sebagaimana berikut:

a. Dinamisme

3
Loekisno Choiril Warsito, Paham Ketuhanan Modern Sejarah Dan Pokok-Pokok Ajarannya, (Surabaya: Elkaf,
2003), 62.
4
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama Wisata Pemikiran Dan Kepercayaan Manusia, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2009), 63.

5
Sebagai kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam
dinamisme dilakukan klasifikasi benda-benda yang memancarkan kekuatan gaib 
menjadi tiga bagian.5
b. Benda-benda keramat
Yang dimaksud benda-benda keramat bagi orang primitif ialah benda yang
memiliki kekuatan luar biasa dan jarang ditemukan bandingnya sehingga bagi mereka
terkesan gaib, seperti logam mas, perak, besi dan lainnya. Dan untuk menyatakan
kekeramatannya, ada berbagai kriteria dengan masing-masing bagian mempunyai
kesaktiannya (makna) sendiri-sendiri. Misalnya ada kebiasaan di Goa untuk
menimbang sepotong rantai dari emas pada tiap-tiap tahun. Kalau beratnya bertambah
ada harapan baik bagi kerajaan. Sebaliknya jika berkurang maka berarti malapetaka.
c. Binatang-binatang keramat
Pada kepercayaan bangsa primitif, terdapat suatu anggapan terhadap beberapa
jenis binatang yang keramat. Binatang-binatang ini dilarang diburu kecuali pada
waktu suci. Bahkan ada binatang yang dianggap dapat menurunkan manusia. Pada
umumnya binatang keramat ini dimiliki tiap-tiap klan dan sangat dihormati. Selain
itu, binatang ini dilarang dianiaya, diburu sewenang-wenang dan dimakan dagingnya
dengan sembarangan. Dan hanya dengan upacara-upacara resmi saja diadakan
penyembelihan hewan-hewan ini. Seperti buaya, harimau, perkutut dan lainnya.
d. Orang-orang keramat
Dalam masyarakat primitif ada kepercayaan bahwa beberapa manusia ada
yang dianggap suci, bertuah, keramat dan sebagainya. Mereka dihormati lebih dari
yang lainnya, baik karena keturunannya maupun karena ilmunya. Menurut mereka,
orang-orang tersebut memiliki kekuatan gaib. Misalnya dalam pewayangan. Kresna
dan Rama dianggap penjelmaan Wisnu. Sehingga mereka diyakini sakti, berhak
memerintak kerajaan dan mendapat kedudukan tinggi dalam masyarakat. Selain itu,
dalam zaman sekarang ada kiai dalam masyarkat pedesaan yang selalu didewakan
seakan tidak pernah salah. Hal ini merupakan sisa-sisa dinamisme.
e. Animisme
E.B Tylor berpendapat bahwa agama primitif timbul dari animisme. Maka
dapat dikatakan bahwa animisme adalah cikal bakal agama. Karena sesuai dasar
pertama dalam agama yakni iman atau percaya, maka hal ini dirasa benar adanya.
Lebih lanjut Tylor menjelaskan karakteristik yang dimiliki semua agama, baik besar
5
Ahmadi, Perbandingan Agama, 35-39

6
maupun kecil, kuno atau modern adalah kepercayaan pada roh yang berpikir,
bertindak, dan merasa seperti pribadi manusia.6 Inilah yang menjadi titik
persamaannya dengan animisme, yakni percaya pada roh.
Apabila ditinjau dari bentuknya, animisme memiliki beberapa sifat yang
menyerupai sifat agama, misalnya dalam animisme orang mempercayai barang yang
gaib dan barang-barang ruhaniah, memuja kekuatan dan kekuasaan yang maha tinggi
untuk mendapatkan limpahan kasih saying dan kebahagiaan hidupnya, insyaf akan
kelemahan manusia sehingga mereka dengan rela dan patuh menyandarkan diri pada
kekuatan gaib.
Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan.
Kepercayaan-kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat.7
1) Kepercayaan dan penyembahan kepada alam (Naturewonship). Seperti
penyembahan pada api, matahari, bintang dan lainnya.
2) Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda (folishworship). Dalam
anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan benda-benda
tersebut akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan hidup. Seperti
kepercayaan pada batu akik, besi buat jimat, air buat obat, api untuk membakar
mayat dan lainnya
3) Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang (animalworship).
Binatang-binatang ini dipuja karena dianggap memberikan keselamatan dan
kemanfaatan. Seperti sapi di Bali, Lembu di Mesir, ular di india, buaya dan
lainnya.
4) Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-worship).
Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang sudah mati masih hidup
dan dapat diminta pertolongannya. Maka tidak jarang lagi orang yang
mengadakan peringatan bagi si mati selama tiga atau tujuh hari, seratus hari dan
seterusnya. Ditambah dengan pemberian sesajen kepada roh-roh btersebut.
Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil oleh orang-orang tertentu untuk dimintai doa
restu dan lainnya.
D. Dinamisme dan Animisme dalam Dunia Moderen
Ketika berbicara tentang dunia moderen, terbayang dalam benak seseorang
berbagai alat canggih, obat-obatan teruji dan lainnya. Hal ini hanya memandang kulit
6
Daniel L. Pals, Seven Theories Of Religion Dari Animisme E.B. Tylor, Materialisme Karl Marx Hingga
Antropologi C. Geertz, (Yogyakarta: Qalam, 2001), 41.
7
Ahmadi, Perbandingan Agama, 42-46

7
luarnya saja tanpa menyatu dengan kehidupan yang sebenarnya. Dalam masyarakat yang
katanya moderen, ternyata masih banyak ditemukan praktik-praktik pembuatan dan
penggunaan azimat, meminta tolong orang pintar agar tidak turun hujan ketika hajatan,
kekuatan keris dan lainnya.
Fenomena di atas terjadi di pedesaan maupun di kota besar seperti Surabaya. Hal
tersebut sudah menjadi kebiasaan dan banyak ditemukan penulis di desanya juga di
sebuah pondok yang ditempati sekarang di Surabaya. Yang diketahui penulis, sesepuh
pondok membuat azimat dengan tulisan tangan lalu di-scan dan tinggal memperbanyak
(biasanya santri yang melakukan). Selebihnya tentang yang lain-lain terkait dengan
petunjuk atau himabuan tidak diketahui. Karena hal tersebut berhubungan dengan
sesepuh dan tamunya. Di akhir makalah ini penulis melampirkan contoh azimat yang
pernah dia print.
Bertolak belakang dengan fenomena di atas, sebagian orang (peneliti) mengatakan
bahwa agama lahir untuk menjawab ketidakmampuan atau keterbatasan manusia.
Sehingga ketika melihat sejarah manusia yang tidak sanggup menjelaskan alam, mereka
menuhankan alam. Hal ini terus berkembang dari sekian banyak kekuatan yang dipercaya
samapai pada satu kekuatan tertinggi (monoteisme) seiring dengan perkembangan
manusia. Dan menurut mereka (peneliti) agama ini akan hilang setelah manusia semakin
maju dan sanggup menjelaskan segalanya.
Apa yang dikatakan di atas tidak sepenuhnya benar. Apa lagi melihat  fenomena
yang ada di mana Dinamisme dan Animisme sebagai kepercayaan yang sering dikaitkan
dengan masyarakat primitif, ternyata masih banyak ditemukan prakteknya di dunia
moderen sekarang ini. Bahkan bisa dikatakan berkembang dengan semakin banyaknya
penemuan hal-hal baru.
Eksisnya Dinamisme dan Animisme dalam dunia moderen, khususnya di
pedesaan memberikan sinyal bahwa kepercayaan ini seakan menyatu dengan manusia dan
tidak bisa ditinggalkan, tetapi hanya perlu diluruskan. Karena dipercayai atau tidak,
mereka yang merasakan efeknya (kekuatan) tidak mungkin menolaknya. Dan terkait hal-
hal gaib yang tidak tampak oleh mata, di sini bukan wilayah pengetahuan yang mudah
diterangkan dan pembuktiannya dirasakan banyak orang. Tetapi harus mempunyai
pengalaman sendiri dalam membuktikan objektivitasnya.
Dalam kitab-kitab kuno karya ulama salaf sendiri, banyak ditemukan beberapa
ajaran atau tulisan yang mengandung unsur Animisme dan Dinamisme. Selain azimat dan
keutamaan-keutamaan, ada juga ayat atau bacaan-bacaan tertentu yang memiliki formula
8
dengan ketentuannya. Kitab yang terkenal dalam bahasannya akan hal yang mengandung
Animisme dan Dinamisme ini seperti Abu Ma’syar dan Syamsul Ma’arif yang biasa
dipegang dan menjadi rujukan para kiai. Contoh yang dapat diambil dalam Islam sendiri
misalnya keutamaan hari tertentu, ayat-ayat yang memiliki nilai lebih ketika dibaca sesuai
prosedur yang ditentukan, keutamaan nama-nama tertentu  dan lainnya.

9
BAB III
PENUTUP
 
A. Kesimpulan
Paham beragama  terus berkembang seiring dengan perkembangan pikiran
manusia dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Semakin maju ilmu manusia yang berarti
lebih banyak yang dapat dilakukannya sendiri, maka semakin sedikit Tuhan yang
dipercayainya. Hali ini dapat dilihat dari perubahan berangsur-angsur dari keyakinan
akan banyak Tuhan (polytheisme) sampai pada keyakinan akan satu Tuhan
(monotheisme).
Secara etimologis, dinamisme berasal dari kata Yunani dynamis atau dynaomos
yang artinya kekuatan atau tenaga. Dari sini dapatdiambil kata kunci dari dinamisme
yaitu kekuatan atau tenaga. Jika dikembangkan dalam sebuah pengertian tentang aliran
akan didapatkan sebagai kepercayaan (anggapan) akan adanya kekuatan atau gaib yang
terdapat pada berbagai barang, baik yang hidup atau mati di mana kuatan gaib ini
memancarkan pengaruhnya secara gaib pula pada apa yang ada di sekitarnya.
Sebagai kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam
dinamisme dilakukan klasifikasi benda-benda yang memancarkan kekuatan gaib 
menjadi tiga bagian.
1. Benda-benda keramat
2. Binatang-binatang keramat
3. Orang-orang keramat
Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di sini
menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau dikembangkan, animisme
dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap adanya makhluk halus atau roh-roh
yang ada pada setiap benda baik benda hidup atau benda mati sekalipun. Tidak hanya
percaya, mereka bahkan memuliakan roh-roh tersebut. Penghormatan ini dilakukan agar
tidak mendapat gangguan mereka tetapi justru mendapat keberuntungan dari mereka
dengan adanya penghormatan. Karena roh-roh ini dapat memberi banyak manfaat (dalam
keyakinan mereka) dan dapat dimintai pertolongan.
Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan.
Kepercayaan-kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat.
1. Kepercayaan dan penyembahan kepada alam (Naturewonship). Seperti penyembahan
pada api, matahari, bintang dan lainnya.
10
2. Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda (folishworship). Dalam
anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan benda-benda tersebut
akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan hidup. Seperti kepercayaan pada
batu akik, besi buat jimat, air buat obat, api untuk membakar mayat dan lainnya
3. Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang (animalworship). Binatang-
binatang ini dipuja karena dianggap memberikan keselamatan dan kemanfaatan.
Seperti sapi di Bali, Lembu di Mesir, ular di india, buaya dan lainnya.
4. Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-worship). Dalam
kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang sudah mati masih hidup dan dapat
diminta pertolongannya. Maka tidak jarang lagi orang yang mengadakan peringatan
bagi si mati selama tiga atau tujuh hari, seratus hari dan seterusnya. Ditambah dengan
pemberian sesajen kepada roh-roh btersebut. Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil oleh
orang-orang tertentu untuk dimintai doa restu dan lainnya.

B. Saran
Dalam menanggapi berbagai macam agama, sebaiknya seseorang tidak terlalu
ekstrim atau bersikap fanatic yang berlebihan terhadap keyakinannya. Sehingga tercipta
kerukunan antar-agama dan bisa saling bekerjasama dalam membangun Negara. Karena
walau bagaimanapun semuanya terpengaruh oleh latar belakang masing-mamsing dan
pengetahuannya. Selain itu, semuanya tidak yang memberikan garansi keselamatan
kecuali janji-janji saja sesuai kepercayaan dan sama-sama memiliki peluang
keselamatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Perbandingan Agama. Jakarta: PT. Rineka Cipta


Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama Wisata Pemikiran Dan Kepercayaan Manusia. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2009.
Pals, Daniel L. Seven Theories Of Religion Dari Animisme E.B. Tylor, Materialisme Karl
Marx Hingga Antropologi C. Geertz. Yogyakarta: Qalam, 2001.
Tim Pustaka Agung Harapan. ________. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Pustaka Agung
Harapan.
Warsito, Loekisno Choiril. Paham Ketuhanan Modern Sejarah Dan Pokok-Pokok
Ajarannya. Surabaya: Elkaf, 2003.

12

Anda mungkin juga menyukai