Anda di halaman 1dari 18

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ROKOK TERHADAP


PEMENUHAN PERAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
(BPJS) DI PT. DJARUM KUDUS

Rahma Mediastuti*, Henny Juliani. Solechan


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : rmediastuti@gmail.com

Abstrak
Salah satu elemen penting dalam dunia usaha adalah masalah ketenagakerjaan. Masalah
ketenagakerjaan sangat erat kaitannya dengan fungsi dan tanggungjawab Negara untuk
meningkatkan kesejahteraannya dalam bentuk kebijakan konkret untuk memberikan jaminan dan
perlindungan terhadap hak-hak pekerja. Oleh karena itu kebijakan perlindungan pekerja
merupakan suatu kebijakan yang memang didasarkan pada kebutuhan nyata.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris untuk melakukan
penjelasan atas permasalahan yang diteliti beserta hasil penelitian yang diperoleh, baik dari aspek
hukumnya maupun realita. Spesifikasi penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis yaitu
pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan obyek penelitian dengan penumpulan data
primer serta data sekunder. Kemudian analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif
yaitu proses analisa data yang diperoleh dari lapangan dan dianalisa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dasa rperaturan dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 mempengaruhi perkembangan kinerja
pekerja/buruh di PT. DJARUM Kudus. Dalam pelaksanaan perlindungan pekerja rokok, PT.
DJARUM Kudus mengalami kendala yaitu kurangnya komunikasi dan informasi dengan BPJS
terkait pemberian jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan. Sementara itu Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) mempunyai peran yang sangat dibutuhkan dalam permasalahan
perlindungan hukum terhadap pekerja rokok dengan jaminan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS
Kesehatan. Oleh karena itu PT. DJARUM Kudus diharapkan memperhatikan nasib dan hak-hak
tenaga kerja, karena tenaga kerja adalah asset utama perusahaan yang selalu ikut aktif berperan
dalam menentukan tercapai tidaknya tujuan perusahaan.
Kata kunci : Perlindungan hukum, pekerja rokok, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Abstract
One of the important elements in business is manpower problem. Manpower issue is related
to the fulfillment of the needs of life, closely associated with the function and responsibility of the
state to improve their welfare in the form of concrete policies to guarantee and
protectworkers’rights of. Therefore, worker protection policy is a policy which is actually based
on a real need.
This research employed empirical juridical approach for giving explanation about the
problems in questionand the results obtained in terms of legal aspect and reality. Specifications of
research used is descriptive analytical problem solving by describing the state of the object of
research by blunting primary data and secondary. Then using qualitative analysis is the process of
analyzing the data obtained from the field and analyzed.
The research results indicate that the basis of rule of Law No. 13 of 2003 and Law No. 24
of 2011 greatly affected the progress of the performance of the workers/labors in PT.DJARUM
Kudus. PT. Djarum Kudus encountered obstaclesin the implementation of legal protection to
cigarette workers, a lack of communication and information with related BPJS provision of health
insurance and employment. Meanwhile, the Social Security Administrative Bodies (BPJS) played a
significant role concerning the issue of legal protection tocigarette workers within BPJS
Employment and then BPJS Healthy. PT. Djarum Kudus expected attention to the fate and rights
of labor, because labor is the main asset of a company that has always participated actively in
determining whether or not the company's goal is reached.
Keyword : Legal protection, cigarette workers, Social Security Administrative Bodies.

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN 4. Risiko penurunan upah riil


Dinamika pembangunan bangsa (declining wage risks)
Indonesia telah menumbuhkan Oleh karena itu kebijakan
tantangan berikut tuntutan perlindungan pekerja merupakan
penanganan berbagai persoalan yang suatu kebijakan yang memang
belum terpecahkan.Salah satunya didasarkan pada kebutuhan
adalah penyelenggaraan jaminan nyata.Risiko-risiko tersebut dapat
sosial bagi seluruh rakyat. Jaminan bersifat individual, yaitu spesifik
sosial juga dijamin dalam Deklarasi pada seorang pekerja, atau dua
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang bersifat massal, yaitu melibatkan
Hak Asasi Manusia Tahun 1948 dan banyak pekerja. Munculnya risiko-
ditegaskan dalam Konvensi ILO risiko tersebut dapat berkaitan
Nomor 102 Tahun 1952 yang dengan kondisi mikro perusahaan
menganjurkan semua negara untuk atau kondisi perekonomian secara
memberikan perlindungan minimum makro, serta pelaksanaan peraturan
kepada setiap tenaga kerja. perundang-undangan yang ada.
Salah satu elemen penting dalam Masalah ketenagakerjaan yang
dunia usaha adalah masalah berhubungan dengan pemenuhan
ketenagakerjaan. Tenaga kerja kebutuhan hidup masyarakat, sangat
sebagai penggerak sektor usaha erat kaitannya dengan fungsi dan
memerlukan perhatian khusus dalam tanggungjawab negara untuk
penanganannya. Tidak jarang terjadi meningkatkan kesejahteraannya
masalah dalam ketenagakerjaan dan dalam bentuk kebijakan konkret
hal tersebut harus dapat diatasi untuk memberikan jaminan dan
secara baik karena dalam dunia perlindungan terhadap hak-hak
usaha antara pengusaha dan pekerja pekerja.
merupakan mitra yang saling Kedudukan pekerja pada
membutuhkan. hakikatnya dapat ditinjau dari dua
Kebijakan untuk memberikan segi, yaitu dari segi yuridis dan dari
jaminan perlindungan terhadap segi sosial ekonomis. Dari segi sosial
pekerja didasarkan pada kenyataan ekonomis, pekerja membutuhkan
bahwa setiap pekerja menghadapi perlindungan hukum dari negara atas
berbagai risiko, baik di dalam kemungkinan adanya tindakan
maupun di luar pekerjaan. Apabila sewenang-wenang dari pengusaha.
pekerja tidak dilindungi, maka risiko Berdasarkan ketentuan Pasal 27
ini berpotensi menurunkan tingkat Undang-Undang Dasar Negara
kesejahteraan pekerja dan Republik Indonesia Tahun 1945,
keluarganya. Beberapa risiko pasar yaitu setiap warga negara bersamaan
kerja (labour market risks) yang kedudukannya dalam hukum dan
utama adalah:1 pemerintahan. Ketentuan ini
1. Risiko usia lanjut (old-age risks) dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 5
2. Risiko kesehatan (health risks) dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor
3. Risiko kehilangan pekerjaan 13 Tahun 2003 yang berbunyi seperti
(unemployment risks) berikut:
- Pasal 5 yaitu “Setiap tenaga
1
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca kerja memiliki kesempatan yang
Reformasi, (Jakarta: Sinar grafika, 2015), halaman 6

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

sama tanpa diskriminasi untuk minimum provinsi yang ada, tanpa


memperoleh pekerjaan.” melihat masa pekerja dari pekerja itu.
- Pasal 6 yaitu “Setiap pekerja Seringkali pekerja dengan masa kerja
atau buruh berhak memperoleh yang lama upahnya hanya selisih
perlakuan yang sama tanpa sedikit lebih besar dari upah pekerja
diskriminasi dari pengusaha.” yang masa kerjanya kurang dari satu
Kedudukan pekerja atau buruh dan tahun. Majikan enggan untuk
majikan atau antara pengusaha menaikkan atau meningkatkan upah
dengan pekerja berbeda dengan pekerja meskipun terjadi peningkatan
kedudukan antara penjual dengan hasil produksi dengan dalih bahwa
pembeli. Antara penjual dengan takut diprotes oleh perusahaan lain
pembeli sama kedudukannya. yang sejenis.4
Keduanya mempunyai kebebasan Perlindungan tenaga kerja
yang sama untuk menentukan ada bertujuan untuk menjamin
atau tidak adanya perjanjian. berlangsungnya hubungan kerja
Kedudukan antara pengusaha dengan secara harmonis tanpa disertai
pekerja adalah tidak sama. Secara adanya tekanan dari pihak yang kuat.
yuridis kedudukan buruh adalah Untuk itu pengusaha wajib
bebas, tetapi secara sosial ekonomis melaksanakan ketentuan sesuai
kedudukan pekerja atau buruh adalah peraturan perundang-undangan yang
tidak bebas.2 berlaku. Di dalam Undang-Undang
Keadaan ini menimbulkan Nomor 13 Tahun 2003 telah diatur
adanaya kecenderungan majikan atau beberapa pasal untuk memberikan
pengusaha untuk berbuat sewenang- perlindungan pada para pekerja.
wenang kepada pekerja atau Perlindungan ini sebagai wujud
buruhnya. Pekerja dipandang sebagai pengakuan terhadap hak-hak para
objek. Buruh dianggap sebagai faktor pekerja sebagai manusia yang harus
ekstern yang berkedudukan sama diperlakukan secara manusiawi
dengan pelanggan pemasok atau dengan mempertimbangkan
pelanggan pembeli yang berfungsi keterbatasan kemampuan fisiknya.
menunjang kelangsungan perusahaan Perlindungan tenaga kerja yang
dan bukan faktor intern sebagai diperlukan baik yang melakukan
bagian yang tidak terpisahkan atau pekerjaan di dalam hubungan kerja
sebagai unsur konstitutif yang maupun di luar hubungan kerja
menjadikan perusahaan.3 Majikan dilakukan melalui Badan
atau pengusaha dapat dengan leluasa Penyelenggara Jaminan Sosial
untuk menekan pekerja atau (BPJS). Melalui program ini
buruhnya untuk bekerja secara diharapkan dapat memberikan
maksimal, terkadang melebihi ketenangan kerja dan dampak positif
kemampuan kerjanya. Misalnya terhadap usaha peningkatan disiplin
majikan dapat menetapkan upah dan produktivitas tenaga kerja.5
hanya maksimal sebanyak upah

2 4
Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Ibid, halaman 10
5
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja
Tahun 2003, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), Indonesia, Pendekatan Administratif dan
halaman 6-7 Operasional,(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), halaman
3
Ibid, halaman 9 114

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Menurut ketentuan Undang- pendapatan yang berupa uang


Undang Nomor 13 Tahun 2003 maupun bentuk lainya kepada
tentang Ketenagakerjaan beserta Pemberi Kerja atau Pengusaha atau
peraturan pelaksanaannya, dari Majikan.Dalam kultur Indonesia,
peraturan pemerintah, peraturan "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja
menteri hingga keputusan-keputusan rendahan, hina, kasaran dan
menteri yang terkait memaparkan sebagainya, sedangkan Pekerja,
bahwa Tenaga Kerja adalah objek, Tenaga kerja dan Karyawan adalah
yaitu setiap orang yang mampu sebutan untuk buruh yang lebih
melakukan pekerjaan untuk tinggi dan diberikan cenderung
menghasilkan barang atau jasa untuk kepada buruh yang tidak memakai
kebutuhan diri sendiri atau orang otot tapi otak dalam melakukan
lain.6 Dalam perkembangan hukum kerja. Tetapi pada intinya sebenarnya
ketenagakerjaan di Indonesia istilah keempat kata ini sama mempunyai
buruh diupayakan untuk diubah arti satu yaitu Pekerja.
dengan istilah pekerja karena istilah Melalui Undang-Undang Nomor
buruh kurang sesuai dengan 13 Tahun 2003 tentang
kepribadian bangsa Indonesia dan Ketenagakerjaan tersebut diharapkan
buruh lebih cenderung merujuk pada bahwa kehidupan pekerja dapat
golongan yang selalu ditekan dan terjamin sesuai dengan kesejahteraan
berada di bawah pihak lain yaitu manusia pada umumnya termasuk
majikan. Akan lebih tepat jika pekerja rokok di salah satu pabrik
menyebutkannya dengan istilah rokok yang terletak di Kabupaten
pekerja. Istilah pekerja tersebut juga Kudus, Jawa Tengah. Seperti yang
sesuai dengan penjelasan Pasal 2 telah diketahui oleh masyarakat
Undang-Undang Dasar Negara bahwa Kota Kudus merupakan kota
Republik Indonesia Tahun 1945 yang yang diberi julukan Kota Kretek,
menyebutkan bahwa yang disebut karena di Kota Kudus banyak
golongan-golongan ialah badan- terdapat perusahaan-perusahaan atau
badan seperti koperasi, serikat pabrik industri rokok. Salah satunya
pekerja, dan lain-lain badan kolektif. yaitu PT. DJARUM yang
Undang-Undang Dasar Negara memproduksi rokok dan
Republik Indonesia Tahun 1945 penjualannya mencapai ranah
menggunakan istilah pekerja sebagai internasional. Cabang-cabang pabrik
pengganti kata buruh karena di kota tersebutpun sudah terdapat di
mempunyai dasar hukum yang kuat.7 beberapa daerah di Kota Kudus.
Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja Tidak dipungkiri bahwa buruh atau
atau Karyawan pada dasarnya adalah pekerja rokok di perusahaan tersebut
manusia yang menggunakan tenaga jumlahnyapun cukup banyak.
dan kemampuannya untuk Kondisi buruh di kota-kota besar
mendapatkan imbalan berupa di Indonesia hampir sama dengan
kondisi buruh yang ada di Kota
6
Whimbo Pitoyo, Panduan Praktis Hukum
Kudus, sama-sama mengalami
Ketenagakerjaan, (Jakarta : Kencana Premedia Group, tekanan dalam berbagai bentuk, salah
2008), halaman 3
7
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja (Hukum
satunya tekanan dalam sisi
Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja),(Jakarta: pengupahan. Hal itu diakibatkan oleh
RajaGrafindo Persada, 2007), halaman 21

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

standar umum kebijakan pengupahan


dari pemerintah yang kurang II. METODE
mempertimbangkan kebutuhan dan
produktivitas buruh yang Metode pendekatan yang
sesungguhnya. Walaupun dalam digunakan dalam penelitian ini
beberapa tahun terakhir regulasi adalah yuridis empiris. Metode
kebijakan perburuhan telah pendekatan yuridis empiris yaitu
memasukkan karakteristik lokal suatu cara prosedur yang digunakan
(kabupaten/kota) dalam proses untuk memecahkan masalah
perumusan dan penetapan upah, penelitian dengan meneliti data
namun realitas upah yang berjalan primer terlebih dahulu yaitu kajian
sangat jauh dari kelayakan yang pustaka untuk kemudian dilanjutkan
diharapkan oleh buruh. Upah yang dengan mengadakan penelitian
begitu minim sehingga tidak terhadap data sekunder di lapangan.
menjamin tenaga kerja untuk Pendekatan yuridis diartikan sebagai
mendapatkan kesejahteraan dan pendekatan terhadap aturan – aturan
kehidupan yang layak maka disinilah hukum yang berhubungan dengan
harus ada peran ketiga yang perbuatan hukum mengenai
menanggung segala biaya yang perlindungan hukum pekerja rokok
ditimbulkan jika tenaga kerja terhadap pemenuhan fungsi Badan
mengalami hal demikian. Pihak Penyelenggara Jaminan Sosial
ketiga yang dimaksud adalah (BPJS). Pendekatan empiris
jaminan sosial tenaga kerja yang dimaksudkan ialah sebagai usaha
dahulu disebut JAMSOSTEK kini mendekatimasalah yang diteliti
berganti menjadi BPJS dengan sifat hukum yang nyata atau
Ketenagakerjaan dan BPJS sesuai dengan kenyataan dalam
Kesehatan. masyarakat.8
Berdasarkan uraian di atas, maka Spesifikasi penelitian yang
dirumuskan beberapa permasalahan digunakan bersifat deskriptif analitis
sebagai berikut : yaitu pemecahan masalah yang
1. Bagaimana implementasi Pasal diselidiki dengan menggambarkan
86 Undang-Undang Nomor 13 keadaan obyek penelitian pada saat
Tahun 2003 terhadap sekarang. Berdasarkan fakta-fakta
keselamatan dan kesehatan yang tampak atau sebagaimana
pekerja rokok di Kota Kudus adanya. Bersifat deskriptif karena
khususnya perusahaan rokok PT. penelitian ini mempunyai maksud
DJARUM? untuk memberikan gambaran secara
2. Apa saja kendala yang dihadapi rinci, sistematis dan menyeluruh
PT. DJARUM Kudus dalam mengenai segala sesuatu yang
upaya memberikan perlindungan berhubungan dengan penulisan
9
ketenagakerjaan terhadap skripsi ini. Adapun data-data yang
pekerjanya? dikumpulkan dalam penelitian ini
3. Apakah peran Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
8
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian
(BPJS) sudah berjalan secara Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), halaman 39
efektif di PT. DJARUM Kudus? 9
Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), halaman 73

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

adalah data primer yang diperoleh terorganisaikan, tersusun dalam pola


melalui interview (wawancara). hubungan sehingga makin mudah
Wawancara dilakukan dengan bebas dipahami. Penyajian data yang baik
terpimpin, yaitu peneliti merupakan satu langkah penting
mempersiapkan daftar pertanyaan menuju tercapainya analisis kualitatif
terlebih dahulu sebelum wawancara yang valid dan handal. Dalam
dilakukan, tetapi tidak menutup melakukan penyajian data tidak
kemungkinan untuk mengembangkan semata-mata mendeskripsikan secara
pertanyaan menjadi lebih luas dari naratif, akan tetapi disertai proses
apa yang ada dalam daftar analisis yang terus menerus sampai
pertanyaan. Beserta data sekunder proses penarikan kesimpulan.
yang diperoleh dengan cara studi Langkah berikutnya dalam proses
kepustakaan, yaitu mengumpulkan, analisis data kualitatif adalah
menyeleksi dan meneliti peraturan menarik kesimpulan berdasarkan
perundang-undangan, buku-buku, data-data yang diperoleh.
teori-teori sarjana, serta sumber
bacaan yang berkaitan dengan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
masalah yang diteliti, termasuk data
yang diperoleh dari objek penelitian. A. Implementasi Pasal 86 Undang-
Pengolahan dan analisis data Undang Nomor 13 Tahun 2003
dalam penelitian ini dilakukan terhadap Keselamatan dan
dengan metode analisis normatif Kesehatan Pekerja Rokok
kualitatif yaitu proses analisa PT.DJARUM Kudus
terhadap data yang terdiri dari kata-
kata yang dapat ditafsirkan, yaitu Salah satu masalah mendasar
data yang diperoleh di lapangan yang dihadapi Indonesia disepanjang
dalam bentuk tulisan dan segera perjalanan menjadi bangsa yang
dianalisa.10 Dalam metode kualitatif merdeka adalah masalah
tidak perlu diperhitungkan jumlah ketenagakerjaan, dimana pemerintah
data yang dianalisa, melainkan dengan berbagai upaya yang telah
memperhitungkan data dari dilakukan untuk mengurangi akan
kemampuannya mewakili keadaan tingkat permasalahan bidang
yang nyata dalam kehidupan sehari- ketenagakerjaan tersebut. Upaya
hari. Dalam proses analisis, semua yang ditempuh pemerintah dalam
data yang diperoleh dibandingkan persoalan tenaga kerja dari waktu ke
dengan peraturan perundang- waktu ditempuh melalui berbagai
undangan yang ada sehingga nampak pendekatan pembangunan bertumpu
adanya permasalahan. Data yang pada pertumbuhan ekonomi
sudah diolah kemudian disajikan. (productioncontered development).
Tujuan penyajian data adalah agar Dalam pemahaman sederhana
para pengguna mudah dalam pembangunan diartikan sebagai
membaca data. Penyajian data proses perubahan kearah yang lebih
diarahkan agar data hasil penelitian baik, melalui upaya yang dilakukan
secara terencana.
10
Dari S. Nasution dan Soerjono Soekanto, Metode
Pembangunan dalam sebuah
Penelitian Naturalistik, (Bandung: Tarsito, negara sering dikaitkan dengan
1968),halaman 129

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

pembangunan ekonomi (economic Badan Pusat Statistik Indonesia.11


development). Pembangunan Tentu saja hal ini menyebabkan
ekonomi adalah suatu proses Indonesia memiliki sumber daya
kenaikan pendapatan total dan manusia atau tenaga kerja yang
pendapatan perkapita dengan melimpah, yang bisa disalurkan
memperhitungkan adanya untuk mempercepat proses
peningkatan jumlah dan produktifitas pembangunan Indonesia. Sumber
sumber daya, termasuk pertambahan daya manusia yang melimpah dan
penduduk, disertai dengan perubahan didukung oleh sumber daya alam
fundamental dalam struktur ekonomi yang juga melimpah merupakan
suatu negara serta pemerataan modal yang sangat besar bagi bangsa
pendapatan bagi penduduk suatu Indonesia untuk mengejar
negara. Namun pada kenyataanya ketertinggalannya dari negara lain
masalah ketenagakerjaan di yang lebih maju dan makmur. Hal ini
Indonesia masih banyak yang belum bisa terwujud kalau pengelolaan
bisa diatasi oleh pemerintah. Mutu SDM dan SDA tadi terlaksana
dan kemampuan tenaga kerja dengan baik, terjadi perimbangan
Indonesia keseluruhan relatif masih antara pendidikan/skill yang dimiliki
tergolong rendah. Kualitas tenaga oleh tenaga kerja dan ketersediaan
kerja yang rendah ini disebabkan lapangan kerja. Masalah akan timbul
karena tingkat pendidikan penduduk apabila terdapat kesenjangan antara
yang rendah pula atau belum jumlah tenaga kerja yang besar
memadai dengan jenis pekerjaan dengan minimnya ketersediaan
yang tersedia. Tidak saja disebabkan perlindungan hukum bagi tenaga
banyaknya usia putus sekolah, kerja yang ada. Dengan kata lain
namun juga disebabkan oleh pemerintah tidak dapat sepenuhnya
rendahnya mutu pendidikan sehingga memberikan jaminan perlindungan
tenaga kerja tidak mampu menyerap bagi tenaga kerja di Indonesia. Hal
atau menguasai ilmu pengetahuan ini akan menyebabkan semakin
dan teknologi. Untuk meningkatnya permasalahan dalam
meningkatkanya telah dilakukan bidang ketenagakerjaan dan memiliki
melalui berbagai program pendidikan efek-efek negatif yang lain pula,
dan latihan yang selaras dengan terlebih masih banyak persoalan
tuntutan perkembangan ketenagakerjan di Indonesia yang
pembangunan dan teknologi agar belum bisa teratasi.
dapat didayagunakan seefektif dan Oleh karena itu di Indonesia
semaksimal mungkin. diatur Undang-Undang Nomor 13
Indonesia merupakan negara Tahun 2003 tentang
dengan jumlah penduduk ke empat Ketenagakerjaan. Undang-
terbesar didunia, setelah Cina, India, UndangNomor13 Tahun 2003
dan Amerika Serikat, sedangkan tentang Ketenagakerjaan yang
negara kelima yang memiliki berlaku mulai tanggal 25 Maret 2003
penduduk terbesar adalah Jepang. tersebut merupakan pengganti dari
Indonesia dengan jumlah penduduk berbagai perundang-undangan
254,9 juta jiwa berdasarkan sensus
penduduk tahun 2015 menurut data
11
www.bps.go.id

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

ketenagakerjaan yang lama yang baik materiil maupun spiritual


mengatur mengenai Pelatihan Kerja, berdasarkan Pancasila dan Undang-
Penempatan Tenaga Kerja, Undang Dasar Negara Republik
Hubungan Kerja, Perlindungan, Indonesia Tahun 1945. Dalam
Pengupahan dan Kesejahteraan, pelaksanaan pembangunan nasional,
Hubungan Industrial, Pemutusan tenaga kerja mempunyai peranan dan
Hubungan Kerja, dan Pengawasan kedudukan yang sangat penting seba-
Ketenagakerjaan. Undang-Undang gai pelaku dan tujuan pembangunan.
Ketenagakerjaan mengatur segala Sesuai dengan peranan dan
sesuatu yang behubungan dengan kedudukan tenaga kerja, diperlukan
tenaga kerja pada waktu sebelum, pembangunan ketenagakerjaan untuk
selama dan sesudah masa kerja. meningkatkan kualitas tenaga kerja
Artinya bahwa peraturan ini dibuat dan peransertanya dalam
oleh pemerintah untuk mengatur pembangunan serta peningkatan
segala sesuatu baik hak dan perlindungan tenaga kerja dan
kewajiban seluruh penduduk yang keluarganya sesuai dengan harkat
berprofesi sebagai tenaga kerja baik dan martabat kemanusiaan.
sebelum sesorang tersebut masuk ke Pembangunan ketenagakerjaan
dalam dunia kerja, selama ia menjadi diselenggarakan atas asas
pekerja dan sesudah masa bekerjanya keterpaduan dengan melalui
selesai. Berdasarkan pengertian dari koordinasi fungsional lintas sektoral
Undang-Undang ketenagakerjaan ini, pusat dan daerah serta untuk
fungsi dari undang-undang tersebut menjamin perlindungan terhadap
adalah sebagai sarana pembaharuan tenaga kerja.
masyarakat yang menyalurkan arah Perlindungan terhadap tenaga
kegiatan manusia ke arah yang sesuai kerja dimaksudkan untuk menjamin
dengan apa yang dikehendaki oleh hak-hak dasar pekerja/buruh dan
pembangunan ketenagakerjaan. menjamin kesamaan kesempatan
Artinya adalah adanya undang- serta perlakuan tanpa diskriminasi
undang ketenagakerjaan ini dapat atas dasar apapun untuk mewujudkan
digunakan sebagai pengaturan hak kesejahteraan pekerja/buruh dan
dan kewajiban para tenaga kerja keluarganya dengan tetap
dalam dunia kerja agar dapat memperhatikan perkembangan
mencapai tujuan pembangunan yang kemajuan dunia usaha. Perlindungan
diwujudkan dari seluruh bidang tenaga kerja yang dimaksudkan agar
pekerjaan yang dilakukan oleh para tenaga kerja dapat bekerja lebih
tenaga kerja tersebut serta produktif, sehat dan sejatera,
mewujudkan pembangunan nasional sehingga mereka dapat hidup layak
negara Indonesia. bersama keluarganya. Hal ini penting
Pembangunan nasional mengingat perubahan struktur
dilaksanakan dalam rangka ekonomi dan lapangan kerja yang
pembangunan manusia Indonesia semakin cepat, akan membawa
seutuhnya dan pembangunan dampak negatif bagi tenaga kerja, di
masyarakat Indonesia seluruhnya mana perubahan tersebut tidak
untuk mewujudkan masyarakat yang memihak kepada tenaga kerja.
sejahtera, adil, makmur, yang merata,

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Para tenaga kerja sering merasa Perlindungan terhadap tenaga


dirugikan atupun dieksploitasi oleh kerja di PT. DJARUM bertujuan
pemimpin atau para pengusaha yang untuk menjamin berlangsungnya
semena-mena mentapkan kebijakan hubungan kerja secara harmonis
bagi para karyawan maupun para tanpa disertai adanya tekanan dari
buruh, minimnya upah dan jaminan pihak yang kuat. Untuk itu sudah
akan keselamatan kerja sering sewajarnya perusahaan PT.
menjadi masalah dalam dunia tenaga DJARUM sebagai pengusaha wajib
kerja Indonesia. Perlu adanya melaksanakan ketentuan sesuai
peningkatan kondisi lingkungan peraturan perundang-undangan yang
kerja dimaksudkan untuk berlaku. Di dalam Undang-Undang
menciptakan kondisi lingkngan kerja Nomor 13 Tahun 2003 telah diatur
yang aman dan sehat, sehingga para beberapa pasal untuk memberikan
pekerja dapat bekerja dengan tenang perlindungan kepada para pekerja.
dan produktif sesuai dengan pasal 27 Perlindungan ini sebagai wujud
ayat (2) UUD 1945 apabila tenaga pengakuan terhadap hak-hak para
kerja dapat hidup layak, maka pekerja sebagai manusia yang harus
motivasi dan produktivitas kerjanya diperlakukan dengan
akan meningkat. mempertimbangkan keterbatasan
Melalui Undang-Undang Nomor kemampuan fisiknya. Pandangan dari
13 Tahun 2003 tentang pekerjaPT. DJARUM Kudus
Ketenagakerjaan tersebut diharapkan terhadap jaminan sosial yang sudah
bahwa kehidupan pekerja dapat diberikan oleh perusahaan, pekerja
terjamin sesuai dengan kesejahteraan mendukung dan mengapresiasi
manusia pada umumnya termasuk langkah perusahaan dalam
pekerja rokok di PT. DJARUM, pelaksanaan program jaminan sosial
salah satu pabrik rokok yang terletak dan dimana sebelumnya perusahaan
di Kabupaten Kudus, Jawa menjalankan pemberian jaminan
Tengah.PT. DJARUM Kudus yang lebih baik dari jaminan
merupakan perusahaan industri kesehatan.13 Pemberian jaminan
rokok yang cukup besar dan tersebut diharapkan dapat
memiliki jumlah tenaga kerja yang meningkatkan kenyamanan pekerja
tidak sedikit pula. Perusahaan sudah di perusahaan agar kinerjanya
memberikan program jaminan sosial berkembang menjadi lebih baik serta
bagi tenaga kerja atau buruh rokok, pekerja dapat melaksanakan
disini PT. DJARUM menggunakan tanggungjawabnya dengan penuh
program jaminan melalui BPJS kewajiban pula.
(Badan Penyelenggara Jaminan Sesuai dengan Pasal 86 Undang-
Sosial). Semua program jaminan Undang Nomor 13 Tahun 2003
sosial yang dilaksanakan oleh BPJS tentang Ketenagakerjaan, yaitu:14
Ketenagakerjaan maupun BPJS
Kesehatan sudah di ikuti oleh PT.
Djarum.12
13
Yonatan Oktaviano, Wawancara, Bagian Humas
Industrial Relation PT. DJARUM, (Kudus, 22 Februari
12
Endar Mardian Utama, Wawancara, Bagian 2016)
14
HRDIndustrial Relation PT. DJARUM, (Kudus, 22 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Februari 2016) Ketenagakerjaan

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai audit, salah satunya yaitu


hak untuk memperoleh perlindungan penghargaan Bendera Emas yang
atas : diperoleh pada tahun 2004.
a. keselamatan dan kesehatan kerja; Oleh karena itu, perusahaan
b. moral dan kesusilaan; dan rokok PT. DJARUM tersebut harus
c. perlakuan yang sesuai dengan memberikan hak perlindungan bagi
harkat dan martabat manusia serta pekerjanya sesuai dengan yang
nilai-nilai agama. tercantum pada Pasal 86 Undang-
(2) Untuk melindungi keselamatan Undang Nomor 13 Tahun 2003
pekerja/buruh guna mewujudkan tentang Ketenagakerjaan tersebut dan
produktivitas kerja yang optimal memperhatikan keselamatan dan
diselenggarakan upaya keselamatan kesehatan kerja terhadap seluruh
dan kesehatan kerja. pekerjanya secara merata.
(3) Perlindungan sebagaimana Perlindungan tersebut sangat
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dibutuhkan oleh para karyawan
dilaksanakan sesuai dengan termasuk para buruh-buruh rokoknya
peraturan perundang- undangan yang agar tidak ada diskriminasi antara
berlaku. karyawan yang bekerja di kantor dan
Dalam upaya memberikan para buruh rokok. Hal tersebut akan
perlindungan keselamatan dan memberikan keamanan bagi buruh
kesehatan kerja untuk karyawan, PT. saat bekerja karena seringkali buruh
DJARUM menjamin keselamatan seperti kami mendapat perlakuan
kerja berdasarkan peraturan yang ada yang berbeda dengan karyawan yang
di Undang-Undang Nomor 13 Tahun jauh lebih berpendidikan.15 Sesuai
2003 dan menjamin kesehatan dengan peraturan-peraturan yang
karyawan melalui program-program tercantum pada Undang-Undang
yang dilaksanakan Badan Ketenagakerjaan tersebut maka
Penyelenggara Jaminan Sosial perlindungan pekerja di Indonesia
(BPJS). Pada tahun 1963, PT. wajib di laksanakan oleh setiap
DJARUM pernah mengalami pengusaha atau perusahaan yang
kebakaran hingga akhirnya Oei Wie mempekerjakan orang untuk bekerja
Gwan menyerahkan perusahaannya pada perusahaan tersebut harus lebih
tersebut kepada kedua anaknya. diperhatikan, yaitu mengenai
Setelah terjadinya peristiwa perlindungan, pemeliharaan dan
kebakaran tersebut, perusahaan peningkatan kesejahteraan yang
sangat memperhatikan keselamatan dimaksud diselenggarakan dalam
kerja karyawannya agar tidak terjadi bentuk jaminan sosial tenaga kerja
lagi kecelakaan kerja demi untuk yang bersifat umum untuk
menunjang kinerja karyawan dilaksanakan atau bersifat dasar,
terhadap perusahaan. Hal tersebut dengan berasaskan usaha bersama,
dibuktikan dengan diperolehnya kekeluargaan dan kegotong-
penghargaan Zero Accident royongan sebagai mana yang
Acknowledgement yang diterima tercantum dalam jiwa dan semangat
perusahaan pada tahun 2002. Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Perusahaan juga pernah menerima
beberapa penghargaan mengenai 15
Jumila, Wawancara, Buruh Rokok PT. DJARUM
cabang Mejobo, (Kudus, 4 Maret 2016)

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Negara Republik Indonesia Tahun meningkatkan produktivitas tenaga


1945, serta menghindari diksriminasi kerja dan kesejahteraan tenaga kerja
antara para pekerja dengan pemberi dapat terjamin.
kerja supaya tidak ada lagi masalah Kedudukan pekerja pada
penindasan kaum-kaum pekerja hakikatnya dapat ditinjau dari dua
bawahan. segi, yaitu dari segi yuridis dan dari
segi sosial ekonomis. Dari segi sosial
B. Kendala yang Dihadapi PT. ekonomis, pekerja membutuhkan
DJARUM Kudus dalam Upaya perlindungan hukum dari negara atas
Memberikan Perlindungan kemungkinan adanya tindakan
terhadap Tenaga Kerja sewenang-wenang dari pengusaha.
Masalah tenaga kerja saat ini Berdasarkan ketentuan Pasal 27
terus berkembang semakin tinggi Undang-Undang Dasar Negara
sehingga diperlukan penanganan Republik Indonesia Tahun 1945,
yang serius. Pada masa yaitu setiap warga negara bersamaan
perkembangan tersebut, pergeseran kedudukannya dalam hukum dan
nilai dan tata kehidupan akan banyak pemerintahan. Ketentuan ini
terjadi. Pergeseran yang dimaksud dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 5
yaitu tidak jarang kasus pelanggaran dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor
peraturan perundang-undangan yang 13 Tahun 2003. Dalam Pasal 1
berlaku. Menghadapi pergeseran Angka 3 dapat dilihat pengertian dari
nilai dan tata kehidupan para pelaku pekerja/buruh yaitu“Setiap orang
industri dan perdagangan, adanya yang bekerja dengan menerima upah
pengawasan ketenagakerjaan dituntut atau imbalan dalam bentuk lain”.
untuk mampu mengambil langkah- Dari pengertian tersebut dapat dilihat
langkah antisipatif serta mampu beberapa unsur yang melekat dari
menampung segala perkembangan istilah Pekerja atau Buruh yaitu:16
kemajuan yang terjadi. a.Setiap orang yang bekerja
Penyempurnaan terhadap sistem (angkatan kerja maupun bukan
pengawasan ketenagakerjaan harus angkatan kerja tetapi harus
terus dilakukan agar peraturan bekerja).
perundang-undangan dapat b. Menerima upah atau imbalan
dilaksanakan secara efektif oleh para sebagai balas jasa atas
pelaku industri dan perdagangan, pelaksanaan pekerjaan tersebut.
dengan demikian pengawasan Dalam Undang-Undang Nomor
ketenagakerjaan sebagai suatu sistem 13 Tahun 2003 tentang
akan terlaksana agar peraturan Ketenagakerjaan merupakan salah
perundang-undangan di bidang satu solusi dalam perlindungan buruh
ketenagakerjaan dapat ditegakkan. maupun majikan tentang hak dan
Penerapan peraturan ketenagakerjaan kewajiban masing-masing pihak.
tersebut juga dimaksudkan untuk Perlindungan buruh diatur dalam
menjaga keseimbangan/keserasian Undang-Undang Nomor 13 Tahun
hubungan antara hak dan kewajiban 2003 tentang Ketenagakerjaan pada
bagi pengusaha dan pekerja/buruh pasal 67 sampai dengan pasal 101.
sehingga kelangsungan usaha dan
ketenagakerjaan dalam rangka
16
Agusmidah, Op.cit, halaman 6

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Dengan demikian, Undang-Undang Hambatan-hambatan yang


tersebut sangat berati dalam dianggap dominan oleh PT.
mengatur hak dan kewajiban bagi DJARUM Kudus terhadap
para tenaga kerja maupun para pelaksanaan jaminan sosial adalah
pengusaha di dalam melaksanakan tingkat kesadaran para karyawan
suatu mekanisme proses masa kerja. yang masih relatif rendah terhadap
Hal tersebut harus diterapkan pula pelaksanaan program BPJS
pada perusahaan industri rokok PT. Ketenagakerjaan dan BPJS
DJARUM Kudus. Namun pada Kesehatan. Dalam hal ini pemerintah
kenyataannya negara di Indonesia itu daerah Kabupaten Kudus beserta
sendiri masih banyak permasalahan- Dinas Tenaga Kerja dan
permasalahan bidang Transmigrasi harus sama-sama
ketenagakerjaan yang belum dapat berperan aktif dalam meninjau
teratasi dengan baik, begitu pula di perusahaan-perusahaan yang
PT. DJARUM Kudus. memberikan jaminan pelindungan
Undang-undang ketenagakerjaan sosial terhadap karyawannya. Sesuai
dan undang-undang mengenai Badan yang telah dijelaskan informan
Penyelenggara Jaminan Sosial bahwa perusahaan kesulitan dalam
(BPJS) tentunya sangat membantu menangani kendala-kendalanya
suatu perusahaan dalam memberikan tersebut karena kurangnya
jaminan perlindungan bagi komunikasi antara pihak perusahaan
pekerjanya. Akan tetapi suatu dengan penyedia layanan yaitu
perusahaan pasti memiliki kendala- Badan Penyelenggara Jaminan
kendala atau hambatan-hambatan Sosial. Hal ini disebabkan tidak
yang dihadapi dalam pemberian dihayatinya Undang-Undang Nomor
jaminan tersebut, seperti yang 24 Tahun 2011 tentang Badan
dihadapi oleh perusahaan PT. Penyelenggara Jaminan Sosial bahwa
DJARUM Kudus. Permasalahan pekerja BPJS Ketenagakerjaan
mengenai pekerja pasti ada, hal yang maupun BPJS Kesehatan yang
bersifat kurangnya pemahaman dan memberikanperlindungan dasar
penangkapan tentang informasi kepada pekerja adalah koridor
mengenai pelaksanaan jaminan sosial pengendaliannya berada di tangan
tersebut membuat perusahaan dapat pemerintah pusat, seperti yang
mengalami kendala dalam dilaksanakan umumnya diberbagai
melaksanakannya, seperti Negara. Kemudian masih banyak
komunikasi yang kurang antara pihak yang belum mengetahui
perusahaan dengan pemerintah serta tentang arti dan manfaat program
antara perusahaan dengan pihak BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS
penyedia jaminan BPJS kota Kudus. Kesehatan sehingga tidak
Diharapkan dengan komunikasi yang memberikan dukungan mengenai
lebih baik semua dapat teratasi pelaksanaan program BPJS yang
dengan baik pula.17 seharusnya merupakan tugas dan
tanggungjawab bersama untuk
mensukseskannya.
17
Yonatan Oktaviano, Wawancara, Bagian Humas
Pelaksanaan program BPJS
Industrial Relation PT. DJARUM, (Kudus, 22 Februari Ketenagakerjaan yang memberikan
2016)

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

perlindungan atas keselamatan dan DJARUM Kudus mengkhawatirkan


kesehatan kerja, pada kenyataannya apabila karyawan sering
tidak semua karyawan PT. DJARUM menyalahgunakan izin istirahat atau
Kudus memahami betul apa arti dan izin sakit dari dokter sehingga
manfaat dari program tersebut. mengganggu tugas-tugas serta
Seharusnya perusahaan memberikan tanggungjawab pekerja di
sosialisasi secara bertahap kepada perusahaan.
seluruh karywan tanpa terkecuali, Tentunya permasalahan yang
baik karyawan yang bekerja kantoran terjadi pada setiap perusahaan
maupun yang hanya buruh pabrik menjadi tanggungjawab pemerintah
rokok saja. Sosialisasi mengenai Kabupaten Kudus terutama Dinas
program-program jaminan sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
yang diberikan oleh perusahaan Pemerintah harus lebih
diharapkan akan memberikan memperhatikan masalah-masalah apa
keuntungan bagi kedua pihak yaitu yang sering dihadapi perusahan
pemberi jaminan dan penerima untuk meningkatkan kinerja tenaga
jaminan. Hal tersebut akan kerja di Kabupaten Kudus, terlebih
menimbulkan hubungan yang pada perusahaan yang mempunyai
harmonis antara seluruh karyawan kendala-kendala dalam pemberian
perusahaan. Terlebih lagi jika ada jaminan sosial kepada pekerjanya.
perubahan-perubahan baru dalam Program-program yang menjadi
peraturan pemerintah mengenai program jaminan sosial merupakan
BPJS Ketenagakerjaan atau BPJS hal baru maka saat ini perusahaan
Kesehatan maka dengan adanya PT. DJARUM Kudus sedang
sosialisasi yang diselenggarakan oleh menyesuaikan pelaksanaannya. 18
perusahaan akan memberikan C. Keefektifan Pelaksanaan
manfaat tersendiri karena pekerjanya Program Badan Penyelenggara
akan memahami betul bahwa seluruh Jaminan Sosial (BPJS) di PT.
kegiatan yang dilakukan di dalam DJARUM Kudus
perusahaan maupun di luar Undang-Undang Nomor 24
perusahaan akan memberikan rasa Tahun 2011 tentang Badan
nyaman pada saat bekerja. Dalam Penyelenggara Jaminan Sosial yang
memberikan jaminan kesehatan selanjutnya disingkat BPJS adalah
kerja, perusahaan PT. DJARUM badan hukum yang dibentuk untuk
seharusnya dapat mendirikan klinik menyelenggarakan program jaminan
kesehatan di dalam perusahaan guna sosial. Badan Penyelenggara Jaminan
mempermudah karyawannya untuk Sosial tersebut terdiri dari BPJS
secara rutin mengetahui bagaimana Kesehatan dan BPJS
kondisi kesehatannya. Perusahaan Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan
seharusnya dapat memanfaatkan adalah badan hukum yang dibentuk
adanya program-program BPJS untuk menyelenggarakan program
tersebut untuk mendirikan klinik jaminan kesehatan.19 Badan
kesehatan di dalam perusahaan yang
ditujukan kepada karyawan internal. 18
Endar Mardian Utama, Wawancara, Bagian HRD
Industrial Relation PT. DJARUM, (Kudus, 22 Februari
Namun dengan sistem yang ada, 2016)
pihak pengelola pekerja PT. 19
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentangBadan Penyelenggara Jaminan Sosial

13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Penyelenggara Jaminan Sosial semua pihak, tidak ada complain


(BPJS) bertujuan untuk mewujudkan berarti dan semangat juga
terselenggaranya pemberian jaminan, produktifitas karyawan meningkat
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup maka bisa dikatakan bahwa program
yang layak bagi setiap peserta tersebut berjalan dengan baik. Akan
dan/atau anggota keluarganya. Hal tetapi dalam pelaksanaannya tidak
tersebut tercantum pada Pasal 3 semua karyawan memahami betul
Undang-Undang Nomor 24 Tahun tentang bagaimana mereka bisa
2011 tentang Badan Penyelenggara mendapatkan jaminan sosial tersebut,
Jaminan Sosial. apakah ada syarat tertentu atau tidak
Pada kenyataannya, masih dan kurangnya sosialisasi mengenai
terdapat kelemahan dalam BPJS terhadap kami kaum buruh
implementasi Badan Penyelenggara yang secara akademik tidak memiliki
Jaminan Sosial, khususnya pada pendidikan yang tinggi.20 Maka
kesehatan. Namun apapun diharapkan pihak perusahaan yang
kelemahan yang ada dalam mempunyai wewenang untuk
pelaksanaan BPJS Kesehatan, semua memberikan jaminan sosial dapat
pihak harus bahu-membahu untuk secara rutin memberikan informasi-
memperbaikinya. Kemenkes informasi baru tentang perlindungan
berusaha akan terbuka untuk jaminan sosial yang disediakan oleh
mengakomodir masukan dari para pemerintah supaya secara bertahap
pemangku kepentingan guna pekerja memahami mengenai
membangun implementasi BPJS jaminan sosial tersebut dan hal ini
Kesehatan yang lebih baik. Selain itu diinformasikan secara terus menerus
dihimbau kepada pemangku melalui bagian-bagian dan serikat
kepentingan (pemberi jaminan) pekerja yang ada.
untuk terus mengawal pelaksanaan Apabila terjadi suatu kecelakaan
BPJS. Sebab, secara keorganisasian kerja maka sesuai dengan informasi
ada perubahan yang signifikan dari yang disampaikan kepada
lembaga sebelumnya yaitu PT Askes perusahaan, secara langsung
dan PT Jamsostek sebagai BUMN ke pimpinan bagian atau pihak bagian
BPJS yang berbadan hukum publik. akan melakukan prosedur-prosedur
Dengan perubahan itu maka lembaga yang ada untuk penanganan peristiwa
yang sebelumnya berorientasi profit tersebut. Dalam hal kecelakaan lalu
menjadi non profit. Namun, bukan lintas pasti terjadi karena hal tersebut
berarti BPJS tidak bisa mendapat diluar pantauan perusahaan, tetapi
surplus.Hal itu dibolehkan asal hak – hak pekerja terpenuhi selama
keuntungan yang diperoleh sesuai dengan syarat dan ketentuan
dikembalikan lagi kepada peserta yang di berlakukan.21 Hanya saja
untuk meningkatkan kualitas program-program yang menjadi
pelayanan. program jaminan sosial dan hal
Dalam hal ini, PT. DJARUM tersebut tergolong baru maka saat ini
Kudus tidak memiliki ukuran pasti
dalam keberhasilan pelaksanaan 20
Jumila, Wawancara, Buruh Rokok PT. DJARUM
cabang Mejobo, (Kudus, 4 Maret 2016)
jaminan sosial.Selama aturan dan 21
Endar Mardian Utama, Wawancara, Bagian HRD
pelaksanaannya dimengerti oleh Industrial Relation PT. DJARUM, (Kudus, 22 Februari
2016)

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

perusahaan sedang menyesuaikan satu responden, mereka tidak mau


pelaksanaannya. mengurus kartu BPJS karena
Efektivitas penerapan jaminan berasumsi pengurusannya akan
sosial melalui BPJS dengan berbelit-belit mulai dari Puskesmas
pelayanan kesehatan dapat dilihat hingga Rumah Sakit (RS) sehingga
dari beberapa indikator, antara lain mereka memilih untuk berobat
kualitas, penilaian oleh pihak luar, kepada pengobatan alternatif
kesiagaan, motivasi, keluwesan dibandingkan ke fasilitas kesehatan
adaptasi dan penerimaan tujuan yang sudah disediakan oleh
23
organisasi.Dari temuan di lapangan perusahaan. Dari penilaian pihak
diketahui bahwa di antara responden luar, bahwa masyarakat kurang
(karyawan PT DJARUM Kudus) mampu dan atau miskin di Kota
sebagian besar belum memahami Kudus belum mendapatkan
dengan baik prosedur pendaftaran sosialisasi yang komprehensif
dan manfaat dari kartu BPJS mengenai penggunaan kartu BPJS
kesehatan.Pekerja-pekerja seperti Kesehatan. Mereka akan mendapat
halnya buruh rokok yang rata-rata informasi ketika berkunjung atau
mempunyai pendidikan rendah tidak mendaftarkan diri ke BPJS Kota
begitu memahami manfaat dari BPJS Kudus tetapi sebelumnya informasi
Kesehatan tersebut. Di antaranya yang diketahui mengenai BPJS
para pekerja/buruh berpendapat Kesehatan sangat terbatas dan itupun
bahwa mereka juga harus membayar hanya pembicaraan dari mulut ke
iuran per bulan seperti peserta mulut yang belum dijamin akurasi
kategori non PBI (Penerima Bantuan informasinya. Namun demikian
Iuran).Informasi yang mereka ketika mereka sudah mendatangi
peroleh belum terakomodasi dengan BPJS Kota Kudus, responden tidak
baik karena tidak adanya sosialisasi memungkiri bahwa mereka
yang dilakukan oleh perusahaan mendapatkan informasi yang
sehingga mereka tidak mau memuaskan dari BPJS bahkan
memanfaatkan layanan fasilitas dilayani dengan baik dan sopan. Dari
kesehatan yang diberikan pemerintah pihak BPJS sejak 1 Januari 2014,
meskipun mereka dalam keadaan peserta BPJS di Kota Kudus
sakit.22 Hal tersebut dituturkan oleh meningkat dari waktu ke waktu baik
responden Jumila dalam pelaksanaan yang berasal dari kategori PBI
riset lapangan yang telah maupun non PBI. Selanjutnya
dilaksanakan. Kemudian ditambah pelayanan yang diberikan oleh
lagi bahwa pengguna kartu BPJS penyedia fasilitas kesehatan harus
Kesehatan kategori PBI tidak mau bersifat responsive, yaitupelayanan
mengurus pemanfaatan kartu BPJS yang tidak berbelit-belit sesuai
Kesehatan ini karena memiliki dengan prosedur dan dengan akurasi
pengalaman yang kurang baik waktu yang tepat dan cepat.
dengan produk jaminan kesehatan Pada umumnya, negara
terdahulu seperti Jamkesmas ataupun berkembang membangun program
Jamkesda. Menurut penuturan salah
23
Endar Mardian Utama, Wawancara, Bagian HRD
22
Jumila, Wawancara, Buruh Rokok PT. DJARUM Industrial Relation PT. DJARUM, (Kudus, 22 Februari
cabang Mejobo, (Kudus, 4 Maret 2016) 2016)

15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

jaminan sosial berdasarkan funded IV. KESIMPULAN


social security, yaitu jaminan sosial
yang didanai oleh peserta dan masih 1. Implementasi Pasal 86 Undang-
terbatas pada masyarakat pekerja di Undang Nomor 13 Tahun 2003
sektor formal.24 Program jaminan terhadap Keselamatan dan
sosial merupakan program Kesehatan Pekerja Rokok
perlindungan yang bersifat dasar bagi PT.DJARUM Kudus, adalah:
pekerja. Tujuannya untuk menjamin Mutu dan kemampuan tenaga
adanya keamanan dan kepastian kerja Indonesia keseluruhan
terhadap risiko – risiko sosial relatif masih tergolong rendah.
ekonomi. Program ini merupakan Diperlukan adanya perlindungan
sarana penjamin arus penerimaan bagi seluruh tenaga kerja di
penghasilan bagi pekerja dan Indonesia untuk menjamin hak
keluarganya dari terjadinya risiko – dan kewajibannya baik sebelum,
risiko sosial dengan pembiayaan selama dan sesudah masa kerja.
terjangkau oleh pengusaha dan Kualitas tenaga kerja yang rendah
pekerja. Dengan demikian dapat menurunkan tingat kinerja
pelaksanaan program jaminan BPJS suatu perusahaan apabila pihak
relatif berjalan dengan baik namun perusahaan yang disebut sebagai
perlu adanya sosialisasi mengenai pemberi jaminan tidak dapat
BPJS yang harus dilaksanakan melindungi seluruh hak dan
perusahaan secara berkala yang kewajiban tenaga kerjanya. Hal
ditujukan kepada seluruh pekerjanya. tersebut dapat terjadi pula pada
Pemerintah daerah Kabupaten perusahaan industri rokok di
Kudus beserta Dinas Tenaga kerja Kabupaten Kudus yang sudah
dan Transmigrasi tentunya lama berdiri yaitu PT. DJARUM.
mempunyai tanggungjawab Oleh karena itu dengan adanya
melakukan pengawasan terhadap Undang-Undang Nomor 13 Tahun
setiap perusahaan yang menjamin 2003 diharapkan seluruh
perlindungan para pekerja/buruhnya permasalahan bidang
sehingga tujuan dari Undang-Undang ketenagakerjaan dapat diatasi oleh
Nomor 24 Tahun 2011 itu terlaksana pihak pemberi jaminan
dengan baik dan dipahami oleh perlindungan pekerja (PT.
seluruh karyawan atau pekerjanya, DJARUM Kudus) dengan
termasuk seluruh karyawan PT. mematuhi seluruh peraturan-
DJARUM Kudus.Saat ini seluruh peraturan yang tercantum dalam
pekerja industri rokok di Kudus, Undang-Undang Ketenagakerjaan
Jawa Tengah, ditargetkan menjadi tersebut.
peserta Badan Penyelenggara 2. Kendala yang Dihadapi PT.
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. DJARUM Kudus dalam Upaya
Memberikan Perlindungan
terhadap Tenaga Kerja, adalah:
Adanya Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang
24
Agusmidah, Dinamika dan Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaaan dan Undang-
Ketenagakerjaan Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2010), halaman 127 Undang Nomor 24 Tahun 2011

16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

tentang Badan Penyelenggara V. DAFTAR PUSTAKA


Jaminan Sosial (BPJS) sangat
membantu suatu perusahaan Buku
dalam memberikan jaminan Agusmidah, Dinamika Hukum
perlindungan bagi pekerjanya. Ketenagakerjaan Indonesia,
Suatu perusahaan pasti memiliki (Medan: USU Press, 2010).
kendala atau hambatan yang _________, Dinamika dan Kajian
dihadapi dalam pemberian Teori Hukum Ketenagakerjaan
jaminan tersebut, seperti yang Indonesia, (Bogor: Ghalia
dihadapi oleh perusahaan PT. Indonesia, 2010).
DJARUM Kudus. Kendala Anonimous, Panduan Perundang-
tersebut terjadi karena kurangnya Undangan Ketenagakerjaan,
komunikasi dengan pemerintah (Jakarta: Better Work Indonesia,
dan pihak penyedia jaminan sosial 2012).
serta minimnya informasi karena Asikin, Zaenal, Dasar-Dasar Hukum
hal tersebut masih tergolong baru Perburuhan, (Jakarta: Raja
dalam perusahaan PT. DJARUM Grafindo Persada, 1993).
Kudus. Asyhadie, Zaeni,Hukum Kerja
3. Keefektifan Pelaksanaan Program (Hukum Ketenagakerjaan Bidang
Badan Penyelenggara Jaminan Hubungan Kerja),(Jakarta:
Sosial (BPJS) di PT. DJARUM RajaGrafindo Persada, 2007).
Kudus, adalah: Melalui Dwiyanto, Agus, Reformasi
adanyajaminan sosial yang Birokrasi Publik di Indonesia,
dilaksanakan pemerintah, para (Yogyakarta: Gadjah Mada
pihak terkait seperti pengusaha University Press, 2006).
dan pekerja sangat diuntungkan. Khakim, Abdul, Pengantar Hukum
Dengan program yang Ketenagakerjaan Indonesia
dilaksanakan BPJS (Badan berdasarkan Undang-undang
Penyelenggara Jaminan Sosial) Nomor 13 Tahun 2003, (Bandung:
akan memberikan perlindungan Citra Aditya Bakti, 2003).
bagi setiap warga negara Husni, Lalu, Pengantar Hukum
Indonesia termasuk para Ketenagakerjaan Indonesia,
karyawan serta buruh PT. (Jakarta: PR Raja Grafindo
DJARUM Kudus.Efektivitas Persada, 2003).
penerapan jaminan sosial melalui Nasution, Dari S. dan Soerjono
BPJS dengan pelayanan kesehatan Soekanto, Metode Penelitian
dapat dilihat dari beberapa Naturalistik, (Bandung: Tarsito,
indikator, antara lain kualitas, 1968).
penilaian oleh pihak luar, Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan
kesiagaan, motivasi, keluwesan Penelitian Hukum, Cet. I,
adaptasi dan penerimaan tujuan (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
organisasi. Namun pada 2004).
kenyataannya tidak semua pekerja Nawawi, Hadaridan Mimi Martini,
memahami betul apa saja program Penelitian Terapan, (Yogyakarta:
jaminan sosial yang diberikan Pustaka Pelajar, 1994).
perusahaan terhadap mereka.

17
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Nazir, Moh., Metode Penelitian, Peraturan Perundang-Undangan


(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985).
Pitoyo, Whimbo,Panduan Praktis Undang-Undang Nomor 13 Tahun
Hukum Ketenagakerjaan, 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Jakarta: Kencana Premedia Undang-Undang Nomor 24 Tahun
Group, 2008). 2011 tentang Badan
Rajagukguk, H.P.,Peran Serta Penyelenggara Jaminan
Pekerja dalam Pengelolaan
Perusahaan, edisi I, (Jakarta: Internet
Yayasan Obor Indonesia, 2002). www.bpjsketenagakerjaan.go.id [12
Sastrohadiwiryo, Siswanto, Januari 2016]
Manajemen Tenaga Kerja www.bpjskesehatan.go.id [12 Januari
Indonesia, Pendekatan 2016]
Administratif dan www.bps.go.id [22 Februari 2016]
Operasional,(Jakarta: Bumi
Aksara, 2003).
Soedjono, Wiwoho, Hukum
Perjanjian Kerja, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1991).
Soemitro, Ronny Hanitijo,
Metodologi Penelitian Hukum dan
Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1990).
Soepomo, Iman, Dasar-Dasar
Hukum Perburuhan, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1993).
Sunggono, Bambang, Metode
Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003).
Tim Pustaka Yustisia, Panduan
Resmi Memperoleh Jaminan
Kesehatan dari BPJS, (Jakarta:
Visimedia, 2014).
______________, Panduan Resmi
Memperoleh Jaminan Kesehatan
dari BPJS, (Jakarta: Visimedia,
2014).
Waluyo, Bambang, Penelitian
Hukum Dalam Praktek, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2002).
Wijayanti, Asri, Hukum
Ketenagakerjaan Pasca
Reformasi, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2015)

18

Anda mungkin juga menyukai