Anda di halaman 1dari 21

PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN

PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI


ULTRAVIOLET

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmasi dapat didefinisikan sebagai suatu keahlian professional
dalam bidang kesehatan yang bertanggung jawab untuk
meningkatkan keamanan, kerasionalan, dan ketepatan penggunaan
terapi obat oleh penderita melalui penerapan (Charles, 2003).
Tujuan utama pelayanan farmasi adalah untuk meningkatkan
keuntungan terapi obat dengan mengoreksi kekurangan yang
terdeteksi dalam proses penggunaan obat (Charles, 2003)..
Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan
sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Data spektra UV-
Vis secara tersendiri tidak dapat digunakan identifikasi kualitatif obat
atau metabolitnya. Akan tetapi jika digabung dengan cara lain seperti
spektroskopi infra merah, resonansi magnet inti, dan spektroskopi
massa, maka dapat digunakan untuk maksud identifikasi/ analisis
kualitatif suatu senyawa tersebut (Gandjar dan Rohman, 2007, hal.
261).
Data yang diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah
panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut, yang
kesemuanya itu dapat diperbandingkan dengan data yang sudah
dipublikasikan (Gandjar dan Rohman, 2007, hal. 261).
Parasetamol derivate asetanilida ini adalah metabolit dari
fenasetin yang dahulu banyak digunakan sebagai analgesic dan
antipiretik. Efek analgetiknya diperkuat oleh kodein dan kofein.
Dianjurkan untuk tidak digunakan parasetamol untuk anak-anak yang
demam karena dapat mengganggu respon dari respons imun. Efek
sampingnya jarang terjadi antara lain reaksi hipersensitivitas dan
kelainan darah (Tan Hoan, 2015, hal. 325 ).

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

1.2 Maksud Praktikum


Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami cara penetapan kadar multikomponen campuran
parasetamol dan kafein secara spektrofotometer ultraviolet.
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk menentukan kadar
multikomponen campuran paracetamol dan kafein secara
spektrofotometri ultraviolet.

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Parasetamol, indikasinya itu pada dosis tinggi dapat memperkuat
efek antikoagulans tapi pada dosis biasa tidak interaktif. Efek
sampingnya jarang terjadi antara lain reaksi hipersensitivitas dan
kelainan darah (Tan Hoan, 2015, hal. 325 ).
Acetaminophen menghambat sintesis prostaglandin dalam SSP
(system saraf pusat). Hal ini menjelaskan sifat antipiretik dan
analgesiknya. Acetaminophen mempunyai efek yang lebih sedikit
terhadap siklooksigenase pada jaringan ( Richard, 2013, hal. 607).
Farmakokinetiknya acetaminophen diabsorbsi secara cepat
disaularan GI. Metabolisme lintasan pertama secara signifikan terjadi
dalam sel lumen usus dan dalam hepatosit. Pada kondisi normal,
acetaminophen dikonjugaasi dihati membentuk metabolit
terglukoridasi atau tersulfat inaktif. Sebagian acetaminophen
terhidroksilasi membentuk N-acetylbenzoiminouinone-metabolit yang
sangat reaktif dan berpotensi bahaya, yang bereakisi dengan gugus
sulfhidril. Acetaminophen dan metabolitnya dieksresikan melalui urine
(Richard, 2013 hal.608).
Kafein memiliki rumus kimia C 8H10N4O2 dengan berat molekul
yaitu 194,2 dengan bentuk Kristal putih atau serbuk Kristal putih.
Kafein memiliki titik didih pada 23 oC.ketika dikristalisasi dari air, kafein
mengandung 1 molekul air dari hasil kristalisasi, tapi bebas dari air
ketika dikristalisasi menggunakan etanol, kloroform atau eter. Larutan
pada pirol, pada tetrahidrofiram yang mengandung ± 4% air, larut
dalam etil asetat; larut dalam 1 gram dalam 46 mL air, 1 gram dalam
5,5 mL air pada suhu 80oC, 1 gram dalam 1,5 mL air mendidih, 1 gram
dalam 66 mL alcohol, 1 gram dalam 22 mL alcohol pada suhu 60 oC, 1
gram dalam 50 mL asetom, 1 gram dalam 5,5 mL kloroform, 1 gram
dalam 530 mL eter, 1 gram dalam 100 mL bnzen, 1 gram 22 mL

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

benzene mendidih, sedikit ;arut dalam potrelum eter. Kelarutan dalam


air dapat ditingkatkan menggunakan benzoate, sinamat, sitrat atau
salisilat.pKa kafein 10,4 (40o). Dalam asam mempunyai panjang
gelombang maksimum 273 nm (Dzilfianto, 2015 h. 31).
Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan
sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Data spektra UV-
Vis secara tersendiri tidak dapat digunakan identifikasi kualitatif obat
atau metabolitnya. Akan tetapi jika digabung dengan cara lain seperti
spektroskopi infra merah, resonansi magnet inti, dan spektroskopi
massa, maka dapat digunakan untuk maksud identifikasi/ analisis
kualitatif suatu senyawa tersebut. Data yang diperoleh dari
spektroskopi UV dan Vis adalah panjang gelombang maksimal,
intensitas, efek pH, dan pelarut, yang kesemuanya itu dapat
diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan. Dari spektra
yang diperoleh dapat dilihat, misalnya serapan (absorbansi) berubah
atau tidak karena perubahan pH. Jika berubah, bagaimana
perubahannya apakah dari batokromik ke hiposkromik, dan
sebagainya; obat-obat yang netral misalnya kofein, kloramfenikol, atau
obat-obat yang berisi auksukrom yang tidak terkonjugasi seperti
amfetamin, siklizin, dan pensilidin (Gandjar dan Rohman, 2007, hal.
261).
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang
diteruskan oleh larutan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus
dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam larutan-Beer tersebut
ada beberapa pembatasan, yaitu: sinar yang digunakan dianggap
monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang
mempunyai penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap
dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam
larutan tersebut. Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi,
dan indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan. Analisis
kuantiatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat digolongkan

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu : (1) analisis zat


tunggal atau analisis satu komponen; (2) analisis kuantitatif campuran
dua macam zat atau analisis dua komponen; dan (3) analisis
kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi
komponen) (Gandjar dan Rohman, 2007, hal.263).
Beberapa alasan menggunakan panjang gelombang maksimal,
yaitu panjang gelombang maksimal maka kepekaannya juga
maksimal, sehingga perubahan absorbansi untuk setiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar; disekitar panjang gelombang
maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut
hukum Lambert-Beer juga terpenuhi; jika dilakukan pengukuran ulang,
maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang
gelombang akan kecil sekali ketika menggunakan panjang gelombang
maksimal (Gandjar dan Rohman, 2007, hal. 264).
Geseran 𝜆maks menuju panjang gelombang yang lebih panjang
dikenal sebagai geseran batokromik atau geseran merah karena
merah adalah warna bagian ujung pada panjang gelombang yang
panjang, spektrum tampak. Geseran batokromik biasanya terjadi
karena kerja auksokrom. Auksokrom adalah gugus fungsi yang
menempel pada kromofor yang tidak menyerap energi cahayanya
sendiri, tetapi memengaruhi panjang gelombang cahaya yang diserap
kromofor (Cairns, 2008, halaman 152).
Geseran 𝜆maks menuju panjang gelombang yang lebih pendek
disebut dengan efek hipsokronik atau geseran biru dengan biasanya
terjadi jika senyawa dengan auksokrom basa teorin, dan pasangan
electron menyendirinya tidak dapat berinteraksi dengan electron-
elektron kromofor (Cairns, 2008, halaman 152).

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

2.2 Uraian Bahan


1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul :18,02
Rumus Struktur : H-O-H
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Zat pelarut
2. Natrium Hidroksida ( Ditjen POM 1979 : 412)
Nama Resmi : NATRII HIYDROKSYDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
RM/BM : NaOH/40
Rumus Struktur : Na-OH
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur
atau keping,keras,rapuh dan
menunjukkan,susunan
hablur,putih,mudah melelh,dengan
basah,sangat alkalis dan korosif.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air,
membentuk cairan jernih tidak
berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan : Sebagai pereaksi
3. Kafein (Dirjen POM, 1979; 175)
Nama Resmi : CAFFEINUM
Nama Lain : Kafeina
Rumus Molekul : C8H10N4O2

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

Berat Molekul :194,19


Pemerian : serbuk atau hablur berbentuk jarum,
mengkilat, menggupal tidak berbau,
rasa pahit.
Kelarutan : agak sukar Larut dalam air , mudah
larut dlam etanol 95%, larut dalam eter
P
Kegunaan : sebagai sampel
4. Parasetamol (FI III: 37)
Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama Lain : Asetamiofen/Parasetamol
Rumus Molekul : C8H9NO2
Berat Molekul : 151,16
Rumus Struktur

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak


berbau; rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7
bagian etanol (95%) P, dalam 13
bagian aseton P, dalam 40 bagian
gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan
alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya
Kegunaan : Analgetikum; antipiretikum

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

2.3 Prosedur Keja (Anonim, 2018)


1. Pembuatan larutan standar
Timbang seksama bahan obat murni yang telah dikeringkan
pada suhu 105o selama 1 jam masing-masing : 100,0 mg
parassetamol dan 50,0 mg kafeina dan secara terpisah dilarutkan
dengan larutan Naoh 0,1 N dalam labu takar sampai 500 ml.
diperoleh stok dengan konsentrasi parasetamol 200 ppm dan
kafeina 100 ppm.
2. Penentuan Spektrum Absorpsi
Buat masing-masing larutan sstandar 10 ppm dan masukkan
kedalam kuvet (sel sampel) dan kuvet yang lain berisi pelarut tanpa
bahan obat (sel blanko). Selanjutnya, ukur absorbsi masing-masing
sampel (parasetamol dan kafeina) relatif terhdadap sel blanko
menggunakan spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dengan
mencatat pembacaan setiap interval 10 nm, dimulai dari 220 nm
sampai 350 nm. Pada sekitar absorbansi optimal lakukan
pengukuran pada interval 2 nm.
Buatlah garis spektrum pada kertas grafik dengan memplot
harga absorbansi (sebagai ordinat) terhadap panjang gelombang
(sebagai, absis), dan tentukan panjang gelombang maksimum tiap
komponen sampel (parasetamol dan kafeina).
3. Penentuan absoptivitas jenis (α)dari larutan standar
Pipet masing-masing sejumlah volume larutan stok kedalam
labu takar yang volume sesuai untuk membuat deret konsentrasi
standar 4,6,8,10 ppm dari parasetamol pada tabel berikut :
Konsentras Parasetamol (X) Kafeina (Y)
i Standar A pada ᴧmaks A pada ᴧmaks A pada ᴧmaks A pada ᴧmaks
(ppm) 1 2 1 2

4
6
8
10

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

Rata2 A/C
αX1 αX2 αY1 αY2

4. Penentapan Kadar Parasetamol dan Kafeina Dalam Sediaan


Timbang seksama sebanyak 5 buah tablet yang
mengandung parsetamol dan kafeina, hitung rerata tiap tablet,
kemudian diserbuk. Selanjutnya ditimbang seksama lebih kurang
150 mg serbuk tablet yang telah dikeringkan 105 o selama 1 jam.
Larutkan serbuk sampel dengan larutan NaOH 0,1 N ke dalam labu
takar 500 ml sampai tanda batas.
Pipet 5 ml larutan tersebu dan encerkan dengan larutan
NaOH 0,1 N sampai 100 ml dalam labu ukur. Selanjutnya, ukur
absorbansi dengan spektrofotometer pada ᴧmaks 1 dan pada ᴧmaks 2

relatif terhadap sel blangko.


Tentukan persen kadar masing-masing komponen dalam
sediaan tablet (parasetamol dan kafeina) dengan menggunakan
persamaan penetapan kadar obat secara multikomponen.

BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat Praktikum

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum, yaitu


spektrofotometer UV-Vis, labu takar 10 mL dan 5 mL, gelas arloji,
gelas kimia, corong timbangan analitik, batang pengaduk, dan
mikropipet
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum, yaitu
aquadest, sediaan tablet (bodrex dan paramex), bahan obat murni
(parasetamol dan kofein), larutan NaOH 0,1 N, kertas saring, kertas
timbang, sendok tanduk.
3.3 Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Standar
Di timbang seksama bahan obat parasetamol murni dan
kafeina murni sebanyak 10 mg dilarutkan dengan NaOH 0,1 N
sebanyak 10 mL dalam labu takar 10 mL (1000 ppm), kemudian
diencerkan untuk membuat larutan konsentrasi 100 ppm. Dari
larutan tersebut dipipet 1 mL kemudian dimasukkan kedalam labu
ukur 10 mL dan ditambahkan dengan NaOH 0,1 N sampai batas
tanda (100 ppm)
2. Penentuan Spektrum Absorpsi (Panjang gelombang maksimum, λ
maks)
Diencerkan larutan stok dengan konsentrasi larutan yang
akan dibuat yaitu 8 ppm dan masukkan ke dalam kuvet (sel
sampel) dan kuvet yang lain berisi pelarut tanpa bahan obat (sel
blangko). Selanjutnya diukur absorbansi pada panjang gelombang
220 nm sampai 280 nm.

3. Penentuan absortivitas jenis (a) dari larutan standar

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

Di siapkan empat macam deret konsentrasi masing-masing


4,6,8, dan 10 dari larutan stock dan ditentukan absorbansinya
pada λ maks yang telah ditentukan sebelumya.
4. Penetuan Kadar Parasetamol dan Kafein dalam Sediaan Tablet
Ditimbang sampel yang mengandung 10 mg paracetamol dan
kafeina dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL kemudian dilarutkan
dengan NaOH 0,1 N sampai batas tanda (100 ppm). Setelah itu
dipipet 1 mL dari larutan stok 100 ppm diencerkan sampai 10 ppm.
Diukur panjang gelombang maksimal masing-masing sampel.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

4.1 Hasil
Tabel pengamatan
a) Kurva baku larutan standar
Konsentrasi Parasetamol (X) Kafeina (Y)
Standar (ppm) A pada ᴧ 257 A pada ᴧ274 A pada ᴧ257 A pada ᴧ274
4 0,175 0,137 0,971 0,023
6 0,360 0,270 0,021 0,161
8 0,553 0,417 0,0218 0,232
10 0,780 0,573 0,085 0,345
2
Rata A/C =α αX1 αX2 αY1 αY2
b) Penentuan panjang gelombang maksimum (larutan PCT standar)
a. Interval 10
( λ max) Absorbansi
220 0,322
230 0,251
240 0,228
250 0,541
260 0,576

270 0,456

280 0,256

b. Interval 5
( λ max) Absorbansi
250 0,541
255 0,556

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

260 0,562
265 0,541
270 0,465

c. Interval 2
( λ max) Absorbansi
255 0,556
257 0,568
259 0,575
261 0,565

263 0,553

265 0,541

d. Interval 1
( λ max) Absorbansi
255 0,556
256 0,579
257 0,582

258 0,561

259 0,575
Maka panjang gelombang maksimum dari parasetamol murni yaitu pada
panjang gelombang 2567 nm dan kafein murni yaitu panjang gelombang
274 nm
c) Absorbansi sampel
Absorbansi Absorbansi
Paracetamol Kafein
Sampel
Bodrex 0,952 0,735
Paramex 0,650 0,575

4.2 Pembahasan
Farmasi merupakan salah satu bidang kesehatan yang
bertanggung jawab atas obat dari pembuatan obat sampai obat
tersebut dipasarkan. Dimana dalam pembuatan obat biasanya
formulator menggabungkan beberapa zat aktif dalam suatu sediaan.

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

Dan untuk mengetahui kadar zat aktif yang dimasukkan dalam


sediaan tersebut sudah sesuai ketentuan maka dapat dilakukan
pengujian dengan beberapa metode salah satunya yaitu secara
spektrofotometri ultraviolet.
Dimana tujuan dari percobaan kali ini yaitu untuk mendapatkan
kadar pada campuran parasetamol dan kaffein dalam sediaan tablet
Parasetamol dan Kaffein pada sediaan tablet secara spektrofotmetri
utraviolet.
Spektrofotometri untraviolet sesuai dengan namanya yaitu
spektro, fotometri dan ultraviolet, di mana spektro yaitu panjang
gelombang yang dihasilkan oleh sinar, fotometri yaitu absorbansi yang
dihasilkan oleh cahaya dan ultraviolet yaitu dengan menggunakan
sinar ultraviolet.
Pada pengukuran panjang gelombang atau lamda maks dengan
spektrofotometrer biasanya terjadi geseran batokromik karena kerja
dari gugus ausokrom dan kromofor. Dimana gugus kromofor yaitu
gugus yang melekat pada kromosom ( σ , π , dan n¿dan gugus
ausokrom yaitu gugus yang ditambahkan sehingga terjadi pergeseran.
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, diketahui
bahwa panjang gelombang maksimum (λ maks) paracetamol 257 nm
dan kafeina 274 nm.
Pada hasil pengamatan paracetamol menunjukkan peningkatan
pada setiap absorbansi dan hampir membentuk garis linear yang
sempurna sedangkan pada kafein tetap menunjukkan peningkatan
pada setiap absorbansi namun peningkatannya tidak menujukkan
garis linear. Hal ini mungkin disebabkan kurang larutnya sediaan yang
dibuat, kurang sterilnya sediaan dan kurang telitinya dalam membuat
larutannya.
Pada percobaan ini, NaOH digunakan sebagai blanko untuk
mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan analit.

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

Penyaringan dilakukan untuk menghilangkan partikel padat atau


kotoran yang dapat mempengaruhi daya absorbansi sampel.

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat kita simpulkan bahwa kadar
parasetamol dalam sediaan sampel tablet adalah
96,74 % dan kafein 114,46%. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
lietartur farmakope. Dimana Kadar parasetamol dalam farmakope
yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas praktikum sebaiknya praktikan
diberikan kesempatan langsung untuk mengoperasikan alat sprektro
uv-vis yang tentunya dengan pengawasan dan bimbingan ketat oleh
asisten.

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2018, Penuntun Praktikum Analisis Instrumen (Analisis Kualitatif
& Kuantitatif), Fakultas Farmasi, Makassar.

Cairns, Donald. 2008. IntisariKimiaFarmasi. EGC. Jakarta.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen


Kesehatan RI., Jakarta.

Dzulfianto, Arif. 2015. Analisis Parasetamol, Kafein, dan Propifenazon


dengan Metode Spektrofotometri UV dan Kemometrika Tanpa
Tahap Pemisahan. Fafulkas Farmasi. Universitas Dharma.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul, Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Harvey, A Richard dan Champe, Pamela. 2013. Farmakologi Ulasan


Bergambar. EGC. Jakarta.
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. 2015. Obat-Obat Penting. PT.
Elex Media Komputindo. Jakarta.

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

LAMPIRAN
Lampiran Perhitungan
1) Sampel Paramex
A1 (sampel PCT → λmaks PCT) = 0,650
A2 (sampel Kafein → λmaks kafein) = 0,575

A1 = ax1 b Cx + ay1 b Cy (λ1)


A2 = ax2 b Cx + ay2 b Cy (λ2)

0,650 = 0,06271875 Cx + 0,0240208333 Cy x 0,04716875


0,575 = 0,04716875 Cx + 0,0071875 Cy x 0,06271875

Untuk Cy
0,030659875 = 0,002958365704 Cx + 0,0011330327 Cy
0,036063281 = 0,002958365704 Cx + 0,000450791016 Cy
-0,0054035935 = 0,00068224168 Cy
−0,0054035935
C y= =−7,92035089
0,00068224168
Untuk Cx
0,575 = 0,04716875 Cx + 0,0071875 Cy
0,575 = 0,04716875 Cx + 0,0071875 (−7,92035089)
0,575 = 0,04716875 Cx + (-0,056927522)
0,631927522
Cx = = 13,3971649
0,04716875

Cx ×V awal sampel
%kadarParasetamol = × fp ×100 %
berat sampel
13,3971649× 0,01 L
= × 1000× 100 %
10 mg
= 1.339,71649 %
Cy ×V awal sampel
%kadarKafeina = × fp×100 %
berat sampel

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

−7,92035089× 0,01 L
= × 1000 ×100 %
10 mg
= -792,035089 %
2) Sampel Bodrex
A1 (sampel PCT → λmaks PCT) = 0,952
A2 (sampel Kafein → λmaks kafein) = 0,735

A1 = ax1 b Cx + ay1 b Cy (λ1)


A2 = ax2 b Cx + ay2 b Cy (λ2)

0,952 = 0,06271875 Cx + 0,0240208333 Cy x 0,04716875


0,735 = 0,04716875 Cx + 0,0071875 Cy x 0,06271875

Untuk Cy
0,04490465 = 0,002958365704 Cx + 0,0011330327 Cy
0,0460982813 = 0,002958365704 C x + 0,000450791016 Cy
-0,0011936313 = 0,00068224168 Cy
−0,0011936313
C y= =−1,7495725269
0,00068224168
Untuk Cx
0,735 = 0,04716875 Cx + 0,0071875 Cy
0,735 = 0,04716875 Cx + 0,0071875 (−1,7495725269)
0,735 = 0,04716875 Cx + (-0,0125750525)
0,7475750525
Cx = = 15,848947714
0,04716875

Cx ×V awal sampel
%kadar paracetamol = × fp ×100 %
berat sampel
15,848947714 ×0,01 L
= ×1000 ×100 %
10 mg
= 1.584,894771 %
Cy ×V awal sampel
%kadar kafeina = × fp×100 %
berat sampel
MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt
15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

−1,7495725269× 0,01 L
= × 1000× 100 %
10 mg
= -174,95725269 %
Lampiran Skema Kerja
1. Pembuatan larutan standar
Timbang seksama bahan obat murni yang telah dikeringkan pa
da suhu 105o selama 1 jam (masing-masing 100,0 mg
parasetamol dan 50,0 mg kafeina)

Secara terpisah dilarutkan dengan larutan Naoh 0,1 N dalam


labu takar sampai 500 ml.

Diperoleh stok dengan konsentrasi parasetamol 200 ppm dan


kafeina 100 ppm.
2. Penentuan Spektrum Absorpsi
Buat masing-masing larutan standar 10 ppm

Masukkan kedalam kuvet (sel sampel) dan kuvet yang lain


berisi pelarut tanpa bahan obat (sel blanko).

Selanjutnya, ukur absorbsi masing-masing sampel (parasetamol


dan kafeina) relatif terhdadap sel blanko menggunakan
spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dengan mencatat
pembacaan setiap interval 10 nm, dimulai dari 220 nm sampai
350 nm.

Pada sekitar absorbansi optimal lakukan pengukuran pada


interval 2 nm.

Buatlah garis spektrum pada kertas grafik dengan

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076
PENETAPAN KADAR SECARA MULTIKOMPONEN CAMPURAN
PARASETAMOL DAN KAFEINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

memplot harga absorbansi (sebagai ordinat) terhadap panjang gelombang


(sebagai, absis).

Tentukan panjang gelombang maksimum tiap komponen sampel


(parasetamol dan kafeina).
3. Penentuan absoptivitas jenis (α)dari larutan standar
Pipet masing-masing sejumlah volume larutan stok kedalam
labu takar yang volume sesuai

membuat deret konsentrasi standar 4,6,8,10 ppm dari parasetamol


4. Penentapan Kadar Parasetamol dan Kafeina Dalam Sediaan
Timbang seksama sebanyak 5 buah tablet yang mengandung
parsetamol dan kafeina, hitung rerata tiap tablet, kemudian diserbuk.

Selanjutnya ditimbang seksama lebih kurang 150 mg serbuk


tablet yang telah dikeringkan 105o selama 1 jam.

Larutkan serbuk sampel dengan larutan NaOH 0,1 N ke dalam


labu takar 500 ml sampai tanda batas.

Pipet 5 ml larutan tersebu dan encerkan dengan larutan NaOH


0,1 N sampai 100 ml dalam labu ukur.

Selanjutnya, ukur absorbansi dengan spektrofotometer pada


ᴧmaks 1 dan pada ᴧmaks 2 relatif terhadap sel blangko.

Tentukan persen kadar masing-masing komponen dalam sediaan tablet


(parasetamol dan kafeina) dengan menggunakan persamaan penetapan
kadar obat secara multikomponen.

MUHAMMAD AZHARI. S RAHMAWATI S.Si,M.Sc,Apt


15020160076

Anda mungkin juga menyukai