Anda di halaman 1dari 6

Buku Cara Pembuatan Simplisia (Depkes, 1985)

1. Pengumpulan bahan baku


Kadar senyawa aktif dalarn suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan
2. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
3. Waktu panen
4. Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pernbentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif
terbentuk secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu.
Panen dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat atau menggunakan mesin.
Dalan hal ini ketrampilan pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak
tercampur dengan bagian lain dan tidak merusak tanaman induk. Alat atau mesin yang
digunakan untuk memetik perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam
sebaiknya tidak digunakan bila diperkirakan akan merusak senyawa aktif siniplisia
seperti fenol, glikosida dan sebagainya.
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu
tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang
telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-
macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari
tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat
pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air,
air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di
dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mungkin.
4. Perajangan
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang
tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan
pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan
dengan ukuran yang dikehendaki.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzim- atik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan
suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah
suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan rnenggunakan alat
dari plastik. Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara
pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30" sampai 90°C, tetapi
suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung
senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu
serendah mungkin, misalnya 30° sampai 45°C, atau dengan cara pengeringan vakum
yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan,
sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,
cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun
selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan
digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara
alamiah dan buatan.
6. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal
pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk
kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan
dengan atau secara niekanik. Pada simplisia bentuk rimpang. Sering jurnlah akar yang
rnelekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya
partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang
sebelum silnplisia dibungkus.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan
pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai, dapat melindungi dari
kemungkinan kerusakan simplisia, dan dengan memperhatikan segi peman faatan ruang
untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpanannya. Wadah harus bersifat tidak
beracun dan tidak bercaksi (inert) dengan isinya sehingga tidak menyebakan terjadinya
reaksi serta penyimpangan warna, bau, rasa dan sebagainya pada simplisia. Selain dari
itu wadah harus melindungi simplisia dari cemaran mikroba, kotoran dan serangga serta
mempertahankan senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar,
masuknya uap air dan gas-gas lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk
simplisia yang tidak tahan terhadap sinar. Misalnya yang mengandung banyak vitamin,
pigmen dan minyak, diperlukan wadah yang melindungi simplisia terhadap cahaya,
misalnya aluminium foil, plastik atau botol yang berwarna gelap, kaleng dan sebagainya.
Bungkus yang paling lazim digunakan untuk simplisia ialah karung goni. Sering
juga digunakan karung atau kantong plastik, peti atau drum dari kayu atau karton dan
drum atau kaleng dari besi berlapis. Beberapa jenis simplisia terutama yang berbentuk
cairan dikemas dalam botol atau guci porselin. Simplisia yang berasal dari akar, rim
pang, umbi, kulit akar. kulit batang, kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga sebaiknya
dikemas dalam karung plastik. Simplisia dari daun atau herba umumnya dimanipatkan
lebill dulu dalam bentuk yang padat dan mampat, dibungkus dalam karung plastik dan
dijahit. Gom dan damar dikernas dalam wadah drum, peti yang terbuat dari karton, kayu
atau besi berlapis sedangkan simplisia yang aroma atau baunya perlu dipertahankan,
harus dikemas dalam peti kayu berlapis timah atau kertas timah. Kaleng atau aluminium
dapat digunakan sebagai wadah untuk simplisia kering, terutama jika diperlukan
penutupan secara vakum. Akan tetapi kaleng dan aluminium bersifat korosif dan mudah
bereaksi dengan bahan yang disimpan di dalamnya, sehingga kaleng atau aluminium
biasanya harus diberi lapisan khusus misalnya lapisan oleoresin, vinil, malam atau bahan
lain.
Pengepakan dapat dilakukan dengan berat jumlah tertentu dan disusun secara
berlapis-lapis untuk memudahkan penentuan dosis dan penjualannya. Penyimpanan
simplisia kering biasanya dilakukan pada suhu kamar (lSO sampai 30°C), tetapi dapat
pula dilakukan ditempat sejuk (5° sampai 15°C), atau tempat dingin (0° sampai 5°C).
tergantung dari sifat-sifat dan ketahanan simplisia tersebut. Simplisia harus disimpan
dalam ruangan penyimpanan khusus atau dalam gudang simplisia, terpisah dari tempat
penyirnpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat-alat. Gudang simplisia harus
mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai dengan fungsinya, dibuat dengan konstruksi
permanen yang cukup kuat dan dipelihara dengan baik. Gudang harus mempunyai
ventilasi udara yang cukup baik dan bebas dari kebocoran dan kemungkinan kemasukan
air hujan. Harus dicegah masuknya matahari yang langsung menyinari simplisia yang
disimpan. Perlu dilakukan pencegahan kemungkinan kerusakan simplisia yang
ditimbulkan oleh hewan, baik serangga maupun tikus yang sering memakan simplisia
yang disimpan.
Cara penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur sedemikian rupa, sehingga
tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran bahan simplisia yang disimpan. Untuk
simplisia yang sejenis harus diberlakukan prinsip "pertama masuk pertama keluar", untuk
itu perlu dilakukan administrasi pergudangan yang teratur dan rapi. Semua simplisia
dalam bungkus atau wadahnya masing-masing harus diberi label yang mudah dibaca,
pada label dicantumkan nama jenis dan asal bahan, tanggal penerimaan dan pemasukan
dalam gudang, tanda pengesahan pemeriksaan atau uji mutu, dan data lain yang
diperlukan. Sedapat mungkin simplisia yang disimpan di gudang jangan terlampau lama
dengan memperhitungkan jumlah persediaan dan penggunakan masing-masing simplisia.
Dalam jangka waktu tertentu dilakukan pemeriksaan gudang secara umum, dilakukan
pengecekan dan pengujian mutu terhadap semua simplisia yang dipandang perlu.
Simplisia yang setelah diperiksa ternyata tidak lagi memenuhi syarat yang ditentukan
misalnya ditumbuhi kapang, dimakan serangga, berubah warna atau baunya dan lain
sebagainya harus dikeluarkan dari gudang dan dibuang. Simplisia yang beracun atau
mengandung racun harus disimpan dalam tempat atau lemari terkunci dan diberi tanda
racun secara khusus
8. Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pembeliannya
dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia
murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan
dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupun Materia Medika
Indonesia Edisi terakhir. Pada tiap-tiap penerimaan atau pembelian simplisia tertentu
perlu dilakukan pengujian mutu yang dicocokkan dengan simplisia pembanding yang
bersangkutan. Contoh simplisia pembanding tersebut disimpan secara khusus untuk
menjaga mutunya, dan tiap jangka waktu tertentu diperiksa kembali mutunya dan apabila
kedapatan kemunduran mutu perlu diganti dengan simplisia pembanding yang baru.
Pengambilan contoh untuk keperluan pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara
uji petik sehingga contoh tersebut dapat mewakili keseluruhan simplisia yang diperiksa
mutunya. Secara umum simplisia yang tidak memenuhi syarat seperti kekeringannya
kurang, ditumbuhi kapang, mengandung lendir, sudah berubah warna atau baunya,
berserangga atau termakan serangga, harus ditolak penerimaannya.
Pada pemeriksaan mutu simplisia pemeriksaan dilakukan dengan cara
organoleptik, makroskopik, cara mikroskopik dan atau cara kimia. Beberapa jenis
simplisia tertentu ada yang perlu diperiksa dengan uji mutu secara biologi. Pemeriksaan
organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia
pemeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar
serta warna dan bau simplisia. Ada kalanya diperlukan alat optik berupa alat kaca
pembesar atau alat ukur sebagai alat bantu. Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik
dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop dengan
mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia, dan
pemeriksaan untuk menetapkan mutu berdasarkan senyawa aktifnya. Sebelum disortir,
sebaiknya simplisia diayak dan atau ditampi dulu untuk membuang debu pasir yang
terikut padanya. Untuk memisah-misahkan bahan organik asing, sortasi dilakukan
dengan tangan. Untuk memilih simplisia sesuai dengan besar kecilnya ukuran, atau
menurut besar kecilnya bongkah, sortasi dilakukan dengan mesin. Simplisia yang dapat
menyerap uap air udara dibungkus atau dimasukkan dalam wadah rapat, jika perlu dalam
wadah yang diberi kapur tohor untuk bahan pengering. Simplisia yang pada waktu
penerimaan belum cukup bersih dicuci dengan air bersih, dikeringkan sampai cukup
kering, dibungkus atau dimasukkan dalam wadah yang sesuai, baru disimpan dalam
gudang simplisia. Apabila dipandang perlu simplisia yang akan disimpan dalam gudang
untuk waktu yang lama disemprot lebih dulu dengan bahan pencegah serangga yang
mudah menguap dan tidak meninggalkan sisa tinggal.
Buku Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak (BPOM 2012)

1. Simplisia Segar
Proses penyiapan simplisia segar yang akan dibuat ekstrak meliputi tahapan
sebagai berikut: sortasi basah, pencucian, penirisan dan bila perlu perajangan atau
pemarutan.
a. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing lainnya.
Misalnya simplisia yang dibuat dari akar suatu tumbuhan obat harus bebas dari
bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak
maupun organ tumbuhan lain.
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, seperti air
dari mata air, sumur, atau air ledeng. Pencucian bahan simplisia yang mengandung
zat aktif yang mudah larut dalam air, hendaknya dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua
mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah
mikroba.
Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit
luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar mikroba
biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas
tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan
dengan tepat dan bersih.
c. Penirisan
Penirisan dilakukan untuk mengurangi jumlah air bilasan yang masih
menempel pada simplisia dan agar pengotor yang masih terdapat dalam air bilasan
cucian ikut terbuang.
d. Perajangan
Perajangan diperlukan untuk memperluas permukaan bahan sehingga
mempermudah proses ektraksi.
Beberapa jenis simplisia memerlukan perajangan untuk mempermudah
proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Perajangan dapat dilakukan
“manual” atau dengan mesin perajang dengan ketebalan yang sesuai (hingga
ketebalan 3 mm atau lebih). Apabila terlalu tebal maka proses pengeringan akan
terlalu lama dan kemungkinan dapat membusuk atau berjamur. Perajangan yang
terlalu tipis akan berakibat rusaknya kandungan kimia karena oksidasi atau reduksi.
Alat perajang atau pisau yang digunakan sebaiknya terbuat dari stainless steel.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis
juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah
menguap, sehingga mempengaruhi komposisi , bau dan rasa yang diinginkan. Oleh
karena itu, bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan
sejenis lainnya, perajangan yang terlalu tipis dihindari untuk mencegah
berkurangnya kadar minyak atsiri, kecuali jika minyak atsiri tidak diharapkan
tertinggal di dalam simplisia tersebut. Jika simplisia segar disari tanpa pengeringan
lebih dahulu, dapat dilakukan pemarutan. Ini adalah untuk memudahkan dan
memaksimalkan proses penyarian.
2. Simplisia Kering
a. Proses pengeringan simplisia dari bahan segar
Oven dengan suhu tidak lebih dari 60°C Pengeringan di bawah sinar matahari tidak
langsung misalnya dengan menggunakan tenda surya dengan aliran udara yang
diatur dan pada area yang terbebas dari kontaminasi.
b. Sortasi kering
Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan
simplisia yang rusak akibat proses sebelumnya. Sortasi kering ini juga dilakukan
untuk memilih simplisia kering yang bermutu baik.
c. Pencucian simplisia kering
Jika simplisia diperoleh dari pemasok dalam keadaan kering dan dianggap masih
kotor maka dilakukan pencucian dan pengeringan kembali.
d. Penyerbukan
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia
kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan
tertentu sampai derajat kehalusan tertentu.
Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif dan efisien.
Namun, makin halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk
tahapan filtrasi. Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan
dan interaksi dengan benda keras (logam dll), maka akan timbul panas (kalori)
yang dapat berpengaruh pada senyawa kandungan.

Anda mungkin juga menyukai