Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan
dengan penambahan zat yang ketiga yang biasa disebut emulgator (emulsifying agent).
Komponen pada emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu komponen dasar dan
komponen tambahan. Komponen dasar merupakan bahan pembentuk emulsi yang harus
terdapat didalam emulsi, komponen ini terdiri dari fase dispers / fase internal / fase
diskontinue (zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain), fase
kontinue / fase external / fase luar (zat cair berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari
emulsi tersebut, emulgator (bagian dari emulsi untuk menstabilkan emulsi). Pada komponen
tambahan misal seperti, corrigen saporis, odoris, coloris, preservative (pengawet), dan
antioksidan. Tipe emulsi digolongkan dua macam yaitu tipe O/W (butiran minyak tersebar
kedalam air) dan tipe W/O (butiran air tersebar dalam minyak).

Pada praktikum kali ini, dibuat emulsi dengan menggunakan bahan aktif Paraffin liquidum,
Tween 80 dan Span 80 sebagai emulgator, Sirup Simplex sebagai pemanis, Nipagin sebagai
pengawet fase air, dan Nipasol sebagai pengawet fase minyak. Setelah sediaan emulsi jadi,
maka evaluasi stabilitas emulsi meliputi determinasi tipe emulsi, persen pemisahan suhu
kamar, persen pemisahan pada suhu 40-50°C, persen pemisahan sentrifuge, pemeriksaan
viskositas, dan pemeriksaan ukuran partikel.

Evaluasi determinasi emulsi meliputi metode pemberian warna, metode pengenceran, dan
metode pengukuran daya hantar listrik / konduktivitas listrik. Pada metode pemberian warna
digunakan larutan Sudan III dan larutan metilen blue. Saat emulsi ditambah larutan Sudan III
kemudian menghasilkan warna merah maka termasuk tipe W/O karena Sudan III larut dalam
minyak. Sedangkan emulsi ditambah larutan metilen blue kemudian menghasilkan warna biru
maka termasuk tipe O/W karena larutan metilen blue larut dalam air. Hasil dari praktikum ini,
pada formula A dan B memberikan warna biru saat ditambah / diteteskan larutan metilen blue
sehingga masuk dalam tipe emulsi O/W karena formula tersebut, sedangkan formula C
memberikan warna merah saat ditambah larutan Sudan III sehingga merupakan tipe emulsi
W/O.

Kemudian pada evaluasi pengenceran emulsi, setiap emulsi diencerkan dengan fase
eksternalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe O/W dapat diencerkan dengan air
sedangkan emulsi tipe W/O dapat diencerkan dengan minyak. Pada hasil pratikum ini, saat
pengenceran emulsi fase minyak diperoleh bahwa formula A tidak larut (tidak homogen),
formula B kurang larut (kurang homogen), dan formula C larut (homogen). Selanjutnya,
untuk pengenceran emulsi dengan fase air diperoleh hasil pada emulsi A larut (homogen),
formula B kurang larut (kurang homogen), dan formula C larut (tidak homogen). Sehingga
berdasarkan teori dan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa formula A dan B
merupakan tipe emulsi O/W sedangkan formula C merupakan tipe emulsi W/O.

Pada evaluasi daya hantar listrik / konduktivitas listrik, menggunakan voltameter yang
dicelupkan kedalam emulsi, jika terjadi gerakan maka masuk dalam tipe emulsi O/W namun
bila tidak terjadi gerakan maka termasuk emulsi tipe W/O. Dari evaluasi ini, diperoleh hasil
pada formula A dan B dapat menghantarkan listrik sedangkan formula C tidak dapat
menghantarkan listrik. Oleh karena itu, berdasarkan teori, dapat disimpulkan bahwa formula
A dan B termasuk tipe emulsi O/W sedangkan formula C termasuk tipe emulsi W/O.

Untuk evaluasi persen pemisahan pada suhu kamar, pada minggu ke-1, diperoleh hasil pada
formula B 55% sedangkan formula C 50%. Pada minggu ke-2, formula A 40%, formula B
58%, dan formula C 52%. Untuk minggu ke-3, formula A 48%, formula B 58%, dan formula
C 52%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa formulasi yang paling stabil adalah
formula A karena memiliki persen pemisahan yang paling kecil.

Kemudian pada persen pemisahan pada suhu 40-50%, emulsi dimasukkan kedalam kulkas
dan oven selanjutnya diamati tiap 3 hari sekali. Saat dimasukkan ke kulkas pada minggu ke-1
diperoleh hasil untuk formula B 40%, formula C 60%. Minggu ke-3 formula A 35%, formula
B 60%, dan formula C 72%. Sewaktu dimasukkan kedalam oven, pada minggu ke-2, formula
A 52%, formula B 45%, dan formula C 65%. Berdasarkan hasil tersebut, formula A
merupakan formula yang paling stabil sedangkan formula C memiliki kestabilan yang rendah,
hal itu dapat dilihat dari persen pemisahannnya.

Pada evaluasi viskositas, sebelum penyimpanan, viskositas formula A 1; formula B 0,7; dan
formula C 1,5. Sesudah dilakukan penyimpanan, viskositas formula A 0,36; formula B 0,5;
dan formula C 0,72. Dari hasil tersebut, viskositas mengalami penurunan selama
penyimpanan akibatnya terjadi koalesan dan emulsi tidak stabil. Hal tersebut juga dapat
disebabkan karena kenaikkan ukuran partikel-partikel cairan yang terdispersi.

Evaluasi pemeriksaan ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan mikroskop berskala,


dimana ukuran partikel diperoleh ukuran 14,286 µm. Selanjutnya dilakukan pengamatan
sebanyak lima kali, dan diperoleh hasil ukuran partikel (mikron) pada formula A, pengamatan
pertama hingga kelima 71,43 µm. Pada formula B, pengamatan pertama 42,858 µm, kedua
57,144 µm, ketiga 57,144 µm, keempat 42,858 µm, kelima 42,858 µm. Formula C tidak
mengalami pengukuran partikel.

Secara teori, HLB campuran 3-6 merupakan tipe W/O sedangkan 8-18 merupakan tipe O/W.
Berdasarkan hasil perhitungan HLB campuran praktikum formula A 12,33; formula B 9,65;
dan formula C 6,98. Sehingga berdasarkan hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa
formula yang paling stabil ialah formula A karena HLB campurannya mendekati 11,8 yang
merupakan HLB campuran standar. Apabila formula lebih mendekati tipe O/W maka formula
tersebut lebih stabil.
KESIMPULAN

1. Formula A merupakan emulsi tipe O/W; formula B merupakan emulsi tipe O/W;
formula C merupakan emulsi tipe W/O.
2. Formula A lebih stabil selama penyimpanan dibandingkan dengan formula B dan
formula C
3. Formula dengan penggunaan Tween 80 (75%) dan Span 80 (25%) menghasilkan
emulsi yang lebih stabil dibanding dengan persentase emulsi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai